asuransi syariah

22
Pengertian Asuransi (Syari`ah) Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta`min, penanggung disebut mu`ammin, sedangkan tertanggung disebut mu`amman lahu atau musta`min. At-Ta`min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Quraisy,106:4). Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan seperti: ( al-amanatu minal khaufi ) : aman dari rasa takut ( al-amanatu dhiddal khiyanah ) : amanah lawan dari khianat ( al-imanu dhiddal kufur ) : iman lawan dari kufur ( i’thoul amanah/al-amana ) : memberi rasa aman Dari arti terakhir diatas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah At-Ta`min, yaitu: “Men-ta`min-kan sesuatu, artinya adalah: seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan “seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya” Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al kifayah (kecukupan) dan al amnu (keamanan). Sebagaimana firman Allah swt: “…Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan”, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan, mereka menyebutnya dengan al amnu al qidza`I (aman komsumsi). Dari prinsip tersebut Islam mengarahkan kepada ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang atau untuk keluarganya

Upload: maria-agnes-listiarini

Post on 23-Nov-2015

82 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Asuransi Syariah

TRANSCRIPT

Pengertian Asuransi (Syari`ah)Dalam bahasa Arab Asuransi disebut at-ta`min, penanggung disebut mu`ammin, sedangkan tertanggung disebut mu`amman lahu atau musta`min. At-Ta`min diambil dari kata amana memiliki arti memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut, sebagaimana firman Allah:Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan (QS. Quraisy,106:4).Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan seperti:( al-amanatu minal khaufi ) : aman dari rasa takut( al-amanatu dhiddal khiyanah ) : amanah lawan dari khianat( al-imanu dhiddal kufur ) : iman lawan dari kufur( ithoul amanah/al-amana ) : memberi rasa amanDari arti terakhir diatas, dianggap paling tepat untuk mendefinisikan istilah At-Ta`min, yaitu:Men-ta`min-kan sesuatu, artinya adalah: seseorang membayar/menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang hilang, dikatakan seseorang mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya, rumahnya atau mobilnyaAda tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar yaitu al kifayah (kecukupan) dan al amnu (keamanan). Sebagaimana firman Allah swt: Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan, sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan, mereka menyebutnya dengan al amnu al qidza`I (aman komsumsi). Dari prinsip tersebut Islam mengarahkan kepada ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang atau untuk keluarganya sebagaimana nasehat Rasul kepada Sa`ad bin Abi Waqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakatDewan Syariah Nasional (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi defenisi tentang asuransi sebagai berikut: Asuransi syariah (Ta`min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru` yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.Dari definisi diatas nampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan ta`awun, yaitu prinsip hidup saling melindungi dan tolong menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (resiko)Oleh sebab itu, premi pada Asuransi Syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan Tabarru`. Dana Tabungan adalah dana titipan dari peserta Asuransi Syariah (life insurance) dan akan mendapat alokasi bagi hasil (al mudharabah) dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim, baik berupa klaim nilai tunai maupun klaim manfaat asuransi. Sedangkan Tabarru` adalah derma atau dana kebajikan yang diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life maupun general insurance).Perkembangan Asuransi SyariahPerjanjian asuransi yang bertujuan untuk berbagi resiko antara penderita musibah dan perusahaan asuransi dalam berbagai macam lapangan. merupakan hal baru yang belum pernah dikenal dalam kehidupan Rasulullah SAW, para sahabat. dan tabiin. Asuransi dalam catatan sejarah dunia Barat pada abad 12, muncul dari gagasan bangsa Romawi berupa perjanjian asuransi laut yang kemudian memencar di beberapa daerah Eropa pada abad 14. Asuransi kebakaran berdiri pada tahun 1680 di London sebagai akibat peristiwa kebakaran besar pada tahun 1666 yang melahap lebih dari 13.000 rumah dan kira-kira 100 gereja.Pada tahap selanjutnya, perkembangan asuransi telah memasuki fase yang memberikan muatan yang besar pada aspek bisnisnya dibandingkan dengan nilai-nilai sosial yang terkandung sejak awal. Hal ini terjadi setelah bisnis asuransi memasuki masa modern.Perusahaan-perusahaan asuransi kebakaran serupa berdiri di Eropa pada abad 18, seperti Prancis, dan Belgia, kemudian disusul Amerika. Asuransi jiwa bagi awak kapal mulai dikenal pada abad 19, yang berarti pada mulanya asuransi jiwa merupakan bagian dari asuransi laut. Perusahaan asuransi jiwa meluas dan berkembang pada abad 20 hingga sekarang. Perusahaan asuransi laut dan kebakaran yang pertama kali berdiri di Indonesia yaitu pada tahun 1843 adalah Bataviansche Zee & Brand Assurentie Maatshappij. Perusahaan asuransi jiwa Bumi Putera sebagai usaha pribumi pada tahun 1912.Ijtihad para pemerhati ekonomi yang dilakukan secara kontinyu menghasilkan sebuah konsep asuransi yang disebut Konsep Asuransi Taawun. konsep ini merupakan rekomendasi fatwa Muktamar Ekonomi Islam yang bersidang pertama kali di Mekah pada tahun 1976 M. Konsep ini dikuatkan pada sidang Majma al Fiqh al Islami al Alami di Jeddah pada tanggal 28 Desember 1985, yang memutuskan pengharaman Asuransi Jenis Perniagaan dan mengharuskan Asuransi jenis Taawun sebagai alternatif asuransi Islam untuk menggantikan Jenis Asuransi Konvensional. Majma al Fiqh al Islami al Alami menyerukan agar seluruh umat Islam menggunakan asuransi Taawun.Asuransi Islam pertama berdiri di Sudan pada tahun 1979 sebagai respon dari fatwa tersebut, kemudian disusul The Islamic Arab Insurance Co di Arab Saudi pada tahun 1980. The Islamic Takaful Company of Luxembourg berdiri pada tahun 1983 di Bahamas dan selanjutnya berdiri di negara-negara lain termasuk Indonesia.Kebutuhan jasa asuransi yang berdasarkan syariah di Indonesia diawali dengan mulai beroperasinya bank-bank syariah. Hal tersebut sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah. Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa bersama Bank Muamallat Indonesia (BM1) dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri pada tanggal 27 Juli 1993 sepakat memprakarsai pendirian Asuransi Takaful, dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI).TEPATI telah merealisasikan berdirinya PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai Holding Company dan dua anak perusahaan PT Asuransi takaful Keluarga (Asuransi Jiwa) dan PT Asuransi Takaful (Asuransi Takaful Kerugian). Dua perusahaan tersebut dibentuk mengikuti ketentuan UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, dimana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus didirikan secara terpisah. Tugas Holding Company selanjutnya adalah mengembangkan keuangan syariah lainnya. antara lain, leasing, anjak piutang, modal ventura, pegadaian, dan sebagainya. Fungsi utama Asuransi Takaful adalah sebagai invesment company.Asuransi SyariahAsuransi Syariah merupakan sistem saling memikul risiko diantara sesama peserta, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang muncul dengan prinsip saling tolong menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing menghibahkan dana Tabarru atau dana kebajikan. Dana tabarru tersebut dihibahkan oleh peserta kepada kumpulan dana peserta asuransi syariah dan pengelolaannya diamanahkan kepada perusahaan asuransi dengan membayarkan sejumlah fee atau ujroh yang dikenal juga sebagai dana milik pengelola.Konsep tolong menolong antar peserta ini dalam asuransi syariah merupakan solusi untuk menghindari adanya ketidakpastian unsur gharar akan terjadinya risiko dan besarnya risiko yang ada dalam transaksi jual beli asuransi konvensional yang berjalan saat ini.Secara garis besar, terdapat beberapa hal yang yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional yaitu dalam hal konsep, akad yang digunakan, kepemilikan dana, sumber pembayaran klaim, pembagian keuntungan, pembatalan polis asuransi serta adanya dewan pengawas dalam pengelolaannya, sebagai berikut:KonsepSharing resiko antara satu peserta dengan peserta lainnya

AkadTolong-menolong

Kepemilikan DanaDana dari peserta sebagian akan menjadi milik peserta, sebagian lagi untuk perusahaan sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut

Sumber Pembayaran KlaimDari rekening tabarru yang merupakan dana milik peserta

KeuntunganDapat dibagi antara perusahaan dengan peserta dalam bentuk hadiah (sesuai prinsip waad) *

Pembatalan AsuransiTertanggung memperoleh pengembalian premi secara prorata harian

DPS (Dewan Pengawas Syariah)Ada untuk mengawasi manajemen, produk dan investasi dana agar dikelola sesuai dengan prinsip syariah

TabarruAdalah sumbangan atau derma [dalam definisi Islam adalah Hibah]. Tabarru ini diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi syariah jika sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi lainnya.Unsur Gharrar [ketidakjelasan] dan Maysir [untung-untungan] tidak ada dalam asuransi syariah hilang karena:1. Posisi peserta sebagai pemilik dana menjadi lebih dominan dibandingkan dengan posisi perusahaan yang hanya sebagai pengelola dana peserta saja.2. Peserta akan memperoleh pembagian keuntungan dari dana tabarru yang terkumpul.Beda dengan asuransi non-syariah di mana pemegang polis tidak tahu pasti berapa besar jumlah premi yang terkumpul, apakah lebih besar atau lebih kecil dari jumlah klaim, karena perusahaan sebagai penanggung bebas menggunakan dan menginvestasikan dananya ke mana saja.Azas dan Prinsip Asuransi SyariahAsuransi syariah berazaskan Azas Jaminan Bersama, dan memiliki prinsip Tanggung Jawab Bersama, Saling Membantu dan Bekerjasama, serta Perlindungan Bersama.Kontrak dalam Islam1. Waad yaitu perjanjian antara satu pihak kepada pihak lain. Pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban kepeda pemberi janji, dan bila terjadi pengingkaran terhadap janji tersebut, pemberi janji tidak dikenakan sanksi selain sanksi moral.2. Akad merupakan kontrak atau perjanjian yang dibuat 2 belah pihak yang saling mengikat di antara keduanya untuk bersepakat tentang suatu hal. Syarat dan ketentuan harus dijelaskan secara terperinci oleh kedua pihak. Jika ada pelanggaran kontrak, maka pihak yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak tersebut. Akad inilah yang nantinya banyak digunakan dalam asuransi syariah.Ada 2 bentuk akad:1. Akad Tabarru yaitu semua bentuk kontrak/akad yang dilakukan dengan tujuan kebaikan dan tolong menolong, dan bukan semata untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam asuransi syariah, akad ini terdapat pada dana tabarru di mana dana ini bersifat saling menguntungkan kedua pihak dan TIDAK digunakan untuk transaksi-transaksi yang bersifat komersial.Contoh: transaksi pinjam meminjam, pendelegasian, dan pemberian sesuatu.2. Akad Tijarah yaitu akad yang bertujuan komersial. Akad ini digunakan oleh peserta asuransi syariah dengan pihak perusahaan asuransi. Skema Akad Tijarah terbagi menjadi 2, yakni: Kontrak yang Pasti [KP] dan Kontrak yang Tidak Pasti [KTP]. Bila telah ditentukan secara pasti [misal profit], tidak bisa diubah menjadi KTP. Hal ini mengandung unsur Gharar atau ketidakpastian. Sebaliknya, jika tidak disebutkan secara pasti [misal profit] maka tidak boleh diubah menjadi KP, karena hal ini mengandung unsur Riba. Kedua unsur ini dilarang dalam konsep syariah.Landasan Syari Asuransi SyariahPersiapan Hari DepanAllah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat 18:Artinya:Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18]Ayat di atas dikaitkan oleh sebagian umat Islam dengan aktivitas menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika suatu musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan dan kecermatan. Menurut tafsir Ibnu Katsir ayat ini mempunyai maksud: Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Allah SWT memerintahkan untuk bertakwa kepada-Nya. Pengertian takwa ini mencakup sesuatu yang telah diperintahkan dan meninggalkan sesuatu yang telah dilarang. Allah SWT berfirman, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan), yaitu, hisablah dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lihatlah apa yang telah kamu tabung untuk diri-diri kamu, berupa amal shaleh, untuk hari di mana kamu akan kembali dan berhadapan dengan Tuhan kamu.Artinya:Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Al Maidah : 2Barang siapa yang memenuhi hajat saudaranya, Allah akan memenuhi hajatnya [Bukhari, Muslim, Abu dawud]Seorang mukmin dengan mukmin lainnya dalam satu masyarakat ibarat seluruh bangunan, yang mana tiap bagian dalam bangunan itu mengukuhkan bagian yang lain [Bukhari, Muslim]Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya [Bukhari, Muslim]Barang siapa yang tidak mempunyai perasaan belas kasihan, maka ia juga tidak mendapat belas kasihan (dari Allah) [Bukhari, Muslim]Seseorang tidak dianggap beriman sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri [bukhari]Allah senantiasa menolong hamba selagi hamba itu menolong saudaranya [Ahmad, Abu dawud]Kaidah-kaidah fiqih yang digunakan para penggagas Asuransi Syariah.Hukum asal segala sesuatu adalah mubah, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Hukum asal semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannyaDi mana terdapat kemaslahatan, di sana terdapat hukum Allah1 Sistem Operasional Asuransi Syariah (Kerugian)Takaful ditegakkan atas dasar tiga prinsip, yaitu:1. Saling bertanggung jawab2. Saling bekerja sama dan saling membantu3. Saling melindungi1. Konsep Takafuli (Tolong Menolong)Konsep asuransi kerugian mempresentasikan hadits Nabi yang menjadi dasar konsep syariah yaitu konsep tolong menolong atau saling melindungi dalam kebenaran sebagaimana terawat dalam Surat Al-Maidah ayat 2Artinya:Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim:Mukmin terhadap mukmin yang lainnya seperti bangunan memperkuat satu sama lainHadits riwayat Bukhari yang lain:Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila salah satu anggota badan itu menderita sakit maka seluruh bagian badan merasakan.Bentuk tolong menolong ini digunakan dalam kontribusi dan kebajikan (dana tabarru) sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta takaful atau peserta asuransi syariah mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung resiko, dimana klaimnya dibayarkan dari akuntansi dana tabarru yang terkumpul.Surplus dana tabarru pada beberapa praktek asuransi syariah, dikembalikan sebagian kepada peserta melalui mekanisme mudharabah (bagi hasil). Mekanisme dan akad yang mendasari pengembalian melalui mekanisme mudharabah masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama.2. Perjanjian (Akad)Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah kerugian adalah akad tabarru, dimana pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu (kontribusi/premi) tanpa ada keinginan untuk menerima apa pun dari orang yang menerima, kecuali hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu akan sangat berbeda dengan akad dalam asuransi konvensional. Akad dalam asuransi konvensional menggunakan akad muawadah yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak lain, berhak menerima pengganti dari pihak yang diberinyaTerdapat perbedaan implementasi akad tabarru dalam praktek asuransi syariah saat ini, yaitu:1. Asuransi syariah yang dalam prakteknya memberikan bagi hasil (mudharabah) apabila terjadi surplus dana tabarru merujuk kepada sistem yang diterapkan di Syarikat Takaful Malaysia, yang merupakan asuransi syariah terbesar di dunia saat ini.2. Asuransi syariah yang tidak membagikan dengan alasan bahwa tabarru adalah dana yang sudah diikhlaskan untuk tolong menolong, peserta tidak perlu mengharapkan pengembalian apa-apa lagi kecuali mengharapkan kebaikan (pahala) dari Allah.Konsep perjanjian (akad) yang berlaku di Takaful Group secara Internasional, baik di Takaful Malaysia, Takaful Jeddah, Takaful Brunei, Takaful Singapura, Takaful Bangladesh, maupun Takaful Indonesia adalah kontrak (perjanjian) yang didasarkan pada prinsip al-mudharabah. Perusahaan (al mudharib) mengumpulkan Kontribusi Takaful (rasul mal) yang dibayar oleh peserta (shohibul mal) dan pengelola dengan berbagai kelas (tahapan saling menanggung) pada Takaful Konvensional termasuk investasi dari dana kontribusi tadi. Peserta membayar Kontribusi Takaful sebagai tabarru yang secara khusus bertujuan menolong sesama peserta yang tertimpa musibah tertentu atau kemalangan. Perjanjian tersebut juga menetapkan pembagian surplus (profit) antara peserta dan perusahaan, yang muncul dari bisnis Takaful Konvensional (General Insurance) sehubungan dengan prinsip al-mudharabah.Beberapa ulama di Dewan Syariah Nasional (DSNMUI) berpendapat bahwa dana yang sudah diikhlaskan sebagai tabarru tidak boleh pada saat bersamaan ada akad mudharabah (bagi hasil), karena ada kaidah syara yang tidak membenarkan ada dua akad dalam satu perjanjian. Pendapat ulama yang lain menyatakan bahwa tidak dibenarkan suatu akad tabarru diubah menjadi akad tijarah mudharabah. Sebagian ulama berpendapat bahwa dibenarkan pada satu perjanjian, di mana ada akad mudharabah dan pada saat bersamaan (include) di dalamnya juga terdapat akad tabarru.Dalam fatwa DSNMUI dengan jelas mengatur ketentuan dalam akad tijarah dan akad tabarru sebagai berikut :1) Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru bila pihak yang tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya, sehingga menggugurkan kewajiban pihak yang belum menunaikan kewajibannya.2) Jenis akad tabarru tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa perlu pengkajian lebih dalam tentang Asuransi Syariah (Takaful), sehingga akad yang dilakukan saat ini menjadi syari atau lebih disempurnakan lagi. Tidak tertutup kemungkinan ke depan para ulama dan pakar menemukan formula akad yang lebih tepat dan pas, baik segi syari maupun aspek market (marketing).Surplus dana tabarru atau dalam bahasa teknik asuransi disebut Surplus Underwriting, dapat dibagikan kecuali kepada para peserta (nasabah) sebagai bonus atau hadiah, tetapi bukan menggunakan akad mudharabah (bagi hasil), walaupun dalam akad tabarru tidak ada kewajiban bagi pengelola untuk memberikan bonus, karena dana tabarru sudah diikhlaskan untuk dana tolong menolong, dan peserta tinggal berharap pahala dari Allah, sehingga secara syari peserta tidak berhak lagi untuk berharap apalagi meminta hak bagi hasil dari pengelola.Pihak pengelola karena kebaikan atau pertimbangan lain tidak ada larangan seandainya kemudian memberikan hadiah kembali kepada peserta misalnya dengan meminjam skim atau cara pembagian yang biasa digunakan dibagi hasil, atau menggunakan rumus lain, yang pada prinsipnya itu bukan diartikan sebagai akad mudharabah, tetapi semacam hadiah saja dengan meminjam rumus yang biasa digunakan di konsep mudharabah misalnya 70 : 30, 60 : 40 dan sebagainya.Mekanisme Pengelolaan Dana1. Kedudukan Perusahaan Asuransi SyariahKedudukan perusahaan Asuransi Syariah dalam transaksi Asuransi Kerugian adalah sebagai mudharib (pemegang amanah). Asuransi Syariah menginvestasikan dana tabarru yang terkumpul dari kontribusi peserta kepada Instrumen yang dibenarkan oleh syara. Mudharib berkewajiban untuk membayarkan klaim, apabila ada salah satu dari peserta mengalami musibah, juga berkewajiban menjaga dan menjalankan amanah yang diembannya secara adil transparan dan profesional. Mudharib diawasi secara teknis dan operasional oleh komisaris dan secara syari diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam mengelola dana peserta yang terkumpul pada kumpulan dana tabarru.2. Mekanisme Pengelolaan DanaMekanisme pengelolaan dana dibeberapa perusahaan asuransi kerugian (syariah) di Indonesia dan Malaysia misalnya Syarikat Takaful Malaysia dan Asuransi Takaful Konvensional, Tripakarta cabang Syariah, Bringin Sejahtera Cabang Syariah, Binagriah Cabang Syariah, Jasindo Cabang Syariah, mekanisme pengelolaan dana adalah sebagai berikut :Dana dibayarkan peserta, kemudian terjadi akad mudharabah (bagi hasil) antara mudharib (pengelola) dengan shohibul mal (peserta). Kumpulan dana tersebut kemudian diinvestasikan secara syariah ke Bank Syariah maupun ke Investasi Syariah lainnya, lalu dikurangi biaya-biaya operasional (seperti klaim, reasuransi, komisi broker dll) selanjutnya surplus (profit) dilakukan bagi hasil antara mudharib (pengelola) dan shohibul mal (peserta) sesuai dengan skim bagi hasil yang telah ditentukan sebelumnya (misalnya 60 : 40). Bagian yang 60 persen untuk mudharib (perusahaan) setelah dikurangi biaya administrasi dan management expenses, sisanya menjadi profit bagi shareholders, sedangkan bagian yang lain, yaitu 40 % menjadi share of surplus for participant (surplus bagi hasil untuk partisipasi).

Asuransi Syariah adalah asuransi berdasarkan prinsip syariah dengan usaha tolong-menolong (taawuni) dan saling melindungi (takafuli) diantara para Peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi risiko tertentu. Berikut beberapa definisi dalam asuransi syariah sebagai berikut :1. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.2. Akad Tabarru adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu Peserta kepada Dana Tabarru untuk tujuan tolong-menolong diantara para Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.3. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).4. Akad Mudharabah adalah akad untuk memberikan bagi hasil atas investasi Dana Tabarru.5. Kontribusi adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh Peserta kepada Perusahaan yang sebagian akan dialokasikan sebagai iuran Tabarru dan sebagian lainnya sebagai fee (ujrah) untuk Perusahaan.6. Iuran Dana Tabarru adalah sebagian dari kontribusi yang dibayarkan oleh Peserta yang kemudian dimasukkan kedalam Kumpulan Dana Tabarru dengan Akad Tabarru.7. Dana Tabarru adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru yang disepakati.8. Surplus/Defisit Underwriting adalah selisih lebih/kurang dari total kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru setelah dikurangi pembayaran santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan teknis, dalam satu periode tertentu.Keunggulan Asuransi Syariah1. Transparansi Pengelolaan Dana PesertaAsuransi syariah dengan perjanjian di awal yang jelas dan transparan serta aqad yang sesuai syariah, dana tabarru akan dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syari dengan berlandaskan prinsip syariah.2. Pengelolaan Dana Peserta secara Islami dengan menghindarkan Riba (Bunga), Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan)Asuransi Syariah menghindarkan dari fungsi asuransi konvensional yang mengandung Riba (Bunga) Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan). Dana Tabarru akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syariah, dapat mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syariah.3. Adanya Alokasi dan Distribusi Surplus Underwritinga. Apabila terjadi Surplus Underwriting, maka Peserta sepakat untuk mengalokasikan Surplus Underwriting sebagai berikut: 1. 50 % untuk Kumpulan Dana Tabarru;1. 20 % untuk Peserta yang memenuhi kriteria;1. 30 % untuk Perusahaan sebagai operator.b. Surplus Underwriting akan didistribusikan kepada Peserta paling lambat 90 hari kalender setelah perhitungan selesai dilakukan.c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:1. Peserta tidak pernah mengajukan klaim pada tahun perhitungan surplus/defisit underwriting.1. Tidak sedang mengajukan klaim pada tanggal perhitungan surplus/defisit underwriting.

Asuransi ASEI memiliki beberapa jenis produk Asurasi Umum Syariah sebagai berikut:

I. Asuransi Harta Benda Syariah (Property Insurance)Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran, sambaran petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang, serta asap yang berasal dari kebakaran harta yang dipertanggungkan. Asuransi Property meliputi Asuransi Kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain-lain) dan juga jaminan atas kerugian sebagai akibat terganggunya usaha (business interruption) yang disebabkan kebakaran.Jenis-jenis asuransi harta benda:1. Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI)1. Polis Standar Gempa Bumi Indonesia (PSGBI)1. Property All Risks (PAR) atau Industrial All Risks (IAR)II. Asuransi Rekayasa Syariah (Engineering Insurance)Asuransi Rekayasa adalah salah satu bentuk asuransi yang memberikan pertanggungan atas risiko kehilangan atau kerusakan terhadap obyek yang dipertanggungkan (biasanya terkait dengan konstruksi; material; peralatan atau mesin-mesin) selama masa konstruksi atau pemasangan mesin terhadap setiap risiko kehilangan atau kerusakan yang tidak terduga; bersifat tiba-tiba dan merupakan suatu kecelakaan.Perluasan pertanggungan dapat diberikan terhadap risiko-risiko kehilangan atau kerusakan barang milik dan kecelakaan fisik dari Pihak Ketiga dengan nilai maksimum yang disepakati sebelumnya.Asuransi Rekayasa (Engineering Insurance) dibagi menjadi 2 (dua) kelompok besar, yaitu: Asuransi Engineering Proyek dan Asuransi Engineering Non Proyek.Jenis pertanggungan (polis) untuk Engineering Proyek, yaitu:1. Asuransi Konstruksi (Contractor All Risk Insurance/CAR) : memberikan pertanggungan atas risiko kehilangan dan/atau kerusakan fisik terhadap pelaksanaan pembangunan.1. Asuransi Pemasangan (Erection All Risks Insurance/EAR): memberikan pertanggungan atas risiko kehilangan dan/ atau kerusakan pada mesin-mesin pada saat instalasi atau pemasangannya.Jenis pertanggungan untuk Engineering Non Proyek, yaitu:1. Asuransi Peralatan Elektronika (Electronic Equipment Insurance/ EEI)1. Asuransi Kerusakan Mesin (Machinery Breakdown Insurance/MB)1. Asuransi Peralatan Berat (Contractors Plant and Machinery/CPM)III. Asuransi Pengangkutan Barang Syariah (Marine Cargo Insurance)Asuransi yang menjamin kerusakan atau kerugian barang yang diangkut dari satu tempat ke tempat lain baik dengan alat angkut darat (truk, kereta, trailer), laut (kapal) atau udara (pesawat udara) terhadap risiko-risiko yang terjadi selama pengangkutan barang. Jenis risiko yang ditanggung dibedakan dalam tiga (3) kelompok yang disebut Institute Cargo Clauses (ICC) yaitu (dari yang paling lengkap): ICC A; ICC B dan ICC C.IV. Asuransi Rangka Kapal Syariah (Marine Hull Insurance)Memberikan jaminan atas kerusakan atau kerugian terhadap kapal, mesin dan perlengkapannya dari bahaya laut (perils of the sea) dan risiko pelayaran (navigational perils). Jaminannya adalah full terms/full conditions (Cl 280) dan limited terms/limited conditions (Cl 284 dan Cl 289).V. Asuransi Aneka Syariah (General Accident/ Miscellaneous Insurance)Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance): menjamin tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga baik berupa cidera badan (bodily injury) dan/atau kerusakan harta benda (property damage) sehubungan dengan aktifitas pekerjaan atau bisnis yang dijalankan oleh Tertanggung.Jenis Liability Insurance :1. Public Liability Insurance1. Commercial General Liability atau CGL ( yang meliputi Public Liability, Employers Liability, Automobile Liability, Workmens Compensation)VI. Asuransi Uang Syariah (Money Insurance)Memberikan jaminan atas kehilangan uang dan/atau yang disetarakan dengan uang (Cek, Bank Notes; Wesel; dll) milik Tertanggung selama disimpan di dalam brankas, lemari besi atau tempat penyimpanan uang lainnya; selama dalam pengiriman dari satu tempat ke tempat lain; saat disimpan di kasir atau loket-loket dimana transaksi dilakukan; dan menjamin hilangnya uang tertanggung akibat ketidakjujuran karyawan yang dipercaya dalam mengelola uang.Jenis Money Insurance:1. Cash in Transit (CIT)1. Cash in Safe (CIS)1. Cash in Cashier Box1. Fidelity GuaranteeVII. Asuransi Kecelakaan Diri SyariahMemberikan jaminan terhadap risiko kematian, cacat tetap, dan biaya perawatan atau pengobatan yang disebabkan oleh kecelakaan.VIII. Asuransi Kebongkaran (Burglary Insurance)Menanggung kerugian akibat dari pencurian yang pencurinya memasuki ruangan yang ditempati Tertanggung, dengan jalan kekerasan/pembongkaran dan juga kerusakan kepada barangbarang Tertanggung sebagai akibat dari perbuatan tersebut.VII. Asuransi Kecelakaan Diri PlusMemberikan jaminan terhadap risiko kematian yang disebabkan oleh kecelakaan dan sakit serta risiko pemutusan hubungan kerja.

Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/anggota/peserta mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/anggota/peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.

Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong atau saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :

"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"

Mangapa harus Asuransi Syariah?

Asuransi yang selama ini digunakan oleh mayoritas masyarakat (non syariah) bukan merupakan asuransi yang dikenal oleh para pendahulu dari kalangan ahli fiqh, karena tidak termasuk transaksi yang dikenal oleh fiqh Islam, dan tidak pula dari kalangan para sahabat yang membahas hukimnya.

Perbedaan pendapat tentang asuransi tersebut disebabkan oleh perbedaan ilmu dan ijtihad mereka. Alasannya antara lain :

1. Pada transaksi asuransi tersebut terdapat jahalah (ketidaktahuan) dan ghoror (ketidakpastian), dimana tidak diketahui siapa yang akan mendapatkan keuntungan atau kerugian pada saat berakhirnya periode asuransi.

2. Di dalamnya terdapat riba atau syubhat riba. Hal ini akan lebih jelas dalam asuransi jiwa, dimana seseorang yang memberi polis asuransi membayar sejumlah kecil dana/premi dengan harapan mendapatkan uang yang lebih banyak dimasa yang akan datang, namun bisa saja dia tidak mendapatkannya. Jadi pada hakekatnya transaksi ini adalah tukar menukar uang, dan dengan adanya tambahan dari uang yang dibayarkan, maka ini jelas mengandung unsur riba, baik riba fadl dan riba nasi'ah.

3. Transaksi ini bisa mengantarkan kedua belah pihak pada permusuhan dan perselisihan ketika terjadinya musibah. Dimana masing-masing pihak berusaha melimpahkan kerugian kepada pihak lain. Perselisihan tersebut bisa berujung ke pengadilan.

4. Asuransi ini termasuk jenis perjudian, karena salahsatu pihak membayar sedikit harta untuk mendapatkan harta yang lebih banyak dengan cara untung-untungan atau tanpa pekerjaan. Jika terjadi kecelakaan ia berhak mendapatkan semua harta yang dijanjikan, tapi jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan apapun.

Melihat keempat hal di atas, dapat dikatakan bahwa transaksi dalam asuransi yang selama ini kita kenal, belum sesuai dengan transaksi yang dikenal dalam fiqh Islam. Asuransi syari'ah dengan prinsip ta'awunnya, dapat diterima oleh masyarakat dan berkembang cukup pesat pada beberapa tahun terakhir ini.

Asuransi syariah dengan perjanjian di awal yang jelas dan transparan dengan aqad yang sesuai syariah, dimana dana-dana dan premi asuransi yang terkumpul (disebut juga dengan dana tabarru') akan dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar'i dengan berlandaskan prinsip syariah.

Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola tersebut (dana tabarru') nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi terjadinya musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui asuransi syari'ah, kita mempersiapkan diri secara finansial dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam. Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari'ah. (Yusma Nirmala & Team)

(Sumber: Majalah ReInfokus April 2006)