laporan praktikum 3 chironomus kelompok 5
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER
KROMOSOM KELENJAR LUDAH Chironomus
Disusun oleh:
Iyus Abdusyakir (1110016100007)
Bayu Purnomo (1110016100031)
Ditya Ambarwati (1110016100024)
Ria Rista Agustina (1110016100003)
Ayu Nofitasari (1110016100018)
WildatiNuri A.S (1110016100010)
Rahmita El-jannati (1110016100032)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
1
KROMOSOM KELENJAR LUDAH Chironomus
A. Tanggal Percobaan
Perobaan kali ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 2 Oktober 2012 di Laboratorium
Biologi I Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
B. Tujuan
Setelah selesai melakukan pengamatan, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Membuat garis besar langkah-langkah penyiapan sediaan sel-sel kelenjar ludah untuk
pengamatan kromosom melalui teknik squash acetocarmine
2. Membuat preparat segar kromosom sel-sel kelenjar ludah Chironomus serta
mendiskusikan hal-hal yang penting dari hasil pengamatannya.
C. Dasar Teori
Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetik (DNA). Terdapat kromosom
yang berukuran lebih besar daripada kromosom normal yang terbentuk dari proses
replikasi berulang suatu molekul DNA tanpa diikuti pembelahan sel, sehingga kromosom
mengandung molekul DNA yang bertumpuk secara parallel yang disebut kromosom
politen. Fungsi dari kromosom politen diantaranya adalah untuk memperbanyak gen,
menentukan lokasi gen, dan perubahan struktur dalam kromosom. Kromosom politen
sering ditemukan pada tumbuhan, mamalia, protozoa, dan serangga ordo diptera
Organisme yang paling umum dijadikan model untuk pengamatan kromosom politen
adalah Chironomus sp. karena memiliki kromosom politen yang berukuran sangat besar
dan jelas. Kromosom politen bisa ditemukan diberbagai tempat salah satunya di kelenjar
ludah. Dilakukan pengamatan pada larva Chironomus sp. untuk melihat struktur
kromosom politen yang terletak pada kelenjar ludah.
Kromosom raksasa terlihat pada larva sejak 1881 pertama kali ditemukan oleh
Balbiani yang melihat suatu susunan sel-sel yang sangat besar pada kelenjar ludah dari
larva drosophila. Kelenjar ludah (Salivary glands) tersusun dari sel-sel yang sangat besar
selama perkembangan larva, namun tidak mengalami pembelahan, hanya terus membesar
mengikuti perkembangan larva.
2
D. Alat dan Bahan
ALAT
No Nama Gambar
1. Mikroskop Monokular
2. Lampu spirtus
3. Kaca objek dan cover glass
4. Silet
5. Korek
7. Penjepit Kayu
3
9. Larutan Acetocarmine
BAHAN
1. Larva Chironomus
E. Langkah Kerja
NO Keterangan Gambar
1
Larva yang paling besar dan bergerak
aktif dipilih dan diambil dengan
menggunakan jarum preparat.
2. Larva ditempatkan pada kaca objek
bersih.
3.
Larva yang telah berada pada kaca
objek dibedah dengan cara menahan
ujung anterior dengan satu silet dan
kemudian 2/3 bagian anterior ditarik
dengan silet lainnya.
4
4.
Kelenjar ludah terlihat berwarna
putih transparan dipisahkan dari
jaringan lemak tersebut ke kaca
objek bersih yang telah ditetesi
larutan acetocarmine dengan
menggunakan jarum preparat.
5.
Kelenjar ludah yang berada di kaca
objek dipanaskan secara hati-hati di
atas nyala api spirtus dengan
ketentuan tidak sampai mendidih.
6.
Sediaan ditutup dengan kaca penutup
(cover glass) yang kemudian ditutupi
oleh tissue. Sediaan ditekan secara
hati-hati.
7.
Sediaan diamati dengan mikroskop
monocular dengan perbesaran
maksimum yaitu 10x40/0,65.
F. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
Kromosom larva Chironomus
5
Kromatin adalah benang halus dalam inti prokariot dan eukariot, mengandung materi
genetic, dan terdiri dari nucleoprotein, yaitu gabungan asam nukleat berupa DNA dan
protein berupa histon dan nonhiston (Yatim,1992).
Jika sel akan membelah, mitosis maupun meiosis, pada profase menjadi kondensasi
atau pemadatan super lilitan DNA bersama protein histon dan nonhistonya, sehingga
setiap utas kromatin menjadi pendek dan jelas tampak dimikroskop cahaya yang disebut
kromosom.
Ada dua macam kromosom yaitu autosom dan gonosom. Autosom adalah kromosom
biasa atau kromosom somatik, tidak berperan dalam pertumbuhan seks dan gonosom
adalah kromosom seks, berperan dalam menentukan pertumbuhan seks. Jumlah
kromosom pada drosophila ada 8 buah atau 4 pasang, dengan 3 pasang autosom dan 2
pasang gonosom. Gonosom ada dua macam X dan Y.
Pada percobaan ini digunakan beberapa larutan untuk membuat preparat kromosom
Chironomus sp. yang antara lain adalah larutan fisiologis dan larutan Asetocarmin.
Larutan-larutan ini digunakan karena fungsi-fungsinya. larutan Asetocarmin berfungsi
sebagai zat pewarna. Hal ini bisa dilihat dari warna kromosom saat diamati di bawah
mikroskop. Warna kromosom merah, sesuai dengan warna larutan Asetocarmin.
Kromosom Chironomus yang diamati memiliki lengan kromosom dengan pola warna
terang-gelap. Berdasarkan literatur, pola terang-gelap ini dihasilkan dari struktur
kromatin yang menyusun kromosom. Pada pita gelap kromatin tersusun dengan sangat
rapat, 10 kali lebih rapat dibandingkan kromatin pada pita terang. Walau tidak tampak
jelas pada gambar hasil pengamatan, namun dapat diamati bahwa kromosom-kromosom
pada Chironomus sp. tidak tersusun seperti kromosom non-politen lainnya. Pada
kromosom non-politen, kromosom satu dengan kromosom lain terpisah sehingga jumlah
kromosom dapat diamati dengan jelas. Sedangkan pada kromosom politen, kromosom
yang diamati hanya satu dengan lengan kromatid yang cukup banyak terpusat pada satu
pusat. Pusat inilah yang disebut dengan kromosenter yang terbentuk dari heterokromatin
yang merupakan gabungan dari sentromer.
Pada percobaan kali ini kromosom yang terdapat pada kelenjar ludah Chironomus sp.
Merupakan tipe kromosom politen atau juga kromosom raksasa. Biasanya kromosom
tidak tampak sebagai suatu unit yang berpasangan kecuali pada saat sinapsis dalam proses
meiosis. Tetapi pada larva serangga diptera, kromosom pada kelenjar ludah saling tarik
menarik pada saat replikasi dan tetap bersama-sama sebagai ikatan.
6
Kromosom raksasa terlihat pada larva sejak 1881 pertama kali ditemukan oleh
Balbiani yang melihat suatu susunan sel-sel yang sangat besar pada kelenjar ludah dari
larva drosophila. Kelenjar ludah (Salivary glands) tersusun dari sel-sel yang sangat besar
selama perkembangan larva, namun tidak mengalami pembelahan, hanya terus membesar
mengikuti perkembangan larva.
Kromosom-kromosom itu terlihat sebagai benda besar yang terpilin 150-200 kali
lebih panjang dan volumenya 1000-2000 kali lebih besar dari sel somatik dan sel gamet
yang lain. Tidak ada arti genatik yang berhubungan dengan adanya kromosom tersebut
sampai pada tahun 1930 ketika terlihat ada garis-garis yang ada hubunganya dengan
urutan gen. Kromosom ini terlihat lebih tebal daripada kromosom biasa dan memiliki 5
lengan panjang yang keluar dari suatu bagian yang dinamakan kromosenter.
Pada permulaan interfase dari sel somatik, kromosom masih berbentuk panjang dan
tipis, kemudian membelah kira-kira pada pertengahan interfase seperti sel lain pada
umumnya, tetapi karena suatu sebab kromosom menjadi berpasangan dan profase tidak
pernah berlangsung sehingga sel-sel tumbuh membesar lalu terjadi pembelahan kedua,
ketiga dan seterusnya sehingga terbentuk lebih dari 1000 molekul DNA double helix yang
saling melilit atau berpilin dan menjadi tebal. Hal ini dapat terlihat dengan cukup jelas
karena kromosom masih dalam keadaan sinapsis.
Kromosom-kromosom politen memperlihatkan pola yang berlainan daripada
kromosom biasa karena kromosom sel kelenjar ludah terdiri dari pita-pita yang berpilin
yang tersusun atas daerah kromatis dan akromatis secara berseling. Lebar pita-pita
kromatis dan akromatis berbeda, hal ini terjadi akibat peristiwa sinapsis kromosom
homolog yang berlansung sedemikian rupa sehingga memperlihatkan kejadian pita ke
pita, artinya pita dari satu kromosom akan terlihat sebaris dengan pita dari kromosom
yang mengadakan sinapsis. Fenomena ini mempermudah untuk mengidentifikasi
kelainan-kelainan kecil yang mungkin ada dalam struktur kromosom tersebut.
Pada pewarnaan DNA dapat dilihat banyak terdapat garis-garis berwarna gelap
bergantian dengan garis-garis berwarna terang. Garis-garis tersebut berbeda lebar dan
strukturnya sehingga daerah yang berbeda dapat diketahui melalui pola garisnya. Garis-
garis ini diduga merupakan lokus gen.
Bridges (1930) menghubungkan pemetaan kromosom tautan yang ditentukan dari
data pindah silang dengan pemetaan kromosom sitologis yang diperoleh dengan
meletakkan gen pada posisinya yang terlihat oleh mata. Perubahan struktur seperti
defisiensi dan duplikasi dapat terlihat dengan mudah pada kromosom ludah dengan
7
adanya bentuk-bentuk melengkung. Garis-garis yang rangkap dan garis-garis yang hilang
dapat terlihat, yang memungkinkan untuk menentukan letak lokus gen.
Pada praktikum kali ini, Beberapa kelompok pada saat melakukan percobaan, gagal
membuat preparat kromosom. Masalah utama kegagalan ini terletak pada sulitnya proses
pengambilan kelenjar ludah larva dalam keadaaan yang baik. Banyak kelenjar ludah yang
rusak akibat perlakuan yang salah. Seharusnya pengambilan kelenjar ludah dilakukan
dengan bantuan mikroskop bedah stereo. Selain itu pada saat melakukan proses
pewarnaan yang terlalu banyak sehingga kromosom pada larva Chironomus sp tidak
terlihat dengan baik dan terlalu lamanya preperat tersebut didiamkan setelah pewarnaan
menyebabkan sel-sel pada larva Chironomus sp mengkerut. Kegagalan ini bisa juga
disebabkan karena banyaknya lemak tubuh larva Chironomus sp. sehingga pencarian
kromosom di bawah menjadi lebih sulit dilakukan.
Pertanyaan dan Jawaban
1. Menurut pengalaman saudara selama praktikum, bagaimana cara paling tepat untuk
mendapatkan kelenjar ludah dari larva? Ilustrasikan langkah kerja saudara!
Menurut kelompok kami, cara paling tepat untuk mendapatkan kelenjar ludah dari
larva chironomus yaitu dengan cara meletakkan larva diatas kaca preparat dan
meletakkan dibawah mikroskop lalu memotong kepala dari larva tersebut dibawah
mikroskop pada ruas ketiga.
Supaya terlihat jelas, dasar dari kaca preparat menggunakan warna hitam,
sehingga bias dipastikan dapat tidaknya kelenjar ludah dari larva Chironomus.
2. Berapa lamakah waktu staining yang paling tepat menurut pengalaman saudara?
Kurang lebih selama 10menit.
3. Dapatkah saudara mendeteksi pita-pita dengan pola tertentu?
Dikarenakan keterbatasan praktikan dalam membuat preparat kelenjar ludah
Chironomus, kami tidak bisa menemukan pita dengan pola pola tertentu pada
kromosom kelenjar chironomus, yang kami dapatkan hanyalah bagian dari pita
kromosom dengan bentuk seperti garis dan berukuran besar.
8
4. Dapatkah saudara melihat nucleolus?
Dalam praktikum, tidak ada nucleus yang dapat kami temukan.
G. Kesimpulan
1. Kromatin adalah benang halus dalam inti prokariot dan eukariot, mengandung materi
genetic, dan terdiri dari nucleoprotein, yaitu gabungan asam nukleat berupa DNA dan
protein berupa histon dan nonhiston
2. Ada dua macam kromosom yaitu autosom dan gonosom
3. Kelenjar ludah Chironomus sp. merupakan tipe kromosom politen atau juga
kromosom raksasa
4. Pada pewarnaan DNA dapat dilihat banyak terdapat garis-garis berwarna gelap
bergantian dengan garis-garis berwarna terang
H. DaftarPustaka
Campbell, N.A, J.B. Reece. L.G. Mitchell. 2000. Biologi jilid 1. Edisi kelima. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Yatim, W,. 1992. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito
http://blimbing2.wordpress.com/2012/03/28/kromosom-politen/
http://sadrinabioui10.blogspot.com/2011/05/politen.html
http://halimiainwali.blogspot.com/2012_06_01_archive.html