bab ii kajian pustaka 2.1. hakikat peranan guru 2.1.1...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hakikat Peranan Guru
2.1.1 Pengertian Peranan Guru
Dunia pendidikan, guru merupakan faktor penting dan utama, karena guru
adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik, terutama di sekolah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik
sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya
sebagai manusia. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru
terletak tanggung jawab untuk membawa siswanya kearah kedewasaan atau taraf
kematangan tertentu. Dalam rangka itu guru tidak semata-mata sebagai
“pendidik” yang transfer of knowledge, tapi juga seorang “pendidik” yang
transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberikan
pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Berkaitan dengan ini maka
sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam
proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan siswa ketaraf yang dicita-
citakan.
Untuk memperkuat kajian tentang peranan guru, perlu ditelaah juga
tentang pengertian peranan. Soekanto (2001:48) mengemukakan bahwa peranan
adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (dalam
terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Peranan juga dikatakan perilaku atau
lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka, kata
peranan lebih banyak mengacu pada penyesuain diri pada suatu proses.
Friedman (2003:286) struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
(a) peran formal (peran yang nampak jelas) yaitu sejumlah perilaku yang bersifat
homogen. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga. (b) Peran Informal
(peran tertutup) yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya
tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga.
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa peran
adalah suatu bentuk tindakan dalam kehidupan sosial yang diharapkan untuk
menerangkan apa yang akan dilakukan dalam suatu kondisi tertentu.
Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. “Guru adalah figur
manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan ”Syaiful (dalam Catarts, 2012:1). Disekolah guru adalah orang tua
kedua bagi anak didik. Sebagai orang tua, guru harus menganggapnya sebagai
anak didik bukan menganggapnya sebagai “peserta didik”. Dalam Undang-undang
Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005 Pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga
profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan
oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi
pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
tertentu.
Djamarah (2010:43) yang mengemukakan bahwa banyak peranan yang
diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri
menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di
bawah ini.
1) Guru sebagai Pendidik dan Pembimbing
Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” suatu materi yang
akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seorang yang memegang
memiliki “kepribadian guru”, dengan segala ciri tingkat kedewasaannya. Dengan
kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seorang harus berpribadi.
Masalahnya yang penting adalah mengapa guru itu dikatakan sebagai
”pendidik”. Guru memang seorang “pendidik” sebab dalam pekerjaannya ia tidak
hanya “mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan
beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “Mendidik” sikap
mental seseorang tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi
bagaimana pengetahuan itu bisa dididikan dengan guru sebagai idolanya.
Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siswanya. Nilai-nilai
tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Oleh karena itu pribadi
guru itu sendiri merupakan perwujudan dari nilai yang akan ditransfer. Mendidik
adalah mengantarkan anak didk agar menemukan dirinya, menemukan
kemanusiaannya. Mendidik adalah memanusiakan manusia. Dengan demikian
secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu bukan hanya berperan sebagai
“pengajar” yang transfer of knowledge tetapi juga “pendidik” yang transfer of
value. Ia bukan saja membawa ilmu pengetahuan, akan tetapi juga menjadi contoh
bagi seorang pribadi manusia.
Selanjutnya sebagai kelanjutan atau penyempurnaan fungsi guru sebagai
pendidik, maka harus berfungsi pula sebagai pembimbing. Pengertian pendidik
dalam hal ini lebih luas dari fungsi “membimbing”. Bimbingan adalah termasuk
sarana dan serangkaian usaha pendidikan. Seorang guru menjadi pendidik bearti
sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai contoh guru yang berfungsi sebagai
“pendidik” dan “pengajar” seringkali akan melakukan pekerjaan bimbingan.
Misalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang sasuatu keterampilan dan
sebagainya. Jadi yang jelas dalam proses pendidikan kegiatan “mendidik,
mengajar dan bimbingan” sebagai suatu yang tidak dapat dipisahkan.
Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun
anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan
arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus berlaku
membimbing, dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan
mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan,
termasuk dalam hal ini yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau
kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat
menciptakan perkembangan yang lebih baik dari pada siswa, baik perkembangan
fisik maupun mental dalam hubungannya dengan hasil dan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai.
2) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai Demonstrator, lecturer atau pengajar, guru
hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan
diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan
kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai oleh anak didik.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri adalah
pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus menerus. Dengan cara yang
demikian ia akan memperkaya dirinya denganberbagai ilmu pengetahuan sebagai
bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga
mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya agar
apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.
Juga seorang guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan
TPK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil
dalam membrikan informasi kepada kelas. Sebgai pengajar ia pun harus
membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima memahami, serta
menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya dapat mencari cela untuk
menggabungkan antara pendidikan moral dan mata pelajaran lainnya untuk
membentuk manusia yang bermoral.
3) Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan
aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan.
Pengawasan terhadap belajar lingkungan itu turut menentukan sejauh mana
lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik
ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Kualitas dan kuantitas belajar siswa didalam kelas bergantung pada
banyak faktor, antara lain adalah guru, hubungan pribadi antara siswa didalam
kelas, serta kondisi umum dan suasana didalam kelas. Tujuan umum pengelolaan
kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-
macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan
tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan
alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja
dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
4) Guru sebagai Mediator
Suru sebagai mediator dapat diartikan sebagia penengah dalam kegiatan
belajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan
dalam kegiatan diskusi siswa. Mediator juga diartikan penyedia media.
Bagaimana cara memakai dan mengorganisasi penggunaan media.
5) Guru sebagai Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik.
Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.
Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari
pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang
penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh
anak didik.
6) Guru sebagai Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi
yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi
anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan
bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan
diberikan kepada anak didik, informator yang baik adalah guru yang mengerti apa
kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.
7) Guru sebagai Motivator
Menurut Sujiono (2008:5.30) mengemukakan bahwa guru sebagai
motivator artinya guru harus mampu menjadi motivator anak dalam membangun
pengetahuan. Dalam hal ini guru harus mampu memotivasi anak dalam
melakukan kegiatan, agar anak tidak mudah menyerah. Sama halnya yang
dikemukakan oleh Djamarah (2010:45) sebagai motivator guru hendaknya dapat
mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik
malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus
bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di
antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.
8) Guru sebagai Fasilitator
Menurut Djamarah (2010:46) mengemukakan sebagai fasilitator, guru
hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan
belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang
kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang
tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas
guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar
yang menyenangkan anak didik. Sama halnya yang dikemukakan oleh Sujiono
(2008:5.32) bahwa guru sebagai fasilitator artinya guru mampu memfasilitasi
seluruh kebutuhan anak pada saat kegiatan belajar dan bermain langsung.
(Catarts, 2012:5) mengemukakan bahwa dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik dan
tenaga kependidikan berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (b) mempunyai
komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c)
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. UU ini memberikan kepercayaan
penuh kepada pendidik agar dapat menciptakan pendidikan yang mempunyai
makna, menyenangkan, kreatif dan dinamis bagi peserta didik.Guru merupakan
faktor penentu dalam proses penyelenggaraan pendidikan, karena hakekat guru
adalah untuk mendidik, yakni mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik
potensi psikomotor, kognitif maupun potensi afektif. Di samping itu,
tanggungjawab perkembangan peserta didik yang paling utama adalah peran
orang tua dalam keluarga baik perkembangan jasmaninya maupun perkembangan
rohaninya.
(Catarts, 2012:7) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan operasional
mendidik, seorang guru melakukan rangkaian proses mengajar, memberikan
dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, membiasakan. Batasan ini
memberi arti bahwa tugas guru bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana
pendapat kebanyakan orang, tetapi pendidik juga bertugas sebagai motivator dan
fasilitator dalam proses belajar mengajar, sehingga seluruh potensi peserta didik
dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Pelaksanaan hakekat guru membutuhkan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan demikian tidak dapat
dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan
atau pekerjaan sebagai seorang guru. Keahlian sebagai guru profesional harus
menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu
pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Memahami konsep ini, pendidik
juga dituntut mempunyai profesi atau keahlian yang prodesional handal dalam
semua komponen pendidikan. Komponen pendidikan yang dimaksud adalah
mulai dari perangkat tujuan pendidikan sampai kepada pelaksanaan pendidikan
dalam proses belajar mengajar.
2.1.2. Fungsi Guru
Seorang guru baru dikatakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik
dan juga berfungsi sebagai pembimbing. Seorang guru menjadi pendidik yang
sekaligus sebagai seorang pembimbing. Contohnya guru sebagai pendidik dan
pengajar sering kali akan melakukan pekerjaan bimbingan, seperti bimbingan
belajar tentang keterampilan dan sebagainya dan untuk lebih jelasnya proses
pendidikan kegiatan mendidik, mengajar dan membimbing sebagai yang taka
dapat dipisahkan. Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan
menuntun anak didik dalam perkembanganya dengan jelas dmemberikan langkah
dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sebagai pendidik guru harus berlaku membimbing dalam arti menuntun
sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini yang terpenting
ikut memecahkan persoalan-persoalan dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak
didik. Dengan demikian diharapkan menciptakan perkembangan yang lebih baik
pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental.
Satori (2011:1.20) mengemukakan bahwa ada beberapa fungsi dari
seorang guru antara lain :
1. Guru sebagai manager
Guru mengelola lingkungan pembelajaran secara keseluruhan. Kegiatan
ini melibatkan siswa sebagai individu dan sebagai kelompok, program
pembelajaran, lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran.
2. Guru sebagai observer
Kemampuan guru untuk meneliti secara cermat peserta didik, tindakan
mereka, reaksi dan interaksi mereka.
3. Guru sebagai diagnostician
Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap peserta didik termasuk
merencanakan program bagi peserta didik.
4. Guru sebagai educator
Kegiatan ini melibatkan pembuatan tujuan dan sasaran sekolah, sifat dan
isi dari kurikulum dan program pembelajaran.
5. Guru sebagai organizer
Kemampuan guru untuk mengorganisir program pembelajaran. Sebagai
organizer adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan guru, dalam bidang ini
guru memiliki kegiatan pengelolaan, kegiatan akademik dan sebagainya. Semua
diorganisasikan sehingga seperti mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar
pada siswa.
6. Guru sebagai decision-maker
Memilih bahan/ materi pembelajaran yang sesuai, memutuskan topik dan
proyek yang akan dilaksanakan serta membuat program pribadi.
7. Guru sebagai presenter
Guru sebagai pembuka, narator, penanya, penjelas dan peneliti dari setiap
diskusi.
8. Guru sebagai communicator
Kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan peserta didik maupun
rekan kerja.
9. Guru sebagai mediator
Guru berfungsi sebagai mediator antara peserta didik/ kelas dan masalah-
masalah yang timbul. Seorang pengajar/guru berperan sebagai mediator yang
membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik. Tugas guru sebagai
seorang mediator antara lain:
menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan murid
bertanggungjawab dalam mebuat rancangan, proses, dan penelitian.
Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang
keingintahuan murid dan membantu mereka untuk mengekspresikan
gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide mereka.
Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pemikiran si anak
didik berjalan atau tidak.
Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa
yang suddah mereka ketahui dan pikirkan.
Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan
kebutuhan siswa.
Guru perlu mempunyai pemikiran yang lebih fleksibel untuk dapat
mengerti dan menghargai pemikiran siswa.
10. Guru sebagai motivator
Guru memberikan motivasi kepada peserta didik. Sebagai motivator, guru
hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.
11. Guru sebagai counsellor
Guru sebagai konselor bagi siswa dibidang pendidikan, personal, sosial
dan emosional.
12. Guru sebagai evaluatorn
Guru mengevaluasiikm , menilai, mencatat kemampuan, pencapaian dan
kemajuan siswa. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik, kegiatan
ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua
pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.
Dengan penialaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk
kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang atau cukup baik dikelasnya jika
dibandingkan dengan teman-temanya. Oleh karena itu, guru seharusnya terus
menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu.
Informasi yang diperoleh merupakan feedback terhadap proses belajar mengajar.
Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar mengajar selanjutnya.
Dilihat dari dirinya sendiri, seorang guru harus berperan sebagai berikut :
1. Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan
masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa
merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi
didalamnya.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu
pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar
untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
3. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan
anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan setelah keluarga,
sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan
sebagai orang tua bagi siswanya.
4. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk
siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
5. Pemberi keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan rasa aman bagi
siswa. Guru menjadi tempat berlindung bagi siswa untuk memperoleh rasa
aman dan puas di dalamnya.
2.2. Hakikat Media Audio visual
Apabila dilihat dari etimologi “kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara
atau pengantar, maksudnya sebagai perantara atau alat menyampaikan sesuatu.
Terkait dengan hal tersebut, Djamarah dan Zain (2010:120) mengemukakan
bahwa kata media berasal dari bahasa latin, medius,yang secara harfiah berarti
“tengah”,”perantara”,atau “pengantar”. Dengan demikian media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Daryanto (2010:4) mengemukakan bahwa kata media merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang dapat didefinisikan sebagai perantara atau
pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima”. Djamarah dan
Zain (2010:120) mengemukan media secara terminologi berasal dari bahasa latin
yang merupakan bentuk jamak dari’’medium’’Yang berarti perantara, dengan
demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan. Pernyataan ini nampaknya tidak hanya sekedar memberi arti dan fungsi,
tetapi lebih dikhususkan pada pengertian media mengajar ataupun media
pendidikan.
Slameto (2010:73) mengemukakan pengertian media pendidikan itu yaitu
media dalam arti umum adalah semua bentuk perantaraannya dipakai orang
menyebarkan ide, sehingga gagasan itu sampai pada penerima. Lebih lanjut
Djamarah dan Zain (2010:121) menambahkan bahwa media adalah alat bantu apa
saja yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajaran.
Gagne (dalam Nunuk Suryani, 2012:135) lebih mengartikan media sebagai
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa
untuk belajar. Pernyataan tersebut di tambahkan kembali oleh Gerlach (dalam
Azhar Arsyad, 2011:3) menyatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
Dari beberapa definisi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
media merupakan perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan
terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide
(gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer yang berisi kejadian yang
membangun kondisi agar siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan
atau sikap sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna.
Zul dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia (2008:859) mendefinisikan
bahwa media audio visual adalah dapat dilihat dan didengar, dapat dinikmati
dengan indera penglihatan dan indera pendengaran. Media audio visual adalah
merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
1. Meningkatkan keterampilan kognitif, maksudnya adalah kemampuan anak
dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
2. Melatih kemampuan nalar.
3. Meningkatkan keterampilan sosial.
Suprijanto (2005:171) menambahkan bahwa media audio visual
merupakan sebuah alat bantu audiovisual yang berarti bahan atau alat yang
dipergunakan dalam situasi belajar untuk membantu tulisan dan kata yang
diucapkan dalam menularkan pengetahuan, sikap, dan ide.
Djamarah dan Zain (2010:124) mengemukakan bahwa media audio visual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Selain itu media ini
dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan peran dan tugas guru. Dalam
hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji materi. Penyaji materi dapat
digantikan oleh media. Peran guru beralih menjadi fasilitator belajar, yaitu
memudahkan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari media audio visual
diantaranya program vidio/ televisi pendidikan, vidio/ televisi instruksional, dan
program slide suara (suodslide) dan pembelajaran dengan komputer.
Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk yang
bervariasi sebagaiman dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik dari segi
penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya jangkauannya,
maupun dilihat dari segi bentuk dan jenisnya.
Dalam pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio
visual yang dapat diklasifikasikan oleh Nurbiana Dhieni (2009:11.31) menjadi
delapan kelas yaitu:
1. Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media
audio pada umumnaya seperti kaset program, piringan, dan sebagainya.
2. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara, komik
dengan suara.
3. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mose, dan media board.
4. Media visual gerak contoh, film bisu
5. Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe, bagan,
dan sebagainya
6. Media seni gerak
7. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya
8. Media cetak contoh, televisi.
Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai sumber
belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan mengguanakan media
pengajar sesuai dengan karakteristik siswa. Media sebagai alat bantu mengajar
diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audio visual. Ketiga jenis sumber
belajar ini tidak sembarangan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kriteria pemilihan media
pengajaran antara lain “tujuan pengajaran yang diingin dicapai, ketepatgunaan,
kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras dan perangkat lunak, mutu teknis, dan
biaya” (Basyiruddin, 2002: 15). Oleh sebab itu, beberapa pertimbangan yang
harus diperhatikan sesuai dengan pendapat lain yang mengemukakan bahwa
pertimbangan pemilihan media pengajaran sebagai berikut:
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada
salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang harus
dikerjakan atau dipertunjukkan oleh siswa seperti menghafal, melakukan
kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik dan pemikiran prinsip-prinsip
seperti sebab akibat, melakukan tugas yang melibatkan pemahaman
konsep-konsep atau hubungan-hubungan perubahan dan mengerjakan
tugas-tuigas yang melibatkan pemikiran tingkat yang lebih tinggi.
2. Tepat untuk mendukung sis pelajaran yang yang sifatnya fakta, konsep,
prinsip yang generalisasi agar dapat membantu proses pengajaran secara
efektif, media harus selaras dan menunjang tujuan pengajaran yangt telah
ditetapkan serta sesuai dengan kebutuhan tugas pengajaran dan
kemampuan mental siswa.
3. Aspek materi yang menjadi pertimbangan dianggap penting dalam
memilih media sesuai atau tidaknya antara materi dengan media yang
digunakan atau berdampak pada hasil pengajaran siswa.
4. Ketersediaan media disekolah atau memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru.
5. Pengelompokan sasaran, media yang efektif untuk kerlompok besar belum
tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecilatau perorangan.
Ada media yang tepat untuk kelompoik besar, kelompok sedang,
kelompok kecil, dan perorangan.
6. Mutu teknis pengembangan visual, baik gambar maupun fotograf harus
memenuhi persaratan teknis tertentu misalnya visual pada slide harus jelas
dan informasi pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh
terganggu oleh elemen yang berupa latar belakang (Arsyad, 2011 : 72
Dengan adanya gambaran di atas, kriteria pemilihan media audio visual
memiliki kriteria yang merupakan sifat-sifat yang harus dipraktekan oleh pemakai
media, kriteria tersebut antara lain:
1. Ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan
tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau
dibuat sendiri.
2. Efektifitas biaya, tujuan serta suatu teknis media pengajaran.
3. Harus luwes, keperaktisan, dan ketahan lamaan media yang bersangkutan
untuki waktu yang lama, artinya bisa digunakan dimanapun dengan
peralatan yang ada disekitarnya dan kapanpun serta mudah dijinjing dan
dipindahkan (Sardiman, 2001:84)
Adapun Kelemahan Alat Peraga Pembelajaran Jenis Audiovisual
1) Harga lebih mahal
2) Membutuhkan persiapan lebih matang
Sedangkan Kelebihan Alat Peraga Pembelajaran Jenis Audiovisual
1) Berkesan Menarik
2) Mudah dioperasikan
3) Bisa digunakan untuk presentasi dalam jumlah audiens yang banyak.
2.3 Peranan Guru Dalam Menggunakan Media Audio Visual
Pada awalnya guru hanya menganggap media sebagai alat bentu mengajar
(teching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, berupa gambar,
model, objek, dan lainnya yang dapat memberikan pengalaman konkrit dan
motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Dengan
masuknya pengaruh teknologi audio sekitar abad ke-20, berupa alat bantu visual
yang digunakan dan dilengkapi dengan alat audio yang kemudian dikenal debgan
alat audio visual, mulai mempengaruhi penggunaan alat-alat dalam proses
pembelajaran
Perkembangan teori belajar dan ilmu psikologi berimplikasi pula pada cara
dan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Banyak sekali diklat
pemanfaatan teknologi pendidikan dilaksanakan baik oleh lembaga pendidikan
maupun asosiasi pendidikan. Itu semua dalam rangka menyadarkan dan
membekali guru kompetensi pedagogi yang pada gilirannya akan memperoleh
hasil pembelajaran yang maksimal. Meskipun guru sudah mengetahui akan
pentingnya pemakaian atau pemanfaatan media pembelajaran dalam proses
pembelajaran, masih benyak yang enggan menggunakan media dalam proses
belajar mengajar. Ada beberapa alasan guru tidak menggunakan media dalam
proses pembelajaran yang dilakukan, antara lain menggnakan media repot, media
itu canggih dan mahal, tidak bisa menggunakan media, anggapan bahwa media itu
hiburan sedangkan belajar serius, tidak tersedia media, dan kebiasaan menikmati
bicara saat mengajar.
Guru adalah pekerjaan profesional. Oleh karena itu diperlukan
kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada kesanggupannya
menjalankan perannya sebagaipengajar, pendidik, pembimbing, mediator dan
sebagainya.salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah
penguasaan metodologi media pengajaran di sekolah untuk kepentingan anak
didiknya sehingga memudahkan pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam kaitannya dengan penguasaan metodologi media ini, setiap
pengajar akan berhadapan dengan lima tantangan menurut Satori (2011:6.14)
yaitu:
1. Pengajar memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pengajaran
Media pengajaran merupakan salah satu penunjang dalam pencapaian
tujuan pengajaran. Oleh karena itu, pengajar dalam hal ini guru diharapkan
mengetahui dan memahami kesesuaian antara penggunaan media dengan materi
yang diajarkan.
2. Pengajar memiliki keterampilan memilih dan cara menggunakan media dalam
proses belajar mengajar
Guru melalui media yang telah disediakan, diharapkan mampu
menggunakan dan mengoperasikan media dengan baik sehingga siswa mampu
memahami materi yang diajarkan
3. Pengajar memilki kemampuan membuat sendiri media pengajaran yang
dibutuhkan
Dalam hal ini, guru sebagai pengajar bisa memanfaatkan apa saja yang ada
di lingkungan untuk dijadikan sebagai media pengajaran yang efektif dan cepat
dipahami oleh siswa.
4. Pengajar mampu melakukan evaluasi terhadap media yang akan atau telah
digunakan
Setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
pengajaran, guru mampu mengevaluasi teknik penggunaan media dengan
kemampuan siswa memahami dan menggunakan media dengan baik
5. Pengajar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang administrasi
media pengajaran
Administrasi sangat penting untuk mengatur sistem yang berjalan. Begitu
pula dengan media pengajaran, guru harus terampil dalam membuat administrasi
media pengajaran sehingga media tersebut awet dan terencana penggunaannya.
Seperti kata Alfin Toffler, bahwa abad ini adalah abad informasi. Media
sebagai alat penyalur informasi sudah memasuki lembaga pendidikan sejak
pertengahan abad ini. Pemanfaatan media tersebut telah diupayakan oleh setiap
lembaga pendidikan melalui penataran dan pelatihan. Berdasarlan hal tersebut ada
tiga tipe guru dalam kaitannya dengan media, yaitu:
1. Guru yang hanya tahu akan nama-nama media
2. Guru mengetahui nama-nama media, kegunaanmedia, dan alasan mengapa media
itu digunakan
3. Guru yang mengetahu nama-nama media, kegunaan, alasan, dan trampil dalam
menggunakan media. Hal ini dapat ditempuh dengan syarat guru harus tahu
spesifikasi alat/media pengajaran, bersikap modern dan inovatif kreatif, dan dapat
menempatkan dirinya sebagai siswa yang belajar.
Setiap pengajar dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
tentang media pembelajaran, meliputi:
1. Media sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan untuk lebih mengefektifkan
proses belajar.
2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan
3. Situasi proses belajar
4. Hubungan antara metode dan media pembelajaran
5. Nilai atau manfaat media pembelajaran dalam pendidikan
6. Memilih dan menggunakan media pembelajaran
7. Berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran
8. Usaha inovasi media pembelajaran, dll
Selain itu, guru harus memiliki pula kemampuan untuk memehami jenis media
dan sumber belajar, yaitu:
1. Mengenal, memilih, dan menggunakn media serta sumber belajar secara tepat,
2. Membuat alat-alat bantu pembelajaran sederhana
3. Menggunakan alat-alat konvensional untuk media pembelajaran
4. Menggunakan, mengelola, dan mengembangkan laboratorium sebagai media
pembelajaran
5. Menggunakan perpustakaan dalam pembelajaran
6. Menggunakan mecro-teeching dalam program pengalaman lapangan
7. Menggunakan fenomena ala dan realitas lingkungan sebagai media
pembelajaran
8. Perilaku dan penampilan yang baik di depan kelas sebagai media
pembelajaran.
2.4 Kajian Yang Relevan
Penelitian Silfia Fatiha Yusuf (2011) dengan judul : “Penerapan media
audio visual dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep daur air melalui
di kelas V SDN 2 Tohupo Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo, dapat
diambil kesimpulan bahwa :
Berdasarkan analisis data dapat dijelaskan : 1) Penerapan media audio
visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep daur air melalui di
kelas V SDN 2 Tohupo Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo melalui
angket yang disebar pada sejumlah responden. 2) Guru semakin mudah
menanamkan konsep daur air melalui hasil wawancara yang dilakukan.
3) Siswa semakin termotivasi dengan pembelajaran menggunakan media Audio
Visual karena menurut mereka media ini menampilkan secara detail siklus air
dengan unik. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan media audio visual
sangat baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA tentang konsep daur air di kelas V.
Adapun hubungan penelitian Silfia Fatiha Yusuf dengan penelitian ini
adalah memiliki persamaan pada salah satu variabel yakni media audio visual,
akan tetapi antara penelitian tersebut dengan penelitian ini memiliki perbedaan
pada konteks variabel lainnya dan kelas yang menjadi obyek penelitian.