laporan kasus glomerulonefritis akut
TRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. Df
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur/Tgl lahir : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2005)
Alamat : Simpang Kandis, Pelabuhan Pulau Baii
Masuk RS : 30 Agustus 2013
No CM : 615030
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Tn.A
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : S 1
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Nama Ibu : Ny. C
Umur : 33 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
B. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 30 Agustus 2013 pukul
15.00)
Keluhan utama : Pusing sejak ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit
1. Riwayat penyakit sekarang :
+ Sejak 6 jam SMRS, pasien mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba
– tiba setelah BAB. Pusing dirasakan terus menerus, sedikit berkurang dengan istirahat.
Riwayat kepala terbentur disangkal. Pusing disertai dengan muntah, muntah 2x, sebanyak
± 1 gelas, berisi cairan dan makanan. Pusing tidak disertai penglihatan kabur, tidak
disertai sesak nafas, nyeri dada (-). Nyeri sendi juga disangkal. Badan terasa lemas.
Sejak 3 hari SMRS pasien demam. Demam naik turun, demam terutama malam hari,
menggigil (+), tidak ada bintik – bintik merah muncul, gusi berdarah (-), nafsu makan
pasien tidak berkurang, buang air besar tidak ada keluhan. Buang air kecil warna kuning
1
jernih, BAK berwarna seperti air cucian daging disangkal (-) , berbusa (-), BAK berpasir
(-), nyeri BAK (-), peningkatan frekuensi BAK (-)
Pasien sudah berobat ke dokter, diberi antibiotik, parasetamol dan dianjurkan kontrol ke
dokter anak. Demam sudah mereda.
± 2 hari SMRS, pasien mengeluh muka sembab, sembab terutama di kedua pipi dan
kelopak mata. Sembab terutama tampak saat bangun tidur pagi hari dan berangsur
menghilang saat siang. Pasien juga mengeluh perutnya menegang, terasa lebih kencang.
BAB tidak ada keluhan. BAK kuning jernih, BAK kecoklatan disangkal.
Pasien berobat ke poli anak, dan dilakukan pemeriksaan darah dan urin. Pasien kemudian
dirawat.
2. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
Riwayat pusing dan sembab sebelumnya disangkal.
Riwayat sakit batuk, pilek dan nyeri tenggorokan disangkal
Riwayat infeksi kulit disangkal
Riwayat ruam kupu – kupu di daerah wajah atau ruam di badan disangkal
3. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan ginjal
Kakek pasien menderita Hipertensi dan stroke, meninggal 6 bulan yang lalu.
4. Riwayat sosial ekonomi :
Ayah bekerja sebagai pegawai negeri, ibu pasien tidak bekerja (ibu rumah tangga).
Penghasilan keluarga rata-rata per bulan Rp.2.500.000,- menanggung 3 orang anak, biaya
pengobatan ditanggung asuransi kesehatan (ASKES).
Kesan sosial ekonomi : menengah
5. Riwayat pemeliharaan antenatal :
Periksa kehamilan An Daffa rutin setiap bulan, penyakit selama kehamilan disangkal,
obat-obatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi
TT 2 kali.
2
6. Riwayat persalinan.
Anak pertama, ♀ BBL 2900 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 10
tahun, sehat.
Anak kedua (pasien) ♂ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar,
umur 7 tahun 11 bulan, lahir langsung menangis dan tidak biru.
Anak ketiga, ♀ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 5
tahun, sehat
7. Riwayat pemeliharaan post natal :
Periksa di dokter anak untuk dilakukan imunisasi dan kontrol kesehatan.
8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Berat badan umur 1 tahun 8 kg
Berat badan umur 7th (masuk SD) 20 kg
Jumlah Gigi susu
VI V IV III II I I II III IV V VI
VI V IV III II I I II III IV V VI
Pasien kelas 2 SD, bersekolah di SDN 79 Pagar Dewa Kota Bengkulu. Prestasi sekolah
mendapat ranking 7 di kelas. Punya banyak teman di sekolah.
8. Riwayat makan dan minum :
ASI diberikan sejak lahir hingga umur 4 hari , semau anak, lama menyusui 5 – 10 menit,
setelah selesai menyusu anak tertidur. Setelah umur 4 hari, dilanjutkan minum susu
formula, per 1-2 jam. Sejak umur 6 bulan, selain minum susu formula, anak juga sudah
makan nasi tim saring. Umur 1 tahun anak sudah makan – makanan keluarga
Anak biasa makan 3x/hari, setiap kali makan 1 piring, diantara waktu makan anak minum
susu.
9. Riwayat imunisasi :
BCG : 1 kali, umur 0 bulan, skar positif.
Polio : 1 kali, umur 0 bulan.
Vaksinasi dasar sudah diberikan sesuai umur
10. Riwayat keluarga berencana :
Ibu menggunakan kontrasepsi pil KB.
3
C. PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan fisis pada tanggal 30 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB di ruang Edelweis.
Seorang anak laki - laki, umur 7 tahun 11 bulan, berat badan 24 kg, tinggi badan 124 cm.
Keadan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)
BB ideal 25,5
Tanda vital : Tekanan darah 180 / 100 mmHg
Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,5 C (aksila)
Kepala : Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,
edema palpebra - / -, reflek cahaya langsung dan reflek cahaya tidak
langsung (+) / (+) .
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret.
Telinga : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus - / -, nyeri tekan mastoid - / -
Mulut : Bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor,
gusi berdarah (-), Caries gigi (+)
T2- T2, faring tidak hiperemis, nyeri saat menelan (-)
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Pulmo : I : Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri kanan.
Retraksi dinding dada (-)
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
A : Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronki (-)
Jantung : I : Iktus kordis tidak terlihat
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V linea midklavikula sinistra,
Pe : Batas kiri : sesuai iktus kordis.
4
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : Linea parasternal dekstra.
A : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-), irama
reguler, frekuensi jantung 78x / menit,
Abdomen : I : Datar,
Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal, Shifting Dulness (+),
Undulasi (-)
A : Bising usus (+) melemah
Anggota gerak Superior Inferior
Sianosis (-)/(-) (-)/(-)
Oedema (-)/(-) (-)/(-)
Akral hangat (+)/(+) (+)/(+)
Cap. refill <2’ <2’
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan darah ( tanggal 28 Agustus 2003 )
LED : 60 mm/jam
Hemoglobin : 9,8 gram /dl
Hematokrit : 28 % (37 – 43%)
Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Diff.Count : 0/0/0/46/53/1
Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)
Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )
Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)
Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)
Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)
2. Pemeriksaan urin : (tanggal 30 Agustus 2013)
Makroskopis
Warna : Kuning
5
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein : ++
Reduksi : -
Urobilin : -
Bilirubin : -
Benda Keton : -
Mikroskopis
Epitel : +
Leukosit : banyak / LPB
Eritrosit : 6 – 8 / LPB
Bakteri / jamur : + B
Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria
E. PEMERIKSAAN KHUSUS
Laki – laki, 8 tahun, BB : 24 kg, TB : 124 cm.
Status gizi :
TB / U : Persentil 50
BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase :
BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 %
BB ideal 25,5
Kesan : Gizi baik (Persentil 80 – 120 % )
F. DAFTAR MASALAH
NO MASALAH AKTIF
1.
2.
Krisis Hipertensi
Glomerulonefritis akut
G. DIAGNOSIS SEMENTARA
Krisis hipertensi e.c Suspect glomerulonefritis akut post Streptococcal
DD : - Krisis hipertensi e.c Lupus eritematosus sistemik
6
- Krisis hipertensi e.c nefropati IgA
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
- Infus Dextrosa 5 % mikro
- Klonidin drip / katapres dengan dosis 0,002 mg/kg BB /8 jam + 100 ml dextrosa 5%
mikrodrip katapress drip 0,3 cc (0,05 mg) dalam 100 cc Dextrosa 5 % / 8 jam XII
gtt/menit mikrodrip
- Injeksi Furosemid 1-2 mg/kgbb iv diberikan 2-3 kali sehari, 1 x 20mg
- Injeksi Ampicilin 50 – 100mg/kg BB/ hari 4 x 500 mg iv
2. Diet :
- Total 2400kkal/hari
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
3. Monitoring
- Pengawasan tekanan darah
- Pengawasan urine output perhari
- Pemeriksaan urine rutin per tiga hari
I. USULAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan fungsi ginjal
- Pemeriksaan elektrolit darah
- Pemeriksaan Swab tenggorok
- Pemeriksaan biakan urine
- Pemeriksaan titer ASTO dan C3 komplemen, antihialuronidase, anti deoksiribonekluase
7
K. CATATAN PERKEMBANGAN PERJALANAN PENYAKIT
Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi
31/8/13 Pusing (+),
Muntah (-),Urin 1000cc/24 jam
(1,73 cc/ kgBB/ jam)
Keadaan Umum : sadar, tampak sakit sedang
Tanda Vital :
- Tekanan darah 180 / 90 m Hg
- Nadi : 80 x / menit, isi dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 22 x / menit
- Suhu : 37,1 0 C (aksila)
Pemeriksaan fisis
Mata : Edema palpebra (-/-)
T2-T2, faring Hiperemis (-)
Abdomen : Datar, sedikit tegang,
nyeri tekan (-), Shifting
dullness (+) minimal
Krisis Hipertensi
Glomerulonefritis akut (GNA)
- Klonidin drip 0,3 cc
dalam infus dextrose
5% 100 cc 12 tetes /
menit mikrodrip
- Inj Ampisilin 4 x 500 mg
- Inj Furosemide 1 x 20 mg
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Program :
- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital
- Balans cairan
1/9/13 Pusing berkurang,
Muntah (-)
Perut tegang (-)
Urine 1200cc/24 jam (2,08 cc/kg BB/ jam)
Keadaan Umum : sadar, tampak sakit ringan
Tanda Vital :
- Tekanan darah 150 / 100 mmHg
Nadi : 76x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.
Pernafasan : 24 x / menit
Suhu : 36,6 0 C (aksila)
Pemeriksaan fisis
Mata : Edema palpebra (-/-)
Mulut : T2-2, faring Hiperemis (-)
Abd : Datar, lemas, nyeri tekan (-), SD (-)
Krisis Hipertensi
Glomerulonefritis akut (GNA)
- Klonidin drip 0,3 cc
dalam infus dextrose
5% 100 cc 12 gtt /
menit mikrodrip
- Inj Ampisilin 4 x 500 mg
- Inj Furosemide 1 x 20 mg
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Program:
8
Pengawasan TD, balance cairan
2-9-2013
Pusing (-)
Muntah (-)
Perut tegang (-)
Urine kemerahan (+)
Urine 2000cc/24 jam
(3,47 cc/ kg BB/ 24 jam)
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Tanda Vital :
- Tekanan darah 140/ 100 mmHg
- Nadi : 78 x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 24 x / menit
- Suhu : 36,8 0 C (aksila)
Pemeriksaan fisis :
Mata : Edema palpebra (-/-)
Mulut : T2-2, faring Hiperemis
(-)
Perut : Datar, Shifting dullness (-)
Hasil Urinalisis 2/9/2013
Makroskopik
Warna : Kuning
Kejerinihan : Jernih
Kimiawi
Protein : +
Reduksi : -
Urobilin : -
Bilirubin : -
Benda Keton : -
Mikroskopik
Epitel : +
Leukosit : 2-4 / LPB
Eritrosit : banyak / LPB
Silinder : -
Kristal : -
Jamur / bakteri : -
Krisis hipertensi
Glomerulonefritis akut
Plan :
Cek Urin rutin
- Klonidin drip 0,3 cc
dalam infus dextrose
5% 100 cc 12 gtt /
menit mikrodrip
- Inj Ampisilin 4 x 500 mg
- Inj Furosemide 1 x 20 mg
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Monitoring :
Pengawasan TD, balance cairan
Jika diastol < persentil 90
3 – 9 - 2013
Pusing (-)
Perut tegang (-)
BAK kemerahan (+)
Urine 1500cc/24 jam(2,6 cc/ kg BB/jam)
Keadaan Umum : baik
Sens : Compos Mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah 130/90 mmHg
- Nadi : 80x / menit
Krisis Hipertensi
Glomerulonefritis akut (GNA)
Terapi
Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tts/mt microdrip
Catapress drip stop
Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x ½ tab
9
reguler, isi dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 22 x / menit
- Suhu : 37 0 C (aksila)
Inj Furosemide 1x 20 mg iv
Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Program :
Pengawasan KU, TV
Cek Urine per 3 hari
4/9/13 Pusing (-)
BAK kemerahan (+)
Urine 2500cc/ 24
jam 4,3 cc/ kg
BB/ jam
KU : baik
Sens : compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah 130/90 mmHg
- Nadi : 78x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.
- Pernafasan : 24 x / menit
- Suhu : 37 0 C (aksila)
Hasil Lab 4/9/2013
Hb 11,0 gr/dl
Ht 33%
Leu 11.600 / mm3
Trombo 488.000/ mm3
Ureum 58 mg/dL (20 - 40)
Creatinin 1,0 mg / dL (0,5 – 1,2)
Urinalisis
Makroskopik
Warna : Kuning
Kejerinihan : Jernih
Kimiawi
Protein : -
Reduksi : -
Urobilin : -
Bilirubin : -
Benda Keton : -
Mikroskopik
Krisis
Hipertensi
Glomerulonef
ritis akut
(GNA)
Plan :
Cek Darah rutin
Cek Urine rutin
Faal Ginjal
Terapi
Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tetes / mt microdrip
Catapress drip stop
Kaptopril tab 12,5 mg,
2 x ½ tab
Inj Furosemide 1x 20 mg iv
Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Program :
Pengawasan KU, TV
Periksa Urin per 3 hari
10
Epitel : +
Leukosit : 2-4/ LPB
Eritrosit : 15 - 20 / LPB
Silinder : -
Kristal : -
Jamur / bakteri : + Bakteri
5/9/13 Pusing (-)
Muntah (-)
BAK tidak kemerahan lagi
BAK 1800cc/24 jam
(3,1 cc/kg BB/ jam)
Keadaan umum : baik
Sens : compos mentis
Vital sign :
TD 120 / 90 mmHg
Nadi 82x/mt
RR 24 x/mt
Suhu 370 C
- Hipertensi gr
II
- Glomerulonef
ritis akut
Terapi
IVFD Dextrose 5% 100 cc 10 tetes / mt microdrip
Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x ½ tab
Inj Furosemide 1x 20 mg iv
Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
Program :
Pengawasan KU, TV
Periksa Urin per 3 hari
6/9/13 Pusing (-)
Muntah (-)
BAK Jernih
BAK 2500 cc/ 24
jam 4,3 cc/ kg
BB/jam
Keadaan umum : baik
Sens : compos mentis
Vital Sign :
TD 120 / 80 mmHg
Nadi 92 x/mt
Pernapasan 24 x/ mt
Suhu 71,10C
- Hipertensi gr
II
- Glomerulonef
ritis akut
Terapi :
- IVFD Dextrose 5%
100 cc 10 tetes/mt
microdrip
- Inj Furosemide 1 x
20 mg stop
- Inj Ampicillin 4 x
500mg IV
- Kaptopril tab 12,5
mg, 2 x ½ tab
Diet :
- Protein 24gr/hari,
- Tanpa garam
11
Program :
Pengawasan KU, TV
Periksa Urin per 3 hari
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
Dari kasus An. Df, ♂ 7 tahun 11 bulan, datang dengan keluhan pusing sejak ± 6 jam
sebelum masuk rumah sakit, didapatkan daftar masalah, sebagai berikut :
1. Krisis hipertensi
2. Glomerulonefritis akut
1. Krisis Hipertensi
Pada pasien ini, dipikirkan suatu keadaan krisis hipertensi, berdasarkan keluhan
pusing yang terjadi tiba-tiba disertai muntah dan dari pemeriksan fisis didapatkan
tekanan darah 180 /100 mmHg. Sebagaimana yang didefinisikan dalam literatur,
hipertensi dinyatakan sebagai suatu kondisi dimana rerata TDS dan/atau TDD > persentil
95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada > 3 kali pengukuran1. Sedangkan
krisis hipertensi itu sendiri didefinisikan suatu kondisi dengan tekanan darah rerata TDS
atau TDD >5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda klinis1. Dalam literatur
lain menyebutkan, krisis hipertensi bila tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik >
120 mmHg2.
Pada pasien ini, didapatkan tekanan darah normal berdasarkan jenis kelamin, umur,
dan persentil tinggi (penjelasan lihat lampiran 1 dan lampiran 2) yaitu :
Tekanan sistol 97 – 99 mmHg,
Tekanan darah diastol : 58 – 59 mmHg.
Sedangkan hasil pengukuran tekanan darah berturut – turut sebagai berikut :
Tanggal Hasil Pengukuran Tekanan darah
30 / 8 / 2013
Poli Anak 170 /120 mmHg
Bangsal 180 / 100 mmHg
12
Adapun klasifikasi untuk hipertensi pada anak adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi anak1
Hipertensi pada anak, bisa berupa hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat diperkirakan berperan
menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan, respons terhadap stres fisik dan
psikologis, dan resistensi insulin2.
Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan penyakit
parenkim ginjal.2 Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan
13
glomerulonefritis, Sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan
penyakit parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-15%), koartasio aorta (5-
10%), feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%).
Gejala Hipertensi
Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.
Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang menderita
hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala,
insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan2. Pada keadaan
hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital dapat
timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Manifestasi klinisnya
sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat,
mata, jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri
perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula bermanifestasi
sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau
fungsi organ seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau
gagal ginjal akut. Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum
diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang tampak pada anak
dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang bila pengobatan segera
diberikan dan tekanan darah diturunkan. Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati
hipertensif, atau gambaran neurologis yang berat sangat penting karena menunjukkan
hipertensi yang telah berlangsung lama2.
Pada pasien ini, dipikirkan suatu hipertensi sekunder. Mengingat data yang
terkumpul dari anamnesis bahwa keluhan pusing yang disertai dengan tekanan darah
tinggi baru dialami pertama kali oleh pasien. Disertai dengan keluhan berupa muka
yang menjadi sembab.
Hipertensi primer yang dikaitkan dengan obesitas, dapat disingkirkan dengan
adanya hasil status gizi sebagai berikut :
Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)
BB ideal 25,5
Hipertensi primer dikaitkan dengan resistensi insulin seperti pada diabetes melitus
juga dapat disingkirkan dengan tidak adanya keluhan khas berupa poliuria, polidipsi,
dan polifagi, serta diperkuat dengan adanya hasil GDS 92 mg/dL.
14
Sehingga pada pasien ini dipikirkan krisis hipertensi yang terjadi merupakan suatu
hipertensi sekunder.
2. Glomerulonefritis akut
Dipikirkan pasien ini menderita glomerulonefritis akut, yaitu penyakit ginjal dengan
suatu inflamasi dan proliferasi sel Glomerulus3, dikarenakan :
a. Pasien adalah seorang anak laki – laki, usia 7 th 11 bulan.
Glomerulonefritis akut paling sering terjadi pada anak usia sekolah dengan usia
antara 5-8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 13.
b. Adanya keluhan berupa muka sembab, perut terasa lebih tegang dan tidak nyaman,
pusing serta adanya hipertensi semakin mengarahkan pada kecurigaan adanya
glomerulonefritis. Dan keadaan ini semakin didukung dengan adanya hasil
laboratorium berupa penurunan kadar Hb (9,8 gr/dL), hematokrit 28% (hemodilusi),
hipoalbuminemia 3,1 gr/dL, proteinuria ++, leukosituria, hematuria mikroskopik.
Diagnosis sindroma nefritik akut4 dibuat berdasarkan adanya:
(i) Oliguri,
(ii) Edema
(iii) Hipertensi serta
(iv) Kelainan urinalisis berupa proteinuri kurang dari 2 gram/hari dan hematuri serta
silinder eritrosit
Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal
diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu
mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata - rata 10 atau 21 hari setelah infeksi
tenggorok atau kulit. Hematuria dapat timbul berupa gross hematuria maupun
mikroskopik3. Manifestasi yang timbul urine dapat berwarna seperti cola, teh, air
cucian daging, ataupun keruh dan sering dengan oliguri4. Variasi yang tidak spesifik
bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau
lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai hipertensi pada hampir semua pasien.
Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi selama 3-5 hari. Edema bisa berupa
wajah sembab, edema pretibial atau berupa gambaran sindrom nefrotik. Asites
dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edema. Bendungan sirkulasi secara klinis
bisa nyata dengan takipne dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria
sampai anuria karena penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)3.
15
Keluaran urine dapat menurun, oliguria serta retensi garam dan air merupakan
faktor penyebab utama edema, kongesti sirkulasi, hipertensi, serta gangguan
elektrolit. Proteinuria dapat bervariasi dari yang ringan hingga rentang nefrotik,
ekresi protein urine biasanya < 1,0 gr/ 24 jam. Beratnya keterlibatan ginjal dapat
bervariasi dari hematuria mikroskopis tidak bergejala dengan fungsi ginjal yang
normal sampai gagal ginjal3.
Hipoalbuminemia ringan sering didapatkan pada GNA karena efek dilusi akibat
penambahan volume intravaskular.
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia ringan normokorm dan normositer
karena retensi natrium dan hemodilusi. Pada sediaan darah tepi dijumpai sistosit,
fragmentasi eritrosit disertai tandatanda mikroangiopati. Laju endapan darah
meninggi walaupun tidak mempunyai arti diagnosis maupun prognosis4. Jumlah
lekosit dan trombosit masih dalam batas normal4.
Penurunan laju filtrasi glomerulus berhubungan dengan penurunan koefisien
ultrafiltrasi glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus diikuti penurunan ekskresi
atau kenaikan reabsorbsi natrium sehingga terdapat penimbunan natrium dengan air
selanjutnya akan diikuti kenaikan volume plasma dan volume cairan ekstraselular
sehingga akan timbul gambaran klinis oliguria, hipertensi, edema dan bendungan
sirkulasi4.
Kemungkinan Glomerulonefritis Akut post streptokokus pada pasien ini belum dapat
disingkirkan, hal ini dikarenakan dari anamnesis tidak adanya data yang mendukung,
yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan atas ataupun infeksi kulit dalam
beberapa waktu terakhir. Tapi dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang
membesar (T2 – T2) namun tanpa disertai hiperemis. Mengingat belum adanya bukti
infeksi streptokokus pada pasien ini, maka untuk itu dibutuhkan pemeriksaan
tambahan berupa swab tenggorok, pemeriksaan titer Anti Streptolosin Titer O, kadar
komplemen C3. Pemeriksaan gabungan titer ASTO, Antihialuronidase dan
Antideoksiribonuklease B dapat mendeteksi infeksi streptokokus sebelumnya pada
hampir 100% kasus3.
Foto rontgen torak juga diperlukan untuk memastikan ada tidaknya gambaran
kardiomegali atau pun adanya bendungan paru. Asites yang banyak bias terlihat
ketika adanya kekaburan yang tampak pada hasil foto rontgen abdomen. Sedangkan
16
asites minimal bias tampak melalui USG abdomen yang juga bisa memperlihatkan
ukuran ginjal.
Sedangkan diagnosis banding krisis hipertensi e.c lupus eritematosus sistemik dapat
disingkirkan, mengingat bahwa pasien ini adalah seorang anak laki – laki (sedangkan
SLE lebih sering pada wanita usia dewasa muda), selain itu pada pasien ini juga tidak
didapatkan adanya riwayat ruam kupu – kupu di wajah, nyeri sendi, fotosensitivitas
terhadap cahaya. Namun untuk memperkuat dugaan ini, bisa dipastikan dengan
pemeriksaan ANA.
Sedangkan untuk nefropati IgA juga dapat disingkirkan. Kecurigaan kearah nefropati
IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan hematuria makroskopik secara
akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan dengan ISPA. Hematuria
makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA mereda, namun
akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA.
Diantara 2 episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria
mikroskopik dengan proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema,
hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum
biasanya meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar
komplemen (C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya
dibuat berdasarkan biopsi ginjal.
17