dita skripsi

72
HUBUNGAN ANTARA SKALA BARTHEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT KEMANDIRIAN DENGAN SKALA BRADEN UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI RS Dr. SARDJITO YOGYAKARTA A. SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas Gadjah Mada Disusun oleh : Dita Witisnasari 00/137974/KU/09790 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Upload: hanifa-bi-barito

Post on 01-Feb-2016

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

Page 1: Dita Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SKALA BARTHEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT

KEMANDIRIAN DENGAN SKALA BRADEN

UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS

PADA PASIEN STROKE DI RS Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

A. SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan

Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh : Dita Witisnasari

00/137974/KU/09790

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Page 2: Dita Skripsi

YOGYAKARTA 2005

B. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SKALA BARTHEL UNTUK MENGUKUR TINGKAT

KEMANDIRIAN DENGAN SKALA BRADEN

UNTUK MENGUKUR RISIKO DEKUBITUS

PADA PASIEN STROKE DI RS Dr. SARDJITO

YOGYAKARTA

Disusun oleh : Dita Witisnasari NIM : 00/ 137974/ KU/ 09790

Telah Diseminarkan dan Diujikan

Pada Tanggal : 17 Januari 2005

C. Penguji I Penguji II Penguji III

Khudazi Aulawi,SKp Christantie Effendy,SKp Lely Lusmilasari,SKpM.Kes NIP:

140 234 509 NIP: 140 310 081 NIP : 132 231 106

Mengetahui, Dekan

u.b. Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran UGM

Page 3: Dita Skripsi

Yogyakarta

dr. Iwan Dwiprahasto, M. Med. Sc.,PhD NIP :131 860 994

D. PERSEMBAHAN DAN MOTO

“ Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang

dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.

Sebaliknya, aku telah bekerja keras daripada mereka semua tetapi bukannya

aku melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

( I Kor 15 : 10)

~ Tiada yang mustahil bagi Allah, Ia akan memberikan yang terbaik bagimu tepat

pada waktunya sebab kasih-Nya lebih daripada hidup.

~ “ You see things and you say why?

But I dream of things and I say why not….”

Karya ini kupersembahkan kepada :

E. Papa dan Mama tersayang

Dik Galang dan dik Ganang terkasih

Page 4: Dita Skripsi

Mas Koko Riyanto, S.H. tercinta

Sahabat-sahabatku dalam suka dan duka

Semua orang yang cinta damai

F. KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasihNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Antara Skala Barthel

Untuk Mengukur Tingkat Kemandirian Dengan Skala Braden Untuk Mengukur Risiko

Dekubitus Pada Pasien Stroke di RS Dr. Sardjito Yogyakarta”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu perkenankanlah

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr Hardyanto Soebono, SpK&K, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada atas ijin yang telah diberikan.

2. dr. Sunartini, PhD., SpA(K) selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

3. Ibu Lely Lusmilasari, S.Kp, M.Kes, selaku Penguji yang telah memberikan masukan

selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Khudazi Aulawi, SKp selaku pembimbing I atas segala dukungan, semangat

dan masukan yang sangat berarti.

5. Ibu Christantie Effendy, SKp selaku pembimbing II atas saran dan bimbingan yang

telah diberikan.

Page 5: Dita Skripsi

6. Direktur RS Dr. Sardjito Yogyakarta atas ijin yang diberikan kepada peneliti untuk

melaksanakan penelitian ini.

7. Ibu Ngatini, SKp, Ns selaku penanggung jawab unit stroke RS Dr. Sardjito yang telah

membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.

8. Mas Rustam Prihono, AMK yang telah banyak membantu baik tenaga dan waktu

dalam penelitian ini.

9. Kepada para perawat unit stroke RS Dr. Sardjito atas keramahan dan kerjasama yang

baik.

10. Kepada orangtuaku tersayang Bapak Drs. Bambang DP, Ibu Ediyati dan kedua

adikku Galang dan Ganang atas segala cinta, doa, semangat dan dukungannya.

11. Kepada Mas Koko Riyanto, S.H. tercinta atas cinta, doa dan semangat yang terus

menerus diberikan.

12. Untuk sahabatku tersayang Mama Banie, Ophiek, Suci, Hana, Gusti, Ayu atas segala

canda tawa kita bersama.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

terselesainya skripsi ini.

Penulis hanya memanjatkan doa kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan

kelimpahan berkat dan kasihNya kepada mereka yang telah membantu penulis

dengan tulus ikhlas.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

adanya kritik dan saran perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak terutama dunia keperawatan.

Page 6: Dita Skripsi

Yogyakarta, Januari 2005

Penulis

Dita Witisnasari

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… .i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. ii

PERSEMBAHAN DAN MOTO ………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ...………………………………………………………………..... vi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………... ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… x

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… xi

INTISARI ……………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… .. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 4

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 4

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 5

E. Keaslian Penelitian ……………………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 7

1. Stroke………………………………………………………… 7

Page 7: Dita Skripsi

2. Kemandirian ……………………...………………………… 11

3. Skala Barthel…………………...……………………………. 12

4. Dekubitus…………………...………………………………. 17

5. Skala Braden………………...……………………………… 20

B. Kerangka Konsep..………………..…………………………… 27

C. Kerangka Penelitian ……………..…………………………… 28

D. Hipotesis Penelitian ………..………………………………….. 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian...……………………………… 30

B. Subjek Penelitian …………...………………………………….. 30

C. Waktu dan Tempat Penelitian …...…………………………….. 30

D. Variabel Penelitian ………..………………………………….... 31

E. Definisi Operasional ..…………………………………………. 31

F. Instrument Penelitian .………………………………………… 32

G. Cara Pengumpulan Data ..……………………………………… 33

H. Analisis Data ……..……………………………………………. 34

I. JalannyaPenelitian ……………………...………….……………35

J. Keterbatasan Penelitian ……...…………..…………………….. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden ………………………………..37

2. Pengukuran Skala Barthel ……………………………….39

3. Pengukuran Skala Braden ……………………………… 40

Page 8: Dita Skripsi

4. Distribusi Tingkat Ketergantungan ADL Berdasarkan Risiko

Dekubitus……………………………………… 42

5. Distribusi Jenis Stroke Berkaitan Dengan Tingkat Ketergantungan

ADL dan Risiko

Dekubitu………………..……………………………….. 43

6. Analisa Data …………………………………………… 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan …………………………………..…….………….….49

B. Saran ………………………………………………………………49

DAFTAR PUSTAKA ………………………….………………………………. 51

LAMPIRAN …………………………………………………………………….54

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep

Gambar 2. Bagan Kerangka Penelitian

Page 9: Dita Skripsi

G. DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Tabel 2. Pengukuran dengan Skala Barthel

Tabel 3. Pengukuran dengan Skala Braden

Tabel 4. Distribusi tingkat ketergantungan ADL berdasarkan risiko dekubitus

Tabel 5. Distribusi jenis stroke berkaitan dengan tingkat ketergantungan ADL dan risiko dekubitus

Tabel 6. Korelasi antara Skala Barthel dan Skala Braden

Tabel 7. Hasil perhitungan Nilai Barthel dengan menggunakan rumus persamaan regresi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Surat Pengantar Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 4. Identitas Pasien Stroke

Lampiran 5. Format Penilaian Skala Braden

Lampiran 6. Format Penilaian Skala Barthel

Lampiran 7. Data Responden

Lampiran 8. Uji Korelasi Product Moment Pearson

INTISARI

Page 10: Dita Skripsi

Latar Belakang : Stroke merupakan penyakit degeneratif yang akut dan berat sehingga menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit infeksi dan jantung. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta selama satu tahun (2003) dari 90 pasien yang meninggal sebanyak 19 pasien. Masalah yang muncul akibat stroke antara lain adalah gangguan motorik, gangguan eliminasi, gangguan persepsi sensori, gangguan komunikasi dan gangguan kognitif. Hal di atas menimbulkan ketergantungan pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari (ADL) dan meningkatkan risiko dekubitus pada pasien. Oleh sebab untuk mengidentifikasi tingkat ketergantungan ADL dapat digunakan Skala Barthel dan identifikasi risiko dekubitus dapat digunakan skala Braden. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Skala Barthel untuk mengukur kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien stroke. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta, selama 1 bulan mulai tanggal 8 November 2004 sampai 8 Desember 2004. Dilakukan pengukuran Skala Barthel dan Skala Braden, pengukuran dilakukan dua kali yaitu hari ketiga rawat inap dan sewaktu pasien akan pulang, dan didapatkan 44 pengukuran. Analisa data menggunakan uji korelasi Product Moment (Pearson) dan Regresi Linear. Hasil : Pasien stroke kebanyakan mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap pemenuhan ADL dan berisiko sangat tinggi terjadi dekubitus. Hasil uji korelasi dengan Product Moment Pearson diperoleh nilai r = 0,923 dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara Skala Barthel dengan Skala Braden pada pasien stroke. Semakin besar nilai Barthel maka semakin besar pula nilai Braden. Kesimpulan : Semakin besar nilai Barthel, semakin besar nilai Braden (semakin tinggi kemandirian pasien maka semakin rendah risiko terjadi dekubitus). Kata Kunci : Stroke, Skala Barthel, Kemandirian, Skala Braden, Dekubitus.

Page 11: Dita Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

H. Latar Belakang Masalah

Keperawatan merupakan bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk

pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif, ditujukan

kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit mencakup siklus

hidup manusia (Seminar Nasional Keperawatan, 1983). Ada empat area keperawatan

yang menggambarkan lingkup dan tujuan pemberian asuhan keperawatan yaitu

meningkatkan status kesehatan, mencegah penyakit (preventif), memperbaiki status

kesehatan dan memfasilitasi koping (Gaffar, 1999).

Salah satu tujuan asuhan keperawatan untuk pencegahan (preventif) adalah

menurunkan faktor resiko penyebab timbulnya penyakit, meningkatkan kebutuhan

hidup sehat dan memelihara agar fungsi tubuh optimal. Peran perawat dalam upaya

preventif salah satunya berfokus pada pemeliharaan kesehatan atau pencegahan

komplikasi dan ketidakmampuan (Gaffar, 1999).

Mengingat kecenderungan penyakit saat ini mulai berubah dari penyakit infeksius

ke penyakit degeneratif. Adanya peningkatan kematian akibat penyakit degeneratif

seperti: jantung, kanker dan stroke menunjukkan bahwa kausa penyakit yang paling

utama ternyata adalah penyakit yang dapat dicegah (Beaglehole et.al, 1997).

Stroke merupakan salah satu penyakit degeneratif yang insidensi kejadiaannya

meningkat akhir-akhir ini. Gejala yang ditimbulkan bersifat akut dan berat sehingga

menyebabkan insidensi kematian yang cukup tinggi (Chandra, 1980). Sebagai

perbandingan, di Amerika Serikat, stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah

Page 12: Dita Skripsi

penyakit jantung dan kanker (Black, 1993). Insidensi stroke pada tahun 1997 di

negara Malaysia adalah 68,38 per 10.000 populasi dan kejadiannya tertinggi di

kalangan bangsa Cina dan diikuti dengan bangsa Melayu dan India.

Kejadian stroke di Indonesia juga menjadi penyebab kematian ketiga setelah

penyakit infeksi dan jantung koroner. Sebanyak 28,5% penderita stroke di Indonesia

meninggal (Lumbantobing, 2002). Sedangkan di RSUP Dr. Sardjito, menurut data

rekam medis (2003), selama satu tahun terhitung mulai tanggal 1 januari hingga 31

desember 2002 terdapat 90 penderita stroke dan meninggal dunia sebanyak 19 pasien

stroke. RSUP Dr. Sardjito sekarang sudah mempunyai unit tersendiri yang khusus

untuk merawat pasien stroke yaitu Unit Stroke. Unit stroke mulai dibuka sejak awal

tahun 2004 dan rata-rata ada 20 hingga 30 pasien yang dirawat setiap bulannya.

Menurut Black (1993), masalah yang dapat muncul akibat penyakit stroke antara

lain : gangguan perfusi jaringan, gangguan komunikasi verbal, gangguan persepsi

sensori, gangguan eliminasi urin dan konstipasi, gangguan menelan, gangguan

mobilitas fisik serta ketidakmampuan merawat diri.

Akibat gangguan diatas dapat menimbulkan ketergantungan pasien dalam

pemenuhan kebutuhan dasar sehari-harinya (ADL). Perawat perlu memperhatikan

status fungsional dan mengidentifikasi masalah kesehatan aktual dan potensial yang

berhubungan dengan kemampuan ADL pasien (Handayani, 2003). Untuk mengukur

tingkat ketergantungan pasien terhadap ADL dapat digunakan Skala Barthel.

Skala Barthel merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur

tingkat kemandirian terhadap aktivitas dasar sehari-hari dan mobilitas (fungsi fisik)

seseorang. Semakin tinggi nilai skala Barthel berarti semakin tinggi pula tingkat

Page 13: Dita Skripsi

kemandirian terhadap ADL, sebaliknya semakin rendah nilai skala Barthel berarti

semakin rendah pula tingkat kemandirian terhadap ADL. Penggunaan skala Barthel

akan membantu perawat dalam melakukan pengkajian dan identifikasi dini tingkat

kemandirian pasien dalam pemenuhan ADLnya.

Selain menimbulkan ketergantungan ADL, gangguan mobilitas fisik (imobilisasi)

pada umumnya sering terjadi pada pasien stroke. Pada pasien yang mengalami

gangguan mobilitas dan dirawat dalam jangka waktu yang lama biasanya mempunyai

risiko terjadi dekubitus (Setiati, 2000). Menurut hasil penelitian Purwaningsih (2001)

yaitu diagnosa medis yang dominan untuk terjadi dekubitus adalah pada pasien

stroke infark, paraparese dan PPOK. Hal ini menunjukkan bahwa ada risiko terjadi

gangguan integritas kulit (dekubitus) pada pasien stroke. Untuk mengukur risiko

dekubitus pada pasien dapat menggunakan Skala Braden.

Skala Braden merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur

risiko terjadinya dekubitus pada pasien. Jika nilai Braden naik berarti risiko

dekubitus semakin rendah, tetapi sebaliknya jika nilai Braden turun berarti risiko

dekubitus semakin tinggi. Penggunaan skala Braden dengan tepat dan konsisten akan

membantu perawat dalam mengidentifikasi lebih dini pasien yang mempunyai risiko

terjadi dekubitus, dengan demikian peran perawat dalam mencegah kejadian

dekubitus dapat dilakukan (Elizabeth, 1999).

Berdasarkan penjelasan di atas pasien stroke perlu dinilai Skala Barthelnya untuk

mengetahui tingkat ketergantungan dan juga Skala Braden untuk mengukur risiko

dekubitusnya.

Page 14: Dita Skripsi

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan antara Skala

Barthel untuk mengukur kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko

dekubitus pada pasien stroke di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.

I. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mengambil rumusan masalah

yaitu “Bagaimana hubungan antara Skala Barthel untuk mengukur tingkat

kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien

stroke di RS Dr. Sardjito Yogyakarta”.

J. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian :

Mengetahui hubungan antara Skala Barthel untuk mengukur tingkat kemandirian

dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien stroke di RS Dr.

Sardjito Yogyakarta.

K. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Dengan mengetahui hubungan antara kedua alat ukur ini (Skala Barthel untuk

mengukur tingkat ketergantungan dan Skala Braden untuk mengukur risiko

dekubitus) maka hanya dengan menggunakan satu alat ukur saja, bisa langsung

mendapatkan dua hasil penilaian sekaligus sehingga lebih efektif. Artinya dengan

menggunakan Skala Barthel saja dapat diketahui tingkat ketergantungan ADL

sekaligus risiko dekubitus pasien.

Page 15: Dita Skripsi

L. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara Skala Barthel

untuk mengukur kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus

pada pasien stroke belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya dengan judul “Penilaian tingkat risiko terhadap dekubitus

pada pasien yang dirawat di ruang B3 (dahlia) penyakit saraf di RS Sardjito

Yogyakarta” (Khoiriyati, 2002). Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

dengan pendekatan prospektif dan sampel yang diambil merupakan total populasi

pasien di ruang B3 penyakit saraf. Hasil penelitian adalah : risiko dekubitus lebih

tinggi pada usia tua dibanding usia muda ; risiko dekubitus pada perempuan lebih

tinggi dibanding laki-laki ; diagnosa medis yang dominan untuk tingkat risiko

dekubitus adalah stroke 18,75% , paraparese 18,75% , PPOK 18,75%. Persamaan

dengan penelitian ini yaitu alat ukur dengan menggunakan Skala Braden. Sedangkan

perbedaan penelitian yang dilakukan yaitu jenis penelitian dan subyek penelitian.

Penelitian mengenai “Profil intervensi keperawatan pada pasien stroke di bangsal

saraf RSUP dr. Sardjito Yogyakarta” (Indayani, 2000). Jenis penelitiannya adalah

deskriptif analitik. Sampel yang diambil sebanyak 25 klien stroke fase akut yang

dirawat di bangsal saraf sardjito. Hasil penelitian yaitu : penderita stroke fase akut

mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi sehingga butuh perawatan yang

profesional dan intensif. Persamaan dengan penelitian ini adalah subyek

penelitiannya pada pasien stroke yang dirawat inap. Sedangkan perbedaan penelitian

ini yaitu alat ukur yang dipakai.

Page 16: Dita Skripsi

Penelitian lain mengenai “Hubungan tingkat kemampuan dalam aktivitas dasar

sehari-hari dengan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti sosial Tresna

Werdha Abiyoso Jogjakarta” (Handayani, 2003). Jenis penelitian ini adalah non

eksperimen korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil

adalah semua lansia di PSTW. Instrument yang dipakai yaitu Barthel Index untuk

mengukur tingkat ADL. Persamaan dengan penelitian ini adalah alat ukur yang

digunakan, sedangkan perbedaannya adalah sampel penelitian.

Page 17: Dita Skripsi

M. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Stroke

a. Definisi

Stroke adalah gangguan serebral (otak) yang terjadi akibat aliran darah ke otak

mengalami gangguan (berkurang) karena adanya sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah di otak (Black, 1993).

b. Klasifikasi Stroke

1). Hemorragic stroke

Jenis stroke ini muncul saat pembuluh darah di otak pecah sehingga darah menyebar

ke sekitar jaringan otak dan merusak sel-sel. Umumnya disebabkan karena tidak

terkontrolnya tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi dapat menyebabkan arteri

kecil dalam otak rapuh dan mudah pecah.

2). Non hemorragic stroke

Non hemorragic stroke disebut juga iskemik stroke, dapat timbul saat aliran

darah ke otak terganggu karena adanya sumbatan. Sel-sel otak mulai mati

karena kurangnya oksigen dan nutrisi. Adanya atherosclerosis di arteri

seringkali mengarah pada iskemik stroke.

c. Penyebab Stroke

Page 18: Dita Skripsi

1). Trombosis

Adanya sumbatan di pembuluh darah otak, dapat terjadi karena adanya

reaksi inflamasi (radang) di dinding pembuluh darah. Trombosis merupakan

penyebab yang paling sering menimbulkan stroke dan sering dikaitkan

dengan aterosklerosis.

2). Emboli

Adanya penyumbatan mendadak arteri oleh bekuan atau benda asing yang

terbawa oleh aliran darah ke tempat tersangkutnya. Sumbatan tersebut seperti

: fragmen bekuan darah, tumor, bakteri atau udara. Insidensi emboli otak

dapat meningkat pada usia diatas 40 tahun.

3). Perdarahan intraserebral

Perdarahan yang terjadi karena adanya ruptur pada pembuluh darah di otak .

Hal ini sering berkaitan dengan arterosklerosis dan terjadi pada usia diatas 50

tahun.

4). Spasme

Yaitu kontraksi pembuluh darah secara mendadak atau kuat sehingga

menyebabkan gangguan fungsi karena terjadi penyempitan.

5). Compresi

Compresi yaitu penekanan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

penurunan volume aliran darah (Black, 1993).

d. Manifestasi Klinik

Page 19: Dita Skripsi

Biasanya gejala awal pusing, kepala terasa berputar (vertigo), mati rasa tiba-tiba,

tubuh lemah, kelumpuhan pada wajah, lengan dan kaki, pandangan kabur,

berbayang atau ganda, gangguan berbicara, gangguan sistem memory dan emosi,

kehilangan kemampuan koordinasi badan.

Gejala lain yang bisa muncul seperti : sakit kepala, muntah, kejang, demam,

peningkatan tekanan darah, abnormalitas pada hasil elektrokardiografi,

kebingungan, dan disorientasi.

e. Komplikasi yang bisa muncul pada pasien stroke

Komplikasi yang bisa muncul akibat imobilisasi yaitu :

Masalah psikologis, muskuloskeletal (osteoporosis, sakit pada persendian, atrofi

otot, kontraktur), integumen (ulkus dekubitus), saluran perkemihan (statis urin,

pembentukan batu, retensi urin, inkontinensia), pernafasan (penurunan gerakan

pernafasan, ketidakseimbangan oksigen dan karbondioksida), gastrointestinal

(masalah digesti, eliminasi sehingga muncul anoreksia, diare atau konstipasi),

kardiovaskuler (hipotensi ortostatik) ( Priharjo cit. Purwanti, 2004 ).

f. Tindakan Keperawatan pada Pasien Stroke

Menurut Penatalaksanaan Medik (1987), Tindakan keperawatan yang dapat

dilakukan pada pasien stroke antara lain :

1). Tujuan : mencegah terjadinya kontraktur dan mencegah dekubitus.

Tindakan : Melakukan bed positioning seperti ; Alas tempat tidur cukup

keras, sprei tidak boleh melipat-lipat, selalu bersih dan kering.

Penderita berbaring lurus dengan bantal dipasang diantara dada dan lengan

atas ( abduksi ).

Page 20: Dita Skripsi

Pasang papan telapak kaki untuk mencegah “pes equinus”, dapat dipasang

kaos kaki lunak untuk mengurangi tekanan pada tumit.

Posisi jari tangan harus lebih atas dari sendi siku dan posisi sendi siku lebih

atas dari sendi bahu ( mencegah edema tangan ).

Pasang kantong pasir di bawah sendi lutut atau pergelangan kaki dan

penyangga disamping tungkai.

Posisi penderita harus selalu dirubah, siang diubah tiap 1 jam, sore diubah

tiap 2 jam.

Jika penderita koma lama, tiap anggota gerak yang lumpuh harus digerakkan

secara penuh (full range of motion) minimal sehari sekali.

2). Tujuan : mengembalikan fungsi tubuh sampai optimal.

Tindakan :

Evaluasi mengenai defisit neurologik, pemeriksaan medis lengkap dan

evaluasi sosial psikologik untuk mengetahui tingkat kemampuan.

Bila kondisi penderita mengijinkan bisa dilakukan latihan aktif dan pasif

seperti ; menggerakkan sendi yang lumpuh.

Lakukan mobilisasi seperti ; latihan duduk, latihan keseimbangan pada posisi

duduk, latihan berdiri dengan pegangan pada tangan yang sehat.

Latihan berjalan dengan tongkat kaki tiga (tripot) atau quadripot.

Latihan gerakan otomatis untuk tangan dan kaki.

Page 21: Dita Skripsi

Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan Activity of Daily Living

(ADL) serta meningkatkan kemandirian pasien.

2. Kemandirian

a. Pengertian

1). Kemandirian adalah pengambilan inisiatif, mengatasi hambatan, melaksanakan

sesuatu tanpa bantuan orang lain.

2). Mobilisasi adalah suatu keadaan / kualitas untuk melakukan gerak dan juga

termasuk aspek penting dari fungsi fisiologi karena untuk mempertahankan

kemandirian (Engram, 1990).

b. Definisi aktivitas dasar sehari-hari (ADL)

1). Menurut WHO cit. Astuti, dkk, 1997, Aktivitas dasar sehari-hari adalah suatu

kelompok macam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu dalam mengurus

dirinya sendiri.

2). Menurut Morton (1991), ADL adalah aktivitas dasar sehari-hari yang

dibutuhkan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan fisiologis dan

psikologis. Aktivitas ini juga merupakan ukuran kemampuan pasien untuk

menolong atau membantu dirinya sendiri.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dasar sehari-hari (ADL)

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dasar sehari-hari antara lain : umur

dan status perkembangan, budaya, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi

psikososial, tingkat stress, dan ritme biologi (ritme serkadian) ( Morton, 1991).

d. Komponen aktivitas dasar sehari-hari (ADL)

Menurut Morton, 1991 :

Page 22: Dita Skripsi

Ada lima komponen yaitu ; kebersihan diri, tanggung jawab keluarga, bekerja,

rekreasi dan sosialisasi.

Menurut Sidney Katz :

Ada enam komponen yaitu : mandi, berpakaian, toileting, berpindah, BAB dan

BAK, serta makan.

3. Skala Barthel

a. Definisi

Adalah suatu alat untuk mengukur kemandirian individu dan mobilitas (fungsi

fisik) seseorang terhadap aktivitas dasar sehari-hari. Alat ini dirumuskan oleh

Mahoney FI dan Barthel D. Skala Barthel terdiri dari 10 subskala yaitu : transfer,

mobilisasi, toileting, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK,

mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga (Mahoney&Barthel, 1965).

b. Tujuan

Skala Barthel digunakan untuk memudahkan dalam melakukan pengkajian dan

menetapkan derajat kemandirian terhadap Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADL)

seseorang.

c. Penggunaan

1). Dapat digunakan sebagai catatan mengenai keadaan pasien (mengidentifikasi),

bukan untuk menginstruksikan apa yang harus dilakukan klien.

2). Pasien yang membutuhkan bantuan / asisten menandakan bahwa pasien

tersebut tidak mandiri.

Page 23: Dita Skripsi

3). Keadaan pasien yang sebenarnya perlu dikaji dengan seksama berdasarkan

bukti yang kuat seperti : bertanya pada pasien, berkomunikasi, pengkajian

fisik / mengobservasi pasien secara langsung.

4). Kondisi pasien selama 24-48 jam pertama penting untuk dipantau, begitu juga

pemantauan untuk waktu-waktu selanjutnya.

5). Intervensi berfokus untuk memandirikan pasien.

6). Penilaian skala Barthel nilainya berkisar antara 0 sampai 100, semakin

rendah nilai skala Barthel berarti semakin rendah pula tingkat kemandirian

pasien (Mahoney&Barthel, 1965).

d. Komponen Skala Barthel

1). Transfer (tidur-duduk)

, 15 = Pasien dapat melakukan kegiatan di bawah ini tanpa bantuan, seperti :

a. berbaring di tempat tidur

b. bangkit dari tempat tidur

c. duduk di tempat tidur

d. turun dan naik dari dan ke tempat tidur

10 = Pasien dapat melakukan kegiatan a, b, c tanpa bantuan dan d dengan

bantuan.

5 = Pasien dapat melakukan kegiatan a, b, c dan d dengan bantuan.

0 = Pasien tidak dapat melakukan kegiatan di atas meski dengan bantuan.

2). Mobilisasi

15 = Pasien dapat mengambil posisi berdiri, kemudian jalan paling sedikit 50

m, tanpa bantuan.

Page 24: Dita Skripsi

10 = Pasien dapat mengambil posisi berdiri kemudian jalan paling sedikit 50

m, dengan menggunakan alat bantu : kruk atau tongkat.

5 = Pasien dapat melakukan kegiatan di atas dengan bantuan.

0 = Pasien tidak dapat melakukan kegiatan di atas meskipun dengan

bantuan.

3). Toileting (ke/ dari WC, menyiram, menyeka)

10 = Pasien dapat melakukan kegiatan di bawah ini tanpa bantuan, seperti :

melepas dan mengenakan kembali pakaian bawahnya, menggantung

pakaian pada tempatnya, jongkok di kloset, mengguyur kotorannya,

berdiri kembali.

5 = Pasien membutuhkan bantuan dalam menjalankan beberapa atau semua

kegiatan di atas.

0 = Pasien tidak dapat melakukan kegiatan di atas meskipun dengan

bantuan.

4). Membersihkan diri (lap muka, sisir, gosok gigi)

5 = Pasien dapat melakukan kegiatan di bawah ini tanpa bantuan, seperti :

mencuci tangan dan muka, menyisir rambut, menyikat gigi, mencukur

kumis (laki-laki), menggunakan make-up (wanita).

0 = Pasien tidak dapat melakukan kegiatan di atas tanpa bantuan.

5). Mengontrol BAB

10 = Pasien ttidak pernah tidak dapat menahan BAB

5 = Kadang-kadang pasien tidak dapat menahan BAB

0 = Pasien tidak dapat menahan BAB

Page 25: Dita Skripsi

6). Mengontrol BAK

10 = Pasien tidak pernah tidak dapat menahan BAK

5 = Kadang-kadang pasien tidak dapat menahan BAK

0 = Pasien tidak dapat menahan BAK (kateter)

7). Mandi

5 = Pasien dapat melakukan kegiatan di bawah ini tanpa bantuan, seperti :

mengambil air dengan gayung, menyiramkan air ke seluruh tubuh,

menyabun seluruh tubuh.

0 = Pasien tidak dapat melakukan beberapa atau semua kegiatan di atas tanpa

bantuan.

8). Berpakaian

10 = Pasien dapat melakukan kegiatan seperti di bawah ini tanpa bantuan (

memakai baju, mangancing dan membuka baju, melepas baju, memakai

sepatu/sandal ).

5 = Pasien membutuhkan bantuan dalam mengerjakan kegiatan di atas.

0 = Pasien tidak dapat menjalankan kegiatan di atas meskipun dengan

bantuan.

9). Makan

10 = Pasien dapat melakukan kegiatan di bawah ini tanpa bantuan,

a. menyuap makanan, jika ditaruh dalam jangkauannya

b. mengambil sendok atau garpu bila diperlukan

c. mengunyah dan menelan makanan

Page 26: Dita Skripsi

5 = Pasien dapat melakukan a, b dengan bantuan dan c tanpa bantuan

0 = Pasien dapat melakukan kegiatan a, b, c dengan bantuan

10). Naik turun tangga

10 = Pasien dapat naik dan turun tangga tanpa bantuan

5 = Pasien dapat naik dan turun tangga dengan bantuan

0 =Pasien tidak dapat naik dan turun tangga meskipun dengan bantuan

4. Dekubitus

a. Definisi

Dekubitus adalah area jaringan nekrosis yang muncul ketika jaringan lunak

tertekan antara tulang yang menonjol dan permukaan eksternal (tempat berbaring

dalam waktu lama) (Potter&Perry, 1993).

b. Tanda-Tanda Dekubitus

1). Adanya erithema, pembengkakan pada kulit dimana fase ini masih bersifat

reversibel jika tekanan cepat dihindari. Lepuh merupakan tanda adanya

kematian kulit superfisial.

2). Ulkus, adanya lapisan kulit yang nekrose jika dibiarkan akan sampai ke

jaringan lemak, otot, fasia, membran sinovia.

3). Bila dekubitus berlangsung lama maka dapat terjadi artritis septic.

c. Faktor Risiko Dekubitus

1). Imobility

Page 27: Dita Skripsi

Adalah keterbatasan kemampuan untuk menggerakkan keseluruhan tubuh /

sebagian tubuh (Barbara Engram, 1990).

2). Inactivity

Berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk aktivitas secara mandiri.

Kondisi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas, seperti: lansia, pasien

dengan penyakit kronis gangguan pernafasan, penyakit jantung, neuromuskular

akan meningkatkan risiko terjadi dekubitus.

3). Inkontinensia

Inkontinensia fecal maupun urin menyebabkan kondisi yang lembab pada kulit

sehingga meningkatkan risiko terjadi pengikisan kulit yang jika dibiarkan bisa terjadi

ulkus. Pada pasien inkontinensia dapat diberikan salep seperti vaseline atau zinc

oxide yang bertujuan untuk mengurangi kelembaban yang berlebihan dan

melindungi dari toksin.

4). Malnutrisi / inadekuat nutrisi

Umumnya malnutri dapat mengakibatkan penurunan berat badan, atropi otot,

kehilangan bantalan lemak di kulit. Hal inilah yang meningkatkan risiko terjadi

dekubitus. Nutrisi yang ikut berperan seperti : protein, karbohidrat, keseimbangan

cairan elektrolit dan vitamin C.

5). Penurunan sensasi sensori dan status mental

Adanya paralisis/gangguan neurologik menyebabkan terjadi penurunan sensasi sensori

di area tubuh sehingga seseorang menjadi tidak peka terhadap sensasi panas dingin,

nyeri, dan tekanan.

Page 28: Dita Skripsi

6). Usia

Dengan bertambah usia maka bertambah pula risiko gangguan integritas kulit karena

adanya perubahan seperti: penipisan epidermis, penurunan elastisitas kulit, dan

penurunan vaskularisasi.

7). Faktor lain

Adanya peningkatan suhu tubuh, kesalahan posisi tubuh, injeksi di tempat yang sama

(Olivieri, 1995).

d. Derajat Dekubitus

1). Derajat I

Timbul area kemerahan, ada reaksi radang akut meliputi semua jaringan lunak, batas

tidak tegas, ulkus terbatas pada epidermis.

2). Derajat II

Kulit lepuh dan rusak, ulkus meliputi semua lapisan kulit, meluas sampai ke jaringan

lemak.

3). Derajat III

Kerusakan kulit mencapai jaringan subkutan, ulkus terinfeksi, nekrose dan

purulen berbau busuk, terbatas pada fasia.

4). Derajat IV

Ulkus mencapai jaringan lemak bawah kulit, otot, periosteum dan sendi ikut terkena,

sering disertai febris, dehidrasi dan anemia.

e. Lokasi Yang Sering Terkena Dekubitus

Page 29: Dita Skripsi

Derah sakrum paling sering terkena, ischial tuberositas tronchanter. Jika dalam

posisi supine yang terkena daerah occiput, skapula, sakrum, dan tumit. Pada

posisi miring yang terkena daerah daun telinga, siku, pangkal paha, pergelangan

kaki, bagian atas jari-jari kaki.

f. Pencegahan Terhadap Dekubitus

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan :

1). Menggunakan skala skoring yang bisa diandalkan untuk mengenali pasien

yang beresiko.

2). Perawat mampu membedakan pasien menjadi kelompok beresiko dan

kelompok dengan resiko parsial. Kelompok beresiko memerlukan perubahan

posisi setiap dua jam sekali sedangkan kelompok resiko parsial memerlukan

perubahan posisi setiap empat jam sekali.

3). Mengawasi pasien dan bertanggungjawab terhadap kebutuhan pasien seperti:

masukan diet.

4). Mengusahakan tersedianya peralatan yang akan membantu menjaga keutuhan

kulit pasien.

5). Mengurangi tekanan dan gaya yang menimbulkan regangan / tarikan kulit.

6). Mengajarkan pada pasien yang sudah mampu untuk mengenali saat dan cara

mengurangi tekanan.

7). Mengenali tanda-tanda munculnya luka dekubitus.

8). Menerapkan prinsip membantu pasien mencegah dekubitus dalam pro

ses pada konteks keperawatan (Roper, 1996).

5. Skala Braden

Page 30: Dita Skripsi

a. Pengertian

Skala Braden (Braden scale) adalah suatu instrumen yang digunakan untuk

menilai resiko terhadap terjadinya dekubitus pada seorang individu (Bergstrom,

1998).

b. Tujuan

Untuk memudahkan perawat dalam mengidentifikasi resiko terhadap dekubitus

pada pasien sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan lebih dini. Dengan

mengetahui tingkat resiko terjadinya dekubitus akan membantu dalam

merencanakan intervensi yang tepat bagi pasien sesuai outcome yang diharapkan.

Pengkajian dan intervensi yang dilakukan secara konsisten sesuai prosedur juga

dapat menurunkan insidensi terjadinya dekubitus (Elizabeth, 1999).

c. Penggunaan Skala Braden

Alat ini dapat digunakan oleh perawat maupun pemberi pelayanan kesehatan

untuk mengidentifikasi resiko dekubitus pada pasien. Faktor primer yang sering

berkaitan dengan dekubitus adalah imobilisasi, keterbatasan aktivitas, dan pasien

yang dirawat dalam jangka waktu lama. Identifikasi pada pasien sangat penting

untuk mencegah terjadinya dekubitus. Selain digunakan di klinik, alat ini dapat

dipakai untuk individu yang dirawat di rumah (home care).

Skala Braden terdiri dari enam (6) subskala yaitu: persepsi sensori,

kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi, dan gesekan. Setiap subskala

mempunyai rentang nilai antara 1-3 atau 4, dan total nilai antara 6-23. Semakin

rendah nilai skala braden berarti semakin tinggi resiko terhadap dekubitus.

d. Komponen Skala Braden

Page 31: Dita Skripsi

1). Persepsi sensori

Persepsi sensori adalah kemampuan untuk merespon adanya penekanan yang

berhubungan dengan ketidaknyamanan, terdiri dari :

Keterbatasan total = 1

Tidak responsif terhadap stimulus nyeri berhubungan dengan keterbatasan tingkat

kesadaran atau kemampuan yang terbatas untuk merasakan nyeri pada sebagian besar

permukaan tubuh.

Sangat terbatas = 2

Hanya berespon terhadap stimulus nyeri, tidak dapat mengkomunikasikan

ketidaknyamanan, hanya menyatakan stimulus nyeri dengan merintih/

menunjukkan tidak mampu beristirahat/ ketidaknyamanan pada separuh tubuh.

Agak terbatas = 3

Berespon terhadap perintah secara verbal tetapi tidak selalu dapat

mengkomunikasikan ketidaknyamanan / kebutuhan untuk berubah posisi.

Ketidaknyamanan pada satu atau dua ekstrimitas.

Tidak ada kelemahan = 4

Berespon terhadap perintah verbal, tidak memiliki penurunan sensori yang

akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau mengeluh nyeri atau

ketidaknyamanan.

2). Kelembaban

Kelembaban pada kulit meningkatkan resiko terjadi dekubitus, kelembaban

menurunkan ketahanan kulit terhadap faktor fisik lain seperti penekanan.

Kelembaban terdiri dari :

Page 32: Dita Skripsi

Kelembaban konstan = 1

Kulit selalu lembab secara konstan oleh keringat, urin, dan lain-lain. Kelembaban kulit

dapat dideteksi setiap kali pasien bergerak/ pindah.

Sangat lembab = 2

Kulit sering lembab tapi tidak selalu lembab, linen harus diganti paling tidak sekali

dalam shift.

Kadang-kadang lembab = 3

Kulit kadang-kadang lembab, membutuhkan pergantian linen kira-kira sekali dalam

sehari.

Jarang lembab = 4

Kulit biasanya kering, membutuhkan pergantian linen hanya pada waktu-waktu

tertentu.

3). Aktivitas

Aktivitas dalam hal ini adalah tingkat aktivitas fisik baik di tempat tidur, kursi,

mampu berjalan-jalan. Aktivitas pasien terdiri dari :

Aktivitas pasien di tempat tidur = 1

Kursi = 2

Kemampuan untuk berjalan sangat terbatas atau tidak ada, tidak bisa menahan berat

badan dan harus dibantu ke kursi atau kursi roda.

Kadang-kadang berjalan = 3

Kadang-kadang berjalan tetapi untuk jarak yang sangat dekat dengan atau tanpa

bantuan. Menghabiskan sebagian waktu di tempat tidur/ kursi.

Sering berjalan = 4

Page 33: Dita Skripsi

Berjalan keluar ruangan sedikitnya dua kali dan berada dalam ruangan sedikitnya

sekali tiap dua jam.

4). Mobilitas

adalah kemampuan untuk mengontrol dan mengubah posisi tubuh.

Imobilitas total = 1

Tidak dapat merubah posisi tubuh / posisi ekstrimitas sedikitpun tanpa bantuan.

Sangat terbatas = 2

Kadang-kadang dapat merubah posisi tubuh atau ekstrimitas tetapi tidak dapat

melakukan gerakan yang signifikan / sering secara mandiri.

Agak terbatas = 3

Sering melakukan walaupun sedikit dengan mengubah posisi tubuh secara

mandiri.

Tidak ada keterbatasan = 4

Mampu mengubah posisi tubuh tanpa bantuan.

5). Nutrisi

Status nutrisi kurang dapat menyebabkan hipoalbuminemia, dapat juga berhubungan

dengan perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Sangat kurang = 1

Tidak pernah menghabiskan makanan, jarang makan lebih dari 1/3 makanan

yang disediakan. Makan hanya dua kali perhari (kurang protein/daging/susu)

tiap hari. Sangat kekurangan cairan, tidak minum suplemen cairan / NPO

(nothing per oral) atau cairan intravena lebih dari lima hari.

Page 34: Dita Skripsi

Tidak adekuat = 2

Jarang makan seluruh hidangan dan umumnya hanya makan setengah dari

makanan yang dihidangkan. Kadang-kadang minum suplemen/ menerima

kurang dari jumlah cairan optimum lewat nasogastrik tube atau NGT.

Adekuat = 3

Makan lebih dari separuh dari yang diberikan atau memakan seluruh hidangan,

kadang-kadang menolak makan tetapi kadang minum suplemen yang diberikan

atau lewat NGT/parenteral yang kemungkinan memenuhi sebagian besar

kebutuhan nutrisi.

Sangat baik = 4

Makan sebagian besar makanan yang biasa diberikan, selalu tidak pernah

menolak makan, kadang-kadang makan di sela jam makan, tidak membutuhkan

suplemen.

6). Gesekan

Gesekan bisa disebabkan oleh adanya pergerakan pasien yang secara terus menerus

antara kulit dengan permukaan tempat tidur/sprei sehingga menyebabkan kerusakan

kulit yang dapat menimbulkan sensasi nyeri pada pasien.

Masalah = 1

Membutuhkan bantuan dari sedang sampai maksimal untuk bergerak. Tidak

dapat mengangkat dengan sempurna tanpa menggeser sprei, sering meluncur di

tempat tidur/ kursi dan sering membutuhkan perbaikan posisi dengan bantuan

secara maksimal untuk perubahan posisi seperti semula.

Masalah potensial = 2

Page 35: Dita Skripsi

Bergerak lemah atau membutuhkan bantuan minimal dapat mempertahankan

posisi yang baik di kursi atau tempat tidur pada waktu yang lama tetapi kadang

dapat menggelincir.

Tidak ada masalah = 3

Bergerak di tempat tidur/ kursi secara mandiri dan mempunyai kekuatan otot

yang baik untuk mengangkat dengan sempurna selama bergerak. Memelihara

posisi yang baik di tempat tidur / kursi (Bergstrom, 1988).

Page 36: Dita Skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen korelasional, dengan

menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara Skala

Barthel untuk mengukur tingkat kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur

risiko dekubitus pada pasien stroke di RS Dr. Sardjito Yogyakarta.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi

Semua pasien stroke yang dirawat inap di RS Dr. Sardjito Yogyakarta selama

penelitian berlangsung.

2. Sampel

Sampel yang diambil adalah semua pasien stroke yang dirawat inap di Unit Stroke

RS Dr.Sardjito Yogyakarta, dengan memenuhi syarat sebagai berikut :

Kriteria Inklusi :

a. Pasien stroke yang tidak mengalami dekubitus pada waktu pengambilan

data.

b. Pasien dirawat inap minimal > 2 hari perawatan.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai tanggal 8 November 2004 sampai 8 Desember 2004 di Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah :

1. Variabel Bebas : Skala Barthel.

Page 37: Dita Skripsi

2. Variabel Terikat : Skala Braden.

E. Definisi Operasional 1. Pasien Stroke

Adalah pasien yang didiagnosa medis terkena stroke yang dirawat inap di unit

stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta, minimal telah dirawat inap lebih dari 2 hari

dan tidak mengalami dekubitus pada waktu pengambilan data.

2. Skala Barthel (Barthel Index)

Adalah suatu alat untuk mengukur derajat kemandirian pasien terhadap aktivitas

dasar sehari-hari. Ada 10 item skala Barthel yang dinilai yaitu transfer, mobilisasi,

toileting, membersihkan diri, mengontrol BAB, mengontrol BAK, mandi,

berpakaian, makan dan naik turun tangga. Skala Barthel mempunyai rentang skor

0-100, semakin tinggi nilai skala Barthel maka semakin rendah tingkat

ketergantungan ADLnya.

3. Skala Braden (Braden Scale)

Adalah suatu alat / instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko

dekubitus pada pasien stroke. Ada 6 item skala Braden yang dinilai yaitu persepsi

sensori, kelembaban, aktivitas fisik, mobilitas, nutrisi dan gesekan. Skala Braden

mempunyai rentang skore 0–23, semakin tinggi nilai skala Braden maka semakin

rendah risiko terhadap dekubitus.

F. Instrumen Penelitian

1. Skala Barthel (Barthel Index)

Skala Barthel disusun kembali oleh Mahoney FI dan Barthel D. Alat ukur ini

telah beberapa kali diuji coba dan hasilnya telah terbukti valid dan reliabel.

Penelitiannya antara lain oleh Shah S (Occupational Therapy, University of

Page 38: Dita Skripsi

Queeensland, St Lucia, Australia), penelitian ini dilakukan pada 258 pasien stroke

dan hasilnya menunjukkan nilai reliabilitas sebesar 0,90 yang berarti bahwa alat

ini dapat dipercaya.

Skala Barthel digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian terhadap ADL

seseorang. Skala Barthel mempunyai rentang skor 0-100, yang terdiri dari 10

subskala yaitu : transfer, mobilisasi, toileting, membersihkan diri, mengontrol

BAB, mengontrol BAK, mandi, berpakaian, makan, dan naik turun tangga.

Kemudian hasilnya dikategorikan sebagai berikut :

1. Ketergantungan total : skor 0-20

2. Ketergantungan berat : skor 25-40

3. Ketergantungan sedang : skor 45-55

4. Ketergantungan ringan : skor 60-95

5. Mandiri / tanpa bantuan : skor 100

2. Skala Braden (Braden Scale)

Skala Braden disusun oleh Nancy Bergstrom dan Barbara Braden. Alat ini

telah diujicobakan dan hasilnya telah dinyatakan valid dan reliabel. Ada penelitian

yang menyebutkan bahwa nilai reliabilitasnya yaitu antara :

0,83-0,99, berarti bahwa instrument tersebut dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.

Skala Braden digunakan untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien. Skala

Braden terdiri dari 6 subskala yaitu : persepsi sensori, kelembaban kulit, aktivitas

fisik, mobilitas, nutrisi, gesekan, dengan rentang skor antara 6-23. Kemudian

hasilnya diklasifikasikan sebagai berikut :

Page 39: Dita Skripsi

1. Risiko sangat tinggi : skor 6-10

2. Risiko tinggi : skor 11-15

3. Risiko sedang : skor 16-19

4. Risiko rendah : skor 20-23

G. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data yaitu peneliti dibantu oleh satu orang perawat observer

sehingga peneliti perlu memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai penilaian

Skala Barthel dan Skala Braden. Perawat observer melakukan observasi pada pasien

stroke yang dirawat inap di unit stroke RS Dr. Sardjito untuk menentukan sampel

yang diambil. Kemudian dilakukan penilaian Skala Barthel dan Skala Braden pada

pasien stroke yang tidak mengalami dekubitus. Penilaian ini dilakukan dua kali yaitu

pada hari ketiga pasien dirawat inap dan sewaktu pasien akan pulang. Hasil

pengukuran yang kedua (sewaktu pasien akan pulang) diharapkan berbeda dengan

hasil pengukuran pertama (hari ketiga rawat inap) sehingga didapat dua hasil

pengukuran pada setiap pasien, namun apabila hasil pengukuran kedua sama dengan

hasil pengukuran pertama maka hanya dianggap satu hasil pengukuran saja. Perawat

observer tinggal memberi tanda check pada pilihan jawaban yang telah tersedia pada

format atau blangko pengamatan. Data yang dikumpulkan berupa data primer baik

dari nilai Barthel maupun nilai Braden.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data terkumpul dengan langkah sebagai berikut :

melakukan pengecekan kembali data-data yang diperoleh, kelengkapan data-data dan

isian data, kemudian tabulasi data nilai Skala Barthel untuk mengukur tingkat

Page 40: Dita Skripsi

kemandirian dan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus. Selanjutnya untuk

mengetahui hubungan antara Skala Barthel dengan Skala Braden dilakukan dengan

menggunakan statistik korelasi, yang dikenal dengan Korelasi Product-moment

Pearson.

Korelasi Product-moment digunakan untuk menentukan hubungan antara dua

gejala interval (Arikunto, 2002).

Rumus yang dapat digunakan untuk menentukan koefisien korelasi adalah :

N∑XY – (∑X) (∑Y)

rxy =

√{N∑X2 – (∑X)2} {N∑Y2 – (∑Y)2}

Setelah diperoleh nilai r, lalu dikonsultasikan ke tabel r- product moment atau

menggunakan cara lain yaitu dengan interpretasi terhadap koefisien korelasi (r).

Interpretasi nilai r tersebut adalah sebagai berikut :

0,01 – 0,39 : Korelasi lemah

0,4 – 0, 69 : Korelasi sedang

0,7 – 0,9 : Korelasi kuat

0,9 – 1 : Korelasi sangat kuat

Setelah diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut, kemudian

dilanjutkan dengan analisis Regresi, regresi digunakan dalam analisis statistik

dalam mengembangkan suatu persamaan untuk meramalkan sesuatu variabel dari

variabel kedua yang telah diketahui.

Page 41: Dita Skripsi

Dalam analisis regresi, ada beberapa hal yang harus dicari yaitu :

1. Grafik regresi, termasuk garis regresi yaitu garis yang menyatakan hubungan

antara kedua variabel.

2. Persamaan regresi.

I. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan kegiatan pengajuan judul, persetujuan

judul, studi pendahuluan ke RS Dr. Sardjito, menyusun proposal, mengurus

perijinan dari fakultas dan RS Dr. Sardjito Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama satu (1) bulan yaitu mulai tanggal 8

November 2004 – 8 Desember 2004 di Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta.

Pengumpulan data dilakukan oleh satu orang perawat observer, yang sebelumnya

telah diberi penjelasan oleh peneliti mengenai cara pengukuran Skala Barthel dan

Skala Braden. Skala Barthel digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan

ADL pasien dan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pasien. Setiap

pasien stroke yang sesuai kriteria inklusi dilakukan pengukuran Skala Barthel dan

Skala Braden sebanyak dua (2) kali yaitu pada hari ketiga rawat inap dan sewaktu

pasien akan pulang. Hasil pengukuran kedua (sewaktu pasien akan pulang)

diharapkan berbeda dengan hasil pengukuran pertama (hari ketiga rawat inap)

sehingga didapatkan dua hasil pengukuran pada setiap pasien. Namun apabila

hasil pengukuran kedua ternyata sama dengan hasil pengukuran pertama maka

Page 42: Dita Skripsi

hanya dianggap satu hasil pengukuran saja. Pada penelitian ini didapatkan empat

puluh empat (44) hasil pengukuran Skala Barthel dan Skala Braden.

3. Tahap Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh diedit, dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi

dan analisis regresi, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

J. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah subjek penelitian yang diambil hanya pasien

stroke yang dirawat inap di Unit Stroke RS Dr. Sardjito saja yang sebagian besar

pasien stroke fase akut sehingga data hasil pengukuran kurang bervariasi, namun

untuk mengatasi hal tersebut diatas peneliti melakukan pengukuran sebanyak dua

kali pada pasien, Hasil pengukuran yang kedua diharapkan akan berbeda dengan

hasil pengukuran pertama sehingga akan didapatkan data hasil pengukuran yang

lebih bervariasi.

Page 43: Dita Skripsi

C. BAB IV

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta selama satu bulan

yaitu mulai tanggal 8 November 2004 sampai 8 Desember 2004.

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, dan jenis

stroke.

E. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Variabel Frekuensi %

Usia (tahun)

* <45 tahun 2 7,4%

* 45-59 tahun 15 55,6%

* 60-74 tahun 8 29,6%

* >75 tahun 2 7,4%

Jenis Kelamin

* Laki-laki 15 55,6%

* Perempuan 12 44,4%

Jenis Stroke

* Hemorragic 12 44,4%

* Infark 15 55,6%

(non hemorragic)

Pada tabel 1. Menunjukkan bahwa kebanyakan responden berusia antara 45-59

tahun sebanyak 15 orang (55,6%). Berdasarkan karakteristik responden ini, dapat

Page 44: Dita Skripsi

diketahui bahwa penyakit stroke banyak diderita oleh usia di atas 45 tahun, hal ini

didukung oleh pernyataan Meiwanto (2003) yang mengatakan bahwa risiko terkena

stroke bertambah seiring bertambahnya usia, khususnya usia diatas 60 tahun.

Menurut Luckmann&Sorensen’s (1993) mengatakan bahwa usia juga merupakan

faktor risiko terjadinya stroke, insidensi kejadian stroke meningkat seiring

bertambahnya usia seseorang. Umumnya stroke diderita oleh orang tua karena

adanya proses penuaan yang menyebabkan pembuluh darah mengeras, menyempit

dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis).

Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 15 orang (55,6%).

Menurut Meiwanto (2003) yang mengatakan bahwa resiko terkena stroke pada pria

lebih tinggi daripada wanita sampai usia 55 tahun, setelah usia 55 tahun wanita

mempunyai tingkat resiko yang sama dengan pria. Hal ini sama dengan hasil

penelitian diatas, dari 27 responden sebagian besar responden yang menderita stroke

adalah laki-laki sebanyak 15 orang (55,6%), sedangkan wanita ada 12 orang

(44,4%).

Jenis stroke yang dialami responden kebanyakan termasuk stroke infark (non

hemorragic stroke) sebanyak 15 orang (55,6%). sedangkan jenis hemorragic stroke

44,4% (12 orang). Diketahui bahwa kasus non hemorragic stroke mencapai 80%

dari seluruh kasus stroke. Menurut American Heart Association (1993) mengatakan

bahwa insidensi untuk kasus non hemmoragic stroke paling banyak disebabkan

karena adanya trombosis (arteri yang mensuplai darah ke otak terblok) sehingga

terjadi penurunan aliran darah. Sedangkan untuk jenis hemorragic stroke kira-kira

20% dari seluruh kasus stroke (LeMone&Burke, 1996).

Page 45: Dita Skripsi

2. Pengukuran Skala Barthel

Skala Barthel digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan terhadap

aktivitas dasar sehari-hari (ADL) pasien. Skala Barthel terdiri dari sepuluh item.

Tingkat ketergantungan terhadap ADL dikategorikan menjadi ketergantungan total

dengan skors 0-20, berat skors 25-40, sedang skors 45-55, ringan skors 60-95, dan

mandiri / tanpa bantuan skors 100.

Setiap pasien stroke diukur nilai Barthelnya sebanyak dua kali (hari ketiga rawat

inap dan sewaktu akan pulang), jika hasil pengukuran yang kedua sama dengan hasil

yang pertama maka hanya dianggap sebagai satu hasil pengukuran saja. Jumlah

pengukuran Skala Barthel yang didapatkan sebanyak 54 pengukuran, yang memenuhi

kriteria penelitian sebanyak 44 pengukuran dan yang dikeluarkan ada 10 pengukuran

yaitu yang hasil pengukuran kedua ternyata sama dengan hasil yang pertama.

F. Tabel 2. Pengukuran dengan Skala Barthel

No Rentang Nilai Barthel N Kategori

1. 0 – 20 24 Ketergantungan total 2. 25 – 40 4 Ketergantungan berat 3. 45 – 55 2 Ketergantungan sedang 4. 60 – 95 9 Ketergantungan ringan 5. 100 5 Mandiri/tanpa bantuan 44

Berdasarkan tabel 2. Di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar hasil

pengukuran nilai Barthel ada dalam rentang nilai 0-20 dan termasuk dalam tingkat

ketergantungan total terhadap ADL ; ada 2 pengukuran yang termasuk dalam kategori

ketergantungan sedang sedangkan yang mandiri ada 5 pengukuran. Hal ini sama

dengan hasil penelitian Indayani (2000) yang mengatakan bahwa pada penderita

Page 46: Dita Skripsi

stroke fase akut cenderung mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari (ADL) sehingga perlu perawatan yang

profesional dan intensif. Selain itu gangguan yang muncul pada pasien stroke seperti;

kelumpuhan, kesulitan bicara, gangguan kognitif juga dapat menimbulkan

ketergantungan ADL pada pasien.

3. Pengukuran Skala Braden

Skala Braden (Braden Scale) digunakan untuk mengukur risiko dekubitus. Rentang

nilai Braden antara 6 – 23 dan dikategorikan menjadi risiko sangat tinggi skors 6-10,

tinggi skors 11-15, sedang skors 16-19, dan rendah skors 20- 23.

Pada pasien stroke diukur nilai Bradennya sebanyak dua kali yaitu hari ketiga rawat

inap dan sewaktu pasien akan pulang, jika hasil pengukuran nilai Braden yang kedua

sama dengan hasil pengukuran yang pertama maka hanya dianggap sebagai satu hasil

pengukuran saja. Jumlah pengukuran Braden ada 54 pengukuran, yang sesuai kriteria

penelitian sebanyak 44 pengukuran dan yang keluar ada 10 pengukuran karena hasil

yang kedua sama dengan hasil yang pertama.

G. Tabel 3. Pengukuran dengan Skala Braden

No Rentang Nilai Braden N Kategori

1. 6 – 10 18 Risiko sangat tinggi

2. 11 – 15 9 Risiko tinggi

3. 16 – 19 6 Risiko sedang

4. 20 – 23 11 Risiko rendah

44

Sumber : Data Primer

Page 47: Dita Skripsi

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 3. diatas menunjukkan bahwa

kebanyakan hasil pengukuran pada responden ada dalam rentang

nilai Braden 6-10 dan termasuk kategori risiko dekubitus sangat

tinggi. Dan yang masuk dalam rentang nilai Braden 16-19 (risiko

dekubitus sedang) sebanyak 6 pengukuran.

Hal tersebut karena sebagian besar pasien yang dirawat di Unit Stroke adalah

pasien stroke fase akut yang dikirim dari Unit Gawat Darurat, pasien membutuhkan

perawatan intensif dan minimal ditirah baringkan selama 2 (dua) hari. Menurut

Setiati (2000), pada pasien stroke terutama fase akut umumnya mengalami

ketidakmampuan bergerak atau gangguan mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik

ini yang meningkatkan risiko pasien terhadap dekubitus, seperti yang dikemukakan

oleh Olivieri (1995) bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan faktor risiko

terjadinya dekubitus. Hasil penelitian dari Khoiriyati (2002) juga menjelaskan bahwa

diagnosa medis yang dominan beresiko dekubitus adalah stroke.

4. Distribusi Tingkat Ketergantungan ADL berdasarkan Risiko Dekubitus

Tabel 4. Distribusi frekuensi tingkat ketergantungan ADL berdasarkan risiko

dekubitus.

Rsk. Dekubitus Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah N (6 – 10) (11–15) (16-19) (20-23)

Ketergantungan ADL Total (0-20) 18 6 0 0 24 Berat (25-40) 0 3 1 0 4 Sedang (45-55) 0 0 2 0 2

Ringan (60-95) 0 0 3 6 9 Mandiri (100) 0 0 0 5 5

Page 48: Dita Skripsi

N 18 9 6 11 44

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

stroke dengan risiko dekubitus sangat tinggi mempunyai tingkat

ketergantungan total terhadap ADL (18 pengukuran) ; ada 6 pengukuran

yang juga menunjukkan bahwa responden dengan risiko dekubitus tinggi juga

mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap ADL. Sebagian

pengukuran dengan resiko dekubitus rendah ternyata juga mempunyai tingkat

ketergantungan yang rendah pula atau bahkan mandiri / tanpa bantuan

sebanyak 11 pengukuran. Data diatas menunjukkan kecenderungan yang

sama antara keduanya artinya bahwa semakin rendah risiko dekubitus

seseorang maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan terhadap ADL.

Hal tersebut bisa disebabkan karena beberapa kondisi pasien seperti : pasien harus

ditirahbaringkan total (bedrest) minimal dua hari, kelemahan dan penurunan fungsi

vital tubuh sehingga pasien membutuhkan bantuan / pertolongan orang lain terutama

dalam memenuhi kebutuhan ADLnya. Kondisi pasien yang serba tergantung dan

lama perawatan pasien stroke juga mengakibatkan meningkatnya risiko terjadi

dekubitus. Dari penjelasan di atas, menunjukkan ada kecenderungan bahwa semakin

meningkat tingkat ketergantungan pasien maka semakin besar risiko pasien terkena

dekubitus.

5. Tabel 5. Distribusi jenis stroke berdasarkan tingkat ketergantungan ADL dan risiko

dekubitus.

No Jns Stroke Tingkat ket. N Risiko N ADL dekubitus 1. Hemorragic Total 11 Sangat tinggi 9 Berat 2 Tinggi 4

Page 49: Dita Skripsi

Sedang 0 Sedang 1 Ringan 4 Rendah 5 Mandiri 2 2. Infark Total 13 Sangat tinggi 8 Berat 2 Tinggi 6 Sedang 2 Sedang 5 Ringan 5 Rendah 6 Mandiri 3 44 44 Sumber : Data Primer

Pada tabel 5. terlihat bahwa kebanyakan responden dengan stroke

hemorrhagic mempunyai resiko dekubitus sangat tinggi dan tingkat

ketergantungan total terhadap ADL. Menurut LeMone&Burke (1996) yaitu

pada pasien dengan stroke hemorragic lebih berisiko cepat mengalami koma

karena adanya perdarahan di otak, keadaan ini membuat pasien menjadi

sangat tergantung dalam pemenuhan ADLnya. Selain itu pasien yang

mengalami perdarahan diharuskan untuk bedrest total minimal tiga hari

supaya perdarahan tidak bertambah parah, pasien dilarang bangun dan tidak

boleh banyak bergerak sehingga pada pasien seperti inilah yang berisiko

terjadi dekubitus.

Begitu pula responden dengan stroke infark juga mempunyai resiko

sangat tinggi terjadinya dekubitus dan tingkat ketergantungan total terhadap

ADL, karena sebagian besar responden yang diteliti termasuk stroke fase akut

sehingga kondisi pasien cenderung masih labil dan adanya gangguan yang

muncul seperti : gangguan kesadaran, gangguan motorik, gangguan

komunikasi dan lain-lain yang membuat pasien membutuhkan perawatan

Page 50: Dita Skripsi

intensif. Sedangkan yang mandiri dan risiko dekubitusnya rendah hanya

sebagian kecil saja,

6. Analisis Data

a. Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara Skala Barthel untuk mengukur tingkat

kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien

stroke dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi Product Moment

(Pearson). Korelasi Product Moment digunakan untuk menentukan hubungan

antara dua gejala interval (Arikunto, 2002).

Uji Korelasi Product Moment Pearson

Tabel 6. Korelasi antara Skala Barthel dan Skala Braden

Nilai Barthel Nilai Braden

Nilai Barthel Korelasi Pearson 1 0,923 (**)

Sig. (2-tailed) . 0,000

N 44 44

Nilai Braden Korelasi Pearson 0,923 (**) 1

Sig. (2-tailed) 0,000 .

N 44 44

** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed)

Korelasi antara skala Barthel dan Skala Braden dengan uji korelasi Product

Moment Pearson, pada tabel 6. didapatkan nilai r = 0,923 dengan p < 0,05 yang

berarti ada hubungan positif dan signifikan antara nilai Barthel dan nilai Braden.

Nilai r = 0,923 menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara Skala

Barthel untuk mengukur tingkat kemandirian dan Skala Braden untuk mengukur

Page 51: Dita Skripsi

risiko dekubitus pada pasien stroke. Hal ini bisa juga dilihat dari adanya tanda **

pada angka korelasi, yang artinya sama yaitu angka korelasi memang signifikan.

Data dan koefisien yang diperoleh dalam sampel tersebut dapat digeneralisasikan

pada populasi dimana sampel diambil atau data tersebut mencerminkan keadaan

populasi.

b. Regresi Linear

Grafik Regresi Linear antara Skala Barthel dan Skala Braden :

Nilai Braden

Nilai Barthel

120100806040200-20

30

20

10

0

Observed

Linear

Gambar grafik regresi di atas menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara

nilai Barthel dengan nilai Braden. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi /

meramalkan suatu variabel dari variabel kedua yang telah diketahui. Perhatikan

grafik regresi antara nilai Barthel dan nilai Braden yang menunjukkan hubungan

Page 52: Dita Skripsi

nilai Barthel dengan nilai Braden. Pada grafik tersebut terlihat bentuk garis yang

linear, dengan grafik data observasi hampir berhimpit dengan garis hasil model

regresi. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak untuk

memprediksi Nilai Braden. Dari grafik tersebut juga menunjukkan bahwa

semakin besar nilai Barthel maka semakin besar pula nilai Braden. Artinya

semakin mandiri seseorang maka risiko dekubitusnya semakin rendah.

Berdasarkan grafik data observasi dapat ditarik suatu garis linear yang

menghasilkan suatu rumus persamaan regresi. Persamaan regresi digunakan untuk

meramalkan nilai Braden dengan menggunakan nilai Barthel yang sudah

diketahui sebelumya.

Persamaan Regresi

Secara Umum Model Persamaan Regresi Linear adalah:

Y = a + bx

a = 7, 836933

b = 0, 166648

Jadi Persamaanya adalah:

Y = 7, 836933 + 0, 166648 X

Nilai Braden = 7, 836933 + 0, 166648 Nilai Barthel

Dibulatkan menjadi :

1 Nilai Braden = x Nilai Barthel + 8 5

Dengan rumus persamaan regresi di atas dapat dihitung nilai Braden berdasarkan

nilai Barthel yang sudah diketahui. Lihat pada tabel 7. di bawah ini.

Page 53: Dita Skripsi

Tabel 7. Hasil Perhitungan Nilai Barthel berdasarkan rumus persamaan regresi di

atas.

No. Nilai Barthel Nilai Braden Risiko dekubitus

1. 0 – 10 6 – 10 Risiko sangat tinggi

2. 15 – 35 11 – 15 Risiko tinggi

3. 40 – 55 16 – 19 Risiko sedang

4. 60 – 100 20 – 23 Risiko rendah

Tabel 7. di atas merupakan hasil perhitungan nilai Barthel (sudah diketahui)

dengan menggunakan rumus persamaan regresi yang menghasilkan nilai Braden,

dimana hasil tersebut dapat dibagi menjadi empat (4) kategori risiko dekubitus.

Page 54: Dita Skripsi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Mayoritas responden (Pasien Stroke) mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap

pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari (ADL).

2. Mayoritas responden (Pasien Stroke) mempunyai risiko sangat tinggi terjadi dekubitus.

3. Hasil perhitungan dengan uji statistik Product Moment (Pearson) menunjukkan bahwa ada

hubungan atau korelasi yang sangat kuat dan signifikan antara Skala Barthel dan Skala Braden

pada pasien stroke.

4. Hasil Regresi Linear menunjukkan bahwa semakin besar nilai Barthel maka semakin besar pula

nilai Braden ( semakin tinggi tingkat kemandirian pasien maka semakin rendah risiko terjadinya

dekubitus)

B. Saran

1. Bagi Perawat :

Pada pasien yang perlu dilakukan dua pengukuran yaitu Skala Barthel (mengukur tingkat kemandirian/ketergantungan ADL) dan Skala Braden (mengukur risiko dekubitus), maka perawat dapat menggunakan satu alat ukur saja yaitu Skala Barthel dan dengan rumus persamaan :

Nilai Braden = (0,2 x Nilai Barthel) + 8.

2. Bagi Peneliti Lain :

a. Meneliti tentang keefektifan penggunaan Skala Braden dalam mengidentifikasi risiko

dekubitus

b. Meneliti tentang perbedaan antara tingkat ketergantungan ADL pada pasien stroke

hemorragic dan stroke infark.

Page 55: Dita Skripsi

H. DAFTAR PUSTAKA

Agus, M.B. (1999). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Latihan Secara

Mandiri Dengan Pelaksanaan Latihan Bagi Pasien Stroke di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta (skripsi). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Beaqlehole, R. et al. (1997). Dasar-Dasar Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Blocker, WP. (1992). Maintaining Functional Indepedence by Mobilizing The Aged,

Geriatrics, Capobianco, ML and Mc Donald, DD. (1996). Factors Affecting The Predictive Validity

of The Braden Scale. Adv Wound care. Catur Meiwanto. (2003). Stroke: Masalah dan Pencegahannya. Jakarta. Available from

URL: http//www.detikhealth.com. De haan, R. et al. (2000). Clinicmetric Evaluation of The Barthel Index: a measure of limitations in daily activities. Amsterdam: Academisch Medisch

Centrum. Elizabeth, A. (1999). Predicting Pressure Ulcer Risk. Hartford Institute for Geriatrics

Nursing. Ellis, J. et al. (1996). Modules for Basic Nursing Skills. (6th ed), Volume I. Lippincott. Gaffar, J. (1999). Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Granger, CV. et al. (1998). Stroke Rehabilitation: Analysis of Repeated Barthel Index

Measures. Available from URL: http//www.ncbi.com. Huddak and Gallo. (1995). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. (7th ed). Jakarta:

EGC. Joyce, MB. et al. (1997). Medical-Surgical Nursing: Clinical Management for Continuity

of Care. Philadelphia: WB Saunders Company. Joyce, MB. et al. (1993). Medical-Surgical Nursing: A Psychophysiologic Approach. (4th

ed). Philadelphia: WB Saunders Company. LeMone, P and Burke, KM. (1996). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking in

Client Care. Addison Wesley Nursing. Mahoney, FI and Barthel, DW. (1965). Functional Evaluation: The Barthel Index. Md

Med State.

Page 56: Dita Skripsi

Morton, PG. (1991). Health Assesment in Nursing. Pennsylavania: Springhouse. Nancy Roper. (1996). Prinsip-Prinsip Keperawatan. Yogyakarta: Yayasan Essential

Medica dan Yayasan Andi. Olivier, K. (1995). Fundamental of Nursing: Concepts Process and Practice. (4th ed).

Menlo Park, CA: Addison-Wesley. Olshansky, K. (1998). Pressure Ulcer Risk Assesment Scales-The Missing Link.

Pennsylavania: Springhouse. Potter, PA and Perry, AG. (1993). Fundamental of Nursing: Concepts Process and

Practice. (9th ed). Missouri: Mosby Year Book. Prita Handayani. (2000). Profil Intervensi Keperawatan Pada Pasien Stroke di Bangsal

Saraf RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta (skripsi). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Sanusi, R. (1995). Epidemiologi Modern. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara dan

Yayasan Essential Medica.

Shah, S. et al. (1984). Improving The Sensitivity of The Barthel Index for Stroke Rehabilitation. Australia: St Lucia University of Queensland.

Siti Setiati. (2000). Imobilisasi: Masalah dan Pengelolaannya di Bidang Geriatric.

Jakarta: RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. Soekidjo Notoatmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta:

Rineka Cipta. Sri Purwaningsih. (2002). Analisis Dekubitus Pada Pasien Tirah Baring di Ruang A1,

B1, C1, D1 dan Ruang B3 Irna I RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta (skripsi). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Steve Selvin. (1996). Statistic Analysis of Epidemiologic Data. (2nd ed). Oxford

University Press. Sue Hinchliff. (1999). Kamus Keperawatan. (17th ed). Jakarta: EGC. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Susan, MT. Et al. (1998). Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis

dan Evaluasi.(5th ed). Jakarta: EGC.

Page 57: Dita Skripsi

Sutrisno Hadi. (1976). Metodologi Research. Jilid I (4th ed). Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan, Fakultas Psikologi UGM. Vaughan, JP and Morrow, RH. (1993). Panduan Epidemiologi. Bandung: Penerbit ITB. Vitri Handayani. (2003). Tingkat Kemandirian Pasien PascaBedah Mayor Dalam

Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari di Irna RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta (skripsi). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

Walpole, R. (1988). Pengantar Statistika. (3th ed). Jakarta: Penerbit PT Gramedia. William, C. (1987). Statistik untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran dan Ilmu yang

bertautan. Bandung: Penerbit ITB.

Page 58: Dita Skripsi

DATA RESPO

NDEN

NAMA USIA (th) JNS KEL JENIS STROKE NILAI BRADEN NILAI BARTHEL

Dlm 57 L Hemorragic 14 10 21 60 Spr 42 L Hemorragic 22 60 23 100 Stm 72 P Infark 7 5 13 25 Umi 59 P Infark 16 25 21 90 Ryt 72 L Infark 14 20 17 50 Tmn 79 L Infark 8 0 Sph 57 P Infark 10 10 23 100 Sdd 49 P Infark 7 5 19 95 Hrd 50 L Hemorragic 8 0 Yhd 64 L Infark 11 5 23 100 Agd 52 P Hemorragic 6 0 Sgd 63 L Hemorragic 6 0 Whd 46 L Infark 9 10 Irn 40 L Hemorragic 12 25

20 65 Swd 55 L Hemorragic 10 0 17 65 Ktn 68 P Infark 6 0 Skr 46 L Infark 6 0 20 70 Brt 56 L Hemorragic 6 0 14 20

Page 59: Dita Skripsi

Hrg 90 L Infark 14 10 18 80 Tbn 58 L Hemorragic 8 5 23 100

Wsn 58 L Infark 6 0 Mnc 59 P Infark 18 45 23 100 Mrs 63 P Infark 13 5 22 90 Krt 59 P Hemorragic 7 0 Pry 72 P Infark 6 0 Sgy 60 P Hemorragic 7 10 Pri 50 P Hemorragic 6 0

15 40

Page 60: Dita Skripsi

Curve Fit MODEL: MOD_3. Dependent variable.. BRADEN Method.. LINEAR Listwise Deletion of Missing Data Multiple R .92783 R Square .86086 Adjusted R Square .85819 Standard Error 2.36754 Analysis of Variance: DF Sum of Squares Mean Square Regression 1 1803.3616 1803.3616 Residuals 52 291.4717 5.6052 F = 321.72870 Signif F = .0000 -------------------- Variables in the Equation -------------------- Variable B SE B Beta T Sig T BARTHEL .166648 .009291 .927826 17.937 .0000 (Constant) 7.836933 .410126 19.109 .0000 The following new variables are being created: Name Label FIT_1 Fit for BRADEN with BARTHEL from CURVEFIT, MOD_3 LINEAR

Nilai Braden

Nilai Barthel

120100806040200-20

30

20

10

0

Observed

Linear

Page 61: Dita Skripsi

Analisis: 1. Model Summary

Variabel Independent adalah Nilai Barthel, sedangkan variabel dependen adalah Nilai Braden. Angka

R Sq ( R Square ) atau Koefisien determinasi sebesar 0, 86086 yang menunjukkan bahwa 86, 086 %

Nilai Braden dapat dijelaskan oleh Nilai Barthel. Koefisien ini sangat tinggi dan menunjukkan eratnya

hubungan output Nilai Braden dengan Nilai Barthel. Perhatikan nilai Multiple R atau koefisien

korelasinya 0, 92383 yang apabila dibulatkan menjadi 0, 923, tentunya hasil ini sama dengan hasil

koefisien korelasi Product Moment

2. Anova

Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah 321, 72870 dengan tingkat signifikansi 0, 000

yang lebih kecil dari 0, 05. Hal ini berarti model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Nilai Braden.

3. Persamaan Regresi

Secara Umum Model Persamaan Regresi Linear adalah:

Y = a + bx

Pada output dapat dilihat:

a = 7, 836933

b = 0, 166648

Jadi Persamaanya adalah:

Y = 7, 836933 + 0, 166648 X

Nilai Braden = 7, 836933 + 0, 166648 Nilai Barthel

4. Grafik

Perhatikan grafik yang menunjukkan hubungan Nilai Braden dengan Nilai Barthel. Terlihat bentuk

garis yang linear, dengan grafik data observasi hampir berhimpit dengan garis hasil model regresi. Hal

ini menunjukkan model regresi layak untuk memprediksi Nilai Braden.

Page 62: Dita Skripsi

KATEGORI PENILAIAN

SKALA BRADEN

Nomor Subskala Skore Kemampuan Skore Hasil

I II

1 Persepsi - sensori 1 keterbatasan total 2 sangat terbatas 3 agak terbatas 4 tidak ada kelemahan

2 Kelembaban 1 kelembaban konstan 2 sangat lembab 3 kadang-kadang lembab 4 jarang lembab

3 Aktifitas 1 aktifitas di tempat tidur 2 di kursi 3 kadang-kadang berjalan 4 sering berjalan

4 Mobilitas 1 imobilitas total 2 sangat terbatas 3 agak terbatas 4 tidak ada keterbatasan

5 Nutrisi 1 sangat kurang 2 tidak adekuat 3 adekuat 4 sangat baik

6 Gesekan 1 masalah 2 masalah potensial 3 tidak ada masalah

Page 63: Dita Skripsi

Skore Total

Page 64: Dita Skripsi

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

INTISARI

Latar Belakang : Stroke merupakan penyakit degeneratif yang akut dan berat sehingga menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian ketiga setelah penyakit infeksi dan jantung. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta selama satu tahun (2003) dari 90 pasien yang meninggal sebanyak 19 pasien. Masalah yang muncul akibat stroke antara lain adalah gangguan motorik, gangguan eliminasi, gangguan persepsi sensori, gangguan komunikasi dan gangguan kognitif. Hal di atas menimbulkan ketergantungan pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari (ADL) dan meningkatkan risiko dekubitus pada pasien. Oleh sebab untuk mengidentifikasi tingkat ketergantungan ADL dapat digunakan Skala Barthel dan identifikasi risiko dekubitus dapat digunakan skala Braden. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Skala Barthel untuk mengukur kemandirian dengan Skala Braden untuk mengukur risiko dekubitus pada pasien stroke. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat inap di Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta, selama 1 bulan mulai tanggal 8 November 2004 sampai 8 Desember 2004. Dilakukan pengukuran Skala Barthel dan Skala Braden, pengukuran dilakukan dua kali yaitu hari ketiga rawat inap dan sewaktu pasien akan pulang, dan didapatkan 44 pengukuran. Analisa data menggunakan uji korelasi Product Moment (Pearson) dan Regresi Linear. Hasil : Pasien stroke kebanyakan mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap pemenuhan ADL dan berisiko sangat tinggi terjadi dekubitus. Hasil uji korelasi dengan Product Moment Pearson diperoleh nilai r = 0,923 dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat antara Skala Barthel dengan Skala Braden pada pasien stroke. Semakin besar nilai Barthel maka semakin besar pula nilai Braden. Kesimpulan : Semakin besar nilai Barthel, semakin besar nilai Braden (semakin tinggi kemandirian pasien maka semakin rendah risiko terjadi dekubitus). Kata Kunci : Stroke, Skala Barthel, Kemandirian, Skala Braden, Dekubitus.

ASSOSIATION BETWEEN BARTHEL INDEX TO MEASURE INDEPENDENCE WITH BRADEN

SCALE TO MEASURE DECUBITUS RISK OF PATIENT WITH STROKE IN DR SARDJITO HOSPITAL, YOGYAKARTA

Dita Witisnasari1, Khudazi Aulawi, S.Kp2, Christantie Effendy, S.Kp3

1 Student of Study Program of Nursing Science, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University 2 Lecture of Study Program of Nursing Science, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University 3 Lecture of Study Program of Nursing Science, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University

ABSTRACT

Page 65: Dita Skripsi

Background : Stroke represent heavy and acute degeneratif disease so that cause death which high enough. In Indonesia, stroke become third death cause after infection disease and heart. In RS Dr. Sardjito Yogyakarta during one year ( 2003) from 90 patient dying counted 19 patient. Problem of which emerge effect of stroke for example is motoric trouble, elimination trouble, sensori perception trouble, communications trouble and cognate trouble. Matter above generating depended accomplishment of activity daily living (ADL) and increased decubitus risk at patient. On the score of to identify storey level depended ADL can be used Barthel Index and identify decubitus risk used Braden scale. Purpose :This Research aim to know association between Barthel Index to measure independence with Braden Scale to measure decubitus risk at stroke patient. Method : This Research represent the non korelational experiment, with approach of cross sectional. This Research Subject is taken care of stroke patient in Unit Stroke RS Dr. Sardjito Yogyakarta, during 1 months from date 8 November 2004 until 8 December 2004. Done by measurement of Barthel Index and Braden Scale, measurement done twice that is third day take care of to lodge and patient time will go home, to be got by 44 measurement. Data analysis use Product Moment correlation test (Pearson) and linear regression. Result : Patient Stroke most having storey level depended to totalize to accomplishment of ADL and very high happened decubitus. Result of statistical correlation test with Product Moment Pearson obtained by r value = 0,923 and p < 0,05 indicating that there is strong correlation between Barthel Index with Braden Scale at stroke patient. Ever greater of Barthel value , ever greater also assess Braden. Conclusion : Ever greater of Barthel value, ever greater of Braden value (patient independence excelsior hence progressively lower risk happened decubitus). Keywords : Stroke, Barthel Index, Independence, Braden Scale, Decubitus

P ENDAHULUAN

Stroke merupakan salah satu penyakit degeneratif yang insidensi kejadiaannya meningkat akhir-

akhir ini. Stroke sebagai akibat dari penyakit pembuluh darah otak semakin sering dijumpai di rumah

sakit. Gejala yang ditimbulkan bersifat akut dan berat sehingga menyebabkan insidensi kematian yang

cukup tinggi (Chandra, 1980).

Sebagai perbandingan, di Amerika Serikat, stroke adalah penyebab kematian ketiga setelah penyakit

jantung dan kanker. Kejadian stroke di Indonesia juga menjadi penyebab kematian ketiga setelah

penyakit infeksi dan jantung koroner. Sebanyak 28,5% penderita stroke di Indonesia meninggal

(Lumbantobing, 2002). Sedangkan di RSUP Dr. Sardjito, menurut data rekam medis (2003), selama

satu tahun terhitung mulai tanggal 1 januari hingga 31 desember 2002 terdapat 90 penderita stroke

dan meninggal dunia sebanyak 19 pasien stroke. RSUP Dr. Sardjito sekarang sudah mempunyai unit

tersendiri yang khusus untuk merawat pasien stroke yaitu Unit Stroke. Unit stroke mulai dibuka sejak

awal tahun 2004 dan rata-rata ada 20 hingga 30 pasien yang dirawat setiap bulannya.

Menurut Black (1993), masalah yang dapat muncul akibat penyakit stroke antara lain : gangguan

perfusi jaringan, gangguan komunikasi verbal, gangguan persepsi sensori, gangguan eliminasi urin

dan konstipasi, gangguan menelan, gangguan mobilitas fisik serta ketidakmampuan merawat diri.

Gangguan di atas meningkatkan ketregantungan ADL pasien stroke. Dalam melakukan pengkajian

kemandirian terhadap kegiatan hidup sehari-hari, perawat perlu memperhatikan status fungsional dan

Page 66: Dita Skripsi

mengidentifikasi masalah kesehatan aktual dan potensial yang berhubungan dengan kemampuan ADL

pasien (Handayani, 2003).

Skala Barthel merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengkaji tingkat kemandirian

terhadap aktivitas dasar sehari-hari dan mobilitas (fungsi fisik) seseorang.

Selain menimbulkan ketergantungan, gangguan tersebut berkaitan dengan kejadian dekubitus.

Menurut hasil penelitian Purwaningsih (2001), bahwa diagnosa medis yang dominan untuk terjadi

dekubitus adalah pada pasien stroke. Hal ini menunjukkan bahwa ada resiko terjadi gangguan

integritas kulit (dekubitus) pada pasien stroke.

Skala Braden merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur resiko terjadinya

dekubitus pada pasien. Penggunaan skala Braden dengan tepat dan konsisten akan membantu perawat

dalam mengidentifikasi lebih dini pasien yang mempunyai resiko terjadi dekubitus, dengan demikian

peran perawat dalam mencegah kejadian dekubitus dapat dilakukan (Elizabeth, 1999).

Berdasarkan penjelasan diatas, ada kecenderungan bahwa pada pasien stroke biasanya mempunyai

resiko dekubitus (nilai skala Braden turun) dan adanya ketidakmandirian terhadap akitivitas dasar

sehari-hari (nilai skala Barthel turun).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara skala Braden untuk mengukur resiko

dekubitus dengan skala Barthel untuk mengukur kemandirian pada pasien stroke di RS Dr. Sardjito

Yogyakarta.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen korelasional, dengan menggunakan pendekatan

cross sectional. Sampel yang diambil adalah pasien stroke yang memenuhi kriteria yaitu dirawat inap

lebih dari dua hari dan tidak dekubitus. Dilakukan pengukuran Skala barthel dan skala Braden

sebanyak dua kali yaitu hari ketiga rawat inap dan sewaktu paien akan pulang. Didapatkan 44

pengukuran. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan mulai tanggal 8 November 2004 sampai 8 Desember 2004 di Unit Stroke RS Dr.

Sardjito Yogyakarta.

Analisis data menggunakan uji statistic korelasi Product Moment Pearson dan analisis regresi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran unum responden adalah kebanyakan pasien stroke diderita oleh usia > 45

tahun, jenis kelamin laki-laki > wanita, kebanyakan termasuk stroke non hemorragic

(infark).

Pengukuran Skala Barthel Skala Barthel digunakan untuk mengukur tingkat ketergantungan terhadap aktivitas dasar sehari-

hari (ADL) pasien. Skala Barthel terdiri dari sepuluh item. Tingkat ketergantungan terhadap ADL

Page 67: Dita Skripsi

dikategorikan menjadi ketergantungan total dengan skors 0-20, berat skors 25-40, sedang skors 45-

55, ringan skors 60-95, dan mandiri / tanpa bantuan skors 100. Didapatkan pengukuran sebanyak 44.

Tabel 1. Pengukuran dengan Skala Barthel

No Rentang Nilai Barthel N Kategori

1. 0 – 20 24 Ketergantungan total

2. 25 – 40 4 Ketergantungan berat

3. 45 – 55 2 Ketergantungan sedang

4. 60 – 95 9 Ketergantungan ringan

5. 100 5 Mandiri/tanpa bantuan

44

Berdasarkan tabel 1. Di atas didapatkan hasil bahwa sebagian besar hasil pengukuran nilai Barthel ada dalam rentang nilai 0-20 dan termasuk dalam tingkat ketergantungan total terhadap ADL Hal ini sama dengan hasil penelitian Indayani (2000) yang mengatakan bahwa pada penderita stroke fase akut cenderung mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari (ADL) sehingga perlu perawatan yang profesional dan intensif. Selain itu gangguan yang muncul pada pasien stroke seperti; kelumpuhan, kesulitan bicara, gangguan kognitif juga dapat menimbulkan ketergantungan ADL pada pasien.

Pengukuran Skala Braden

Skala Braden (Braden Scale) digunakan untuk mengukur risiko dekubitus. Rentang

nilai Braden antara 6 – 23 dan dikategorikan menjadi risiko sangat tinggi skors 6-10,

tinggi skors 11-15, sedang skors 16-19, dan rendah skors 20- 23. Didapatkan 44

pengukuran nilai Braden. Tabel 2. Pengukuran dengan Skala Braden

No Rentang Nilai Braden N Kategori

1. 6 – 10 18 Risiko sangat tinggi

2. 11 – 15 9 Risiko tinggi

3. 16 – 19 6 Risiko sedang

4. 20 – 23 11 Risiko rendah

44

Page 68: Dita Skripsi

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 2. diatas menunjukkan bahwa kebanyakan hasil pengukuran pada responden ada dalam rentang nilai Braden antara 6-10 dan termasuk kategori risiko dekubitus sangat tinggi.

Hal tersebut karena sebagian besar pasien yang dirawat di Unit Stroke adalah

pasien stroke fase akut yang dikirim dari Unit Gawat Darurat, pasien membutuhkan

perawatan intensif dan minimal ditirah baringkan selama 2 (dua) hari. Menurut

Setiati (2000), pada pasien stroke terutama fase akut umumnya mengalami

ketidakmampuan bergerak atau gangguan mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik

ini yang meningkatkan risiko pasien terhadap dekubitus, seperti yang dikemukakan

oleh Olivieri (1995) bahwa gangguan mobilitas fisik merupakan faktor risiko

terjadinya dekubitus. Hasil penelitian dari Khoiriyati (2002) juga menjelaskan bahwa

diagnosa medis yang dominan beresiko dekubitus adalah stroke.

Distribusi Tingkat Ketergantungan ADL berdasarkan Risiko Dekubitus Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat ketergantungan ADL berdasarkan risiko

dekubitus. Rsk. Dekubitus Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah N (6 – 10) (11–15) (16-19) (20-23)

Ktg. ADL

Total (0-20) 18 6 0 0 24

Berat (25-40) 0 3 1 0 4

Sedang (45-55) 0 0 2 0 2

Ringan (60-95) 0 0 3 6 9

Mandiri (100) 0 0 0 5 5

18 9 6 11 44

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden stroke dengan risiko dekubitus sangat tinggi mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap ADL Data diatas menunjukkan kecenderungan yang sama antara keduanya

Page 69: Dita Skripsi

artinya bahwa semakin rendah risiko dekubitus seseorang maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan terhadap ADL.

Hal tersebut bisa disebabkan karena beberapa kondisi pasien seperti : pasien harus

bedrest total minimal dua hari, kelemahan dan penurunan fungsi vital tubuh sehingga

pasien membutuhkan bantuan / pertolongan orang lain terutama dalam memenuhi

kebutuhan ADLnya. Kondisi pasien yang serba tergantung dan lama perawatan

pasien stroke juga mengakibatkan meningkatnya risiko terjadi dekubitus. Dari

penjelasan di atas, menunjukkan ada kecenderungan bahwa semakin meningkat

tingkat ketergantungan pasien maka semakin besar risiko pasien terkena dekubitus. Korelasi antara skala Barthel dan Skala Braden dengan uji korelasi Product Moment Pearson,

didapatkan nilai r = 0,923 dengan p < 0,05 yang berarti ada hubungan positif dan signifikan antara

nilai Barthel dan nilai Braden. Nilai r = 0,923 menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat kuat

antara Skala Barthel untuk mengukur tingkat kemandirian dan Skala Braden untuk mengukur risiko

dekubitus pada pasien stroke.

Regresi Linear

Grafik Regresi Linear antara Skala Barthel dan Skala Braden :

Nilai Braden

Nilai Barthel

120100806040200-20

30

20

10

0

Observed

Linear

Gambar grafik regresi di atas menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara nilai Barthel

dengan nilai Braden. Analisis regresi digunakan untuk memprediksi / meramalkan suatu variabel

dari variabel kedua yang telah diketahui. Perhatikan grafik regresi antara nilai Barthel dan nilai

Braden yang menunjukkan hubungan nilai Barthel dengan nilai Braden. Dari grafik tersebut juga

Page 70: Dita Skripsi

menunjukkan bahwa semakin besar nilai Barthel maka semakin besar pula nilai Braden. Artinya

semakin mandiri seseorang maka risiko dekubitusnya semakin rendah.

Berdasarkan grafik data observasi dapat ditarik suatu garis linear yang menghasilkan suatu

rumus persamaan regresi. Persamaan regresi digunakan untuk meramalkan nilai Braden dengan

menggunakan nilai Barthel yang sudah diketahui sebelumya.

Rumus Persamaan : Nilai Braden = ( 0,2 x Nilai Barthel ) + 8

Hasil Perhitungan Nilai Barthel berdasarkan rumus persamaan regresi

No. Nilai Barthel Nilai Braden Risiko dekubitus

1. 0 – 10 6 – 10 Risiko sangat tinggi

2. 15 – 35 11 – 15 Risiko tinggi

3. 40 – 55 16 – 19 Risiko sedang

4. 60 – 100 20 – 23 Risiko rendah

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Mayoritas responden (Pasien Stroke) mempunyai tingkat ketergantungan total terhadap pemenuhan

aktivitas dasar sehari-hari (ADL). Dan juga pasien stroke mempunyai risiko sangat tinggi terjadi

dekubitus. Hasil perhitungan dengan uji statistik Product Moment (Pearson) menunjukkan bahwa ada

hubungan atau korelasi yang sangat kuat dan signifikan antara Skala Barthel dan Skala Braden pada

pasien stroke. Hasil Regresi Linear menunjukkan bahwa semakin besar nilai Barthel maka semakin

besar pula nilai Braden ( semakin tinggi tingkat kemandirian pasien maka semakin rendah risiko

terjadinya dekubitus)

Saran

Bagi Perawat pada pasien yang perlu dilakukan dua pengukuran yaitu Skala Barthel (mengukur

tingkat kemandirian/ketergantungan ADL) dan Skala Braden (mengukur risiko dekubitus), maka

perawat dapat menggunakan satu alat ukur saja yaitu Skala Barthel dan dengan rumus persamaan :

Nilai Braden = (0,2 x Nilai Barthel) + 8. Bagi Peneliti Lain meneliti tentang keefektifan penggunaan Skala Braden dalam mengidentifikasi

risiko dekubitus. Meneliti tentang perbedaan antara tingkat ketergantungan ADL pada pasien stroke

hemorragic dan stroke infark.

DAFTAR PUSTAKA

Page 71: Dita Skripsi

1. Meiwanto, C. 2003. Stroke : Masalah Dan Pencegahannya. Jakarta. Available From URL

:http//www.detikhealth.com.

2. Black, JM. et al. 1993. Medical-Surgical Nursing : A Psychophysiologic Approach. 4th ed. Philadelpia :

WB Saunders Company.

3. Handayani. 2003. Hubungan Tingkat Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari-hari Dengan Tingkat

Depresi Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Jogjakarta. Skripsi.

UGM.

4. Purwaningsih, S. 2001. Analisis Dekubitus Pada Pasien Tirah Baring Di Ruang A1, B1, C1, D1 Dan

Ruang B3 Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi. UGM.

5. Elizabeth, A. 1999. Predicting Pressure Ulcer Risk. Hartford Institute For Geriatric Nursing.

6. Indayani, P. 2000. Profil Intervensi Keperawatan Pada Pasien Stroke Di Bangsal Saraf RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta. Skripsi. UGM.

7. Setiati, S. 2000. Imobilisasi : Masalah Dan Pengelolaannya Di Bidang Geriatric. Jakarta : RSUP Dr.

Cipto Mangunkusumo.

8. Olivieri, K. 1995. Fundamental Of Nursing : Concepts Process And Practice. 4th ed. Menlo Park, CA :

Addison-Wesley.

9. Khoiriyati. 2002. Penilaian Tingkat Risiko Terhadap Dekubitus Pada Pasien Yang Dirawat Di Ruang

B3 (Dahlia) Penyakit Saraf Di RS Sardjito Yogyakarta. Skripsi. UGM.

10. LeMone, P and Burke, KM. 1996. Medical Surgical Nursing : Critical Thinking In Client Care.

Addison Wesley Nursing.

Page 72: Dita Skripsi