bab ii kajian teoretis 2.1. kajian teori 2.1.1 pengertian...

31
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek; tegasnya dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act atau to do”. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau beraksi (action). Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Di dalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan aktion dihadapan penonton (audience) (Depdiknas, 2011: 5) Sementara Bethaazar Verhagen yang dikutip oleh Slamet Mulyana (dalam Depdiknas, 2011: 6) mengatakan bahwa drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa drama pada dasarnya adalah salah satu cabang seni sastra yang mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan menjadi suatu lakon yang dipentaskan di atas panggung. Drama juga adalah seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak penulisannya hinggga pementasannya yang membutuhkan ruang, waktu, dan khalayak atau hidup yang disajikan dalam gerak yang memuat sejumlah kejadian yang memikat dan manarik hati. Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah “sandiwara”. Istilah ini diambil dari bahasa Jawa “sandi” dan “warah”, yang berarti pelajaran yang diberikan secara diam-diam atau rahasia (sandi artinya rahasia, dan warah artinya pelajaran). 7

Upload: phamkien

Post on 06-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Drama

Kata drama berasal dari bahasa Greek; tegasnya dari kata kerja dran yang

berarti “berbuat, to act atau to do”. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau

beraksi (action). Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Di dalam

seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu

kejadian atau peristiwa tentang manusia. Cerita konflik manusia dalam bentuk

dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan

aktion dihadapan penonton (audience) (Depdiknas, 2011: 5)

Sementara Bethaazar Verhagen yang dikutip oleh Slamet Mulyana (dalam

Depdiknas, 2011: 6) mengatakan bahwa drama adalah kesenian melukiskan sifat

dan sifat manusia dengan gerak. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa drama pada dasarnya adalah salah satu cabang seni sastra yang

mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan menjadi suatu lakon yang

dipentaskan di atas panggung. Drama juga adalah seni yang menggarap

lakon-lakon mulai sejak penulisannya hinggga pementasannya yang

membutuhkan ruang, waktu, dan khalayak atau hidup yang disajikan dalam gerak

yang memuat sejumlah kejadian yang memikat dan manarik hati.

Dalam bahasa Indonesia terdapat istilah “sandiwara”. Istilah ini diambil

dari bahasa Jawa “sandi” dan “warah”, yang berarti pelajaran yang diberikan

secara diam-diam atau rahasia (sandi artinya rahasia, dan warah artinya pelajaran).

7

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

2

Istilah sandiwara seperti yang dipakai pada sandiwara radio atau sandiwara pentas

menunjukkan bahwa kata sandiwara dapat menggantikan kata drama.

Selain kedua istilah di atas, kita juga mengenal istilah teater. Teater dan

drama pada dasarnya memiliki arti yang sama, tetapi berbeda uangkapannya.

Teater berasal dari kata yunani kuno "theatron" yang secara harfiah berarti

gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu

mengandung arti pertunjukan/tontonan. Jika peristiwa atau cerita tentang manusia

kemudian diangkat ke suatu pentas sebagai suatu bentuk pertunjukan, maka

menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulannya teater tercipta karena adanya

drama.

Hal senada diungkapkan oleh Tarigan (dalam Depdiknas, 2011: 7) bahwa

dalam sastra Indonesia drama dipisahkan atas dua pengertian. Pertama, drama

sebagai text play atau naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah bacaan milik

penulis drama yang masih membutuhkan pembaca soliter dan perlu digarap yang

baik dan teliti jika ingin dipentaskan. Kedua, drama sebagai teater atau

pementasan adalah seni kolektif atau pertunjukan yang siap dipentaskan sehingga

berfungsi sebagai tontonan pertunjukan.

Drama adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas

pentas dengan media percakapan(dialog), gerak dan tingkah laku. Naskah

merupakan hal utama dalam bermain drama (modern) karena ia merupakan

panduan bagi para pemeran (aktor) di atas pentas. Selain naskah, ada unsur-unsur

lain yang sangat menentukan yaitu dekorasi (setting), musik, lighting, make

up,kostum,nyanyian, tarian, dan unsur penunjang lainnya.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

3

Menurut Aminuddin dan Roekhan (2003: 84) unsur-unsur yang terdapat

dalam sebuah drama adalah:

1. Penokohan dan Perwatakan

Unsur utama dalam karya drama adalah pelaku. Dalam cerita pelaku

berfungsi untuk (1) menggambarkan peristiwa melalui lakuan, dialog, dan

monolog, (2) menampilkan gagasan penulis naskah secara tidak langsung, (3)

membentuk rangkaian cerita sejalan dengan peristiwa yang ditampilkan, dan (4)

menggambarkan tema atau ide dasar yang ingin dipaparkan penulis naskah

melalui cerita yang ditampilkan. Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran

bahwa untuk memahami peristiwa, gagasan pengarang, rangkaian cerita, dan tema

dalam suatu naskah drama, maupun karya pementas drama terlebih dahulu

memahami lakuan, dialog, monolog, pikiran, suasana batin, dan hal lain yang

berhubungan dengan pelaku.

Berdasarkan fungsi di atas pelaku dapat dibedakan antara pelaku utama

dan pelaku tambahan. Pelaku yang menjadi sumber dan berperan uatama dalam

setiap peristiwa, berperan utama dalam membentuk cerita, mempunyai peranan

penting dalan mewujudkan tema disebut pelaku utama. Sebaliknya pelaku yang

hanya berfungsi sebagai pembantu atau pendukung kehadiran pelaku utama

disebut pelaku tambahan. Agar pelaku yang ditampilkan dapat memberikan efek

yang nyata atau hidup dan menarik perlu diadakan karakterisasi.

Salah satu bentuk karakterisasi yang dilakukan adalah dengan memberikan

gambaran penampilan dan gambaran perwatakan kepada para pelaku yang

ditampilkannya. Penggambaran pelaku tersebut dapat dilakukan melalui

penggambaran pikiran, sikap, suasana batin, perilaku, cara berhubungan dengan

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

4

orang lain, dialog, monolog komentar atau penjelasan langsung. Selain itu pelaku

juga dapat digambarkan melalui pembicaraan, sikap, maupun pandangan pelaku

lain terhadap yang dijadikan sebagai sasaran pemahaman. Dari sinilah para

pembaca dapat merasakan adanya pelaku yang memberi kesan menyenangkan dan

tidak menyenangkan.

2. Latar Cerita

Termasuk dalam latar cerita adalah latar berupa peristiwa, benda, objek,

suasana, maupun situasi tertentu. Latar dalam drama selain berfungsi untuk

membuat cerita menjadi lebih tampak hidup juga dapat dimanfaatkan untuk

menggambarkan gagasan tertentu secara tidak langsung Latar cerita juga bisa

berupa lingkungan kehidupan sosial masyarakat dan lingkungan sosial budaya.

Dalam hal demikian bisa juga latar tersebut tidak dapat ditentukan berdasarkan

gambaran secara fisik tetapi mesti ditafsirkan oleh pembaca atau penonton.

3. Tema Cerita

Tema merupakan ide dasar yang melandasi pemaparan suatu cerita. Tema

mesti dibedakan dengan nilai moral atau amanat. Misal, ketika membuat naskah

drama yang berjudul “Sampuraga” penyusun naskah bertolak dari tema “Anak

yang durhaka kepada orang tua akan mendapat hukuman yang setimpal”. Tema

demikian dapat saja terwujudkan dalam gambaran peristiwa maupun rangkaian

cerita yang berbeda-beda sebagai lay down atau landas tumpu penceritaan

sehingga pengembangan cerita mestilah menunjukkan keselarasan dengan tema

ataupun berbagai pokok permasalahan yang digarap melalui pengembangan

ceritanya.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

5

4. Penggunaan Gaya Bahasa

Sebagaimana dalam puisi, karya drama juga menggunakan gaya bahasa

dalam penerapannya. Penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain difungsikan

untuk (1) memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, (2)

menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, (3) untuk menekankan suatu

gagasan, (4) untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung.

Meskipun ada beberapa kesamaan dengan penggunaan gaya bahasa dalam

puisi maupun karya drama pada umumnya, dalam drama terdapat penggunaan

gaya bahasa yang sulit digunakan dalam puisi karena penggunaan gaya bahasa

tersebut berkaitan dengan penggambaran suatu cerita keseluruhan. Gaya bahasa

yang dimaksud adalah gaya bahasa ironi, yaitu penggunaan gaya bahasa untuk

menyampaikan gagasan secara tidak langsung melalui pemaduan antara

penggunaan bahasa, penggambaran peristiwa, dan penyampaian cerita.

5. Rangkaian Cerita

Penentuan rangkaian cerita dalam drama berbagai macam. Apabila

ditentukan berdasarkan cerita berbentuk roman misalnya, rangkaian cerita tersebut

dapat digambarkan melalui tahap-tahap; perkenalan, komplikasi, konflik,

klimaks,antiklimaks, dan penyelesaian. Unsur-unsur dan rangkaian cerita tersebut

tidak selalu berlaku dalam setiap cerita drama. untuk menyusunnya pun pembaca

harus menggambarkan ulang berbagai peristiwa yang termuat dalam cerita yang

dibacanya. Untuk menyusun gambaran peristiwa tersebut sehingga membentuk

sebuah plot, pembaca mungkin menggarapnya berdasarkan urutan waktu maupun

urutan sebab akibat.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

6

Dalam memerankan drama seorang pemain harus dapat membayangkan

latar dan tindakan pelaku dan dapat menggunakan suara sesuai dengan

pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran pelaku. Bermain drama yang

merupakan pengembangan keterampilan berbicara harus dapat dilatihkan dengan

sungguh-sungguh kepada siswa sekolah dasar melalui kegiatan pembelajaran.

Untuk mengembangkan keterampilan bermain drama seseorang siswa, tentunya

guru harus memiliki dan memahami berbagai metode, teknik, dan model

pembelajaran sehingga pembelajaran bermain drama dapat dipahami oleh siswa,

dan menumbuhkan rasa antusias siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang

dilakukan. (Lisa Rindani, 2012; 6)

Dalam drama yang dibagi menjadi sejumlah babak biasanya kita

menemukan detail tahapan cerita dalam setiap babaknya yang dapat kita rinci ke

dalam tahap-tahap tertentu. Bahkan tidak terutup kemungkinan dalam setiap

babak tersebut seakan-akan kita sudah bisa membentuk sebuah kesatuan cerita

yang belum menggambarkan adanya klimaks dan penyelesaian.

Sebelum bermain drama, Dewojati (2012:266) mengemukakan beberapa

dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik supaya pemntasan dapat

menarik simpati penonton. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut:

1) Penguasaan Lafal

Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi

konsonandan vokal sesuai dengan artikulasinya secara tepat dan sempurna.

Disertai suara yang jelas dan keras.Penguasaan lafal ini biasanya di tempat

terbuka untuk mengulang-ulang suatu pelafalan/vokal tertentu sampai sempurna

pengucapannya.

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

7

2) Penguasaan Intonasi

Di samping lafal, mimik dan gerak tubuh, pemain drama harus pula

menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah-tekanan lembut)

intonasi marah (tempo cepat, nada tinggi, tekanan keras) dan intonasi gembira

(tempo-nada-tekanan bersifat sedang). Suatu peran menjadi hidup bila aktornya

memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat.

Ketika dialog pemain belum bisa menguasai intonasi, maka dialog yang

diucapkan oleh pemain akan sulit dimengerti.

3) Penguasan Kelenturan Tubuh/Gesture

Dalam penguasaan kelenturan tubuh atau gesture ini penting dalam sebuah

pementasan drama.Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga

dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku.Untuk mencapai

penguasaan tubuh yang elastik tersebut, perlu melakukan serangkaian gerakan

seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat,

ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan

kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan

seterusnya.

4) Penguasaan Mimik dan Ekspresi

Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih,

gembira, marah dan lainlain. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot,

muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah

muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai

muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut tersenyum.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

8

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

membutuhkan suatu pemahaman dan kompetensi kebahasaan. Keterampilan

berbicara pada dasarnya harus dimiliki oleh semua orang yang di dalam

kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik bersifat satu arah maupun timbal

balik ataupun keduanya. Namun, keterampilan berbicara tidaklah dimiliki oleh

seseorang secara otomatis. Keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki

dengan cara mengolah maupun melatih seluruh potensi yang ada.

Keterampilan berbicara harus dikembangkan melalui latihan. Salah satu

latihan pengembangan keterampilan berbicara adalah bermain drama. Bermain

drama merupakan suatu kegiatan memerankan tokoh yang ada dalam naskah

melalui alat utama yakni percakapan (dialog), gerakan dan tingkah laku yang di

pentaskan. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa banyak manfaat yang dapat

diambil dari drama diantaranya adalah dapat membantu siswa dalam pemahaman

dan penggunaan bahasa (untuk berkomunikasi), melatih keterampilan membaca

(teks drama), melatih keterampilan menyimak atau mendengarkan (dialog

pertunjukan drama, mendengarkan drama radio, televisi dan sebagainya), melatih

keterampilan menulis (teks drama sederhana, resensi drama, resensi pementasan),

melatih wicara (melakukan pementasan drama) (Waluyo, 2001:158).

Dalam memerankan drama, seorang pemain (aktor) harus mampu

membawakan dialog sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya,

menghayati sesuai dengan tuntutan peran yang ditentukan dalam naskah, mampu

membawakan dialog tersebut dengan gerak yang pas (tidak berlebihan atau

dibuat-buat), mampu membayangkan latar dan tindakannya serta mampu

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

9

mengolah suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran

pelaku.

Upaya untuk meningkatkan keterampilan bermain drama, perlu

menggunakan suatu metode yang mampu menggugah minat siswa dalam bermain

drama. Salah satunya dengan menghadirkan suatu pembelajaran yang mampu

meningkatkan keterampilan bermain drama. Pembelajaran tersebut diharapkan

dapat meningkatkan proses belajar yang nantinya dapat meningkatkan hasil

belajar yang akan dicapai.

Selama pembelajaran drama guru hanya memberikan materi, memberikan

tugas kepada siswa untuk mempelajari naskah drama kemudian

mempraktikkannya di depan kelas. Hal tersebut membuat peserta didik pasif dan

tidak kreatif karena mereka hanya menuruti apa yang diperintah oleh guru.

Pembelajaran drama seperti itu hanya akan membatasi ruang gerak peserta didik

sehingga kreativitas mereka kurang berkembang.

Pembelajaran drama di sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua

golongan, yaitu (1) pembelajaran teks sastra, dan (2) pementasan drama yang

termasuk bidang teater (Waluyo, 2001:156). Dalam pembelajaran drama (dan

sastra), kiranya memang tidak cukup diberikan pengetahuan tentang drama.

Mereka harus mampu mengapresiasi (unsur yang termasuk afektif) dan

mementaskan (psikomotorik) (Waluyo, 2001: 161).

Pembelajaran drama di sekolah dapat ditafsirkan dua macam, yaitu:

pengajaran teori drama, atau pengajaran apresiasi drama. Masing-masing juga

terdiri atas dua jenis, yaitu: pengajaran teori tentang teks (naskah) drama, dan

pengajaran tentang teori pementasan drama. Pengajaran apresiasi dibahas naskah

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

10

drama dan apresiasi pementasan drama (Waluyo, 2001:153).

Pementasan drama dibahas pementasan drama di sekolah (untuk

demonstrasi) dan pementasan untuk sekolah yang ditonton oleh seluruh siswa di

sekolah itu. Pementasan pertama dilakukan oleh guru bahasa Indonesia,

sedangkan pementasan jenis kedua biasanya dilakukan oleh teater sekolah atau

atas kerjasama guru bahasa Indonesia, teater sekolah, dan OSIS (Waluyo, 2001:

156). Dalam pembelajaran drama (dan sastra), kiranya memang tidak cukup

diberikan pengetahuan tentang drama. Mereka harus mampu mengapresiasi (unsur

yang termasuk afektif) dan mementaskan (psikomotorik) (Waluyo, 2001: 161).

2.1.2 Manfaat Drama

Banyak hal yang dapat kita raih dalam bermain drama, baik fisik maupun

psikis. Pembicaraan ini tidak akan memisahkan secara rinci antara bermain drama

dan teater, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Di bawah ini

akan diuraikan manfaat bermain drama atau teater.

1. Meningkatkan pemahaman

Meningkatkan pemahaman kita terhadap fenomena dan

kejadian-kejadian yang sering kita saksikan dan kita hadapi dalam kehidupan

sehari-hari. Kita menyadari bahwa memahami orang lain merupakan pekerjaan

yang paling sulit dan membutuhkan waktu. Untuk itu drama/teater merupakan

salah satu cara untuk memecahkannya. Dengan bermain drama atau berteater

kita selalu berkumpul dengan orang-orang yang sama sekali berbeda dengan

diri kita. Dari segi individual differences inilah kita dituntut untuk memahami

orang lain. Pemahaman kita kepada orang lain tidak hanya dilihat dari

orangnya, melainkan keseluruhan orang tersebut. Meliputi sifat, watak, cara

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

11

berbicara, cara bertindak (tingkah laku), cara merespon suatu masalah,

merupakan keadaan yang harus kita pahami dari orang tersebut.

2. Mempertajam kepekaan emosi

Drama melatih kita untuk menahan rasa, melatih kepekaan rasa,

menumbuhkan kepekaan, dan mempertajam emosi kita. Rasa kadang kala

tidak perlu dirasakan, karena sudah ada dalam diri kita. Perlu diingat bahwa

rasa, sebagai sesuatu yang khas, perlu dipupuk agar semakin tajam. Apa yang

ada dihadapan kita perlu adanya rasa. Kalau tidak, maka segala sesuatu yang

ada akan kita anggap wajar saja. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kita

semakin peka terhadap sesuatu tentu saja melalui latihan yang lebih. Rasa

indah, seimbang, tidak cocok, tidak asyik, tidak mesra adalah bagian dari

emosi. Oleh karena itu, perasaan perlu ditingkatkan untuk mencapai kepuasan

batin.

Drama menyajikan semua itu. Peka panggung, peka kesalahan, peka

keindahan, peka suara atau musik, peka lakuan yang tidak enak dan enak,

semua berasal dari rasa. Semakin kita perasa semakin halus pula tanggapan

kita terhadap sesuatu yang kita hadapi.

3. Pengembangan ujar

Naskah drama sebagai genre sastra, hampir seluruhnya berisi cakapan.

Cakapan secara tepat, intonasi, maka ujar kita semakin jelas dan mudah

dipahami oleh lawan bicara. Kejelasan tersebut dapat membantu pendengar

untuk mencerna makna yang ada. Harus ada kata yang ditekankan supaya

memudahkan pemaknaan. Dimana kita memberi koma (,) dan titik (.). hampir

keseluruhan konjungsi harus diperhatikan selam kita berlatih membaca dalam

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

12

bermain drama. Suara yang tidak jelas dapat berpengaruh pada pendengar dan

lebih-lebih pemaknaan pendengar atau penonton. Di sini perlu adanya

kekuatan vokal dan warna vokal yang berbeda dalam setiap situasi. Tidak

semua situasi memerlukan vokal yang sama. Tidak semua kalimat harus

ditekan melainkan pasti ada yang dipentingkan. Drama memberi semua

kemungkinan ini. Sebagai salah satu karya sastra yang harus dipentaskan dan

berisi lakuan serta ucapan.

4. Apresiasi dramatik.

Apresiasi dramatik dikatakan sebagai pemahaman drama. Realisasi

pemahaman ini adalah dengan pernyataan baik dan tidak baik. Kita bisa

memberi pernyataan tersebut jika kita tidak pernah mengenal drama. Semakin

sering kita menonton pementasan drama semakin luas pula pemahaman kita

terhadap drama atau teater. Karena itulah, kita dituntut untuk lebih

meningkatkan kecintaan kita terhadap drama. Hal ini dilakukan dengan tujuan

memperoleh wawasan dramatik yang lebih baik.

5. Pembentukan Postur Tubuh

Postur berkaitan erat dengan latihan bermain drama, latihan ini dibagi

menjadi dua golongan besar, yaitu dasar dan lanjut. Yang termasuk latihan

dasar ini adalah latihan vokal dan latihan olah tubuh. Yang terkait dengan

postur adalah olah tubuh. Kelenturan tubuh diperlukan dalam bermain drama,

sebab bermain drama memerlukan gerak-gerik. Gerak-gerik inilah yang

nantinya dapat membentuk postur tubuh kita sedemikian rupa.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

13

6. Berkelompok (Bersosialisasi)

Bermain drama tidak mungkin dilaksanakan sendirian, kecuali

monoplay. Bermain drama, secara umum, dilakukan secara berkelompok atau

group. Betapa sulitnya mengatur kelompok sudah kita pahami bersama,

bagaimana kita bisa hidup secara berkelompok adalah bergantung pada diri

kita sendiri.

Masing-masing orang dalam kelompok drama memiliki tugas dan

tanggung jawab yang sama. Tak ada yang lebih dan tak ada yang kurang,

semuanya sama rendah dan sama tinggi, sama-sama penting. Untuk itu,

drama selalu menekankan pada sikap pemahaman kepada orang lain dan

lingkungannya.

Kelompok drama harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Semua

unsur dalam drama tidak ada yang tidak penting, melainkan semuanya

penting. Rasa kebersamaan, memiliki, dan menjaga keharmonisan kelompok

merupakan tanggung jawab dan tugas semua anggota kelompok itu. Bukan

hanya tugas dan tanggung jawab ketua kelompok. Baik buruknya pementasan

drama tidak akan dinilai dari salah seorang anggota kelompok tetapi semua

orang yang terlibat dalam pementasan. Oleh karena itu, perlu adanya

kekompakan, kebersamaan, dan kesatuan serta keutuhan.

7. Menyalurkan hobi

Bermain drama dapat juga dikatakan sebagai penyalur hobi. Hobi

yang berkaitan dengan sastra secara umum dan drama khususnya. Dalam

drama terdapat unsur-unsur sastra. Drama sebagai seni campuran (sastra, tari,

arsitektur).

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

14

Menurut Moody (dalam Depdiknas, 2011: 70) manfaat drama sebagai

berikut;

1. Informasi, agar siswa mengenal informasi yang memadai tentang apa itu

drama, apa saja unsur yang membangun drama, siapa pengarang drama, kapan

drama dikarang, termasuk pengarang angkatan mana, dan sebagainya.

2. Konsep, konsep adalah pengertian-pengertian pokok tentang suatu hal.

Terminologi dari setiap aspek dikenal oleh siswa. Tidak hanya sekadar tahu

konsep tetapi dapat menerapkan konsep tertentu dalam suatu pembahasan

karya sastra drama. Misalnya saja konsep-konsep tentang aliran drama,

macam-macam drama, apa yang disebut komedi, tragedi, dagelan, dan

sebagainya.

3. Perspektif, perspektif yaitu kemampuan untuk memandang bagaimana drama

itu menurut perspektif pikiran siswa. Tepatkah jalan keluar yang diambil dalam

lakon? Bagaimanakah sikapnya sekiranya dia menjadi pengarang? Bagaimana

dikapnya jika ia menjadi tokoh sentral dalam drama itu?.

4. Apresiasi, pengertiannya sudah masuk ke dalam ranah afektif, yaitu

pemahaman, penghayatan, penikmatan, dan penghargaan kepada drama.

Disamping itu tujuan drama menurut Sitti (2012:11) adalah;

1. Untuk membahagiakan sekaligus instruksi.

2. Memperoleh suatu pengetahuan, kesenangan, pengalaman, dan pengetahuan

seni keindahan.

3. Untuk hiburan santai dan pengalaman mengenai estetika.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

15

2.1.3 Macam-Macam Drama

Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan

ramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku,

mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi

adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut

aktor, pelaku atau lakon.

Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama

baru dan drama lama.

1. Drama Baru / Drama ModernDrama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan

pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia

sehari-hari.2. Drama Lama / Drama Klasik

Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang

kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar

biasa, dan lain sebagainya.

Macam-Macam drama berdasarkan isi kandungan cerita :

1) Drama KomediDrama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.

2) Drama TragediDrama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.

3) Drama Tragedi KomediDrama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.

4) Opera

Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.5) Lelucon / Dagelan

Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

16

6) Operet / Operette

Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.7) Pantomim

Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.

8) Tablau

Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak- gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.

9) Passie

Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius.10) Wayang

Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

Kalasifikasi drama didasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan

manusia terhadap hidup dan kehidupan atau dilihat dari modus perasaan yang

dimasukan dalam drama itu. Seorang pengarang drama dapat menghadapi

kehidupan ini dari sisi kegembiraan dan kesedihan, bisa juga memberikan variasi

keduanya. Tambajong (dalam Depdiknas, 2011: 30) mengklasifikasikan drama ke

dalam lima macam, yaitu tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan dagelan.

Berikut masing-masing penjelasannya.

1. Tragedi (Drama Duka)

Tragedi atau drama duka adalah drama yang melukiskan kisah sedih yang

besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Drama ini

biasanya berakhir dengan suasana menyedihkan, bahkan seringkali maut

menjemput tokoh utama pada penghujung cerita. Tokoh dalam drama ini adalah

pahlawan yang mengalami nasib tragis atau tragic hero.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

17

Drama Yunani karya Sophocles, Oidipus Sang Raja, Hamlet dan

Romeo-Juliet karya Shakespare merupan contoh jenis drama ini. Contoh lain

Kapai-kapai

karya Arifin C. Noer, Ken Arok dan Ken Dedes karya Moh. Yamin, dan Aduh

karya Putu Wijaya.

2. Komedi (Drama Ria)

Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya

terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan

kebahagiaan. Dalam komedi ditampilkan tokoh tolol, konyol atau tokoh bijaksana

yang lucu, seperti Pak Pandir, Pak Belalang, Kabayan, dan Abu Nawas.

Beberapa contoh drama komedi di antaranya Akal Bulus Scapin dan

Dokter Gadungan karya Molierre (seorang tokoh pencipta drama komedi terkenal

asal Perancis), Kebun Ceri karya A.P. Cekhov, Si Bakhil karya Nur Sutan

Iskandar, Si Kabayan karya Utuy Tatang Sontani, dan Tuan Amin karya Amal

Hamzah.

3. Tragikomedi

Tragikomedi merupakan jenis drama yang memadukan dua perasaan

sekaligus. Di dalam drama seperti ini dijumpai bagian-bagian yang menyedihkan

dan bagian-bagian yang menggembirakan. Yang tergolong dalam drama ini adalah

Jas Panjang Pesanan karya Wolf Mankowitz, Malam Jahanam karya Motinggo

Boesye, Api karya Usmar Ismail, dan Awal dan Mira karya Utuy Tatang Sontai.

4. Melodrama

Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

18

yang mendebarkan hati dan mengharukan. Drama ini sangat menonjolkan

perasaan. Kadang-kadang drama seperti ini tidak bicara apa-apa, emosi disajikan

dengan bantuan alunan musik. Tokoh dalam melodrama adalah tokoh yang tidak

ternama, hitam-putih, dan storeotip. Tokohnya juga dilukiskan dengan menerima

nasib seperti apa yang terjadi. Dua Orang Algojo karya Fernando Arrabal yang

diterjemahkan Sori Siregar adalah salah satu contoh drama jenis ini.

5. Dagelan (Farce)

Dagelan disebut juga banyolan atau seringkali disebut komedi murahan,

picisan, dan ketengan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun

berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan perkembangan struktur dramatik

dan perkembangan cerita sang tokoh. Isinya cenderung kasar, lentur, dan fulgar.

Drama ini menonjolkan gerak-gerik karikatural, sehingga kadang-kadang terlihat

tidak logis, terlihat dibuat-buat. Sebagai contoh adalah Si Bedul karya Elwy

Mitchel dan seperti lakon pada “Srimulat”

2.1.4 Pengertian Peran

Peran berarti laku, bertindak. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia

peran ialah pemain sandiwara (film): utama, tukang lawak pada permainan

makyung (Depdiknas, 2008: 1155) . Sedangkan menurut Harahap (2007: 854).

makna peran dijelaskan dalam status, kedudukan dan peran dalam masyarakat,

dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan histories.

Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari kalangan yang

memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup subur pada zaman

yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter yang disandang

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

19

atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan lakon tertentu.

Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu sosial berarti

suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan tertentu,

seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.

Jadi, dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran adalah

perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam memainkan

fungsinya karena posisi yang didudukinya tersebut.

Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan

kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang

disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu untuk

menjalankan peran yang melekat dalam dirinya.

Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurang berhasilan dalam menjalankan

perannya. Ada beberapa faktor yang menentukan kekurang berhasilan ini. Dalam

ilmu sosial, ketidak berhasilan ini terwujud dalam kegagalan peran, disensus

peran dan konflik peran. Kegagalan peran terjadi ketika seseorang enggan atau

tidak melanjutkan peran individu yang harus dimainkannya. Implikasinya, tentu

saja mengecewakan terhadap mitra perannya. Orang yang telah mengecewakan

mitra perannya akan kehilangan kepercayaan untuk menjalankan perannya secara

maksimal, termasuk peran lain, dengan mitra yang berbeda pula, sehingga stigma

negatif akan melekat pada dirinya.

Disensus peran ialah mitra peran tidak setuju dengan apa yang diharapkan

dari salah satu pihak atau kedua-duanya. Ketidak setujuan tersebut terjadi dalam

proses interaksi untuk menjalankan aktifitas yang berkaitan dengan perannya.

Disini, persoalan bisa berasal dari aktor, bisa juga berasal dari mitra yang

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

20

berkaitan dengan aktifitas menjalankan peran. Konflik peran terjadi manakala

seseorang dengan tuntutan yang bertentangan melakukan peran yang berbeda.

Biasanya seseorang menangani konflik peran dengan memutuskan secara

sadar atau tidak peran mana yang menimbulkan konsekuensi terburuk, jika

diabaikan kemudian memperlakukan peran itu lebih dari yang lain. Konflik peran

yang berlangsung sering terjadi apabila si individu dihadapkan sekaligus pada

kewajiban-kewajiban dari dua atau lebih peranan yang dipegangnya. Pemenuhan

kewajiban-kewajiban dari peranan tertentu sering berakibat melalaikan yang lain.

2.1.5 Pembelajaran Drama

Pembelajaran drama berkaitan dengan dua hal yaitu (1) strategi

pembelajaran teks drama dan (2) strategi pembelajaran pemeran tokoh drama

yang dipentaskan. Strategi pembelajaran drama meliputi: (a) pementasan drama di

kelas dan, (b) pementasan drama oleh teater sekolah (Waluyo, 2008: 186). Strategi

yang digunakan dalam pembelajaran memerankan tokoh drama dalam penelitian

ini adalah bermain peran (role playing).

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan

masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis,

pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik

bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran

harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik

berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai

dengan tema yang dipilih.

Metode role playing (bermain peran) termasuk metode pementasan drama

yang sangat sederhana. Peran diambil dari kisah kehidupan nyata sehari-hari

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

21

(bukan imajinatif).Role Playing dan sosiodrama merupakan langkah awal dalam

pengajaran drama.

Dalam role playing ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Ada sepuluh

hal yang dikemukakan oleh Torrance (dalam Waluyo, 2008:189), yaitu sebagai

berikut: (1) Jika mengadakan role playing, hendaknya dapat mencoba peranan

dari situasi, jadi orangnya. Aktivitas ini jangan digunakan sebagai terapi, (2)

tujuannya harus bersifat pendidikan, bukan memiliki hiburan, (3) jangan

buru-buru, siswa harus mempunyai kesempatan untuk mengikuti peranannya dan

situasi kedalaman dan meliputi beberapa aspek, (4) problem dan konflik

hendaknya berhubungan dengan hal yang akan digunakan siswa, dan berkenaan

dengan hal yang akan digunakan siswa, (5) situasi hendaknya tepat dengan tingkat

daya tarik siswa dan kematangannya, (6) perasaan yang kompleks tidak boleh

secara mudah diubah, (7) fokus dari usaha kelompok ditujukan untuk mencoba

cara yang dapat ditempuh untuk mengelola kelakuan seefektif mungkin, (8)

situasi hendaknya bersifat open ended,( 9) tekanan juga ditujukan untuk

membantu siswa belajar berfikir untuk mereka sendiri, (10) situasi dan respon dari

actor berkembang. Jangan bicara terlalu banyak untuk diri sendiri.

Shaffel (dalam Waluyo, 2008: 196) menyebutkan ada sembilan langkah

dalam role playing, yaitu: (1) memotivasi kelompok; (2) memilih pemeran

(casting ); (3) menyiapkan pengamat; (4) menyiapkan tahap-tahap peran; (5)

pemeranan (pentas di depan kelas); (6) diskusi dan evaluasi I (spontanitas) ; (7)

pemeranan (pentas) ulang; (8) diskusi dan evaluasi II, pemecahan masalah, dan

(9) membagi pengalaman dan menarik generalisasi.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

22

Dari role playing dapat dicapai aspek perasaan, sikap, nilai, persepsi,

keterampilan pemecahan masalah, dan pemahaman terhadap pokok permasalahan.

Unsur sampingan yang dapat dicapai melalui role playing adalah: (1) analisis nilai

dan perilaku pribadi, (2) pemecahan masalah, (3) empati terhadap orang lain, (4)

masalah social dan nilai; dan (5) kemampuan mengemukakan pendapat dan

menghargai pendapat orang lain. Selama pembelajaran berlangsung, setiap

pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan

peran lainnya.

Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan

pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan

perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai perannya. Pada

pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai

masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa

kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan

dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan

berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik.

Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional

pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui

bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1)

mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan

persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan

masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang

diperankan melalui berbagai cara.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

23

Penerapan metode role palaying (bermain peran) adalah metode yang

cocok untuk pembelajaran memerankan tokoh drama. Karena dengan metode role

playing (bermain peran), pembelajaran apresiasi drama akan dapat dilaksanakan

dengan baik.

2.1.6 Pengertian Metode Pembelajaran

Secara harfiah, metode berarti cara. Dalam pemakaian umum, metode

diartikan sebagai cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.

Sanjaya (2008:186) mengatakan bahwa metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut

masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang

bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan

(Hamalik, 2001: 76).

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata

dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau metode pembelajaran

dapat dikatakan sebagai cara menyajikan isi pembelajaran kepada siswa untuk

mencapai kompetensi tertentu.

Menurut Arindawati ( dalam Dunggio, 2006: 31) mengatakan bahwa

“metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

24

maksud”. Metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan

urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya

tujuan yang telah ditetapkan.

Metode pembelajaran adalah komponen cara pembelajaran yang harus

dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan/materi pembelajaran agar

mencapai tujuan pembelajaran (Siddiq, 2008: 1-20). Oleh karena itu, salah satu

keterampilan guru yang memegang peranan penting dalam pengajaran adalah

keterampilan memilih metode. Pemilihan metode berkaitan langsung dengan

usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan situasi

dan kondisi sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal

(Fathurrohman, 2007: 55).

Menurut Djamarah (dalam Fathurrohman, 2007:55) metode memiliki

kedudukan:

a) Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran,b) Menyiasati perbedaan individual siswa,c) Untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi

pembelajaran, tetapi juga terapil dalam menggunakan metode pembelajaran yang

tepat dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran serta situasi pada saat materi

tersebut harus disajiakn. Selain itu, guru juga harus memilih metode yang tepat

agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk

mengimplementasikan materi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

25

demonstrasi; (3) eksperimen (4) diskusi (5) bermain peran, (6) simulasi dan (7)

tanya jawab, dan sebagainya.

2.1.7 Pengertian Metode Bermain Peran

Dalam pengajaran bahasa diperlukan metode-metode yang sesuai agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam penerapan metode tersebut pun

seorang guru juga harus pandai membaca situasi agar dalam penyampaian materi

dapat dipahami oleh siswanya.

Ada berbagai macam metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh

guru dalam penyampaian materi, salah satunya adalah dengan menerapkan

metode bermain peran. Metode bermain peran ialah cara mengajar yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan memainkan

peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat.

Metode bermain peran adalah merupakan metode mengajar dengan cara

mempertunjukkan kepada siswa tentang masalah-masalah hubungan sosial, untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode bermain peran

menurut Djamarah (2006:88)

1) Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

3) Dapat belajar bagimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara

spontan.

4) Merangsang kelas unuk berfikir dan memecahkan masalah.

2.1.8 Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

26

Setiap metode ada kelebihan dan kelemahannya. Demikian pula metode

bermain peran. Menurut Djamarah (2006:89) kelebihan dan kelemahan metode

bermain peran adalah adalah :

a) Kelebihan metode bermain peran

1) Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih keberaniaan.

2) Metode ini akan lebih menarik perhatiaan siswa, sehingga suasana kelas

lebih hidup.

3) Siswa lebih menghayati suatu peristiwa, sehingga mudah mengambil

kesimpulan berdasarkan penghayatannya sendiri.

4) Penyaluran perasaan atau keinginan-keinginan yang terpendam karena

memperoleh kesempatan untuk belajar untuk mengekspresikan

(mencurahkan) penghayatan mereka mengenai suatu problem di depan

orang banyak.

5) Untuk mengajar anak supaya ia bisa menempatkan dirinya diantara orang

lain.

b) Kelemahan metode bermain peran

1) Situasi sosial yang diciptakan dalam suatu lakon tertentu, memiliki

kekurangan kualitas emosional dengan situasi sosial sebenarnya.

2) Sukar untuk memilih siswa yang berwatak cemerlang untuk memecahkan

masalah.

3) Perbedaan adat istiadat, kebiasaan dalam masyarakat akan mempersulit

pengaplikasian metode ini.

4) Kadang-kadang siswa tidak mau memerankan sesuatu adegan karena

malu.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

27

5) Metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang.

6) Siswa yang tidak mendapat giliran akan pasif.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan metode bermain

peran menurut Djamarah (2006: 89) adalah: 1) Masalah yang dijadikan tema

cerita hendaknya dialami oleh sebagian siswa, 2) Penentuan pemeran hendaknya

secara sukarela dan motivasi dari diri sendiri, 3) Jangan banyak

menyutradarai/mengatur, biarkan anak mengembangkan kreatifitas mereka, 4)

Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), 5) Kesimpulan diskusi

dapat dirumuskan oleh guru.

2.1.9 Penerapan Metode Bermain Peran dalam Memerankan Tokoh Drama di Sekolah Dasar

Sebelum bermain drama, Dewojati (2012:266) mengemukakan beberapa

dasar-dasar pementasan yang perlu dikuasai dengan baik oleh siswa supaya

pementasan dapat menarik simpati. Dasar-dasar tersebut sebagai berikut;

1) Penguasaan Lafal

Seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi konsonan

dan vokal sesuai dengan artikulasinya secara tepat dan sempurna. Disertai suara

yang jelas dan keras. Penguasaan lafal ini biasanya di tempat terbuka untuk

mengulang-ulang suatu pelafalan/vokal tertentu sampai sempurna pengucapannya.

2) Penguasaan Intonasi

Di samping lafal, mimik dan gerak tubuh, pemain drama harus pula

menguasai intonasi dasar sedih (tempo lambat-nada rendah-tekanan lembut)

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

28

intonasi marah (tempo cepat, nada tinggi, tekanan keras) dan intonasi gembira

(tempo-nada-tekanan bersifat sedang). Suatu peran menjadi hidup bila aktornya

memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang tepat.

Ketika dialog pemain belum bisa menguasai intonasi, maka dialog yang

diucapkan oleh pemain akan sulit dimengerti.

3) Penguasan Kelenturan Tubuh/Gesture

Dalam penguasaan kelenturan tubuh atau gesture ini penting dalam sebuah

pementasan drama.Tubuh seorang pemain drama harus lentur atau elastis sehingga

dalam memainkan peran tertentu tidak kelihatan kaku.Untuk mencapai

penguasaan tubuh yang elastik tersebut, perlu melakukan serangkaian gerakan

seperti berlari cepat dalam jarak dekat, bolak balik ke utara, selatan, timur, barat,

ke segala penjuru. Berjalan dengan menggambarkan perasaan sedih, jalan

kepayahan membayangkan berjalan di padang pasir hingga jatuh bergulingan, dan

seterusnya.

4) Penguasaan Mimik dan Ekspresi

Seorang calon pemain harus menguasai mimik dasar seperti mimik sedih,

gembira, marah dan lain-lain. Mimik marah biasa ditandai dengan mata melotot,

muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih ditandai dengan wajah

muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang mimik gembira ditandai

muka yang bercahaya, mata bersinar, dan mulut tersenyum.

Strategi yang digunakan dalam pembelajaran apresiasi drama dalam

penelitian ini adalah salah satu strategi pembelajaran teks drama, yaitu bermain

peran. Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan

masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis,

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

29

pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik

bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran

harus mampu menghayati peran yang dimainkannya.

Melalui peran, siswa berinteraksi dengan orang lain yang juga

membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Metode bermain

peran termasuk metode pementasan drama yang sangat sederhana. Peran diambil

dari kisah kehidupan nyata sehari-hari (bukan imajinatif).

Adapun langkah-langkah penerapan bermain peran (role playing) dalam

pembelajaran bermain drama adalah:

1) Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;

2) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum

proses pembelajaran;

3) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;

4) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;

5) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang

sudah dipersiapkan;

6) Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan;

7) Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai

lembar kerja untuk membahas materi;

8) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;

9) Guru memberikan kesimpulan secara umum;

10) Evaluasi;

11) Penutup;

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

30

Drama anak harus diciptakan dengan suasana yang menyenangkan karena

eksistensi drama adalah menampilkan cerminan kejadian dalam kehidupan. Oleh

sebab itu drama anak juga harus dapat dipakai mewadahi kehidupan anak melalui

cerita-cerita yang dipentaskannya.

2.2 Kajian Penelitian Yang RelevanLisa Rindani, 2012 dalam penelitiannya dengan judul: Meningkatkan

Kemampuan Bermain Drama melalui Model Pembelajaran Bermain Peran pada

Siswa Kelas V SDN 176/III Siulak Kecil Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci,

menyimpulkan bahwa pada hasil evaluasi siswa dalam memerankan drama

pendek disetiap siklusnya, yaitu pada siklus I dari 21 orang siswa yang tuntas ada

11 orang siswa (52%) dan yang tidak tuntas ada 10 orang siswa (48%), artinya

pada siklus I belum berhasil karena jumlah siswa yang tuntas kemampuan dalam

memerankan drama belum mencapai 80% dari 21 orang siswa. Kemudian

dilanjutkan pada siklus II yang mana mengalami peningkatan di mana siswa yang

tuntas dalam memerankan drama ada 15 orang siswa (71%) dan tidak tuntas 6

orang siswa (29%), namun tetap belum mencapai batas ketuntasan 80% dari 21

orang siswa. Berlanjut pada Siklus III di mana dari 6 orang siswa yang tidak

tuntas pada siklus II kini sudah tuntas, itu artinya seluruh siswa pada siklus III

atau 21 orang siswa (100%) tuntas dalam memerankan drama pendek. Dengan

demikian penggunaan model pembelajaran bermain peran (Role Pleying) pada

pokok bahasan bermain drama dapat meningkatkan kemampuan drama siswa

kelas V SDN 176/III Siulak Kecil.Penelitian di atas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

bermain drama melalui metode bermain peran, sedangkan penelitian ini untuk

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...eprints.ung.ac.id/178/3/2013-2-86206-151409463-bab2-10012014070242.pdf · Fungsi tersebut dapat memberikan gambaran bahwa

31

mengetahui penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran memerankan

tokoh drama pada siswa kelas V SDN 12 Limboto Kabupaten Gorontalo.Imam Baihaqi dalam penelitian dengan judul Penggunaan Metode Role

Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Bermain Drama pada Siswa Kelas.

Penelitian ini menunjukan adanya peningkatan keterampilan bermain drama

dengan menggunakan metode Role Playing pada siswa kelas IV SDN 4 Mojosari

dimana terjadi peningkatan proses sebesar 48% dan peningkatan hasil sebesar

33,34%. Hal yang membedakan dari penelitian yang dilakukan oleh Imam

Baihaqi adalah pada subjek dan objek penelitian. Pada penelitian yang akan

peneliti lakukan mengambil subjek penelitian siswa kelas V dengan masalah yang

akan diteliti yaitu bermain peran dalam memerankan tokoh drama. Objek

penelitian berupa proses pembelajaran bermain drama dengan metode bermain

peran.