bab ii kajian pustaka 2.1 morfologi kacang hijau

23
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau Taksonomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)Rukmana (2006) sebagai berikut : Kingdom : Plantae Devisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospremae Kelas : Dicotylodenae Ordo : Polypetalae Familia : Papilionacaea Genus : Vigna Species : Vigna radiata L. (Wilczeck) Koleksi plasma nutfahkacang hijau di Indonesia diperkirakan lebih dari 2000 varietas unggul yang sudah dilepas masih sedikit. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman semusim yang berumur pendek (60 hari).Kerabat dekat kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk familia polong-polong (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi (Rukmana, 2006). Tanaman kacang hijau memilik batang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm tergantung varietasnya,pada cabang kacang hijau menyamping pada batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang,

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Kacang Hijau

Taksonomi tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.)Rukmana (2006)

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospremae

Kelas : Dicotylodenae

Ordo : Polypetalae

Familia : Papilionacaea

Genus : Vigna

Species : Vigna radiata L. (Wilczeck)

Koleksi plasma nutfahkacang hijau di Indonesia diperkirakan lebih dari

2000 varietas unggul yang sudah dilepas masih sedikit. Tanaman kacang hijau

merupakan tanaman semusim yang berumur pendek (60 hari).Kerabat dekat

kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas di

daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk familia polong-polong (Fabaceae) ini

memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan

pangan berprotein nabati tinggi (Rukmana, 2006).

Tanaman kacang hijau memilik batang tegak dengan ketinggian sangat

bervariasi, antara 30-60 cm tergantung varietasnya,pada cabang kacang hijau

menyamping pada batang utama terbentuk bulat dan berbulu, warna batang,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

cabangnya ada yang berwarna hijau dan ungu,biji kacang hijau merupakan lebih

kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Biji kacang hijau terdiri dari tiga

bagian utama yaitu kulit biji (10%), kotiledon (88%) dan lembaga (2%). Bagian

kulit biji kacang hijau mengadung mineral antara lain fosfor (P), kalsium (Ca),

dan besi (Fe). Kotiledonbanyak mengandung pati dan serat, sedangkan lembaga

merupakan sumber protein dan lemak (Purnomo, 2006).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada

permukaan dan bunga kacang hijau berwarna kuning tersusun dalam tandan,

keluar pada cabang serta batang dan dapat menyerbuk sendiri (Tjitrosoepomo,

2000;Irawan, 2001).

2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kacang Hijau

2.2.1 Iklim

Rukmana (2006) menyatakan bahwa untuk dapat tumbuh dan berkembang

kacang hijau menghendaki curah hujan yang optimal 50-200 mm/bln dengan

temperatur 25-270C, kelembaban udara berkisar 50-80% dan cukup mendapatkan

sinar matahari.

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas

selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga tinggi

500m di atas pemukan laut (dpl), tanaman kacang hijau dapat hidup didaerah

curah hujan rendah dengan memanfaatkan sisa-sisa kelembaban bekas tanaman

yang diairi sepenuhnya, misalnya padi, kacang hijau dapat tumbuh di segala

macam tipe tanah, namun pertumbuhan terbaik pada tanah lempung dengan bahan

organik tinggi (Rukmana, 2006).

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

2.2.2 Tanah

Tanah yang disesuaikan tanaman kacang hijau adalah tanah yang liat

berlempung, berdrainase baikdan cukup unsur hara N, P, K, Cadan unsur mikro,

tanah yang terlalu subur dengan kandungan N-total (0.51-0,75 %) dan K-tersedia

(0,61-1,00 C mol, kg-1

) yang tinggi kurang baik untuk kacang hijau karena akan

mengakibatkan pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dan pembentukan polong

berkurang (Sumarno, 2003). Tingkat keasaman tanah yang optimum untuk

pertumbuhan kacang hijau antara pH 6,5 (Andrianto dan Indrianto, 2004).

Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban

dan tersedianya unsur hara yang cukup. Itu lahan yang akan dipergunakan harus

dipersiapkan sebaik-baiknya. Lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu

dilakukan pengolahan tanah. Menurut Sunantara (2000) penyediaan lahan berupa

dengan pemotongan jerami padi sesuai untuk budidaya kacang hijau setelah

tanaman padi. Sementara itu pada lahan sawah yang agak lama tidak ditanami

perlu dilakukan pengelohan tanah secara sempurna, untuk menghindari air

tergenang pada musim hujan serta perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan

kedalaman 20-30 cm dan jarak antara saluran maksimum 4 m (Atman, 2007).

2.3 Varietas Kacang Hijau Kutilang

Kacang hijau varietas kutilangtipe determinet; produktivitas rata-rata

mencapai 2,0 t ha-1

biji berwarna hijau mengkilat; ukuran biji besar (6 g/100 biji);

tahan terhadap penyakit embung tepung; umur panen 60-67 hari. Kenari Tipe

tegak; determinet; produktivitas rata-rata 1,64 t ha-1

(rentang hasil 0,8-2,4 t ha-1

)

(Balitkabi, 2012).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

Menurut Hapsari et al.(2015) sejak tahun 1945-2013 sebanyak 13 varietas

kacang hijau yang dihasilkan berasal dari pemurnian atau seleksi galur introduksi

(Bhakti, No.129, Merak, Nuri, Manyar, Walet, Gelatik, Merpati, Sriti, Kenari,

Murai, Perkutut, dan Kutilang). Varietas unggulan mempunyai sifat berproduksi

tinggi bila ditanam pada lingkungan yang optimal, umur pendek tahan serangan

penyakit dan sifatmenguntungkan lainnya, varietas yang polongnya masak

serempak adalah varietas kutilang. Hasil penelitian Raihana dan Wiliam (2006)

menyebutkan bahwa penggunaan varietas kutilang dengan pemberian mulsa

memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas lainnya.

2.4 Masalah Budidaya Kacang Hijau di Lahan Kering

Lahan kering merupakan lahan dengan tingkat kesuburan dan

produktivitas yang sangat rendah dan khusus pada lahan berlerang atau

bergelombang berpotensi erosi tanah cukup besar. Suprapto et al., (2000)

menyatakan bahwa usahatani di lahan kering masih banyak dihadapkan pada

berbagai permasalahan seperti masalah air pengairan, tingkat kesuburan tanah,

dan produktivitas lahan yang rendah, sehingga perlu diupayakan untuk

meningkatkan produktivitas dari lahan kering tersebut melalui pemupukan baik

pupuk anorganik maupun organik.

Permasalahan dalam pengelolaan tanaman kacang hijau di lahan kering

adalah masih rendahnya produktivitas hasil, rendahnya unsur hara dilahan kering

dan air yang tersedia sangat kurang, kekeringan merupakan salah satu faktor

penting yang berengaruh terhadap rendah dan tidak stabilnya tanaman kacang

hijau, ketersedian air tanah yang sangat terbatas mengakibatkan pertumbuhan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

tanman terhambat dan dapat menyebabkan hasil tanaman rendah, kekeringan berat

yang sebabkan rendahnya curah hujan serta distribusinya yang tidak merata di

daerah beriklim kering menyebabkan kandungan air tanah cenderung berfluktuasi,

karena terhambatnya pertumbuhan tanaman (Seopandie, 1996).

Periode kritis tanaman merupakan periode pada saat itu tanaman sangat

peka terhadap faktor lingkungan, dan diluar periode tersebut relatif berpengaruh

terhadap pertumbuhan maupun hasil tanaman (Moenandir, 2010). Adisarwanto et

al., (1993) menyatakan bahwa pada stadia kritis tersebut terjadi kekurang air akan

berpengaruh terhadap hasil dan akhir tanaman, stadia kritis pada tanaman kacang

hijau merupakan: (1)perkecambahan, (2) pembungaan, (3) pembentukan polong,

(4) pengisian biji.

2.5 Sifat Kimia Tanah

2.5.1 pH Tanah

Keasaman tanah atau pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu

benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Reaksi

tanah yang penting adalah masam, netral dan alkalin, suatu tanah disebut masam

apabila pH nya kurang dari 7, netral bila sama dengan 7 dan basa bila lebih dari 7

(Hakim et al., 1986).

Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion Hidrogen (H+) di dalam

tanah, makin tinggi kadar ion H+di dalam tanahsemakin masam tanah tersebut di

dalam tanah selain H+

dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya

sebanding dengan banyaknya H+. Tanah-tanah masam jumlah ion H

+ lebih tinggi

daripada OH-. Tanah alkalis kandungan OH

- lebih banyak daripada H

+ bila

kandungan H+sama dengan OH

-maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

7, didalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi

mikroorganisme dalam hubungannya dengan proses-proses sangat erat

hubungannya dengan mikroorganisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi,

dll), penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesa kimia organik dan transport gas

ke atmosfer mikrobia seperti metan, CH4 (Hakim et al., 1986).

2.5.2 Nitrogen (N)

Nitrogen tanah sebagaian besar berada dalam bentuk N organik maka

pelapukan N organik merupakan proses yang menjadikan N tersedia bagi

tanaman. Nitrogen dibebaskan dalam bentuk ammonium, dan bila keadaan baik

ammonium dioksidasikan menjadi nitrit kemudian nitrat (Hrdjowigeno, 2007).

Tanaman mengambil nitrogen terutama dalam bentuk NH4+ dan NO3

-. Ion-ion di

dalam tanah pertanian berasal dari pupuk-pupuk N yang diberikan serta bahan

organik tanah. Jumlahnya tergantung dari jumlah pupuk yang diberikan dan

kecepatan perombakan dari bahan-bahan organik (Leiwakabessy dan Sutandi,

2004).

2.5.3 Phospor (P)

Unsur Phospor berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk

energi. Penyimpanan dan peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP

dan ATP. Unsur P berperan dalam pembelahan sel melalui peranan nukleoprotein

yang ada dalam inti sel, selanjutnya berperan dalam menentukan sifat-sifat

kebakaan dari generasi ke generasi melalui peranan DNA (Leiwakabessy dan

Sutandi, 2004).

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

2.5.4 K-tersedia

Jumlah Kalium dalam tanah jauh lebih banyak daripada phospor.

Ketersediaan Kalium di dalam tanah cendrung tidak stabil karena Kalium diikat

dalam bentuk-bentuk yang kurang tersedia, jumlah Kalium yang

dapatdipertukarkan atau tersedia bagi tanaman tidak melebihi 1 % dari seluruh

Kalium tanah (Foth, 1985).

2.6 Peranan Pupuk Dolomit untuk Perkembangan Kacang Hijau

Derajat keasaman tanah pH sangat menentukan tingkat ketersediaan unsur

hara bagi tanaman dan perkembangan bakteri Rhizobuim dalam tanah. Derajat pH

yang baik untuk pertumbuhan kacang hijau adalah 6 sampai 6,5.Tanaman kacang

hijau masih dapat tumbuh dengan pH 5,8 tetapi hasilnya rendah bila dibandingkan

dengan pH tanah 6 sampai 6,5 (Sumarno, 2003).

Penanaman yang di lakukan pada tanah pH rendah perlu dilakukan

peningkatan pH dengan cara pengapuran, pengapuran dapat diberikan kapur

pertanian atau dolomit. Dolomit juga sebagai sumber unsur hara Ca dan Mg

masing-masing sebesar 30% dan 19% (Winarso, 2005).

Pemberian dolomit pada tanah asam bermanfaat terhadap pertumbuhan

kacang hijau, hal ini disebabkan karena kacang hijau memerlukan Ca dan Mg

untuk pembentukan polong dan dolomit juga bisa meningkatkan kandungan Mg

dalam tanah sehingga proses fotosintesis bisa berjalan dengan baik. Dolomit

umumnya diberikan dengan dosisi 200-400 kg ha-1

dan diberikan dalam tanah.

Kuswandi (1993) menyatakan bahwa dolomit lebih baik karena tidak

hanya mengandung unsur Ca tetapi juga mengandung unsur Magnesium. Jumlah

dolomit yang diberikan tergantung pada pH tanah awal, pH yang diinginkan, jenis

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

tanah dan jenis tanaman. Tanah pH 4,0 dibutuhkan dolomit 10,25 t ha-1

untuk

tanaman jangung, tanah pH 4,2 dibutuhkan dolomit 9,28 t ha-1

untuk tanaman

kacang tanah, sedangkan pH tanah 5,2 dibutuhkan 4,54 t ha-1

untuk tanaman

kedelei (Gunawan, 2006).

Adyono (2005) menyatakan bahwa pengaruh pemberian kapur dolomit

dan Ca pada tanaman kacang hijau tidak memperlihatkan perbedaan pada

komponen hasil yang diamati yaitu pada pemberian dolomit 2-4 t ha-1

. Perlakuan

dolomit berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang

primer, umur tanaman berbunga, perlakuan terbaik yaitu 15 g (2 t ha-1

).

Hasil penelitian Gunawan (2006) dolomit berpengaruh nyata terhadap

tinggi tanaman, berat 100 biji, berat biji kering perplot dan berat kering tanaman.

Berat biji kering pada perlakuan tanpa dolomit hanya menghasilkan 11,03 g yang

berbeda nyata dengan perlakuan dolomit 445 g (9,28 t ha-1

) dengan hasil 16,20 g.

2.7 Peranan Pupuk Organik terhadap Sifat Kimia Tanah

Kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus

dipertahankan tidak kurang dari 2%, agar kandungan bahan organik dalam tanah

tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka seolah

pengelohan tanah penambahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun agar

kandungan bahan organik sangat erat kaitannya dengan KTK (Kapasitas Tukar

Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah (Mustofa, 2007; Anonim 2008).

Pupuk kandang sapi adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak sapi,

baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan maupun air

kecing (urine), kualitas pupuk kandang beragam, tergantung pada jenis umur,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

kesehatan ternak dan kadar air serta jumlah pakan yang dikonsumsi (Soepandi

1983).

Pupukkandang sapi mempunyai kadar K-tersedia 1,03%, N-total 0,92%,

P-tersedia 0,23%, Ca-tanah 0,38%, Mg 0,38%, yang akan dapat dimanfaatkan

oleh tanaman. Unsur hara yang dilepaskan seperti Kalium mempunya fungsi

seperti translokasi gula pada pembentukan pati dan protein, meningkatkan

ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit, memperbaiki ukuran

dan kualitas buah pada masa generatif (Novizan, 2001).

Kualitas pupuk kandang ditentukan oleh beberapa faktor seperti

jenisternak, umur dan keadaan hewan, sifat dan jumlah amparan, serta cara

penyimpanan pupuk sebelum dipakai. Padatan yang terdapat dalam pupuk

kandang terdiri dari senyawa organik serupa dengan bahan makanannya, antara

lain selulosa, pati dan gula, hemiselulosa dan lignin seperti yang kita jumpai

dalam humus ligno-protein.(Brady, 1990 dalam Suntoro, 2003).

Hasil penelitian Suntoro (2003) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk

kandang dengan dosis 9,5 t ha-1

, mampu meningkatkan hasil biji kacang tanah

38,72% dengan hasil 2,13 t ha-1

, dan efek residunya untuk musim tanam

berikutnya, mampu memberikan hasil lebih tinggi yaitu sebesar 2,6 t ha-1

. Peneliti

yang lain melaporkan penambahan dengan dosis 30 t ha-1

mampu memberikan

hasil padi gogo 5,93 t ha-1

(Mertikawati et al.,1999). Tanaman kedelai dilaporkan

pengunaan pupuk kandang sapi 20 t ha-1

mampu memberikan hasil biji 1,21 t ha-1

(Wiskandar, 2002).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEPDAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Kacang hijau merupakan tanaman palawija yang sangat penting

dikalangan petani, perdaganganya sangat meluas dan telah menjangkau berbagai

belahan dunia. Rukmana (2006) menyatakan bila dibandingkan dengan kacang-

kacang lain, kacang hijau memiliki kelebihan antara lain, berumur genjah, lebih

toleran kekeringan, dapat ditanaman dilahan yang kurang subur, serta mudah

untuk dibudidayakan.

Permintaan kacang hijau yang tinggi menyebabkanpetani lebih intensif

dalam membudidayakan tanaman tersebut. Permasalahan seperti lahan yang

kurang subur, pH tanah yang rendah serta lahan yang relatif sempit membuat hasil

tanaman cenderung menurun, yang terjadi pada varietas kacang hijau lokal Timor

Leste. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan lahan pertanian

dan menemukan varietas yang mampu beradaptasi dan mempunyai produksi

tinggi.

Budidaya kacang hijau terkendala oleh pH tanah di lokasi penelitian 5,7

yang tergolong pada kategori rendah, sesuai dengan hasil analisis tanah dari

Laboratorium Tanah Universitas Udayana (Lampiran 1) yang menunjukkan

bahwa Phospor berada pada kategori yang sangat rendah sebagai akibat dari

rendahnya pH tanah sehinga sebagian unsur hara Phospor diikat oleh unsur Al dan

Fe.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

Memperhatikan kondisi tersebut maka upaya yang dilakukan yaitu

berusaha meningkatkan pH tanah dengan menggunakan kapur dolomit, yang

komposisinya mengandung Ca sekitar 30% dan Mg 19%, dengan peningkatan pH

maka diharapkan akanada pelepasan unsur hara Phospor. Phospor sangat berperan

dalam proses pembungaan serta berfungsi untuk mencegah terjadinya perontokan

bunga.

Penggunaan pupuk dolomit tanpa diimbangi dengan perbaikan sifat kimia

tanah maka tidak akan memberikan dampak yang sempurna, sehingga bisa

dipadukan dengan penggunaan pupuk organik berupa pupuk kandang sapi. Pupuk

kandang sapi juga dapat meningkatkan unsur hara serta perbaikan sifat kimia

berupa kandunganN, P, K dan kemampunya menyimpan air tanah. Salah satu

peran pupuk organik seperti pupuk kandang sapi yaitu berupa buffer (penyangga)

sehingga pH tanah tetap terkontrol dengan pelepasan asam-asam organik hasil

dekomposisi dari pupuk organik secara perlahan.

Penggunaan pupuk kandang sapi dan kapur dolomit diharapkan mampu

meningkatkan pH tanah serta memberikan pupuk kandang sapi dapat memberikan

pengaruh terhadap perbaikan kimia, yang akan ditunjukkan dengan pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang hijau yang diteliti. Lebih lanjut hasil penelitian tidak

hanya memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kacang hijau namun dapat

menjadi sesuai untuk semua tanaman yang akan dibudidayakan. Secara lengkap

kerangka berpikir disajikan pada Gambar 3.1 berikut :

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Kesuburankimia tanah yang

rendah

Hasil kacang hijau rendah

Upaya peningakatan menggunakan

pupuk dolomit dan pupuk kadang sapi

Pupuk dolomit dari batu kapur (karena dolomit bisa menetralkan

pH tanah dan pupuk kandang sapi sumber bahan organik, rasio

C/N yang rendah, serta mudah dan murah diaplikasikan

Pemberian dosis yang sesuai akan

meningkatkan nilai efisiensi dari

pupuk dolomit dan pupuk kandang

sapi baik untuk tujuan perbaikan

kimia tanah kualitas tanah maupun

peningkatan hasil tanaman.

Pemberian dosis sangat menentukan

pelepasan hara oleh pupuk ke dalam tanah,

beberapa hasil penelitian membuktikan

pemberian dosis yangberbeda akan

memberikan pengaruh yang berbeda pula

untuk tanah dan tanaman, hal ini erat

berkaitannya dengan cepat atau lambatnya

dekomposisi.

Pengaruh pemberian dosis pupuk dolomit dan

pupuk kandang sapi diharapkan mampu

memperbaiki sifat kimia tanah dan hasil tanaman

kacang hijau yang akan ditunjukkan dengan :

Perbaikan sifatkimia tanah : yaitu

memperbaiki, peningkatan N, P, K, dan

C-organik dalam tanah.

Adanya pengaruh yang ditunjukkan

terhadap pertumbuhan tanaman kacang

hijau (tinggi tanaman, jumlah daun, luas

daun) serta peningkatan produksi tanaman

kacang hijau (berat kering tanaman, jumlah

polong tanaman, jumlah biji, bobot biji,

bobot biji kering)

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

3.2 Konsep Penelitian

\

Gambar 3.2

Konsep Penelitian

Perbaikan kesuburan tanah dan upaya

peningkatan produksi kacang hijau

Menggunakan pupuk dolomit dan pupuk

kandang sapi pada dosis yang berbeda

Dolomit mengandung Mg dan Ca yang banyak

digunakan sebagai bahan pengapur pada tanah-

tanah masam untuk menaikkan pH tanah serta

penggunaan pupuk kandang sapi untuk

perbaikan sifat kimia tanah

Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri

dari dosis pupuk dolomit dan pupuk kandang

sapi dengan 3 ulangan.

Dosis pupuk dolomit :

1. D0 = 0 kg ha-1

(0 g petak-1

)

2. D1 = 160 kg ha-1

(0,12 kg petak-1

)

3. D2 = 320 kg ha-1

(0,24 kg petak-1

)

4. D3 = 480 kg ha-1

(0,36 kg petak-1

)

Dosis pupuk kandang sapi :

P0= 0 t ha-1

(0 kg petak-1

)

P1 = 10 t ha-1

(7,5 kg petak-1

)

P2 = 20 t ha-1

(15 kg petak-1

)

P3 = 30 t ha-1

(22,5 kg petak-1

)

Tahapan Penelitian

Persiapan Lahan

Persiapan pupuk dolomit dan

kandang sapi

Penanaman

Pemeliharaan

Panen

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

3.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta kerangka konsep

penelitian maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

1. Terjadi interaksi antara pupuk dolomit dan pupuk kandang sapi terhadap

perbaikan sifat kimia tanah dan hasil tanaman kacang hijau.

2. Diperoleh dosis pupukdolomite yang terbaik untuk perbaikan sifat kimia tanah

dan peningkatan hasil tanaman kacang hijau.

3. Diperoleh dosis pupuk kadang sapi yang terbaik untuk perbaikan sifat kimia

tanah dan peningkatan hasil tanaman kacang hijau.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Percobaan

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

dua faktor yang disusun secara faktorial. Faktor pertama adalah dosis dolomit

dengan 4 taraf dan faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sapi dengan 4 taraf.

Perlakuan tersebut adalah sebagai berikut:

Dosis dolomit terdiri dari:

D0 = 0 kg ha-1

(0 g petak)

D1 = 160 kg ha-1

(0,12 kg petak)

D2 = 320 kg ha-1

(0,24 kg petak)

D3 = 480 kg ha-1

(0,36 kg petak)

Dosis pupuk kandang sapi (P):

P0= 0 t ha-1

(0 kg petak)

P1 = 10 t ha-1

(7,5 kg petak)

P2 = 20 t ha-1

(15 kg petak)

P3 = 30 t ha-1

(22,5 kg petak)

Percobaan ini terdiri atas 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing

diulang tiga kali, sehingga terdapat 48 petak percobaan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Percobaan ini merupakan percoban lapangan yang dilaksanakandi lahan

kering di Distritu Baucau, mulai bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Maret

2016. Ketinggian tempat percoban 750 m di atas permukan laut (dpl).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

Analisis tanah pada lokasi percobaan dilakukan dilaboratorium Ilmu

Tanah, Prodi Agroekoteknoologi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana,

Denpasar-Bali.

4.3 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan benih kacang hijau varietas kutilang, kapur

dolomit, pupuk kandang sapi dan bahan analisis laboratorium. Alat yang

digunakan dalam pelaksanaan percobaan ini meliputi:bor tanah, cangkul sekop,

meteran, penggaris, ajir, papan naman perlakuan, tugal, timbangan analitik,

handspryer, spidol, alat tulis, kertas label, gunting, papan nama perlakuan, tali

rafiah dan plastik serta alat-alat analisis di laboratorium.

4.4 Pelaksanaan Percobaan

4.4.1 Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dicangkul sebanyak dua kali

agar menjadi gembur, kemudian diratakan, selanjutnya dibagi menjadi empat blok

sesuai dengan ulangan, masing-masing perlakuan dibuatsebanyak 3 ulangan,

sehingga terdapat 48 petak percobaan sesuai dengan rancangan yang telah di

tentukan, masing-masing petak berukuran 3 m x 2,5 m dengan jarak antara

petakan dalam satu ulangan 20 cm serta jarak antara blok 1 m.

4.4.2 Pemupukan

Pemupukan dengan pupuk dolomit, diawali dengan persiapan yaitu

menimbang pupuk dolomit dengan dosis yang telah diterapkan terlebih dahulu,

tanah yang sudah diolah diberikan dolomit dengan dosis D0 = 0 kg ha-1

(0 g petak-

1), D1 = 160 kg ha-

1 (0,2 kg petak

-1), D2 = 320 kg ha

-1 0,24 kg petak

-1), D3 = 480

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

kg ha-1

(0,36 kg petak-1

), sesuai dengan perlakuan yang ditetapkan, kemudian

dicampur hingga rata dan didiamkan selama 2 minggu. Kemudianpupuk dolomit

di taburkan ke atas tanah yang telah dipersiapkan (petakan) dengan cara

disebarkan secara merata, kemudian dipupuk dengan pupuk kandang sapi dengan

dosis P0= 0 t ha-1

(0 kg petak-1

), P1 = 10 t ha-1

(7,5 kg petak-1

), P2 = 20 t ha-1

(15 kg

petak-1

), P3=30 t ha-1

(22,5 kg petak-1

). Sesuai dengan petakan perlakuan yang

ditetapkan, ditempatkan antara baris tanaman dengan jarak 5 cm dari lubang

tanam, yang diberikan pada saat tanam (Adisarwanto, 2000).

.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

II I III

Keterangan:

I, II, III : Ulangan

D0 : 0 kg ha-1

(tanpa dolomit) P0 : 0 t ha-1

(tanpa kadang sapi)

D1 : 160 kg ha-1

P1 : 10 t ha-1

D2 :320 kg ha-1

P2 : 20 t ha-1

D3 : 480 kg ha-1

P3 : 30 t ha-1

Gambar 4.1

Denah tata letak petak percobaan

D3P3 D1P3 D1P1 D3P1 D3P1 D1P2

D1P2 D2P3 D1P3 D1P2 D1P1 D2P2

D3P2 D2P1 D0P0 D2P0 D1P0 D3P2

D0P1 D2P0 D1P2 D3P2 D2P0 D0P1

D2P2 D1P1 D0P3 D1P0 D1P3 D2P3

D0P3 D0P2 D0P1 D2P1 D0P0 D0P3

D0P0 D1P0 D2P2 D2P3 D2P1 D3P3

D3P1 D3P0 D3P3 D3P0 D3P0 D0P2

0,5m 1 m 3 m

2,5 m

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

3 m

Keterangan:

Ukurang Petak : 3 m x 2,5 m

Jarak Tanam : 40 cm x 20 cm

X : Tanaman kacang hijau

X : Tanaman sampel

: Ukuran ubinan 1 m x 1,6 m

Gambar 4.2

Tata Letak Tanaman dalam Petakan Percobaan

4.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan menempatkan 2 benih per

lubang. Penanaman dilakukan setelah tanah diolah dan diberi pupk dolomit dan

pupuk kandang sapi, benih kacang hijau akan ditanam terlebih dahulu direndam

selama 3 hari dengan air sampai benih kacang hijau berkecambah. Kemudian

dikeringkandengan diangin-anginkan kurang lebih 1-4 jam dan benih siap

ditanam, jumlah biji yang ditanam sebanyak 2 biji per lubang dan setelah umur 14

2,5 m 40 cm

7,5 cm

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X

20 cm

20 cm

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

hari tanaman diperjarang dan dipertahankan tumbuh 1 tanaman per lubang,

kacang hijau ditanam dengan jarak 40 cm x 20 cm, populasi tanaman kacang hijau

per petak adalah 48 tanaman.Penanaman benih dengan cara tugal kedalam

permukanan tanah, kemudian ditimbun rapat agar benih tidak rusakpenyulaman

dapat dilakukan sebelum tanaman berumur 17 hari, jika terdapat tanaman yang

mati

4.4.4 Penyiraman

Penyiraman dilakukan sebelum tanam dengan tujuan membasahi dan

menggemburkan tanah dan selanjutnya disirami setiap dua hari pada bulan

pertama (fase vegetatif).Setelah tanaman melewati masa vegetatife tanaman pada

1 bulan setalah tanam dan memasuki masa generatife, fase berbunga jumlah air

yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

4.4.5 Panen

Panen dilakukan saat polong berwarna coklat kehitaman, Pemanenan

dilakukan dengan cara dipetik, kemudian polong segera dijemur selama 2-3 hari

hingga kulit mudah terbuka. Biji dikeluarkan dari kulitnya dengan cara dipukul

yang dilakukan dalam kantong kain untuk menghindari kehilangan hasil.

4.5 Variabel Pengamatan

4.5.1 Variabel pertumbuhan dan Komponen Hasil

1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah sampai

titik tumbuh batang utama. Pengamatan dilakukan 2 kali pada saat

tanaman kacang hijau umur 30 hst dan pada saat berbunga.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

2. Jumlah daun (helai/pertanaman)

Pengamatan jumlah daun tanaman dilakukan pada saat tanaman

kacang hijau umur 30 hst dan pada saat berbunga.Daun yang dihitung

adalah daun trifoliat.

3. Indeks luas daun (ILD)

Pengamatan indeks laus daun dilakukan pada saat tanaman

kacang hijau berbunga. Indeks luas daun diperoleh dengan membagi luas

daun per tanaman dibagi dengan luas areal yang diduduki oleh tanaman

tersebut. Luas daun adalah panjang x lebar daun maksimal x konstanta.

Untuk mencari konstanta harus menggunakan kertas millimeter blok

dibagi dengan panjang x lebar daun maksimal (Gomez, 1972).

ILD =tanamjarak

konstantaxmaksimaldaunlebarxpanjang.............................(1)

4. Berat Basah Brangkasan (pertanaman)

Pengamatan berat segarbrangkasan/tanaman (g)diperoleh dengan

cara menimbang seluruh bagian tanaman di atas tanah, kecuali biji

tanaman dalam ubinan dibagi dengan jumlah tanaman dalam ubinan.

Berat segar brangkasan/tanaman(g)

= ubinantanaman / jumlah

(g)ubinan / brangkasansegarberat

…………………………(2)

5. Bobot Kering Oven Brangkasan (pertanaman)

Berat kering oven brangkasan/tanaman dicari dengan cara

menimbangsampel brangkasan segar sebanyak 100 g kemudian

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C sampai beratnya konstan.

Beratsampel tersebut kemudiandikonversi menjadi berat kering

oven/tanaman, BKO brangkasan/tanaman(g).

= ubinantanaman/ jumlah

(g)sampel BKOx

(g)sampelg100

(kg)/tanamanbrangkasan…….....……(3)

6. Jumlah Polong (g/tanaman)

Jumlah polong per tanaman diperoleh dengan menghitung semua

polong isi pada ubinan saat panen dibagi dengan jumlah tanaman dalam

ubinan. polong isi dihitung apabila dari 50% polong terisi biji.

Jumlah polong/tanaman = ubinantanaman / jumlah

ubinan / polongjumlah.........................(4)

7. BeratKering Jemur Biji Kering (g/tanaman)

Berat kering jemur biji diperolah dengan cara menjemur biji kacang

hijau dari ubinan lalu di timbang, sehingga dibagi dengan jumlah

populasi ubianan kemudian dikonversikan ke berat biji kering jemur.

8. BeratKering Oven Biji (g/tanaman)

Berat biji kering oven/tanaman diperoleh dengan cara menimbang

berat bijihasil ubinan dibagi jumlah populasi ubinan kemudian

dikonversi ke berat bijikering oven dengan formula:

Berat biji kering oven/tanaman

= (g)biji100xbko(g)biji100basah b.

anbiji/tanambasah b.…………………..(5)

9. Berat Kering Jemur 100 biji

Unutuk mendapatkan berat kering 100 biji tanaman kacang hijau

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Kacang Hijau

dipanen terus dijemur sampe kering kemudiandikupas lalu dihitung biji

kacang hijau sampe dengan 100 bijidari hasil populasi ubinan, terus

ditimbang untuk mendapatkan hasil dari berat kering 100 biji.

10. Berat Kering Oven 100 biji

Berat 100 biji kering oven diperoleh dengan cara menimbang 100

biji hasilubinan yang telah dikering oven pada suhu 800C sampai

beratnya konstan.

4.5.3 Variabel tanah yang diamati

1. Ca-tersedia

Pengamatan Ca-tersedia setelah panen. Sempel tanah diambil pada

kedalam 0-20 cm tiap petak percobaan dan dianalisis di laboratorium.

2. N-total tanah (%), C-organik (%) dan pH

N-total (%), C-organik tanah (%) dan pH tanah diamati pada saat

panen. Penentuan N-total dan C-organik tanah dilakukan dengan

mengambil sampel tanah dari masing-masing petak perlakuan sebanyak

500 g kemudian dikeringkan, diayak halus dan dilakukan analisis di

laboratorium. Metode yang digunakan untuk penepatan N-total yaitu

metode Kjeldah, sedangkan C-organik dengan metode Walkey and

Black.

4.6 Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis secara statistika dengan menggunakan

metode analisis sidik ragam, terdapat pengaruh perlakuan yang nyata terhadap

variabel yang diamati, maka analisis dilanjutkan dengan uji jarak berganda

Duncan pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995).