laporan polarimeter

33
POLARIMETRIS I. TUJUAN A. Mempelajari Dan Memahami Prinsip Kerja Alat Polarimetris. B. Menentukan Konsentrasi Larutan Tugas Dengan Metoda Polarimetris II. TEORI Menurut Kolthoff, I.M., (1958), polarimeter adalah alat untuk mengukur besarnya putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang bersifat optis aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris sehingga mampu memutar bidang polarisasi radiasi. Materi yang bersifat optis aktif contohnya adalah kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran dapat berupa dextrorotatory (+) bila arahnya sesuai dengan arah putar jarum jam ataupun levo-rotatory bila arahnya berlawanan dengan jarum jam. Derajat rotasi perputaran bidang polarisasi bergantung pada : 1.Struktur molekul 2.Temperatur 3.Panjang gelombang 4.Konsentrasi 5.Panjang tabung polarimeter

Upload: afhryma-ezha

Post on 20-Jan-2016

252 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

LAPORAN POLARIMETER

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN POLARIMETER

POLARIMETRIS

I. TUJUAN

A. Mempelajari Dan Memahami Prinsip Kerja Alat Polarimetris.

B. Menentukan Konsentrasi Larutan Tugas Dengan Metoda Polarimetris

II. TEORI

Menurut Kolthoff, I.M., (1958), polarimeter adalah alat untuk mengukur besarnya

putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat optis aktif. Zat yang bersifat optis

aktif adalah zat yang memiliki struktur transparan dan tidak simetris sehingga mampu

memutar bidang polarisasi radiasi. Materi yang bersifat optis aktif contohnya adalah

kuarsa, gula, dan sebagainya. Pemutaran dapat berupa dextrorotatory (+) bila arahnya

sesuai dengan arah putar jarum jam ataupun levo-rotatory bila arahnya berlawanan

dengan jarum jam.

Derajat rotasi perputaran bidang polarisasi bergantung pada :

1. Struktur molekul

2. Temperatur

3. Panjang gelombang

4. Konsentrasi

5. Panjang tabung polarimeter

6. Banyaknya molekul pada jalan cahaya

7. Pelarut

Polarimeter adalah salah satu instrumen analisis yang dapat dipergunakan

untuk menganalisis keaktifan optik suatu molekul. Polarimetri adalah suatu metoda

analisa yang berdasarkan pada pengukuran daya putaran optis dari suatu larutan.

Daya putaran optis adalah kemampuan suatu zat untuk memutar bidang getar sinar

terpolarisir. Sinar terpolarisir merupakan suatu sinar yang mempunyai satu arah

bidang getar dan arah tersebut tegak lurus terhadap arah rambatannya. Senyawa optis

aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang getar sinar terpolarisir. Zat yang

Page 2: LAPORAN POLARIMETER

optis ditandai dengan adanya atom karbon asimetris atau atom C kiral dalam senyawa

organik, contoh : kuarsa ( SiO2 ) dan fruktosa.

Polarimeter dapat digunakan untuk ; menganalisa zat yang optis aktif,

mengukur kadar gula, dan penentuan antibiotik dan enzim. Terdapat beberapa syarat

senyawa yang dapat dianalisis dengan polarimetri, adalah; memiliki struktur bidang

kristal tertentu (dijumpai pada zat padat); memiliki struktur molekul tertentu atau

biasanya dijumpai pada zat cair. Struktur molekul adalah struktur yang asimetris,

seperti pada glukosa.

Polarimetri adalah sensitif, teknik yang nondestructive untuk mengukur

aktivitas optik yang ditunjukkan oleh senyawa organik dan anorganik. Senyawa

dianggap aktif secara optis jika cahaya terpolarisasi secara linier dan terputar ketika

melewatinya. Jumlah rotasi optik ditentukan oleh struktur molekul dan konsentrasi

chiral molecules pada senyawa. Setiap zat aktif optik memiliki rotasi sendiri yang

spesifik sebagaimana ditetapkan dalam Hukum Biots:

[α] = specific rotation (rotasi spesifik), T =

temperature (suhu),

λ = wavelength (panjang gelombang), α = optical

rotation (rotasioptik),

c = konsentrasi, dalam g/100ml,

l = panjang lintasan optic, dalam dm.

Polarisasi oleh refleksi ditemukan pada 1808 oleh Etienne Malus (1775-

1812). Malus, yang telah melakukan pekerjaan eksperimental tentang refraksi ganda

saat bekerja pada teori efek, mengamati cahaya matahari terbenam, tercermin dari

jendela jendela di dekatnya, melalui kristal Iceland Spar. Ketika ia memutar kristal,

dua gambar matahari bergantian menjadi kuat dan lemah, meskipun tidak pernah ada

Page 3: LAPORAN POLARIMETER

kepunahan lengkap (complete extinction). Hampir 1 jam sekali ia mengulangi

percobaan dalam kondisi yang terkendali, dan menemukan bahwa sudut di mana

kepunahan lengkap dari refleksi sinar diperoleh untuk air dan kaca.

Sebuah polarimeter adalah perangkat untuk mempelajari suatu sampel

transparan antara perangkat polarisasi menyeberang (crossed polarizing devices).

Jean-Baptiste Biot (1774-1862) mengembangkan polarimeter di bagian kanan, yang

telah dibuat oleh Soliel/Duboscq of Paris ca.1850. Polarizer yang di bagian tangan

kanan menggunakan kaca piring tunggal, sementara analyzer di sebelah kiri

menggunakan tumpukan piring kaca.

Interferensi dan difraksi dapat terjadi pada semua jenis gelombang, misalnya

gelombang bunyi, gelombang tali, gelombang pada permukaan cairan ataupun

gelombang cahya. Polarisasi hanya dapat diamati pada gelombang trasnversal yang

terdapat pada gelombang tali dan cahaya dan tidak terdapat pada gelombang bunyi,

karena gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal.

Percobaan sederhana yang membuktikan bahwa cahaya adalah gelombang

trasnversal yang paling mudah yaitu dengan menggunakan lempeng polaroid identis

seperti yang digunakan pada kaca mata hitam. Setiap lempeng cukup trans paran. Dan

bila suatu lempeng ditempatkan diatas yang lain, maka yang terlihat masih transparan

tetap bila salah satu diputar perlahan-lah daerah yang ditumpang tindih akan menjadi

gelap.

Berabad-abad sebelum penemuan lempeng Polaroid, peristiwa tersebut diamati

dengan menggunakan kristal tertentu yang secara alamiah seperti kalsit. Dalam

kenyataannya , Newton meninjau peristiwa ini sebagai bukti melawan teori

gelombang cahaya karena setiap orang mengandaikan bahwa cahaya adalah

gelombang longitudinal. Namun demikian tidak seorangpun dapat menjelaskan

bagaimana identitas gelombang longitudinal dapat tepengaruh dengan perputaran

sesuatu disekitar sumbu sejajar pada arah gerak gelombang.

Filter polarisasi cahaya dikenal dengan nama Polaroid. Polaroid digunakan

pada kaca mata pelindung sinar matahari (sun glasses) dan pada filter polarisasi lensa

kamera. Pola kerja Polaroid berdasarkan prinsip penyerapan yaitu, meneruskan 80%

Page 4: LAPORAN POLARIMETER

atau lebih gelombang-gelombang yang terpolarisasi sejajar dengan sumbu polarisasi,

serta hanya melewatkan 1% atau kurang gelombang yang tegak lurus dengan sumbu

polarisasi. Menurut C.Huygen cahaya adalah gerak gelombang yang terpancar dari

suatu sumber dalam semua arah. Cahaya termasuk temasuk gelombang transversal

yaitu gelombang yang arah rambatnya tegak lurus arah getaran , sehingga cahaya

dapat terpolarisasi.

Polarisasi adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya. Cahaya yang

sebagian arah getarnya terserap disebut cahaya terpolarisasi. Dan jika cahaya hanya

memiliki satu arah getar maka disebut sebagai cahaya terpolarisasi linier. Cahaya

terpolarisasi dapat diperoleh dari cahaya yang tidak terpolarisasi yaitu dengan

memindahkan dan menghilangkan semua arah getar dan melewatkan salah satu arah

getar saja. A dan 4 cara untuk melakukan hal tersebut ;

a) Penyerapan selektif

b) Pemantulan

c) Pembiasan ganda

d) Hamburah

Pengukuran daya putar optis suatu zat yang menimbulkan terjadinya putaran

bidang getar sinar terpolarisir. Cahaya dari lampu sumber, terpolarisasi setelah

melewati prisma Nicol pertama yang disebut polarisator. Cahaya terpolarisasi

kemudian melewati senyawa optis aktif yang akan memutar bidang cahaya

terpolarisasi dengan arah tertentu. Prisma Nicol kedua yang disebut analisator

akan membuat cahaya dapat melalui celah secara maksimum. Rotasi optis yang

diamati atau diukur dari suatu larutan bergantung kepada jumlah senyawa dalam

tabung sampel, panjang jalan atau larutan yang dilalui cahaya, temperatur

pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan.

Jenis – jenis polarimeter :

1. Spektropolarimeter

Merupakan satu jenis polarimeter yang dapat digunakan untuk mengukur

aktifitas optik dan besarnya penyerapan. Pada alat ini mula – mula sinar berada dari

lampu akan melalui suatur monokromator dan melewati suatu polarisator untuk

Page 5: LAPORAN POLARIMETER

menghasilkan sinar terpolarisir. Polarisator ini berhubungan langsung dengan

modulator yang berguna untuk menghatur tingkat sinar yang terpolarisasi secara

elektris yang dapat diamati pada servo amplifier. Kemudian sinar melewati sampel

dan analisator sebelum mencapai tabung pengadaan sinar, dan dapat dilakukan

dengan pengamatan pada indikator.

2. Optical rotatory dispersion ( ORD )

Alat ini merupakan modifikasi dari spektropolarimeter, prinsipnya sama

dengan spektropolarimeter, tetapi terdapat perbedaan yaitu pada ORD ini sinar diatur

berdasarkan tingkat polarisasinya, yaitu pada frekuensi 12 Hz oleh motor driven yang

menyebabkan polarisator bergerak – gerak dan membentuk sudut 1 atau 2 derajat atau

lebih. Selain itu servoamplifiernya hanya dapat merespon pada frekuensi 12 Hz

sehingga servomotor akan mengatur analisator secara kontinu dan servomotor juga

memposisikan penderkorder untuk menghasilkan suatu grafik.

3. Circular Dichroism Apparatus ( CDA )

CDA ini merupakan modifikasi dari spektrofotometer konfensional yang

digunakan untuk menentukan dua serapan atau absorban. Nilai polarisasi sekular ini

dapat ditentukan dalam 2 langkah, yaitu yang pertama sinar harus mengalami

polarisasi bidang dan kedua yaitu sinar terpolarisasi tersebut diubah menjadi

komponen terpolarisasi sirkular kanan dan sirkular kiri. Untuk mengubah komponen

menjadi terpolarisasi sekular kanan dan kiri, dapat digunakan tiga tipe alat, yaitu the

Fresnel rhomb, modulator pockets elektro-optik dan modulator tekanan photo-elastic.

4. Saccarimeter

Alat ini hanya dapat digunakan untuk menentukan kadar gula. Sinar

mempunyai arah getar atau arah rambat kesegala arah dengan variasi warna dan

panjang gelombang yang dikenal dengan sinar polikromatis. Untuk menghasilkan

sinar monokromatis, maka digunakan suatu filter atau sumber sinar tertentu. Sinar

monokromatis ini akan melewati suatu prisma yang terdiri dari suatu kristal yang

mempunyai sifat seperti layar yang dapat menghalangi jalannya sinar.

Page 6: LAPORAN POLARIMETER

Hal-hal yang dapat mempengaruhi sudut putar suatu larutan adalah sebagai berikut :

1.  Jenis zat.

Masing – masing zat memberikan sudut putaran yang berbeda terhadap bidang

getar sinar terpolarisir.

2.      Panjang lajur larutan dan panjang tabung.

Jika lajur larutan diperbesar maka putarannya juga makin besar.

3.      Suhu.

Makin tinggi suhu maka sudut putarannya makin kecil, hal ini disebabkan karena

zat akan memuai dengan naiknya suhu sehingga  zat yang berada dalam tabung

akan berkurang.

4.      Konsentrasi zat

Konsentrasi sebanding dengan sudut putaran, jika konsentrasi dinaikkan maka

putarannya semakin besar.

5.      Jenis sinar ( panjang gelombang)

Pada panjang gelombang yang berbeda zat yang sama mempunyai nilai putaran

yang berbeda.

6.      Pelarut

Zat yang sama mempunyai nilai putaran yang berbeda dalam pelarut yang

berbeda.

Komponen-komponen alat polarimeter adalah:

1.      Sumber Cahaya monokromatis

Yaitu sinar yang dapat memancarkan sinar monokromatis. Sumber cahaya yang

digunakan biasanya adalah lampu D Natrium dengan panjang gelombang 589,3

nm. Selain itu juga dapat digunakan lampu uap raksa dengan panjang gelombang

546 nm.

2.      Lensa kolimator

Berfungsi mensejajarkan sinar dari lampu natrium atau dari sumber cahaya

sebelum masuk ke polarisator.

Page 7: LAPORAN POLARIMETER

3.      Polarisator dan Analisator.

Polarisator berfungsi untuk menghasilkan sinar terpolarisir. Sedangkan analisator

berfungsi untuk menganalisa sudut yang terpolarisasi. Yang digunakan sebagai

polarisator dan analisator adalah prisma nikol. Prisma setengah nikol merupakan

alat untuk menghasilkan bayangan setengah yaitu bayangan terang gelap dan

gelap terang.

4.      Skala lingkar.

Merupakan skala yang bentuknya melingkar dan pembacaan skalanya dilakukan

jika telah didapatkan pengamatan tepat baur-baur.

5.      Wadah sampel ( tabung polarimeter )

Wadah sampel ini berbentuk silinder yang terbuat dari kaca yang tertutup dikedua

ujungnya berukuran besar dan yang lain berukuran kecil, biasanya mempunyai

ukuran panjang 0,5 ; 1 ; 2 dm. Wadah sampel ini harus dibersihkan secara hati-

hati dan tidak bileh ada gelembung udara yang terperangkap didalamnya.

6.      Detektor.

Pada polarimeter manual yang digunakan sebagai detektor adalah mata,

sedangkan polarimeter lain dapat digunakan detektor fotoelektrik.

Sinar monokromatis dari lampu natrium akan melewati lensa kolimator

sehingga berkas sinarnya dibuat paralel. Kemudian dipolarisasikan oleh prisma

kalsit atau prisma nikol polarisator. Sinar yang terpolarisasi akan diteruskan

keprisma setengah nikol untuk mendapatkan bayangan setengah dan akan

melewati sampel yang terdapat dalam tabung kaca yang tertutup pada kedua

ujungnya yang panjangnya diketahui. Sampel tersebut akan memutar bidang getar

sinar terpolarisasi ke kanan atau ke kiri dan dianalisa oleh analisator. Besarnya

sudut putaran oleh sampel dapat dilihat pada skala lingkar yang diiamati dengan

mata.

Page 8: LAPORAN POLARIMETER

III. PROSEDUR PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

a. Peralatan Polarimeter : Untuk mengukur daya putaran

optis suatu senyawa

b. Labu Ukur 50 mL : Tempat mengencerkan larutan

c. Buret 50 mL : Tempat mengambil larutan

III.1.2 Bahan

a. Larutan Sukrosa 25% : Larutan Uji

b. Larutan Fruktosa 25% : LarutanUji

c. Aquadest : Pelarut

Page 9: LAPORAN POLARIMETER

III.2 Cara Kerja

a. Pembuatan Larutan Standar

1. Dibuat larutan standar sukrosa A 0,2,4,6,8,10% dari larutan

standar sukrosa 25% dalam labu ukur 50mL

2. Disikan cuvet/ tabung polarimeter dengan akuades. Diusahakan

jangan ada gelembung udara terperangkap didalam tabung.

3. Dilakukan pengukuran dengan alat polarimeter, dimana sasaran

yang harus dicapai adalah pengamatan tepat baur-baur pada kedua

belah sisi lingkaran pengamatan indikatornya.

4. Diamati nilai posisi skala analisator dan dinyatakan dalam satu

decimal. Pengamatan minimal harus dilakukan untuk dua kali dari

arah datang pencapaian sasaran yang berbeda, lalu dapatkan nilai

rata-ratanya.

5. Diganti dengan larutan standar, dengan larutan sampel/ tugas

saudara. Dilakukan hal yang sama.

6. Dibuat kurva kalibrasi standar nilai putaran optis dari larutan ini vs

konsentrasi

7. Ditentukan Cx dari larutan tugas

Page 10: LAPORAN POLARIMETER

III.3 Skema Kerja

Larutan Standar Sukrosa

- Dibuat larutan standar sukrosa 0 ,2, 4, 6, 8, 10 % dalam

labu ukur 50 mL

- Diisikan kedalam cuvet / tabung polarimeter dengan

akuades. Diusahakan jangan ada gelembung udara

terperangkap didalam tabung.

- Dilakukan pengukuran dengan alatpolarimeter, dimana

sasaran yang harus dicapai adalah pengamatan tepat baur-

baur pada kedua belah sisi lingkaran pengamatan

indikatornya.

- Diamati nilai posisi skala analisatornya dan nyatakan

dalam satu desimal. Pengamatan minimal harus dilakukan

untuk dua kali dari arah datang pencapaian sasaran yang

berbeda.

- Didapatlam nilai rata-ratanya

- Diganti larutan standar dengan larutan sampel sdr.

- Dilakukan pengukuran yang sama

Hasil

- Dibuat kurva kalibrasi standar nilai putaran optis dari

larutan ini

- Ditentukan Cx dari larutan

Page 11: LAPORAN POLARIMETER

III.4 Skema Kerja Alat

POLARIMETER

- Diyalakan lampu natrium dan dikondisikan ruangan antara

polarisator dan analisator dalam keadaan gelap.

- Diputar sekrup polariosator sambil mengamati lewat

teropong okuler

- Diatur kedudukan analisator sehingga muncul medan

pandang yang sama terang antara tengah dan kedua

sisinya,catat skala yang ada (untuk ketelitian gunakan kaca

pembesar)

- Diisi tabung gelas dengan aquadest dan letakkan di

analisator dan polarisator (usahakan tidak ada gelembung

udara).

- Diamati perubahan medan pandang melalui lensa okuler,jika

berubah maka atur kedudukan analisator sehingga muncul

medan pandang semula.

- Dicatat kedudukan skala analisator dan mengulangi sampai

5 kali.

- Diulangi langkah 4 dan 5 untuk larutan lainnya dengan

konsentrasi sembarang (sekitar  1%).

- Dicuci tabung gelas dengan air bersih  lalu bilas dengan

aquades

Hasil

Page 12: LAPORAN POLARIMETER

III.5 Gambar Alat

Page 13: LAPORAN POLARIMETER

IV. DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data dan Perhitungan

a. Pembuatan larutan standar Sruktosa 25%

M1 x V1 = M2 x V2

25% x V1 = 0% x 50 ml

V1 = 0 mL

Larutan standar 0 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 0 % x 50 mL

V1 = 0 mL

Larutan standar 2 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 2 % x 50 mL

V1 = 2 mL

Larutan standar 4 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 4 % x 50 mL

V1 = 8 mL

Larutan standar 6 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 6 % x 50 mL

V1 = 10 mL

Page 14: LAPORAN POLARIMETER

Larutan standar 8 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 8 % x 50 mL

V1 = 16 mL

Larutan standar 10 %

M1 x V1 = M2 x V2

25 % x V1 = 10 % x 50 mL

V1 = 20 mL

b. Rata-rata dari analisator polarimeter

- Larutan Sukrosa

0% = 0 + 0 = 0

2

2% = 43,5 + 6 2,9 = 53,2

2

4% = 44,2 + 63,7 = 53,95

2

6% = 66,8 + 70,7 = 68,75

2

8% = 68,8 + 72,6 = 70,70

2

10% = 7, 26 + 7 6,6 = 41,93

2

Page 15: LAPORAN POLARIMETER

- Larutan Sampel

60,9 + 65,1 = 63,00

2

c. . Data pengukuran putaran

No Konsentrasi D ( o ) R ( o ) Rata-rata

1

2

3

4

5

6

7

0

2 %

4 %

6 %

8 %

10 %

Sampel

0,0

62,9

63,7

70,7

72,6

76,6

50,6

0,0

43,5

44,2

66,8

68,8

72,7

45,1

0,00

53,20

53,95

68,75

70,70

74,65

47,85

d. Persamaan regresi

x = Konsentrasi

y = Daya putaran optis

x Y Xy x2

0 0,00 0 0

2 53,20 106,4 4

4 53,95 215,8 16

6 68,75 412,5 36

8 70,70 565,6 48

Page 16: LAPORAN POLARIMETER

10 74,65 746,5 100

∑x = 30

x = 5

∑y = 321,25

y = 53,54

∑xy = 2046,8 ∑x2 = 220

B = n XY – X . Y = (6 x 2046,8) – (30 x 321,25 ) = 6,293

n X2 – ( X)2 (6 x 220) – (30)2

A = Y – BX

= 53,54 – (6,29 x 5)

= 22,075

Maka persamaan regresi : Y = A + Bx

Y = 22,075 + 6,293x

e. Konsentrasi larutan tugas

- Daya putaran optis y = 63,00

- Konsentrasi = x

y = A + Bx

= 22,075 + 6,293 x

63,00 = 22,075 + 6,293 x

x = 6,5032

- Volume sampel

V1 . N1 = V2 . N2

V1 . 25% = 50mL . 6,5032%

V = 13,0064 mL

f. Grafik Konsentrasi vs Nilai Putaran Optis

Page 17: LAPORAN POLARIMETER

0 2 4 6 8 10 120

10

20

30

40

50

60

70

80f(x) = 6.29357142857143 x + 22.0738095238095R² = 0.722367687379932

KONSENTRASI VS NILAI PUTARAN OPTIS

Series2Linear (Series2)

Axis Title

Axis Title

g. Persentase kesalahan

Persen kesalahan = volume teori−volume percobaan

volumeteori x 100 %

= 5−13,0064

5 x 100 % = 160,12 %

Page 18: LAPORAN POLARIMETER

4.2 Pembahasan

Prinsip dari polarimeter adalah memutar bidang polarisasi dari suatu senyawa

optis aktif oleh sinar terpolarisir. Senyawa optis aktif yang digunakan dalam

percobaan ini adalah sruktosa dengan berbagai variasi konsentrasi.

Polarimeter digunakan untuk mencari putaran optis dari fruktosa dan juga

untuk menentukan konsentrasi sampel. Pada tabung polarimeter terdapat dua ujung

yang berbeda diameter. Ujung yang lebih kecil diameternya dihadapkan dengan

cahaya, sedangkan yang lebih besar ke detektor. Hal demikian dilakukan supaya

memudahkan sinar dari sumber mengenai sampel karena resiko untuk pemantulan

sinar tidak terjadi disebabkan sinar masuk dari bidang sempit ke bidang lebar,

sehingga sinar dapat diteruskan dan hasilnya dapat terbaca pada skala.

Ada hal lain yang juga penting untuk dicermati, yakni gelembung udara pada

tabung polarimeter. Jika ini terjadi pada sampel yang akan kita uji, maka akan

menyebabkan terganggunya sinar yang masuk karena sinar dapat menghindari dan

melewati daerah lain (ruang yang lebih lebar pada tabung) yang berakibat sinar tidak

dapat diteruskan menuju detektor. Jadi sebaiknya saat memasukkan sampel pada

tabung, pastikan tidak adanya gelembung udara yang terbentuk.

Pengamatan polarimeter dilihat tepat baur-baur. Hasil yang terlihat pertama

kalinya adalah daerah gelap terang. Oleh karena itu, temukan hingga tidak ada lagi

perbedaan gelap terang tersebut (baur-baur), putaran optis ke kanan akan bernilai +

(dekstro) dan putaran ke kiri akan bernilai – (levo).

Berdasarkan percobaan tersebut, bahwa nilai putaran optis akan berbanding

lurus dengan konsentrasi. Semakin besar konsentrasi, maka nilai putaran optis juga

semakin besar. Hasil yang diperoleh dari percobaan pada larutan tugsa, konsentrasi

dari larutan tugas dicari menggunakan persamaan regresi dari nilai perbandingan

konsentrasi dengan putaran optis sukrosa berbagai variasi, persen kesalahan sampel

yang sebesar 160,12 %. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh detektor yang kita gunakan

yang kurang akurat.

Page 19: LAPORAN POLARIMETER

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut :

Nilai yang didapatkan dari alat polarimeter merupakan nilai putaran optis.

Semakin tinggi konsentrasi suatu sampel maka semakin tinggi sudut putar bidang

optisnya.

Larutan sukrosa mempunyai kemampuan untuk memutar bidang optis ke arah

kanan (dekstro)

Persen kesalahan pada sampel sebesar 160,12 %

5.2 Saran

Untuk praktikan yang selanjutnya disarankan untuk:

Agar memahami betul prosedur kerja yang akan dilakukan agar tidak terjadi

kesalahan nantinya.

Hati-hati dalam mengencerkan larutan agar tidak lewat konsentrasinya.

Dalam memasukkan kuvet kedalam polarimeter agar dibersihkan terlebih

dahulu agar tidak terjadi kesalahan.

Bekerjasama dalam melakukan praktikum.

Page 20: LAPORAN POLARIMETER

ANALISA JURNAL

6.1 Judul :

Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya

Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter

6.2 Tujuan :

1. Metitikberatkan perubahan sudut polarisasi cahaya pada minyak goreng dan

minyak goreng kelapa.

2. Memvariasikan jumlah pemanasan yang diberikan pada dua jenis minyak

goreng yaitu minyak goreng kelapa sawit dan minyak goring kelapa

6.3 Metoda yang Digunakan :

Menggunakan alat semiautomatic polarymeter. Dari penelitian ini nantinya

akan diketahui hubungan antara kualitas minyak goreng dan perubahan sudut

polarisasi cahaya,

6.4 Hasil dan KesimpulanCahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari getaran

medan listrik dan getaran medan magnet yang saling tegak lurus. Bidang getar

kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum

dapat dikatakan gelombang elektromagnetik yang vektor-vektor medan listrik dan

medan magnetnya bergetar ke semua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya

dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka

sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja

dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang.

Rotasi optis yang diamati atau diukur dari suatu bahan bergantung pada jumlah

senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan atau bahan yang dilalui cahaya,

temperatur pengukuran, panjang gelombang cahaya yang digunakan, kekentalan

bahan, dan warna bahan yang ada di dalam tabung sampel.

Hasil pengamatan perubahan sudut polarisasi pada minyak goreng kelapa sawit

dapat dilihat seperti pada tabel berikut:

Page 21: LAPORAN POLARIMETER

Tabel 1. Pengamatan Perubahan Sudut Polarisasi

Minyak Kelapa Sawit

Pemanasan Sudut Polarisasi Titik Gelap

(Kali) ° °

0 33,38° -33,38°

1 34,39° -34,39°

2 34,98° -34,98°

3 35,05° -35,05°

4 37,05° -37,05°

5 37,51 -37,51

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa semakin sering minyak goreng

dipanaskan maka sudut polarisasinya akan semakin besar, hal ini terjadi karena

proses pemanasan telah mengubah sifat-sifat fisik dari minyak goreng itu sendiri

sehingga sifat optis dan sudut polarisasi pada minyak juga mengalami perubahan.

Setelah dipanaskan, tingkat kekentalan minyak akan menurun. Secara langsung tidak

terlihat perbedaan tingkat kekeruhan atau kejernihan dari minyak goreng antara 1 kali

pemanasan, 2 kali pemanasan, 3 kali pemanasan, sampai 5 kali pemanasan.

Tetapi sudut polarisasinya berubah.

Tabel 2. Pengamatan Sudut Polarisasi cahaya pada minyak kelapa

Pemanas

an

Sudut

Polarisasi Titik Gelap

(Kali) ° °

0 26,83° -26,83°

1 27,14° -27,14°

2 28,54° -28,54°

3 28,88 -28,88

4 29,120 -29,12

5 29,550 -29,55

Page 22: LAPORAN POLARIMETER

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa sudut polarisasi pada minyak kelapa

lebih kecil dibandingkan dengan sudut polarisasi minyak kelapa sawit. Hal ini terjadi

karena warna minyak kelapa yang digunakan sebagai sampel memiliki warna yang

lebih terang dibandingkan dengan minyak kelapa sawit. Pada minyak kelapa juga

terjadi perubahan sudut polarisasi setelah minyak dipanaskan. Semakin sering minyak

goreng dipanaskan sudut polarisasinya juga semakin besar. hal ini karena setelah

dipanaskan kekentalan minyak mengalami penurunan, proses pemanasan yang

dilakukan juga telah mengubah sifat-sifat fisik pada minyak goreng, sehingga sudut

polarisasinya semakin besar.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa,

perubahan sudut polarisasi cahaya dapat digunakan sebagai parameter uji kualitas

minyak goreng. Semakin sering minyak goreng dipanaskan maka sudut polarisasinya

akan semakin besar. hal ini menunjukkan bahwa minyak goreng yang mempunyai

kualitas yang paling baik adalah minyak goreng dengan sudut polarisasi yang paling

kecil. Fenomena ini berlaku sama antara minyak goreng dari kelapa maupun minyak

goreng dari kelapa sawit.

6.5 Kelebihan Jurnal :

Penelitian ini metitikberatkan pada perubahan sudut polarisasi cahaya pada

minyak goreng dengan memvariasikan jumlah pemanasan yang diberikan. Pada

penelitian ini digunakan dua jenis minyak goreng yaitu minyak goreng kelapa sawit

dan minyak goreng kelapa. Setelah dipanaskan diukur sudut polarisasi minyak goreng

menggunakan alat semiautomatic polarymeter. Dari penelitian tersebut akan

diketahui hubungan antara kualitas minyak goreng dan perubahan sudut polarisasi

cahaya,

Walaupun Penelitian tentang minyak goreng sebelumnya telah dilakukan

yaitu dengan parameter viskositas dan indeks bias. Dari penelitian tersebut secara

kualitatif ditunjukkan bahwa minyak goreng yang paling baik adalah minyak goreng

dengan viskositas dan indeks bias yang besar

Page 23: LAPORAN POLARIMETER

DAFTAR PUSTAKA

http://oerleebook.files.wordpress.com/2009/10/polarimeter-oerlee.pdf

http://polarimeter-farmasi. /2012/12/v behaviorurldefaultvmlo.html

http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/O3.pdf

https://www.academia.edu/5622396/polarimeter