ilmu kalam

14

Upload: siti-islamiati

Post on 22-Jun-2015

938 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu kalam
Page 2: Ilmu kalam

Dosen Pembimbing :

Drs. Mustopa, M. Ag

كالم علم

Page 3: Ilmu kalam

Pendidikan Agama Islam 1ASTAI TASIKMALAYA

2012/2013

Anggota

Aosil Fadilah

Siti Islamiati

Dede Nurazizah

Page 4: Ilmu kalam

MU’TAZILAH

1. Sejarah dan Asal-Usul Mu’tazilah

2. Tokoh-Tokoh Mu’tazilah

3. Pemikiran Mu’tazilah

Page 5: Ilmu kalam

Sejarah dan Asal Usul Mu’tazilah

Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari I’tazala yang berarti berisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri secara teknis

Mu’tazilah muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, yaitu antara tahun 105-110 H, tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Basrhi yang bernama Washil Ibn Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghazzal, kemunculan ini karena Wasil Ibn Atha’ berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik.

Page 6: Ilmu kalam

Golongan Mu’tazilah

1. Golongan pertama

2. Golongan kedua

(disebut Mu’tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh

sebahai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak dalam menangani

pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Muawiyah,

Aisyah, dan Abdullah bin Zubair.

(disebut Mu’tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang

di kalangan Khawarij dan Mur’jiah akibat adanya peristiwa tahkim. Golongan ini

muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur’jiah

tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Mu’tazilah II inilah

yang akan dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi.

Page 7: Ilmu kalam

Versi Tentang Nama Mu’tazilah

1. Al-Baghdadi

Bahwa orang yang berdosa bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi menduduki tempat diantara kafir dan mukmin (al-manjilah bain al-manjilatain). Dalam artian mereka member status orang yang berbuat dosa besar itu jauh dari golongan mukmin dan kafir.

2. Tasy Kubra Zadah

3. Al-Mas’udi

Qatadah bin Da’mah pada suatu hari masuk mesjid Basrah dan bergabung dengan majelis Amr bin Ubaid yang disangkanya adalah majlis Hasan Al Basri. Setelah mengetahuinya bahwa majelis tersebut bukan majelis Hasan Al Basri, ia berdiri dan meninggalkan tempat sambil berkata, “ini kaum Mu’tazilah.” Sejak itulah kaum tersebut dinamakan Mu’tazilah.

Wasil dan temannya, Amr bin Ubaid bin Bab, diusir oleh Hasan Al Basri dari majelisnya karena adanya pertikaian diantara mereka tentang masalah qadar dan orang yang berdosa besar. Keduanya menjauhkan diri dari Hasan Al Basri dan berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu tidak mukmin dan tidak pula kafir. Oleh karena itu golongan ini dinamakan Mu’tazilah.

Page 8: Ilmu kalam

Tokoh-Tokoh Mu’tazilah

1. Wasil Ibn Atha’

2. Abu Huzail Al-Allaf

3. Al-Nazzam

4. Mu’ammar Ibn Ibbad Al-Sulami

5. Abdul Jabar

6. Abu Ali Al-Juba’i

Page 9: Ilmu kalam

1. Wasil Ibn Atha’ (81-131 H)

Washil adalah orang pertama membina aliran Mu’tazilah. Menurut Al Mas’udi ia adalah kepala dan Mu’tazilah tertua.

2. Abu Huzail Al-Allaf (131-226 H)

Sebagai pendiri aliran Mu’tazilah, ia mengembakan pandangan-pandangan Mu’tazilah dan meramunya dengan informasi-informasi baru. Seringkali dalam perdebatan Al-Allaf berhasil membungkam, ia begitu terampil dalam diskusinya hingga mampu mematahkan argumentasi lawan, bahkan berhasil menarik kaum penentang untuk memeluk islam.

3. Al-Nazzam

Al-Nazzan adalah filosof pertama dari kalangan Mu’tazilah yang paling mendalam pemikirannya. Al-Nazzam adalah anak saudara perempuan Al-Allaf dan muruidnya sekaligus.

Page 10: Ilmu kalam

4. Mu’ammar Ibn Ibbad Al-Sulami

Mu’ammar adalah guru dari para pendukung teori pengertian-pengertian Ma’ani. Mu’ammar berpendapat, ia mengingkari kekuasaan Alloh menciptakan aksidensia-aksidensia dalam rangka menyucikan dari ruang dan temporalitas.

5. Abdul Jabar

Abd A-Jabar menempatkan kepala negara pada posisi yang sama dengan umat islam lainnya. menurutnya kalangan mana dan siapapun boleh menjadi kepala negara, asalkan ia mampu melaksanakannya, kepala negara ditentukan berdasarkan pemilihan umat Islam sendiri.

6. Abu Ali Al-Juba’i

Al- jubba’i tergolong tokoh mu’tazilah generasi kemudian. Paham terpenting lainnya dari al- jubba’i adalah pertama , seperti Mu’tazilah lainnya, Al- jubba’i tidak mempercayai sifat-sifat alloh. Kedua, al-zubba’i dan para tokoh mu’tazilah lainnya memandang alam ini sebagai sesuatu yang dihasilkan dan kehendak alloh merupakan kuasa (penyebab) alam ini. Ketiga, Manusia adalah pencipta perbuatan-perbuatannya

Page 11: Ilmu kalam

Mu’tazilah memiliki ajaran pokok dengan sebutan Al-Usul Al-Khamsah. Ke 5 ajaran tersebut antara lain :

PEMIKIRAN MU’TAZILAH

1. At-Tauhid

Adalah dasar islam pertama dan utama. At-Tauhid berarti ke Maha Esaan Tuhan.

Mu’tazilah berpendapat bahwa tuhan itu esa tak satupun yang menyerupai-Nya. Dia Maha Melihat, Mendengar, Kuasa, Mengetahui dan sebagainya. Namun mendengar, kuasa, mengetahui dan sebagainya itu bukanlah sifat, melainkan dzat-Nya. Menurut mereka sifat adalah suatu yang melekat.

Page 12: Ilmu kalam

Al-Adl yang berarti Tuhan Maha Adil. Ajaran ini bertujuan untuk menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut pandangan manusia.Ada 3 ajaran yang terkait dengan Al-Adl, yaitu Pertama perbuatan manusia. Kedua berbuat baik dan terbaik. Ketiga mengutus rasul.

2. Al-’Adl

3. Al-Wa’ad wa Al-Wa’id

Golongan mu’tazilah yakin bahwa Tuhan wajib melaksanakan janji-Nya yaitu janji Tuhan akan memberikan upah atau pahala bagi orang yang berbuat baik, dan memberikan ancaman akan menyiksa orang yang berbuat jahat, karena sesuai dengan janji dan ancaman Tuhan.

Page 13: Ilmu kalam

4. Al-Manzilah bain Al-Manzilatain

Yaitu persoalan orang yang berdosa besar, ia mati belum sempat bertobat, orang tersebut tidak mukmin dan tidak pula kafir, tetapi fasiq suatu posisi diantara dua posisi.

Menurut golongan Mu’tazilah orang tersebut akan kekal di neraka, tetapi siksaannya lebih ringan dari orang kafir.

5. Al-’Amr bi Al-Ma’ruf wa An-Nahyu ‘al-Munkar

Al-’Amr bi al-Ma’ruf wa An-Nahyu ‘al-Munkar artinya mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran. Namun dalam pelaksanaan ajarannya, Mu’tazilah menggunakan kekerasan bila dianggap perlu. Sedangkan golongan lain cukup dengan penjelasan saja.

Page 14: Ilmu kalam