bab iii asuransi syariah dan konsep premi a. ruang …repository.uinbanten.ac.id/1475/5/bab...

34
37 BAB III ASURANSI SYARIAH DAN KONSEP PREMI A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah 1. Sejarah Asuransi Syariah Istilah asuransi mulai dikenal di Eropa Barat pada abad pertengahan berupa asuransi kebakaran. Pada abad ke 13 dan 14 mulai dikenal asuransi angkutan Laut. Asuransi jiwa baru dikenal pada abad ke 19. Pada abad ke 19 ini Ibnu Abiddin (1784-1836M), seorang ahli hukum Mazhab Hanafi mendiskusikan ide asuransi dan dasar-dasar hukumnya. Dia adalah orang pertama yang melihat asuransi sebagai sebuah lembaga resmi, bukan sebagai praktik adat. 1 Pada masyarakat Arab terdapat sistem aqilah yang merupakan kebijakan sejak masa sebelum Islam. Prinsip aqilah didasarkan memang pada kejadian tidak disengaja atau kekeliruan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang sehingga yang lain atau (aqilah) menanggung kompensasi terhadap ahli waris korban dan beban kompensasi ini tidak ditanggung oleh si pembuat kekeliruan. Sebelum abad ke 14, Asuransi telah dilakukan oleh orang- orang Arab sebelum datangnya islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Bahkan Nabi sendiri telah melakukan sistem asuransi ketika berdagang di Mekkah. Suatu ketika barang dagangannya hilang di padang pasir karena bencana. 1 Moh ma’sum Billah, Kontekstualisasi Takaful dalam…, hlm. 10.

Upload: phamhanh

Post on 10-Aug-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

37

BAB III

ASURANSI SYARIAH DAN KONSEP PREMI

A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah

1. Sejarah Asuransi Syariah

Istilah asuransi mulai dikenal di Eropa Barat pada

abad pertengahan berupa asuransi kebakaran. Pada abad ke 13

dan 14 mulai dikenal asuransi angkutan Laut. Asuransi jiwa

baru dikenal pada abad ke 19. Pada abad ke 19 ini Ibnu

Abiddin (1784-1836M), seorang ahli hukum Mazhab Hanafi

mendiskusikan ide asuransi dan dasar-dasar hukumnya. Dia

adalah orang pertama yang melihat asuransi sebagai sebuah

lembaga resmi, bukan sebagai praktik adat.1

Pada masyarakat Arab terdapat sistem aqilah yang

merupakan kebijakan sejak masa sebelum Islam. Prinsip

aqilah didasarkan memang pada kejadian tidak disengaja atau

kekeliruan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang

sehingga yang lain atau (aqilah) menanggung kompensasi

terhadap ahli waris korban dan beban kompensasi ini tidak

ditanggung oleh si pembuat kekeliruan.

Sebelum abad ke 14, Asuransi telah dilakukan oleh orang-

orang Arab sebelum datangnya islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW. Bahkan Nabi sendiri telah melakukan

sistem asuransi ketika berdagang di Mekkah. Suatu ketika

barang dagangannya hilang di padang pasir karena bencana.

1 Moh ma’sum Billah, Kontekstualisasi Takaful dalam…, hlm. 10.

38

Pengelola usaha yang menjadi anggota dana kontribusi

kemudian membayar ganti rugi baik atas barang dagangan,

unta dan kuda yang hilang, dan juga memberikan santunan

kepada korban yang selamat dan keluarga korban yang

hilang. Nabi Muhammad memberikan dana kontribusi

tersebut.

Pada awal abad ke-20, beberapa negara Timur Tengah

dan Afrika telah mencoba mempraktikan asuransi dalam

bentuk takaful, yang kemudian berkembang pesat hingga ke

negara-negara dengan produk non-muslim sekalipun di Eropa

dan Amerika. 2

Di Indonesia wacana pendirian asuransi syariah sudah ada

sejak Asuransi Syariah di Indonesia baru berkembang pada

paruh akhir 1994, yaitu dengan berdirinya Takaful Indonesia

pada 24 Agustus 1994. Dimulai dari seminar nasional dan

studi banding dengan takaful Malaysia, akhirnya berdirilah

PT. Syarikat Takaful Indonesia. Sebagai Hiding Company

pada 24 February 1994.

Asuransi Takaful Indonesia mendapat apresiasi yang

layak dari umat Islam di Indonesia karena Asuransi

merupakan salah satu cara untuk menjaga pengelolaan

keuangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dan sejak saat

itulah kemudian bermunculan asuransi-asuransi syariah

lainnya.

2 Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm. 6.

39

2. Pengertian Asuransi Syariah

Istilah asuransi berasal dari Bahasa Belanda

‘’assurantie’’, atau assurance/insurance dalam Bahasa

Inggris. Menurut sebagian ahli kata istilah assurantie itu

sendiri sesungguhnya bukanlah istilah asli Bahasa Belanda,

melainkan dari Bahasa latin yang kemudian diserap ke dalam

bahasa Belanda yaitu assecurare yang berarti ‘’meyakinkan

orang’’. Kata ini kemudian diserap ke dalam Bahasa Perancis

sebagai asurance.

Baik kata assurance maupun kata insurance, secara

literal keduanya memiliki arti pertanggungan atau

perlindungan. Menurut Dahlan Siamat, kedua istilah ini

sesungguhnya memiliki pengertian yang berbeda antara satu

sama lain. Insurance mengandung arti menanggung sesuatu

yang mungkin atau tidak mungkin terjadi. Sedangkan

assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.3

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dipadankan

dengan kata pertanggungan.

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian

dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada

seorang tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan

penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan,

3 Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik Pada Asuransi

Syariah, Bekasi, hlm.1.

40

atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin

akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tentu.4

Definisi asuransi menurut Undang-Undang Republik

Indonesia no.40 Tahun 2014 dalam Pasal 1 Ayat 1 asuransi

adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi

dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan

premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:5

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau

pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya

yang timbul, kehilangan keuntungan, atau

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang

mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis

karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;

atau

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada

meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang

didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan

manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau

didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Definisi Asuransi menurut Prof.Mark R.Green adalah

suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi resiko,

dengan jalan mengkombinasikan jalan mengkombinasikan

dalam suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar

4 Subekti dan Tjitrosudibyo, KUHD dan peraturan kepailitan, cet.26.

Jakarta: PT Pradanya Paramita, 2000. 5 UU RI Tahun 2014 No. 40 Tentang Usaha Perasuransian Pasal 1

Ayat 1

41

jumlahnya, sehingga kegiatan tersebut secara menyeluruh

dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.

Definisi menurut C. Artur William Jr. dan Richard M.

Henis, mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut

pandang, definisi tersebut adalah sebagai berikut :6

1. Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian

finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung.

2. Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau

lebih orang atau badan pengumpulan dana untuk

menanggulangi kerugian finansial.

Menurut Hermawan Darmawi, ada beberapa sudut

pandang mengenai asuransi, yaitu sudut pandang ekonomi,

sudut pandang hukum, sudut pandang sosial, dan sudut

pandng matematika.7

1. Asuransi dari sudut pandang ekonomi

Asuransi merupakan metode untuk mengurangi resiko

dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan

ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (financial).

2. Asuransi dari sudut pandang hukunm

Asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian)

pertanggungan resiko Antara tertanggung dengan

6 Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik Pada Asuransi

Syariah, Bekasi, hlm.2. 7 Hermawan Dalmawi, Manajemen Asuransi Jakarta : Bumi Aksara,

2001, hlm.2.

42

penanggung, dimana penanggung berjanji akan membayarkan

kerugian yang dialami tertanggung, sedangkan tertanggung

berkewajiban untuk membayar premi yang telah disepakati di

dalam perjanjian.

3. Asuransi dari sudut pandang sosial

Asuransi merupakan organisasi yang menerima

pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-

anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi

pada masing-masing anggota.

4. Asuransi dari sudut pandang matematika

Asuransi merupakan aplikasi matematika dalam

memperhitungkan biaya dan manfaat pertanggungan resiko,

hukum probabilitas dan teknik statistik untuk mencapai hasil

yang diramalkan.

Sumanto, menerangkan bahwa asuransi pada dasarnya

merupakan konsep pengelolaan resiko dengan cara mengalihkan

risiko yang mungkin timbul dari peristiwa tertentu yang tidak

diharapkan kepada orang lain yang sanggup mengganti kerugian

yang diderita dengan imbalan menerima premi.

Menurut paham ekonomi, asuransi adalah suatu lembaga

keuangan yang dapat menghimpun dana besar, dapat digunakan

untuk membiayai pembangunan, dan bermanfaat bagi masyarakat

khususnya yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi. Asuransi

bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian

43

kerugian keuangan atau financial loss, yang ditimbulkan oleh

peristiwa yang tidak diduga sebelumnya atau fourtuitious event.

Dalam Islam pengertian asuransi syariah adalah suatu

pengaturan pengelolaan resiko yang memenuhi ketentuan syariah,

tolong-menolong secara mutual yang melibatakan peserta

asuransi dan perusahaan asuransi. Dalam Bahasa Arab, asuransi

disebut at-taamin, at-takaful dan tadammun.

1. At-ta’amin

At-ta’amin diambil dari kata amanah yang berarti

perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari

rasa takut.8

2. Takaful

Kata takaful berasal dari takafala-yatakafalu yang

secara etimologis berarti menjamin atau saling

menanggung.

3. Tadamun

Asuransi juga disebut dengan tadamun yang berasal

dari kata damana yang berarti saling menanggung,

bertujuan untuk saling menutup kerugian atas suatu

peristiwa dan musibah yang dialami seseorang.

Dalam ensiklopedia hukum Islam dijelaskan bahwa

asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak; diamana

8 Muhammad Syakir Syula. Asuransi Syariah (life dan general)

konsep dan sistem operasional, Jakarta : Gema Insani, 2004, hlm.28.

44

pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang

lain berkewajiban untuk memberikan jaminan sepenuhnya kepada

pembayar yang lain berkewajiban untuk memberikan jaminan

sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang

tidak terduga menimpa pihak pertama (pembayar) sesuai

perjanjian yang dibuat.9

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-

MUI) dalam fatwanya memberikan definisi asuransi syariah

(Ta’min, takaful atau tadamun) sebagai usaha saling melindungi

dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui

investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru’ yang memberikan

pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui

akad (perikatan) yang sesuai syariah.

3. Konsep Dasar Asuransi Syariah

Asal-usul asuransi syariah tumbuh dari praktik yang

dilakukan oleh suku Arab pada masa Rosulullah saw. Yang

disebut dengan aqilah. Aqilah dalam Dictionary of Islam yang

disusun oleh Thomas Patrick menerangkan bahwa jika salah satu

anggota suku terbunuh oleh suku lain, keluarga korban akan

dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh

saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh

tersebut bisa disebut aqilah sebagai uang darah atas nama

pembunuh.

9 Abdul Latif Dahlan, Eksilopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru,

Van Hoeven, 1996, hlm.136.

45

Al-aqilah mengandung pengertian saling memikul dan

bertanggung jawab bagi keluarga. Dalam kasus terbunuhnya

anggota keluarga, ahli waris korban akan mendapatkan uang

darah (diyat) yang dibayarkan oleh anggota keluarga terdekat dari

si pembunuh yang disebut dengan aqilah.

Aqilah mengeluarkan dana secar bergotong royong untuk

membantu keluarga yang terlibat dalam perkara pembunuhan

yang tidak disengaja.10

Dalam literatur arab asuransi dikenal dengan sebutan ‘’at-

takaful’’ dimana secara literal berarti pertanggungan yang

berbalasan atau hal saling menanggung. Selain itu juga disebut

dengan at-ta’min yang berarti tenang dalam arti ketenangan jiwa

dan hilang rasa takut. Menurut Isa Abduh yang dimaksud at-

ta’min, yaitu usaha (ekonomi) yang diperoleh melalui

kesepakatan Antara dua pihak yakni, tertanggung (al-mu’ammin)

untuk kemaslahatan orang lain. Sesuai dengan perjanjian yang

menghendaki adanya penyerahan (penggantian) dana ketika

terjadi risiko yang menimpa tertanggung.

Asuransi syariah (ta’amin, takaful atau tadamun) adalah

usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah

orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau

tabarru yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi

risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan

ketentuan syariah.

10

Sumanto,2009, Nur Rianto Al Arif, 2015, Pemasaran Strategik

Pada Asuransi Syariah, Bekasi, hlm.6.

46

Berdasarkan Dewan Syariah Nasional (DSN) dan majelis

ulam Indonesia (MUI), Asuransi syariah adalah sebuah lembaga

usaha yang saling melindungi dan tolong-menolong di antara

sejumlah orang melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Dalam hal ini peserta mendonasikan sebagian atau seluruh

kontribusi/premi yang mereka bayarkan atau seluruh kontribusi/

premi yang mereka bayarkan untuk digunakan pada pembayaran

klaim atas musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Sehingga

jika di dalam asuransi konvensional terjadi transfer of risk

(memindahkan risiko) dari peserta ke perusahaan, dalam asuransi

syariah mekanisme pertanggungannya adalah sharing of risk

(berbagi risiko) dari peserta ke perusahaan, dalam asuransi

syariah mekanisme pertanggungannya adalah sharing risk atau

saling menanggung risiko; dimana perusahaan hanya sebagai

pemegang amanah dalam mengelola dan menginvestasikan dana

dari kontribusi peserta, bukan sebagai penanggung. Dalam

perusahaan asuransi syariah, dana tetap merupakan milik dari

peserta asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan

asuransi hanya sebagai wali amanah atas dana yang dititipkan

tersebut.

4. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah

Asuransi syariah harus dibangun dengan pondasi dan

prinsip dasar yang kuat dan kokoh. Diantara prinsip-prinsip

tersebut yaitu:

47

1. Prinsip tauhid

Prinsip tauhid merupakan hal terpenting dalam

melakukan kegiatan ekonomi dan merupakan bagoian

dasar utama dalam pondasi menjalankan syriat Islam.

Dalam asuransi syraiah tentu harus

mengoprasionalkan nilai-nilai ketuhanan sebagaimana

firman Allah SWT dalam surat Al-Hadid : 4

تى يا ك يعكى ا ……

Artinya :

‘’….dan dia selalu bersamamu dimanapun kamu

berada…’’ (Q.S. Al-Hadid : 4)

2. Prinsip keadilan (justice)

Prinsip keadilan dalam menjalankan sistem asuransi

syariah merupakan jalan keburukan dan kepedulian

antara pihak-pihak terkait dengan akad.11

3. Prinsip tolong-menolong (Ta’awun)

Dalam berasuransi tentunya harus didasari kemauan

untuk saling tolong-menolong dan saling

menghormati Antara anggota yang terikat pada akad.

Dalam hal ini ditegaskan firman Allah SWT dalam

surat Al-Maidah : 2

ا انعد ثى ا عه ال ل تعا انتق ا عه انبس تعا ……..

11

Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.24.

48

Artinya :

‘’Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong

dalam berbuat dosa dan peelanggaran.’’ (Q.S. Al-

Maidah : 2).

4. Prinsip Kerjasama

Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang

selalu ada pada dunia bisnis. Pada asuransi syariah,

prinsip kerjasama dapat berbentuk akad perjanjian,

yaitu mudarabah dan musyarakah.

Mudarabah merupakan kerjasama yang dialakuakan

Antara pemilik modal kepada perusahaan asuransi

(mudharib). Dana yang terkumpul akan diinvestasikan

untuk memperoleh keuntungan (provit) dan

pembagian keuntungan sesuai dengan kesepakatan

antar dua belah pihak. Sedangkan musarakah adalah

kerjasama Antara pemilik modal yang menyerahkan

modalnya untuk diinvestasikan dengan tujuan

memperoleh keuntungan, dimana keuntungan tersebut

nantinya dibagi sesuai dengan kesepakatan awal.12

5. Prinsip Amanah

Prinsip amanah pada prinsip sistem asuransi syariah

berbasis pada akuntabilitas. Dalam hal ini perusahaan

asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi

12

Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.25.

49

peserta untuk mengakseslaporan keuangan. Prinsip

amanah ini akan melahirkan saling percaya. Untuk itu

setiap perusahaan asuransi syariah wajib memberikan

laporan keuangan yang diterima dari peserta karena

transparasi dari perusahaan ini harus sesuai dengan

prinsip syariah.

6. Prinsip Kerelaan

Prinsip kerelaan dalam asuransi syariah harus

diterapkan pada setiap peserta sehingga tidak ada

paksaan Antara pihak-pihak terkait dalam akad.

Prinsip ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam

surat An-Nisa : 29

تس .…… اض يكى ع

Artinya :

‘’…..kerelaan diantara kamu sekalian…’’ (Q.S. Am-

Nisa : 29)

7. Larangan riba

Dalam setaip transaksi, seseorang muslim tidak

dibenarkan untuk memperkaya diri dengan cara yang

tidak dibenarkan atau secara bathil, sebagaimana

firman Allah SWT surat An-Nisa : 29

تجازة ع تك كى بانباطم ا ا انكى ب ا اي ا ل تؤكه اي ا انر ؤ

ا بكى زح هللا كا فسكى, ا ا ا ل تقته كى, تساض ي

50

Artinya : ‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan

yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu; sungguh Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.’’ (Q.S. An-Nisa :

29)

8. Larangan maisir (judi)

Prinsip larangan maisir atau judi dalam sistem

asuransi syariah untuk menghindari satu pihak yang

untung dan pihak lain yang rugi. Asuransi syariah

harus berpegang teguh menjauhkan diri dari unsur judi

dalam berasuransi dari unsur judi dalam berasuransi

sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah : 90

األشنى زجس ي صاب األ سشس ان س ا انخ ا إ اي آاا انر

. نعهكى تفهح فاجتب طا م انش ع

Artinya :

‘’Hai ornag-orang yang beriman, sesungguhnya

(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk )

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah

perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah peruatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah : 90)

51

9. Larangan gharar (ketidak pastian )

Garar dalam pandangan ekonomi Islam terjadi apabila

dalam suatu kesepakatan/perikatan anatara pihak-

pihak ynag terkait terjadi ketidakpastian dalam jumlah

profit (keuntungan) maupun modal yang dibayarkan.

Selain prinsip-prinsip diatas, baik pada asuransi

syariah maupun asuransi konvensional, dalam praktiknya

akan mempertimbangkan dan berpedoman pada beberapa

prinsip yang mendasari asuransi jiwa:

Selain prinsip-prinsip diatas, baik itu asuransi syariah

maupun asuransi konvensional, dalam praktiknya akan

mempertimbangkan dan berpedoman pada beberapa

prinsip yang mendasari. Menurut Susilo, terdapat

beberapa prinsip asuransi diantaranya yaitu :13

1. Insurable Interest

Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum

untuk mempertanggungjawabkan risiko yang

berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara

hukum antara tertanggung dengan sesuatu yang

dipertanggungkan. Selain itu ada sesuatu yang

dipertanggungkan semata-mata menyangkut

kepentingan yang menimbulkan kerugian keuangan

13

Farodis, Zian. , 2014, Buku Pintar Asuransi, Yogyakarta. hlm.28.

52

tertanggung atas segala sesuatu yang

dipertanggungkan tersebut.

Terdapat bbeberapa kriteria yang perlu dipenuhi agar

suatu objek memenuhi kriteria insurable interest,

yaitu:

a. Kerugian Tidak Dapat Diperkirakan

Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan

erat dengan kemungkinan terjadinya kerugian,

dimana kerugian tersebut harus dapat diukur.

Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat

diperkirakan kapan terjadinya.

b. Kewajaran

Risiko yang dipertanggungkan dalam

asuransi adalah benda atau harta yang memiliki

nilai material baik bagi penanggungmaupun

tertanggung. Nilai yang dipertanggungkan pun

masih dalam batas kewajaran, tidak dapat

dijadikan objek asuransi misalkan sebuah mobil

keluaran tahun 1970-an dengan nilai

pertanggungan objek asuransi diatas 500 juta. Hal

ini tidak dapat dilakukan karena sudah diluar batas

kewajaran nilai pertanggungannya.

c. Homogenous

Yaitu barang ataupun harta yang

dipertanggungkan harus bersifat sama atau

53

homogenous. Artinya banyaknya barang yang

sejenis berkaitan dengan prinsip bahwa asuransi

menutup sejumlah besar risiko supaya dapat

membayar beberapa kerugian dari yang

dipertanggungkan.

d. Utmost Good Faith

Dalam melkukan konsep kontrak asuransi,

kedua belah pihak dilandasi oleh itikat baik. Pihak

penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak

dan kewajibannya selama masa asuransi. Selain itu,

pada prinsip ini peserta juga harus mengungkapkan

semua fakta materil yang disadari atau paling tidak

diketahui.

Unsur-unsur yang dapat dikategorikan sebagai

pelanggaran yaitu:

a. Non Disclosure

yaitu suatu unsur yang pada dasarnya mengemukakan

bahwa informasi atau fakta yang tidak diungkap

disebabkan oleh unsur ketidaktahuan, atau karena

dianggap bahwa fakta tersebut tidak diperlukan atau

tidak penting.

b. Concealement

Yakni kesengajaan untuk tidak mengungkap atau

menginformasikan suatu fakta materil dengan tujuan

untuk menyembunyikan.

54

c. Fraudulement Misrepresentation

Kesengajaan memberikan gambaran palsu atau yang

tidak sebenarnya atas suatu fakta materil.

d. Inoncent Misrepresentation

Ketidaksengajaan dalam memberikan gambaran atau

informasi yang tidak sebenarnya tentang suatu fakta

materil.

e. Indeminity

Yaitu berarti mengembalikan posisi financial tertanggung

pada saat setelah mengalami kerugian sebagaimana pada

posisi sebelum menuai kerugian yang disebabkan oleh

peristiwa yang diinginkan seiring dengan ketidakpastian

itu sendiri. Dengan demikian, indeminitiy adalah prinsip

ganti rugi oleh pihak penanggun kepada pihak

tertanggung.

f. Proximate cause

Proximate cause merupakan suatu sebab aktif, efisien,

yang memicu terjadinya suatu peristiwa secara berantai

tanpa adanya investasi oleh suatu kekuatan lain, yang

diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru,

serta independen.

Dalam konteks ini nasabah atau tertanggung penting

untuk memahami betul terkait antara hubungan antar

55

risiko yang merupakan bagian yang termasuk dalam atau

yang dijamin oleh polis dengan proximate cause.

Cara menentukan proximate cause atas suatu rangkaian

peristiwa yang terjadi adalah dengan mempertihakan

peristiwa pertama yang menjadi acuan terjadinya suatu

peristiwa berikutnya. Selain itu, menganalisis

kemungkinan kejadian pada perstiwa yang selanjutnya,

hingga pada akhir peristiwa.

g. Subrogation dan Contribution

Prinsip indeminity atau ganti rugi merupakan suatu

konsekuensi logis atas suatu klaim konsekuensi logis

tersebut merupakan prinsip ganti rugi yang terdiri dari

subrogation (subrogasi) dan contribution (kontribusi).

subrogation (subrogasi) pada prinsipnya merupakan hak

penanggung selaku pihak yang telah memberikan ganti

rugi kepada pihak yang telah memberikan ganti rugi

kepada tertanggung, di mana dalam hal ini penanggung

memiliki hak untuk menuntut pihak lain yang

mengakibatkan kepentingan asuransi tersebut mengalami

suatu peristiwa yang diinginkan sehingga mengakibatkan

kerugian. Dengan adanya prinsip semacam ini, maka pada

saat bersamaan, pihak tertanggung tidak memungkinkan

untuk memperoleh biaya ganti rugi melebihi kerugian

yang dialami atau dideritanya

56

prinsip surbogration atau subrogasi ini misalnya dalam

asuransi kendaraan bermotor. Apabila kendaraan

bermotor pihak tertanggung yang sewaktu-waktu dapat

terjadi risiko, maka proses pembayaran ganti rugi dari

peristiwa yang tidak diinginkan tersebut bisa dilakukan

dengan penanggung menggantikan segala bentuk kerugian

atau kerusakan yang dialami oleh pihak tertanggung.

Akan tetapi dalam hal ini , pihak ini pihak tertanggung

sudah tidak memiliki hak untuk meminta ganti rugi

kepada pihak lain.sebaliknya, hak melakukan tuntutan

ganti rugi kepada pihak penabrak oleh pihak penanggung

asuransi maka disebut dengan prinsip subrogasi.

h. Contribution (kontribusi)

Prinsip kontribusi merupakan bagian dari

konsekuensi prinsip indeminity. Dalam prinsip semacam

ini penanggun memiliki hak otoritas guna mengajak

penaggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan

serupa untuk turut adil tidak membayar ganti rugi kepada

pihak tertanggung, meskipun secara jumlah nominal

masing-masing penanggung tidak lantas harus sama. Hal

tersebut tidak bisa terjadi apabila pihak tertanggung, pada

saat bersamaan, mempertanggungkan suatu objek benda

atas suatu risiko yang sama kepada beberapa penanggung

atau pihak perusahaan asuransi.

57

Dalam situasi semacam ini, apabila sewaktu-waktu

terjadi klaim maka masing-masing pihak perusahaan asuransi

yang berperan sebagai penanggung memiliki kewajiban untuk

membayar ganti rugi secara propesional dengan jumlah

nominal sesuai dengan yang ditanggungnya. Dalam konteks

ini terdapat beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya

kontribusi, yaitu; adanya dua atau lebil polis indeminity, polis

menutup kepentingan serupa (common interest), polis

menutup asuransi yang serupa, dan masing-masing polis

wajib memiliki kewajiban untuk bertanggung jawab atas

kerugian tersebut. 14

5. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Landasan asuransi syariah adalah hukum praktik

asuransi syariah. Sejak awal asuransi syariah merupakan

bisnis pertanggungan yang didasari nilai-nilai Islam, yaitu

merujuk pada Al-quran dan sunah Rosulullah SAW. Untuk

itu landasan yang digunakan pada asuransi syariah tidak jauh

berbeda dari metodologi yang digunakan oleh ahli hukum

Islam karena merujuk pada syariat Islam.

Landasan asuransi yang digunakan dalam asuransi

syariah terdiri dari landasan asuransi Islam dan asuransi

yuridis (hukum). Landasan operasional asuransi syariah pada

dasarnya ada dua macam, yaitu:

14

Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam:

Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2013, hlm. 158-159.

58

a. Sumber textual atau sumber tertulis yang disebut

nushush.

b. Sumber non-textual atau sumber tak tertulis yang

disebut ghair al-nushush seperti istishan dan qiyas.

Landasan diatas digunakan untuk melegalisasi

praktik bisnis asuransi, yang terdiri dari Al-Quran, sunah

Nabi, Piagam Mandinah dan Ijtihad.

1. Al-Quran

Al-quran tidak mennyebutkan secara tegas tentang

praktik hukum asuransi. Di dalam Al-Quran tidak ada

satupun disebutkan istilah asuransi, baik itu at-taamin,

atau at-takaful. Walaupun Al-quran tidak

menyebutkan secara tegas tentang asuransi, tetapi

ayat-ayat dalam Al-Quran menjelaskan tentang

konsep asuransi dan mempunyai muatan-muatan nilai

dasar berasuransi, sepertikerjasama, tolong menolong,

atau untuk menghilangkan kesukaran sesama manusia.

Diantara ayat-ayat Al-Quran yang mengandung nilai-

nilai dasar untuk praktik asuransi diantarannya yaitu:

a. Perintah untuk saling tolong menolong.

1. Terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2

, ا انعد ثى ا عه ال ل تعا انتق ا عه انبس تعا

هللا ا هللا ا د انعقاب انتق شد

59

Artinya:

‘’dan tolong menolonglah kamu dalam

mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan

tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada

Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-

Nya.’’

2. Surat Al-Baqarah ayat 185

د بكى انعسس ل س د هللا بكى انسس …… س

Artinya:

‘’…Allah akan menghendaki kemudahan

bagimu dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu….’’

b. Perintah untuk selalu bertawakal dan

berusaha

1. Terdapat didalam surat At-

Taghabun ayat 11

هللا بت ال بإذ يص …… يآ اصاب ي

Artinya:

‘’ tidak ada suatu musibah pun

yang menimpa seseorang kecuali

dengan ijin Allah …’’

60

c. Peintah untuk mempersiapkan hari esok

1. Terdapat di dalam surat Al-Hasyr ayat 18

ا يت نغد, آ ظس فس يا قد انت ا اتقا هللا اي انر

ه ا تع س ب هللا خب انتقا هللا, ا

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman,

bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap dari memperhatikan

apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok (akhirat) ; dan bertakwalah

kepada Allah. Sesungguhnya Alla

maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.’’

2. Sunnah Nabi SAW

a. Hadis tentang anjuran menghilangkan kesulitan

seseorang

ل هللا سة قال قال زس س أب ع ي ي فس ع سهى ي صه هللا عه

سس ي و انقايت كسب ا فس هللا ع كسبت ي كسب اند كسبت ي

األخسة. ا ف اند عه يعسس سس هللا عه

Artinya :

‘’ Diriwayakan Oleh Abu Hurairah ra. Nabi Muhammad

SAW bersabda; barang siapa menghilangkan kesulitan

61

duniawainya seorang mukmin, maka Allah SWT akan

menghilangkan kesulitannya di hari kiamat. Barang siapa

mempermudah kesulitan orang, maka Allah SWT akan

mempermudah urusannya di dunia dan di akhirat.’’

b. Hadis tentang menghindari risiko

ة قس أب سة ب غ حدثا ان د انقطا سع ثا ح ب حد عه س ب ثا ع حد

دس يؤنك ق انس عت اس ب كم قال س أت ل هللا أعقها ل قال زجم ازس

كم أت أطهقا أ

Artinya :

‘’Abu Hafsh Amr bin Ali menceritakan kepada kami,

Yahya bin Said Al Qaththan menceritakan kepada kami,

Mughirah bin Abu Qurrah As-Sadusi menceritakan

kepada kami. Dai berkata, ‘’aku mendengar Anas bin

malik berkata, ada seorang pria berkata, ‘wahai

Rosulullah! sebaliknya aku ikatkan unta ini kemudian aku

bertawakal, atau aku lepaskan saja lalu aku bertawakal?’’

Beliau menjawab Ikatlah (unta itu) dan bertakwalah!’’

Hadis ini menganjurkan kita untuk sekuat tenaga mencoba

menghindari risiko yang membawa kerugian, baik itu

kerugian materi maupun kerugian yang berkaitan

langsung dengan hidup manusia (jiwa).

62

c. Hadis tentang perjanjian

ب ثا انحس عبد هللا حد س ب ثا كث حد عايس انعقد ثا أب انخالل حد عه

س ع ب ل هللا صه هللا عه زس أ جد ع أب ع ص ف ان ع ب

سه ان هح جائص ب سهى قال انص أحم حسايا و حالل أ إل صهحا حس

أحم حسايا و حالل أ ى إل شسطا حس ط عه شس سه ان

Artinya :

‘’Hasan bin Ali Al Kallal menceritakan kepada kami, Abu

Amir Al Aqadi menceritaan kepada kami. Katsir bin

Abdullah bin Amr bin Auf Al muzani menceritakan

kepada kami dari bapaknya, dari kakeknya bahwa

Rosulullah SAW bersabda : perdamaian Antara kaum

muslim adalah boleh, kecuali perdamaian yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram. Kaum muslim harus melaksanakan syarat yang

mereka tetapkan. Kecuali syarat yang mengharamkan

yang halal atau menghalalkan yang haram.

Dalam asuransi, akad yang disepakati Antara anggota

dengan pengelola asuransi harus berdasarkan syarat-syarat

yang telah mereka tetapkan bersamaan dan sesuai dengan

syariat islam.15

3. Piagam Madinah

Rosulullah SAW mengundangkan sebuah peraturan

yang terdapat dalam piagam madina, sebuah konstitusi

15

Nopriansah,waldinah,2016, Asuransi Syariah,Yogyakarta, hlm.38.

63

pertama yang memperhatikan keselamayan hidup para

tawanan yang tinggal di negara itu. Adpun piagam tersebut

berbunyi:

‘’Dengan nama Allah yag maha pengasih dan maha

penyayang.ini adalah dari Muhammad NAbi SAW,

dkalangan mukmin dan muslim yang berasal dari Quraisy

dan Yastrib, dan orang yang mengikuti mereka,

memnggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

Sesungguhnya mereka suatu umat, lain dari (komunitas)

manusia lain. Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan

(kebiasaan) mereka, bahu-membahu membayar diyat

diantara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan

dengan cara yang adil diantara mukminin. Bani’Auf sesuai

dengan adat istiadat mereka, harus membayar uang tebusan

darah yang bisa mereka bayar saat mereka dalam kekafiran,

dan setiap keluarga harus membayar uang tebusan dengan

baik dan adil diantara orang-orang beriman. Demikian juga

Bani Sai’dah, Bani Al-Hanits, Bani Jusyam, dan Bani An-

Najjar. Demikianlah juga Bani Amr-bin Auf; Bani An-Nabit,

dan Bani Al-Aus.

Segenap mukmin tidak boleh melalaikan tanggung

jawab untuk memberi sumbangan bagi setiap mukmin yang

harus membayar uang tebusan atau iuran darah dengan cara

yang baik dan adil. Seorang mukmin tidak boleh menjadi

64

sekutu untuk menghadapi mukmin lainnya. Segenap mukmin

yang bertakwa harus menentang setiap orang yang berbuat

salah, melanggar ketertiban, melakukan penipuan,

permusuhan, atau pengacauan di kalangan masyarakat

mukmin. Tangan setiap mukmin harus menentang setiap

orang yang bersalah, sekalipun anaknya sendiri. Seorang

mukmin tidak boleh membunuh mukmin lainnya untuk

kepentingan seorang non-mukmin, tidak baik pula seorang

muukmin membantu seorang mukmin untuk melawan

seorang mukmin lainnya. Perlindungan Tuhan adalah satu:

paling sedikit dari mereka (kaum mukmin) bisa memberikan

perlindungan kepada seorang asing atas nama mereka.

Segenaap mukmin adalah kawan satu sama lain dengan

mengesampingkan gangguan manusia. Orang yahudi yang

mengikuti kita berhak mendapat bantuan dan persamaan hak.

Ia tidak boleh disalahkan, juga musuh-musuhnya tidak boleh

dibantu. Perdamaian dari kaum tidak dapat dibagi (satu).

Tidak boleh membuat perjanjian damai ketika orang-orang

mukmin sedang berperan di jalan Allah. Syarat-syarat

haruslah atas dasar persamaan dan adil bagi semua orang.

Dalam setiap penyerangan, setiap penunggang harus

membawa penyokongnya. Segenap mungkin harus

memberikan pembelaan atas tiap darah yang tertumpah di

jalan Allah. Setiap mukmin yang bertakwa harus berpegang

pada petunjuk yang terbaik dan paling kuat. Perlindungan

65

orang musyrik terhadap harta atau jiwa orang Quraish tidak

diakui, juga tidak boleh baginya campur tangan terhadap

kerugian seorang mukmin tanpa alasan yang benar ia harus

dihukum bunuh, kecuali kalau wali (keluarga yang

berkehendak) dari pihak terbunuh yang bersedia menerima

ganti rugi (uang darah), dan segenap mukmin harus berani

mengutuk kegiatan itu, dan mereka dialarang mengambil

tindakan (menghukum) terhadapnya.

Tindakan dibenarkan bagi setiap mukmin yang

berpegang pada piagam ini, dan percaya kepada Allah akan

hari akhir untuk membantu orang-orang yang salah, atau

memberi tempat tinggal kepadanya. Jika ia melakukannya

maka kutukan dan murka Tuhan dihari kiamat nanti akan

menimpanya, dan tidak diterima segala penyesalan serta

persaksiannya. Apabila timbul perbedaan diantara kalian

dalam suatu persoalan, maka kembalikanlah

penyelesaiiannya kepada (hukum) Tuhan dan (Keputusan)

Muhammad.

Dalam piagam ini dijelaskan tentang peraturan

bersam Antara orang Quraish yang berhijrah dengan suku-

suku yang tinggal di madinah untuk saling melindungi dan

hidup bersama dalam kerjasama dan tolong-menolong.16

Piagam madinah merupakan salah satu landasan

hukum sebagai praktik berasuransi, karena piagam madinah

16

Ahmad sukarja,1996, Piagam Madinah dan Udang-Undang Dasar

1945, Jakarta : UI-Press, , hlm 121.

66

memuat ketentuan bahwa kaum mukmin tidak boleh

membiarkan kaum mukmin lain dalam keadaan kesulitan.

4. Ijtihad

Adapun Ijtihad dalam landasan hukum asuransi

syariah dapat berupa fatwa sahabat, ijma, qiyas, dan ihtisan.

1. Fatwa sahabat

Praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran hukuman

(ganti rugi) pernah dilakukan oleh khalifah Umar bin

Khattab. Beliau berkata: ‘’orang-orang tercantum dalam

diwan (daftar) tersebut berhak menerima bantuan dari satu

sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran

ganti rugi atas pembunuhan tidak disengaja.17

2. Ijma

Para sahaba telah melakukan itiqaf (kesepakatan) dalam

hal aqilah yang dilakukan oleh Ummar bin Khatab

kesepakatan ini tampak dari tidak adanya sahabat lain

yang menentang kesepakatan aqilah ini. Tidak adanya

sahabat yang menentang apa yang dialkukan oleh Umar

menunjukkan bahwa telah terdapat ijma di kalangan

sahabat tentang persolan ini.

3. Qiyas

Dalam kitab Fathul Bari disebutkan dengan datangnya

islam, sistem aqilah diterima Rosulullah SAW sebagai

bagian dari hukum islam. Ide pokok aqilah adalah suku

17

Mohd Ma’sum Billah, Konstektuali Atakful dalam…., hlm.7.

67

Arab zaman dahulu harus siap untuk melakukan

kontribusi finansial atas nama si pembunuh untuk

membayar ahli waris korban. Kesiapan kontribusi

finansial ini sama halnya dengan praktik pembayaran

premi dalam asuransi syariah. Jadi dapat diqiyaskan.

Antara dua sistem yang ada pada asuransi syariah

memiliki fungsi yang sama dalam aqilah sehingga tidak

ada pertentangan pada masa Rosulullah tentang Aqilah.

4. Ihtisan

Ihtisan adalah cara menentukan hukum dengan jalan

menyimppang dari ketentuan yang sudah ada demi

keadilan dan kepentingan sosial. Dalam pandangan ahli

hukum ushul fiqih, memandang sesuatu itu baik.

Kebiasaan aqilah di kalangan arab kuno terletak pada

penggantian balas dendam berdarah yang bisa saja terjadi

lagi. Aqilah mampu memenuhi unsur kebajikan dalam

kehidupan sosial.

Menurut Muslehudin, ada beberapa alasan penting

mengapa aqilah digunakan sebagai landasan hukum

asuransi syariah yaitu:18

1. Aqilah merupakan tanggung jawab kolektif untuk

membayar ganti rugi.

18

Nopriansah, waldinah. 2016, Asuransi Syariah, Yogyakarta,

hlm.43.

68

2. Mengurangi beban anggota perorangan jika

diharuskan membayar ganti rugi sehingga tidak hanya

satu orang yang dibebani.

3. Mempertahankan sepenuhnya kesatuan dan kerjasama

para naggota yang tidak lain untuk saling membantu.

6. Produk Asuransi Syariah

Produk-produk Asuransi syariah terdiri dari berbagai jenis

produk diantaranya:19

1. Santunan kematian

Santunan berdasarkan pembayaran premi yang disepakati

pada saat akad terhadap keluarga apabila kepala

keluarganya meninggal dunia, agar keluarga yang

ditinggalkan tersebut tidak mengalami kesulitan hidup

karena tidak memiliki penghasilan.

2. Santunan sakit kritis

Santunan berdasarkan pembayaran premi yang disepakati

pada saat akad apabila terjadi sakit kritis yang apabila

peserta mengalami salah satu sakit dari 33 jenis penyakit

kritis.

3. Jaminan tabungan

Santunan berdasarkan tabungan perbulan sesuai dengan

akad yang disepakati pada saat penandatanganan surat

pengajuan asuransi jiwa

19

Susyanti, Jeni. 2016, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah,

Malang, Empat Dua. hlm. 186.

69

4. Asuransi haji

Adala asuransi yang diperuntukkan untuk memberika

perlindungan jaminan asuransi kepada Jemaah atau

petugas haji apabila meninggal dunia secara murni

(natural death), atau meninggal dunia kerena cacat tetap

total atau cacat tetap sebagian dalam masa asuransi.

Santunan yang diberikan yaitu sesuai dengan kesepakatan

di awal akad.

5. Jaminan income

Jaminan income perbulan berdasarkan pembayaran premi

yang telah disepakati pada saat akad jika peserta

mengalami salah satu dari 33 penyakit kritis.

6. Jaminan cacat tetap total

Santunan berdasarkan pembayaran premi yang telah

disepakati pada awal akad jika peserta mengalami cacat

tetap total.

7. Jaminan rawat inap

Jaminan rawat inap di seluruh rumah sakit dengan

penggantian biaya berdasarkan pembayaran premi yang

telah disepakati pada saat akad terhadap biaya rawat inap.

8. Tabungan pensiun

Peserta akan menerima uang pensiun pada saat usia 55

atau 60 65 atau 70 tahun berdasarkan pembayaran premi

yang telah disepakati di awal akad, bergantung dengan

usia di awal masuk asuransi.

70

9. Tabungan pendidikan

Tabungan pendidikan senilai puluhan hingga ratusan juta

untuk anak-anak yang akan melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi berdasarkan premi yang

disepakati di awal akad.

10. Tabungan haji

Perencanaan biaya perjalanan haji dapat dilakukan dengan

melalui tabungan haji, berdasarkan pembayaran premi

yang telah disepakati pada saat akad.