case app
DESCRIPTION
rTRANSCRIPT
PowerPoint Presentation
Apendisitis
Atikasjah Riza Wibawa 03010046
Ayu Nabila K. Pradana 03010046
Identitas Pasien
Nama: Tn. MR
Umur: 17 tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Pekerjaan: Pelajar
Status: Belum menikah
Agama: Islam
Alamat: Kp. Bojong Rangkong Cakung RT 07 RW 02, Jakarta Timur
No RM: 03497179
Tanggal masuk: 9 April 2015
Tanggal pemeriksaan: 10 April 2015
Tanggal operasi: 10 April 2015
Keluhan Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut
OS datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti ditusuk. Pada awalnya terasa pegal-pegal lalu semakin sakit. OS juga mengeluh sakit bila jalan, demam, mual, muntah + 3x. OS menyangkal adanya nyeri di ulu hati dan sekitar umbilikus sebelum mengeluh sakit di perut kanan bawah. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
5
Riwayat Keluarga
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mengobati keluhannya tersebut dengan obat apapun
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal seperti ini
Pasien mengaku belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat HT (-) DM(-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 84x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,70C
6
Pemeriksaan Fisik
KEPALA
Bentuk: Normocephaly
Rambut: Lebat, hitam, tidak mudah dicabut.
Wajah : Simetris
Kulit: Kecoklatan, terasa hangat.
Mata: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, reflek cahaya +/+, sekret -/-. Exophthalmos -/-, pergerakan simetris.
7
Pemeriksaan Fisik
Hidung: Bentuk normal, septum ditengah, sekret (-)
Mulut
Mukosa: Lembab
Lidah: Merah muda, hygiene baik
Gigi: Lengkap
Gusi: Merah muda
Tenggorokan
Tonsil: T1-T1 tenang
Faring: Hiperemis (-)
8
Pemeriksaan Fisik
LEHER
Inspeksi: Trakea terletak di tengah. Leher simetris, pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Palpasi: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Perkusi: Tidak dilakukan.
Auskultasi: Tidak dilakukan
9
Pemeriksaan Fisik
THORAX
Paru
Inspeksi: Gerak pernapasan simetris
Palpasi: Vocal fremitus simetris sama kuat
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi: SNV +/+, Rh-/-, wh-/-
10
Pemeriksaan Fisik
THORAX
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: Iktus kordis teraba pada garis midklavikularis sinistra intercostal V
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1S2 murni, murmur (-), gallop (-).
11
Pemeriksaan Fisik
ABDOMEN
Inspeksi: Datar, pergerakan simetris.
Palpasi: Supel, Nyeri tekan perut kanan bawah (+), rovsing (+), blumberg (+)
Perkusi: Timpani.
Auskultasi: Bising usus (+) normal.
ANUS/GENITALIA
Tidak dilakukan pemeriksaan.
EKSTREMITAS
Tremor (-), deformitas, akral hangat, edema (-), capilarry refill < 2 detik.
Obturator sign (+), psoas sign (+)
12
Pemeriksaan Laboratorium
NamaHasilNilai normalLekosit16,8 ribu/uL 5 - 10 ribu/uLHemoglobin16,2 g/dL13,5 17,5 g/dLHematokrit 46%37 - 47 %Trombosit 248 ribu/uL150 - 400 ribu/uLB/E/N/L/M0,1/0,2/81,6/9,5/8,6 %0-1/1-3/50-70/20-40/2-8 %PT18,4 detik12 - 18 detikAPTT32,1 detik20 - 40 detikPemeriksaan Penunjang
Foto Thoraks : Normal
Resume
Seorang laki-laki berumur 17 tahun datang ke IGD RSUD Bekasi dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS. Nyeri seperti ditusuk. Awalnya terasa pegal-pegal lalu semakin sakit. OS juga mengeluh sakit bila jalan, demam, mual, muntah.
Pemeriksaan fisik ditemukan:
TD: 110/80 mmHg
Nadi: 84x/menit
RR: 20x/menit
Suhu: 36,70C
Resume
Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan abdomen: nyeri tekan perut kanan bawah, rovsing (+), blumberg (+), bising usus (+).
Pemeriksaan tambahan: obturator sign (+), psoas sign (+).
Pemeriksaan lab: leukositosis, eusinopenia, neutrofilia, limfositopenia, monofilia
Diagnosis
Diagnosis Kerja : appendisitis akut dengan perforasi
Diagnosis Banding : gastroenteritis akut
Penatalaksanaan
Operatif :
Laparotomi eksplorasi + appendektomi
Terapi post operatif:
ketorolac 2x1
metronidazol 3x1
Ceftriaxon 2x1
Tinjauan pustaka
Anatomi
Berbentuk seperti tabung dengan panjang pada orang dewasa bervariasi antara 2-22 cm, dengan rata-rata panjang 6-9 cm.
Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal.
Appendiks terletak di kuadran kanan bawah abdomen. Tepatnya di ileosecum dan merupakan pertemuan ketiga taenia coli (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum).
Dari topografi anatomi, letak appendiks berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
Pada 65% kasus, terletak intraperitoneal, pada kasus selebihnya terletak retroperitoneal.
pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden appendisitis pada usia itu.
Persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. oleh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus
19
Pendarahan apendiks berasal dari a. apendikularis
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus. Persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X.
20
Variasi lokasi ini yang akan mempengaruhi lokasi nyeri perut yang terjadi apabila Appendix mengalami peradangan.
3. Promontorik : ujung appendiks menunjuk ke arah promontoriun sacri
7. Retrocolic : appendiks berada di belakang kolon ascenden dan biasanya retroperitoneal.
Antecaecal: appendiks berada di depan caecum.
Paracaecal: appendiks terletak horizontal di belakang caecum.
4. Pelvic descenden: appendiks menggantung ke arah pelvis minor
7. Retrocaecal: intraperitoneal atau retroperitoneal; appendiks berputar ke atas ke belakang caecum.(6)
21
Dari topografi anatomi, letak appendiks berada pada titik Mc Burney, yaitu titik pada garis antara umbilicus dan SIAS (spina iliaca anterior superior) kanan yang berjarak 1/3 dari SIAS kanan.
22
Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL per hari.
Lendir ini akan masuk ke dalam lumen dan mengalir ke dalam sekum
Dinding appendiks terdiri dari jaringan lymphe yang merupakan bagian dari sistem imun dalam pembuatan antibodi.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah IgA.
Hambatan aliran lendir di muara apendiks berperan dalam patofisiologi apendisitis
Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh
23
Definisi
Appendicitis adalah peradangan dari appendix vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Etiologi
Obstruksi lumen appendix yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam hal, seperti:
Fekalit
Hiperplasia limfoid
Benda asing
Parasit
Striktur akibat fibrosis dari peradangan sebelumnya
Parasit seperti cacing askaris, e. histolitica
25
Patofisiologi
Obstruksi Lumen
edema
Distensi lumen dan peningkatan tekanan intralumen
Apendisitis akut fokal
Obstruksi vena, pertumbuhan bakteri, peradangan
Apendisitis supuratif akut
Aliran arteri terganggu
Apendisitis gangrenosa
pecah
Apendisitis perforasi
Awalnya, pasien akan merasa gejala gastrointestinal ringan seperti berkurangnya nafsu makan, perubahan kebiasaan BAB yang minimal, dan kesalahan pencernaan. Anoreksia berperan penting pada diagnosis appendisitis, khususnya pada anak-anak.
Distensi appendiks menyebabkan perangsangan serabut saraf visceral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah periumbilical. Nyeri awal ini bersifat nyeri dalam, tumpul, berlokasi di dermatom Th 10. Adanya distensi yang semakin bertambah menyebabkan mual dan muntah, dalam beberapa jam setelah nyeri. Jika mual muntah timbul lebih dulu sebelum nyeri, dapat dipikirkan diagnosis lain.
Appendiks yang obstruksi merupakan tempat yang baik bagi bakteri untuk berkembang biak. Seiring dengan peningkatan tekanan intraluminal, terjadi gangguan aliran limf, terjadi oedem yang lebih hebat. Akhirnya peningkatan tekanan menyebabkan obstruksi vena, yang mengarah pada iskemik jaringan, infark, dan gangrene. Setelah itu, terjadi invasi bakteri ke dinding appendiks; diikuti demam, takikardi, dan leukositosis akibat kensekuensi pelepasan mediator inflamasi dari jaringan yang iskemik. Saat eksudat inflamasi dari dinding appendiks berhubungan dengan peritoneum parietale, serabut saraf somatic akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada lokasi appendiks, khususnya di titik Mc Burneys. Nyeri jarang timbul hanya pada kuadran kanan bawah tanpa didahului nyeri visceral sebelumnya. Pada appendiks retrocaecal atau pelvic, nyeri somatic biasanya tertunda karena eksudat inflamasi tidak mengenai peritoneum parietale sampai saat terjadinya rupture dan penyebaran infeksi. Nyeri pada appendiks retrocaecal dapat muncul di punggung atau pinggang. Appendiks pelvic yang terletak dekat ureter atau pembuluh darah testis dapat menyebabkan peningkatan frekuensi BAK, nyeri pada testis, atau keduanya. Inflamasi ureter atau vesica urinaria pada appendisitis dapat menyebabkan nyeri saat berkemih, atau nyeri seperti terjadi retensi urine.
Perforasi appendiks akan menyebabkan terjadinya abscess lokal atau peritonitis umum. Proses ini tergantung pada kecepatan progresivitas ke arah perforasi dan kemampuan pasien berespon terhadap adanya perforasi. Tanda perforasi appendiks mencakup peningkatan suhu melebihi 38.6oC, leukositosis > 14.000, dan gejala peritonitis pada pemeriksaan fisik. Pasien dapat tidak bergejala sebelum terjadi perforasi, dan gejala dapat menetap hingga > 48 jam tanpa perforasi. Secara umum, semakin lama gejala berhubungan dengan peningkatan risiko perforasi. Peritonitis difus lebih sering dijumpai pada bayi karena tidak adanya jaringan lemak omentum. Anak yang lebih tua atau remaja lebih memungkinkan untuk terjadinya abscess yang dapat diketahui dari adanya massa pada pemeriksaan fisik.
26
Gejala Klinis
Gejala*Frekuensi (%)Nyeri perut100Anorexia100Mual90Muntah75Nyeri berpindah50Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)50*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jamPemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C.
Inspeksi
Penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Palpasi
Palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blomberg sign) pada titik Mcburney. Tanda iritasi peritoneum ditandai dengan adanya defense muskular. Bila didapatkan nyeri perut kuadran kanan bawah saat palpasi kuadran kiri bawah maka rovsing sign (+)
Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi.
29
Blumbergs sign = nyeri lepas di kuadran kanan bawah saat tekanan di kuadran kiri bawah dilepas
30
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi
Peristaltik usus bisa normal atau menurun.
Pemeriksaan colok dubur
Akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12.
Psoas sign
Obturator sign
Dunphys sign
Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.
31
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan urin
Pemeriksaan Radiologi
USG
Barium enema
CT Scan
Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi, C-reaktif protein meningkat. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat.
Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan appendisitis.
USG Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.
Barium enema
Suatu pemeriksaan x-ray dengan memasukkan barium. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-komplikasi dari appendisitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. Appendicogram memiliki sensitivitas dan tingkat akurasi yang tinggi sebagai metode diagnostik untuk menegakkan diagnosis appendisitis khronis. Dimana akan tampak pelebaran/penebalan dinding mukosa appendiks, disertai penyempitan lumen hingga sumbatan usus oleh fekalit.
Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT Scan diperiksa terutama saat dicurigai adanya Abscess appendix untuk melakukan percutaneous drainage secara tepat.
34
Alvarado Score
Gejala dan tanda: Score
Nyeri berpindah1
Anoreksia1
Mual-muntah1
Nyeri fossa iliaka kanan2
Nyeri lepas1
Peningkatan suhu > 37,30C1
Jumlah leukosit > 10x103/L2
Jumlah neutrofil > 75%1
__________________________________________________
Total score:10
Keterangan Alavarado score:
Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa observasi of Hematogram:
1 4dipertimbangkan appendicitis akut
5 6possible appendicitis tidak perlu operasi
7 9appendicitis akut perlu pembedahan
Penanganan berdasarkan skor Alvarado:
1 4: observasi
5 6 : antibiotic
7 10: operasi dini
35
Diagnosis Banding
Gastroenteritis
Limfadenitis mesenterica
Ileitis akut
Peradangan pelvis
Kehamilan ektopik
Diverticulitis
Batu ureter atau batu ginjal
Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan dengan appendisitis.
Limfadenitis mesenterica
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut yang samar-samar terutama disebelah kanan, dan disertai dengan perasaan mual-muntah.
Ileitis akut
Berkaitan dengan diare dan sering kali riwayat kronis, tetapi tidak jarang anorexia, mual, muntah. Jika ditemukan pada laparotomi, appendiktomi insidental diindikasikan utntuk menghilangkan gejala yang membingungkan.
DHF
Pada penyakit ini pemeriksaan darah terdapat trombositopeni, leukopeni, rumple leed (+), hematokrit meningkat.
Peradangan pelvis
Tuba fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang kedua organ ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau adnecitis. Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak sexual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut bagian bawah lebih difus. Biasanya disertai dengan keputihan. Pada colok vaginal jika uterus diayunkan maka akan terasa nyeri.
Kehamilan ektopik
Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika terjadi ruptur tuba atau abortus di luar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vagina didapatkan nyeri dan penonjolan di cavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.
Diverticulitis
Meskipun diverculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang-kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. Jika terjadi peradangan dan ruptur pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejala-gejala appendisitis.
Batu ureter atau batu ginjal
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Hematuria sering ditemukan. Foto polos abdomen atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut.
36
Komplikasi
1. Appendicular infiltrat:
2. Appendicular abscess:
3. Perforasi
4. Peritonitis
5. Syok septik
6. Mesenterial pyemia dengan Abscess Hepar
7. Gangguan peristaltik
8. Ileus
1. Appendicular infiltrat:Infiltrat / massa yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus atau usus besar.
2. Appendicular abscess:Abses yang terbentuk akibat mikro atau makro perforasi dari Appendix yang meradang yang kemudian ditutupi oleh omentum, usus halus, atau usus besar.
4. Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi rongga abdomen ke dalam rongga abdomen, biasanya diakibatkan dan peradangan, iskemia, trauma atau perforasi peritoneal diawali terkontaminasi material. Awalnya material masuk ke dalam rongga abdomen adalah steril (kecuali pada kasus peritoneal dialisis) tetapi dalam beberapa jam terjadi kontaminasi bakteri. Akibatnya timbul edem jaringan dan pertambahan eksudat. Cairan dalam rongga abdomen menjadi keruh dengan bertambahnya sejumlah protein, sel-sel darah putih, sel-sel yang rusak dan darah. Respon yang segera dari saluran intestinal adalah hipermotil tetapi segera dikuti oleh ileus paralitik dengan penimbunan udara dan cairan di dalam usus besar.
37
Tatalaksana
Untuk pasien yang dicurigai Appendisitis :
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala saat pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan DD/ KET terutama pada wanita usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan Laparotomy
Perawatan appendisitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Tatalaksana
Teknik operasi Appendectomy
A. Open Appendectomy
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik.
2. Dibuat sayatan kulit: Horizontal/Oblique
3. Dibuat sayatan otot, ada dua cara:
a. Pararectal/ Paramedian
Sayatan pada vaginae tendinae M. rectus abdominis lalu otot disisihkan ke medial. Fascia diklem sampai saat penutupan vagina M. rectus abdominis karena fascia ada 2 supaya jangan tertinggal pada waktu penjahitan karena bila terjahit hanya satu lapis bisa terjadi hernia cicatricalis.
b. Mc Burney/ Wechselschnitt/ muscle splitting
Sayatan berubah-ubah sesuai serabut otot.
Tatalaksana
Teknik operasi Appendectomy
B. Laparoscopic Appendectomy
Pertama kali dilakukan pada tahun 1983. Laparoscopic dapat dipakai sarana diagnosis dan terapeutik untuk pasien dengan nyeri akut abdomen dan suspek Appendicitis acuta. Laparoscopic kemungkinan sangat berguna untuk pemeriksaan wanita dengan keluhan abdomen bagian bawah. Membedakan penyakit akut ginekologi dari Appendicitis acuta sangat mudah dengan menggunakan laparoskop.
Komplikasi Post Operasi
1.Fistel berfaeces Appendicitis gangrenosa, maupun fistel tak berfaeces; karena benda asing, tuberculosis, Aktinomikosis.
2.Hernia cicatricalis.
3.Ileus
4.Perdarahan dari traktus digestivus: kebanyakan terjadi 2427 jam setelah Appendectomy, kadangkadang setelah 1014 hari. Sumbernya adalah echymosis dan erosi kecil pada gaster dan jejunum, mungkin karena emboli retrograd dari sistem porta ke dalam vena di gaster/ duodenum.
Terima Kasih