asuransi syariah

Upload: siska18

Post on 01-Mar-2016

85 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tentang asuransi syariah

TRANSCRIPT

Peluang Asuransi Syariah Indonesia Masih Besar

Rabu, 01 Mei 2013, 15:34 WIBREPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA Masa depan asuransi syariah di Indonesia masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan berkembangnya perekonomian kelas menengah merupakan pertanda baik untuk industri asuransi jiwa syariah.

Bert Paterson, Presiden Direktur PT Sun Life Financial Indonesia kepada ROL mengungkapkan, penetrasi asuransi syariah di Indonesia masih terbilang kecil. Padahal, Indonesia menempati jumlah populasi muslim terbesar di dunia. Beberapa peluang lain juga ditambahkan Bert demi meningkatkan bisnis asuransi syariah di Indonesia. Pertama Indonesia memiliki jumlah pendudukan muda yang terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang merangkak naik juga menjadi peluang yang baik, stabilitas politik serta meningkatnya kecenderungan untuk menambung menjadi pertanda yang baik bagi asuransi syariah.Memahani bagaimana pasar Indonesia berkembang merupakan kunci untuk mengindetifikasi resiko dan berbagai hal yang dapat menghalangi pasar, ujar Bert.

Pada 2011 lalu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berada pada angka 6,5 persen dan diperkirakan terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan ini dipengaruhi salah satunya oleh konsumsi domestik rata-rata 65 persen dari total PDB selama beberapa tahun belakangan. Menurut Bret, pasar asuransi syariah di Indonesia terbilang pasar yang belum tergarap dan memiliki peluang yang besar. matang. Ini bisa terlihat dari gabungan penetrasi asuransi jiwa dan kerugiaannya yang hanya berada pada angka 1,78 persen dari PDB 2011. Dengan rata-rata kemampuan individu membayar premi asuransi jiwa hanya 44 dolar AS.

Tidak adanya perbedaan cara penjualan produk asuransi syariah dengan konvensional dinilai menjadi faktor kurang berkembangnya asuransi syariah di Indonesia. Menurut data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), pangsa pasar asuransi jiwa syariah dan re-asuransi jiwa syariah pada kuartal III tahun 2012 hanya sebesar 3,96 persen. Kebanyakan perusahaan asuransi jiwa syariah masuk ke pasar dengan mengadopsi produk-produk syariah yang setara dengan produk asuransi tradisional mereka. Saya yakin masalah kurangnya diferensiasi merupakan salah satu alasan mengapa pasar asuransi jiwa syariah berada jauh di belakang pasar asuransi konvensional dalam hal penetrasi, pengembangan distribusi dan produk, katanya.

Saat ini beberapa perusahaan asuransi lebih memilih membuat unit asuransi syariah ketimbang membuat perusahaan baru dengan fokus asuransi syariah. Sampai tahun 2012, hanya ada tiga perusahaan asuransi jiwa syariah, dan dua asuransi umum syariah. Selebihnya, ada 17 unit asuransi jiwa syariah dan 20 unit asuransi umum syariah. Tiga lainnya adalah perusahaan re-asuransi syariah atau unit re-asuransi syariah.

Secara umum kesadaran akan kebutuhan asuransi jiwa masih sangat rendah. Apalagi untuk asuransi jiwa syariah. Asuransi syariah masih harus bekerja keras menentukan cara untuk membedakan dirinya. Tapi bukan lantas edukasi yang dilakukan adalah dengan membeda-bedakan mengenai manfaat produk asuransi konvensional dengan syariah. Karena ini hanya akan membingungkan nasabah. Pelaku industri harus bekerja sama untuk mengedukasi masyarakat Indonesia. Kita juga perlu bermitra dengan regulator untuk menciptakan lingkungan industri dapat beroperasi bagi keamanan finansial untuk keluarga Indonesia, katanyaMengapa Asuransi Syariah ?Senin, 30 Juli 2012 | 13:21 WIB Baca jugaTweet

0

KOMPAS.com - Di dalam ekonomi syariah (muamalah syariah), selain kita mengenal bank syariah, asuransi syariah pun merupakan bagian dari muamalah.Sebelum kita membahas asuransi syariah maka perlu kita ketahui bahwa asuransi adalah perlindungan suatu nilai ekonomi, nilai ekonomi disini bisa dilihat dari manusia sebagai sumber ekonomi yang dapat menghasilkan uang atau bisa juga barang atau benda yang mempunyai nilai ekonomi seperti rumah, mobil dan lain-lain.Berbicara mengenai asuransi syariah, ada beberapa landasan penting yang menjelaskan mengapa asuransi syariah dibutuhkan:1. Di dalam sebuah kehidupan ada resiko dan ketidakpastian. Dalam syariah pernyataan ini didukung di Qs Lukman:34 dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorangpun yang mengetahui dibumi mana dia akan mati, sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.2. Kita sebagai umat manusia diwajibkan untuk saling tolong menolong atau saling membantu. Hal ini sangat jelas tersurat dalam Qs Al Maidah:2 dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.3. Bagi umat manusia yang beriman sangat dianjurkan untuk melakukan perencanaan kedepan untuk diri dan keluarga tercinta, sesuai dengan Qs Al-Hasyir:18 Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang yang diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Setelah kita mengetahui beberapa landasan penting dari asuransi syariah, maka ada beberapa hal yang juga perlu diperhatikan dalam membandingkan asuransi syariah dengan asuransi konvensional yaitu:1. Fundamental hukum dan operasional yakni (filosofinya) mencari ridho Allah sehingga berdimensi dunia dan akhirat sementara asuransi konvensional tidak ada keharusan untuk memiliki filosofi hukum operasional akhirat.2. Fundamental hukum dan operasionalnya adalah berdasarkan Al Quran, hadist serta hukum positif yang berlaku. Asuransi konvensional hanya menggunakan hukum positif yang berlaku.3. Managemen dalam struktur organisasi terdapat DPS (Dewan Pengawas Syariah) dengan tugas dan fungsi memastikan bahwa operasional, managemen, investasi dan produk perusahaan tidak menyimpang dari prinsip syariah.4. Sistem akuntansinya adalah membuat laporan yang terbuka dimulai dari sumber dana, penggunaan dan zakatnya. Pada konvensional tidak ada kewajiban harus terbuka dalam hal sistem pembukuannya.5. Produknya didisain agar terhindar dari unsur gharar (sesuatu yang tidak jelas), maisir (bersifat spekulatif) dan riba (bunga).6. Operasional pengelolaan resiko berdasarkan prinsip membagi resiko (sharing of risk) diantara mereka, sementara konvensional memiliki konsep transfer of risk yakni pemindahan resiko dari peserta ke perusahaan, ini memiliki konsekuensi dana yang diperoleh menjadi berpindah dari peserta menjadi milik perusahaan.7. Operasional investasi dana kelolaan pada instrumen berbasis syariah, khusus untuk saham syariah di Indonesia dapat dilihat pada data Jakarta Islamic Index. Pada asuransi konvensional bebas menentukan instrumen investasi.8. Operasional pembayaran klaim resiko bersumber dari rekening dana tabbaru yaitu dana yang sejak awal sudah diniatkan dan diikhlaskan untuk kepentingan sosial atau tolong menolong diantara peserta takaful (saling menanggung) apabila terjadi musibah. Pada asuransi konvensional dana ini tercermin di rasio RBC (Risk Based Capital) atau rasio resiko berbanding modal.

Demikian pembaca yang bijaksana berdasarkan hal-hal yang telah tersebut diatas maka perusahaan asuransi syariah tentu memiliki kultur perusahaan berbasis syariah islam, dimana dana yang terkumpul merupakan hak dari peserta, perusahaan syariah hanya memegang amanah untuk mengelolannya, sedangkan pada konvensional dana yang terkumpul menjadi hak perusahaan sehingga perusahaan bebas melakukan alokasi investasinya. (Oktin Utama, praktisi asuransi syariah, partner TGRM Perencana Keuangan)http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/30/13214780/Mengapa.Asuransi.SyariahPerkembangan Asuransi Syariah 2008 Perkembangan asuransi syariah ibarat si gadis manis, diburu banyak orang dan menenangkan. Kini, nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah. Bahkan asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Mereka tentu ingin mencicipi kue syariah di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Syariah Indonesia Muhaimin Iqbal menyatakan hingga Januari 2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Ini pertumbuhan premi industri bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.

Ia mengatakan perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada 2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan nilai total Rp 475 miliar. "Hingga akhir 2007, saya rasa kami bisa mencapai Rp 700 miliar. Kalau tahun depan tumbuh 50% saja, sampai melebihi Rp 1 triliun," ucap Muhaimin.

Kendati asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang pesat, jelas Muhaimin, kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir.

Ia menuturkan, pada 2003, hanya ada 11 pemain dalam industri syariah. Jumlah itu meningkat menjadi 30 pemain pada 2006. Per juli 2007, terdapat 38 pemain asuransi syariah dengan rincian 2 perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum, 12 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah, dan 3 asuransi syariah.

Sistem Transparan.Sementara itu, Direktur Utama Insight Invesment Management ggi H Achsien menyatakan perkembangan pesat asuransi asuransi syariah di Indonesia memang masuk akal. Disamping pangsa pasar yang besar, sistemnya juga transparandan membuat nyaman pemegang polis jelas Iggi.

Menurutnya sistem asuransi syariah menjanjikan sistem yang lebih adir, transparan dan terhindar dari unsur perjudian. Oleh karena itu orang merasa lebih aman dengan asuransi syariah, cetusnya.

Calon Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari salah satu perusahaan asurasi syariah itu meminta para pelaku asurasi syariah agar terus meningkatkan profesionalisme dalam mengembangkan pasar. Ini penting agar ada pergesran orientasi parsar dari pasar emosional menuju pasar rasionla., jelasnya.

Perkembangan asuransi syariah juga mencengangkan. PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) misalnya. Disamping terus melakukan berbabagai inovasi produk, perusahaan asuransi syariah terbesar di Indonesia itu terus menggalang aliansi strategis dengan perusahaan sejenis.ATK juga telah meluncurkan produk unit link Takafulink Alia yang merupakan produk proteksi dan investasi berbasi saham. ATK menargerkan pendapatan Rp 20 miliar Rp 30 miliar di akhir 2007.

Walaupun baru berjalan sebulan, pendaptan Takafulink Alia telah mencapai Rp 5 miliar. Oleh karena itu, target di atas dapat tercapai, ungkap Presiden direktur PT Asuransi Takaful Keluarga disela-sela grand launching Produk Takafulink Alia di Jakarta.

Karena investasi Alia berupa saham. Agus menilai produk tersebut potensial bagi meresa yang agresif dalam berinvestasi. Divisi Syariah Asuransi Allianz Liafe Indenesia (AALI) juga tidak ketinggalan . Allianz Syariah Life membukukan gross written premium (GWP) sebesar Rp 31 miliar dan mjumlah polis sebanyak 3.702. unit hingga Agustus 2007. Direktur Syarila AALI Kiswati Soerkoyo mengatakanper Agustus 2007, GWP telah mencapai Rp 31,012 miliar dan jumlah polis meningkat menjadi 3.702 unit.

Hasil yang hampir sama juga dibukukan Divisi Syariah PT Asuransi Jiwa (AJ) Central Asia Raya (CAR) yang mulai dibentuk Mei 2007. Di Tahum pertama operasionalnya (2007) mereka berhasil melai premi sebesar Rr20 miliar. Tahun ini, menurut Direktur pemasaran PT AJ CAR Hero Samudra, Target perolehan premi naik 150% menjadi Rp50 miliar.

Sementara itu, Divisi Syariah AJB Bumi putera menargetkan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 137% menjadi Rp237% miliar pada 2008. Untuk mencapai itu, divisi yang baru berusia tiga tahun itu akan menfokuskan pada ekspansi organik perusahaan.(Media Indonesia, Selasa, 29 Januari 2008http://www.asuransisyariah.net/2008/08/perkembangan-asuransi-syariah-2008.html Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia dari Masa ke MasaAsuransi syariah kian marak khususnya di Indonesia dan berbagai perusahaan asuransi baik perusahaan asuransi dari luar negeri atau dari Indonesia sendiri hampir seluruhnya memiliki produk asuransi syariah.

Ya, perkembangan asuransi syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan pesat. Khususnya karena di Indonesia didominasi oleh kaum Muslim maka permintaan akan asuransi syariah pun semakin tinggi, apalagi asuransi ini didasarkan pada prinsip Syariah Islam.

Perbedaan antara asuransi non-syariah dengan asuransi syariah sebenarnya tidak terlalu siginifikan kelihatan, namun terletak pada perjanjian transaksinya. Dalam asuransi non-syariah, nasabah membeli produk asuransi kepada perusahaan dan akan ditanggung ketika terjadi musibah. Sedangkan asuransi syariah, nasabah mengikatkan diri dan mereka akan saling menanggung satu sama lain jika terjadi musibah, yang didasarkan pada prinsip syariat Islam.

Di Indonesia, produk asuransi syariah telah diperkenalkan pada tahun 1994, walaupun menjadi tren sejak tahun 2010-2011. Perusahaan asuransi pelopor asuransi berbasis syariah itu sendiri adalah Asuransi Takaful yang berdiri pada tahun 1994. Produk asuransi syariah ini didasarkan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang menjelaskan tentang tujuan asuransi dan pedoman operasional asuransi syariah yang terdiri dari enam fatwa yakni dituliskan dalam Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang 'Pedoman Umum Asuransi Syari'ah':

1. Asuransi Syariah (Tamin, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial.4. Akad tabarru adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

Perkembangan asuransi syariah berkembang pesat khususnya sejak tahun 2010-2011 yang ditandai dengan banyaknya pemilik modal yang berani melakukan investasi. Selain itu, perusahaan asuransi pun banyak yang menambahkan produk asuransi syariah ke dalam tawaran produk mereka. Pendapatan premi asuransi syariah sendiri mencapai nilai Rp 4,97 triliun pada tahun 2011. Pada tahun 2012 diprediksi bahwa perkembangan asuransi syariah akan memberi kontribusi hingga 30%.

Belum lagi disebabkan oleh tingginya minat dan optimisme masyarakat kepada perusahaan asuransi syariah. Sebagai buktinya di Indonesia telah terdapat 20 asuransi syariah yang terbagi atas 17 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah dan 3 reasuransi syariah. Memang jika dibandingkan dengan negara lain di Eropa, Timur Tengah dan Malaysia, pertumbuhan dan perkembangan asuransi syariah di Indonesia masih lambat. Sebagai contoh di di Malaysia, banyak dana asuransi syariah berasal dari pemerintah dan benar-benar didukung oleh pemerintah.

Tetapi tidak menutup peluang perkembangan asuransi syariah di tahun-tahun selanjutnya, apalagi jika didukung oleh pemerintah. Hal ini juga turut membenahi perekenomian Indonesia jika dikelola dengan baik. Sebagai informasi berikut beberapa perusahaan asuransi yang menawarkan produk asuransi berbasis syariah.

1. PT Syarikat Takaful Indonesia2. PT Asuransi Syariah Mubarakah3. PT MAA Life Assurance4. PT MAA General Assurance5. PT Asuransi Great Eastern Life Indonesia6. PT Asuransi Tri Pakarta7. PT AJB Bumiputera 19128. PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Sejahtera9. PT Asuransi BRIngin Sejahtera Artamakmur (Bringin Insurance)10. PT Asuransi Binagriya Upakara11. PT Asuransi Jasindo Takaful12. PT Asuransi Central Asia (ACA)13. PT Asuransi Umum BumiPuteraMuda (Bumida) 196714. PT Asuransi Astra Buana15. PT BNI Life Indonesia16. PT Asuransi Adira Dinamika17. PT Staco Jasapratama18. PT Asuransi Sinar Mas19. PT Prudential Life Assurance20. PT Asuransi Jiwa SinarMas21. PT Tugu Pratama Indonesia22. PT Asuransi Allianz Life Indonesia23. PT Asuransi AIA Indonesia24. PT Panin Life, Tbk25. PT Asuransi Allianz Utama Indonesia26. PT Asuransi Ramayana, Tbk27. PT Asuransi Jiwa Mega Life28. PT AJ Central Asia Raya29. PT Asuransi Umum Mega30. PT Asuransi Parolamas31. PT Asuransi Jiwa Askrida32. PT Asuransi Jiwasraya (Persero)33. PT Equity Financial Solution34. PT Asuransi Kredit Indonesia35. PT Asuransi Bintang, Tbk36. PT Asuransi Bangun Askrida37. PT Asuransi Tokio Marine Indonesia

Mengenal Lebih Jauh Asuransi Syariah dan Dasar LandasannyaMemiliki asuransi memiliki manfaat bagi setiap manusia. Hal tersebutlah yang mendasari asuransi syariah karena di Al Qur'an sendiri terdapat konsep resiko di masa depan. Dalam konsep Islam, terdapat konsep manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan hubungannya dengan manusia. Nah, dalam konsep hubungan manusia dengan Tuhan terdapat sifat limitatif yakni tidak bisa dikembangkan lagi. Tetapi tentang konsep hubungan manusia dan manusia masih bisa dikembangkan. Termasuk juga dalam bidang ekonomi.

Asuransi syariah sering disebut dengan istilah 'takaful' yang sebenarnya metodenya sama dengan asuransi pada umumnya. Pihak asuransi berperan sebagai penyedia penanggung dengan tertanggung yakni peserta penerima manfaat. Namun yang membedakannya adalah prinsip operasional asuransi syariah beradasarkan pada syarat Islam yang tentunya mengacu pada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pertama kali istilah 'takaful' sebagai asuransi syariah digunakan adalah pada tahun 1983 oleh Dar Al Mal Islami yakni sebuah asuransi Islam di negara Genewa.

Prinsip operasional yang membedakan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional atau pada umumnya adalah 'prinsip tolong-menolong'. Pada asuransi syariah adanya prinsip saling menanggung antara satu pengguna asuransi dengan yang lainnya. Nah, sementara pada asuransi konvensional adalah prinsip saling menanggung antara pemegang asuransi dengan pihak perusahaan asuransi bukan peserta lainnya.

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi KonvensionalBerikut beberapa perbedaan mendasar antara asuransi syraih dengan asuransi konvensional yang mesti Anda ketahui untuk bisa dijadikan perbandingan:

1. Konsep operasional asuransi syariah adalah didasarkan pada hukum Islam yang bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah untuk keselamatan dunia dan akhirat, sementara asuransi konvensional tidak memiliki ikatan konsep operasional akhirat.

2. Konsep operasional dan ketentuan asuransi syariah didasarkan pada Al-Qur'an, As-Sunnah dan hadits serta hukum positif lainnya yang berlaku, sementara asuransi konvensional hanya mengikuti hukum positif yang berlaku, tidak didasarkan pada hukum Agama.

3. Sistem akuntansi atau keungan dalam asuransi syariah harus terbuka tentang laporan sumber dana dan sebagainya, sebaliknya asuransi konvensional tidak memiliki ketentuan dalam sistem pembukuannya yang harus terbuka.

4. Ada Dewan Pengawas Syariah atau disingkat menjadi DPS dalam pengelolaan struktur organisasi perusahaan asuransi syariah agar memastikan bahwa manajemen, operasional, investasi dan produk asuransi syariah tidak menyimpang dari prinsip syariat Islam.

5. Produk asuransi syariah memang dirancang sedemikian rupa agar terhindar dari sesuatu yang tidak jelas (unsur grahar), adanya sifat spekulatif atau diistilahkan 'maisir' dan riba atau bunga.

6. Untuk melihat operasional asuransi syariah dalam hal pengelolaan investasi dana, utamanya saham syariah di negeri Indonesia dapat kita lihat di Jakarta Islamic Index. Sementara pada asuransi konvensional bisa bebas untuk menentukan instrumen investasi.

7. Metode pengelolaan resiko didasarkan pada prinsip dan hukum bagi resiko atau sharing of risk di antara mereka sendiri, sementara pada asuransi konvensional terdapat prinsip "transfer of risk" yaitu prinsip pemindahan resiko dari pemegang asuransi ke perusahaan pihak asuransi sehingga konsekuensi dana yang didapat berpindah dari pemegang asuransi menjadi milih perusahaan asuransi.

8. Metode pembayaran klaim resiko adalah berasal dari rekening tabungan bersama yakni dana yang memang sudah diikhlaskan memang untuk kepentingan tolong-menolong antara pemegang asuransi syariah atau takaful jika terjadi sesuatu musibah. Sementara pada asuransi konvensional bisa dilihat di rasio atau perbandingan antara resiko dan modal.

Maka pada prinsip sederhananya, dana yang terkumpul dalam asuransi syariah adalah hak dari pemegang asuransi, sebaliknya pada asuransi konvensional merupakan hak perusahaan untuk melakukan alokasi kemana dana tersebut untuk investasi. Ya, dalam hukum Islam tidak hanya dikenal bank syariah tetapi juga asuransi syariah yang bisa membantu sesama manusia dengan prinsip tolong-menolong.

Jadi, bergantung pada Anda juga untuk memilih asuransi syariah atau asuransi konvensional. Tentu Anda punya hak untuk memilih berdasarkan penjelasan di atas. Dalam Asuransi syariah sendiri juga terdapat beberapa produk yang bisa Anda pilih lagi sesuai dengan kebutuhan hidup Anda. Belum lagi memang hukum Islam sendiri memberi landasan seperti ini bahwa asuransi itu penting:

1. Ketidakpastian dan resiko.2. Saling membantu dan tolong-menolong.3. Dianjurkan untuk membuat perencanaan masa depan bagi diri sendiri dan keluarga.Produk Asuransi Takaful - Pelopor Asuransi Syariah IndonesiaAsuransi Takaful adalah pelopor asuransi syariah di Indonesia. Perusahaan Asuransi Takaful berdiri pada tanggal 24 Februari 1994 yang diprakarsai oleh Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau TEPATI dan digerakkan oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia melalui Yayasan Abdi Bangsa. Selain itu, Bank Muamalat Indonesia, Departemen Keuangan RI, Asuransi Jiwa Tugu Mandiri dan beberapa pengusaha Muslim asal Indonesia turut memotori Asuransi Takaful di bawah naungan Perusahaan PT Syarikat Takaful Indonesia.

Asuransi Takaful memberikan jasa asuransi kepada masyarakat Indonesia yang dilandaskan pada prinsip Syariah Islam dan telah berjalan sekitar satu dasawarsa. Perusahaan Asuransi Takaful sendiri memiliki dua cabang perusahaan operasional yakni:

1. PT Asuransi Takaful Umum (Asuransi Umum Syariah)Perusahaan asuransi ini berdiri pada tahun 1994, tepatnya pada tanggal 4 Agustus 1994 dan beroperasi resmi sejak tanggal 25 Agustus 1994.

2. PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi Jiwa Syariah)Perusahaan ini diresmikan pada tanggal 2 Juni 1995 oleh Menristek/Ketua BPPT Prof. Dr. B.J. Habibie.

Kepemilikan Perusahaan Asuransi TakafulSaham mayoritas di Perusahaan Asuransi Takaful dimiliki oleh Syarikat Takaful Malaysia Berhad sebesar 56%, Islamic Development Bank memiliki saham sebesar 26,39% dan selebihnya dimiliki oleh PNM atau Permodalan Nasional Madani, Bank Muamalat dan Yayasan Abdi Bangsa. Untuk menjaga kualitas layanan jasa asuransi yang diberikan oleh Asuransi Takaful, maka untuk perusahaan Asuransi Takaful memperoleh sertifikat Sertifikasi ISO 9001:2000 dari SGS JAS-ANZ dari Selandia Baru untuk Asuransi Takaful Umum. Sedangkan Asuransi Takaful Keluarga mendapatkan Sertifikasi ISO 9001:2000 dari dari Det Norske Veritas (DNV) dari Belanda.

Penghargaan terhadap Asuransi Takaful pun telah diraih yakni di antaranya adalah: MUI Award 2004 dengan predikat sebagai Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia dan oleh Majalah InfoBank 2004 dan 2005 memberikan penghargaan kepada Asuransi Takaful sebagai Asuransi Syariah yang Sangat Bagus dan sebagai Pioner Asuransi Umum Syariah oleh Investor Syariah Award, serta penghargaan lainnya yang bisa Anda di situs www.takaful.com.

Produk Asuransi Takaful IndonesiaBerikut produk asuransi yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Indonesia:

1. Asuransi Takaful Umum, yang berfokus pada pemberian layanan dan bantuan kepada tertanggung oleh karena kerugian seperti kebakaran, pengangkutan, kendaraan bermotor dan niaga. Asuransi ini berfokus kepada perlindgungan yang disesuaikan dengan Muamalah Syariah Islam. Produk-produk yang ditawarkan adalah sebagai berikut:

-Takaful Baituna-Takaful Surgaina-Takaful Abror-Takaful Ansor-Takaful Rekayasa-Takaful Aneka-Takaful Kebakaran-Takaful Pengangkutan & Rangka Kapal-Takaful Kendaraan Bermotor

2. Asuransi Takaful Keluarga yang berfokus pada pemberian layanan dan bantuan serta investasi yang menyangkut asuransi jiwa dan keluarga, untuk kesejahteraan masyarakat yang tentu dilandaskan pada Muamalah Syariah Islam. Produk yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Keluarga pun meliputi layanan individual, layanan grup atau kumpulan, bancassurance dan khusus asuransi kesehatan. Berikut pengelompokannya:

a). Asuransi Takaful Keluarga Layanan Individual yang mencakup:-Takafulink-Takaful Kecelakaan Diri-Fulnadi-Takafulink Alia-Takaful Ukhuwah

b). Asuransi Takaful Keluarga Layanan Grup / Kumpulan yang mencakup:-Takaful Ordinary: Takaful Al Khairat, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Kecelakaan Siswa, Takaful Wisata & Perjalanan.-Bancassurance: Takaful Pembiayaan.-Takaful Kesehatan: FulMedicare.

Selain produk-produk umum di atas, ternyata Asuransi Takaful pun memiliki produk unik lainnya yang bisa dinikmati oleh kalangan khusus, antara lain sebagai berikut:

1. Asuransi Takaful Safari yang diperuntukkan kepada pelanggan Telkomsel yang memberikan asuransi jiwa dalam rentang waktu 10 hari dengan nilai perlindungan hingga senilai Rp 100 juta dengan pemotongan pulsa Rp 8.000/10 hari.2. Asuransi Takaful Fulprotek yang berupa kartu dan memiliki fungsi sebagai kartu asuransi, ATM dan debit.

Sebagai informasi, terdapat banyak rumah sakit rekanan yang bekerja sama dengan Asuransi Takaful dan bengkel rekanan bagi Anda yang memilih asuransi Takaful umum. Hal ini akan memberi jaminan bagi Anda yang menjadi nasabah Asuransi Takaful.

Bagi Anda yang penasaran dengan berbagai produk asuransi syariah yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful ini bisa mengakses situs resmi mereka, atau Anda juga bisa berkunjung ke kantor pusat mereka di Jakarta. Anda yang berada di daerah lain pun bisa mengunjungi kantor-kantor cabang yang dimiliki oleh Asuransi Takaful yang berada di berbagai daerah di Indonesia seperti Depok, Tangerang, Bogor, Surabaya, Bali, Medan Lhokseumawe, Batam, Palembang dan kota-kota lain di seluruh Indonesia.

Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia

Sejak akhir abad ke-20, perkembangan ekonomi syariah secara global mulai meningkat. Semakin banyak bank-bank Islam yang menerapkan prinsip syariah, yaitu sistem perbankan yang tidak meminjamkan atau memungut pinjaman dengan bunga pinjaman (riba) dan memiliki larangan untuk berinvestasi pada usaha yang berkategori haram menurut ajaran Islam.Perkembangan positif ini juga terlihat pada perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dengan meningkatnya aset perbankan syariah dari Rp49,6 triliun pada 2008 menjadi Rp223 triliun pada Agustus 2013. Dengan besarnya potensi produk syariah ini, banyak pula perusahaan asuransi di Indonesia yang menawarkan produk syariah.Pertumbuhan industri asuransi syariah ditargetkan sebesar 35% per tahun. Bahkan, pertumbuhan premi asuransi syariah tercatat mencapai 43% di 2013. Ini lebih besar dibandingkan peningkatan pada asuransi konvensional yang berada di posisi 20%.Oleh karena itu, masa depan asuransi syariah di Indonesia dipandang masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi yang kuat dikombinasikan dengan naiknya tingkat tabungan dan berkembangnya perekonomian kelas menengah, merupakan pertanda baik untuk industri asuransi jiwa syariah.Dalam pengertiannya, asuransi syariah adalah asuransi berdasarkan prinsip syariah dengan usaha tolong-menolong (taawuni) dan saling melindungi (takafuli) diantara para peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu.Prinsip asuransi syariah sendiri tidak jauh berbeda dengan perbankan syariah, yaitu mengumpulkan dana dari nasabah untuk dikelola sesuai dengan syariah Islam. Selain itu, sistem pada asuransi syariah juga menggunakan sistem bagi hasil.Penempatan dana nasabah peserta asuransi syariah juga jelas dan tidak ditanamkan pada bisnis yang dilarang agama, seperti perjudian atau yang keabsahannya diragukan. Berarti asuransi syariah menjamin dana yang disimpan maupun didapat halal.Skema hubungan si penanggung (perusahaan) dan tertanggung (nasabah) dalam asuransi syariah juga berbeda dengan asuransi konvensional. Jika asuransi konvensional skemanya adalah transfer risiko, di asuransi syariah sistemnya berbagi risiko (risk sharing). Inti hubungan penanggung dan tertanggung adalah tolong- menolong, bukan pemindahan risiko dari peserta asuransi kepada perusahaan asuransi.Pengertian dan ManfaatPosted on Oktober 31, 2009 | 4 Komentar

by ariefsulfieSesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai syariah. Jika seseorang menjadi peserta atau asuransi syariah, dalam istilah syariah disebut sebagai muamman, sedangkan perusahaan asuransi disebut dengan muammin. Pada dasarnya asuransi syariah dan asuransi konvensional mempunyai tujuan sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Namun beberapa perbedaan mendasar dalam kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair dibandingkan asuransi konvensional. Menurut Ketua Badan Pelaksana Harian DSN Maruf Amin, berbeda dengan asuransi konvensional yang menerapkan kontrak jual beli atau biasa disebut tabaduli, asuransi syariah menggunakan kontrak takafuli atau tolong menolong antara nasabah satu dengan nasabah yang lain ketika dalam kesulitan. Jadi di asuransi syariah ada risk sharing, ujar Maruf. Sedangkan dengan akad tabaduli, terjadi jual beli atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan perusahaan asuransi. Dengan kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke perusahaan asuransi. A. PRINSIP-PRINSIP ASURANSI SYARIAHHaramnya praktik asuransi dalam Islam sudah banyak digaungkan oleh para ulama-ulama di Indonesia maupun manca negara. Hal ini dikarenakan adanya :1.Gharar = Terlihat dari unsur ketidakpastian tentang sumber dana yang digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang polis. 2.Maysir= Yaitu unsur judi yang gambarkan dengan kemungkinan adanya pihak yang dirugikan di atas keuntungan pihak yang lain.3. Riba Asuransi Syariah memiliki prinsip-prinsip antara lain :1. Saling Membantu dan Bekerjasama Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-Maidah:2) Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong sesamanya. (HR. Abu Daud) Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya. (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud)2. Saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan Seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu (QS. 4 :29)3. Saling bertanggung jawab4. Menghindari unsur gharar, maysir dan riba Islam menekankan aspek keadilan, suka sama suka dan kebersamaan menghadapi resiko dalam setiap usaha dan investasi yang dirintis. Aspek inilah yang menjadi tawaran konsep untuk menggantikan gharar, maysir dan riba yang selama ini terjadi di lembaga konvensional. B. TATA CARA DAN OPERASIONAL ASURANSI SYARIAH1. Akad = Akad antara perusahaan dengan peserta menggunakan akad mudharabah dengan semangat saling menanggung (takaful), dan bukan berdasarkan akad pertukaran (tadabbuli)).Unsur dalam konsep al-mudharabah ini ialaha. Menginvestasikan dan mengusahakan ke dalam proyek dalam bentuk : musyarakah, murabahah dan wadiah.b. Menanggung resiko usaha secara bersama-sama dengan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.c. Pembagian hasil atas keuntungan dari investasi dilakukan setelah penyelesaian klaim manfaat takaful dari peserta yang mengalami musibah. 2. Pengelolaan dan Investasinya Tidak Bertentangan dengan Syariat Islam. C. JENIS DAN PRODUK ASURANSI SYARIAHProduk asuransi syariah terbagi menjadi tiga macam, yakni asuransi individu (jiwa, kecelakaan, pendidikan, dlsb); asuransi grup (kecelakaan, wisata, pembiayaan, dlsb); dan asuransi umum (kendaraan, kebakaran, dlsb). D.PERBEDAAN ANTARA ASURANSI SYARIAH DENGAN ASURANSI KONVENSIALAsuransi syariah sangat berbeda dengan asuransi konvensional, karena pada asuransi konvensional dilakukan praktik-praktik yang diharamkan dalam Islam. Dalam asuransi syariah dikenal prinsip saling memikul risiko diantara sesama orang, sehingga antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Semua ini dilakukan atas dasar tolong-menolong dalam kebaikan dimana masing-masing mengeluarkan dana/sumbangan/derma (tabarru) yang disepakati bersama nilainya untuk menanggung risiko tersebut. Sesuai dengan firman Allah SWT Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa dan jangan tolong-menolonglah kamu dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS Al-Maidah [5] : 2) Ada tujuh prinsip yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, yaitu :1. Keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS),yang bertugas mengawasi produk yang dipasarkan dan produk yang ada dalam pengelolaan investasi dana.nDPS ditemukan pada asuransi syariah tapi tidak pada asuransi konvensional2. Akad yang akan dilaksanakan. Akad yang dilaksanakan pada asuransi syariah berdasarkan prinsip tolong menolong (takaful), sedangkan pada asuransi konvensional berdasarkan akad jual beli (tadabbuli).3. Prinsip perhitungan investasi dana. Pada asuransi syariah, dasar perhitungan investasi dana berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah). Pada asuransi konvensional dasar perhitungan investasi dana berdasarkan riba.4. Kepemilikan dana. Pada asuransi syariah dana investasi yang terkumpul dari peserta (premi) merupakan milik peserta seutuhnya sementara perusahaan asuransi hanya merupakan pemegang amanah atau sebagai pengelola dana (mudharib). Pada asuransi konvensional, dana investasi yang terkumpul dari peserta (premi) menjadi milik perusahaan, sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi investasi penggunaan dana.5. Pembayaran klaim. Pembayaran klaim yang dilakukan oleh asuransi syariah diambil dari rekening tabarru (dana kebajikan) seluruh peserta. Sejak awal menyimpan dana investasinya, peserta sudah diminta keikhlasannya bahwa akan ada penyisihan dana yang akan digunakan untuk menolong peserta lain jika terkena musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambil dari dana milik perusahaan.6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan asuransi. Pada asuransi syariah, keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dari investasi dana peserta akan dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai dengan prinsip bagi hasil, dengan proporsi yang telah disepakati bersama di awal. Sedangkan pada asuransi konvensional keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi milik perusahaan seutuhnya.7. Kemungkinan adanya dana yang hangus. Pada asuransi syariah tidak mengenal adanya dana yang hangus meskipun peserta asuransi menyatakan akan mengundurkan diri karena sesuatu dan lain hal. Dana yang telah disetorkan tetap dapat diambil kecuali dana yang sejak awal telah diikhlaskan masuk ke dalam rekening tabarru (dana kebajikan). Sedangkan pada asuransi konvensional dikenal adanya dana yang hangus jika peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo (reserving period). E. MANFAAT PENTING MEMILIKI ASURANSI SYARIAHAllah SWT memerintahkan kita agar senantiasa membuat perencanaan masa depan. Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan, bencana, dan kematian merupakan qadha dan qadar. dari Allah. Hal ini tidak dapat dipungkiri. Tapi perencanaan masa depan tetap harus dipersiapkan. Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap hari memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok (masa depan). Dan, bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang engkau kerjakan. (Al Hasyr:18). Dalam Al Quran, surat Yusuf :43-49, Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapai kemungkinan yang buruk dimasa depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang pertanyaan raja mesir tetang mimpinya kepada Nabi Yusuf. Dimana raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah. Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya kamu bertanam tujuh tahun dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapapi masa sulit tesebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan. Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga kelangsungan kehidupan dengan meproteksi kemungkinan terjadinya kondisi yang buruk. Dan sangat jelas ayat diatas menyatakan bahwa berasurnasi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sisitem proteksi yang dikenal dalam mekanisme asuransi. Ayat ini memerintahkan kita untuk mempersiapkan diri, melakukan ikhtiar antara lain dengan menyisihkan sebagian harta yang kita miliki melalui asuransi syariah bersama dengan saudara-saudara kita yang lainnya. Sehingga, jika takdir menjemput kita, maka persiapan-persiapan untuk keluarga yang kita tinggalkan dalam batas tertentu sudah tersedia. Dengan demikian, kita tidak meninggalkan keluarga yang sengsara, terutama bagi sang ayah sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Oleh karena itu, Allah swt memerintahkan kepada umat Islam agar tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang menjadi beban orang lain sepeninggalnya. Kita perlu perencanaan yang matang dalam mempersiapakan hari depan, dan jadilah bangsa yang visioner. Allah berfirman, Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Al-Quran menjelaskan, Bagi kalian yang meninggal dunia dan meninggalkan janda haruslah memenuhi minimum satu tahun kebutuhan hidupnya dan tempat tinggalnya. Tapi bila dia meninggalkan tempat tinggal tersebut, tak dapat disalahkan bagi kalian atas apa yang dilakukannya dan Allah Maha Mengetahui. Dalam ilmu faraid disebutkan bahwa istri berhak atas 1/8 dari hak waris, orang tua masing-masing berhak atas 1/6 dari harta waris, anak laki-laki mendapatkan 2/3 serta anak perempuan mendapatkan 1/3 dari harta waris, dan lainnya. Misal, kebutuhan bulanan seorang istri dengan satu anak sebesar Rp 1 juta dan kebutuhan tempat tinggal Rp 500 ribu. Berarti total kebutuhan perbulan Rp 1,5 juta. Untuk memenuhi kebutuhan minimum selama setahun, harus terdapat dana sebesar Rp 1,5 juta x 12 bulan = Rp 18 juta. Dana sebesar Rp 18 juta tersebut hanya untuk istri yang dalam Al-Quran mendapat bagian waris sebesar 1/8. Untuk seorang istri yang tidak memiliki anak berhak atas 1/4 dari harta waris. Karena itu, perhitungan kebutuhan asuransi minimum untuk keluarga ini sebesar Rp 18 juta x 8 = Rp 144 juta. Patangpuluhan, 22-12-2008Manfaat Asuransi Syariah

Indonesia merupakan Negara, dimana mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam. Namun demikian, perkembangan produk-produk dengan prinsip syariah baru berkembangn kurang lebih 3-4 tahun yang lalu.

Lalu apakah asuransi yang kita kenal sekarang (asuransi konvensional) telah memenuhi syarat-syarat lain dalam konsep muamalat secra Islami. Dalam mekanisme asuransi konvensional terutama asuransi jiwa, paling tidak ada tiga hal yang masih diharamkan oleh para ulama, yaitu: adnya unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling) dan riba (bunga). Ketiga hal ini akan dijelskan dalam penjelasaan rinci mengenai perbedaan antara asuransi konvensional dan syariah.

Asuransi Syariah dan KonvensionalAsuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai tujuan sama yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbdaan mendasar antra keduanya adalah cara pengelolaannya penglolaan risiko asuransi konvensional berupa transfer risiko dari para peserta kepada perusahaan asuransi (risk transfer) sedangkan asuransi jiwa syariah menganut azas tolong menolong dengan membagi risiko diantara peserta asuransi jiwa (risk sharing).

Disamping perbedaan cara pengelolaan risiko, ada perbedaan cara mengelola unsur tabungan produk asuransi. Pengelolaan dana pada asuransi syariah menganut investasi syariah dan terbebas dari unsur ribawi.Secara rinci perbedaan antara asuransi jiwa syariah dan asuransi jiwa konvensional dapat dilihat pada uraian berikut :

Kontrak atau AkadKejelasan kontrak atu akad dalam praktik muamalah menjadi prinsip karena akan menentukan sah atau tidaknya secara syariah. Demikan pula dengan kontrak antara peserta dengan persahaan asuransi. Asuransi konvensional menerapkan kontrak yang dalam syariah disebut kontrak jual beli (tabaduli).

Kontrak Al-MudharabahKeuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian di pengelola.

Dana HangusPada asuransi konvensional dikenal dana hangus, dimana peserta tidk dapat melnjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo.

Dalam konsep asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun karena satu dan lain hal ingin mengundurkan diri, maka dna atau premi yg sebelumnya sudah dibyarkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil saja yg sudah diniatkan untuk dana tabarru yang tidak dapat diambil.

Manfaat Asuransi SyariahAsuransi syariah dapat menjadi alterntif pilihan proteksi bgi pemeluk agama Islam yang menginginkan produk yang ssuai dengan hokum Islam. Produk ini juga bisa menjadi pilihan bagi pemeluk agama lain yang memandang konsep syariah adil bagi mereka

Tabarru Asuransi SyariahFatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia no: 53/DSN-MUI/III/2006, tentangTabarru pada Asuransi SyariahMenimbang :a. bahwa fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah dinilai sifatnya masih sangat umum sehingga perlu dilengkapi dengan fatwa yang lebih rinci;b. bahwa salah satu fatwa yang diperlukan adalah fatwa tentang Akad Tabarru untuk asuransi;c. bahwa oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang Akad Tabarru untuk dijadikan pedoman.Mengingat :1. Firman Allah SWT, antara lain:o Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS. al-Nisa [4]: 2).o Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahtera-an) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. al-Nisa [4]: 9).o Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Hasyr [59]: 18).2. Firman Allah SWT tentang prinsip-prinsip bermuamalah, baik yang harus dilaksanakan maupun dihindarkan, antara lain:o Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hokum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. al-Maidah [5]: 1).o Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila kamiu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. al-Nisa [4]: 58).o Hai orang yang beriman! Janganlah kalian memakan (mengambil)harta orang lain secara batil, kecuali jika berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di antara kalian. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. al-Nisa [4]: 29).3. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain :o Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Maidah [5]: 2).4. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara lain:o Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).o Perumpamaan orang beriman dalam kasih sayang, saling mengasihi dan mencintai bagaikan tubuh (yang satu); jikalau satu bagian menderita sakit maka bagian lain akan turut menderita (HR. Muslim dari Numan bin Basyir).o Seorang mumin dengan mumin yang lain ibarat sebuah bangunan, satu bagian menguatkan bagian yang lain (HR Muslim dari Abu Musa al-Asyari).o Barang siapa mengurus anak yatim yang memiliki harta, hendaklah ia perniagakan, dan janganlah membiarkannya (tanpa diperniagakan) hingga habis oleh sederkah (zakat dan nafakah) (HR. Tirmizi, Daraquthni, dan Baihaqi dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya Abdullah bin Amr bin Ash).o Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr bin Auf).o Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain. (Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit, riwayat Ahmad dari Ibnu Abbas, dan Malik dari Yahya).5. Kaidah fiqh:o Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.o Segala mudharat harus dihindarkan sedapat mungkin.o Segala mudharat (bahaya) harus dihilangkan.Memperhatikan:1. Pendapat para ulama, antara lain: Sejumlah dana (premi) yang diberikan oleh peserta asuransi adalah tabarru (amal kebajikan) dari peserta kepada (melalui) perusahaan yang digunakan untuk membantu peserta yang memerlukan berdasarkan ketentuan yang telah disepakati; dan perusahaan memberikannya (kepada peserta) sebagai tabarru atau hibah murni tanpa imbalan. (Wahbah al-Zuhaili, al-Muamalat al-Maliyyah al-Muashirah, [Dimasyq: Dar al-Fikr, 2002], h. 287). Analisis fiqh terhadap kewajiban (peserta) untuk memberikan tabarru secara bergantian dalam akad asuransi taawuni adalah kaidah tentang kewajiban untuk memberikan tabarru dalam mazhab Malik. (Mushthafa Zarqa, Nizham al-Tamin, h. 58-59; Ahmad Said Syaraf al-Din, Uqud al-Tamin wa Uqud Dhaman al-Istitsmar, h. 244-147; dan Sadi Abu Jaib, al-Tamin bain al-Hazhr wa al-Ibahah, h. 53). Hubungan hukum yang timbul antara para peserta asuransi sebagai akibat akad tamin jamai (asuransi kolektif) adalah akad tabarru; setiap peserta adalah pemberi dana tabarru kepada peserta lain yang terkena musibah berupa ganti rugi (bantuan, klaim) yang menjadi haknya; dan pada saat yang sama ia pun berhak menerima dana tabarru ketika terkena musibah (Ahmad Salim Milhim, al-Tamin al-Islami, h, 83).2. Hasil Lokakarya Asuransi Syariah DSN-MUI dengan AASI (Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia) tanggal 7-8 Jumadi al-Ula 1426 H / 14-15 Juni 2005 M.3. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno Dewan Syariah Nasional pada 23 Shafar 1427/23 Maret 2006.MEMUTUSKANMenetapkan : FATWA TENTANG AKAD TABARRU PADA ASURANSI SYARIAHPertama : Ketentuan UmumDalam Fatwa ini, yang dimaksud dengan: a. asuransi adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi syariah; b. peserta adalah peserta asuransi (pemegang polis) atau perusahaan asuransi dalam reasuransi syariah.Kedua : Ketentuan Hukum 1. Akad Tabarru merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi. 2. Akad Tabarru pada asuransi adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis.Ketiga : Ketentuan Akad1. Akad Tabarru pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.2. Dalam akad Tabarru, harus disebutkan sekurang-kurangnya: a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu; b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru selaku peserta dalam arti badan/kelompok; c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim; d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.Keempat : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru 1. Dalam akad Tabarru, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. 2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru (muamman/mutabarra lahu, / ) dan secara kolektif selaku penanggung (muammin/mutabarri- /). 3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad Wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi.Kelima : Pengelolaan 1. Pembukuan dana Tabarru harus terpisah dari dana lainnya. 2. Hasil investasi dari dana tabarru menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru. 3. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah.Keenam : Surplus Underwriting 1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru, maka boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut:o a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru.o b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko.o c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta.2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad.Ketujuh : Defisit Underwriting 1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru (defisit tabarru), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman). 2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru.Kedelapan : Ketentuan Penutup1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.Ditetapkan di : JakartaTanggal : 23 Maret 2006 / 23 Shafar 1427 HDEWAN SYARIAH NASIONALMAJELIS ULAMA INDONESIAKetua,DR. KH. M.A Sahal MahfudhSekretarisDrs. H.M. Ichwan SamAsuransi Syariah1. A. Pengertian Asuransi Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral).. Secara baku, definisi asuransi di Indonesia telah ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Persuransian,Asuransi atau pertanggunan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggunan mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertangung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan diharapkan. Atau, tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sedangkan, ruang lingkup masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, memberi perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbul kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang Asuransi SyariahDalam bahasa Arab Asuransi disebut at-taimin, penanggung disebut muammin, sedangkan tertanggung disebut muamman lahu atau ustamin. at-tamin ( ) diambil dari kata ( ) memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah, Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan. (Quraisy: 4).Asuransi di sebut pula sebagai takaful, tadhamun .Dewan syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, asuransi syariah (Tamin , takaful, tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.[4] Dalam Ensiklopedia hukum Islam bahwa asuransi (at-tamin) adalah transaksi perjanjian antara dua pihak ; pihak pertama berkewajiban membayar iuran dan pihak lain erkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.Men-Tamin-kan sesuatu artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya memdapat uang sebagaimana yang telah disepakati, atau mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, deikatakan seseorang empertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya.Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al kifayah (kecukupan) dan al amnu (keamanan). Sebagaimana firman Allah swt: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan, mereka menyebutnya dengan al amnu al qidza`I (aman komsumsi). Dari prinsip tersebut Islam mengarahkan kepada ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang atau untuk keluarganya sebagaimana nasehat Rasul kepada Sa`ad bin Abi Waqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat.Al-Fanjari mengartikan tadhamun, takaful, at-ta`min atau asuransi syariah dengan pengertian saling menanggung atau tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta`min ke dalam tiga bagian, yaitu ta`min at-taawuniy, ta`min al tijari, dan ta`min al hukumiy.Menurut Mushtafa Ahmad Zaraq, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapun metodelogi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara manusia dalam menghindari resiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap taawun yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan demikina, asuransi adalah taawun yang terpuji, yang saling menolong dalam berbuat kebijakan dan takwa. Dengan taawun mareka saling membantu antara sesama, dan mereka takut dengan bahaya (malapetaka) yang mengancam mereka.Dalam buku Aqdu at-tamin wa Mauqifu asy-Syariah al-Islamiyah Minhu, az-Zarqa juga mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami para ulama hukum (syariah) adalah sebuah sistem taawun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa atau musibah-musibah. tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang tertimpa musibah. pengganti tersebut diambil dari kumpulan-kumpulan premi-premi mereka. Mereka (para ulama syariah) mengatakan bahwa dalam penetapan semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, Islam bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas saling menolong dan menjamin dalam peleksnaan hak dan kewajiban.Dari devinisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah Islamiyah antara anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi malapetaka (resiko).Oleh sebab itu, premi pada asurasni syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh pesertanya yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru dana Tabungan adalah dana titipan dari peserta Asuransi Syariah (life insurance) dan akan mendapatkan alokasi bagi hasil (al-mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim, baik berupa nilai tunai atau pun klaim manfaat asuransi. Sedangkan tabarru adalah derma atau dana kebijakan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life or general insurance).Menurut Dr. H. Hamzah Yaqub, dengan memperhatikan maksud dan tujuan asuransi, maka dapatlah dikatan pembagian lebih lanjut sebagai berikut:a. Asuransi ganti kerugianAsuransi ganti kerugian dititik beratkan pada barang atau usaha yang menjadi pokok gantu kerugian. Maksud pertanggungan adalah untuk memberi ganti kerugian kepada nasabah yang menderita kerugian barang atau benda miliknya kerugian terjadi karena bencana atau bahaya terhadap pertanggungan ini diadakan, baik kerugian itu berupa kemunduran dalam bentuk miliknya atau kehilangan keuntungan yang diharapkan oleh pihak yang bersangkutan. Pembayaran ganti kerugian itu bersifat tidak pasti, bukan saja mengenai besar kecilnya jumlah penggantian itu, tetapi juga mengenai waktunya. Sebab hal ini tergantung dari timbul tidaknya suatu kerugian.Jenis asuransi ganti kerugian meliputi pertanggungan kebakaran, pengangkutan, pencurian, mobil dan segalanya.b. Asuransi Sejumlah uangAsuransi sejumlah uang dititik beratkan pada jumlah uang yang akan diberikan sebagai ganti kerugian. Tujuan kad ini adalah untuk membayar sejumlah uang kepada nasabah, pembayaran tidak tergantung kepada kejadian kerugian, melainkan pembayaran itu bersifat pasti. Asuransi ini dimaksudkan sebagai asuransi jiwa, asuransi bunga hidup dan sebagainya.1. B. Dasar hukum asuransi syariah.Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi syariah. Asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nila-nilai yang dalam ajaran Islam, yaitu al Quran dan sunnah Rosul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodelogi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum islam.Al Quran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi seperti yang ada saat ini. Hal ini terindikasi dengan tidak munculnya istilah asuransi ( al-tamin) secara nyata dalam al quran. Walaupun begitu al quran masih mengakomodir ayat-ayat yang mempunyai muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong-menolong, kerjasama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian di masa mendatang[1].Ayat-ayat dalam Al Quran yang mengandung nilai dari asuransi syariah diantaranya:Perintah Allah untuk saling berkerja samaQS. Al Maidah :22. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.( QS. Al Baqarah:185)Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga asuransi, seseorang dapat dengan mudah untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya dimasa yang akan datang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak disengaja.Firman Allah tentang perintah mempersiapkan hari depanAllah SWT dalam Al Quran memerintahkan hambanya untuk sentiasa melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini berusaha untuk menabung atau berasuransi.Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. al-Hasyr [59]: 18).QS. Yusuf ayat:46-4946. (setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf Dia berseru): Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya, Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya. 47. Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. 48. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. 49. kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur.Ayat tersebut mengajarkan kepada kita suatu pelajaran yang luar biasa berharga, dalam peristiwa mimpi raja Mesir yang kemudian ditafsirkan oleh Nabi Yusuf dengan sangat akurat sebagai suatu perencanaan negara dalam menghadapi krisis pangan tujuh tahun mendatang. Kisah ini sebagai pelajaran untuk menyiapakan proteksi dari suatu ancaman ekonomi di masa mendatang.[2]Firman Allah tentang Prinsip-prinsip bermuamalah:Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. (QS. Al Maidah :1)Hadits:Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermuamalah, antara lain:Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya (HR. Muslim dari Abu Hurairah).Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. (HR. Tirmidzi dari Amr binAuf).Perintah untuk saling melindungi.Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, Nabi Muhammad SAW bersabda: barang siapa yang menghilangkan kesulitan diniawinya seorang mukmin, maka Allah SWT akan menghilangkan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang mempermudah kesulitan seseorang, maka Allah akan mempermudah urusannya di dunia dan akherat. HR Muslim.sesungguhnya orang yang beriman ialah barang siapa yang memberikan keselamatan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa manusia. HR Ibnu Majah.Hadist tentang menghindari resiko :Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bertanya seseorang kepada Rasulullah SAW. Tentang (untanya) : Apa (unta) ini saya ikat saja atau langsung bertawakal pada Allah SWT? Bersabda Rasulullah SAW.: Pertama ikatlah unta itu kemudian bertawakalah kepada Allah SWT. (HR. At-Turmudzi)1. C. SYARAT DAN RUKUN ASURANSI SYARIAHSetiap terjadi transaksi harus melewati suatu akad yang mana merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk mengikat diri. Demikian pula halnya dalam asuransi, akad antara perusahaan harus jelas. Apakah akadnya jual beli ( aqd tabaduli ) atau akad tolong menolong ( aqd tafakuli ) atau akad lainnya. Syarat-syarat dalam transaksi adalah adanya pihak-pihak yang berakad, barang yang diakad dan harga.Terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam menentukan rukun suatu akad. Jumhur ulama fiqih menyatakan rukun akad terdiri atas tiga hal: pernyataan untuk mengikatkan diri (shighat al-aqd), pihak-pihak yang berakad (al-mutaaqidain), dan obyek akad (al-maqud alaih).Ulama Hanafiyah berpendirian bahwa rukun akad itu hanya satu, yaitu shigat al-aqd (ijab qabul). Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad, menurut mereka, tidak termasuk rukun akad . Tetapi, termasuk syarat-syarat akad, karena menurut mereka, yang dikatakan rukun itu adalah suatu esensi ang berada dalam akad itu sendiri. Sedangkan, pihak-pihak yang berakad dan objek akad di luar esensi akad.Karena asuransi syariah menggunakan akad tijarah dan akad tabarru maka dalam menngikuti asuransi syariah ini harus memenuhi syarat dan rukun kedua akad tersebut terlebih dahulu.D. Akad dalam Asuransi1. Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan / atau akad tabarru.2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tabarru adalah hibah.3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus disebutkan :a) hak & kewajiban peserta dan perusahaan;b) cara dan waktu pembayaran premi;c) jenis akad tijarah dan / atau akad tabarru serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tijarah & Tabarru1. Dalam akad tijarah (mudharabah), perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis);2. Dalam akad tabarru (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana hibah.Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.2. Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.Jenis Asuransi dan Akadnya1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas asuransi kerugian dan asuransi jiwa.2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut adalah mudharabah dan hibah.Premi1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru.2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan syarat tidak memasukkan unsur riba dalam penghitungannya.3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-hasilkan kepada peserta.4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru dapat diinvestasikan.Klaim1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, sesuai dengan premi yang dibayarkan.3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya merupakan hak peserta, dan merupakan kewajiban perusahaan untuk memenuhinya.4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan merupakan kewajiban perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.Prinsip-prinsip Asuransi Syariah Tauhid Keadilan Tolong-menolong Kerja sama Amanah Kerelaan Larangan riba, maisir, dan gharar.1. E. Perbandingan asuransi syariah dan asuransi konvensionalAsuransi syariah berbeda dengan asuransi konvensional. Pada asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu dengan yang lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru. Jadi sistem ini tidak menggunakan pengalihan resiko (risk tranfer) di mana tertanggung harus membayar premi, tetapi lebih merupakan pembagian resiko (risk sharing) di mana para peserta saling menanggung. Kedua, akad yang digunakan dalam asuransi syariah harus selaras dengan hukum Islam (syariah), artinya akad yang dilakukan harus terhindar dari riba, gharar (ketidak jelasan dana), dan maisir (gambling), di samping itu investasi dana harus pada obyek yang halal-thoyyibah.Konsep asuransi Islam berbeda dengan asuransi konvensional. Dengan perbedaan konsep ini tentu akan mempengaruhi operasionalnya yang akan dilaksanakan akan berbeda satu dengan yang lainnya. Berikut adalah perbedaan antara asuransi syariah dengan asuransi konvensional.KeteranganAsuransi KonvensionalAsuransi Syariah

KonsepPerjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikat diri kepada pihak tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan pergantian kepada tertanggung.Sekumpulan orang yang saling membantu, saling menjamin dan bekerja sama dengan cara masing-masing mengeluarkan dana tabarru.

Asal UsulDari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi. Dan tahun 1668 M di Coffe House London berdirilah Liyod of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional.Dari al-Aqilah (kebiasaan suku Arab jauh sebelum Islam datang). Kemudian disahkan oleh Rasulullah menjadi hukum Islam, bahkan telah tertuang dalam konstitusi pertama di dunia (Konstitusi Madinah) yang dibuat langsung oleh Rasulullah.

Sumber HukumBersumber dari pikiran manusia dan kebudayaan. Berdasarkan hukum positif, hukum alami dan contoh peristiwa.Bersumber dari wahyu Ilahi. Sumber hukum dalam syariah Islam adalah al-Quran, Sunnah atau kebiasaan Rasul, Ijma, Urf atu tradisi dan Maslahah Mursalah.

Maghrib (Maysir, Gharar dan Riba)Tidak selaras dengan Syariah Islam karena adanya unsur Maisir, Gharar dan Riba. Dan itu semua merupakan hal yang diharamkan dalam muamalah.Bersih dari adanya praktik Maisir, Gharar dan Riba.

PengawasanHanya diawasi oleh Departemen Keuangan. Tidak ada DPS (Dewan Pengawas Syariah), sehingga dalam praktiknya bertentangan dengan kaidah-kaidah Syara.Selain diawasi oleh Departemen Keuangan, juga ada DPS yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan prisnsip-prinsip Syariah.

Akad/ PerjanjianAkad jual beli atau tadabbuli (akad muawadhah, akad idzaan akad gharar dan akad mulzim).Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, wakalah, wadiah, syirkah dan sebagainya).

Jaminan/Risk (Risiko)Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung.Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta yang lainnya (tawun).

Pengelola-an DanaTidak ada pemisahan dana yang berakibat pada terjadinya dana hangus (untuk produk saving-life).Pada produk-produk saving life terjadi pemisahan dana yaitu dana tabarru atau derma dan dana peserta sehingga tidak mengenal istilah dana hangus. Sedangkan untuk term insurance semuanya bersifat tabarru.

Investasi Dana PremiBebas melakukan investasi dalam batas-batas tertentu yang sesuai dengan perundang-undangan dan tidak terbatasi pada halal dan haramnya objek atau sistem investasi yang digunakan. Dengan demikian, dana premi bisa diinvestasikan diluar skim syariah.Dapat melakukan investasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sepanjang tidak bertentanggan dengan prinsip-prinsip Syariah Islam. Bebas dari riba dan tempat-tempat investasi terlarang. Dengan demikian dana premi harus dinvestasikan dalam skim Syariah dengan mendapatkan fee pengelola.

Kepemilik-an DanaDana yang terkumpul dari premi peserta seluruhnya menjadi milik perusahaan. Perusahaan bebas menggunakan dan menginvestasikan kemana saja.Dana yang terkumpul dari peserta dalam bentuk iuran atau kontribusi, merupakan milik peserta (shohibul mal), asuransi syariah hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam mengelola dana tersebut.

Unsur PremiUnsur premi terdiri dari tabel mortalia (mortality tables), bunga (interest), biaya-biaya asuransi (cost of insurance).Iuran atau kontribusi terdiri dari unsur tabarru dan tabungan (yang tidak mengandung unsur riba). Tabarru juga dihitung dari tabel mortalia, tetapi tanpa perhitungan bunga teknik.

Loading (komisi agen)Loading pada asuransi konvensional cukup besar terutama diperuntukan untuk komisi agen, bisa menyerap premi tahun pertama dan kedua. Karena itu, nilai tunai pada tahun pertama dan kedua biasanya belum ada (masih hangus).Pada sebagian asuransi syariah, loading tidak dibebankan pada peserta tetapi dari dana pemegang saham, tapi sebagian yang lainnya mengambil dari sekitar 20-30% saja dari premi.

Sumber Pembayaran KlaimSumber biaya klaim adalah dari rekening atau kas perusahaan, sebagai konsekuensi penanggung terhadap tertanggung. Murni bisnis dan tidak ada nuansa spiritual.Sumber pembayaran klaim diperoleh dari rekening tabarru atau dana tabungan bersama dimana peserta saling menanggung. Jika salah satu peserta mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung bersama risiko tersebut.

Sistem AkuntansiMenganut konsep akuntansi accrual basis, yaitu proses akuntansi yang mengakui terjadinya peristiwa, atau keadaan non-kas. Dan juga mengakui pendapataan, peningkatan asset, expenses, liabilities dalam jumlah tertentu yang baru akan diterima dalam waktu yang akan datang.Menganut konsep akuntansi cash basis, mengakui apa yang benar-benar telah ada, sedang accrual basis dianggap bertentangan dengan syariah karena mengakui adanya pendapatan harta, beban atau utang yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sementara apakah itu benar-benar dapat terjadi hanya Allah yang tahu .

Keuntungan (Profit)Keuntungan yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi seluruhnya adalah keuntungan perusahaan.Profit yang diperoleh dari surplus underwriting, komisi reasuransi dan hasil investasi bukan seluruhnya milik perusahaan tetapi dilakukan bagi hasil (mudharabah) dengan peserta.

Dana Zakat, Infaq dan ShadaqahTak ada zakat, infaq dan shadaqah.Perusahaan wajib mengeluarkan zakat dari keuntungannya. Juga dianjurkan untuk mengeluarkan infaq dan shadaqah.

Misi dan VisiSecara garis besar misi utama dari asuransi konvensinal adalah misi ekonomi dan misi sosial.Misi yang diemban dalam asuransi syariah adalah misi akidah, misi ibadah (tawun), misi ekonomi (iqtishod) dan misi pemberdayaan umat (sosial).

Di Indonesia asuransi syariah seolah memberikan titik terang bagi masyarakat muslim khususnya untuk terjun dalam kegiatan-kegiatan perekonomian yang halal nan barokah. Solusi yang ditawarkan sistem asuransi syariah sangat menggiurkan masyarakat untuk terlibat didalamnya dikarenakan prinsip saling tolong-menolong didalamnya. Selebihnya , sekecil apapun upaya pengembangan industri syariah di negeri ini patut kita berikan dukungan penuh kedepannya demi terwujudnya karakter pribadi masyarakat yang menjalankan perekonomian berlandaskan prinsip syariah.Tata Cara Dan Operasional asuransi SyariahAkad antara perusahaan dengan peserta menggunakan akad mudharabah dengan semangat saling menanggung (takaful), dan bukan berdasarkan akad pertukaran (tadabbulli).Unsur dalam konsep al mudharabah ini ialah:perusahaan menginvestasikan dan mengusahakan dalam proyek berbentuk: musyawarah, murabahah, dan wadiah.Menanggung resiko usaha secara bersama-sama dengan prinsip bagi hasil yang telah disepakati.Pembagian hasil atas keuntungan dari investasi dilakukan setelah penyelesaian klaim manfaat takaful dari peserta yang mengalami musibah.Pengelolaan dan investasinya tuidak bertentangan dengan syariah, bebas dari gharar (ketidak jelasan transaksi), maysir (judi/ untung-untungan) dan riba.Pengelolaan1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.2. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).3. Perusahaan Asuransi Syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru (hibah).Produk-Produk Asuransi SyariahAsuransi Takaful Indonesia menyediakan berbagai jenis asuransi syariah yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dan keluarga.1. Asuransi Jiwa Murni (Al Khairat), adalah suatu bentuk perlindungan yang manfaat proteksinya diperuntukkan bagi ahli waris apabila pemegang polis ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.2.Asuransi Jiwa + Kesehatan (Falah), adalah produk yang dirancang secara khusus bagi peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara menyeluruh, ketika peserta mengalami musibah meninggal baik karena sakit ataupun kecelakaan; cacat tetap total karena sakit atau kecelakaan; cacat tetap sebagian karena kecelakaan; dana santunan harian selama peserta dirawat inap di rumah sakit dan juga manfaat bila peserta mengalami atau menderita penyakit-penyakit kritis.3. Asuransi Dana Pendidikan (Fulnadi),adalah program asuransi untuk perseorangan yang bertujuan untuk menyediakan dana pendidikan untuk putra-putri peserta sampai pendidikan tingkat sarjana dengan manfaat proteksi atas resiko meninggal.

[1] Ali, AM Hasan. 2004. Asuransi dalam perspektif hukum islam. Jakarta : Kencana. Hlmn 105.[2] Syakir,Sula, Muhammad, Ir. 2004. Asuransi Syariah (life and general); konsep dan sistem operasional. Jakarta: Gema Insani Press. Hlmn 156Mengapa Berasuransi Syariah ? Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :

"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"

Mangapa harus Asuransi Syariah?

Asuransi yang selama ini digunakan oleh mayoritas masyarakat (non syariah) bukan merupakan asuransi yang dikenal oleh para pendahulu dari kalangan ahli fiqh, karena tidak termasuk transaksi yang dikenal oleh fiqh Islam, dan tidak pula dari kalangan para sahabat yang membahas hukimnya.

Perbedaan pendapat tentang asuransi tersebut disebabkan oleh perbedaan ilmu dan ijtihad mereka. Alasannya antara lain :

1. Pada transaksi asuransi tersebut terdapat jahalah (ketidaktahuan) dan ghoror (ketidakpastian), dimana tidak diketahui siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau kerugian pada saat berakhirnya periode asuransi.

2. Di dalamnya terdapat riba atau syubhat riba. Hal ini akan lebih jelas dalam asuransi jiwa, dimana seseorang yang memberi polis asuransi membayar sejumlah kecil dana/premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih banyak dimasa yang akan datang, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya. Jadi pada hakekatnya transaksi ini adalah tukar menukar uang, dan dengan adanya tambahan dari uang yang dibayarkan, maka ini jelas mengandung unsur riba, baik riba fadl dan riba nasi'ah.

3. Transaksi ini bisa mengantarkan kedua belah pihak pada permusuhan dan perselisihan ketika terjadinya musibah. Dimana masing-masing pihak berusaha melimpahkan kerugian kepada pihak lain. Perselisihan tersebut bisa berujung ke pengadilan.

4. Asuransi ini termasuk jenis perjudian, karena salahsatu pihak membayar sedikit harta untuk mendapatkan harta yang lebih banyak dengan cara untung-untungan atau tanpa pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan ia berhak mendapatkan semua harta yang dijanjikan, tapi jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan apapun.

Melihat keempat hal di atas, dapat dikatakan bahwa transaksi dalam asuransi yang selama ini kita kenal, belum sesuai dengan transaksi yang dikenal dalam fiqh Islam. Asuransi syari'ah dengan prinsip ta'awunnya, dapat diterima oleh masyarakat dan berkembang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini.

Asuransi syariah dengan perjanjian di awal yang jelas dan transparan dengan aqad yang sesuai syariah, dimana dana-dana dan premi asuransi yang terkumpul (disebut juga dengan dana tabarru') akan dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar'i dengan berlandaskan prinsip syariah.

Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola tersebut (dana tabarru') nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syari'ah, kita mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah. (Yusma Nirmala & Team)

(Sumber: Majalah ReInfokus April 2006)

Posted by Administrator at 6:27 AM Labels: asuransi syariah, tabarru Wednesday, August 27, 2008Lebih Adil dengan Asuransi Syariah Tak kenal maka tak sayang. Setidaknya begitulah potret yang bisa diambil dari masih kurangnya minat masyarakat mengikuti asuransi syariah. Ini tak lain karena kurangnya pengetahuan tentang lembaga keuangan tersebut. Masyarakat masih minim dengan pengetahuan asuransi. Apalagi ketika asuransi telah disandingkan dengan nama syariah, tentu lebih banyak istilah yang perlu diketahui. Tak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, sebenarnya berasuransi juga sangat penting dijalankan oleh pebisnis dalam rangka menanggulagi risiko kerugian pada aset-aset usahanya.

Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), asuransi syariah diartikan sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai syariah.

Jika seseorang menjadi peserta atau asuransi syariah, dalam istilah syariah disebut sebagail muamman, sedangkan perusahaan asuransi disebut dengan muammin. Selayaknya memulai sebuah asuransi, nasabah mengadakan kontrak dengan perusahaan asuransi. Nah, di sini lah perbedaannya dimulai.

Pada dasarnya asuransi syariah dan asuransi konvensional mempunyai tujuan sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Namun beberapa perbedaan mendasar dalam kontrak awal menjadikan asuransi syariah dinilai lebih fair dibandingkan asuransi konvensional.

Menurut Ketua Badan Pelaksana Harian DSN Maruf Amin, berbeda dengan asuransi konvensional yang menerapkan kontrak jual beli atau biasa disebut tabaduli, asuransi syariah menggunakan kontrak takafuli atau tolong menolong antara nasabah satu dengan nasabah yang lain ketika dalam kesulitan. Jadi di asuransi syariah ada risk sharing, ujar Maruf. Sedangkan dengan akad tabaduli, terjadi jual beli atas risiko yang dipertanggungkan antara nasabah dengan perusahaan asuransi. Dengan kata lain terjadi transfer risiko (risk transferring) dari nasabah ke perusahaan asuransi.

Pengelolaan dana melalui asuransi syariah diyakini dapat terhindar dari unsur yang diharamkan Islam yaitu riba, gharar (ketidakjelasan dana) dan maisir (judi). Untuk itu perusahaan asuransi syariah memegang amanah dalam menginvestasikan dana nasabah sesuai prinsip syariah. Sesuai akadnya, mudharabah, yaitu akad kerja sama dimana peserta menyediakan 100% modal, dan dikelola oleh perusahaan asuransi, dengan menentukan kontrak bagi hasil.

Jika nasabah asuransi syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening tabarru (kebajikan) seluruh peserta. Berbeda dengan klaim asuransi konvensional yang berasal dari perusahaan asuransinya.

Satu lagi kelebihan asuransi syariah, yaitu tidak mengenal istilah dana hangus layaknya asuransi konvensional. Peserta asuransi syariah bisa mendapatkan uangnya kembali meskipun belum datang jatuh tempo. Karena konsepnya adalah wadiah (titipan), dana dikembalikan dari rekening peserta yang telah dipisahkan dari rekening tabarru. Lagi pula biaya operasional asuransi syariah. Hal tersebut wajar, mengingat pembebanan biaya operasional ditanggung pemegang polis asuransi, terbatas pada kisaran 30% dari premi, sehingga pembentukan pada nilai tunai cepat terbentuk di tahun pertama dengan memiliki nilai 70% dari premi. Bandingkan dengan pembebanan biaya operasional asuransi konvensional yang ditanggung seluruhnya oleh pemegang polis, sehingga pembentukan nilai tunai menjadi lambat di tahun-tahun pertama menjadi bernilai nol.

Kondisi tersebut juga memungkinkan peserta asuransi umum syariah menerima kembali sebagian premi jika ternyata hingga saat jatuh tempo belum ada klaim. Tentunya juga dengan perhitungan bagi hasil yang telah disetujui di awal kontrak, yang nilainya bergantung pada hasil investasi pada tahun tersebut. (SH) Posted by Administrator at 6:36 AM Labels: dewan syariah nasional, tabbaru, transfer resiko Perkembangan Asuransi Syariah 2008 Perkembangan asuransi syariah ibarat si gadis manis, diburu banyak orang dan menenangkan. Kini, nyaris semua perusahaan asuransi membentuk unit syariah. Bahkan asuransi asing juga ikut membuka unit syariah. Mereka tentu ingin mencicipi kue syariah di Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Syariah Indonesia Muhaimin Iqbal menyatakan hingga Januari 2008, di Indonesia sudah ada 3 perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang asuransi syariah, dan 3 cabang reasuransi syariah. Ini pertumbuhan premi industri bisa menembus Rp 1 trilun tahun ini. Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar asuransi syariah diharapkan mendukung pencapaian target itu.

Ia mengatakan perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan kembali mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%. pada 2006, industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan nilai total Rp 475 miliar. "Hingga akhir 2007, saya rasa kami bisa mencapai Rp 700 miliar. Kalau tahun depan tumbuh 50% saja, sampai melebihi Rp 1 triliun," ucap Muhaimin.

Kendati asuransi syariah mengalami pertumbuhan yang pesat, jelas Muhaimin, kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan diperkirakan meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari jumlah pelaku industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir.

Ia menuturkan, pada 2003, hanya ada 11 pemain dalam industri syariah. Jumlah itu meningkat menjadi 30 pemain pada 2006. Per juli 2007, terdapat 38 pemain asuransi syariah dengan rincian 2 perusahaan asuransi syariah, 1 asuransi umum, 12 asuransi jiwa syariah, 20 asuransi umum syariah, dan 3 asuransi syariah.

Sistem Transparan.Sementara itu, Direktur Utama Insight Invesment Management ggi H Achsien menyatakan perkembangan pesat asuransi asuransi syariah di Indonesia memang masuk akal. Disamping pangsa pasar yang besar, sistem