askep bursitis

28
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disebabkan oleh adanya friksi benturan secara langsung padda persendian atau disebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri. Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial, yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. (Marylinn Doenges. 2001). Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan yang berada di antara 2 struktur tulang yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairan persendian dan secara normal memang jumlahnya hanya sedikit.Bursitis paling sering mengenai di bursa subdeltoid, bursa olekranon, bursa prepatela dan bursa radiohumenal. Pada bursitis tersebut lebih sering menonjol rasa nyeri daripada keparahan penyakitnya. Kemudian bursitis dapat dikelompokkan menjadi bursitis akut dan bursitis kronik, yang mana keduanya membutuhkan perhatian dan penanganan khusus agar tidak menjadi lebih parah. 1

Upload: yonda-yunanto

Post on 11-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tentang askep bursitis

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangBursitis adalah peradangan pada bursa yang disebabkan oleh adanya friksi benturan secara langsung padda persendian atau disebabkan oleh infeksi bakteri. Bursitis adalah peradangan pada bursa yang disertai rasa nyeri.Bursa adalah kantong datar yang mengandung cairan sinovial, yang memudahkan pergerakan normal dari beberapa sendi pada otot dan mengurangi gesekan. (Marylinn Doenges. 2001).Bursa merupakan suatu tempat yang berisi cairan yang berada di antara 2 struktur tulang yang bersentuhan satu sama lain. Cairan ini adalah minyak yang sama dengan cairan persendian dan secara normal memang jumlahnya hanya sedikit.Bursitis paling sering mengenai di bursa subdeltoid, bursa olekranon, bursa prepatela dan bursa radiohumenal. Pada bursitis tersebut lebih sering menonjol rasa nyeri daripada keparahan penyakitnya. Kemudian bursitis dapat dikelompokkan menjadi bursitis akut dan bursitis kronik, yang mana keduanya membutuhkan perhatian dan penanganan khusus agar tidak menjadi lebih parah.

A. TUJUAN PENULISAN1. Tujuan umumMahasiswa dapat mengerti dan memahami tentang penyakit Konjungtivitis.2. Tujuan khususMahasiswa diharapkan :a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian penyakit Bursitis.b. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala Bursitis.c. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab Bursitis.d. Mahasiswa mampu memberikan penyuluhan tentang Bursitis.B. METODE PENULISANMetode deskriptif dengan melakukan penelusuran melalui buku-buku, literatur, dan bahan-bahan bacaan lain seperti majalah yang berhubungan dengan penyakit Bursitis dan juga melalui internet lalu melakukan analisis.C. SISTEMATIKA PENULISANPenulisan makalah ini terdiri dari 4 Bab yang disusun secara sistematis, meliputi : BAB I : pendahuluan, meliputi : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : tinjauan teoritis, meliputi : definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, patoflow, etiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalksanaan.

BAB III : Tinjauan kasus, meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan

BAB IV : penutup, meliputi : kesimpulan dan daftar pustaka

BAB IITINJAUAN TEORITIS1. Konsep Dasar MedikA. Pengertian Bursitis adalah peradangan bursa, yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan pasti. Bursa terletak pada sisi yang mengalami gesekan, terutama ditempat dimana otot melewati tulang. Dalam keadaan normal, sebuah bursa mangandung sangat sedikit cairan. Tetapi jika terluka, bursa akan meradang dan terisi oleh cairan.

B. KlasifikasiBursa yang sering terkena adalah : Bursa sub akromial dan bursa deltoid pada bahu yaitu bursa yang paling penting dalam tubuh, inflamasi pada bursa ini menimbulkan perasaan nyeri akut serta pergerakan yang terbatas terutama gerakan abduksi pada sendi bahu, dan nyeri menetap pada insersi deltoid terutama pada malam hari. Sering kali sekunder akibat robeknya bungkus rotator yang terjadi tanpa di ketahui.

Siku1. Bursitis olekranon, pada bursitis olekranon, bursa yang menyelubungi prosesus olekranon membersar dan tender. Inflamasi dapat terjadi akibat pukulan langsung atau iritasi berulang yang disebabkan seringnya bersandar pada siku. Juga dapat terjadi sekunder akibat konndisi lain artitis pirai atau artitis reumatoid.

Panggul 1. Bursitis Trokanterik peradangan bursa yang terjadi pada tempat perlekatan tendon atau otot dengan tulang oleh sebab yang belum diketahui dengan jelas. Penyakit ini dominan sering terkena pada usia pertengahan hingga usia tua dan sedikit lebih sering didapati pada perempuan dibanding laki-laki.Gejala utama : nyeri di daerah trokanter mayor nyeri tekan di atas daerah panggul lateral dan dapat menjalar kebawah, ke kaki atau lutut. Rasa nyeri di rasakan pada malam hari dan bertambah nyeri kalau mendapat penekanan.2. Bursitis illiopsoas (illiopectinical), bursitis illiopsoas berbatasan di belakang dengan otot illiopsoas, di anterior dengan sendi panggul, di lateral dengan pembuluh femoral. Nyeri di jumpai pada sendi paha dan anterior paha apabila bursa sudah terlibat dan dapat menjalar sepanjang tungkai dan lutut. Nyeri bertambah berat dalam keadaan hiperekstensi pasif dan panggul dan kadang-kadang pada keadaan fleksi terutama dengan adanya tahanan3. Bursitis ischial (ischiogluteal), peradangan bursa yang disebabkan oleh trauma atau duduk yang berlama-lama pada kursi yang keras.Gejala utama : Nyeri pada bokong (pantat) Nyeri sering bertambah berat dalam keadaan duduk atau tidur terlentang dan dapat menjalar kebelakang paha.

Lutut 1. Bursitis anserina, tampak dominan pada perempuan bertubuh gemuk, dijumpai pada usia pertengahan hingga usia tua dan sering didapati bersamaan dengan OA (osteoarthritis) lutut. Cedera bursa anserina terjadi karena tekanan 3-5 cm ke arah distal pada medial artikular line dan semakin parah bila lutut difleksikan.Gejala utama : Nyeri Tendernnes Kadang-kadang membengkak dan terasa panas dibagian medial inferior dan distal garis sendi lutut. Nyeri bertambah berat jika menaiki tangga Cedera (trauma) merupakan penyebab dari kasus ini2. Bursitis prepatelar (housemaids knee). Manifestasi klinis berupa bengkak superfisial pada tempurung lutut diakibatkan oleh trauma yang berulang-ulang. Penyebab yang apling sering bertumpu pada lantai.Gejala umum : Nyeri suatu berlutut Terasa kaku Bengkak dan kemerahan pada bagian anterior lutut (patella).

Bursitis digolongkan menjadi dua yaitu :1. Bursitis akut (terjadi secara mendadak)Jika disentuh atau digerakan, akan tibul nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut yang disebabakan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.

2. Bursitis kronikMerupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang. pada akhirnya, dinding bursa akan menembal dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pergerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

C. Anatomi fisiologiBursa (kantong lendir)Kantong yang mempunyai dua lapis. Lapis fibrosa disebelah luar dan lapis synovial bagian dalam. Suatu bursa terdapat diantara tendon/otot dengan bungkul tulang. Sel-sel dilapisan synovial menghasilkan cairan yang berfungsi melindungi otot/tendon terhadap pergesekan dengan tulang. Contohnya : Bursa Calcanea subtendinea yang terletak antara calcaneus (tuber calcis) dengan tendon M.flexsor digitalis superfisialis Bursa Podotrochelaris yang terletak antara os sesamoideum distale dengan M.flexsor digitalis profundus. Sistem Persendian

Tulang-tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan. Berapapun besarnya gerakan yang mungkin dilakukan, hubungan atara dua tulang atau lebih dinamakan tulang sendi. Ada tiga macam sendi :a. Sinatrosis adalah sendi yang tak dapat digerakan, misalnya adalah sendi pada tulang tengkorak.b. Amfiartosis, seperti sendi pada vertebrata dan simfisis pubis, memungkinkan gerakan terbatas.c. Diartrosis adalah sendi yang tak mampu digerkan secara bebas. Jenis-jenis Diartrosis Sendi peluru, misalnya pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh. Sendi engsel, memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan contohnya adalah siku dan lutut. Sendi pelana, memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu. Sendi pivot, contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu. Sendi peluncur, memungkinkan gerakan terbatas ke semua arah dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpila dipergelangan tangan.

D. EtiologiPenyebabnya seringkali belum diketahui dengan jelas, tetapi burnitis dapat disebabkan oleh :1. Pergeseran yang berulang-ulang akibat gesekan dimana dinding bursa menebal dan dapat terjadi efusi pada bursa.2. Bursitis juga dapat berhubungan dengan jenis pekerjaan tertentu seperti prepatela bursitis pada lutut (contoh : pada pembantu rumah tangga ).3. Cedera, seperti jatuh atau kecelakaan dan luka tersebut mengenai sendi pada tangan atau kaki.4. Gout (produk terakhir metabolisme purin), Gangguan metabolisme yang menimbulkan serangan peradangan atritis akut sendi paroksismal,biasanya mengenai sendi perifer tunggal.5. Arthtritis rematoid, Kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.

E. Patofisiologigaris sinovial dari pundi bursa meradang, akibatnya cairan sinovial diproduksi lebih banyak, sehingga bursa membengkak. Kadang-kadang terkumpul sisa kalsium. Pembengkakakn disertai nyeri dan terbatas gerakan sendi atau ekstremitas. Adapun nyeri yang sering terkena atau bursitis yang sering terjadi adalah :1) Sendi bahu (yang paling sering terserang) yaitu bursa subdeltoid dan subkromial yang menimbulkan rasa nyeri akut yang gerkannya terbatas pada sendi bahu.2) Bursitis prepatelar dengan gejala nyeri sewaktu berlutut dan rasa kaku, bengkak, dan kemerahan pada bagian anterior lutut. Keadaan ini biasanya terjadi bila sering berlutut.3) Bursitis olecranon yang terjadi pada punjak sikut4) Bursitis pada panggul

F. Manifestasi Klinis Gejala utama pada bursitis pada umumnya berupa pembengkakan lokal, panas, merah dan nyeri. Bursitis menyebabkan nyeri dan cenderung membatasi pergerakan, tetapi gejala yang khusus tergantung kepada lokasi bursa yang meradang. Jika bursa dibahu meradang, maka jika penderita mengangkat lengannya untuk memakai baju akan mengalami kesulitan dan merasakan nyeri. Busitis akut : Nyeri hebat dan dapat menyebar pada sekitar sendi/bursa yang terinfeksi Teraba lunak pada area yang terinfeksi Lingkup gerak sendi terbatas Bursitis kronik : Nyeri terjadi pada saat pergerakan ekstremitas Kulit berwarna kemerahan dan panas Terjadi pembengkakan dan teraba lunak

G. Pemeriksaan DiagnostikAda pemeriksaan khusus untuk memastikan adanya bursitis yaitu dengan : Radiografi. Pada daerah yang terserang biasanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam bursa, tendon atau jaringan lunak yang berdekatan. X-ray, untuk mengetahui luasnya sendi yang terkena.

H. Penatalaksanaan Berikan kompres dingin dengan fase akut, untuk menekan rasa tidak nyaman dan nyeri. Hindarkan dari panas, karena dapat meningkatkan produk cairan pada bursa fase peradangan. Berikan obat-obat anti radang sesuai indikasi Terapi fisik dilakukan untuk mengembalikan fungsi sendi. Latihan sendi bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan jangkasendi. Bursitis dapat kambuh jika penyebabnya tidak diatasi. Aspirasi sendi dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan untuk mengilangkan nyeri akibat efusi.

PengobatanBursa yang terinfeksi harus dikeringakan dan diberikan obat antibiotik. Burnitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat sementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen). Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran dari obat bius lokan dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu kali. Pada burnitis yang berat dibrikan kortikostiroid (misalnya perdnison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarun atau melalui pembadahan. Kortikosteoid bisa langsung disuntikkan ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengemblikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jankau sendi. Bursitis sering kambuh jika penyebabnya ( misalnya, gout, arthritis rematoid atau pemakaianberlebihan) tidak diatasi.

I. Komplikasi Terjadi bursitis kronik Terlalu banyak suntikan steroid selama waktu singkat dapat menyebabkan cedera pada tendon sekitarnya.

BAB IIITINJAUAN KASUSA. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajian Biodata : jenis kelamin dan usia Keluhan utama : nyeri, pembengkakan dan merah Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit terdahulu : apakah kalien menderita aritis rematoid, gaut, apakah pernah cedera atau koma Riwayat penyakit keluarga Pola mobilitas fisik Pola perawatan diri : klien dalam pemenuhan perawatan diri ( mandi, gosok gigi, mencuci rambut) mengalami keterbatasan karena nyeri tersebut Konsep diri : klien dengan penyakit bursitis akut amupun kronik sering mengalami nyeri sehingga gambaran dirinya terganggu.2. Diagnosa Keperawatana) Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasi.b) Gangguan intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/keletihan.c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Dx 1: Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan atau proses inflamasiTujuan : Klien dapat menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol setelah dilakukan asuhan keperawatanKH: TTV dalam batas normalTD 120/80 mmHgN 60-100 x/menitS 36-37cRR 12-20 x/menit Skala nyeri 0-3 Klien tampak rileksIntervensi :1) Kaji keluhan nyeri dan catat mengenai lokasi, intensitas (pada skala 0-10). R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.2) Kaji faktor-faktor yang mencetus rasa nyeri dan tanda-tanda nyeri non verbal.R/ Membantu mengidentifikasi faktor pencetus sehingga rasa nyeri dapat dihindari atau diminimalkan.3) Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil, dan tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.R/ Matras yang lembut/empuk dan bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur dapat menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi atau nyeri.4) Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi dan tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi.R/ Pada penyakit berat atau eksaserbasi, tirah baring diperlukan (sampai perbaikan objektif dan subjektif) untuk membatasi nyeri/ cedera sendi.5) Anjurkan untuk penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace.R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. catatan: penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan mungkin dapat mengurangi kerusakan pada sendi. Meskipun demikian, ketidakaktifan yang lama dapat mengakibatkan hilangnya mobilitas atau fungsi sendi.6) Anjurkan pasien untuk sering mengubah posisi dan bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur. Sokong sendi yang sakit diatas dan dibawah dan hindari gerakan yang menyentak. R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi. 7) Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan pada waktu tidur. Sediakan waslap untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dsb.R/ Panas dapat meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas yang menurunkan rasa sakit serta melepaskan kekakuan dipagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan. 8) Berikan masase yang lembut.R/ Meningkatkan relaksasi atau mengurangi tegangan otot.9) Ajarkan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnosis diri, dan pengendalian nafas.R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping.10) Libatkan pasien dalam melakukan aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.R/ Memfokuskan kembali perhatian, membalikan stimulasi dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.11) Berikan obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.R/ Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot atau spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.Kolaborasi 12) Berikan obat-obatan Asetilsalisilat (aspirin)R/ ASA bekerja sebagai antinflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ASA harus dipakai secara reguler untuk mendukung kadar dalam darah terapeutik. Riset mengindikasikan bahwa ASA memiliki indeks toksisitas yang paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan. NSAID misalnya: ibuprofen (Motrin), naprokksen (naprosyn), Sulindak (Clinoril), Piroksikam (Feldene), fenoprofen (nalfon).R/ Dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respon pada aspirin atau untuk meningkatkan efek dari aspirin. Catatan: obat-obatan ini harus diberikan dengan urutan yang meningkat menurut keparahan relatif dari efek-efek samping (indeks toksisitas). D-penisilamin (cuprimine)R/ dapat mengontrol dari efek-efek sistemik dari AR jika terapi lainnya berhasil. Tingkat yang tinggi dari efek-efek samping (misalnya: trombositopenia, leukopenia, anemia aplastik) membutuhkan pemantauan ketat. catatan : obat-obatan harus diberikan diantara waktu makan karena absorpsi obat menjadi tidak seimbang karena makanan, produk antasida dan besi. AntasidaR/ Diberikan dengan agen NSAID untuk meminimalkan iritasi atau ketidaknyamanan lambung. Produk kodein R/ Meskipun narkotik umumnya adalah kontraindikasi karena sifat kronis dari kondisi, penggunaan jangka pendek mungkin diperlukan selama periode eksaserbasi akut untuk mengontrol nyeri parah.13) Bantu dengan terapi fisik, misalnya: sarung tangan parifin, bak mandi dengan kolaam bergelombangR/ memberikan dukungan panas untuk sendi yang sakit. Panas merupakan kontraindikasi pada adanya sendi-sendi yang panas dan bengkak.14) Berikan es atau kompres dingin bila dibutuhkanR/ Rasa dingin dapat mengilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut. 15) Pertahankan unit TENS jika digunakan.R/ Rangsang elektrik tingkat rendah yang konstan dapat menghambat transmisi sensasi nyeri.16) Siapkan intervensi operasi, misalnya sinovektomi.R/ Pengangkatan sinovium yang meradang dapat mengurangi nyeri dan membatasi progresi dari perubahan degeneratif.

Dx : Gangguan inteloriensi aktifitas berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.Tujuan : Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan asuhan keperawatan.KH: Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan. Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.Intervensi 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hariR/ tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan atau resulusi dari proses inflamasi.2. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktifR/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.3. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguanR/ menghindari cedera akibat kecelakaan/terjatuh.4. Dorong pasien mempertahannkan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan.R/ memaksimalkan fungsi sendi, memp[ertahankan mobilitas. 5. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditelerir.R/ Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat6. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukanR/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting mencegah kelemhan, mempertahankan kekuatan.7. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.R/ Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.8. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktifitas yang tidak menimbulkan stress.R/ Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.9. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktititasR/Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebihan atau kurang.

Kolaborasi10. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasionalR/ berguna dalam mempormulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat bantu.

Dx : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasiTujuan : Klien dapat menunjukkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan setelah dilakukan asuhan keperawatan.KH : Klien dapat menjelaskan alasan tindakan Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala dengan proses penyakit Klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan Klien dapat melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan. Intervensi:1) Kaji mengenai proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan.R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.2) Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, program diet seimbang, latihan dan istirahat.R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekankan inflamasi sendiri/jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.3) Bantu klien dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis yakni istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik dan manajemen stres.R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronik komplekss.4) Jelaskan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis. misalnya: aspirin harus diberikan secara reguler untuk mendukung kadar terapeutik darah 18-25 mg.5) Rekomendasikan penggunaan apirin bersalut/ dibuffer enterik atau solusilat nonasetil, misalnya kolinsalisilat (Arthropan) atau kolin magnesium trisalsilat (Trilisate).R/ Preparat bersalut/dibufer dicerna dengan makanan meminimalkan iritasi gaster, mengurangi resiko perdarahan. Catatan: produk nonasetil sedikit dibutuhkan untuk mengurangi iritasi lambung.6) Anjurkan pada klien untuk mencerna obat-obatan dengan makanan, susu atau antasida pada waktu tidur.R/ Membatasi iritasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan meningkatkan kadar darah, mengurangi kekakuan dipagi hari.7) Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, misalnya: tinitus, lambung tidak toleran, perdarahan gastrointestinal dan ruang purpurik. R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi sehingga jika terjadi tinitus, dosis umumnya diturunkan menjadi 1 tablet setiap 2 atau 3 hari sampai berhenti. 8) Jelaskan pada klien pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obatan yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.R/ banyak produk mengandung salisilat tersembunyi (misalnya: obat pilek, anti diare) yang dapat meningkatkan resiko takar lajak obat/efek samping yang berbahaya.9) Jelaskan pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.R/ meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan dan regenasi jaringan.10) Anjurkan pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi tentang caranya sesuai kebutuhan.R/ penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, teruatma pinggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki.11) Berikan informasi mengenai alat bantu, misalnya mainan beroda untuk barang-barang bergerak, tongkat untuk mengambil, piring-piring ringan, tempat duduk toilet yang dapat dinaikkan, palang keamanan.R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dan aktivitas yang dibutuhkan atau diinginkan.12) Diskusikan teknik menghemat energi misalnya: duduk sewaktu mempersiapkan makanan dan mandi.R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri dan kemandirian.13) Ajarkan pasien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat maupun saat melakukan aktivitas, misalnya: menjaga agar sendi tetap meragang, tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh saat menggunakan dan bergeser.R/ Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

14) Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.R/ Informasi engenai posisi-posisi yang berbeda dan teknik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubunga pribadi dan perasaan harga diri atau percaya diri.

BAB IVPENUTUP

1. Kesimpulan

2. Saran1) Bagi PendidikanDemi meningkatkan kualitas dan menghasilkan tenaga keperawatan yang handal serta profesional perlu diperhatikan untuk :0. Menambah tenaga pengajar yang berpengalaman0. Melengkapi literatur pustaka yang lengkap0. Melengkapi alat alat laboratorium untuk mengasah keterampilan mahasiswa2) Bagi Masyarakat0. Dapat menjaga kesehatan pribadi dan keluarga dengan pola hidup sehat dan lebih memperhatikan kondisi dalam beraktivitas.0. Mengetahui tanda dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan Bursitis.3) Bagi Mahasiswa0. Lebih terampil dalam menggunakan fasilitas/alat kesehatan dan memberikan rencana asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi).0. Lebih mengerti dan memahami konsep penyakit Bursitis.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat dan Pasien. Jakarta ; EGC

Mansjoer, arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius, FKUI

Price. Sylvia anderson. 2006. Patofisiologi Konsep klinis proses-proses Penyakit Vol 2 Edisi 6. Jakarta ; EGCSmeltzer, Suzane C. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8 vol 3. Jakarta : EGC

W. Sudoyo, Aru, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5 Jilid III, Jakarta : Interna Publishing

5