galuh diah andarini-skripsi-fakultas ilmu sosial politik
TRANSCRIPT
1
Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI periode 2005-2014
Galuh Diah Andarini
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia
Abstract : This research study aims to determine the relationship between four macroeconomic
variables such as Inflation, GDP, BI rate, and the exchange rate to Stock Price Index (IHSG) in
Indonesia Stock Exchange (BEI) which taken from July 2005 to December 2014. The analysis
technique is multiple regression. The result of this analysis showed that GDP, and exchange
rate has a positive influence towards IHSG while the other variables like BI rate is shown to
have a negative influence towards IHSG, but there’s no similiarity between the movement of
inflation. In addition, the analysis showed that that the four macroeconomic variables are
simultaneously affect the IHSG during the period of study.
Keywords : Macroeconomics, Exchange rate, BI rate, GDP, Inflation, Indonesia Stock Price
Index
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara empat variabel
makroekonomi yaitu inflasi, PDB, Bi rate, dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dimulai dari Juli 2005 sampai dengan Desember
2014. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PDB, dan nilai tukar memiliki pengaruh positif terhadap IHSG,
sedangkan variabel lainnya yaitu BI rate menunjukkan memiliki pengaruh negatif terhadap
IHSG, tetapi pergerakan inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IHSG. Sebagai
tambahan, penelitian ini menunjukkan bahwa keempat variabel makroekonomi tersebut secara
bersama-sama mempengaruhi IHSG selama periode penelitian.
Kata Kunci : Makroekonomi, Nilai tukar, BI rate, Laju Inflasi, Pertumbuhan PDB, Indeks harga
saham gabungan (IHSG)
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
2
Pendahuluan
Indonesia merupakan Negara Berkembang
yang salah satu cirinya adalah
melaksanakan pembangunan di berbagai
sektor, berbagai upaya dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan dana
pembiayaan pembangunan negara agar
tidak bergantung pada pinjaman luar negeri.
Salah satu cara yang digunakan pemerintah
untuk mengumpulkan dana tersebut adalah
dengan menarik minat masyarakat dan
investor untuk berinvestasi.
Salah satu investasi yang mudah dan
banyak menjadi pilihan investor adalah
dengan membeli saham pada perusahaan
terbuka atau go public1 yaitu perusahaan
yang namanya sudah tercatat dan
diperdagangkan di bursa atau pasar modal
(Afdhalul Amri, 2011). Pasar modal
merupakan salah satu indikator kemajuan
perekonomian suatu negara serta
menunjang ekonomi negara yang
bersangkutan (Robert Ang, 1997).
Pasar modal yang berfluktuasi merupakan
dampak dari kondisi ekonomi suatu negara.
Interaksi antara pasar modal dan variabel
makroekonomi telah menjadi fokus utama
dalam penelitian para akademisi dan
praktisi (Kwon and Shin, 1999). Salah satu 1Peristiwapenawaransahamyangdilakukanolehperusahaan(emiten)untukpertamakalikepadamasyarakatumum(investor)
yang menjadi tolak ukur kinerja pasar
modal adalah indeks harga saham gabungan
(IHSG). Lewat indeks harga saham
gabungan (IHSG) kita bisa mengetahui
apakah saat ini pasar modal sedang
mengalami peningkatan (bullish) atau
mengalami penurunan (bearish).
Di pasar modal, sebuah indeks memiliki
beberapa fungsi antara lain: indikator tren
pasar, indikator tingkat keuntungan dan
tolak ukur (benchmark) kinerja suatu
portofolio atau reksa dana (Fakhruddin,
2008). Harga saham berfluktuasi setiap hari
dan para pengamat meyakini bahwa
fluktuasi harga saham ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor makro
ekonomi diluar pasar modal. Indikator
makroekonomi yang sering dihubungkan
dengan IHSG adalah BI rate, inflasi, kurs
rupiah, dan pertumbuhan PDB.
Secara teoritis perbedaan arah hubungan
antara kurs dan harga saham dapat
dijelaskan dengan pendekatan tradisional
dan model portofolio balance (Granger et
al, 1998), menjelaskan bahwa hubungan
antara kurs dan harga saham adalah positif,
dimana perubahan nilai tukar berpengaruh
pada pendapatan dan biaya operasional
perusahaan sehingga menyebabkan
perubahan harga saham. Dampak
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
3
merosotnya nilai tukar rupiah terhadap
pasar modal memang dimungkinkan,
mengingat sebagian besar perusahaan yang
go public di BEI memiliki hutang luar
negeri dalam bentuk valuta asing
(Thobarry, 2009).
Kenaikan biaya produksi ini tentunya akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan.
Turunnya tingkat keuntungan perusahaan
tentu akan mempengaruhi minat beli
investor terhadap saham perusahaan yang
bersangkutan (Thobarry, 2009). Secara
umum, hal ini akan mendorong pelemahan
indeks harga saham di negara tersebut.
Variabel makroekonomi lain yang juga
mempengaruhi IHSG adalah inflasi. Inflasi
memiliki pengaruh cukup besar terhadap
nilai kurs, inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
suatu perekonomian (Sadono Sukirno,
2002;15). Dari pengertian Bank Indonesia,
yang disebut dengan inflasi adalah suatu
kenaikan harga-harga yang terjadi secara
umum ( www.bi.go.id ) artinya kenaikan
terjadi pada semua jenis barang dan juga
terjadi secara meluas, ini berarti bahwa
kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya
terjadi di suatu daerah saja, tetapi
berdampak pada seluruh daerah yang ada di
wilayah negara.
Tingginya tingkat inflasi akan berdampak
buruk terhadap kondisi perekonomian suatu
negara. Hal ini akan mengakibatkan
penurunan kinerja dan keuntungan
perusahaan, apabila hal tersebut terus
berlajut maka pergerakan harga saham juga
akan mengalami penurunan. inflasi yang
tinggi juga bisa mengurangi tingkat
pendapatan riil yang diperoleh investor dari
investasinya. Kinerja bursa efek ikut
mengalami penurunan jika inflasi
meningkat (Tandelilin, 2001). Peningkatan
tingkat inflasi pada umumnya diikuti oleh
naiknya tingkat suku bunga guna
mengurangi penawaran uang berlebih.
Peran pemerintah sangat penting dalam
mengontrol laju inflasi di suatu negara.
Berbagai cara dilakukan, salah satunya
adalah dengan melakukan kebijakan
penentuan tarif suku bunga. Kebijakan
penentuan tarif suku bunga di Indonesia
dikendalikan oleh Bank Indonesia melalui
BI rate.
BI rate adalah kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia terhhadap tekanan inflasi dan
diumumkan kepada publik2. Peningkatan BI
rate merupakan peluang investasi yang
cukup menjanjikan bagi investor deposito,
2WebsiteBankIndonesia,DefinisiBIrate.
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
4
dan akan berdampak pada indeks harga
saham di pasar modal. Pada umumnya,
apabila tingkat suku bunga turun, maka
indeks harga saham di suatu negara akan
mengalami kenaikan (Sunariyah, 2006).
Penurunan tingkat BI rate, akan membuat
perusahaan dapat dengan leluasa
mengembangkan kegiatannya, sehingga
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
dan perolehan labanya.
Selain itu, tingkat suku bunga yang rendah
juga membuat investor membeli saham agar
memperoleh keuntungan yang lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku pada
investasi deposito. Namun, saat BI rate
mengalami kenaikan, investor akan
cenderung lebih tertarik untuk berinvestasi
di deposito karena selain keuntungan dari
bunga yang ditawarkan lebih besar
dibandingkan dengan investasi saham,
investasi pada deposito dinilai aman karena
tidak memiliki resiko. kecenderungan
investor yang ingin memaksimalkan laba
dan meminimalisir resiko membuat suku
bunga memiliki kaitan dengan pasar modal
dan indeks harga saham gabungan.
Faktor lain yang juga mempengaruhi indeks
harga saham suatu negara adalah produk
domestik bruto (PDB). Pertumbuhan
produk domestik bruto (PDB) yang cepat
merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan
ekonomi. Apabila ada kenaikan dari
pertumbuhan PDB, akan sejalan dengan
kenaikan dari indeks harga saham suatu
negara (Sangkyun Park, 1997). Secara teori
dapat dijelaskan bahwa peningkatan PDB
dapat meningkatkan daya beli konsumen
terhadap produk-produk perusahaan
sehingga meningkatkan profiatbilitas
perusahaan. Dengan adanya peningkatan
profitabilitas perusahaan dapat
meningkatkan kepercayaan investor
sehingga dapat meningkatkan harga saham.
Sezgin Acikalin (2008) dalam penelitiannya
yang berjudul “Relationship between stock
markets and macroeconomic variables : an
empirical anaysis of the Istanbul Stock
Exchange” menyimpulkan bahwa, variabel
makroekonomi seperti nilai kurs, suku
bunga, dan GDP memiliki pengaruh
terhadap harga saham di Istanbul Stock
Exchange. Dijelaskan bahwa perubahan
harga saham pada dasarnya terhubung
dengan faktor-faktor makroekonomi.
Demikian halnya dengan penelitian yang
dilakukan oleh Christopher Gan (2006)
yang berjudul “Macroeconimics Variables
and Stock Market Interactions : New
Zealand Evidence”. Penelitian yang
dilakukan dari tahun 1990 sampai dengan
2003 ini mengatakan bahwa variabel
makroekonomi seperti tingkat inflasi, suku
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
5
bunga, dan GDP berpengaruh pada indeks
saham dalam jangka panjang.
Berdasarkan pada kajian di atas dapat di
temukan hipotesis bahwa terdapat pengaruh
negatif tingkat inflasi terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI; terdapat
pengaruh negatif BI rate terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI; terdapat
pengaruh negatif kurs rupiah terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan di BEI;
terdapat pengaruh positif pertumbuhan
Produk Domestik Bruto terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan di BEI.
METODE
Populasi dan Sampel
Jenis data penelitian termasuk ke dalam
data kuantitatif dengan periode pengamatan
dari tahun 2005 sampai tahun 2014.
Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah seluruh data IHSG, Produk
domestik bruto, nilai kurs rupiah, tingkat
inflasi, dan Tingkat BI rate. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder berupa data yang mendukung
variabel penelitian. Data dari variabel
independen dalam penelitian ini, yaitu :
tingkat inflasi, BI rate, kurs rupiah, dan
pertumbuhan PDB. Data dari variabel
dependen adalah IHSG. Objek penelitian,
yaitu Bursa Efek Indonesia. Periode
penelitian dari tahun 2005 sampai tahun
2014. Data diperoleh dari informasi dan
laporan dari Bursa Efek Indonesia, Bank
Indonesia dan Biro Pusat Statistik.
Penelitian ini melibatkan satu variabel
dependen yaitu IHSG yang merupakan
perubahan atau pergerakan harga sham
seluruh emiten di BEI yang diukur pada
setiap akhir bulan. Sedangkan variabel
independennya adalah tingkat inflasi,
tingkat BI rate, kurs rupiah terhadap Dollar
Amerika dan pertumbuhan PDB.
Data yang akan digunakan adalah data
triwulanan, dimulai dari Juli 2005 sampai
Desember 2014 yaitu tiga puluh delapan
(38) data. Pengukuran tingkat inflasi berasal
dari Laju Inflasi yang tercatat dan
diterbitkan oleh BPS tiap triwulanan,
tingkat bunga SBI dihitung dari rata-rata
SBI tiga bulanan, sementara itu kurs Rupiah
terhadap Dollar Amerika yang digunakan
adalah kurs tengah rupiah, sedangkan
pertumbuhan PDB dihitung dari data
pertumbuhan PDB yang digunakan 3
bulanan. Metode analisis data yang
digunakan dengan adalah analisis regresi
berganda. Pengujian hipotesis
menggunakan uji t, sedangkan pengujian
model regresi menggunakan uji F. Taraf
signifikansi yang digunakan adalah 5%.
Hasil dan Pembahasan
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
6
Data penelitian sebanyak 38 data berhasil
dikumpulkan per triwulanan selama 10
tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2014.
Nilai kurs memiliki nilai minimum sebesar
8465.00, nilai maksimum sebesar 12378.00,
mean sebesar 9778.6579, dan standar
deviasi sebesar 1056.14685.
BI rate memiliki nilai minimum sebesar
5.75, nilai maksimum sebesar 12.75, mean
sebesar 7.8264, dan standar deviasi sebesar
1.93220. Tingkat inflasi memiliki nilai
minimum sebesar 2.41%, nilai maksimum
sebesar 18.83%, mean sebesar 7.3369% dan
deviasi standar sebesar 3.78%.
Pertumbuhan PDB memiliki nilai minimum
sebesar 4.08%, nilai maksimum sebesar
6.90%, mean sebesar 5.77% dan deviasi
standar sebesar 0.70%. IHSG memiliki
nilain minimum sebesar 1.050 nilai
maksimum sebesar 5.226 mean sebesar
3.032 dan deviasi standar sebesar 1.293.
Pengujian Data Penelitian
Uji Asumsi Klasik
• Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependen, variabel independen,
atau keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal (Ghozali, 2001).
Berdasarkan uji normalitas dengan
menggunakan metode Komolgorov-
Smirnov Test diperoleh nilai KSZ
sebesar 0.518 dan nilai Asymp.Sig
sebesar 0.890. Kedua nilai tersebut
memiliki tingkat signifikansi diatas
derajat kesalahan (0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa residual yang
digunakan yaitu IHSG, inflasi, PDB, dan
nilai kurs rupiah terhadap dollar AS
telah memenuhi asumsi distribusi
normal dan model regresi layak untuk
dipakai.
• Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan linier
antarvariabel bebas. Dalam model
regresi berganda, variabel bebas yang
baik adalah variabel bebas yang
mempunyai hubungan dengan variabel
terikat, tetapi tidak mempunyai
hubungan dengan variabel bebas
lainnya3. Berdasarkan uji yang telah
dilakukan diketahui bahwa, Nilai
Tolerance variabel Nilai kurs sebesar
0.559, BI rate adalah 0.167, Inflasi
0.181, dan PDB 0.521. Nilai Tolerance
keempat variabel independen yang diuji
adalah lebih dari 0,10. Sementara itu,
nilai VIF variabel Nilai kurs adalah
1.788, BI rate 5.994, Inflasi 5.531, dan
PDB 1.919. Nilai VIF keempat variabel 3NachrowiDjalalNachrowi,Ekonometrika,2006.Hal.95,FakultasEkonomiUniversitasIndonesia
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
7
independen yang diuji adalah kurang
dari 10.0, sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel
independen dalam model regresi.
• Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Model yang baik
adalah yang homoskedastisitas (Ghozali,
2001). Pengujian ini dilakukan dengan
uji Park, apabila nilai P value dalam
kolom sig. > 0.05, maka dinyatakan jika
tidak terdapat gejala
heteroskesdastisitas. Uji menghasilkan
keempat variabel terbebeas dari
heteroskesdastisitas.
• Uji Autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi artinya
ada korelasi antar anggota sampel yang
diurutkan berdasarkan waktu. Uji
autokorelasi digunakan untuk melihat
apakah ada hubungan linier antara error
serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (data time series)4.
4Gujarati,BasicEconometrics:FourthEdition.TheMcGraw-HillCompanies,2004.
Model regresi yang baik adalah yang
bebas dari autokorelasi.Setelah
dilakukan dengan menggunakan uji Run
Test, didapatkan hasil bahwa keempat
variabel tidak terdapat autokorelasi.
Untuk melihat seberapa jauh kemampual
model dalam menerangkan variasi variabel
independen digunakan uji Koefisien
Determinasi (𝑅!). Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel independent
dalam menerangkan variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel independent antara nol dan
satu. Apabila nilai 𝑅! semakin mendekati
satu, berarti variabel-variabel bebas
memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel
terikat (Ghozali, 2001). Hasil penghitungan
menunjukkan nilai R square sebesar 0,688.
Hal ini berarti 68.8% persen prediksi IHSG
dapat dijelaskan oleh keempat variabel
bebas yaitu Nilai kurs, BI rate, Inflasi, dan
PDB. Sedangkan sisanya 31.2%
dipengaruhi variabel lain diluar variabel
independen. Nilai koefisien korelasi (R)
sebesar 0.650, yang berarti bahwa kuat
hubungan antara variabel independen
terhadap variabel independen sebesar 65%.
Untuk melihat pengaruh seluruh variabel
bebas terhadap variabel terikat secara
simultan menggunakan uji F, Uji statistik F
pada dasarnya menunjukkan apakah semua
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
8
variabel independent yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara
simultan terhadap semua variabel dependen
(Ghozali,2001). Dari hasil perhitungan uji F
dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi
adalah sebesar 0.000 dan nilai F hitung
adalah sebesar 18.166. Dasar pengambilan
keputusan adalah nilai signifikansinya
sebesar 5% atau 0.05. karena nilai
signifikansi uji F lebih kecil dari 0.05 maka
menunjukkan adanya pengaruh BI rate,
Nilai kurs, inflasi, dan PDB secara simultan
terhadap IHSG. Oleh karena secara
simultan memiliki pengaruh yang
signifikan, maka perlu diuji pengaruh
masing-masing variabel bebas secara
parsial.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
uji t yang bertujuan untuk menguji
signifikansi pengaruh satu variabel
independen secara individu terhadap
variabel dependen. Uji statistik t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara
parsial didalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2001).
Kemampuan Nilai Kurs mempengaruhi
IHSG
Berdasarkan hasil penghitungan dapat
diketahui bahwa nilai kurs menghasilkan
nilai t hitung sebesar (3.598). variabel ini
mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0.000 yang apabila dibandingkan dengan
derajat kesalahan yang telah ditentukan
sebesar 5%, Dari hasil uji t disimpulkan
bahwa nilai kurs berpengaruh positif dan
signifikan dalam memprediksi IHSG
a. Kemampuan BI rate mempengaruhi
IHSG
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui
bahwa BI rate menghasilkan nilai t
hitung sebesar (-3.800). variabel ini
mempunyai tingkat signifikansi
sebesar 0.000 yang apabila
dibandingkan dengan derajat kesalahan
yang telah ditentukan sebesar 5%, dari
hasil uji t disimpulkan bahwa BI rate
berpengaruh negatif dan signifikan
dalam memprediksi IHSG
b. Kemampuan Inflasi mempengaruhi
IHSG
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui
bahwa inflasi menghasilkan nilai t
hitung sebesar (1.281) variabel ini
memiliki nilai signifikansi sebesar
0.139 yang apabila dibandingkan
dengan nilai derajat kesalahan yang
telah ditentukan sebesar 5%, variabel
Inflasi termasuk tidak signifikan. Hal
ini berarti, secara parsial variabel
inflasi tidak memiliki pengaruh
terhadap IHSG.
c. Kemampuan PDB mempengaruhi
IHSG
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
9
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui
bahwa PDB menghasilkan nilai t
hitung sebesar 1.843. variabel ini
memiliki nilai signifikansi sebesar
0.001 yang apabila dibandingkan
dengan nilai derajat kesalahan yang
telah ditentukan sebesar 5%, Dari hasil
uji t disimpulkan bahwa PDB
berpengaruh positif dan signifikan
dalam memprediksi IHSG.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “Diduga nilai kurs memiliki
pengaruh negatif terhadap IHSG” tidak
terbukti. Adanya pengaruh nilai tukar dollar
terhadap rupiah menandakan bahwa
menguatnya nilai tukar mata uang dollar
terhadap rupiah dapat berakibat pada
naiknya nilai IHSG, hal ini bertentangan
dengan mayoritas teori yang ada.
Secara teoritis perbedaan arah hubungan
antara kurs dan harga saham dapat
dijelaskan dengan pendekatan tradisional
dan model portofolio balance (Granger et.
al, 1998). Pendekatan tradisional
mengatakan bahwa hubungan antara kurs
dan harga saham adalah positif, di mana
perubahan nilai tukar mempengaruhi
pendapatan dan biaya operasional
perusahaan, yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan pada harga saham.
Ekuitas yang merupakan bagian dari
kekayaan (wealth) perusahaan dapat
mempengaruhi nilai tukar uang melalui
permintaan uang. Sebagai contoh semakin
tinggi harga saham akan menyebabkan
semakin tinggi permintaan uang dengan
tingkat bunga yang semakin tinggi pula,
sehingga hal ini akan menarik minat
investor asing untuk menanamkan
modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi
terhadap mata uang domestik (Thobarry,
2009).
Alasan lain yaitu, depresiasi nilai rupiah
terhadap dolar AS bisa memberi dampak
positif terhadap perekonomian Indonesia,
karena produk Indonesia menjadi lebih
murah dibandingkan produk sejenis buatan
asing, maka produsen dalam negeri akan
memperoleh peluang emas untuk
meningkatkan volume ekspor dan
memenangkan persaingan di dalam negeri5.
Ibrahim (2000) juga menemukan hubungan
positif yang lemah antara perbedaan return
saham (domestik dikurangi luar negeri)
dengan perubahan dalam nilai tukar. Bany,
Amain dan Hook (dalam Damele dkk.,
2004) meneliti nilai tukar di Kualalumpur
Stock Exchange, menemukan bahwa return
saham nampak mengikuti pergerakan nilai
tukar selama periode ini. Sementara itu Ang
5www.library.ohiou.edu/DepresiasidanSurplusEkspor
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
10
(1997) dalam Damele et al (2004)
menemukan bahwa harga saham bergerak
secara cepat mengikuti pergerakan nilai
tukar.
Hipotesis 2 yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “Diduga BI rate berpengaruh
secara negatif terhadap IHSG” terbukti.
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2
terbukti. Hasil menunjukkan kenaikan BI
rate akan memicu penurunan nilai IHSG.
Peningkatan BI rate merupakan peluang
investasi yang cukup menjanjikan bagi
investor deposito, dan akan berdampak
pada indeks harga saham di pasar modal.
Pada umumnya, apabila tingkat suku bunga
turun, maka indeks harga saham di suatu
negara akan mengalami kenaikan
(Sunariyah, 2006).
Membandingkan dengan penelitian
terdahulu, hasil penelitian ini didukung oleh
Ben S. Bernanke dan Kenneth N. Kuttner
(2003) yang menyatakan bahwa
pemotongan suku bunga akan
meningkatkan harga saham, yang artinya
suku bunga memiliki pengaruh negatif
terhadap indeks saham. Penelitian yang
dilakukan oleh Farisa Noviyanti dengan
judul “Pengaruh BI Rate terhadap
Perekonomian Indonesia” juga
mengungkapkan hal yang sama, dalam
penelitiannya Farisa menyimpulkan bahwa
dalam jangka pendek peningkatan BI rate
akan melemahkan nilai IHSG.
Hipotesis 3 yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “ Diduga inflasi memiliki
pengaruh negatif terhadap IHSG” tidak
terbukti. Penurunan inflasi akan memicu
penurunan IHSG, sebaliknya kenaikan
inflasi akan memicu naiknya IHSG.
Penelitian dari Suramaya Suci Kewal
(2012) dalam penelitiannya yang berjudul
pengaruh inflasi, suku bunga, kurs, dan
pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan menemukan bahwa
variabel inflasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap IHSG.
Inflasi yang stabil dan berkepanjangan juga
akan menumbuhkan industri kecil dalam
negeri menjadi semakin dipercaya dan
tangguh. Tingkat pengangguran akan
menurun karena masyarakat akan tergerak
untuk melakukan kegiatan produksi dengan
cara mendirikan atau membuka usaha
(Shandra, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Zuhdi (2012) menyatakan bahwa secara
parisal tidak ditemukan pengaruh dari
variabel inflasi gterhadap IHSG. Hasil
penelitian ini juga didukung oleh Tobing
(2009) yang menyatakan bahwa tingkat
inflasi tidak berpengaruh secara parsial
terhadap IHSG.
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
11
Hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian
ini adalah “Diduga PDB memiliki pengaruh
positif terhadap IHSG” terbukti. Kenaikan
PDB akan memicu kenaikan IHSG.
Meningkatnya pendapatan domestik bruto
berpengaruh positif terhadap pendapatan
konsumen karena dapat meningkatkan
permintaan terhadap produk Perusahaan
(Thobarry, 2009).
Meningkatnya pertumbuhan PDB juga
dapat mengakibatkan naiknya daya beli
masyarakat yang imbasnya bisa saja
dirasakan oleh pasar saham (Park dalam
Thobarry, 2009). Hasil ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sangkyun Park (1997) dimana GDP
mempengaruhi positif terhadap harga
saham. Penelitian yang dilakukan oleh
Christopher Gan et al (2006) menyatakan
bahwa GDP berpengaruh secara signifikan
terhadap indeks saham di New Zealand.
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat BI
rate, pertumbuhan PDB, dan nilai kurs
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
IHSG, sedangkan inflasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap IHSG. Diketahui juga
bahwa PDB, dan nilai kurs memilki
pengaruh positif pada IHSG, sedangkan
riset ini membuktikan BI rate memiliki
pengaruh negatif terhadap IHSG. Hal ini
berarti setiap peningkatan BI rate maka
akan menyebabkan penurunan nilai IHSG.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil
bahwa variabel makroekonomi yang paling
mempengaruhi IHSG adalah BI rate dan
PDB. Kedua variabel tersebut memiliki
nilai yang paling besar bila dilihat dalam
model persamaan regresi. Diharapkan
dengan mempertimbangkan kedua hal ini
dapat menentukan keputusan investor
dalam menjual atau membeli saham di
pasar modal.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti
memiliki beberapa keterbatasan, seperti
Periode waktu yang digunakan yaitu tahun
2005 sampai dengan tahun 2014 dimana
pada tahun tersebut kondisi ekonomi belum
stabil dan ada dampak krisis ekonomi dunia
pada tahun 2008 yang berimbas pada
kestabilan perekonomian Indonesia
(www.bi.go.id). Nilai R padahal penelitian
ini hanya bernilai 63.7% karena masih
banyak lagi faktor lain yang bisa
mempengaruhi penelitian terhadap faktor –
faktor yang mempengaruhi IHSG, seperti
uang yang beredar dan harga minyak dunia.
Daftar Pustaka
Ang, Robert, 1997, “ Buku Pintar :
Pasar Modal Indonesia “, First
Edition Mediasoft Indonesia
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
12
Bahmani-Oskooée, M., and
Sohrabian,1992, “Stock Prices
and the Effective Exchange
rate of the Dollar”. Applied
Economics, Vol.24, 459-64.
Bank Indonesia, 2008, Indonesia
Financial Statistic, BI,
Jakarta.
Boediono. 1999. Ekonomi Makro. Edisi
ke-4. Yogyakarta: BPFE UGM.
Bursa Efek Indonesia., 2008, Buku
Panduan Indeks Harga
Saham Bursa efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia, 2008.
Badan Pusat Statistik, 2008, Tabel
input-output Indonesia, BPS, Jakarta
Damele, Manjri., Yamini Karmakar dan
G Kawadia., 2004, “ A study of
market Integration based on
Indian Stock Market, Bullion
Market and Foreign Exchange
Market”.
FinanceIndia.Vol.XVII,No.2Hal.859-869
Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard
Starz (2008) Makro Ekonomi.
Terjemahan oleh : Roy Indra
Mirazudin, SE. Jakarta: PT
Media Global Edukasi
Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi.
2009. Teori Portofolio dan
Analisis Investasi. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Fakhruddin, Hendy M. 2008. Go Public
Strategi Pendanaan dan
Peningkatan Nilai Perusahaan.
Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Granger C. W., Huang B. and Yang C.
(1998) “A Bivariate Causality
Between Stock Prices And
Exchange Rates: Evidence
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
13
from Recent Asian Flu”. The
Quarterly Review Of
Economics And Finance.
Volume 40:337-354
Gujarati, Damodar, 2004. “Basic
Econometrics ; Fourth Edition”
The Mcgraw-Hill 2004
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar
Teori Fortofolio dan Analisis Sekuritas.
Edisi
Ke-3. Yogyakarta: Penerbit
AMP YKPN.
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin
Nasution. 2008. Investasi Pada
Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana.
Ibrahim, Mansor H.,2000,
“Cointegration and Granger
Causality Test of Interaction in
Malaysia”, Asian Economic
Bulletin. Vol 17. Hal 36-47
Jogiyanto, Hartono. 2010. Teori
Portofolio dan Analisis
Investasi. Edisi ke-7
Yogyakarta: BPFE.
Manurung, Adler Haymans. 2004.
Strategi Memenangkan
Transaksi Saham di Bursa.
Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Markus, Bodie, Kane. 2004. Investment
5th edition. Mc Graw Hill
Martalena dan Maya Malinda. 2011.
Pengantar pasar Modal.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mohammad Samsul, 2008, “Pasar
Modal dan Manajemen Portofolio”.
Erlangga,
Jakarta
Nasry, Amir. 2003, Globalization Effect
on Stock Exchange Integration.
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015
14
Avaliable : www.proquest.com
Pieper, P. & Vogel, R. (1997), “The
Stock Market Integration In
Latin America”, CAER II
Discussion Paper No. 21,
Harvard Institute for
International Development.
Sangkyun, Park, 1997, “Rationality of
negative Stock Price Responses
to Strong Economics Activity”
Journal Financial Analyst,
Sept/Oct 1997.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal
dan Manajemen Portofolio.
Surabaya: Penerbit Erlangga.
Samuelson, Paul A., 1992,
”Economics”, Mc-Graw Hill
Company, Fifteenth Edition,
McGraw Hill Inc., Tokyo
Sunariyah. 2006. Pengantar
Pengetahuan Pasar Modal.
Edisi ke-5. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
Tandelilin, Eduardus.2001. Analisis
Investasi Manajemen Portfolio.
Cetakan Pertama. Yogyakarta:
BPFE.
Thobarry, Achmad Ath. 2009. Analisis
Pengaruh Nilai Tukar, Suku
Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap
Indeks Harga Saham Sektor
Properti (Kajian Empiris Pada
Bursa Efek Indonesia Periode
Pengamatan Tahun 2000-
2008). Universitas Diponegoro.
Semarang.
Analisis pengaruh..., Galuh Diah Andarini, FISIP UI, 2015