laporan kasus glomerulonefritis akut

25
BAB I LAPORAN KASUS 3.1 IDENTITAS PENDERITA Nama : An. Df Jenis kelamin : Laki - laki Umur/Tgl lahir : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2005) Alamat : Simpang Kandis, Pelabuhan Pulau Baii Masuk RS : 30 Agustus 2013 No CM : 615030 IDENTITAS ORANG TUA Nama Ayah : Tn.A Umur : 38 Tahun Pendidikan : S 1 Pekerjaan : Pegawai Negeri Nama Ibu : Ny. C Umur : 33 Tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga B. ANAMNESIS (Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 30 Agustus 2013 pukul 15.00) Keluhan utama : Pusing sejak ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit 1. Riwayat penyakit sekarang : + Sejak 6 jam SMRS, pasien mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba – tiba setelah BAB. Pusing 1

Upload: yessi-apriance

Post on 02-Jan-2016

884 views

Category:

Documents


55 download

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. Df

Jenis kelamin : Laki - laki

Umur/Tgl lahir : 7 tahun 11 bulan (1 Oktober 2005)

Alamat : Simpang Kandis, Pelabuhan Pulau Baii

Masuk RS : 30 Agustus 2013

No CM : 615030

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn.A

Umur : 38 Tahun

Pendidikan : S 1

Pekerjaan : Pegawai Negeri

Nama Ibu : Ny. C

Umur : 33 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS

(Autoanamnesis dan Alloanamnesis dengan ibu penderita tanggal 30 Agustus 2013 pukul

15.00)

Keluhan utama : Pusing sejak ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit

1. Riwayat penyakit sekarang :

+ Sejak 6 jam SMRS, pasien mengeluh pusing. Pusing terasa seperti berputar, muncul tiba

– tiba setelah BAB. Pusing dirasakan terus menerus, sedikit berkurang dengan istirahat.

Riwayat kepala terbentur disangkal. Pusing disertai dengan muntah, muntah 2x, sebanyak

± 1 gelas, berisi cairan dan makanan. Pusing tidak disertai penglihatan kabur, tidak

disertai sesak nafas, nyeri dada (-). Nyeri sendi juga disangkal. Badan terasa lemas.

Sejak 3 hari SMRS pasien demam. Demam naik turun, demam terutama malam hari,

menggigil (+), tidak ada bintik – bintik merah muncul, gusi berdarah (-), nafsu makan

pasien tidak berkurang, buang air besar tidak ada keluhan. Buang air kecil warna kuning

1

jernih, BAK berwarna seperti air cucian daging disangkal (-) , berbusa (-), BAK berpasir

(-), nyeri BAK (-), peningkatan frekuensi BAK (-)

Pasien sudah berobat ke dokter, diberi antibiotik, parasetamol dan dianjurkan kontrol ke

dokter anak. Demam sudah mereda.

± 2 hari SMRS, pasien mengeluh muka sembab, sembab terutama di kedua pipi dan

kelopak mata. Sembab terutama tampak saat bangun tidur pagi hari dan berangsur

menghilang saat siang. Pasien juga mengeluh perutnya menegang, terasa lebih kencang.

BAB tidak ada keluhan. BAK kuning jernih, BAK kecoklatan disangkal.

Pasien berobat ke poli anak, dan dilakukan pemeriksaan darah dan urin. Pasien kemudian

dirawat.

2. Riwayat penyakit dahulu :

Pasien baru pertama kali dirawat di rumah sakit.

Riwayat pusing dan sembab sebelumnya disangkal.

Riwayat sakit batuk, pilek dan nyeri tenggorokan disangkal

Riwayat infeksi kulit disangkal

Riwayat ruam kupu – kupu di daerah wajah atau ruam di badan disangkal

3. Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan ginjal

Kakek pasien menderita Hipertensi dan stroke, meninggal 6 bulan yang lalu.

4. Riwayat sosial ekonomi :

Ayah bekerja sebagai pegawai negeri, ibu pasien tidak bekerja (ibu rumah tangga).

Penghasilan keluarga rata-rata per bulan Rp.2.500.000,- menanggung 3 orang anak, biaya

pengobatan ditanggung asuransi kesehatan (ASKES).

Kesan sosial ekonomi : menengah

5. Riwayat pemeliharaan antenatal :

Periksa kehamilan An Daffa rutin setiap bulan, penyakit selama kehamilan disangkal,

obat-obatan yang diminum berupa vitamin, tablet tambah darah, dan mendapat imunisasi

TT 2 kali.

2

6. Riwayat persalinan.

Anak pertama, ♀ BBL 2900 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 10

tahun, sehat.

Anak kedua (pasien) ♂ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar,

umur 7 tahun 11 bulan, lahir langsung menangis dan tidak biru.

Anak ketiga, ♀ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong dokter, Sectio caesar, umur 5

tahun, sehat

7. Riwayat pemeliharaan post natal :

Periksa di dokter anak untuk dilakukan imunisasi dan kontrol kesehatan.

8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Berat badan umur 1 tahun 8 kg

Berat badan umur 7th (masuk SD) 20 kg

Jumlah Gigi susu

VI V IV III II I I II III IV V VI

VI V IV III II I I II III IV V VI

Pasien kelas 2 SD, bersekolah di SDN 79 Pagar Dewa Kota Bengkulu. Prestasi sekolah

mendapat ranking 7 di kelas. Punya banyak teman di sekolah.

8. Riwayat makan dan minum :

ASI diberikan sejak lahir hingga umur 4 hari , semau anak, lama menyusui 5 – 10 menit,

setelah selesai menyusu anak tertidur. Setelah umur 4 hari, dilanjutkan minum susu

formula, per 1-2 jam. Sejak umur 6 bulan, selain minum susu formula, anak juga sudah

makan nasi tim saring. Umur 1 tahun anak sudah makan – makanan keluarga

Anak biasa makan 3x/hari, setiap kali makan 1 piring, diantara waktu makan anak minum

susu.

9. Riwayat imunisasi :

BCG : 1 kali, umur 0 bulan, skar positif.

Polio : 1 kali, umur 0 bulan.

Vaksinasi dasar sudah diberikan sesuai umur

10. Riwayat keluarga berencana :

Ibu menggunakan kontrasepsi pil KB.

3

C. PEMERIKSAAN FISIS

Pemeriksaan fisis pada tanggal 30 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB di ruang Edelweis.

Seorang anak laki - laki, umur 7 tahun 11 bulan, berat badan 24 kg, tinggi badan 124 cm.

Keadan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)

BB ideal 25,5

Tanda vital : Tekanan darah 180 / 100 mmHg

Nadi : 78 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

Pernapasan : 24 x/menit

Suhu : 36,5 C (aksila)

Kepala : Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.

Mata : Konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik,

edema palpebra - / -, reflek cahaya langsung dan reflek cahaya tidak

langsung (+) / (+) .

Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada, tidak ada sekret.

Telinga : Tidak ada sekret, nyeri tekan tragus - / -, nyeri tekan mastoid - / -

Mulut : Bibir tidak sianosis, selaput lendir tidak kering, lidah tidak kotor,

gusi berdarah (-), Caries gigi (+)

T2- T2, faring tidak hiperemis, nyeri saat menelan (-)

Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak teraba membesar

Thorax

Pulmo : I : Gerakan dinding dada statis dinamis, simetris kiri kanan.

Retraksi dinding dada (-)

Pa : Stem fremitus kanan = kiri

Pe : Sonor seluruh lapangan paru

A : Suara dasar vesikuler normal, wheezing (-), ronki (-)

Jantung : I : Iktus kordis tidak terlihat

Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V linea midklavikula sinistra,

Pe : Batas kiri : sesuai iktus kordis.

4

Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra

Batas kanan : Linea parasternal dekstra.

A : Bunyi Jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-), irama

reguler, frekuensi jantung 78x / menit,

Abdomen : I : Datar,

Pa : Sedikit tegang, nyeri tekan (-)

Hepar : Tidak teraba

Lien : Tidak teraba

Pe : Timpani, pekak hepar (+) normal, Shifting Dulness (+),

Undulasi (-)

A : Bising usus (+) melemah

Anggota gerak Superior Inferior

Sianosis (-)/(-) (-)/(-)

Oedema (-)/(-) (-)/(-)

Akral hangat (+)/(+) (+)/(+)

Cap. refill <2’ <2’

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Pemeriksaan darah ( tanggal 28 Agustus 2003 )

LED : 60 mm/jam

Hemoglobin : 9,8 gram /dl

Hematokrit : 28 % (37 – 43%)

Leukosit : 5.100 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)

Diff.Count : 0/0/0/46/53/1

Trombosit : 409.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)

GDS : 92 mg/dl (150 – 250 mg/dL)

Kolesterol total : 137 mg/dL (150 – 250 mg/ dL )

Protein total : 7,0 gr/dL (6,5 – 7,8 gr/dL)

Albumin : 3,1 gr/dL (3,5 – 6,0 gr/dL)

Globulin : 3,9 gr/dL (1,5 – 2, 5 gr/dL)

2. Pemeriksaan urin : (tanggal 30 Agustus 2013)

Makroskopis

Warna : Kuning

5

Kejernihan : Keruh

Kimiawi

Protein : ++

Reduksi : -

Urobilin : -

Bilirubin : -

Benda Keton : -

Mikroskopis

Epitel : +

Leukosit : banyak / LPB

Eritrosit : 6 – 8 / LPB

Bakteri / jamur : + B

Kesan : Proteinuria, leukosituria, hematuria, bakteriuria

E. PEMERIKSAAN KHUSUS

Laki – laki, 8 tahun, BB : 24 kg, TB : 124 cm.

Status gizi :

TB / U : Persentil 50

BB/U dibandingkan acuan standar, dinyatakan dalam presentase :

BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 %

BB ideal 25,5

Kesan : Gizi baik (Persentil 80 – 120 % )

F. DAFTAR MASALAH

NO MASALAH AKTIF

1.

2.

Krisis Hipertensi

Glomerulonefritis akut

G. DIAGNOSIS SEMENTARA

Krisis hipertensi e.c Suspect glomerulonefritis akut post Streptococcal

DD : - Krisis hipertensi e.c Lupus eritematosus sistemik

6

- Krisis hipertensi e.c nefropati IgA

H. PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

- Infus Dextrosa 5 % mikro

- Klonidin drip / katapres dengan dosis 0,002 mg/kg BB /8 jam + 100 ml dextrosa 5%

mikrodrip katapress drip 0,3 cc (0,05 mg) dalam 100 cc Dextrosa 5 % / 8 jam XII

gtt/menit mikrodrip

- Injeksi Furosemid 1-2 mg/kgbb iv diberikan 2-3 kali sehari, 1 x 20mg

- Injeksi Ampicilin 50 – 100mg/kg BB/ hari 4 x 500 mg iv

2. Diet :

- Total 2400kkal/hari

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

3. Monitoring

- Pengawasan tekanan darah

- Pengawasan urine output perhari

- Pemeriksaan urine rutin per tiga hari

I. USULAN PEMERIKSAAN

- Pemeriksaan fungsi ginjal

- Pemeriksaan elektrolit darah

- Pemeriksaan Swab tenggorok

- Pemeriksaan biakan urine

- Pemeriksaan titer ASTO dan C3 komplemen, antihialuronidase, anti deoksiribonekluase

7

K. CATATAN PERKEMBANGAN PERJALANAN PENYAKIT

Tanggal Subyektif Obyektif Assesment Terapi

31/8/13 Pusing (+),

Muntah (-),Urin 1000cc/24 jam

(1,73 cc/ kgBB/ jam)

Keadaan Umum : sadar, tampak sakit sedang

Tanda Vital :

- Tekanan darah 180 / 90 m Hg

- Nadi : 80 x / menit, isi dan tegangan cukup.

- Pernafasan : 22 x / menit

- Suhu : 37,1 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisis

Mata : Edema palpebra (-/-)

T2-T2, faring Hiperemis (-)

Abdomen : Datar, sedikit tegang,

nyeri tekan (-), Shifting

dullness (+) minimal

Krisis Hipertensi

Glomerulonefritis akut (GNA)

- Klonidin drip 0,3 cc

dalam infus dextrose

5% 100 cc 12 tetes /

menit mikrodrip

- Inj Ampisilin 4 x 500 mg

- Inj Furosemide 1 x 20 mg

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Program :

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital

- Balans cairan

1/9/13 Pusing berkurang,

Muntah (-)

Perut tegang (-)

Urine 1200cc/24 jam (2,08 cc/kg BB/ jam)

Keadaan Umum : sadar, tampak sakit ringan

Tanda Vital :

- Tekanan darah 150 / 100 mmHg

Nadi : 76x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.

Pernafasan : 24 x / menit

Suhu : 36,6 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisis

Mata : Edema palpebra (-/-)

Mulut : T2-2, faring Hiperemis (-)

Abd : Datar, lemas, nyeri tekan (-), SD (-)

Krisis Hipertensi

Glomerulonefritis akut (GNA)

- Klonidin drip 0,3 cc

dalam infus dextrose

5% 100 cc 12 gtt /

menit mikrodrip

- Inj Ampisilin 4 x 500 mg

- Inj Furosemide 1 x 20 mg

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Program:

8

Pengawasan TD, balance cairan

2-9-2013

Pusing (-)

Muntah (-)

Perut tegang (-)

Urine kemerahan (+)

Urine 2000cc/24 jam

(3,47 cc/ kg BB/ 24 jam)

Keadaan Umum : tampak sakit ringan

Tanda Vital :

- Tekanan darah 140/ 100 mmHg

- Nadi : 78 x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.

- Pernafasan : 24 x / menit

- Suhu : 36,8 0 C (aksila)

Pemeriksaan fisis :

Mata : Edema palpebra (-/-)

Mulut : T2-2, faring Hiperemis

(-)

Perut : Datar, Shifting dullness (-)

Hasil Urinalisis 2/9/2013

Makroskopik

Warna : Kuning

Kejerinihan : Jernih

Kimiawi

Protein : +

Reduksi : -

Urobilin : -

Bilirubin : -

Benda Keton : -

Mikroskopik

Epitel : +

Leukosit : 2-4 / LPB

Eritrosit : banyak / LPB

Silinder : -

Kristal : -

Jamur / bakteri : -

Krisis hipertensi

Glomerulonefritis akut

Plan :

Cek Urin rutin

- Klonidin drip 0,3 cc

dalam infus dextrose

5% 100 cc 12 gtt /

menit mikrodrip

- Inj Ampisilin 4 x 500 mg

- Inj Furosemide 1 x 20 mg

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Monitoring :

Pengawasan TD, balance cairan

Jika diastol < persentil 90

3 – 9 - 2013

Pusing (-)

Perut tegang (-)

BAK kemerahan (+)

Urine 1500cc/24 jam(2,6 cc/ kg BB/jam)

Keadaan Umum : baik

Sens : Compos Mentis

Tanda Vital :

- Tekanan darah 130/90 mmHg

- Nadi : 80x / menit

Krisis Hipertensi

Glomerulonefritis akut (GNA)

Terapi

Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tts/mt microdrip

Catapress drip stop

Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x ½ tab

9

reguler, isi dan tegangan cukup.

- Pernafasan : 22 x / menit

- Suhu : 37 0 C (aksila)

Inj Furosemide 1x 20 mg iv

Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Program :

Pengawasan KU, TV

Cek Urine per 3 hari

4/9/13 Pusing (-)

BAK kemerahan (+)

Urine 2500cc/ 24

jam 4,3 cc/ kg

BB/ jam

KU : baik

Sens : compos mentis

Tanda Vital :

- Tekanan darah 130/90 mmHg

- Nadi : 78x / menit reguler, isi dan tegangan cukup.

- Pernafasan : 24 x / menit

- Suhu : 37 0 C (aksila)

Hasil Lab 4/9/2013

Hb 11,0 gr/dl

Ht 33%

Leu 11.600 / mm3

Trombo 488.000/ mm3

Ureum 58 mg/dL (20 - 40)

Creatinin 1,0 mg / dL (0,5 – 1,2)

Urinalisis

Makroskopik

Warna : Kuning

Kejerinihan : Jernih

Kimiawi

Protein : -

Reduksi : -

Urobilin : -

Bilirubin : -

Benda Keton : -

Mikroskopik

Krisis

Hipertensi

Glomerulonef

ritis akut

(GNA)

Plan :

Cek Darah rutin

Cek Urine rutin

Faal Ginjal

Terapi

Ivfd Dextrose 5%, 100 cc 10 tetes / mt microdrip

Catapress drip stop

Kaptopril tab 12,5 mg,

2 x ½ tab

Inj Furosemide 1x 20 mg iv

Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Program :

Pengawasan KU, TV

Periksa Urin per 3 hari

10

Epitel : +

Leukosit : 2-4/ LPB

Eritrosit : 15 - 20 / LPB

Silinder : -

Kristal : -

Jamur / bakteri : + Bakteri

5/9/13 Pusing (-)

Muntah (-)

BAK tidak kemerahan lagi

BAK 1800cc/24 jam

(3,1 cc/kg BB/ jam)

Keadaan umum : baik

Sens : compos mentis

Vital sign :

TD 120 / 90 mmHg

Nadi 82x/mt

RR 24 x/mt

Suhu 370 C

- Hipertensi gr

II

- Glomerulonef

ritis akut

Terapi

IVFD Dextrose 5% 100 cc 10 tetes / mt microdrip

Kaptopril tab 12,5 mg, 2 x ½ tab

Inj Furosemide 1x 20 mg iv

Inj Ampicillin 4 x 500 mg iv

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

Program :

Pengawasan KU, TV

Periksa Urin per 3 hari

6/9/13 Pusing (-)

Muntah (-)

BAK Jernih

BAK 2500 cc/ 24

jam 4,3 cc/ kg

BB/jam

Keadaan umum : baik

Sens : compos mentis

Vital Sign :

TD 120 / 80 mmHg

Nadi 92 x/mt

Pernapasan 24 x/ mt

Suhu 71,10C

- Hipertensi gr

II

- Glomerulonef

ritis akut

Terapi :

- IVFD Dextrose 5%

100 cc 10 tetes/mt

microdrip

- Inj Furosemide 1 x

20 mg stop

- Inj Ampicillin 4 x

500mg IV

- Kaptopril tab 12,5

mg, 2 x ½ tab

Diet :

- Protein 24gr/hari,

- Tanpa garam

11

Program :

Pengawasan KU, TV

Periksa Urin per 3 hari

BAB II

PEMBAHASAN KASUS

Dari kasus An. Df, ♂ 7 tahun 11 bulan, datang dengan keluhan pusing sejak ± 6 jam

sebelum masuk rumah sakit, didapatkan daftar masalah, sebagai berikut :

1. Krisis hipertensi

2. Glomerulonefritis akut

1. Krisis Hipertensi

Pada pasien ini, dipikirkan suatu keadaan krisis hipertensi, berdasarkan keluhan

pusing yang terjadi tiba-tiba disertai muntah dan dari pemeriksan fisis didapatkan

tekanan darah 180 /100 mmHg. Sebagaimana yang didefinisikan dalam literatur,

hipertensi dinyatakan sebagai suatu kondisi dimana rerata TDS dan/atau TDD > persentil

95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada > 3 kali pengukuran1. Sedangkan

krisis hipertensi itu sendiri didefinisikan suatu kondisi dengan tekanan darah rerata TDS

atau TDD >5 mmHg di atas persentil 99 disertai gejala dan tanda klinis1. Dalam literatur

lain menyebutkan, krisis hipertensi bila tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik >

120 mmHg2.

Pada pasien ini, didapatkan tekanan darah normal berdasarkan jenis kelamin, umur,

dan persentil tinggi (penjelasan lihat lampiran 1 dan lampiran 2) yaitu :

Tekanan sistol 97 – 99 mmHg,

Tekanan darah diastol : 58 – 59 mmHg.

Sedangkan hasil pengukuran tekanan darah berturut – turut sebagai berikut :

Tanggal Hasil Pengukuran Tekanan darah

30 / 8 / 2013

Poli Anak 170 /120 mmHg

Bangsal 180 / 100 mmHg

12

Adapun klasifikasi untuk hipertensi pada anak adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi anak1

Hipertensi pada anak, bisa berupa hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang tidak dapat dijelaskan

penyebabnya. Meskipun demikian, beberapa faktor dapat diperkirakan berperan

menimbulkan seperti faktor keturunan, berat badan, respons terhadap stres fisik dan

psikologis, dan resistensi insulin2.

Sekitar 60-80% hipertensi sekunder pada masa anak berkaitan dengan penyakit

parenkim ginjal.2 Kebanyakan hipertensi akut pada anak berhubungan dengan

13

glomerulonefritis, Sedangkan hipertensi kronis paling sering berhubungan dengan

penyakit parenkim ginjal (70-80%), hipertensi renovaskular (10-15%), koartasio aorta (5-

10%), feokromositoma dan penyebab endokrin lainnya (1-5%).

Gejala Hipertensi

Hipertensi derajat ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala.

Namun dari penelitian yang baru-baru ini dilakukan, kebanyakan anak yang menderita

hipertensi tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Gejala non spesifik berupa nyeri kepala,

insomnia, rasa lelah, nyeri perut atau nyeri dada dapat dikeluhkan2. Pada keadaan

hipertensi berat yang bersifat mengancam jiwa atau menggangu fungsi organ vital dapat

timbul gejala yang nyata. Keadaan ini disebut krisis hipertensi. Manifestasi klinisnya

sangat bervariasi namun komplikasi utama pada anak melibatkan sistem saraf pusat,

mata, jantung, dan ginjal. Anak dapat mengalami gejala berupa sakit kepala, pusing, nyeri

perut, muntah, atau gangguan penglihatan. Krisis hipertensi dapat pula bermanifestasi

sebagai keadaan hipertensi berat yang diikuti komplikasi yang mengancam jiwa atau

fungsi organ seperti ensefalopati, gagal jantung akut, infark miokardial, edema paru, atau

gagal ginjal akut. Ensefalopati hipertensif ditandai oleh kejang fokal maupun umum

diikuti penurunan kesadaran dari somnolen sampai koma. Gejala yang tampak pada anak

dengan ensefalopati hipertensif umumnya akan segera menghilang bila pengobatan segera

diberikan dan tekanan darah diturunkan. Gejala dan tanda kardiomegali, retinopati

hipertensif, atau gambaran neurologis yang berat sangat penting karena menunjukkan

hipertensi yang telah berlangsung lama2.

Pada pasien ini, dipikirkan suatu hipertensi sekunder. Mengingat data yang

terkumpul dari anamnesis bahwa keluhan pusing yang disertai dengan tekanan darah

tinggi baru dialami pertama kali oleh pasien. Disertai dengan keluhan berupa muka

yang menjadi sembab.

Hipertensi primer yang dikaitkan dengan obesitas, dapat disingkirkan dengan

adanya hasil status gizi sebagai berikut :

Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)

BB ideal 25,5

Hipertensi primer dikaitkan dengan resistensi insulin seperti pada diabetes melitus

juga dapat disingkirkan dengan tidak adanya keluhan khas berupa poliuria, polidipsi,

dan polifagi, serta diperkuat dengan adanya hasil GDS 92 mg/dL.

14

Sehingga pada pasien ini dipikirkan krisis hipertensi yang terjadi merupakan suatu

hipertensi sekunder.

2. Glomerulonefritis akut

Dipikirkan pasien ini menderita glomerulonefritis akut, yaitu penyakit ginjal dengan

suatu inflamasi dan proliferasi sel Glomerulus3, dikarenakan :

a. Pasien adalah seorang anak laki – laki, usia 7 th 11 bulan.

Glomerulonefritis akut paling sering terjadi pada anak usia sekolah dengan usia

antara 5-8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 13.

b. Adanya keluhan berupa muka sembab, perut terasa lebih tegang dan tidak nyaman,

pusing serta adanya hipertensi semakin mengarahkan pada kecurigaan adanya

glomerulonefritis. Dan keadaan ini semakin didukung dengan adanya hasil

laboratorium berupa penurunan kadar Hb (9,8 gr/dL), hematokrit 28% (hemodilusi),

hipoalbuminemia 3,1 gr/dL, proteinuria ++, leukosituria, hematuria mikroskopik.

Diagnosis sindroma nefritik akut4 dibuat berdasarkan adanya:

(i) Oliguri,

(ii) Edema

(iii) Hipertensi serta

(iv) Kelainan urinalisis berupa proteinuri kurang dari 2 gram/hari dan hematuri serta

silinder eritrosit

Lebih dari 50 % kasus GNAPS adalah asimtomatik. Kasus klasik atau tipikal

diawali dengan infeksi saluran napas atas dengan nyeri tenggorok dua minggu

mendahului timbulnya sembab. Periode laten rata - rata 10 atau 21 hari setelah infeksi

tenggorok atau kulit. Hematuria dapat timbul berupa gross hematuria maupun

mikroskopik3. Manifestasi yang timbul urine dapat berwarna seperti cola, teh, air

cucian daging, ataupun keruh dan sering dengan oliguri4. Variasi yang tidak spesifik

bisa dijumpai seperti demam, malaise, nyeri, nafsu makan menurun, nyeri kepala, atau

lesu. Pada pemeriksaan fisis dijumpai hipertensi pada hampir semua pasien.

Hipertensi pada GNAPS dapat mendadak tinggi selama 3-5 hari. Edema bisa berupa

wajah sembab, edema pretibial atau berupa gambaran sindrom nefrotik. Asites

dijumpai pada sekitar 35% pasien dengan edema. Bendungan sirkulasi secara klinis

bisa nyata dengan takipne dan dispne. Gejala gejala tersebut dapat disertai oliguria

sampai anuria karena penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)3.

15

Keluaran urine dapat menurun, oliguria serta retensi garam dan air merupakan

faktor penyebab utama edema, kongesti sirkulasi, hipertensi, serta gangguan

elektrolit. Proteinuria dapat bervariasi dari yang ringan hingga rentang nefrotik,

ekresi protein urine biasanya < 1,0 gr/ 24 jam. Beratnya keterlibatan ginjal dapat

bervariasi dari hematuria mikroskopis tidak bergejala dengan fungsi ginjal yang

normal sampai gagal ginjal3.

Hipoalbuminemia ringan sering didapatkan pada GNA karena efek dilusi akibat

penambahan volume intravaskular.

Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia ringan normokorm dan normositer

karena retensi natrium dan hemodilusi. Pada sediaan darah tepi dijumpai sistosit,

fragmentasi eritrosit disertai tandatanda mikroangiopati. Laju endapan darah

meninggi walaupun tidak mempunyai arti diagnosis maupun prognosis4. Jumlah

lekosit dan trombosit masih dalam batas normal4.

Penurunan laju filtrasi glomerulus berhubungan dengan penurunan koefisien

ultrafiltrasi glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus diikuti penurunan ekskresi

atau kenaikan reabsorbsi natrium sehingga terdapat penimbunan natrium dengan air

selanjutnya akan diikuti kenaikan volume plasma dan volume cairan ekstraselular

sehingga akan timbul gambaran klinis oliguria, hipertensi, edema dan bendungan

sirkulasi4.

Kemungkinan Glomerulonefritis Akut post streptokokus pada pasien ini belum dapat

disingkirkan, hal ini dikarenakan dari anamnesis tidak adanya data yang mendukung,

yang menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan atas ataupun infeksi kulit dalam

beberapa waktu terakhir. Tapi dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tonsil yang

membesar (T2 – T2) namun tanpa disertai hiperemis. Mengingat belum adanya bukti

infeksi streptokokus pada pasien ini, maka untuk itu dibutuhkan pemeriksaan

tambahan berupa swab tenggorok, pemeriksaan titer Anti Streptolosin Titer O, kadar

komplemen C3. Pemeriksaan gabungan titer ASTO, Antihialuronidase dan

Antideoksiribonuklease B dapat mendeteksi infeksi streptokokus sebelumnya pada

hampir 100% kasus3.

Foto rontgen torak juga diperlukan untuk memastikan ada tidaknya gambaran

kardiomegali atau pun adanya bendungan paru. Asites yang banyak bias terlihat

ketika adanya kekaburan yang tampak pada hasil foto rontgen abdomen. Sedangkan

16

asites minimal bias tampak melalui USG abdomen yang juga bisa memperlihatkan

ukuran ginjal.

Sedangkan diagnosis banding krisis hipertensi e.c lupus eritematosus sistemik dapat

disingkirkan, mengingat bahwa pasien ini adalah seorang anak laki – laki (sedangkan

SLE lebih sering pada wanita usia dewasa muda), selain itu pada pasien ini juga tidak

didapatkan adanya riwayat ruam kupu – kupu di wajah, nyeri sendi, fotosensitivitas

terhadap cahaya. Namun untuk memperkuat dugaan ini, bisa dipastikan dengan

pemeriksaan ANA.

Sedangkan untuk nefropati IgA juga dapat disingkirkan. Kecurigaan kearah nefropati

IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan hematuria makroskopik secara

akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan dengan ISPA. Hematuria

makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA mereda, namun

akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA.

Diantara 2 episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria

mikroskopik dengan proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema,

hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum

biasanya meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar

komplemen (C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya

dibuat berdasarkan biopsi ginjal.

17