makalah bfw 5kb kel 2
DESCRIPTION
bfwTRANSCRIPT
UTILITAS
BOILER FEED WATER (BFW)
Dosen Pengampu : Ibnu Hajar, S.T.,M.T.
Disusun Oleh:
Hafifah Marza NIM 0613 3040 0317
Nyayu Halimah Tussakdiah NIM 0613 3040 0329
Muhammad NIM 0613 3040 0324
Kelas : 5KB
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, dengan segala
rahmat dan hidayah-Nya yang telah dikaruniakan pada penulis, sehingga penulis
dapat melaksanakan dan menyelesaikan makalah Utilitas ini, yang merupakan salah
satu syarat untuk memenuhi tugas kuliah serta menyelesaikan kuliah pada Jurusan
Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.
Besarnya manfaat yang penulis peroleh dalam pembuatan makalah ini, kerena
penulis dapat mengetahui secara langsung bagaimana aplikasi dari ilmu yang telah
didapatkan dari berbagai literatur. Dan diharapkan dengan adanya makalah ”Boiler
Feed Water” mendapat pengetahuan yang sesuai.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dari isi
maupun penyajiannya, karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Palembang, September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Umpan Boiler............................................................3
2.2 Pengolahan Air Umpan Boiler..........................................................5
2.3 Parameter Analisis Air Pada Air Umpan Boiler...............................19
2.4 Spesifikasi Air Umpan Boiler...........................................................25
2.5 Sistem Demineralizer Water Plant di PT Pupuk Sriwidjaja.............30
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu proses produksi dalam industri, boiler merupakan suatu
pembangkit panas yang penting. Sesuai dengan namanya maka fungsi dari boiler ini
adalah memanaskan kembali. Dalam suatu proses industri boiler harus dijaga agar
effisiensinya cukup tinggi. Oleh sebab itu adalah penting untuk menjaga kualitas air
yang diumpankan untuk boiler, karena akan berhubungan dengan effisiensi dari boiler
tersebut.
Air umpan boiler atau Boiler Feed Water nantinya akan dipanaskan hingga
menjadi steam.Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspadai adanya
kandungan-kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ion-ion
ini sangat berpengaruh pada kualitas air yang nantinya akan digunakan sebagai
umpan boiler.Biasanya ion-ion ini terlarut dalam air sebagai garam karbonat, sulfat,
bilkarbonat dan klorida.Berbeda dengan senyawa-senyawa kimia lainnya, kelarutan
dari senyawa-senyawa mengandung unsur Ca dan Mg seperti CaCO3, CaSO4,
MgCO3, Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, dll ; akan memiliki kalarutan yang makin
kecil/redah apabila suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki boiler, air ini
merupakan masalah yang harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan menimbulkan
kerak (scalling) dan tentu saja akan mengurangi effisiensi dari boiler itu sendiri
akibat dari hilangnya panas akibat adanya kerak tersebut. Selain itu yang
dikhawatirkan bisa menyebabkan scalling adalah adanya deposit silika.
1
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan ketika mengolah air untuk dijadikan
sebagai air minum dibandingkan dengan untuk umpan boiler. Dalam pengolahan air
minum mineral-mineral yang ada dalam air tidak akan dihilangkan karena mineral-
mineral tersebut dibutuhkan untuk tubuh manusia. Bahkan ada perusahaan air minum
yang menambahkan mineral pada air minum produksinya. Hal itu tidak boleh terjadi
dalam pengolahan air untuk umpan boiler. Air minum juga harus dijaga agar bebas
dari kuman penyakit dengan diberi desinfektan sedangkan air umpan boiler tidak
perlu diberi desinfektan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu sebagai
berikut.
1. Pengertian Boiled Feed Water ?
2. Bagaimana Spesifikasi Boiled Feed Water yang digunakan pada Boiler?
3. Bagaimana Cara Pengolahan Boiled Feed Water ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalh ini adalah.
1. syarat untuk memenuhi tugas Utilitas
2. Untuk mengetahui Spesifikasi Air Umpan Boiler yang digunakan
3. Untuk mengetahui cara pengolahan air umpan boiler secara eksternal
dan internal
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Air Umpan Boiler
Dalam suatu proses produksi dalam industri, boiler merupakan suatu
pembangkit panas yang penting. Sesuai dengan namanya maka fungsi dari boiler ini
adalah memanaskan kembali. Dalam suatu proses industri boiler harus dijaga agar
effisiensinya cukup tinggi.Oleh sebab itu adalah penting untuk menjaga kualitas air
yang diumpankan untuk boiler, karena akan berhubungan dengan effisiensi dari boiler
tersebut.
Air umpan boiler atau Boiler Feed Water nantinya akan dipanaskan hingga
menjadi steam.Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspadai adanya
kandungan-kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water).Ion-ion
ini sangat berpengaruh pada kualitas air yang nantinya akan digunakan sebagai
umpan boiler.
Demineralisasi air adalah sebuah proses penyerapan kandungan ion-ion
mineral di dalam air dengan menggunakan resin ion exchange. Air hasil proses
demineralisasi digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, terutama untuk industri.
Industri yang menggunakan air demin diantaranya yakni pembangkit listrik tenaga
uap, industri semikonduktor, dan juga industri farmasi.
Adapun beberapa proses umum yang dilakukan untuk memperoleh air umpan
boiler yang baik adalah sebagai berikut:
3
Gambar 2.1. Diagram Proses Demineralisasi
(Source : Boiler Feed Water Process pdf)
Air umpan adalah air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam.
Sedangkan sistem air umpan adalah sistem penyediaan air secara otomatis untuk
boiler sesuai dengan kebutuhan steam. Ada dua sumber air umpan, yaitu:
Kondensat : steam yang telah berubah fasa menjadi air (mengembun)
Air make up : air baku yang sudah diolah
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air
sampai terbentuk air panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu
kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Air adalah media
yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air
dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga
boiler merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan (feed water system), sistem
steam (steam system) dan sistem bahan bakar (fuel system).
4
Sistem air umpan (feed water system) menyediakan air untuk boiler secara
otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.Berbagai kran disediakan untuk
keperluan perawatan dan perbaikan.
Sistem steam (steam sistem) mengumpulkan dan mengontrol produksi
steam dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik
pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur menggunakan
kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan.
Sistem bahan bakar (fuel sistem) adalah semua peralatan yang digunakan
untuk menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang
dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan bakar
tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.
Sistem yang lain adalah penggunaan economizer untuk memanaskan awal air
umpan menggunakan limbah panas pada gas buang, untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi.
2.2 Pengolahan Air Umpan Boiler
Air umpan boiler atau Boiler Feed Water nantinya akan dipanaskan hingga
menjadi steam. Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspdai adanya
kandungan-kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+.Air yang banyak
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ion-ion
ini sangat berpengaruh pada kualitas air yang nantinya akan digunakan sebagai
umpan boiler. Biasanya ion-ion ini terlarut dalam air sebagai garam karbonat, sulfat,
bilkarbonat dan klorida. Berbeda dengan senyawa-senyawa kimia lainnya, kelarutan
dari senyawa-senyawa mengandung unsur Ca dan Mg seperti CaCO3, CaSO4,MgCO3,
Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, akan memiliki kalarutan yang makin kecil/redah apabila
suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki boiler, air ini merupakan masalah yang
harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan menimbulkan kerak(scalling) dan tentu
saja akan mengurangi effisiensi dari boiler itu sendiri akibat dari hilangnya panas
5
akibat adanya kerak tersebut.Selain itu yang dikhawatirkan bisa menyebabkan
scalling adalah adanya deposit silika.
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan ketika mengolah air untuk dijadikan
sebagai air minum dibandingkan dengan untuk umpan boiler. Dalam pengolahan air
minum mineral-mineral yang ada dalam air tidak akan dihilangkan karena mineral-
mineral tersebut dibutuhkan untuk tubuh manusia. Bahkan ada perusahaan air minum
yang menambahkan mineral pada air minum produksinya. Hal itu tidak boleh terjadi
dalam pengolahan air untuk umpan boiler. Air minum juga harus dijaga agar bebas
dari kuman penyakit dengan diberi desinfektan sedangkan air umpan boiler tidak
perlu diberi desinfektan.
Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang timbul pada boiler,maka
air umpan (contohnya air sungai) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler,
harus diolah terlebih dahulu, pengolahan air ini meliputi :
1. Pengolahan Eksternal
Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi,
padatan terlarut (terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab
utama pembentukan kerak) dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses pengolahan secara eksternal berfungsi untuk memperbaiki kualitas air yang terdiri dari berbagai jenis, dan penerapan proses-proses tersebut disesuaikan dengan tujuan penggunaan air yang dikehendaki. Proses-proses tersebut digunakan untuk mengolah impurities tertentu dan pengolahan air secara eksternal ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
a. Pertukaran ion
b. De-aerasi (mekanis dan kimia)
a. Proses Pertukaran Ion
Konstanta disosiasi air sangat kecil dan reaksi dari H+ dengan OH- sangat
cepat. Ketika semua posisi pertukaran yang awalnya dipegang H+ atau ion OH- yang
6
menempati Na+ atau Cl- (kation atau anion lain) yang masing-masing resin dikatakan
habis. Resin kemudian dapat diregenerasi dengan ekuilibrasi menggunakan asam atau
basa yang sesuai.
Reaksi dalam persamaan (6.4), dan (6.5) merupakan proses kesetimbangan
yang dapat bergerak ke arah hasil. Sebagai hasilnya, ion kotoran di dalam air
dipertukarkan dan dipertahankan dalam resin. Jadi ketika air biasa dilewatkan melalui
penukar kation, semua kotoran kationik seperti Na+, Ca2+, Mg2+ dipertukarkan untuk
ion hidrogen dari resin. Jelas, limbah akan bersifat asam. Saat berikutnya dilewatkan
melalui pertukaran anion, semua kotoran anionik seperti CI-, N03- dan sulfat yang
mengalami pertukaran, selanjutnya akan melepaskan OH-. Hidrogen dan hidroksil
bergabung membentuk molekul air dan limbah menjadi air netral. Jumlah pengotor
kationik yang seimbang akan setara dengan jumlah kotoran anionik di perairan alami.
Dengan demikian, kapasitas pertukaran ion akan habis dalam kedua kolom resin pada
tingkat yang sama. Tapi, dalam prakteknya, hal ini agak berbeda, karena adanya ion
bikarbonat dan karbonat di perairan alam.Ion-ion hidrogen berinteraksi dengan anion
dan dihasilkan asam karbonat sehingga terbentuk menjadi air dan karbon dioksida.
Bagian dari beban anioik dihilangkan dalam bentuk gas untuk mengurangi
beban anion resin. Hal ini menyebabkan banyak pembentukan gelembung, hampir
seperti buih. Hal ini diperlukan untuk menghilangkan gas buangan.
Operasi Sistem Pertukaran Ion
Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu :
1. tahap layanan (service)
2. tahap pencucian balik (backwash)
7
3. tahap regenerasi, dan
4. tahap pembilasan
Tahapan-tahapan tersebut dapat pula dilihat pada Gambar 3.4.1
Gambar 2.3 Tahapan-tahapan operasi dalam sistem pertukaran ion
Tahap Layanan
Tahap layanan adalah tahap dimana terjadi reaksi pertukaran ion.Tahap
layanan ditentukan oleh konsentrasi ion yang dihilangkan terhadap waktu, atau
volume air produk yang dihasilkan.Hal yang penting pada tahap layanan dalah
kapasitas (teoritik dan operasi) dan beban pertukaran ion (ion exchange load).
Kapasitas pertukaran teoritik didefinisikan sebagai jumlah ion secara teoritik yang
dapat dipertukarkan oleh resin per satuan massa atau volume resin. Kapasitas
pertukaran ion teoritik ditentukan oleh jumlah gugus fungsi yang dapat diikat oleh
8
matriks resin. Kapasitas operasi adalah kapasitas resin aktual yang digunakan untuk
reaksi pertukaran pada kondisi tertentu. Beban pertukaran ion adalah berat ion yang
dihilangkan selama tahap layanan dan diperoleh dari hasil kali antara volume air yang
diolah selama tahap layanan dengan konsentrasi ion yang dihilangkan. Tahap layanan
ini dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari atas (down flow).
Tahap Pencucian Balik
Tahap pencucian balik dilakukan jika kemampuan resin telah mencapai titik
habis. Sebagai pencuci, digunakan air produk. Pencucian balik mempunyai sasaran
sebagai berikut :
1. pemecahan resin yang tergumpal
2. penghilangan partikel halus yang terperangkap dalam ruang antar resin
3. penghilangan kantong-kantong gas dalam reaktor, dan
4. pembentukann ulang lapisan resin
Pencucian balik dilakukan dengan pengaliran air dari bawah ke atas (up flow).
Tahap Regenerasi
Tahap regenerasi adalah operasi penggantian ion yang terserap dengan ion
awal yang semula berada dalam matriks resin dan pengembalian kapasitas ke tingkat
awal atau ke tingkat yang diinginkan. Larutan regenerasi harus dapat menghasilkan
titik puncak (mengembalikan waktu regenerasi dan jumlah larutan yang digunakan).
Jika sistem dapat dikembalikan ke kemampuan pertukaran awal, maka ekivalen ion
yang digantikan harus sama dengan ion yang dihilangkan selama tahap layanan. Jadi
secara teoritik, jumlah larutan regenerasi (dalam ekivalen) harus sama dengan jumlah
ion (dalam ekivalen) yang dihilangkan (kebutuhan larutan regenerasi teoritik).
Operasi regenerasi agar resin mempunyai kapasitas seperti semula sangat
mahal, oleh sebab itu maka regenerasi hanya dilakukan untuk menghasilkan sebagian
dari kemampuan pertukaran awal. Upaya tersebut berarti bahwa regenerasi ditentukan
oleh tingkat regeneras yang diinginkan. Tingkat regenerasi dinyatakan sebagai jumlah
9
larutan regenerasi yang digunakan per volume resin. Perbandingan kapasitas operasi
yang dihasilkan pada tingkat regenerasi tertentu dengan kapasitas pertukaran yang
secara teoritik yang dapat dihasilkan pada tingkat regenerasi itu disebut efisiensi
regenerasi. Efisiensi regenerasi resin penukar kation asam kuat yang diregenerasi
dengan H2 anion basa kuat yang diregenerasi dengan NaOH antara 20-50%, oleh
sebab itu pemakaian larutan regenerasi 2-5 kali lebih besar dari kebutuhan teoritik.
Besaran untuk menyatakan tingkat efisiensi penggunaan larutan regenerasi adalah
nisbah regenerasi (regeneration ratio) yang didefinisikan sebagai berat larutan
regenerasi dinyatakan dalam ekivalen atau gram CaCO3 dibagi dengan beban
pertukaran ion yang dinyatakan dalam satuan yang sama. Semakin rendah nisbah
regenerasi, semakin efisien penggunaan larutan regenerasi. Harga nisbah regenerasi
merupakan kebalikan harga efisiensi regenerasi. Operasi regenerasi dilakukan dengan
mengalirkan larutan regenerasi dari atas.
Proses regenerasi unit dilakukan dengan menginjeksi regeneran pada masing-
masing unit. Regeneran untuk cation adalah HCl dan untuk anion NaOH.
Proses regenerasi :
Backwash, yaitu mengalirkan air bersih ke arah berlawanan melalui tangki kation
atau anion sampai air keluarannya bersih
Melakukan slow rinse, yaitu mengalirkan air pelan-pelan untuk menghilangkan
regeneran dalam resin
Fast rinse, yaitu membilas unit dengan laju yang lebih cepat untuk
menghilangkan sisa regeneran sebelum operasi.
a.Regenerasi kation
Regenerasi kation dilakukan dengan cara mengganti kembali ion H+ yang
telah jenuh dengan merekasikannya dengan H2SO4.
10
Ada beberapa tahapan yang dilakukan pada proses regenerasi kation :
1. Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan
deposit kotoran yang menempel di resin.
2. Pemberian asam tahap 1 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 1,75%
3. Pemberian asam tahap 2 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 3,5%
4. Pemberian asam tahap 3 yaitu dengan menginjeksikan H2SO4 5,25%
5. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.
6. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang
besar.
b. Regenerasi anion
Regenerasi resin penukar anion sama dengan regenerasi kation, jika sudah
jenuh maka dapat dikembalikan ke keadaan dengan menggunakan alkali. Soda
kaustik dipakai sebagai penukar anion dari basa kuat.
R - Cl- + NaOH R – OH + NaCl
SO4- Na2SO4
Sama dengan regenerasi pada kation, pada anion juga terdapat beberapa
tahapan. Tahap-tahap yang dilakukan pada proses regenerasi anion :
1. Backwash adalah suatu proses yang bertujuan untuk membuang/menghilangkan
deposit
kotoran yang menempel di resin.
11
2. Preheat bed
3. Caustic injection yaitu penambahan kaustik dengan cara menginjeksian NaOH 4%.
4. Slow rinse dimaksudkan untuk pembilasan dan pengangkatan kotoran yang telah di
proses.
5. Fast rince sama dengan slow rinse hanya saja melakukannya dengan debit air yang
besar.
Selama proses regenerasi, limbah air yang dihasilkan ditampung pada bak
penampung regenerasi (neutral basin) untuk dinetralkan sebelum akhirnya dibuang
ke sungai.
Biasanya regenerasi dilakukan dengan melewatkan regeneran melalui bed
resin penukar ion pada arah yang sama dengan air baku yang diolah; proses ini
disebut regenerasi ‘co-current’. Jika regenerasi co-current (aliran ke bawah) terjadi,
lapisan bawah kolom diregenerasi dengan buruk, kecuali jika digunakan regeneran
asam atau basa dalam jumlah yang sangat besar. Di sisi lain, jika regenerasi dilakukan
counter-current (dengan arah yang berlawanan), lapisan bawah resin yang jenuh lebih
efektif diregenerasi. Proses ini terjadi pada pengurangan kebocoran natrium (pada
penukar kation) dan silika (pada penukar anion) hingga tingkat pengurangannya
sangat rendah selama siklus pertukaran.
Pada studi lebih lanjut, teknik fluidisasi telah digunakan untuk demineralisasi.
Pada proses ini, air mentah diolah dengan mengalirkan ke atas dan regenerasi
dilakukan oleh regeneran (zat peregenerasi) melalui aliran ke bawah .
12
Gambar 2.4 Diagram Skematis Sistem 3-Resin Mixed Bed
Dalam produksi air deionisasi dapat dicapai dengan menggunakan bed
bertingkat yang terdiri dari lapisan resin yang ditumpangkan dengan polaritas yang
sama. Salah satu diantaranya asam atau basa lemah, sementara lainnya asam atau
basa kuat. Selama regenerasi, resin asam lemah, yang lebih ringan dari resin asam
kuat ditempatkan pada atas bed (Gambar 3). Aliran counter-current regeneran
kemudian menuju ke atas melalui bed dan bertemu pertama kali dengan resin asam
kuat, diikuti resin asam lemah. Sehingga regenerasi terjadi secara menyeluruh.
13
Gambar 2.5 Diagaram Skematis Bed Bertingkat
Dibandingkan dengan penukar tunggal (lemah atau kuat), regenerasi dengan
aliran counter-current, bed bertingkat memiliki kapasitas pemasangan operasi per liter
lebih besar. Resin kurang, karena itu diperlukan pengolahan volume air yang sama,
dan efisiensi proses ditingkatkan dalam pengurangan konsumsi regeneran.
Rasio volume resin asam lemah (karboksilat) dengan volume bed total (pada
Bed Bertingkat) akan lebih besar, waktu siklus yang lebih singkat dan semakin tinggi
alkalinitas/zat padat terlarut dan rasio kesadahan total. Kinerja Bed Bertingkat juga
bergantung pada pemisahan yang baik antara dua penukar. Ini berarti bahwa pola
aliran dalam kolom harus optimum agar pemisahan antara dua resin selama
regenerasi terlihat jelas, yang mana ukuran partikel dari dua resin dipilih dengan hati-
hati.
Beberapa kasus khusus ditemui di mekanisme demineralisasi. Pada unit aliran
counter-current, hal yang sangat penting untuk menjaga kekompakan resin sepanjang
waktu selama regenerasi dan lebih baik juga selama proses layanan. Pengganggu
lainnya dari kation bed selalu mengarah ke kebocoran natrium. Unit aliran counter-
current harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga titik akhir natrium dan silika
untuk unit kation dan anion tidak berlebih. Hal ini penting karena umpan untuk
14
pabrik demineralisasi setelah pengolahan awal harus bebas dari berbagai residu
klorin.
b. De-aerasi
Dalam deaerasi, gas terlarut, seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang
dengan pemanasan awal air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam
mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida
dan oksigen, sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam sistim boiler,
karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) dilepaskan sebagai gas dan bergabung
dengan air (H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3). Penghilangan oksigen, karbon
dioksida dan gas lain yang tidak dapat teremb unkan dari air umpan boiler sangat
penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan operasi. Asam karbonat
mengkorosi logam menurunkan umur peralatan dan pemipaan. Asam ini juga
melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami pengendapan dan
meyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak
hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas. Macam deaerasi yaitu:
- De-aerasi mekanis
De-aerasi mekanis untuk penghilangan gas terlarut digunakan sebelum
penambahan bahan kimia untuk oksigen. De-aerasi mekanis didasarkan pada
hukum fisika Charles dan Henry. Secara ringkas, hokum tersebut menyatakan
bahwa penghilangan oksigen dan karbondioksida dapat disempurnakan dengan
pemanasan air umpan boiler, yang akan menurunkan konsentrasi oksigen dan
karbon dioksida di sekitar atmosfir air umpan. De-aerasi mekanis dapat menjadi
yang paling ekonomis, beroperasi pada titk didih air pada tekanan dalam de-
aerator. Deaerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan. De-aerator jenis
vakum beroperasi dibawah tekanan atmosfir, pada suhu sekitar 82 oC, dan dapat
15
menurunkan kandungan oksigen dalam air hingga kurang dari 0,02 mg/liter.
Pompa vakum atau steam ejectors diperlukan untuk mencapai kondisi vakum.
De-aerator jenis bertekanan beroperasi dengan membiarkan steam menuju air
umpan melalui klep pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang
dikehendaki, dan dengan suhu
minimum 105oC. Steam menaikan suhu air menyebabkan pelepasan gas O2 dan
CO2 yang dikeluarkan dari sistim. Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen
hingga 0,005 mg/liter.
- De-aerasi kimiawi
Sementara deaerators mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen
hingga ke tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen
yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan bahaya korosi terhadap sistim.
Sebagai akibatnya, praktek pengoperasian yang baik memerlukan penghilangan
oksigen yang sangat sedikit tersebut dengan bahan kimia pereaksi oksigen seperti
sodium sulfit atau hidrasin. Sodium sulfit akan bereaksi dengan oksigen
membentuk sodium sulfat yang akan meningkatkan TDS dalam air boiler dan
meningkatkan blowdown dan kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi dengan
oksigen membentuk nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam
boiler tekanan tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah,
karena senyawa tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.
2. Pengolahan Secara Internal
Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses
penambahan/penginjeksian satu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam air
yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air secara
internal merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu sudah
diolah sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak
16
dilakukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan internal saja.
Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah :
- Masalah korosi
Macam-Macam Korosi diantaranya adalah:
a. Korosi oleh suhu tinggi
Pada suhu yang lebih tinggi, terutama diatas 950º F, uap dapat bereaksi
dengan besi (iron):
3 Fe + 4 H2O -- Fe3O4 + 4H2
iron steam Black Magnetic Hydrogen
oxide
Pada suhu sampai 950º F reaksi korosi ini lambat. Diatas suhu ini kecepatan
dipercepat, dan campuran Cr – Ni campuran KA2 dapat digunakan. Bahan-bahan ini
membentuk suatu lapisan oxida pelindung pada permukaan logam, dimana hal seperti
ini tak terjadi pada baja.
b. Korosi Karena Kelelahan
Dibawah keadaan yang baik untuk terjadinya korosi dan adanya tekanan,
logam dapat berkarat dalam bentuk lobang yang dalam dan runcing, yang akhirnya
berkembang memanjang seperti celah atau menjadi retak. Bila kejadian ini tidak
dihentikan, maka bagian yang diserang ini akhirnya menjadi lemah. Penelitian secara
mikroscopis menunjukkan bahwa kejadian itu terjadi dalam suatu cara yang
karakteristis bahwa retak yang dihasilkan adalah transcryslline, dan dalam bentuk
hampir garis lurus. Caustic Embrittlement.
Dengan macam air pengisi yang tertentu, bentuk retak yang khas dapat
kelihatan di dalam plat ketel uap, terutama pada klem paku keeling di bawah
permukaan air. Retak-retak ini adalah inter crystalline dan tidak mengikuti garis
tekanan maksimum.
17
Kejadian yang demikian ini disebut caustic embrittlemet. Keadaan seperti ini
terjadi dimana konsentrasi sodium hydroxide (NaOH) ada di dalam air ketel dimana
elemen-elemen lain tidak ada. Embrittlement dapat dicegah bila suatu perbandingan
yang tepat antara sodium sulfat dengan sodium carbonate dipertahankan di dalam air
pengisi.
- Masalah pembentukan kerak
Tujuan pengolahan ini untuk mengatur atau mengontrol zat-zat padat,
alkalinitas, kelebihan fosfat, gas-gas korosif, menghindarkan timbulnya endapan-
endapan yang dapat melekat dan mengeras pada dinding atau pipa-pipa boiler dan
membuat lapisan boiler lebih tahan terhadap korosi. Beberapa mekanisme yang
terjadi dalam Internal Treatment, antara lain:
1. Mereaksikan kesadahan dengan bahan kimia, agar kerak calcium carbonate
yang keras berubah menjadi endapan yang lunak berlumpur sehingga bisa
dibuang melalui blow-down.
2. Mengkondisikan pH/Alkalinity air boiler untuk menghindarkan pengerakan
silica.
3. Penggunaan anti-busa (anti foam) untuk mencegah potensi pembusaan yang
akan mengakibatkan terjadinya carry-over dan menurunkan kemurnian uap.
Beberapa jenis bahan kimia yang umum dipergunakan dalam Internal
treatment adalah sbb:
Fosfat (jenis ortho ataupun polyfosfat): bereaksi kesadahan calcium untuk
menetralisir kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium fosfat yang
berbentuk lumpur dan dapat dibuang melalui blow down secara terus-menerus atau
secara berkala melalui bawah ketel.
18
Natural and synthetic dispersants (Dispersant): meningkatkan sifat dispersif Air
Boiler. Beberapa contoh Polymeric Dispersant adalah:
- polimer Alam : lignosulphonates, tannin
- Polimer sintetik : polyacrylates, maleat acrylate copolymer, maleat styrene
copolymer,dsb.
Sequestering agents (anti scale) seperti phoshate organic (phosphonates),
Polymaleic acid (PMA), Sulfonated co-polymer, dsb.
Oxygen scavengers (Pemakan Oksigen):seperti natrium sulfit, tannis, hidrazin,
hidroquinon / progallol berbasis derivatif, hydroxylamine derivatif, asam askorbat
derivatif, dll. Oxygen Scavengers ini, dikatalisasi ataupun tidak, akan mengurangi
kadar oksigen terlarut dalam feed-water. Beberapa jenis dari oxygen scavenger ini
juga berfungsi sebagai passivator untuk mem-passivasi permukaan logam seperti
Hydrazine, Hydroxylamine derivate,dll. Pilihan produk dan dosis yang diperlukan
akan tergantung pada jenis alat mekanis yang digunakan (Deaeator atau Heating
Tank)
Anti-foaming or anti-priming agents : campuran bahan aktif permukaan yang
mengubah tegangan permukaan cairan, menghilangkan busa dan mencegah
terbawa air halus partikel.
2.3 Parameter Analisis Air Pada Air Umpan Boiler
1. pH
Kata pH adalah singkatan dari "pondus Hydrogenium". Hal ini secara harfiah
berarti berat hydrogen. pH adalah indikasi untuk jumlah ion hydrogen di air yang
terdiri dari ion hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-). pH tidak memiliki unit,
melainkan hanya dinyatakan sebagai sebuah nomor. Ketika sebuah larutan yang
netral, jumlah ion hidrogen sama dengan jumlah ion hidroksida. Ketika jumlah ion
hidrogen yang lebih tinggi, larutannya adalah asam. Ketika jumlah ion hidroksida
lebih tinggi, Larutannya adalah basa.
19
Harga pH pada air umpan boiler dan air pendingin penting untuk diperhatikan
untuk mencegah terjadinya korosi. Terdapat hubungan antara pH dan laju terjadinya
korosi pada bahan konstruksi dari loga mild steel yang menunjukan adanya
kecenderubgan menurunnya korosi dengan naiknya harga pH. Namun pada bahan
konstruksi dari logam Cu terjadi sebaliknya, yaitu kecenderungan laju korosi menaik
dengan menaiknya harga pH di atas pH 9.
Berkaitan dengan pH adalah asiditas (keasaman), merupakan ukuran yang
menentukan jumlah basa kuat yang diperlukan untuk mengganti kation di dalam air.
Asiditas disebabkan oleh kehadiran ion H+ yang terdesosiasi dari anion
dan sebagian asam-asam organic. Nilai pH air dalam kondisi ini biasanya lebih besar
dari 4,5. Dalam air tercemar, kehadiran asam kuat akan menyebabkan pH air bisa
lebih kecil dari 4,5. Dalam kondisi ini, dikatakan air mengandung asam mineral
bebas.
PH merupakan indikasi untuk keasaman suatu zat. Hal ini ditentukan oleh
jumlah ion hidrogen bebas (H+) dalam suatu zat. Keasaman adalah salah satu hal yang
paling penting dari sifat-sifat air. Air adalah pelarut untuk hampir semua ion. pH
berfungsi sebagai indikator yang membandingkan beberapa ion yang paling larut
dalam air. Hasil pengukuran pH ditentukan oleh pertimbangan antara jumlah ion H+
dan jumlah ion hidroksida (OH-).Larutan akan memiliki pH sekitar 7, ketika jumlah
ion H+ sama dengan jumlah OH- ion, sehingga air netral.
pH adalah faktor logaritmik, ketika sebuah larutan menjadi sepuluhkali lebih
asam, pH akan jatuh oleh satu unit.. Ketika sebuah larutan menjadi seratus kali lebih
asam, pH akan jatuh oleh dua unit. Semakin jauh pH terletak di atas atau di bawah 7,
bisa disebut dengan pH alkalinitas.
Tingkat kadar pH air umpan boiler yang benar harus diterapkan untuk
mencegah terjadinya korosi. Umumnya, kadar pH berkisar antara 7-9. Bila pH
berada di luar batas rekomendasi maka untuk mengontrolnya dibutuhkan beberapa
tahap, yaitu :
a. Bila pH rendah ditambah dosis alkali booster
20
b. Bila pH tinggi hentikan pemakaian alkali booster dan lakukan blowdown.
2. Konduktivitas
Daya hantar listrik adalah kemampuan dari larutan untuk menghantarkan arus
listrik yang dinyatakan dalam µmhos/cm atau µsiemens/cm (1µmhos/cm =
µsiemens/cm). kemampuan ini desibabkan oleh kehadiran senyawa terlarut yang
terdisosiasi menjadi kation dan anion. Pengukuran DHL dilakukan dengan alat
konduktometer. Air murni bukan merupakan konduktir atau penghantar listrik yang
baik.
Air hasil destilasi yang berkesetimbangan dengan gas CO2 di atmosfir
mempunyai nilai konduktivitas atau daya hantar listrik sekitar 70.10-6 Ω-1.m-1
(µnho/m). untuk keperluan yang sangat khusus seperti air pembilasan (rising) industri
semikonduktor diperlukan air dengan nilai daya hantar listrik yang rendah, sekitar
5,5.10-6 Ω-1m-1 (µmho/m). Dalam larutan encer (TDS < 1000mg/l dan
konduktivitas < 2000 µmho/cm) nilai TDS = 0,5 konduktivitas, sedangkan semakin
tinggi konsentrasi TDS nilai perbandingan ini akan semakin besra. Jika nilai TDS
atau konduktivtitas meningkat maka nilai korosifitas air akan lebih besar. Harga daya
hantar listrik dari umpan air boiler deperhatikan untuk mencegah terjadinya endapan
kerak pada bagian permukaan perpindahan panas dan juga untuk menjaga kemurnian
steam yang terbentuk. 3 Alkalinitas Alkalinitas didefinisikan sebagai jumlah anion
dalam air yang akan bereaksi untuk menetralkan ion H, merupakan suatu ukuran
kemampuan air menetralisasi asam. Parameter yang tergolong alkalinitas: - CO2-,
HCO3-, H2BO3
-, HS-, CO2 - OH-, HSiO3-, H2PO4-, NH3. Parameter yang sering
diperhatikan sebagai alkalinitas adalah bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO2-), dan
hidroksida (OH-) dan kadang-kadang juga ion silikat dan phospat, dan lainnya
sehingga alkalinitas bikarbonat dan alkalinitas hidroksida. Penamaan lain dari
alkalinitas berdasarkan metoda uji terhadap harga alkalinitas adalah alkalinitas-P
phenolphthalein dan alkalinitas-M Methyl orange. Harga alkalinitas tinggi tidak
dikehendakiuntuk air umpan boiler karena dapat menimbulkan pembusaan yang dapat
21
mengakibatkan terjadinya carry-over, dapat menimbulkan perapuhan konstruksi
boiler dan korosi.
Penurunan harga alkalinitas pada air umpan boiler disamping dapat untuk
meminimkan pembentukan CO2 juga dapat mengurangi biaya pengolahan secara
kimia. Gas CO2 yang terlarut dalam air juga berasal dari transfer CO2 dari udara dan
respirasi mikroorganisme. Gas CO2 ini akan melarutkan mineral magnesium dan
kalsium dalam bentuk CaCO3 atau MgCO3, dan mengasilkan komponen hardness dan
alkalinitas menurut reaksi:
H2O + CO2 + MgCO3 Mg(HCO3)2 ≈ Mg2+ + 2(HCO3-) H2O + CO2 + CaCO3
Mg(HCO3)2 ≈ Mg2+ + 2(HCO3-)
Air baku yang tercemar mempunyai nilai alkalinitas yang berasal dari
bikarnonat. Dalam kondisi ini, nilai pH air tidak melebihi 8,3. jika dalam air baku
terkandung ion karbonat nilai pH air bisa melebihi nilai 8,3. Pengukuran alkalinitas
dilakukan dengan titrasi dengan asam. Jika digunakan H2SO4 0,02 N sebagai titran,
maka a ml asam dapat menetralisir 1 mg alkalinitas sebagai CaCO3.
Konversi karbonat menjadi bikarbonat pada prinsipnya sempurna pada pH
8,3. Tetapi karena bikarbonat juga merupakan spesi alkalinitas sehingga masih
dibutuhkan sejumlah asam yang sama untuk menyempurnakan netralisasi. Dengan
demikian netralisasi CO3- pada pH 8,3 hanya setengahnya. Konversi OH- menjadi air
berlangsung sempurna pada pH 8,3 sehingga semua OH¬ dan setengah CO3- ikut
terukur pada pH 8,3. Pada pH 4,5 semua bikarbonat telah terkonversi menjadi asam
karbonat, termasuk bikarbonat hasil netralisasi karbonat. Sehingga jumlah asam yang
diperlukan u untuk menitrasi contoh air sampai pH 4,5 eqivalen dengan alkalinitas
total dalam air.
P-Alkalinitas adalah nilai alkalinitas yang ditunjukan oleh jumlah asam yang
diperlukan untuk mencapai pH air contoh menjadi 8,3 sedangkan M-alkalinitas
adalah nilai alkalinitas yang ditunjukan o;eh jumlah asam yang diperlukan untuk
mencapai pH air contoh dari 8,3 menjadi 4,5.
22
Nilai konduktivitas merupakan ukuran terhadap konsentrasi total elektrolit di
dalam air.Kandungan elektrolit yang pada prinsipnya merupakan garam-garam yang
terlarut dalam air, berkaitandengan kemampuan air di dalam menghantarkan arus
listrik. Penentuan konduktivitas dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Alat yang digunakan adalah konduktometer yang sebelumnya telah dikalibrasi
dengan larutan KCl 0,1 M, dimana temperaturnya dianggap 25oC.
Konduktivitas dari larutan KCl 12,88 mS/cm.
Sampel air yang akan dianalisa dimasukkan dalam gelas kimia lalu diukur
konduktivitasnya dengan cara mencelupkan elektroda kaca ke dalam sample
tersebut dengan memijit tombol "cond" nilai konduktivitas akan segera
muncul.
3. Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi,
sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium
dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun
garam-garam bikarbonat dan sulfat. Untuk air umpan boiler, kesadahan harus dijaga
kurang dari 80 mg/lt CaCO3 agar tidak menyebabkan korosi.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah
dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air
sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa.
Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan
dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan
beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkanpengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun
di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun dapat membentuk
23
gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang
digunakan diawasi dengan ketat untuk mencegah kerugian. Untuk menghilangkan
kesadahan biasanya digunakan berbagai zat kimia, ataupun dengan
menggunakan resin penukar ion. Air sadah digolongkan menjadi dua jenis,
berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah
sementara dan air sadah tetap.
4. Turbidity
Kekeruhan dapat didefinisikan sebagai sifat optic dari suatu larutan yang
menyebabkan cahaya yang melaluinya terabsorbsi atau terbiaskan. Nilai kekeruhan
bisa menunjukan tingkat atau kadar padatan tersuspensi didalam air. Cara
menentukan kekeruhan adalah sebagai berikut :
Kekeruhan diukur dengan alat yang dinamakan turbiditimeter dengan satuan
NTU (Net Turbidity Unit).
Sebelum digunakan alat dikalbrasi dengan larutan yang mempunyai kekeruhan
25 NTU. Skala diputar sampai layar menunjukkan 25 NTU.
Sample dimasukkan ke dalam botol sample ditutup, dimasukkan ke dalam alat
ukur, nilainya akan terlihat dalam layar.
5. TSS (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi dalam jumlah besar didalam air umpan boiler tidak
dikehendaki karena dapat menyebabkan terjadinya endapan di dalam boiler dan
membentuk kerak. Padatan tersuspensi pada umumnya mengandung Lumpur, humus,
buangan industri dan lainnya. Sumber dari padatan tersuspensi berasal dari:
Padatan anorganik : lempung, kerikil, da padatan buangan industri
Padatan organic : serat tumbuhan, mikroba, sisa buangan domestik dan industr
cairan tak larut seperti lemak dan minyak
Pengukuran padatan tersuspensi dilakukan secara gravimetrik dengan satuan
ppm. Ukuran diameter dari padatan tersuspensi antara 1-100 µm. parameter padatan
24
tersuspensi biasanya digunakan dalam pembahasan kualitas air limbah. Padatan
tersuspensi memberikan sifat keruh terhadap air.
2.4 Spesifikasi Air Umpan Boiler
Air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah:
1. Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses
2. Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar
ruang boiler dan plant proses.
Persyaratan air pengisi boiler pada dasarnya ditentukan oleh tipe boiler dan
tekanan kerjanya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penangan air umpan
boiler, air tersebut harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Air tidak boleh membentuk kerak / endapan yang membahayakan
Kerak / deposit pada air umpan disebabkan oleh terbentuknya sendapan dari
air, langsung pada permukaan perpindahan panas atau oleh suspensi air yang
menempel pada permukaan logam menjadi keras atau lengket. Pembentukan kerak
menyebabkan kesadahan dan suhu tinggi, yang biasanya berupa garam-garam
karbonat dan silikat.
2. Air bebas dari zat-zat yang dapat menyebabkan korosi.
Korosi adalah kerusakan – kerusakan yang timbul pada logam yang
disebabkan karena terjadinya reaksi kimia antara permukaan logam dengan media
sekelilingnya.
Korosi di dalam peralatan air pengisi dapat diterangkan dengan theory
electrochemical. Hal ke-2 yang mempercepat terjadinya korosi di dalam ketel uap
terutama:
1) Oxygen yang terlarut
25
2) Asam-asam
3) Endapan yang dipermukaan, terutama yang mempunyai sifat electronegative
terhadap baja.
4) Gabungan logam yang tak disukai, seperti tembaga dan baja.
5) Adanya electrolytes, seperti larutan garam-garan kuat.
Ada 4 cara yang umum digunakan untuk mencegah korosi, ialah:
- Menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam air pengisi, terutama
oxygen dan carbon dioxide yang terlarut dalam air. Hal ini dapat diatasi
dengan proses aerasi.
- Penetralan asam-asam dan mempertahankan alkalinity yang
diinginkan dan pH di dalam air pengisi serta air ketel.
- Pembersihan mesin secara berkala.
- Meniadakan konsentrasi garam yang berlebihan.
3. Air tidak boleh mengakibatkan terjadinya carry over.
Carry over yang besar dihasilkan dari priming dan foaming. Faoming dapat
digambarkan sebagai pembentukan sejumlah buih di dalam ketel, yang disebabkan
oleh kesalahan gelembung-gelembung uap untuk bersatu dan pecah. Hal ini disertai
oleh kenaikan kandungan uap air yang agak banyak di dalam uap yang dikeluarkan
oleh ketel.
Priming adalah ditandai oleh sejumlah besar air yang keluar dari ketel
bersama-sama dengan uap, umumnya dalam letupan-letupan yang tidak continue
(intermittent) yang membahayakan pipa-pipa uap, turbine dan mesin-mesin. Hal ini
dapat terjadi secara bersama-sama dngan foaming.
Permukaan air ketel yang tinggi membantu terjadinya priming. Foaming dan
priming umumnya disebabkan oleh konsentrasi bahan-bahan padat yang terlarut dan
bahan-bahan padat yang mengendap tinggi, mungkin diiringi adanya minyak dan
sabun di dalam air, dan mendadak kapasitas di dalam ketel berubah. Keadaan ini
26
dapat dicegah dengan mereduksi konsentrasi air ketel dengan blowdown,
menghilangkan sumber-sumber kontaminasi sumber air pengisi, pembersihan ketel
secara berkala dan pengaturan batas permukaan air.
Untuk menghilangkan gangguan-gangguan ini, penting untuk menyelidiki
setiap air yang akan digunakan sebagai pengisi ketel dan menentukan setiap sifat dari
air dan menentukan cara terbaik untuk pengolahannya.
Air umpan boiler harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang diuraikan
dalam tabel di bawah ini :
Persyaratan kualitas air boiler menurut American Boiler Manufacturer’s Assosiation (ABMA) dan ASME pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Persyaratan Kualitas Air Boiler (ABMA)
Tekanan(psig)
TotalSolids(ppm)
Totalalkalinitas
(ppm)
Suspendedsolid(ppm)
Silica(ppm)
KonduktivitasMicro.ohm/cm
0– 300 3.500 700 300 150 7.000
301– 450 3.000 600 250 90 6.000
451– 600 2.500 500 150 40 5.000
601– 750 2.000 400 100 30 4.000
751– 900 1.500 300 60 20 3.000
901– 1.000 1.250 250 40 8 2.000
1.001–1.500 1.000 200 21 2 150
Sumber:PullmanKellogs(1980)
Air kondensat biasanya dikembalikan lagi ke tangki umpan untuk menghemat pemakaian air,tetapi kualitas air kondensat tersebut harus memenuhi persyaratan seperti tabel berikut.
27
Tabel 2.2 Persyaratan Air Kondensat
No. Parameter Satuan Nilai
1 Konduktivitas mg/l 10
2 Total Dissolved Solid mg/l 5
3 Total solid Suspended solid mg/l 0.5
4 Total Silika mg/l 0.05
5 Total Besi mg/l 0.1
6 Total Copper mg/l 0.02
7 C02 mg/l 1
8 Chloride mg/l 0.01
9 Organic mg/l 0.01
Sumber :PullmanKellogs(1980)
Tabel 2.3 Konsentrasi Air Boiler
Tekanan Steam pada Boiler (ata) Konsentrasi Air Boiler Maksimum (ppm)
0-20 3500
20-30 3000
30-40 2500
40-50 2000
50-60 1500
60-70 1250
70-100 1000
28
Rekomendasi untuk Boiler dan Kualitas Air Umpan
Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang tidak diolah, proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan umum,semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitifitas terhadap kotoran.
Tabel 2.4. Rekomendasi batas air umpan (IS10392, 1982)
REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)
FaktorHingga 20 kg/cm2 21-39 kg/cm2 40-59 kg/cm2
Total besi (maks.) ppm 0,05 0,02 0,01
Total tembaga (maks.) ppm 0,01 0,01 0,01
Total silika (maks.) ppm 1 0,3 0,1
Oksigen (maks.) ppm 0,02 0,02 0,01
Residu hidrasin ppm - - -0,06
pH pada 250C 8,8-9,2 8,8-9,2 8,2-9,2
Kesadahan, ppm 1 0,5 -
29
REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)
FaktorHingga 20 kg/cm2
21-39 kg/cm2 40-59 kg/cm2
TDS, ppm 3000-3500 1500-2500 500-1500
Total padatan besi terlarut ppm 500 200 150
Konduktivitas listrik spesifik pada 250C (mho) 1000 400 300
Residu fosfat ppm 20-40 20-40 15-25
pH pada 250C 10-10,5 10-10,5 9,8-10,2
Silika (maks.) ppm 25 15 10
2.5 Sistem Demineralizer Water Plant di PT Pupuk Sriwidjaja
Demin plant adalah unit pengolahan air bersih untuk mendapatkan air yang
bebas mineral, baik ion positif maupun negatif. Karena air yang akan digunakan
sebagai make up boiler harus bebas dari mineral yang bertujuan untuk menghindari
deposit/kerak, korosi logam/metal dan carry over. Kation - kation dan anion-anion
yang sering ditemui adalah :
Kation = calsium, magnesium, sodium, potassium, besi, mangan
Anion = bikarbonat, karbonat, sulfat, klorida, nitrat, silikat
30
Gambar 5. Blok Diagram Demin Plant di PT Pupuk Sriwijaya
Adapun langkah pengolahan dimulai dari pemompaan air yang berasal dari
filter water tank dengan tekanan lebih kurang 8,0 kg/cm2, selanjutnya dilakukan
tahapan proses sebagai berikut :
1. Carbon Filter (4205 U-A/B/C/D)
Peranan Carbon Filter di samping untuk penyaringan kotoran yang
terikut di filtered water tank , juga berperan untuk mengurangi zat anorganik,
seperti ion nitrit/nitrat, chlorine. Karbon filter berjumlah 4 buah, yang
dioperasikan secara kontinyu, dan yang lainnya dibersihkan dengan back
wash atau steaming secara bergantian / periodik. Kontrol kualitas air carbon
filter dilakukan satu minggu sekali, di samping itu dilakukan control
seharian dengan parameter pH dan Cl2 residual.
2. Cation Exchanger 4404 (U-A/B/C)
Tujuan dari cation exchanger adalah untuk mengikat ion-ion positif
dengan kation resin. Disini ion positif ditukar dengan ion H+ dari resin duolite
C-225 dengan rumus kimai H2Z.
31
Contoh reaksinya :
MgCO3 + H2Z MgZ + H2O + CO2
Dan sebagai pengaktif kembali bila ion telah jenuh dilakukan
regenerasi dengan asam sulfat. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
H2SO4+ MgZ H2Z + MgSO4
3. Anion Exchanger (4405 U-A/B/C )
Tujuan dari Anion Exchanger adalah untuk menghilangkan ion-ion
negatif. Air dari cation exchanger masuk ke bagian atas anion exchanger
yang berisi resin duolite A-113D dengan rumus kimia ZOH. Contoh reaksi
pengikat anion pada resin :
SO42-+ (ZOH)n Z2SO4 + 2 OH-
Cl- + (ZOH)n ZCl + OH-
Dan sebagai pengaktif kembali bila sudah jenuh dilakukan regenerasi
dengan caustik soda. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
Z2SO4+ 2 NaOH 2 ZOH + Na2SO4
4. Mixed Bed Exchanger (4006 U-A/B)
Merupakan proses lebih lanjut dari cation anion exchanger sehingga
didapat Demin yang lunak. Proses yang terjadi pada mixed bed
exchanger sama seperti pada kation dan anion exchanger. Dalam mixed bed
exchanger terdapat resin kation dan anion yang berfungsi untuk
menyempurnakan penghilangan ion-ion tersisa. Selama proses, resin kation
dan anion bercampur menjadi satu. Setelah mengalami kejenuhan, maka perlu
dilakukan regenerasi dengan back wash untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang terdapat di dalamnya.
32
Kemudian pada saat iddle (didiamkan) secara alami, resin kation akan
tersususn di bagian bawah karena ukurannya lebih besar dari pada resin anion.
Baru kemudian diinjeksikan sulfat di bagian atas dan caustic di bagian bawah.
Analisa kualitas demin water dilakukan 6 kali sehari dengan parameter SiO2
max 0,05 ppm dan 0,1 ppm TDS (total dissolved solid), kemudian ditampung
di demin water storage untuk didistribusikan lebih lanjut.
5. Demineralized Tank 4001 F (1800 M3 )
Merupakan tanki penampung hasil proses demineralisasi yang
selanjutnya dengan bantuan pompa digunakan sebagai make up di
WHB, Package Boiler, deaerator, ammonia plant dan sebagai proses di urea.
Kapasitas seluruh PUSRI untuk memproduksi demin water sebagai berikut :
PUSRI II = 120 ton/jam
PUSRI III = 180 ton/jam
PUSRI IV = 180 ton/jam
PUSRI IB = 250 ton/jam
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Air umpan boiler merupakan hasil dari proses Demineralisasi Air berupa air
yang sudah tidak mengandung mineral-mineral lagi.
2. Demineralisasi Air adalah sebuah proses penyerapan kandungan ion-ion
mineral di dalam air dengan menggunakan resin ion exchange.
3. Pengolahan Air umpan boiler terdiri dari 2 pengolahan yaitu pengolahan
eksternal dan internal. Pengolahan eksternal yaitu Pertukaran ion, De-aerasi
(mekanis dan kimia). Pengolahan air secara internal (internal water
treatment) adalah proses penambahan/penginjeksian satu atau beberapa
bahan kimia (chemicals) ke dalam air yang akan digunakan untuk proses
maupun pendukung proses.
4. Paramater yang harus diperhatikan pada saat Analisis Air Pada Air Umpan
Boiler antara lain PH, Konduktivitas, Kesadahan, Turbidity dan TSS (Total
Suspended Solid).
5. Operasi sistem pertukaran ion dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu tahap
layanan (service), tahap pencucian balik (backwash), tahap regenerasi, dan
tahap pembilasan.
34
LAMPIRAN
1. Apakah maksud dari pembentukan scale? Dan Bagaimana pencegahan korosi
pada pengolahan air umpan boiler? (Lia Fitri Fujiarsi)
Jawab:
Scale adalah kerak pada air umpan disebabkan oleh terbentuknya endapan
dari air, langsung pada permukaan perpindahan panas atau oleh suspensi air
yang menempel pada permukaan logam menjadi keras atau lengket.
Pembentukan kerak menyebabkan kesadahan dan suhu tinggi, yang biasanya
berupa garam-garam karbonat dan silikat.
Ada 4 cara yang umum digunakan untuk mencegah korosi, ialah:
Menghilangkan gas-gas yang terlarut di dalam air pengisi, terutama oxygen
dan carbon dioxide yang terlarut dalam air. Hal ini dapat diatasi dengan
proses aerasi.
Penetralan asam-asam dan mempertahankan alkalinity yang diinginkan dan
pH di dalam air pengisi serta air ketel.
Pembersihan mesin secara berkala.
Meniadakan konsentrasi garam yang berlebihan.
2. Dalam pengolahan umpan air boiler pada kenapa pada unit Ion Exchanger di
Ultilitas air terlebih dahulu melewati Cation bukan melewati Anion? Adakah
pengaruh laju alir terhadap Ion Exchanger? (Nini Nadila)
Jawab:
Dalam operasinya peletakan cation maupun anion tidak berpengaruh dalam
menghasilkan air yang bebas mineral (air demind) dikarenakan pada akhir
operasi sebelum ke penampungan terdapat alat mix bed yaitu alat yang
brfungsi menghilangkan ion cation dan ion anion yang lolos pada cation dan
anion.
35
Laju alir sangat berpengaruh karena jika laju alir terlalu cepat atau terlalu
lambat maka pertukaran ion dalam kolom tidak bertukar dengan baik sehingga
akan mengurangi efisiensi dari kolom ion exchanger.
3. Bagaiman kondisi air umpan setelah dilakukan pelunakan? (Hasni Kesuma
Ratih)
Jawab:
Proses pelunakan bertujuan untuk menurunkan nilai kesadahan Ca2+ dan Mg2+
dan mengurangi konsentrasi gas-gas terlarut terutama gas O2. Proses
pelunakan yang sering digunakan dalam penyedian air umpan boiler adalah
proses pertukaran kation non hardness dari unggun resin penukar ion. Unggun
resin merupakan sebuah kolom yang diisi oleh resin penukar ion.
Proses pelunakan air dengan resin penukar ion ini lebih efisien dan praktis
dibandingkan dengan proses pelunakan menggunakan pengendapan kimia
karena tidak menghasilkan lumpur, peralatan sederhana dan mudah
dioperasikan.
36