fome pak satiyo

71
KEGIATAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GAMBIRSARI KOTA SURAKARTA Kelompok 494 Anggota Kelompok: Stephanie Indrawati S G99141007 Zefania Yonisa Pretikasari G99141008 Arum Alfiyah Fahmi G99141009 Rifni Arneswari Fardianingtyas G99141010 Okti Rahmawati G99141011

Upload: rifnityas

Post on 29-Sep-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

KEGIATAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION(FOME) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GAMBIRSARIKOTA SURAKARTA

Kelompok 494Anggota Kelompok:Stephanie Indrawati S G99141007Zefania Yonisa PretikasariG99141008Arum Alfiyah FahmiG99141009 Rifni Arneswari Fardianingtyas G99141010 Okti Rahmawati G99141011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER TAHAP PROFESIBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN PENCEGAHANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET2015LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION(FOME) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS GAMBIRSARIKOTA SURAKARTA

Kelompok 494Anggota Kelompok:Stephanie Indrawati S G99141007Zefania Yonisa PretikasariG99141008Arum Alfiyah FahmiG99141009 Rifni Arneswari Fardianingtyas G99141010 Okti Rahmawati G99141011

Telah disetujui dan sudah disahkan pada:Hari: Senin Tanggal: 23 Maret 2015

Mengetahui,

Pembimbing FOME IKM/FK UNS Pembimbing FOME UPTD Puskesmas Gambirsari

dr. Arsita Eka Prasetyawati, M.Kes. dr. Bayu Sarwa EdhiNIP. 19830621 200912 2 003 NIP. 19761029 200902 1 002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME karena atas limpahan berkat dan kasih karunia-Nya yang selalu diberikan kepada penulis sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran di UPTD Puskesmas Gambirsari, serta dapat menyelesaikan laporan kelompok kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)-Kedokteran Pencegahan dengan judul Kegiatan Family Oriented Medical Education (FOME) di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta.Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UNS. Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak sekali bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR., FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.2. dr. Ari Natalia Probandari, MPH, PhD, selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.3. dr. Arsita Eka Prasetyawati, M.Kes, selaku pembimbing FOME IKM/FK UNS.4. drg. Erwin Windrawati, selaku Kepala Puskesmas Gambirsari.5. dr. Bayu Sarwa Edhi, selaku pembimbing FOME di UPTD Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta.6. Seluruh staf di UPTS Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta dan seluruh staf bagian IKM-Kedokteran Pencegahan FK UNS.7. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Surakarta, Maret 2015

Kelompok 494 IKM/FK UNSDAFTAR ISI

HALAMAN JUDULLEMBAR PENGESAHAN ..1KATA PENGANTAR ..2DAFTAR ISI ....3DAFTAR TABEL DAN GAMBAR 4TAHAP 1.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA DAN ASPEK PERSONAL ........5A.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA 6B.IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL .7TAHAP 2.STATUS PASIEN ........8A.IDENTITAS PASIEN ...8B.ANAMNESIS 8C.PEMERIKSAAN FISIK ...14D.PEMERIKSAAN PENUNJANG .16E.PENGOBATAN YANG SUDAH DIDAPATKAN 16F.RESUME 16TAHAP 3.IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA 18A.FUNGSI HOLISTIK 18B.FUNGSI FISIOLOGIS 20C.FUNGSI PATOLOGIS 23D.FUNGSI KETURUNAN ..24E.POLA INTERAKSI KELUARGA ..25F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN ..26G.FAKTOR NON PERILAKU YANGMEMPENGARUHI KESEHATAN 26TAHAP 4.DIAGNOSTIK HOLISTIK DAN PEMBAHASAN ..30A.DIAGNOSTIK HOLISTIK .30B.PEMBAHASAN 31TAHAP 5.PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF .37SIMPULAN DAN SARAN .41A.SIMPULAN ..41B.SARAN .42REFERENSI ....43LAMPIRAN .....44

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu Rumah......6Tabel 3.1. APGAR Keluarga Ny. AN ........21Tabel 3.2. SCREEM ...23Tabel Flow Sheet Rekam Medis ..37Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny. AN .24Gambar 3.2. Pola interaksi keluarga Ny. AN ..25Gambar 3.3. Denah rumah Ny. AN 29Gambar 1. Foto proses anamnesis dan kunjungan rumah 44Gambar 2. Pemeriksaan gula darah terhadap Tn. S dan keluarga44Gambar 3. Pemeriksaan gula darah terhadap Tn. S dan keluarga44Gambar 4. Teras depan ....................................45Gambar 5. Ruang Tamu ...................45Gambar 6. Ruang TV ..........45Gambar 7. Tempat tidur ..45Gambar 8. Atap dapur dan kamar mandi 45Gambar 9. Tempat parkir .45 Gambar 10. Kamar mandi ...........46Gambar 11. Atap ruang tengah ...46

BAB IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA DAN ASPEK PERSONAL

A.KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGANama kepala keluarga: Tn. SAlamat: Gambirsari RT 03 RW 24 Kadipiro, SurakartaBentuk Keluarga: Extended FamilyStruktur Komposisi Keluarga :Tabel 1.1 Daftar Anggota Keluarga yang Hidup dalam Satu RumahNoNamaKedudukanL/PUmurPendidikanPekerjaanPasien klinikKeterangan

1Tn. SKepala keluargaL64 thTidak sekolahBuruhYaPasien rutin kontrol DM ke puskesmas

2Ny. TIbuP58 thTidak sekolahBuruhTidak-

3Ny. SAnak pertamaP35 thSMPBuruhTidak-

4Tn. DAnak keduaL28 thSMPBuruh pabrikTidak-

5Ny. EAnak ketigaP24 thSMABuruhTidak-

6Tn. SMenantu pertamaL30 thSMPBuruh pabrikTidak-

7Ny. SMenantu keduaP26 thSMPBuruhTidak-

8An. SCucu pertamaP2 th----

9An. ACucu keduaP6 bln----

Sumber: Data Primer, Maret 2015

Kesimpulan: Keluarga Tn. S termasuk ke dalam extended family yang terdiri atas 9 orang. Keluarga tersebut terdiri dari Tn. SS (64 tahun), Ny. T (58 tahun), Ny. S (35 tahun) beserta suami Tn. S (30 tahun) dan anaknya An. S (2 tahun), Tn. D (28 tahun) beserta istri Ny. S (26 tahun) dan anaknya An. A (6 bulan), serta Ny. E (24 tahun) yang tinggal bersama dalam satu rumah. Tn. S dan Ny. T tidak mengenyam pendidikan sekolah, namun ketiga anaknya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP. Hampir seluruh keluarga Tn. S bekerja sebagai buruh petik cabai yang pekerjaannya dapat dilakukan di rumah.

B. IDENTIFIKASI ASPEK PERSONAL1. Alasan BerobatPasien datang berobat pertama kali ke puskesmas untuk kontrol gula darahnya setelah pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena gula darahnya yang tinggi hingga pasien tidak sadar.2. Persepsi Pasien tentang PenyakitnyaPasien mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit diabetes mellitus. Pasien juga sudah mulai mengurangi makanan dengan kandungan gula yang tinggi dan rutin meminum obat yang diberikan. Pasien juga sudah rajin berolahraga dengan cara berjalan kaki setiap pagi di sekitar rumahnya. Namun pasien masih belum memahami komplikasi apa saja yang ditimbulkan oleh penyakitnya tersebut. Keluarga pasien juga terkesan cuek dan tidak terlalu peduli dengan penyakit yang diderita oleh pasien.3. Harapan PasienPasien berharap agar penyakitnya tidak bertambah parah dan tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari. 4. Kekhawatiran PasienPasien tidak merasa khawatir dengan penyakit yang dideritanya. Pasien juga tidak merasa khawatir apabila penyakit tersebut nantinya dapat diturunkan ke anak-anaknya.

BAB IISTATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIENNama: Tn. SUmur: 64 tahunAlamat: Gambirsari RT 03/RW 24 Kadipiro, SurakartaJenis kelamin: Laki laki Agama: IslamPekerjaan: Buruh Status: MenikahTanggal Pemeriksaan: 9 Maret, 12 Maret, dan 13 Maret 2015

B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama : Tidak sadar 2. Riwayat Penyakit SekarangKurang lebih 7 tahun yang lalu, pasien didiagnosis menderita sakit gula setelah dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadarkan diri. Keluarga mengatakan bahwa pasien tiba-tiba ditemukan sudah dalam kondisi tidak sadar pada saat akan tidur. Pasien tidak mengeluhkan apapun sebelumnya. Keluarga juga mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pada saat di RSUD Dr. Moewardi, hasil pemeriksaan darah pasien menunjukkan bahwa gula darah pasien 384 mg/dl. Pasien kemudian didiagnosis menderita Diabetes Mellitus dan diberikan pengobatan Metformin. Pasien juga mendapat pengobatan amlodipin saat dirawat di RSUD Dr. Moewardi. Namun, saat dikonfirmasi mengenai tekanan darahnya, pasien mengaku tidak pernah memiliki tekanan darah tinggi. Pasien mengaku bahwa kondisinya saat ini sudah membaik dan lebih segar. Namun pasien mengaku masih sering pusing berputar dan nggliyeng. Keluhannya ini dirasakan hilang timbul sejak pasien didiagnosis menderita penyakit Diabetes Mellitus. Keluhannya ini biasanya muncul tiba-tiba dan biasanya keluhannya ini dirasakan saat pasien beraktivitas. Untuk mengurangi keluhannya ini, pasien biasanya beristirahat dari aktivitasnya serta pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat atau makanan tertentu untuk mengurangi keluhannya tersebut. Pasien juga mengaku sering merasa lemas. Keluhannya ini dirasakan di seluruh tubuh yang biasanya dirasakan tiba-tiba. Keluhannya ini berkurang saat pasien beristirahat, namun akan bertambah berat saat pasien tetap melanjutkan aktivitasnya. Pasien juga mengaku belum mengkonsumsi obat apapun untuk mengurangi keluhannya tersebut. Pasien mengaku sejak 1 bulan terakhir, padangannya menjadi kabur. Keluhannya ini sering muncul tiba-tiba dan hilang timbul. Pasien mengatakan tidak mengetahui hal apa saja yang mungkin menyebabkan munculnya keluhan tersebut. Pasien juga mengaku belum pernah mengkonsumsi obat untuk mengurangi keluhannya tersebut. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan lain yang berkaitan dengan komplikasi Diabetes Mellitus yang dideritanya seperti rasa tebal pada tangan dan kaki pasien.Saat ini pasien rutin kontrol di Puskesmas Gambirsari dengan menggunakan kartu BPJS. Pasien mengaku kadar gulanya yang terakhir adalah sekitar 180 mg/dl. Pengobatan terakhir yang didapatkan oleh pasien adalah Metformin 2 x 1, captopril 3 x 1, dan Paracetamol prn.

3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkalb. Riwayat sakit gula: disangkalc. Riwayat alergi: (-)d. Riwayat kontak pasien TB: (-)e. Riwayat OAT sebelumnya: (-)f. Riwayat sakit jantung: (-)

4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat tekanan darah tinggi: (+) kakak perempuan pasienb. Riwayat sakit gula: (+) kakak laki-laki pasienc. Riwayat sakit asma: (-)d. Riwayat alergi: (-)e. Riwayat sakit jantung: (-)

5. Riwayat KebiasaanPasien istirahat cukup setiap harinya sekitar 8 jam sehari. Pasien biasanya mandi 1-2 kali sehari, dan gosok gigi dua kali sehari.a. Riwayat olahraga: setiap pagi pasien berjalan kaki mengelilingi kompleks rumahnya sebanyak 4x putaranb. Riwayat merokok: (-) c. Riwayat alkohol: (+) sejak pasien berusia 16 tahund. Riwayat pekerjaan: pasien bekerja sebagai buruh petik cabai yang pekerjaannya dapat dilakukan di rumah pasien.

6. Riwayat Sosial EkonomiPasien merupakan seorang laki-laki berusia 64 tahun dengan status menikah dengan Ny. T yang berusia 58 tahun sejak tahun 1978. Saat ini pasien sudah tidak bekerja dan hanya membantu istrinya sebagai buruh petik cabai. Pekerjaan pasien dan istrinya ini juga dibantu oleh anak-anak pasien. Pekerjaan petik cabai ini dilakukan oleh keluarga pasien di rumah sehingga sebagian besar waktu pasien dan keluarganya dihabiskan di rumah.Anak pertama pasien, Ny. S, selain membantu pekerjaan orang tuanya sebagai buruh petik cabai, juga ikut menambah penghasilan dengan menjual kue ke tetangga-tetangganya setelah berhenti bekerja di salah satu perusahaan roti di kota Solo. Sedangkan suami Ny. S, Tn. S, bekerja sebagai buruh pabrik.Anak kedua pasien, Tn. D, bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan pembuatan mantol. Sedangkan istrinya, Ny. S, bekerja sebagai buruh mesin jahit. Sedangkan anak ketiga pasien, Ny. E, selain membantu menjadi buruh petik cabai, juga sering menjual pulsa ke tetangga sekitar.Pendapatan yang diterima oleh keluarga pasien sebagai buruh petik cabai yaitu sebesar Rp. 40.000,- tiap harinya. Pendapatannya ini bertambah jika jumlah cabai yang harus dipetik bertambah. Keluarga pasien juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual bunga kering dan mengantarkan peziarah yang akan melayat ke makam di dekat tempat tinggal pasien. Penghasilan yang didapatkan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien dan seluruh keluarga yang tinggal dalam rumah pasien tersebut. Jika penghasilan yang diterima oleh pasien dan istrinya tidak mencukupi, biasanya anak-anak pasien turut membantu biaya kebutuhan sehari-hari dari penghasilan mereka selain sebagai buruh petik cabai. Saat ini pasien dan keluarganya menggunakan BPJS untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasien juga rutin kontrol penyakitnya di Puskesmas Gambirsari dengan menggunakan kartu BPJS yang dimilikinya. Pasien rutin memeriksakan kesehatannya 1 minggu sekali atau saat obat yang diberikan oleh dokter sudah habis.Pasien mengaku hubungannya dengan tetangga sekitar rumahnya cukup baik. Pasien juga sering mengikuti posyandu lansia tiap minggunya dan arisan bapak-bapak yang diadakan secara rutin di sekitar tempat tinggalnya. Rumah pasien juga sering didatangi oleh anak-anak tetangganya yang ingin bermain dengan cucu pasien. Pasien juga mengaku bahwa saat dirinya dirawat di RSUD Dr. Moewardi, hampir seluruh tetangganya menjenguknya menggunakan bis.

7. Riwayat GiziPasien makan tiga kali sehari dengan porsi yang cukup. Pasien mengkonsumsi nasi, kuah sayur dan lauk pauk, seperti tahu dan tempe. Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi sayuran hijau dan hanya mengkonsumsi kuah sayur tersebut. Pasien mengaku sudah mengurangi konsumsi nasi dan mulai mengurangi konsumsi minuman manis. Pasien juga mengaku mulai mengurangi kebiasaannya mengkonsumsi cemilan dan gorengan di sela-sela jam makan.

8. Anamnesis SistemKeluhan utama: pusinga.Kulit: Kuning (-), kering (-), pucat (-), menebal (-), gatal (-), bercak-bercak kuning (-), luka (-), tampak beberapa tato di kedua lengan dan dada pasienb.Kepala :Nyeri kepala (-), nggliyer (+), kepala terasa berat (-), berkunang-kunang (-), rambut mudah rontok (-), botak (+)c.Mata: Pandangan kabur (+), mata berkunang-kunang (-), gatal (-), mata kuning (-), mata merah (-/-)d.Hidung:Tersumbat (-), keluar darah (-), keluar lendir atau air berlebihan (-), gatal (-)e.Telinga:Pendengaran berkurang (-), keluar cairan atau darah (-), telinga berdenging (-).f.Mulut :Bibir kering (-), gusi mudah berdarah (-), sariawan (-), gigi mudah goyah (-), sulit berbicara (-)g.Leher:Leher kaku (-) h.Tenggorokan :Rasa kering dan gatal (-), nyeri telan (-), sakit tenggorokan (-), suara serak (-).i.Sistem respirasi:Sesak napas (-), batuk (-), dahak putih kental (-), darah (-), nyeri dada (-), mengi (-).j.Sistem kardiovaskuler:Nyeri dada (-), terasa ada yang menekan (-), sering pingsan (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-), ulu hati terasa panas (-), denyut jantung meningkat (-), bangun malam karena sesak nafas (-).k.Sistem gastrointestinal: Mual (-), muntah (-), rasa penuh di perut (-), cepat kenyang (-), nafsu makan berkurang (-), nyeri ulu hati (-), diare (-), BAB cair (-), sulit BAB (-), BAB berdarah (-), perut nyeri setelah makan (-), BAB warna seperti dempul (-), BAB warna hitam (-).l.Sistem muskuloskeletal:Lemas (-), seluruh badan terasa keju-kemeng (-), kaku sendi (-), nyeri sendi (-), bengkak sendi (-), nyeri pinggang (-), kaku otot (-), kejang (-), leher cengeng (-)m.Sistem genitouterina :Sering buang air kecil (-), nyeri saat BAK (-), panas saat BAK (-), air kencing warna seperti teh (-), BAK darah (-), nanah (-), berpasir (-), anyang-anyangan (-), sering menahan kencing (-), rasa pegal di pinggang, rasa gatal pada saluran kencing (-), rasa gatal pada alat kelamin (-), kencing nanah (-).n.Ekstremitas :Superior: Kesemutan (-/-), luka (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)Inferior: Kesemutan (-/-), luka (-/-), tremor (-/-), ujung jari terasa dingin (-/-), bengkak (-/-), lemah (-/-), nyeri (-/-), lebam-lebam kulit (-/-)o.Neuropsikiatri: Kesemutan di tangan (-/-), kejang (-), gelisah (-), mengigau (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK (12 Maret 2015)1. Keadaan UmumTampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan lebih.2. Tanda VitalTensi: 130/80 mmHgNadi: 84 x/menit, reguler, isi cukup, simetrisPernafasan: 20 x/menitSuhu: 36,50C per axiler3. Status GiziBB: 70 kgTB: 160 cmBMI: BB/TB2 = 27.34 kg/m2 Status gizi: overweight4. KulitSawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), petechie (-), spider nevi (-), terdapat beberapa tato di kedua lengan dan dada pasien.5. KepalaBentuk mesochepal, botak6. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), pandangan kabur (+/+)7. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)8. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (-)

9. TelingaMembran timpani intak (+), sekret (-)10. TenggorokanTonsil melebar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)11. LeherJVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB (Kelenjar Getah Bening) tidak membesar12. ThoraksNormochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)a. Cor1) Inspeksi Ictus cordis tidak tampak2) PalpasiIctus kordis tidak kuat angkat, letak SIC V LMCS3) PerkusiBatas kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis SinistraBatas kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis DextraBatas kiri bawah: SIC V Linea Mid Clavicularis SinistraBatas kanan bawah: SIC IV Para Sternalis DextraBatas jantung tidak melebar4) AuskultasiBJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (-)b. Pulmo1) Inspeksi: pengembangan dada kanan=dada kiri2) Palpasi: fremitus raba kanan=kiri3) Perkusi: sonor/sonor4) Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)

13. Abdomena. InspeksiDinding perut lebih tinggi dari dinding dada, venektasi (-)b. PerkusiTimpani seluruh lapang perutc. AuskultasiBising usus (+) normald. PalpasiSupel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba 14. EkstremitasAtas: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)Bawah: Palmar eritem (-/-), akral dingin (-/-), oedem (-/-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANGPasien pernah mondok di RSUD Dr. Moewardi dan dilakukan pemeriksaan darah, namun hasil pemeriksaan darahnya sudah hilang. Hasil gula darah pasien saat dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 12 Maret 2015 adalah 184 mg/dl.

E. PENGOBATAN YANG SUDAH DIDAPATKANPasien mendapatkan obat metformin dan amlodipin sejak 7 tahun yang lalu saat pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi. Saat ini pengobatan yang sedang digunakan pasien adalah metformin 2 x 1, captopril 3 x 1, dan Paracetamol prn

F. RESUMEPasien didiagnosis menderita penyakit Diabetes Mellitus sejak 7 tahun yang lalu setelah pasien dirawat di RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadarkan diri. Saat ini pasien mengaku kondisinya sudah membaik dan badannya sudah menjadi lebih segar. Namun pasien masih sering mengeluhkan pusing berputar dan badan lemas. Keluhannya ini dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul. Pasien juga belum mengkonsumsi obat untuk mengatasi keluhannya ini. Dalam waktu 1 bulan terakhir, pandangan pasien menjadi kabur yang munculnya hilang timbul dan tidak diketahui penyebabnya. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan, didapatkan pusing dan nggliyer (+), pandangan kabur (+/+), tekanan darah: 130/80 mmHg, BMI: 27.34 kg/m2, gula darah sewaktu: 184 mg/dl. Pengobatan terakhir yang didapatkan oleh pasien dari Puskesmas Gambirsari adalah Metformin 2 x 1, captopril 3 x 1, dan Paracetamol prn

BAB IIIIDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga Tn. S termasuk ke dalam bentuk extended family yang terdiri dari pasien sendiri yaitu Tn. S (64 tahun), istrinya Ny. T (58 th), anaknya Ny. S (35 tahun), Tn. D (28tahun), Nn. E (24 tahun), menantunya Ny. S (26tahun), Tn. S (30 tahun) dan cucunya An. D (2tahun), An A (6 bulan). Semuanya tinggal bersama serumah. Pada keluarga pasien didapatkan adanya riwayat penyakit kronis yaitu kakak kedua Tn. S yang menderita DM, dan kakak ketiganya yang menderita Stroke.2. Fungsi PsikologisHubungan antar anggota keluarga terjalin dengan baik. Komunikasi di dalam keluarga berjalan lancar, luwes, tidak kaku, dan setiap anggota keluarga terlihat akrab dan dekat. Mereka saling menyayangi dan saling mendukung satu sama lain. Keluarga cukup peduli dan memberikan dukungan terhadap kesehatan pasien seperti mengingatkan minum obat, memberikan semangat dan selalu menciptakan lingkungan rumah yang kondusif untuk kesehatan Tn. S.3. Fungsi SosialTn. S merupakan mantan preman, sehingga cukup dikenal oleh warga di lingkungannya. Tidak ada hambatan hubungan pasien dan keluarga dengan masyarakat disekitarnya. Semenjak sakit pasien sudah jarang keluar rumah ataupun mengikuti kegiatan yang cukup jauh dari rumahnya karena keterbatasan fisik dan sudah cukup sulit untuk berjalan. Hubungan pasien dengan tetangga terjalin dengan baik. Tetangga pasien sudah mengerti tentang kondisi pasien, dan ikut memberi dukungan kepada pasien.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanPenghasilan keluarga berasal dari penghasilan istri pasien Ny. T yang bekerja sebagai buruh pemetik cabai di rumahnya. Pasien dan keluarga yang lain dan anak perempuannya kadang membantu untuk menyelesaikan pekerjaan memetik cabai milik pabrik saos. Dari memetik cabai, rata-rata setiap harinya mendapat penghasilan Rp 40.000,00. Dengan jumlah penghasilan tersebut keluarga harus menyesuaikan pengeluaran dan kebutuhan sehari-harinya. Pengeluaran keluarga antara lain untuk makan sehari-hari Rp 20.000,00 dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan bersosial di lingkungan masyarakat serta ditabung. Keluarga makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu, telur.Untuk biaya kesehatan, semua anggota keluarga terdaftar menjadi anggota BPJS PBI. Bila Tn S sakit langsung diperiksakan ke Puskesmas Gambirsari yang jaraknya cukup dekat dengan rumah pasien. Pasien sudah 7 tahun ini rutin control setiap seminggu karena sakit Diabetes Mellitus ini. Untuk anggota keluarga yang lainnya kesadaran tentang kesehatannya masih sangat kurang, jika sakit tidak mau pergi ke dokter atau ke Puskesmas dan hanya membeli obat di warung saja.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan BeradaptasiTn. S belum begitu faham tentang penyakit DM, dan menganggap sakitnya adalah GulaKering sehingga tidak berbahaya dan tidak berisiko menimbulkan luka ulkus diabetikum yang tidak kunjung sembuhs epertipada GulaBasah. Dengan sakitnya ini, pasien rutin berobat dengan harapan tetap sehat dan tidak masuk rumah sakit lagi. Komunikasi pasien dengan anggota keluarga lainnya cukup baik dan lancar. Apabila ada masalah pasien sering berdiskusi bersama istri dan anggota keluarga yang lainnya.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain.1. AdaptationKemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, penerimaan, dukungan, dan saran dari anggota keluarga yang lain.2.PartnershipMenggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.3.GrowthMenggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.4.AffectionMenggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.5.ResolveMenggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Kriteria nilai APGAR :8 10: baik5- 7: sedang1 -4: burukSkoring :Hampir selalu/sering: 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah/jarang: 0 poin

Tabel 3.1. APGAR Keluarga Ny. ANAPGAR Ny. An terhadap keluargaTn. SNy. TNy STn. DNn. ETn SNy S

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah222222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya222212

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru222222

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll1221221

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama2221222

Jumlah9101081099

Fungsi Fisiologis keluarga: (9+10+10+8+10+9+9)/7 = 9,3(Baik)Sumber: Data Primer, Maret 2015

APGAR score keluarga Tn. S dapat dijelaskan sebagai berikut :1. ADAPTATIONAspek adaptasi pada keluarga Tn. S cukup baik. Setiap anggota keluarga bisa saling beradaptasi satu sama lain, terutama dengan kondisi kesehatan Tn. S yang perlu perhatian khusus. Anggota keluarga lain mendukung kesehatan Tn. S dengan menciptakan lingkungan rumah mendukung kesehatan, mengantarkan kontrol dan selalu mendukung Tn. S untuk selalu berobat. 2. PARTNERSHIPKomunikasi antar anggota keluarga berjalan dengan baik dan lancar, setiap anggota keluarga sering menceritakan dan berbagi masalah dengan anggota keluarga lainnya.3. GROWTHDalam keluarga ini dukungan antar anggota keluarga cukup kuat. Misalnya pada saat anak pertama Ny. S ingin keluar dari pekerjaannya di pabrik roti dan membuat bisnis sendiri agar lebih banyak waktu untuk mengasuh anaknya yang masih balita, keluarganya mendukung penuh pilihan Ny. S. 4. AFFECTIONHubungan kasih sayang dan interaksinya antar anggota keluarga terlihat sangat baik. Setiap anggota bisa mengekspresikan kasih sayang dan emosinya tanpa perlu disembunyikan atau ditutupi. Tn. S dan Ny. T sangat menunjukkan kasih sayangnya kepada anak-anak, menantu dan cucunya.5. RESOLVEPasien dan keluarga merasa puas dengan kebersamaan yang dihabiskan bersama. Keluarga ini setiap harinya selalu memiliki waktu kebersamaan yang berkualitas.Secara keseluruhan skor rerata dari APGAR keluarga Tn. S adalah 9,3 yang menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. S termasuk dalam kategori baik.

C. FUNGSI PATOLOGISUntuk menilai fungsi patologis digunakan SCREEM, antara lain :Tabel 3.2.SCREEMSUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara dan tetangga. Keluarga aktif berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat misalnya mengikuti arisan, kegiatan PKK, dan pertemuan RT/RW.-

CulturalTn. S bersuku Jawa dan masih menjalankan tradisi-tradisi Jawa seperti masyarakat pada umumnya.

Religion

Keluarga Tn. S beragama Islam. Pemahaman dalam beragama kurang begitu baik. Pasien kurang taat menjalankan kewajiban agama seperti shalat wajib, puasa, zakat dan pengajian.+

EconomyKeluarga ini tergolong ke dalam ekonomi menengah ke bawah, dimana pendapatan keluarga dari hasil buruh memetik cabai Ny T Rp 40.000,00/ hari yang digunakan untuk makan sehari-hari, untuk kegiatan bersosial di masyarakat, dan ditabung. +

EducationTn. S dan Ny. T tidak pernah bersekolah. Sedangkan anaknya Ny. S dan Tn. D lulus SMP, dan Nn. E lulus SMA. +

Medical

Keluarga Tn. S kurang memperhatikan kondisi kesehatannya. Bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit tidak langsung diperiksakan di Puskesmas Gambirsari namun hanya diobati dengan obat warung. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit DM yang diderita Tn. S juga masih keliru.+

Sumber: Data Primer, Maret 2015Kesimpulan :Berdasarkan analisis SCREEM, fungsi yang patologis dari keluarga Tn. S masih sangat kurang. Hanya pada aspek social dan budaya cukup baik. Untuk aspek agama, ekonomi, kesehatan dan pendidikan masih kurang.

D. 30

E. Keterangan :: Laki-laki: Perempuan: Pasien: Tinggal serumahFUNGSI KETURUNAN (GENOGRAM KELUARGA)Alamat lengkap: Kragilan RT 03 RW 24, KadipiroBentuk Keluarga: Extended Family

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Tn. S

SumberData Primer, Maret 2015

Kesimpulan :Pada keluarga pasien didapatkan adanya riwayat penyakit kronis yaitu kakak kedua Tn. S yang menderita DM, dan kakak ketiganya yang menderita Stroke.

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Keterangan :: Hubungan kurang: Hubungan baikTn. SNy. SNy. SNy. ETn. DGambar 3.2. Pola interaksi keluarga Ny. KTn. S : Pasien

Ny. T : istri pasienNy. S, Tn. D, Nn E : anak

Kesimpulan : Dari diagram di atas terlihat pola interaksi keluarga berjalan dengan baik. Didapatkan hubungan yang baik diantara setiap anggota keluarga. Tidak ada hubungan yang kurang baik atau hubungan yang terlalu berlebih atau ketergantungan berlebih antar anggota keluarga.

F. FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1.Pengetahuan Pasien, istri, maupun anak-anaknya pemahaman dan pengetahuannya tentang kesehatan pasienmasih kurang. Secara umum kesadaran keluarga pasien untuk memeriksakan diri ketika terdapat masalah kesehatan masih kurang, hanya pasien saja yang mau segera berobat ke dokter jika sakit. 2.Sikap Sikap keluarga dan pasien sendiri terhadap penyakit yang dideritanya cukup baik dengan selalu menciptakan lingkungan yang baik dan mencegah timbulnya serangan pada pasien seperti control dan minum obat teratur serta menghindari aktivitas fisik yang berat.3.Tindakan Pasien sudah cukup memahami pentingnya kesehatan dan pentingnya berobat kepada petugas medis, namun keluarga yang lainnya masih belum. Bila ada anggota keluarga yang sakit tidak langsung diperiksakan di puskesmas atau RSUD, namun hanya membeli obat bebas di pasaran secara sembarangan walaupun semua anggota keluarga telah terdaftar sebagai peserta BPJS. Kesimpulan: Pasien dan keluarga pasien belum memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup terhadap kesehatan.

G.FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1.Lingkungan Rumah keluarga Tn. S berukuran kurang lebih 70m2. Rumah terdiri dari 4 kamar tidur, ruang keluarga, ruang parkir, sumur dan dapur serta kamar mandi dan WC. Empat kamar tidur yang ada masing-masing berukuran kurang lebih 2,5 x 2 meter, sehingga cukup sempit dengan posisi kasur di bawah tanpa menggunakan tempat tidur. Kamar mandi terletak di bagian paling depan rumah kondisinya cukup licin lantainya. Di samping kamar mandi terdapat dapur dan sumur yang menjadi satu dengan posisi kompor berada tepat di samping sumur, dan lantainya basah. Sekat di rumah terbuat dari tembok. Dinding rumah terbuat dari tembok. Lantai sudah dipasang keramik. Atap rumah tidak ditutupi oleh plafon, sehingga langsung terlihat genteng. Ventilasi rumah terdiri dari dua buah jendela di dinding teras depan rumah, cahaya matahari yang masuk sudah cukup sehingga rumahnya dapat terang tanpa menyalakan lampu di siang hari. Saat malam hari, pencahayaan bersumber dari lampu. Terdapat teras rumah berukuran 3 x 7 meter di depan rumah yang biasa digunakan untuk memetik cabai. Secara keseluruhan kebersihan rumah Tn. S masih kurang.2.EkonomiPenghasilan keluarga berasal dari penghasilan istri pasien Ny. T yang bekerja sebagai buruh pemetik cabai di rumahnya. Pasien dan keluarga yang lain dan anak perempuannya kadang membantu untuk menyelesaikan pekerjaan memetik cabai milik pabrik saos. Dari memetik cabai, rata-rata jumlah penghasilan Ny. T setiap harinya Rp 40.000,00. Jika bias bekerja sampingan dengan menjual bunga kering dan mengantarkan pengunjung makam, maka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Uang tersebut Rp 20.000,00 digunakan untuk makan sekeluarga dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan bersosial di lingkungan masyarakat serta ditabung. Keluarga makan tiga kali sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk seperti tempe, tahu, telur.3.Pelayanan Kesehatan Untuk biaya kesehatan, semua anggota keluarga terdaftar menjadi anggota BPJS. Tn. S rajin memeriksakan diri dan kontrol teratur setiap seminggu sekali ke Puskesmas. Anggota keluarga yang lain kesadaran tentang kesehatan masih rendah, sehingga hanya membeli obat ke apotik jika sakit. Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan cukup baik. Jarak rumah pasien dengan puskesmas terdekat sekitar 1,5 kilometer sehingga pasien bisa naik sepeda ketika berobat ke Puskesmas.4.Keturunan Tidak didapatkan riwayat penyakit kronis dalam keluarga pasien.

Kesimpulan :Faktor non-perilaku keluarga yang cukup berpengaruh pada keluarga Tn. S adalah masalah ekonomi serta kondisi rumah yang kurang memadai.

Lingkungan IndoorKeluarga Ny. K tinggal di rumah berukuran kira-kira 50m2. Rumah berupa 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang makan dan dapur. Kamar mandi terletak terpisah dengan rumah. Sekat di rumah terbuat dari tembok. Dinding rumah sebagian terbuat dari tembok. Lantai masih terbuat semen. Atap rumah tidak ditutupi oleh plafon, sehingga langsung terlihat genteng. Ventilasi rumah terdiri dari dua buah jendela di dinding teras depan rumah, namun cahaya matahari yang masuk masih kurang sehingga rumahnya kurang begitu terang. Saat malam hari, pencahayaan bersumber dari lampu. Terdapat teras rumah berukuran 2 x 7 meter di depan rumah yang terdapat meja yang mana biasanya digunakan Ny. K untuk berjualan makanan di pagi hari. Secara keseluruhan kebersihan rumah kurang.

U

Gambar3.3. Denah rumah Tn. S

Lingkungan OutdoorRumah Tn. S terletak di gang sempit berjarak 20 meter dari makam. Rumah Tn. S bergandengan dengan rumah tetangga pada sisi kanan, kiri, dan belakang. Di depan rumah tidak didapatkan tanah terbuka ataupun tanaman sama sekali.

BAB IVDIAGNOSTIK HOLISTIK PASIEN DAN PEMBAHASAN

A.DIAGNOSTIK HOLISTIK1.Aspek Personala. Persepsi Pasien tentang PenyakitnyaPasien mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit diabetes mellitus. Pasien juga sudah mulai mengurangi makanan dengan kandungan gula yang tinggi dan rutin meminum obat yang diberikan. Pasien juga sudah rajin berolahraga dengan cara berjalan kaki setiap pagi di sekitar rumahnya. Namun pasien masih belum memahami komplikasi apa saja yang ditimbulkan oleh penyakitnya tersebut. Keluarga pasien juga terkesan cuek dan tidak terlalu peduli dengan penyakit yang diderita oleh pasien.b. Harapan PasienPasien berharap agar penyakitnya tidak bertambah parah dan tidak mengganggu aktivitasnya sehari-hari. c. Kekhawatiran PasienPasien tidak merasa khawatir dengan penyakit yang dideritanya. Pasien juga tidak merasa khawatir apabila penyakit tersebut nantinya dapat diturunkan ke anak-anaknya.

2. Aspek KlinisDiagnosis: Diabetes Mellitus tipe IIDiagnosis banding: Sindroma metabolik

3. Faktor Internala.Perilaku kesehatanPerilaku kesehatan pasien masih kurang baik. Pasien dan keluarga masih belum mengerti tentang komplikasi yang ditimbulkan akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah mulai mengontrol pola makannya dan rutin berolahraga, namun ia selalu keluar rumah tanpa menggunakan alas kaki. Padahal apabila terluka, pasien dengan Diabetes Mellitus sulit untuk sembuh bahkan bisa lebih parah.b.Persepsi tentang kesehatanPasien sudah menyadari bahwa kesehatan itu penting, akan tetapi keluarga pasien masih terkesan tidak peduli pada kesehatan dan selalu takut bila berobat ke dokter atau Puskesmas. Selama ini pasien berobat dengan menggunakan fasilitas kesehatan BPJS.

4.Faktor Eksternala.Sosial ekonomiPasien tergolong kepada ekonomi menengah ke bawah. Interaksi sosial pasien dengan masyarakat cukup baik, dan pasien cukup aktif dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat.b.LingkunganLingkungan di dalam rumah pasien kurang memadai dan terlalu padat. Lingkungan sekitar pasien secara umum masih kurang bersih dan tidak tertata dengan baik.

5. Derajat FungsionalDerajat 2: sakit ringan, keterbatasan aktivitas minimal

B. PEMBAHASANPasien Tn. S, berusia 64 tahun memiliki keluarga yang berbentuk extended family. Keluarga pasien terdiri atas 9 orang yaitu Tn. S yang merupakan kepala keluarga, lalu istrinya Ny. T (58 tahun), 3 orang anaknya (Ny. S, Tn. D dan Ny. E), 2 orang menantunya (Tn. S dan Ny. S) serta 2 orang cucunya yang masih balita (An. S dan An. A) yang tinggal bersama dalam satu rumah. Extended family (keluarga besar) adalah keluarga inti yang terdiri atas suami, istri dan anak kandung ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families) (Sudiharto, 2007).Kurang lebih 7 tahun yang lalu, pasien dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadar. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata didapatkan kadar gula darah pasien 384 mg/dl. Pasien lalu didiagnosis Diabetes Mellitus tipe II. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik, ditandai dengan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh karena adanya defek pada sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya (Waspandji, 2009). Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini: a. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.b. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita (Waspandji, 2009; Guntur, 2006).Jika terdapat gejala khas dan pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDS) 200 mg/dl diagnosis DM sudah dapat ditegakkan. Hasil pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 mg/dl juga dapat digunakan untuk pedoman diagnosis DM. Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM. Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl pada hari yang lain atau hasil Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dl (Suyono S, 2006).Menurut Suyono (2007), gaya hidup dengan pola diit yang tinggi lemak, garam, dan gula secara berlebihan mengakibatkan berbagai penyakit termasuk diabetes mellitus. Selain pola makan, faktor lain yang memberikan andil sangat besar pada prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II adalah faktor keturunan atau genetik. Hal ini terbukti pada beberapa penelitian yang telah membuktikan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat DM.Dari riwayat penyakit keluarga pasien Tn. S, diketahui bahwa salah satu saudara kandung pasien memiliki riwayat sakit gula. Terjadinya diabetes melitus tipe II akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini. Hal ini menandakan bahwa faktor genetik (keturunan) berperan sangat penting. Begitu pula dengan anak-anak pasien yang juga memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita Diabetes Mellitus. Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati. Manifestasi dari komplikasi diabetes mellitus dapat berupa komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut misalnya terjadi hipoglikemi atau hiperglikemia, seperti KAD (ketoasidosis diabetikum) dan HHS (Hyperosmolar Hyperglicemic State) (Guntur, 2006). Pada saat pertama kali terdiagnosis Diabetes Mellitus, Tn. S dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi karena tidak sadar. Penurunan kesadaran disertai kadar gula darah yang tinggi pada pasien mengindikasikan terjadinya suatu komplikasi akut. Komplikasi akut tersebut dapat berupa ketoasidosis diabetikum atau HHS (Hyperosmolar Hyperglicemic State).Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, pasien dan keluarga belum sepenuhnya mengerti mengenai komplikasi yang mungkin terjadi kepada pasien DM. Bahkan terdapat suatu persepsi yang salah dalam keluarga pasien. Menurut keluarga pasien, penyakit gula dibedakan menjadi dua macam yaitu gula basah dan gula kering. Gula basah dipahami sebagai suatu penyakit gula yang disertai dengan adanya luka yang semakin besar. Sedangkan gula kering tidak ditandai dengan adanya luka. Keluarga dan pasien menganggap bahwa sakit gula yang diderita Tn. S adalah gula kering. Sehingga tidak perlu khawatir akan terjadinya luka yang sulit sembuh seperti sanak saudaranya yang harus diamputasi karena komplikasi DM.Pemahaman ini mempengaruhi pola hidup pasien dan keluarga. Seperti misalnya, pasien tidak pernah menggunakan alas kaki apabila berpergian ke luar rumah. Pasien merasa tidak nyaman bila menggunakan alas kaki, selain itu keluarga juga terkesan tidak peduli dengan kebiasaan pasien tersebut. Padahal DM dapat mengakibatkan neuropati dimana terdapat gangguan sistem saraf perifer yang bisa mengakibatkan pasien tidak sadar bila terluka. Luka pada pasien DM akan lebih sulit sembuh dibandingkan orang normal akibat gangguan mikrovaskuler. Sehingga diperlukan adanya edukasi yang lebih lanjut dan mudah dipahami oleh keluarga dan pasien sendiri mengenai komplikasi yang bisa disebabkan akibat Diabetes Mellitus.Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada DM tipe-2, dan sebagian besar mengenai organ vital yang dapat fatal, maka tatalaksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif untuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis (Perkeni, 2011).Tujuan dari edukasi diabetes adalah mendukung usaha pasien penyandang diabetes untuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ saat masih reversible, ketaatan perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan (Piette, 2003). Seperti telah dijelaskan sebelumnya, diperlukan edukasi terutama mengenai komplikasi penyakit Diabetes Mellitus kepada Tn. S dan keluarganya. Keluarga pasien juga perlu diberikan edukasi untuk bisa melakukan screening atau deteksi awal kadar gula darah sebab mereka juga memiliki risiko untuk terkena Diabetes Mellitus. Mengingat keluarga Tn. S yang masih takut untuk pergi ke dokter diperlukan adanya suatu motivasi yang kuat supaya lebih menyadari pentingnya kesehatan itu sendiri. Pada pasien DM diperlukan motivasi dan dukungan yang kuat dari keluarga. Akan tetapi, keluarga Tn.S terlihat tidak terlalu peduli dengan masalah kesehatan pasien. Mereka kurang memperhatikan keteraturan minum obat, pola makan dan kebiasaan pasien yang masih sering minum minuman beralkohol. Sehingga diperlukan edukasi lebih lanjut pada keluarga pasien.Menurut pengakuan pasien, ia sudah berusaha mengatur porsi makannya supaya lebih sehat dan terhindar dari peningkatan kadar gula darahnya. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20% (Perkeni, 2011). Pasien juga sudah melakukan olahraga rutin berupa jalan-jalan pagi sebanyak 4x putaran keliling rumahnya. Latihan jasmani yang dianjurkan pada pasien DM dilakukan secara teratur 3-4 kali seminggu, masing-masing selama kurang lebih 30 menit. Latihan jasmani yang dianjurkan bersifat aerobik seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan berenang.Pasien Tn. S mengkonsumsi obat metformin dalam menjaga kadar gula darahnya. Metformin (biguanid) merupakan penghambat glukoneogenesis yang selain menurunkan resistensi insulin, Metformin juga mengurangi produksi glukosa hati. Metformin tidak mempunyai efek samping hipoglikemia seperti golongan sulfonylurea. Sebagai salah satu obat hipoglikemik oral, metformin mempunyai beberapa efek terapi antara lain menurunkan kadar glukosa darah melalui penghambatan produksi glukosa hati dan menurunkan resistensi insulin khususnya di hati dan otot. Metformin tidak meningkatkan kadar insulin plasma. Metformin menurunkan absorbsi glukosa di usus dan meningkatkan sensitivitas insulin melalui efek peningkatan ambilan glukosa di perifer (Mari, 2010).Pedoman tatalaksana diabetes mellitus tipe-2 yang terbaru dari the American Diabetes Association/European Association for the Study of Diabetes (ADA/EASD) dan the American Association of Clinical Endocrinologists/American College of Endocrinology (AACE/ACE) merekomendasikan pemberian metformin sebagai monoterapi lini pertama. Rekomendasi ini terutama berdasarkan efek metformin dalam menurunkan kadar glukosa darah, harga relatif murah, efek samping lebih minimal dan tidak meningkatkan berat badan (Perkeni, 2011; Rodbard et al., 2009).Pasien mengaku sejak 1 bulan terakhir, padangannya menjadi kabur. Keluhannya ini sering muncul tiba-tiba dan hilang timbul. Pasien mengatakan tidak mengetahui hal apa saja yang mungkin menyebabkan munculnya keluhan tersebut. Pandangan kabur yang dialami pasien Tn. S dapat menjurus ke arah salah satu komplikasi DM yaitu retinopati diabetikum. Retinopati DM pada tahap awal tidak menimbulkan gejala sehingga diperlukan skrining secara regular untuk mengidentifikasi dan menatalaksana retinopati. Program skrining DM adalah foto retina, mengirimkan gambar ke spesialis mata di pusat grading, menentukan komplikasi retinopati dan derajat keparahan, serta menawarkan penanganan yang tepat pasien.DM dapat dicegah dengan tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pencegahan melalui upaya preventif dan promosi kesehatan. Deteksi dini dengan skrining telah menunjukkan hasil yang baik bahwa kadar glukosa darah dapat dikendalikan, terutama bila DM didiagnosis lebih dini. Diagnosis dini tidak hanya dilakukan pada pasien saja namun bagi keluarga pasien yang memiliki risiko tinggi untuk terkena penyakit yang sama.Salah satu obat yang diberikan oleh puskesmas adalah captopril. Captopril adalah obat untuk hipertensi golongan ACE inhibitor. Namun saat dikonfirmasi, pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi. Selama ini pasien tidak memperhatikan obat yang diberikan. Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien akan kesehatan dirinya. Padahal hipertensi dan DM yang diderita dapat mengarah kepada komplikasi yang lebih parah misalnya stroke, gagal jantung, dan angina. Ditambah salah satu saudara pasien memiliki riwayat stroke.Lingkungan rumah pasien kurang tertata rapi dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Rumah pasien kurang ventilasi untuk pertukaran udara sehingga terkesan lembab dan gelap. Selain itu banyak barang-barang yang kurang tertata rapi dan bertebaran dilantai. Hal ini berbahaya bila terinjak oleh pasien dan keluarganya terutama cucu pasien yang masih balita.

TAHAP VPENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

FLOW SHEET REKAM MEDISNama: Tn. SDiagnosis: Diabetes Melitus tipe 2WaktuKeluhan PasienVital SignPemeriksaan FisikDiagnosaTatalaksana KomprehensifPlanningTarget

9 Maret 2015

14.00Pasien menjelaskan bahwa dirinya menderita penyakit diabetes mellitus dan mengaku rutin berobat dan sudah mengubah pola hidup.----Melakukan kunjungan kedua pada tanggal 12 Maret 2015 pukul 14.30 WIB, dan kunjungan ketiga pada tanggal l3 Maret pukul 13.001. Dapat melakukan pengumpulan data dari pasien dan keluarganya 2. Dapat melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik kepada pasien

12 Maret 2015

(14.30 WIB)Keadaan umum baik dan terlihat lebih segar. Namun, kadang masih terasa ngliyeng, pusing berputar, dan lemas di seluruh tubuh, 1 bulan terakhir penglihatan pasien sedikit terganggu

TD:130/80 mmHg

Nadi: 84 x/menit (reguler, isi cukup, simetris)

Pernafasan:20 x/menit

Suhu: 360C per axiler.

BB = 70 kg, TB = 160 cm, IMT = 27,34 kg/m2. Status gizi baik (normoweight).Status Lokalis :a. - Thoraks : Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)1. Cor : Ictus cordis tampak, kuat angkat, letak SIC V LMCS. Batas jantung tidak melebar, BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (-)2. Pulmo : pengembangan dada kanan=dada kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, suara dasar vesikuler normal, ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)3. Diabetes mellitus tipe 2

Promotif :1. Pemahaman mengenai penyakit gula

2. Asupan makanan harus tetap dijaga dan rutin berjalan kaki pada pagi hari.

Preventif :Identifikasi dan kontrol gula darah. Pasien diedukasi supaya mengartur pola makan dengan mengurangi makanan manis-manis dan memperbanyak kegiatan olahraga minimal seminggu 3x dengan durasi 30 menit. Pasien juga sebaiknya istirahat yang cukup, tidak terlalu kelelahan. Pasien juga sebaiknya terhindar dari luka ataupun jatuh dengan mengunakan alas kaki.

Kuratif :1. Metformin 2 x 1 sebagai obat gula2. Captopril 3 x 1 sebagai pengontrol tensi3. Paracetamol prn

Rehabilitatif :Aerobik dan peregangan1. Terapi gula darah

2. Kontrol rutin ke Puskesmas3. Pemeriksaan gula darah minimal sebulan sekali4. Edukasi pada kunjungan selanjutnya mengenai cara mengontrol guladarah1. Mampu mengontrol kadar gula darah

2. Meminimalkan gelaja komplikasi gula3. Meminimalkan penggunaan rokok4. Mampu mengontrol pola hidup orang sakit gula5. Aktivitas sehari-hari normal, termasuk latihan fisik

13 Maret 2015

(13.00 WIB)Keadaan umum baik, tidak ada keluhan saat pemeriksaan

TD: 130/70 mmHg

Nadi: 88 x/menit (reguler, isi cukup, simetris),

Pernafasan: 16 x/menit,

Suhu: 36,50C per axiler.

GDS : 184BB = 70 kg, TB = 160 cm, IMT = 27,34 kg/m2. Status gizi baik (normoweight).

Status Lokalis :b. - Thoraks : Normochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrastenalis (-), sela iga melebar (-)4. Cor : Ictus cordis tampak, kuat angkat, letak SIC IV LMCS. Batas jantung tidak melebar, BJ I dan BJ II intensitas normal, regular, bising (-)5. Pulmo : pengembangan dada kanan=dada kiri, fremitus raba kanan=kiri, sonor/sonor, suara dasar vesikuler normal, ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)

Diabetes mellitus tipe 2

Promotif :1. Edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai cara penatalaksanaan gula darah di rumah, mulai dari mengenal keadaan gula darah tinggi maupun rendah, penatalaksanaan awal, dan kapan pasien harus pergi ke rumah sakit/IGD 2. Mendorong anggota keluarga yang ditemui untuk memberi dukungan moril kepada pasien dalam menjalani pengobatan dan membantu tugas pasien di rumah selama pasien sakit

Preventif :Edukasi kepada pasien untuk terus patuh pada pengobatan dan rutin ke Puskesmas untuk kontrol. Pasien dimotivasi untuk terus memiliki persediaan obat dan menyimpannya dengan baik. Dalam hal ini juga dilakukan edukasi kepada keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk minum obat yang sudah diberikan sesuai aturan

Kuratif :1. Metformin 2 x 1 sebagai obat gula2. Captopril 3 x 1 sebagai pengontrol tensi3. Paracetamol prn

Rehabilitatif : Aerobik dan peregangan1. Terapi gula darah2. Kontrol rutin kePuskesmas3. Pemeriksaan gula darah minimal sebulan sekali4. Edukasi pada kunjungan selanjutnya mengenai cara mengontrol guladarah1. Kadar gula darah senormal mungkin2. Keterbatasan aktivitas fisik minimal3. Meniadakan kunjungan ke gawat darurat

Dokter Pembimbing: dr. Bayu Sarwa Edh

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN1. Keluarga pasien Tn. S termasuk keluarga yang berbentuk extended family. Keluarga pasien terdiri atas 9 orang yaitu Tn. S yang merupakan kepala keluarga, lalu istrinya Ny. T (58 tahun), 3 orang anaknya (Ny. S, Tn. D dan Ny. E), 2 orang menantunya (Tn. S dan Ny. S) serta 2 orang cucunya yang masih balita (An. S dan An. A) yang tinggal bersama dalam satu rumah.2. Tn. S terdiagnosis diabetes mellitus kurang lebih sejak 7 tahun yang lalu. Saat pertama kali terdiagnosis pasien dibawa ke RS Dr. Moewardi karena tidak sadarkan diri. Saat ini keluhan sudah dirasakan membaik dan hanya kadang-kadang pasien merasa lemas dan nggliyeng serta pandangan yang kabur.3. Persepsi, pemahaman, dan pengetahuan Tn. S dan keluarganya mengenai diabetes mellitus masih tergolong kurang. Mereka belum memahami secara benar mengenai diabetes mellitus yang ditunjukkan dengan adanya anggapan bahwa penyakit Tn. S tergolong gula kering.4. Kesadaran akan kesehatan pada keluarga Tn. S masih tergolong kurang. Hal ini ditunjukkan dari kebiasaan mereka apabila sakit hanya membeli obat-obatan di warung terdekat dan tidak memeriksakannya ke puskesmas.5. Fungsi-fungsi keluarga Tn. S, baik fungsi holistik, fisiologis, keturunan, pola interaksi keluarga, maupun faktor perilaku tidak ada masalah. Namun pada fungsi yang patologis dari keluarga Tn. S masih sangat kurang. Hanya pada aspek sosial dan budaya cukup baik. Untuk aspek agama, ekonomi, kesehatan dan pendidikan masih kurang.

B. SARAN1. Tn. S dan keluarga lebih meningkatkan pola hidup sehat untuk menghindari komplikasi maupun resiko lebih lanjut dari diabetes mellitus dengan lebih memperhatikan life style nya.2. Tn. S dan keluarga disarankan selalu kontrol rutin dan melakukan screening khususnya bagi anak-anak Tn. S karena mereka memiliki faktor resiko diabetes mellitus. 3. Tn. S dan keluarga lebih meningkatkan perhatian pada kesehatannya serta mencari informasi yang benar mengenai diabetes mellitus agar tidak terbentuk suatu persepsi yang salah.4. Sebaiknya lingkungan di sekitar rumah Tn. S lebih ditingkatkan kebersihannya agar tidak memicu timbulnya suatu penyakit tertentu (terutama penyakit infeksi) terlebih di dalam rumah tersebut terdapat 2 balita.5. Petugas Puskesmas Gambirsari sebaiknya tetap melakukan home visit secara kontinyu kepada keluarga Tn. S dan disarankan menggunakan form PHBS untuk menilai faktor perilaku dan lingkungan pasien.

REFERENSI

Guntur A (2006). Bedside Teaching Ilmu Penyakit Dalam. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

J Piette. Effectiveness of Self-management Education (2003). Dalam: Gan D, All- got B, King H, Lefbvre P, Mbanya JC, Silink M, penyunting. Diabetes Atlas. Edisi ke-2. Belgium: International Diabetes Federation:h.207-15)

Mari A (2010). Metformin more than gold standard in the treatment of type 2 diabetes mellitus. Diabetologia Croatica; 39-3.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia; hlm.4-10, 15-29 2.

Rodbard HW, Jellinger PS, Davidson JA,et al (2009). Statement by an American association of clinical endocrinologists/American college of endocrinology consensus panel on type 2 diabetes mellitus. An algorithm for glycemic control. Endocr Pract,15(6):540559.

Sudiharto (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC

Suyono S. Diabetes melitus di Indonesia (2009). Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; hlm.1874-8

Waspandji A (2009). Kaki diabetes. Dalam Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Ed 5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; P.1966-1961.

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses Anamnesis dan Kunjungan Rumah

Gambar 2. Pemeriksaan Gula Darah terhadap Tn. S dan keluarga

Gambar 3. Pemeriksaan Gula Darah terhadap Tn. S dan keluargaGambar 4. Teras DepanGambar 5. Ruang Tamu

Gambar 6. Ruang TVGambar 7. Kamar Tidur

Gambar 8. Atap dapur dan kamar mandiGambar 9. Tempat Parkir

Gambar 10. Kamar Mandi

Gambar 11. Atap Ruang Tengah