case bronkopneumonia

27
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTIFIKASI Nama : By. A Umur : 40 hari Jenis kelamin : Laki - laki Berat Badan : 5 kg Panjang Badan : 59 cm Agama : Islam Alamat : 7 Ulu, Palembang Kebangsaan : Indonesia MRS : 23 April 2012 B. ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu penderita, 28 April 2012) Keluhan Utama: Sesak Nafas Keluhan Tambahan : Batuk Riwayat Perjalanan Penyakit Lima hari SMRS penderita mengalami demam (+),batuk (+),pilek (+),sesak nafas (-), mencret (-), Penderita juga mengalami muntah sebanyak 3 kali per hari, isinya adalah makanan yang dimakan. Penderita masih bisa minum, rewel (+). Penderita belum di bawa berobat oleh orang tuanya. Dua hari SMRS, os demam makin tinggi, batuk (+), pilek (+), sesak nafas (+), sesak tidak berhubungan dengan cuaca, aktivitas dan posisi, muntah (-), mencret (-). Os dibawa 1

Upload: blinkbumbum

Post on 09-Aug-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bronkopneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Case Bronkopneumonia

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI

Nama : By. A

Umur : 40 hari

Jenis kelamin : Laki - laki

Berat Badan : 5 kg

Panjang Badan : 59 cm

Agama : Islam

Alamat : 7 Ulu, Palembang

Kebangsaan : Indonesia

MRS : 23 April 2012

B. ANAMNESIS

(alloanamnesis dengan ibu penderita, 28 April 2012)

Keluhan Utama: Sesak Nafas

Keluhan Tambahan : Batuk

Riwayat Perjalanan Penyakit

Lima hari SMRS penderita mengalami demam (+),batuk (+),pilek (+),sesak nafas (-),

mencret (-), Penderita juga mengalami muntah sebanyak 3 kali per hari, isinya adalah

makanan yang dimakan. Penderita masih bisa minum, rewel (+). Penderita belum di bawa

berobat oleh orang tuanya.

Dua hari SMRS, os demam makin tinggi, batuk (+), pilek (+), sesak nafas (+), sesak

tidak berhubungan dengan cuaca, aktivitas dan posisi, muntah (-), mencret (-). Os dibawa

berobat ke bidan dan diberikan obat sirup, namun belum ada perubahan. Os menghisap

susu dengan lemah.

Dua jam SMRS, penderita mengalami sesak nafas yang semakin berat, sesak tidak

dipengaruhi cuaca dan posisi tubuh, mengi (-), batuk (+), demam tinggi (+), biru (-), pucat

(-). Tidak ada riwayat sesak sebelumnya, BAK normal, BAB normal.os langsung di bawa

ke Puskesmas, diberi obat racikan, karena kondisi os tidak kunjung membaik, os dirujuk

ke RSMH.

1

Page 2: Case Bronkopneumonia

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat penyakit dalam keluarga disangkal.

Riwayat Keluarga

Deni, 28 th, Pedagang, SMA Dewi, 23th, IRT, SMA

2 tahun 6 bulan 40 hari

Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita merupakan anak kedua dari ayah seorang pedagang dan ibu seorang ibu

rumah tangga.

Kesan : sosioekonomi kurang

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Masa kehamilan : Cukup bulan

Partus : Spontan, presentasi kepala

Ditolong oleh : Bidan

Berat badan lahir : 2800 gram

Keadaan saat lahir : Langsung Menangis

Riwayat Makan

ASI : lahir – sekarang

Bubur susu : -

Nasi biasa : -

2

Page 3: Case Bronkopneumonia

Riwayat Perkembangan

Tengkurap : -

Duduk : -

Merangkak : -

Berjalan : -

Bicara : -

Kesan : -

Riwayat Imunisasi

BCG : 1 kali

DPT : -

Polio : Polio I

Hepatitis B : -

Campak : -

Kesan : -

C. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal pemeriksaan: 28 April 2012

Keadaan Umum

Kesadaran : Kompos mentis

Nadi : 124 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup

Pernapasan : 77 x/menit dan dangkal

Suhu : 36,8 oC

Berat Badan : 5 kg

Panjang Badan : 59 cm

Status Gizi : BB/U= 5 / 4,9 x 100% = 103,64%

PB/U= 59 / 55 x 100% = 107,37%

BB/PB= 5 / 5,6 x100% = 89,20%

Kesan: gizi baik

Keadaan Spesifik

Kepala

Kulit : Anemis (-), ikterik (-).

Bentuk : Normosefali, simetris, UUB belum menutup

Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

3

Page 4: Case Bronkopneumonia

Mata : Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya (+/+),

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra

(-/-)

Hidung : Sekret (+), napas cuping hidung (+).

Telinga : Sekret (-), serumen plak (-) .

Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-).

Tenggorokan : Tonsil T0-T0, tidak hiperemis (+)

Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.

Torak

Paru-paru

Inspeksi : Simetris, retraksi (+) Inter Costalis, Sub Clavicularis, Epigastrium

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.

Auskultasi : vesikuler meningkat, wheezing (-/-), rhonki (+/+) basah halus

nyaring.

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis dan pulsasi tidak terlihat.

Palpasi : Thrill tidak teraba dan iktus kordis teraba.

Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, bising (-).

Abdomen : Turgor kembali < 2 detik.

Inspeksi : Datar dan simetris.

Palpasi : Lemas, shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : Dalam batas normal.

Auskultasi : Bising usus normal.

Punggung : Gibbus (-)

Genitalia : laki-laki, normal.

Lipat paha dan genitalia : Pembesaran kelenjar getah bening (-).

Ekstremitas : Akral dingin (-), sianosis (-), capillary

refill < 2 detik, edema pretibia (-/-)

Pemeriksaan Neurologis

4

Page 5: Case Bronkopneumonia

Fungsi motorik

Pemeriksaan Tungkai

Kanan

Tungkai

Kiri

Lengan

Kanan

Lengan

Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan +5 +5 +5 +5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - - - -

Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal

Reflek patologis - - - -

Fungsi sensorik : Dalam batas normal.

Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal.

GRM : Tidak ada.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

-

E. MASALAH

M1: Keadaan umum

Rd: Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan feses rutin.

M2: Bronkopneumonia

Rd: Foto rontgen torak AP dan lateral

Rto: IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis 2 × 7,5 mg per hari.

Rtm: ASI/PASI on demand.

BAB II

5

Page 6: Case Bronkopneumonia

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pendahuluan

Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam

penyebab seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Pneumonia adalah salah satu penyakit

yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di

praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi

penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia.

Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu

pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga

sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering

merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh

tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang

dewasa.

II.2 Definisi

Bronkopneumonia atau disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Bronkopneumonia

merupakan peradangan pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang

berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

II.3 Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah

umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia

menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah

penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering

merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh

tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang

dewasa.

6

Page 7: Case Bronkopneumonia

Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita karena

pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian

balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia

menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita setiap

hari, atau 1 balita setiap 5 menit

II.4 Etiologi

Bronkopneumonia terjadi secara umum dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi.

Faktor Infeksi

- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

- Pada bayi :

Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.

Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa,

B. pertusis

- Pada anak-anak :

Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

- Pada anak besar – dewasa muda :

Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

- Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung ( zat

hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

- Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,

termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti

palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian

makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit

7

Page 8: Case Bronkopneumonia

tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung

asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang berat

seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan

faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

II.5 Klasifikasi

Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada

umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan

bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan

terapi yang lebih relevan.

Pembagian secara anatomis :

-Pneumonialobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari satu lobus.

-Pneumonialobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai lobules-lobulus dan

tersebar di dalam paru.

-Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai jaringan interstisial paru

dan bronchitis.

Pembagian secara etiologi :

- Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus

pneumonia, Haemofilus influenzae.

- Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus

- Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis, Blastomycosis,

Cryptoccosis.

- Corpus alienum

- Aspirasi : Makanan, kerosene (benzene,minyak tanah) cairan amnion, benda asing

- Pneumoniahipostatik

- Sindroma loeffler

8

Page 9: Case Bronkopneumonia

II.6 Patogenesis

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,

keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di

dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai

cara, antara lain :

- Inhalasi langsung dari udara

- Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

- Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

- Penyebaran secara hematogen

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk

mencegah infeksi yang terdiri dari :

- Susunan anatomis rongga hidung

- Jaringan limfoid di nasofaring

- Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang

dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.

- Refleks batuk.

- Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

- Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

- Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.

- Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai

antimikroba yang non spesifik.

- Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai

ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.

- Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang

meliputi empat stadium, yaitu :

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang

berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel

9

Page 10: Case Bronkopneumonia

imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan

prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen.

Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk

melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal

ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga

terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di

antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan

karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering

mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,

eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan

leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga

anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

jam.

3. Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi

di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat

karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah

tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan

peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag

sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

10

Page 11: Case Bronkopneumonia

II.7 Diagnosis

Gambaran Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal

disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya

tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana

pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Dinding thorak terlihat retraksi intercostali dan kalau berat disertai retraksi

epigastrium. Stemfremitus teraba mengeras bila beberapa kelainan kecil

menyatu. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan, tetapi kalau sarang

bronkopneumonia menjadi satu, pada perkusi terdengar redup. Pada auskultasi

terdengar vesikuler mengeras, ronkhi basah halus dan sedang nyaring yang

terdengar pada stadium permulaan dan stadium resolusi sedangkan pada

stadium hepatisasi ronkhi tidak terdengar.

Pemeriksaan Laboratorium

1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan

pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi

virus atau mycoplasma.

2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3. Peningkatan LED.

4. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur

dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

5. Analisa gas darah ( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium

lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena

pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab

tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata

11

Page 12: Case Bronkopneumonia

laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan

berdasarkan:

1. Bronkopneumonia sangat berat : Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup

minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

2. Bronkopneumonia berat : Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih

sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.

3. Bronkopneumonia: Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

- 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

- 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

- 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

4. Bukan bronkopenumonia : Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas,

tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:

1. kultur sputum atau bilasan cairan lambung

2. kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus

3. deteksi antigen bakteri

II.8 Penatalaksanaan

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan hasil resistensi dari kuman, akan

tetapi mengingat hal ini sulit dilakukan, maka di bagia IKA pengobatan langsung diberikan

Antibiotika polifarmasi selama 10-15 hari

- Ampicillin 100 mg/kgbb/hari dalam 3-4 dosis

- Klorampenikol dengan dosis:

Umur <6 bulan: 25-50 mg/kgbb/hari

Umur >6 bulan: 50-75 mg/kgbb/hari

Dosis dibagi dalam 3 dosis

Atau Gentamisin dengan dosis 3-5 mg/kgbb/hari diberikan dalam 2 dosis

Suportif:

IVFD, oksigen, pembersih jalan nafas

Bila terjadi impending decompensation cordis:

- Pengurangan cairan sampai ¾ kebutuhan

- Diberikan diuretika dan NaCl distop

12

Page 13: Case Bronkopneumonia

- Bila tak teratasi baru diberikan digitalisasi

Pada penderita bronkopneumonias post morbili:

- Sementara mencari aktivitas TBC diberikan INH profilaksis paling sedikit 3 bulan

- Bila disertai gejala PCM berat dan klinis defisiensi vitamin A diberikan Vit.A

terapeutik 200.000 IU peroral pada hari I, II kemudian minggu kedua dan

dianjutkan setiap 6 bulan.

Tabel pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi :

Mikroorganisme

Streptokokus dan StafilokokusM.

Pneumonia

H. Influenza

Klebsiella dan P. Aeruginosa

Penicilin G 50.000-100.000 unit/hari IV

atauPenicilin Prokain 6.000.000 unit/hari IM

atau

Ampicilin 100-200 mg/kgBB/hari atau

Ceftriakson 75-200 mg/kgBB/hari

Eritromisin 15 mg/kgBB/hari

Kloramfenikol 50-100 mg/kgBB/hari

Sefalosporin

II.9. DIAGNOSIS BANDING

Secara klinis pneumonia yang disebabkan oleh kuman (bakteri), virus tidak dapat dibedakan.

Keadaan yang menyerupai pneumonia secara klinik:

Bronkhiolitis

Payah jantung

Aspirasi benda asing

II.10 KOMPLIKASI

Dengan antibiotik komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.  Komplikasi yang dapat

dijumpai : Empiema, OMA, lompliasi lain ialah seperti Meningitis, Perikarditis,

Osteomielitis, peritonitis lebih jarang dilihat.

II.11 PROGNOSIS

13

Page 14: Case Bronkopneumonia

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada

anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan.

Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat

dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi

esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan

tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama

dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh

faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

II.12 PENCEGAHAN

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya

bronkopneumonia ini.

Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan

tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti : cara hidup sehat, makan

makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga,

dan lain-lain

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi

antara lain:

Vaksinasi Pneumokokus

Vaksinasi H. influenza

Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

Vaksin influenza yang diberikan

BAB III

14

Page 15: Case Bronkopneumonia

ANALISA KASUS

Bayi laki - laki, usia 40 hari, datang dengan keluhan sesak nafas sejak ± dua hari

SMRS . Sesak nafas timbul secara perlahan atau tidak mendadak. Terdapat juga batuk dan

febris. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nafas cuping hidung, takipneu, retraksi dinding

dada, vesikuler meningkat, dan adanya bunyi nafas ronki basah halus nyaring. Berdasarkan

data di atas, penderita didiagnosis menderita bronkopneumonia. Diagnosis banding yang

mungkin adalah bronkiolitis akut. Namun, bronkiolitis akut ini dapat disingkirkan dengan

melihat tanda dan gejala yang ada pada penderita. Sesak pada bronkiolitis timbul secara

mendadak, sedangkan sesak pada penderita timbul secara perlahan. Pada bronkiolitis akut

juga ditemukan demam subfebris, bukan febris. Selain itu, pada bronkiolitis akut juga

ditemukan ronki dan wheezing, sedangkan pada penderita hanya ditemukan ronki.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, aspirasi, jamur, cacing, dan senyawa

hidrokarbon. Untuk mengetahui bakteri penyebab bronkopneumonia, harus dilakukan kultur

sputum. Pada penderita ini tidak dilakukan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti

etiologinya. Oleh sebab itu, WHO mengajukan pedoman diagnosis dan tatalaksana yang lebih

sederhana untuk pneumonia. Berdasarkan pedoman tersebut penderita tergolong pneumonia

berat. Pneumonia berat ditandai dengan adanya retraksi, tanpa sianosis dan anak masih

sanggup minum. Oleh sebab itu, anak harus dirawat dan diberikan antibiotik.

Penatalaksanaan di rumah sakit terhadap anak ini adalah sebagai berikut:

IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).

Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis 2 × 7,5 mg per hari.

Parasetamol 10-15 mg/kgBB/sekali pemberian parasetamol sirup 3 × 40 mg per

hari.

ASI/PASI on demand.

Oksigen nasal 1 L/menit.

Follow-up Pasien

15

Page 16: Case Bronkopneumonia

Tanggal Pemeriksaan Fisik Rencana Tatalaksana29 April 2012

S: sesak nafas (+), batuk (+), BAK normal, BAB normal.

O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 127 ×/menitRR: 65 x /menitT: 36,3 °C

KS: Kepala dan leher: NCH (+), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), kelenjar getah bening tidak membesar.

Thorax: simetris, retraksi (+) Cor: bunyi jantung I dan II normal,

bising jantung (-)Pulmo: vesikuler meningkat, wheezing (-), rhonki (+)

Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.

Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)

IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).

Ampisilin 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.

Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)

Oksigen nasal 1 L/menit.

ASI/PASI on demand.

30 April 2012

S: batuk (+), BAK normal, BAB normal.

O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 112 ×/menitRR: 45 ×/menitT: 37 °C

KS: Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.

Thorax: simetris, retraksi (-) Cor: bunyi jantung I dan II normal,

bising jantung (-)Pulmo: vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)

Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.

Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)

IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).

Ampisilin 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.

Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)

Oksigen nasal 1 L/menit.

ASI/PASI on demand.

16

Page 17: Case Bronkopneumonia

01 Mei 2012

S: batuk (+), BAK normal, BAB normal

O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 95 ×/menit, isi dan tegangan

cukupRR: 30 ×/menitT: 36,7 °C

KS: Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.

Thorax: simetris, retraksi (-)Cor: bunyi jantung I dan II normal,

bising jantung (-)Pulmo: vesikuler, wheezing (-),

rhonki (-)Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)

IVFD D5% + ¼ NS dengan gtt IX (makro).

Ampisilin 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.

Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)

Oksigen nasal 1 L/menit.

ASI/PASI on demand.

02 Mei 2012

S: Batuk (-), BAK normal, BAB normal.

O: KU: Sensorium: compos mentisNadi: 95 ×/menit, isi dan tegangan

cukupRR: 29 ×/menitT: 37 °C

Kepala dan leher: NCH (-), mata cekung (-), konjuntiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-),kelenjar getah bening tidak membesar.Thorax: simetris, retraksi (-)

Cor: bunyi jantung I dan II normal, bising jantung (-)

Pulmo: vesikuler, wheezing (-), rhonki (-)Abdomen: datar, lemas, bising usus normal, turgor kembali < 2 detik.Ekstremitas: sianosis (-), anemis (-), akral dingin (-)

A: penderita dipulangkan.

Ampisilin 4 x 125 mg per hari.

Gentamisin 2 × 7,5 mg per hari.

Parasetamol sirup 3 × 40 mg per hari (Jika demam)

ASI/PASI on demand. Mengingatkan ibu

untuk segera ke rumah sakit jika anak kembali sesak hebat dan keadaannya memburuk.

17

Page 18: Case Bronkopneumonia

LAPORAN KASUSBRONKOPNEUMONIA

Oleh

Irwin Fitriansyah, S.Ked 04108705029Hendry Dimas, S.Ked 04108705050Tiara Wima Yolanda, S.Ked 04081001010

Fakultas KedokteranUniversitas Sriwijaya

Palembang2012

18