a. hasil studi pendahuluan
TRANSCRIPT
A. Hasil Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilaksanakan untuk memperoleh gambaran awal
berkenaan dengan kondisi yang ada di lapangan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan dan
aktivitas belajar peserta didik, kemampuan dan kinerja guru, serta pemanfaatan
sumber daya pendidikan.
1. Kondisi Awaf Perencanaan dan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Dengan menggunakan instrumen analisis dokumen perencanaan
pembelajaran, dapat dikemukakan kondisi awal perencanaan pembelajaran yang
pada umumnya dikembangkan oleh guru yang menjadi responden dalam penelitian
ini.
Responden pada umumnya membuat perencanaan pembelajaran yang
disusun dalam bentuk format, yang menurut mereka adalah persiapan harían.
Format persiapan harian ini, meliputi rumusan tujuan pembelajaran khusus, materi,
pengalaman belajar, metoda, media dan sumber, serta evaluasi pembelajaran.
Rumusan tujuan pembelajaran khusus, pada umumnya masih mengutamakan pada
penguasaan pengetahuan bahasa, dan kurang mengutamakan pada ketercapaian
untuk terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Walaupun ada rumusan
tujuan pembelajaran yang mengarah pada keterampilan berbahasa, tetapi tidak
tampak adanya keterkaitan antarketerampilan berbahasanya.
Lety Halimah/PK- S3/UPI
161
Dalam merencanakan materi pembelajaran, pada umumnya ditulis pokok-
pokoknya saja dan merujuk pada materi pelajaran yang secara urut sesuai dengan
tema yang terdapat pada buku paket yang digunakan. Sesuai dengan rencana
materi pembelajaran, pengalaman belajar yang direncanakan yang pada umumnya
berupa pemberian latihan seperti membuat kalimat dari kata-kata yang telah
ditentukan oleh guru, menjawab soal-soal yang terdapat dalam buku paket sesuai
tema yang dibahas. Hal itu erat kaitannya dengan metoda pembelajaran yang
direncanakan, yang berkisar antara metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian
latihan atau tugas. Sementara, media pembelajaran pada umumnya tidak
dicantumkan atau tidak merencanakan untuk menggunakan media pembelajaran.
Sedangkan perencanaan untuk penggunaan sumber belajar yang dicantumkan pada
umumnya yaitu berupa buku paket khusus untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Penilaian pada umumnya direncanakan, yaitu berupa tes seperti tes tertulis
tanpa ada penjelasan, apalagi contoh soalnya. Sedangkan untuk penilaian selama
proses pembelajaran belum tergambar, seperti penilaian kemampuan menyimak,
mewicara, membaca, dan menulis belum tampak. Dengan kata larn, penilaian yang
direncanakan oleh guru pada umumnya masih menekankan pada hasil belajar
dengan menggunakan tes.
Dari hasil analisis dokumen perencanaan pembelajaran dan buku paket yang
digunakan sebagai sumber belajar. Pada umumnya, perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh guru, baik dalam menentukan tema, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran sesuai urutannya dengan yang terdapat
pada buku paket. Dengan kata lain, perencanaan pembelajaran disusun berdasarkan
pada buku paket.
Lely HaUmak/PK* S3/UPI
162
Setelah mendapatkan gambaran tentang perencanaan pembelajaran bahasa
Indonesia, langkah selanjutnya peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran
bahasa Indonesia. Kegiatan pengamatan ini dilakukan, dengan menggunakan
lembar pengamatan dan catatan lapangan yang telah disiapkan.
Agar kehadiran peneliti tidak mengganggu suasana belajar peserta didik,
salah satu caranya, satu hari sebelum peneliti mengamati kegiatan guru mengajar,
peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan bercerita
tentang cerita anak-anak yang diambil dari "Perai". Kemudian mengajak peserta
didik bercakap-cakap tentang isi cerita tersebut. Dengan cara tersebut ternyata
kehadiran peneliti pada hari-hari selanjutnya tidak mengganggu jalannya kegiatan
pembelajaran.
Berikut ini, dikemukakan salah satu rekaman hasil pengamatan dan catatan
lapangan, terhadap proses pembelajaran bahasa Indonesia, yang dilakukan dari
awal sampai selesai jam pelajaran. Pada saat masuk jam pelajaran bahasa
Indonesia, guru menugaskan peserta didik untuk membaca teks yang terdapat pada
buku paket bahasa Indonesia. Setelah itu, guru duduk di kursinya sambil menulis
dan sekali-sekali melihat peserta didik yang sedang membaca. Selama beberapa
menit peserta didik semua tekun membaca, kemudian terdapat beberapa peserta
didik yang mengatakan "Bu guru saya sudah selesai". Bu guru mengatakan "ya,
tunggu yang lain selesai membaca'', dan peserta didik pun diam. Setelah peserta
didik mulai gaduh karena sudah membacanya, kemudian guru mengajukan
sejumlah pertanyaan berkenaan dengan isi bacaan, dan peserta didik menjawabnya
secara kompak.
UJy HaUmah/PK- S3/UPI
163
Setelah melakukan tanya jawab berkenaan dengan isi bacaan, kegiatan guru
selanjutnya adalah menjelaskan isi bacaan yang telah dibaca oleh peserta didiknya.
Pada saat guru menerangkan isi bacaan, tampak peserta didik kurang
memperhatikannya, bahkan peserta didik asyik dengan aktivitasnya masing-masing.
Walaupun ada upaya guru untuk mengatasi peserta didik yang tidak memperhatikan,
seperti "Anak-anak coba perhatikan ke depan! ' beberapa saat peserta didik
memperhatikannya, tetapi selanjutnya kembali mereka asyik dengan aktivitasnya
semula. Setelah itu, peserta didik diminta mengeluarkan satu lembar kertas untuk
ulangan. Pertanyaan yang diajukan saat ulangan, yaitu sama dengan pertanyaan
yang diajukan setelah peserta didik membaca.
Contoh pembelajaran bahasa Indonesia yang lainnya. Pada awal pelajaran
bahasa Indonesia, guru mengemukakan bahwa hari ini adalah pelajaran mengarang.
Guru memperlihatkan gambar (gambar ada di buku paket peserta didik) sambil
menjelaskan isi gambar tersebut. Setelah itu, guru memberi tugas kepada peserta
didik untuk mengarang sesuai isi gambar tersebut. Peserta didik pun mengarang
dalam buku masing-masing. Pada saat peserta didik asyik mengarang, guru hanya
duduk ditempatnya, kemudian ada peserta didik yang telah selesai mengarangnya,
dan mengatakan kepada guru bahwa telah selesai mengarangnya. Guru minta
kepada peserta didik yang sudah selesai mengarangnya, untuk membaca kembali
karangannya atau kalau bisa coba tambah lagi karangannya sambil menunggu yang
lainnya.
Waktu yang disediakan untuk mengarang cukup lama, sehingga pada
akhirnya banyak peserta didik yang sudah selesai mengarang harus menunggu
temannya yang belum selesai. Hampir semua peserta didik selesai mengarang, pada
Lefy HaBmah/PK- S3/UPI
164
saat itu pula bel berbunyi pertanda jam pelajaran bahasa Indonesia selesai, dan guru
meminta kepada peserta didik untuk mengumpulkan karangannya. Karena waktu
untuk jam pelajaran selesai, maka karangan peserta didik dikumpulkan, dan
pelajaran bahasa Indonesia juga selesai.
Kedua contoh tersebut di atas, dengan sengaja digambarkan secara utuh,
karena dari hasil pengamatan terhadap subjek penelitian ini pada umumnya
menggambarkan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia demikian. Artinya, bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca terpisah dari
keterampilan berbahasa yang lainnya. Begitu pula dengan pembelajaran menulis
tidak dikaitkan atau tidak ditindaklanjuti dengan kegiatan berbahasa yang lainnya.
2. Aktivitas dan Kemampuan Belajar Peserta didik
Sesuai dengan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana
dikemukakan di atas, dari keseluruhan waktu selama proses pembelajaran bahasa
Indonesia diidentifikasi jumlah waktu yang dipergunakan peserta didik untuk
melakukan kegiatan berbahasa setelah diubah ke dalam persentase adalah
sebagaimana dikemukakan pada gambar berikut ini.
Buruan Mtmbaca
6 5 *
Bagan 4.1 Persentase Aktivitas Berbahasa Siswa
Selama Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
Lely Halimah/PK- S3/UPI
165
Gambar di atas menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik dalam melakukan
tindak berbahasa lebih banyak melakukan kegiatan menyimak dalam hal ini 65%,,
sedangkan kesempatan untuk berbicara hanya 15%, dan kesempatan untuk
membaca dan menulis hanya 10%. Mengapa seperti itu, apabila melihat pada contoh
pembelajaran di atas yang dikembangkan oleh guru, bahwa peserta didik diberi
tugas membaca dan apa yang telah dibacanya kemudian diterangkan kembali oleh
guru. Begitu pula pada saat peserta didik diminta untuk mengarang berdasarkan
gambar, sebelumnya isi gambar tersebut diterangkan terlebih dahulu oleh guru.
Dengan kondisi proses pembelajaran seperti itu, maka aktivitas berbahasa peserta
didik dari keseluruhan responden adalah sebagaimana tertera pada gambar
tersebut.
Informasi lainnya mengenai peserta didik ini, yaitu berkaitan dengan
kemampuan membaca dan menulis. Menurut guru kelas tiga yang menjadi
responden bahwa rata-rata kelas tiga ini sudah dapat membaca dan menulis,
walaupun dari setiap guru tersebut mengemukakan pula bahwa di kelasnya masih
ada beberapa orang peserta didiknya yang belum lancar membacanya dan
tulisannya belum dapat dibaca. Terkait dengan hal tersebut, apa yang dikemukakan
oleh guru tersebut dapat dibuktikan selama peneliti mengobservasi kegiatan kelas.
Dilihat dari bentuk tulisannya rata-rata sudah dapat dibaca bahkan ada yang sudah
baik, maksudnya bentuk tulisannya tegak bersambung dan dapat dibaca dengan
jelas. Di samping itu, ada juga yang memang tulisannya belum dapat dibaca, jarak
antara kata belum ada, dan tanpa tanda baca.
Lely Haltmah/PK- S3/UPI
166
Dilihat dari kemampuan berbahasa lisan, pada umumnya peserta didik cukup
komunikatif. Maksudnya, mereka tampak mengerti apa yang disampaikan oleh guru,
seperti pada saat guru menjelaskan isi bacaan, kemudian mereka diminta untuk
menjawab pertanyaan, mereka begitu semangat untuk memberikan jawaban. Secara
bersama-sama mereka begitu berani untuk menjawab pertanyaan guru, tetapi pada
saat diminta untuk ke depan seperti untuk bercerita atau menceritakan kembali isi
bacaan rata-rata mereka kurang berani.
3. Kemampuan dan Kinerja Guru
Berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa guru-guru yang mengajar di kelas
tiga sekolah dasar yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya
telah mengikuti pendidikan sampai jenjang pendidikan tinggi, di antaranya yaitu D2
PGSD dan S1 PGSD. Pengalaman mengajarnya, pada umumnya sudah lebih dari
sepuluh tahun mengajar di sekolah dasar, dan sebagai guru kelas.
Dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajarnya, tentunya
sangat mewarnai pemahaman guru dalam melaksanakan kurikulum mata pelajaran
bahasa Indonesia. Maksudnya tidak diragukan lagi, bahwa guru-guru tersebut telah
mempunyai pemahaman yang cukup memadai tentang pelaksanaan kurikulum mata
pelajaran bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan hasil
pengumpufan data baik melalui angket maupun wawancara.
Sesuai dengan pertanyaan dalam angket yang dimaksudkan untuk
mengetahui pemahaman guru terhadap target kurikulum bidang studi bahasa
Indonesia di sekolah dasar. Pada umumnya mereka mengemukakan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk melatih peserta didik agar
Lely Halimah/PK- S3/UP1
167
terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulis. Keterampilan tersebut menurut
mereka sangat penting dikuasai peserta didik, karena merupakan syarat yang harus
dimiliki mereka untuk dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Dengan memiliki
keterampilan dalam menyimak, mewicara, membaca, dan menulis, maka peserta
didik dapat dengan mudah memahami mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Agar peserta didik terampil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia, maka peserta didik harus banyak berlatih belajar bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, guru memberikan contoh beberapa cara agar peserta didik berlatih
belajar bahasa Indonesia, di antaranya yaitu melalui banyak berlatih mengunakan
kalimat bahasa Indonesia., membaca, mengarang, dan latihan berdialog atau
bercakap-cakap dengan teks bahasa Indonesia.
Untuk menelusuri pemahaman guru berkenaan dengan pendekatan yang
pada umumnya diharapkan digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, maka
pertanyaan diarahkan seputar hal itu. Dari jawaban yang dikemukakan guru, dapat
diidentifikasi bahwa guru-guru tersebut telah mengetahui bahwa pendekatan yang
diharapkan dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia adalah pendekatan
komunikatif, pendekatan tematik, dan pendekatan terpadu. Menurut mereka bahwa
arahan untuk melaksanakan pendekatan-pendekatan tersebut, telah tergambar pada
buku paket pelajaran bahasa Indonesia. Khususnya untuk melaksanakan
pembelajaran yang berdasarkan pendekatan tematik, dalam buku paket materi
pelajaran bahasa Indonesia telah disusun secara tematis.
Adapun pemahamannya berkenaan dengan pelaksanaan pendekatan-
pendekatan pembelajaran tersebut, menurut guru-guru diperolehnya melalui
kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG). Melalui KKG, mereka biasanya berdiskusi
Lely HaBmah/PK- S3/UP1
168
untuk membuat program pembelajaran bersama, juga mendapatkan berbagai
informasi yang berkaitan dengan pembelajaran baik dari guru-guru yang telah
mengikuti penataran.
Beberapa pertanyaan yang diajukan melalui angket ini juga diarahkan untuk
mengungkap sampai sejauh mana guru telah mengenal Kurikulum 2004.
Berdasarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, pada umumnya guru-
guru tersebut telah mendapatkan informasi tentang kurikulum tersebut, melalui
penataran-penataran yang diselenggarakan oleh Dinas dan melalui KKG. Bahkan,
saat ini melalui KKG mereka sudah mendapatkan pelatihan cara-cara menyusun
silabus untuk pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum
2004.
Pertanyaan yang terdapat pada angket diakhiri dengan pertanyaan yang
mengarah pada upaya untuk mengenal minat guru dalam mengajarkan bidang studi
bahasa Indonesia, dan upaya-upayanya agar peserta didik senang belajar bidang
studi tersebut. Dari jawaban yang diberikan oleh guru, diketahui bahwa pada
umumnya mereka senang mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia.
Alasannya beragam, di antaranya karena materi mata pelajaran bahasa Indonesia
tidak sulit, dan buku paketnya telah tersedia. Adapun upaya-upaya yang mereka
lakukan agar pembelajaran bahasa Indonesia menjadi menyenangkan bagi peserta
didiknya, di antaranya dengan membaca cerita, membaca puisi, membuat karangan
dan sebagai nya.
Selain pertanyaan yang diajukan melalui angket, terdapat beberapa
pertanyaan yang diajukan secara langsung atau wawancara. Pertanyaan yang
diajukan berkenaan dengan pemahaman guru tertiadap keterampilan membaca dan
Ldy HaUmak/PK- S3/UP1
169
menulis, yang harus dicapai oleh peserta didik. Menurut mereka bahwa kemampuan
membaca yang menjadi target pembelajaran bahasa Indonesia adalah peserta didik
dapat membaca dengan lancar dan memahami isi bacaan. Sedangkan kemampuan
menulisnya yaitu peserta didik dapat menulis dari apa yang dilihat maupun dari apa
yang didengarnya, dan menulis dari pikiran sendiri. Tulisan-tulisan itu harus dapat
dibaca dan dipahami baik oleh diri mereka dan juga oleh orang lain.
Pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara, juga menyangkut tentang
pelaksanaan kurikulum 2004. Jawaban mereka pada umumnya masih belum
mempunyai gambaran yang jelas bagaimana pelaksanaan kurikulum tersebut. Untuk
itu, mereka sangat antusias untuk memperoleh gambaran yang konkret dalam
melaksanakan kurikulum 2004. Atau lebih jelasnya, mereka secara langsung
meminta contoh bagaimana pelaksanaan kurikulum 2004 mata pelajaran bahasa
Indonesia.
4. Sumber Daya Pendidikan dan Pemanfaatannya
Pada umum sekolah-sekolah yang menjadi responden penelitian ini memiliki
fasilitas gedung sekolah yang memadai. Berikut ini dikemukakan hasil observasi
terhadap sumber daya pendidikan dan pemanfaatannya, terutama berkenaan
dengan fasilitas belajar, seperti ketersediaan tempat belajar, perpustakaan, dan
pajangan kelas.
Dilihat dari fasilitas belajar yang berupa kursi dan meja untuk peserta didik
melakukan aktivitas belajar, 7 1 % dari 7 SD yang disurvey cukup memadai.
Maksudnya, peserta didik mempunyai tempat belajar sendiri-sendiri sehingga
mereka bebas untuk melakukan kegiatan, seperti membaca, menulis dengan posisi
Uly Halimah/PK- S3/UPI
duduk yang baik dan tanpa terganggu oleh teman-temannya. Sementara^
nya termasuk kelompok yang kurang memadai, karena terdapat satu meji
kursi ditempati oleh tiga orang peserta didik.
Selain itu, masih ada SD yang menggunakan bangku dan meja panjang,
yang ditempati oleh 6 orang, sehingga apabila peserta didik yang mau keluar dari
bangku harus melalui tempat duduk temannya atau alternatifnya lewat bawah
bangku. Hal ini tentunya kurang kondusif untuk kegiatan membaca dan menulis.
Seperti halnya peserta didik yang sedang membaca atau menulis, buku mereka tidak
dalam posisi yang semestinya atau peserta didik sedang membaca atau menulis
sementara temannya akan keluar bangku, ini juga mengganggu konsentrasi.
Dilihat dari ketersediaan perpustakaan sekolah dan perpustakaan kelas.
Untuk perpustakaan sekolah 7 1 % dari SD yang disurvey memiliki perpustakaan
sekolah atau ruangan khusus perpustakaan, dengan judul buku yang cukup
memadai maksudnya selain buku paket juga terdapat buku-buku bacaan yang
lainnya. Sementara 29% dari SD yang jadi responden belum mempunyai ruangan
perpustakaan sekolah, menurutnya buku-bukunya sudah ada hanya disimpan di
lemari kepala sekolah. Dari seluruh SD yang disurvey, pada umumnya koleksi buku
yang ada di perpustakaan ini, dilihat dari sirkulasi pinjamannya sangat kurang.
Maksudnya, dilihat dari catatan jumlah peminjamnya masih sangat sedikit peserta
didik yang meminjam buku dari perpustakaan, bila dibandingkan dengan jumlah
peserta didik yang ada.
Terkait dengan perpustakaan kelas, dari 7 SD yang menjadi responden baru
1 SD yang mempunyai perpustakaan kelas. Perpustakaan kelas yang dimaksud
dalam hal ini bahwa di kelas tersebut ada tempat (meja atau lemari atau loker) yang
Lefy Hatimak/PK- S3/UP1
171
berisi buku-buku di luar buku teks milik peserta didik yang disimpan di kelas yang
suatu waktu anggota kelas boleh meminjamnya. Bahkan kumpulan hasil karya
peserta didik seperti karangan baik berupa puisi, cerita atau tugas lainnya (postfolio)
menjadi salah satu koleksi perpustakaan kelas.
Adapun berkenaan dengan pajangan kelas, di antara 7 SD yang disurvey baru
2 SD yang memajangkan hasil karya peserta didiknya, seperti puisi, cerita, gambar
atau hasil karya peserta didik yang lainnya. Pajangan ini apabila dicermati dari
tanggal pembuatannya, merupakan hasil karya peserta didik yang sudah lama
bahkan hasil karya dari caturwulan yang sudah lewat. Artinya pajangan kelas
tersebut belum dikondisi sebagaimana fungsi pajangan kelas yang sebenarnya.
Sementara SD yang lainnya, ruangan kelasnya masih bersih tanpa dihiasi oleh hasil
karya peserta didik, atau gambar-gambar lainnya yang dapat dijadikan media
pembelajaran.
B. Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada bagian ini dikemukakan tentang (1) model pembelajaran bahasa yang
dikembangkan, (2) langkah-langkah pengembangan model pembelajaran, dan (3)
bentuk akhir model pembelajaran bahasa Indonesia.
1. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Dikembangkan
Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan suatu produk
yakni berupa model pembelajaran bahasa Indonesia, yang kondusif bagi upaya
peningkatan proses dan kompetensi komunikatif peserta didik. Mengingat masalah
yang krusial ada saat ini adalah proses pembelajaran bahasa Indonesia belum
sebagaimana yang diharapkan, karena masih mengutamakan kepada penguasaan
Lely Halimah/PK- S3/UPI
172
aspek-aspek pengetahuan bahasa, dan keterampilan berkomunikasi seperti
keterampilan menyimak, mewicara, membaca, dan menulis diajarkan secara terpisah
satu sama yang lainnya. Dengan kondisi proses pembelajaran bahasa Indonesia
sepertiVsangat berdampak pada rendahnya kompetensi komunikatif peserta didik
terutama pada kemampuan berbahasa tulis.
Mengacu kepada tujuan penelitian yang dilandasi adanya latar belakang
masalah tersebut, maka diperlukan suatu solusi yang sifatnya strategis untuk
memecahkan masalah tersebut. Dari hasil studi literatur yang dikemukakan pada bab
dua, terdapat beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran bahasa, di antaranya adalah pendekatan struktural, pendekatan
alamiah, pendekatan komunikatif, dan pendekatan bahasa menyeluruh (whoie
tanguage approach). Setiap pendekatan tersebut, mempunyai karakteristik tersendiri,
sehingga berbeda satu sama yang lainnya. Selain itu, setiap pendekatan di samping
mempunyai kelemahan juga mempunyai kelebihannya.
Melalui penelitian ini, yang dipandang dapat memperbaiki kualitas
pembelajaran bahasa Indonesia sebagaimana permasalahan yang ada di lapangan,
dan sejalan pula dengan tuntutan yang terdapat dalam kurikulum mata pelajaran
bahasa Indonesia, adalah pendekatan bahasa menyeluruh, sebagai alternatifnya.
Beberapa alasan, mengapa pendekatan bahasa menyeluruh, yang menjadi alternatif
model pembelajaran yang dikembangkan. Dilihat dari kelebihan yang dimiliki oleh
pendekatan ini sebagaimana dikemukakan berikut ini.
Menurut Routman (Suratinah dkk., 2004: 2.3) pendekatan bahasa menyeluruh
ini telah digunakan di beberapa negara, seperti Inggris, Australia, New Zeafand,
Kanada, dan Amerika Serikat pada sekitar tahun 80-an untuk memperbaiki kualitas
Ldy Halimah/PK- S3/UPI
173
pembelajaran bahasa. Juga Oliva {1992: 564) mengemukakan bahwa "Whole
Language proponents point to the success of literacy education in Atew Zealand".
Lebih lanjut Oliva (1992: 563- 565) menegaskan bahwa pergerakan pendekatan
bahasa ini merupakan suatu jawaban terhadap kegagalan sekolah dalam
menghasilkan masyarakat yang Irterasi. Oleh karena itu, banyak sekolah dasar yang
secara cepat mendukung konsep pendekatan bahasa tersebut.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam bab dua bahwa pendekatan bahasa
menyeluruh ini menurut para pendukungnya dilandasi oleh pemikiran-pemikiran teori
belajar kognitif dan humanistik. Seperti menurut Oliva bahwa pergerakan pendekatan
bahasa menyeluruh sebenarnya meminjam konsep dari pergerakan pendidikan
progresif dengan landasan berpikirnya pada :
Chil-centeredness, learning by doing, and project instruction; from individualized learning with its appeal to individual needs and interests; from cooperative learning with its emphasis on collaboration; from the principle of the integration of subject matter with its fusion of various disciplines; from the principle of the integration of content within the learner with its stress on pupil choice and creativity; and from instructional methodology, wich casts the teacher in the role of fasilitator.
Senada dengan pendapat di atas, Longstreet (1993: 305) mengemukakan
bahwa pendekatan bahasa menyeluruh merupakan persepektif baru, dan "the whole
language approach has been gaining favor since the mid 1980s. It emphasizes the
simultaneous teaching of reading and writing in a total literacy context based on
activities meaningful to young child.' Maksud Longstreet, bahwa pendekatan bahasa
menyeluruh ini telah dikenal sejak pertengahan tahun 1980-an. Pendekatan ini
mengutamakan pada keterpaduan pembelajaran membaca dan menulis yang
berdasarkan pada konteks budaya melek huruf sehingga aktivitas pembelajaran
bahasa menjadi bermakna bagi peserta didik.
Lely HaUmak/PK- Si/UPI
174
Sekaitan dengan itu, menurut Goodman (Oliva) salah satu keunggulan dari
pendekatan bahasa tersebut di antaranya dapat menciptakan pembelajaran bahasa
yang setiap aktivitas, pengalaman, atau setiap unit pembelajaran memberikan
kesempatan bagi peserta didik, selain untuk mengembangkan kemampuan
berbahasanya, juga mampu mengembangkan kognitif peserta didik. Bahkan menurut
Rofi'uddtn dan Zuhdi (1999: 191) kemampuan bahasa dan keterampilan berpikir
peserta didik berkembang, dan dalam saat yang bersamaan pengetahuan dan
konsep dikembangkan dan skemata dibangun.
Keunggulan lainnya, menurut De Carlo adalah pembelajaran bahasa dengan
pendekatan bahasa menyeluruh ini, selain dapat meningkatkan kemampuan
berbahasa, dan berpikir, juga dapat mengembangkan konsep diri dan rasa percaya
diri "setf-concepf dan "confidence" peserta didik. Bahkan dari hasil penelian Staley
((1997) pembelajaran bahasa yang menggunakan pendekatan tersebut dapat
mendorong peserta didik untuk mengekspresikan dirinya dan mengembangkan
opininya, meningkatkan kemampuan menulis, dan mereka menjadi enjoy menulis,
serta menjadi bangga dengan hal-hal yang mereka tulis.
Berdasarkan keunggulan yang dimiliki oleh pendekatan bahasa menyeluruh
sebagaimana dikemukakan di atas. Diyakini bahwa alternatif model pembelajaran
yang berdasarkan pada pendekatan bahasa menyeluruh dalam penelitian ini
dipandang dapat meningkatkan kualitas proses proses pembelajaran bahasa
Indonesia, yang diharapkan akan berdampak pula pada meningkatnya kompetensi
komunikatif peserta didik. Dengan demikian maka alternatif model pembelajaran
bahasa Indonesia yang dikembangkan dalam penelitian ini, secara konseptual
Uiy Haiimah/PK- S3/UPI
175
dilandasi oleh pandangan-pandangan para penggerak pendekatan bahasa
menyeluruh.
Adapun dalam pengembangan model pembelajaran tersebut, disesuaikan
dengan pesan-pesan yang terdapat pada kurikulum bahasa Indonesia dan kondisi
lapangan. Dengan demikian, agar dapat memperbaiki kondisi yang ada di lapangan,
maka lebih mengutamakan pada hal-hal berikut ini.
(1) Kinerja guru dalam pengembangan perencanaan pembelajaran, sebagaimana
hasil studi pendahuluan pada umumnya perencanaan pembelajaran bahasa
yang dibuat guru lebih mengutamakan kepada pengembangan aspek-aspek
pengetahuan bahasa, dan kurang mengembangkan secara kreatif
berdasarkan pada kebutuhan perkembangan, dan minat peserta didik. Di
samping itu, perencanaan pembelajaran yang dibuat pada umumnya hanya
berdasarkan kepada buku paket.
(2) Proses pembelajaran, sebagaimana hasil studi pendahuluan proses
pembelajaran bahasa Indonesia masih dilaksanakan secara artifisial (dibuat-
buat) sehingga tidak sesuai dengan kenyataan dalam penggunaan bahasa,
dan guru lebih dominan sebagai sumber informasi, sehingga peserta didik
kurang mendapatkan pengalaman dalam beragam aktivitas penggunaan
bahasa Indonesia.
(3) Pengembangan materi, dan media pembelajaran, dari temuan hasil studi
pendahuluan kurang sekali guru memanfaatkan bahan ajar dari mata
pelajaran yang lain, termasuk dalam penggunaan media pembelajaran sangat
kurang.
Uty HaUmahJPK- S3/UPI
176
a. Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
Pengembangan perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat
penting dalam pendekatan pembelajaran bahasa menyeluruh, bahkan guru lebih
banyak dituntut untuk secara kreatif merancang pembelajaran. Dalam hal ini, guru
harus secara kreatif memaknai kurikulum bahasa. Artinya, bagaimana guru
mengembangkan kurikulum yang orientasinya terutama pada rancangan
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik belajar melalui bahasa sementara
mereka juga belajar bahasa. Hal Ini sesuai dengan fungsi mata pelajaran bahasa
yang mengutamakan agar peserta didik terampil berkomunikasi sebagaimana
bahasa sebagai alat komunikasi.
Dalam merancang pembelajaran yang berdasarkan pendekatan bahasa
menyeluruh, yang harus diperhatikan oleh guru agar peserta didik dapat belajar
melalui bahasa sementara mereka juga belajar bahasa, harus memperhatikan
keterpaduan, keotentikan, dan kontekstual yang mengutamakan kebutuhan
perkembangan dan minat peserta didik. Untuk merealisasikan maksud tersebut,
maka dikembangkan rancangan pembelajaran yang komunikatif dengan
pengorganisasian bahan ajar secara tematik.
Dalam merancang pembelajaran tersebut di atas, Crook and Lehman (De
Cario, 1995: 125) menawarkan suatu cara yang dapat dilakukan guru, di antaranya
dapat dilakukan melalui pengembangan suatu jaringan "a webbing" yang
menghubungkan tema baik yang terdapat dalam buku-buku fiksi maupun nonfiksi,
dan dalam jaringan ini dapat mengembangkan keterpaduan yang dikaitkan pada
setiap area mata pelajaran seperti Matematik, Sains, IPS, Musik, dan dapat pula
menggunakannya dengan teks-teks sastra.
Lely HaUmah/PK- S3/UP1
177
Dalam memilih unit tematik yang akan dikembangkan, guru harus
memilihnya agar sesuai dengan tingkat perkembangan dan minat peserta didik.
Maksudnya melalui unit tematik yang sesuai, peserta didik diharapkan akan lebih
tertarik dalam belajar keterampilan berbahasa. Idealnya dalam memilih unit tematik
sampai pada pengembangan topik-topiknya dilakukan bersama-sama dengan
peserta didik, sehingga lebih relevan dengan minat dan kehidupan mereka.
Dalam pembelajaran bahasa menyeluruh, terdapat hal penting yang harus
diperhatikan oleh guru bagi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran membaca dan
menulis, di antaranya menyediakan buku-buku atau bahan bacaan secara beragam
yang memungkinkan peserta didik dapat memilihnya. Setiap saat peserta didik harus
diberikan kesempatan untuk membaca dan memperluas ide-idenya tentang apa
yang telah dibacanya melalui diskusi secara informal. Guru harus memberikan waktu
khusus setiap hari untuk membaca dalam hati atau membaca pemahaman. Adapun
pada akhirnya yang sangat penting adalah guru harus membaca nyaring setiap hari
dengan buku-buku pilihan Frew {De Carlo, 1995:125).
Semuanya itu, tentunya harus direncanakan dengan matang dengan
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti waktu, ketersediaan bahan bacaan, dan
tentunya yang tidak kalah pentingnya adalah tujuan pembelajaran itu sendiri, serta
kebutuhan perkembangan dan minat peserta didk. Dalam merencanakan
pembelajaran bahasa menyeluruh, De Carlo menegaskan bahwa "whole-language
teachers, "plan to plan." Before school starts they explore a variety of units, themes,
and lessons. A topic may be considered for a variety of reasons: former students
have enjoyed the subject; the materials are easily available; the teacher has an
abiding interest in the subjecf.
hely UalimuhjVK- S3AJP1
178
b. Pengembangan Proses Pembelajaran
Pendekatan bahasa menyeluruh adalah suatu pendekatan pembelajaran
bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara komunikatif sebagaimana
peserta didik menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya,
pembelajaran keterampilan berbahasa dan komponen kebahasaan seperti tata
bahasa dan kosa kata disajikan secara terpadu, bermakna dan dalam situasi otentik
dan kontekstual..
Istilah "authenticity" merupakan kata kunci dari pendekatan pembelajaran
bahasa menyeluruh. Maksudnya peserta didik belajar membaca melalui membaca,
belajar menulis melalui menulis, belajar mewicara melalui mewicara, dan belajar
menyimak dengan menyimak. Melalui pendekatan ini, pembelajaran dapat
menekankan pada satu keterampilan, sementara keterampilan berbahasa yang
lainnya dapat dikembangkan.
Dengan pendekatan bahasa menyeluruh, diyakini bahwa peserta didik
mempunyai kemampuan, dan kemauan untuk belajar, apabila diberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensinya. Dalam hal ini, proses belajar akan terjadi pada
peserta didik apabila diciptakan pembelajaran bahasa yang otentik, kontekstual, dan
bermakna. Dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa yang demikian, maka
peserta didik dapat secara simultan belajar bahasa, belajar melalui bahasa, dan
belajar tentang bahasa HaHiday (Rofi'uddtn dan Zuhdi, 1999:189).
Dilihat dari perilaku guru, pendekatan ini mengutamakan peran guru sebagai
fasilitator. Dalam perannya sebagai fasilitator, guru selama melaksanakan
pembelajaran menciptakan suasana informal dengan mengutamakan pada
penemuan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan
Uly Holimah/PK- S3/UP1
179
pilihannya dan mengambil hal-hal yang penuh tantangan serta bermakna bagi
peserta didiknya.
Dalam mengembangkan perannya sebagai fasilitator, guru dapat secara
bervariasi membimbing peserta didik untuk memiliki pengalaman menggunakan
bahasa secara otentik, kontekstual, dan bermakna datam berbagai aktivitas.
Routman dan Froese (Suratinah, dkk. 2003: 2.3 - 2.8); De Cario (1995)
mengemukakan aktivitas berbahasa dalam pembelajaran bahasa dengan
pendekatan whole tanguage dapat dilakukan melalui (a) Reading Ahud, (b) Jurnal
Writing, © Sustained Silent Reading, (d) Share Reading,(e) Guided Reading, (f)
Guided Writing, (g) Independent Reading, (h) Independent Writing. Setiap komponen
tersebut, dalam pelaksanaannya harus memperhatikan keutuhan kegiatan
berbahasa baik lisan maupun tulisan.
Selain guru berperan sebagai fasilitator, dalam saat-saat tertentu sangat
mengharapkan guru berperan sebagai model atau contoh, seperti pada saat
membaca nyaring, pada saat menyimak apa yang diungkapkan d e h peserta didik,
guru sebaiknya menjadi penyimak yang baik, begitu pula pada saat mewicara dan
menulis.
c. Pengembangan Materi dan Media Pembelajaran
Salah satu asumsi yang sangat mendasar dalam pembelajaran bahasa
melalui pendekatan bahasa menyeluruh adalah bahwa peserta didik akan belajar
membaca dan menulis sebagaimana secara alami mereka belajar berbicara jika
diberikan lingkungan yang tepat. Maksudnya, untuk belajar mewicara anak
membutuhkan "a speech-rich environment begitu pula halnya untuk belajar
Lely Halimah/PK- S3/UPI
membaca dan menulis, anak membutuhkan "a print~fich environmenf Sm'rth (De
Cario, 1995: 84).
Untuk mewujudkan asumsi dasar tersebut, maka dalam pengembangan
model pembelajaran, guru mengorganisasikan materi pokok yang telah ditetapkan
dalam kurikulumnya. Dalam kurikulum tersebut materi pokok tidak mengikat bagi
guru dalam arti guru mempunyai peluang yang banyak untuk memilih dan memilah
materi pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk lebih jelas berikut ini dikemukakan
penentuan materi pokok dalam Kurikulum 2004.
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar Indikator Materi Pokok
Membaca intensif
Membaca secara intensif teks tertentu dan menjelaskan isinya
menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi teks menyatakan pendapat atau perasaan berkaitan dengan isi teks menyimpulkan isi teks dalam satu kalimat.
Teks agak panjang (sekitar 200 kata)
Menulis karangan dari pikiran sendiri
Menulis karangan dari pikiran sendiri dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat.
Menentukan topik karangan - Menulis raagam karangan
sederhana dengan menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan panjang teks yang semakin lama semakin meningkat
- Menulis berbagai bentuk tulisan dari pikiran sendiri, (kreatif siswa diutamakan)
Cerita tentang kegiatan sehari-hari, pengalaman atau kejadian yang terjadi di lingkungan.
Bagan 4.2 - Kompetensi dasar, Hasil Belajar, Indikator, dan Materi Pokok
Apabila diperhatikan kolom materi pokok untuk mencapai kompetensi
membaca dan menulis sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sangat memberikan
otonomi pada guru dan juga kreativitasnya dalam memilih beragam teks. Dalam hal
ini guru dapat memilih teks baik dari materi pembelajaran Sains, IPS, Matematik,
Kertakes, Penjaskes, Agama, atau dari teks sastra. Yang sangat krusial dari teks
Lely Halimah/PK- S3/UPI
181
tersebut yaitu merupakan bahan ajar sebagai dasar dalam rangka mengembangkan
kompetensi berbahasa sebagaimana dikemukakan dalam kolom tersebut Salah satu
yang harus diperhatikan guru dalam memilih teks sebagai materi pokok adalah
relevansinya dengan tema dan topik yang telah disepakati bersama antara guru
dengan peserta didik.
Pengembangan bahan ajar yang digunakan selama pembelajaran sebaiknya
bervariasi, seperti buku cerita anak-anak, buku-buku teks dari berbagai mata
pelajaran, puisi yang disukai anak-anak, dan gambar-gambar yang seuai dengan
pusat minat peserta didik. Adapun selama aktivitas pembelajaran, guru juga
berpartisipasi aktif dan berkolaborasi bersama peserta didik baik dalam kegiatan
membaca maupun menulis.
Menurut De Cario (1995: 119) penggunaan literatur dalam kelas merupakan
prioritas utama dalam pendidikan di sekolah. Dengan literatur atau bahan bacaan
peserta didik dihadapkan pada berbagai tantangan, juga dapat menawarkan
kesempatan untuk memperluas pengalamannya dan mengembangkan sesuatu yang
baru. Selain itu bahan bacaan, juga mampu memberikan secara terbuka kegiatan
berbahasa yang menyenangkan, dan mengembangkan pengetahuan berkenaan
dengan berbagai perilaku manusia, serta dapat memperluan pengalaman hidup,
bahkan juga dapat mengembangkan sensitivitas dalam penggunaan bahasa sebagai
alat yang penting dalam menimbang pengalaman.
Bahan bacaan yang baik merupakan landasan efektivitas program
pembelajaran bahasa, terutama untuk pembelajajaran membaca dan menulis. Dalam
hal ini, bahan bacaan dipandang sebagai salah satu bentuk kreatif dalam
berkomunikasi, sebagaimana dikemukakan De Cario bahwa "Itterature is a creatrve
Uly Holimoh/PK- S3/UPI
182
forrn of communication, and itisatthe heart of wftofe language, teachers need to
have a deep and continuous love and knowledge of chSdren's iiterature". Terkait
dengan pendapat tersebut, tentunya guru harus menyeleksi bahan bacaan, selain
yang sesuai dengan minat peserta didik, juga berdasarkan penilaian guru dilihat dari
keterbacaannya (tingkat kesulitan wacana) dilihat dari panjang kalimat, dan kesuliatn
kata. Menurut Muchlisoh, dkk (1992:183) pada umumnya, semakin panjang kalimat
dan semakin panjang kata-kata, semakin sukarlah bahan bacaan yang meliputinya.
Sebaliknya, jika kalimat-kalimat dan kata-kata sebuah wacana pendek-pendek, maka
wacana itu merupakan bacaan yang mudah.
Apabila diperhatikan kolom di atas, tidak tampak media apa yang harus
digunakan guru. Dalam hal ini, penentuan media pembelajaran bahasa Indonesia
hendaknya berdasarkan hasil analisis terhadap kebutuhan perkembangan dan minat
peserta didik, di samping itu, tentunya sesuai pula dengan tema dan topik pilihan.
Yang harus diperhatikan oleh guru dalam menentukan media pembelajaran yaitu
manfaat dari media tersebut, yang diantaranya adalah untuk memfasilitasi kegiatan
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2. Langkah-Jangkah Pengembangan Model Pembelajaran
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan model pembelajaran
adalah (a) analisis kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia, (b) membuat
program pembelajaran dan perencanaan pembelajaran, dan (c) pelaksanaan model
pembelajaran.
Lely Ualunah/PK- S3/UP1
183
a. Analisis Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Dokumen tertulis Kurikulum 2004 mata pelajaran bahasa Indonesia, ditulis
dalam dua bab yaitu bab 1 pendahuluan dan bab 2 tentang standar kompetensi
kelas. Dalam bagian pendahuluan dikemukakan beberapa hal, yaitu berkenaan
dengan (a) rasional, (b) pengertian, (c) fungsi dan tujuan, (d) ruang lingkup, (e)
standar kompetensi lintas kurikulum, (0 standar kompetensi bahan kajian bahasa
Indonesia, (g) standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia SD & Ml, dan
(h) rambu-rambu, yang meliputi pendekatan pembelajaran, pengorganisasian materi,
pemanfaatan teknologi dan komunikasi, diversivikasi kurikulum, dan bacaan wajib
sastra. Sedangkan dalam bab 2 dikemukakan secara urut standar kompetensi kelas
dari mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Rincian standar kompetensi kelas meliputi
kemampuan berbahasa yang menggambarkan standar kompetensi dan masing-
masing keterampilan berbahasa yang dirinci ke dafam kompetensi dasar, hasil
belajar, indikator, dan materi pokok.
Rincian dari masing-masing bagian yang terdapat pada bab satu Kurikulum
2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia telah digambarkan pada bab dua landasan
teoritis. Adapun pada bagian ini kajiannya lebih difokuskan pada bab dua yaitu
standar kompetensi khususnya untuk kelas tiga sekolah dasar. Dari hasil kajian
terhadap kemampuan berbahasa yang harus dikembangkan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas tiga, meliputi aspek kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersastra. Kedua aspek tersebut secara rinci dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Leiy Halimak/PK- S3/UPI
184
Aspek Subaspek Materi Pokok
Kemampuan Berbahasa
• Mendengarkan • Mewicara • Membaca • Menulis
Teks-teks nonsastra
Kemampuan bersastra • Mendengarkan • Mewicara • Membaca • Menulis
Teks-teks sastra
Bagan 4. 3
Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan Bersastra
Adapun dari masing-masing subaspek tersebut, standar kompetensi yang
harus dicapai khususnya oleh peserta didik kelas 3 SD adalah sebagaimana
dikemukakan dalam bagan berikut ini.
Kompetensi Berbahasa Standar Kompetensi
1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan penjelasan petunjuk, baik petunjuk verbal maupun dengan simbol.
2. Mewicara Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui kemampuan menceritakan pengalaman lucu, menjelaskan urutan, dan mendeskripsikan tempat
3. Membaca Mampu membaca dengan pemahaman teks agak panjang dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca dalam hati secara intensif, serta membaca secara memindai suatu denah.
4. Menulis Mampu mengekspresikan berbagal pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan melalui menulis karangan dari pikiran sendiri, menyusun ringkasan bacaan, menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar seri, dan menulis petunjuk.
Kemampuan Bersastra
Mampu mengapresiasi sastra anak secara sederhana melalui kegiatan mendengarkan dongeng. bermain peran, dan mendeklamasikan/melagukan puisi anak
Bagan 4 . 4 Standar Kompetensi Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
Standar kompetensi tersebut, pada dasarnya merupakan kemampuan yang
harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti serangkaian pembelajaran bahasa
Lefy HaUmah/PK- S3/UPI
185
Indonesia di kelas tiga, dan merupakan prasyarat untuk dapat mencapai kompetensi
dasar pada jenjang berikutnya. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut maka
dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi dasar sebagaimana dikemukakan pada
bagan berikut ini.
Kemampuan Berbahasa
Kompetensi Dasar
Mendengarkan o Mendengarkan penjelasan tentang petunjuk melakukan atau membuat sesuatu
• Mendengarkan penjelasan tentang symbol/lambang lalu lintas Mewicara o Menceritakan pengalaman lucu;
a Menjelaskan urutan; • Mendeskripsikan tempat • Memberikan tanggapan dan saran terhadap suatu masalah • Melakukan percakapan melalui telepon; o Menceritakan pengalaman pribadi; a Menceritakan peristiwa alam;
Membaca • Membaca bersuara (membacakan teks) • Membaca intensif • Membaca memindai (scanning) • Membaca intensif teks fiksi/cerita agak panjang • Membaca dan memprediksi kelanjutan teks
Menulis a Menulis karangan dari pikiran sendiri a Meringkas teks narasi/cerita • Menulis karangan berdasarkan rangkaian gambar sen • Menulis petunjuk membuat mainan • Menyusun percakapan berdasarkan ilustrasi gambar
Bersastra Mendengarkan: • Mendengarkan pembacaan cerita kemudian menanggapi tokoh-
tokohnya • Mendengarkan pembacaan teks drama Mewicara: • Bermain peran yang berkaitan dengan kegiatan di sekolah • Bermain peran yang berkaitan dengan pekerjaan/profesi Membaca : • Membaca dongeng • Membaca puisi.
Bagan 4. 5 Kompetensi Dasar Siswa Kelas 3 Sekolah Dasar
b. Membuat Program dan Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil kajian terhadap sejumlah kompetensi yang harus dicapai
melalui pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 3 sekolah dasar, maka langkah
Lely Halimak/PK- S3/UPI
-1(7
selanjutnya adalah menyusun program pengembangan model p e m ' b e t e j a i a n ^ " /
Pengembangan program ini dilaksanakan pada semester 2 tahun p e 1 a ^ r a n ^ - ^ /
2003/2004. Adapun langkah-langkah penyusunan program pembelajaran, mengkuti
alur sebagaimana dikemukakan pada bagan berikut ini.
Analisis Dokumen Kurikulum - Ketentuan Umum - KBK Mata Pelajaran
-Bab 1 Pendahuluan - Bab 2 Standar
kompetensi kelas
L.
Penyusunan Program Pembelajaran
- Menentukan materi pembeajaran dan target waktu (semester, bulan dan mingguan)
PENYUSUNAN SILABUS
Pengorganisasian Materi
Pemetaan materi pembelajaran, alokasi waktu, tematik dan keterpaduan 4 ket Berbahasa
Bagan 4. £ Langkah-langkah Pengembangan Program Pembelajaran
Bagan di atas memberikan arahan bahwa pengembangan program
pembelajaran, ini ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu (a) analisis dokumen
tertulis kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia secara menyeluruh, (b)
penyusunan program pembelajaran, (c) pengorganisasian bahan ajar, dan (d)
penyusunan silabus. Adapun hasil dari pengembangan program tersebut,
sebagaimana dikemukakan pada tabel berikut ini.
Ldy llalimah/PK- S3/UPI
187
Tabel 4.1 Program Pengembangan Model Pembelajaran
Tema: Makanan Sehat
Topik Kompetensi Dasar Keterampilan Berbahasa
Alokas
Waktu
Siklus Ket Topik Kompetensi Dasar Keterampilan Berbahasa
Alokas
Waktu 1 2 3 4 5 6
Ket
Topik 1 Makanan Pokok
- Mendengarkan contoh pembacaan teks - Membaca intensif teks - Dibahas struktur (kalimat) - Mewicara, menjelaskan kembali isi teks - Menulis ringkasan isi teks
2 X 4 0 X X
Topik 2 Luk-pauk
- Membaca intensif suatu teks - Dibahas struktur bahasa (kalimat) - Menulis ringkasan isi teks - Membacakan ringkasannya - Mewicara, menanggapi laporan
2 X 4 0 X X
Topik 3 Sayur-sayuran
- Mewicara, mendeskripsikan gambar - Mendengarkan dan menanggapi - Membaca intensif suatu teks - Dibahas struktur bahasa - Menulis ringkasan sesuai isi teks
2 X 4 0 X X
Topik 4 Buah-buahan
- Mengamati objek - Menulis, mendeskripsikan objek - Membaca intensif teks - Dibahas struktur bahasa - Menulis ringkasan isi teks
2 X 4 0 X X
Topik 5 Makanan Empat Sehat Lima Sempurna
- Membaca intensif suatu teks - Menulis ringkasan sesuai isi teks - Dibahas Struktur - Mewicara (meniru model sesuai teks) - Mendengarkan dan menanggapinya
2 X 4 0 X X
Topik 6 Aku Anak Sehat
- Membacakan teks puisi - Mewicara, menjelaskan isi puisi - Membaca intensif teks cerita - Menulis ringkasan isi teks
2 X 4 0 X
Setelah dikembangkan program pembelajaran sebagaimana dikemukakan di
atas, maka langkah selanjutnya adalah pengembangan silabus untuk setiap kali
pertemuan. Adapun silabus untuk setiap kali pertemuan secara langsung
diujicobakan dan remakaman uji coba secara lengkap dikemukakan pada langkah
pelaksanaan pengembangan model pembelajaran.
Uly HaÜmak/PK- S3/VPI
188
c. Pelaksanaan Model Pembelajaran
Program pembelajaran yang telah dikembangkan ke dalam silabus
sebagaimana terlampir, kemudian dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
Berikut ini, dikemukakan rekaman hasil pengembangan model pembelajaran yang
dilakukan sebanyak lima siklus. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
dilakukan observasi dan monitoring bahkan secara cermat direkam dalam catatan
lapangan, sehingga hasilnya dapat dijadikan bahan evaluasi dan refleksi bersama
antara peneliti dan guru sehingga menjadi umpan balik bagi guru untuk perbaikan-
perbaikan pada siklus berikutnya.. Adapun, hasil rekaman dari setiap siklus
pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, dikemukakan
dalam bagan berikut ini.
Uly Halimah/PK- SS/VPI
189
Ujf Coba 1
v Desain: 1. Tema/Topik : Makanan Sehat/Makanan pokok 2. Tujuan Pembelajaran/Kompetensi dasar
• Siswa terampil membaca secara intensif teks tertentu dan menjelaskan isinya • Siswa terampil membuat ringkasan dari teks dalam beberapa kalimat dengan
menggunakan kata-kata sendiri. 3. Materi Pembelajaran
• Bahan ajar berupa teks untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan foki > pada keterampilan berbahasa tulis;
• Bahan ajar realita (sumber visual berupa gambar sesuai topik) sebagai dasar untul aktivitas berkomunikasi;
4. Metode Pembelajaran: • Metode yang mengutamakan siswa aktif belajar berkomunikasi yaitu metode
pencelupan melalui bahasa dalam teks, bahasa teman, bahasa guru {immersion method)
Prosedur Pembelajaran:
Topik: Makanan Pokok
Mewicarc
Menulis
Pelaksanaan Pembelajaran: 1. Kegiatan awal: Q Guru mengecek kehadiran siswa • Guru memperkenalkan topik yang akan dibahas 2. Kegiatan inti: • Guru meminta siswa mendengarkan dengan baik, pada saat guru membacakan teks
Guru membacakan teks, dan siswa menyimaknya Guru menjelaskan isi teks secara rinci, dan siswa menyimaknya Siswa diminta untuk membaca teks yang telah dibacakan oleh guru Guru mengajukan beberapa pertanyaan sesuai isi teks, dan siswa menjawab secara kompak
• Guru memberi tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan isi teks yang telah dibacanya dalam satu paragraf;
• Guru membacakan beberapa hasil menulis siswa, yang dilanjutkan dengan memberika komentarnya sambil memberikan penjelasan cara-cara menulis paragraf;
3. Kegiatan akhir: • Guru mengajukan pertanyaan sesuai isi teks, siswa menjawab secara kompak; • Guru menyimpulkan teks, dan siswa menyimak;
Evaluasi: a Kegiatan pembelajaran belum memberikan pengalaman berbahasa bagi siswa; a Belum tergambar pembelajaran bahasa secara utuh, o Bahan ajar belum dimanfaatkan secara tepat • Keterpaduan antar empat keterampilan berbahasa belum terkondisi dengan baik • Penguasaan topik lebih diutamakan •
Lely Halimak/PK- S3/UPI
Umpan Balik hasil evaluasi dan refleksi siklus ke 1: o Kegiatan awal belum mengkondisikan siswa untuk siap belajar; o Isi teks tidak harus dijelaskan kembali oleh guru;
Hasil tulisan siswa sebaiknya siswa sendiri yang membacanya; Menyimpulkan isi teks bukan oleh guru, sebaiknya oleh siswa dengan cara saling
•ugiftlanflkapi „,. , , JJJJJlL m.
Uji Coba 2
Desain: 1. Tema/Topik: Makanan Sehat/Lauk-pauk 2 Tujuan Pembelajaran/Kompetensi Ddasar • Siswa terampil membaca secara intensi teks tertentu dan menjelaskan isinya; • Siswa teramp membuat ringkasan dari teks dalam beberapa kalimat menggunakan kata-kat
sendiri 3. Materi Pembelajaran: • Bahan ajar berupa teks untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan focus pad
keterampilan berbahasa tulis; • Bahan ajar realita (seperti gambar sesuai topik) sebagai dasar untuk aktivitas berkomunikas 4. Metode Pembelajaran: o Metode yang mengutamakan keterlibatan siswa dalam berkomunikasi {immersion method)
Prosedur Pembelajaran:
Menyimak
Membaca
Topik: Lauk-pauk
Mewicars
Menulis
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Kegiatan awal
• Memotivasi siswa . o Guru bercerita dengan menggunakan alat Bantu gambar lauk-pauk; o Guru bersama siswa bercakap-cakap tentang isi cerita tersebut
2. Kegiatan inti • Guru langsung menugaskan siswa untuk membaca teks, dan meminta siswa menand
hal-hal penting yang ada dalam isi teks; • Guru mengajak siswa menghitung jumah paragraf yang ada dalam teks dan jumlah
kalimat daiam setiap paragraf, mencari pokok-pokok pikiran yang ada dalam setiap paragraf; Guru langsung menugaskan siswa untuk meringkas isi teks yang telah dibacanya; Guru meminta siswa secara bergantian untuk membacakan ringkasannya Guru menanggapi isi ringkasan siswa, kemudian menugaskan siswa membaca kembali i ringkasannya dan memperbaikinya;
3. Kegiatan akhir • Guru meminta siswa menceritakan kembali isi teks secara bergantian; a Tes membaca dan menulis;
Evaluasi: • Aktivitas berbahasa yang dilakukan oleh siswa mulai bervariasi dan komunikatif • Guru dan siswa, siswa dan siswa terlibat komunikasi dalam setiap tindakan berbahasa; • Penguasaan topik masih lebih diutamakan daripada keterampilan berkomunikasinya • Siswa kurang mendapatkan umpan balik sesuai dengan prestasinya
• • •
Ulv HaUmah/PK- S3/UPI
Umpan balik hasil evaluasi dan refleksi siklus ke 2 : • Guru belum mengemukakan tujuan pembelajaran, tapi sudah ada upaya lainnya untuk
memotivasi siswa belajar dengan cara memperlihatkan gambar.
• Setiap aktivitas berbahasa belum terkondisi dengan baik seperti pada saat membaca dan membacakan, berbicara dan menyimak
• Kesulitan siswa pada saat menulis ringkasan belum mendapat bimbingan dengan baik • Guru masih cukup dominan dalam penggunaan bahasa lisan • Keterpaduan kegiatan berbahasa kurang terjalin dengan baik
Uji Coba 3 Desain : 1. Tema : Makanan Sehat/Sayur-sayuran 2. Tujuan Pembelajaran/Kompetensi Dasar:
• Siswa terampil membaca secara intensif teks tertentu dan menjelaskan isinya; • Siswa terampil membuat ringkasan dari teks dalam beberapa kalimat dengan
menggunakan kata-kata sendiri 3. Materi Pembelajaran :
• Bahan ajar berupa teks untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan focus pada keterampilan berbahasa tulis;
• Bahan ajar realita (berbagai gambar sesuai topik) sebagai dasar untuk aktivitas berkmunikasi;
4. Metode Pembelajaran: • Metode yang mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif belajar berkomunikasi.
Prosedur Pembelajaran
Topik: Sayur-sayuran
Mewicarc
Menulis
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Kegiatan awal
• Siswa menyimak pembacaan teks yang dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang isi teki dan dikaitkan dengan pengalaman siswa;
a Guru mensosialisasikan Tujuan dan langkah-langkah pembelajaran; 2. Kegiatan inti
• Dalam kelompok siswa menyusun gambar, berdasarkan gambar tersebut siswa berbagi pengalaman tentang makanan yang paling disukainya, kemudian diceritakan kembali di depa kelas secara bergantian;
a Guru mengkondisi siswa untuk membaca intensif teks sesuai topik, kemudian meminta sisw secara bergantian mengungkapkan kembali hasil membacanya;
• Guru meminta siswa mencari pokok-pokok pikiran isi teks pada setiap paragraf dengan cara menandai isi teks; Guru menuliskan pokok-pokok pikiran temuan siswa di papan tulis dan membahasnya; Siswa membuat ringkasan sesuai pokok-pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kafe kata sendiri.
3. Kegiatan akhir • Guru meminta siswa membacakan ringkasannya secara bergantian, kemudian
mengomentarinya; • Guru memberi tugas untuk membaca buku yang ada di Perpustakaan dan meringkasnya.
Evaluasi: • Aktivitas berbahasa yang dilakukan oleh siswa mulai bervariasi; • Guru dan siswa terlibat komunikasi dalam setiap tindak berbahasa;
a •
Uty Holimoh/PK- S3/UP1
192
Umpan balik hasil evaluasi dan refleksi siklus ke 3: • Dominasi kegiatan berbahasa oleh guru sudah mulai berkurang; • Guru sudah berusaha untuk memberikan pengalaman berbahasa secara variatif walaupun
belum maksimal • Kreativitas guru sudah mulai berkembang dalam menggunakan media dan sumber belajar,
sehingga tampak pembelajaran secara otentik walaupun belum maksimal.
Uji Coba 4 Desain Tema . Makanan Sehat/Buah-buahan Tujuan Pembelajaran/Kompetensi Dasar:
• Siswa terampil membaca secara intensif teks tertentu untuk membuat kesimpulan isi teks; • Siswa terampil membuat ringkasan dari teks dalam beberapa kalimat dengan menggunaka
kata-kata sendiri; Materi Pembelajaran:
• Sahan ajar berupa teks untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan fokus pad keterampilan berbahasa tulis.
• Bahan ajar realita (beragam gambar sesuai topik) sebagai dasar untuk aktivitas berkomunikasi;
Metode Pembelajaran • Beberapa metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif
menggunakan bahasa secara komunikatif Prosedur Pembelajaran
Topik: Buah-buahan
Mewicara
Menulis
• •
Pelaksanaan Pembelajaran 1. Kegiatan awal
• Memotivasi siswa dengan bermain 'coba terka*, guru mendeskripsikan suatu benda dan Siswa diminta menebak, yang dilanjutkan dengan menggali pengalaman siswa.
• Memperkenalkan tujuan dan langkah-langkah KBM yang akan ditempuh siswa 2. Kegiatan inti
a Oalam kelompok siswa mengamati gambar buah-buahan sesuai topik, lalu mendeskrifsikannya. Setiap kelompok membacakan hasilnya dan kelompok lain diminta untuk menebaknya; Siswa membaca teks secara terbimbing, mendiskusikan pokok-pokok pikiran dalam setiap paragraf isi teks tersebut berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh guru;
• Guru meminta siswa menandai pokok pikiran yang terdapat dalam setiap paragrafnya sebagai dasar untuk membuat kesimpulan isi teks;
• Siswa memilih gambar buah-buahan, kemudian mengarang berdasarkan gambar tersebut dan hasilnya secara bergantian dibacakan dihadapan teman sebangkunya sehingga merek saling berbagi pengalaman;
3. Kegiatan akhir • Guru meminta siswa secara bergantian mengungkapkan kembali topik pembahasan; • Siswa membaca teks, menjawab pertanyaan, dan membuat ringkasannya;
Evaluasi : • Siswa telah mendapatkan kesempatan dalam berbagai aktivitas berbahasa, sehingga sisw
tampak senang mengikuti tugas-tugas berbahasa yang diberikan guru. •
Lcly Halimah/PK- S3/UPI
193
Umpan Balik hasil evaluasi dan refleksi siklus ke 4 : • Kreativitas guru semakin tampak dalam memberikan pengalaman berbahasa, sehingga
kegiatan berbahasa tampak otentik, kontekstual, dan bermakna bagi siswa. • Guru hendaknya mempertahankan tindakan-tindakan pembelajaran yang dianggap telah
efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar membaca dan menulis. • Guru hendaknya terus mengembangkan kreativitasnya dalam setiap kali pembelajaran,
karena apabila dihitung secara matematis akan diperoleh sebanyak 16 X (4-1) = 48 variasi pembelajaran bahasa secara utuh.
Uji Coba 5 Desain: Tema/Topik : Makanan Sehat/Makanan Empat Sehat Lima Sempurna Tujuan Pembelajaran/Kompetensi Dasar: a Siswa terampil membaca secara intensif teks tertentu dan menjelaskan isinya • Siswa terampil membuat ringkasan dari teks dalam beberapa kalimat dengan menggunaka
kata-kata sendiri Materi Pembelajaran : • Bahan ajar berupa teks sesuai topik untuk mengembangkan kemampuan berbahasa denga
fokus pada keterampilan berbahasa tulis; • Bahan ajar realita (beragam gambar sesuai topik) sebagai dasar untuk aktivitas
berkomunikasi; Metode Pembelajaran: • Metode pembelajaran yang mengutamakan pengalaman berkomunikasi (immersion method Prosedur Pembelajaarart:
Topik: Empat Sehat Lima Sempurn:.
Pelaksanaan pembelajaran 1. Kegiatan awal • Guru menceritakan gambar yang dilanjutkan dengan menggali pengalaman siswa • Guru menginformasikan tujuan dan langkah-langkah pembelajaran 2. Kegiatan inti • Guru memberi informasi singkat tentang buku-buku yang ada di perpustakaan dan membe
tugas kepada siswa untuk memilihnya dan membaca satu bab dari buku tersebut o Guru membimbing siswa ke perpustakaan dan membantu mereka untuk memilih buku yan
diminatinya, dan memilih tempat di mana mereka akan membaca buku pilihannya. • Guru membimbing siswa menmbuat ringkasan dari salah satu bab buku pilihannya. • Guru meminta siswa untuk saling menukar hasil ringakasannya dengan teman yang terdeka
kemudian saling membacakannya dan disimak oleh penulisnya. a Guru juga meminta siswa untuk melaporkan ringkasan secara lisan dan yang lainnya
menyimak agar dapat mengungkapkan kembali laporan temannya; a Seberapa siswa diminta untuk mengungkapkan kembali hasil menyimak laporan temannys
secara bergantian dan saling melengkapi satu sama lainnya; 3 Kegiatan akhir • Siswa mengerjakan tes membaca pemmahaman dan meringkas isi teks; • Siswa diberi tugas untuk melanjutkan membaca bukunya di rumah dan membuat ringkasai
dari salah satu bab buku tersebut. Evaluasi: • Kreatif guru semakin berkembang dalam menciptakan pembelajaran bahasa secara utuh • Kondisi kegiatan berbahasa yang diciptakan guru telah menggambarkan bahwa siswa belaj
Uly HaUmah/PK- S3AJPI
194
Setiap kali uji coba dilakukan, seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran direkam
yang meliputi aspek-aspek (1) prosedur pembelajaran, (2) aktivitas guru dalam
menjalankan perannya, (3) aktivitas berbahasa peserta didik, (4) kendala-kendala yang
tampak muncul pada saat proses pembelajaran, dan (5) faktor pendukung. Untuk
mengidentifikasi adanya pembahan ke arah perbaikan, maka dari setiap aspek tersebut
dirinci ke dalam sub-sub aspek yang lebih spesifik dan diberi skor maksimal 100 untuk setiap
aspeknya. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan rincian dari masing-masing aspek
sesuai dengan skornya.
1) Implementasi model pembelajaran:
a) Tema dikembangkan sebagai konteks kegiatan berbahasa (20)
b) Keterampilan dan pengetahuan bahasa dipelajari secara utuh dan jelas fokusnya (30)
c) Bahan ajar dan media pembelajaran bervariasi dan mendorong aktivitas
berkomunikasi (20)
d) Keterlibatan komunikasi antara guru dan peserta didik bervariasi dengan sistem
celup (30)
2) Aktivitas Guru dalam menjalankan perannya selama pembelajaran
a) Sebagai motivator kegiatan berbahasa peserta didik (20)
b) Sebagai model bagi peserta didik selama pembelajaran sesuai dengan keterampilan
berbahasa yang dipadukan (20)
c) Sebagai fasilitator sehingga peserta didik terlibat datam kegiatan berbahasa secara
komunikatif (20)
d) Sebagai pembimbing bagi peserta didik yang mengalami kesulitan belajar bahasa
(20)
e) Sebagai pengelola kelas yang baik sehingga tercipta kelas yang komunikatif (20)
Uly HaUmak/PK- S3/UPI
195
3) Aktivitas berbahasa peserta didik selama proses pembelajaran
a) Peserta didik menunjukkan antusias yang tinggi untuk menemukan informasi dari
beragam teks (20)
b) Peserta didik terlibat secara aktif dan komunikatif dalam beragam penggunaan
bahasa (30)
c) Setiap peserta didik mendapat kesempatan dalam beragam pengalaman aktivitas
berbahasa secara komunikatif (30)
d) Peserta didik mendapat umpan balik yang lepat dalam setiap kati adanya
peningkatan kemampuan berbahasanya (20)
4) Kendala-kendala yang muncul pada saat proses pembelajaran
a) Keterbatasan media dan sumber belajar yang digunakan guru (20)
b) Kebiasaan lama kegiatan berbahasa yang dilakukan oleh guru dan siswa selama
pembelajaran (20)
c) Kebiasaan belajar secara klasikal sebagai pengaruh dominan guru (20)
d) Kebiasaan pembelajaran yang mengutamakan pada pengetahuan bahasa atau yang
bersifat structural (20)
e) Pemahaman guru terhadap model pembelajaran bahasa secara untuh (20)
5) Faktor pendukung
a) Motivasi guru dalam berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa peserta
didiknya (50)
b) Kreativitas guru dalam mengembangkan variasi kegiatan pembelajaran bahasa (50)
Berdasarkan rincian setiap aspek dan skor yang telah ditetapkan, maka tabel berikut
ini menggambarkan perubahan-perubahan yang mengarah kepada perbaikan pembelajaran
bahasa, selama pelaksanaan uji coba, dari mulai uji coba ke-1 sampat dengan uji coba ke-5
dapat terlihat dari perolehan bobot skor untuk setiap aspek yang menjadi fokus pengamatan
Uly Halimak/PK- S3AJPI
196
dan catatan lapangan. Untuk lebih jelasnya perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabe! 4 . 2 Skor Hasil Pelaksanaan Uji Coba setiap Siklus
Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Indonesia
Aspek-aspek yang Diamati UC UC UC UC UC 1 2 3 4 5
1. Pelaksanaan Model Pembelajaran a Tema dikembangkan sebagai konteks kegiatan berbahasa (20) 5 10 15 20 20 • Ket. dan peng. Bhs. dikembangkan secara utuh, fokus jelas (30) 10 20 30 30 30 O Bahan ajar dan media bervariasi untuk aktivitas komunikasi (20) 5 10 15 15 15 • Keterlibatan guru dan siswa bervariasi dan bermakna (30) 5 10 20 20 25
Jumlah 25 50 80 85 90 2. Peran guru selama pembelajaran
• Sebagai motivator sehingga semua siswa terlibat secara aktif 5 10 10 15 20 dalam kegiatan berbahasa (20)
• Sebagai model sesuai fokus kegiatan berbahasa (20) 10 10 15 15 15 • Sebagai fasilitator sehingga siswa terlibat langsung dalam
menggunakan bahasa secara komunikatif (20) 5 10 15 15 15 a Sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
kegiatan berbahasa (20) 5 5 10 15 20 • Sebagai pengelola kelas yang baik sehingga suasana kelas
komunikatif (20) 10 10 15 20 20
Jumlah 35 45 65 80 90 3. Aktivitas berbahasa siswa
a Siswa menunjukkan antusias yang tinggi untuk menemukan informasi dari berragam teks (20) 5 10 10 20 20
• Siswa berpartisipasi secara aktif dan komunikatif dalam setiap aktivitas penggunaan bahasa (30) 10 10 15 20 25
• Setiap siswa mendapat kesempatan dalam beragam pengalaman berbahasa secara komunikatif (40) 10 20 20 30 30
• Siswa mendapat umpan balik yang tepat dalam setiap aktivitas berbahasanya (10) 5 5 5 10 10
Jumlah 30 45 50 80 85 4. Kendala Proses Pembelajaran
a Keterbatasan media dan sumber belajar yang digunakan guru (20) 20 15 - - -
• Kebiasaan kegiatan bebahasa yang dilakukan oleh guru dan siswa (20) 20 10 10 - -
• Kebiasaan cara belajar klasikal sebagai pengaruh dominan guru (20) 20 5 5 - -
a Kurangnya pemahaman guru terhadap model pembelaiaran bahasa secara utuh (20) 15 10 5 - -
• Kurangnya dedikasi guru untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan (20) 15 5 - - -
5. Faktor pendukung 50 • Motivasi guru dalam berusaha meningkatkan kemampuan 10 20 30 40 50
berbahasa siswa secara maksimal (50) • Kreativitas guru dalam menciptakan beragam pengalaman 10 20 20 30 40
berbahasa bagi siswanya (50) 90 Jumlah 20 40 50 70 90
Uly Halimah/PK- S3/UPI
197
Untuk lebih jelasnya maksud tabel di atas, berikut ini dikemukakan hasil evaluasi dan
refleksi dari masing-masing uji coba.
1) Hasil Evaluasi dan Refleksi Uji Coba 1
Pada table di atas, tampak perolehan skor dari masing-masing subaspek masih
rendah, hal tersebut disebabkan pada uji coba 1 prosedur pembelajaran masih belum
menggambarkan pengembangan model pembelajaran sebagaimana yang diharapkan.
Seperti halnya dalam aspek (1) pengembangan model pembelajaran, ini terlihat dari kondisi
masing-masing aspek, seperti tema dan topik tampaknya dianggap oleh guru sebagai materi
pelajaran bahasa Indonesia, kemudian focus keterampilan berbahasa belum jelas,
ketertibatas guru dan peserta didik dalam berkomunikasi kurang terjalin dengan baik, karena
komunikasi hanya satu arah yaitu dari guru kepada peserta didik.
Begitu pula halnya dalam aspek aktivitas guru dalam menjalankan perannya, baik
sebagai motivator, sebagai model, sebagai fasilitator, sebagai pembimbing, dan sebagai
pengelola kelas pada uji coba 1 ini belum dilakukan secara optimal, karena guru lebi
dominan sebagai pemberi informasi bagi peresta didiknya. Hal ini terlihat, walaupun peserta
didik telah membaca teks tetapi guru masih menjelaskan kembali isi teks tersebut secara
rinci. Dominan guru ini sangat berpengaruh sekali terhadap aktivitas berbahasa peserta
didik, sehingga peserta didik hanya berperan sebagai penerima pesan langsung dari guru.
Dengan kata lain kurang sekali mendapatkan kesempatan untuk melakukan tindak-tindak
berbahasa yang memberikan pengalaman nyata.
Dampak dari peran guru tersebut, terlihat pada aktivitas peserta didik. Pada uji coba
1 aktivitas berbahasa yang dilakukan oleh peserta didik lebih dominan melakukan tindak
berbahasa reseptif yaitu membaca dan menyimak. Setiap peserta didik belum dipajangkan
ke dalam berbagai pengalaman berbahasa yang komunikatif, karena setiap respon atas
stimulus yang diberikan oleh guru pada umumnya dilakukan secara bersama-sama dan
kompak. Dengan demikian, maka perolehan skor pada aktivitas berbahasa pada uji coba 1
Lely HaUmahJPK- S3/UPI
ini masih rendah. Kurangnya keterlibatan peserta didik dalam tindak-tindak berbahasa yang
komunikatif, disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya kebiasaan-kebiasaan%ebetumnya
masih sulit untuk berubah secara sekaligus. Seperti kebiasaan belajar bahasa yang hanya
mengandalkan buku paket yang dimiliki oleh siswa, pembelajaran yang biasa dilakukan
secara klasikal. Di samping itu, yang lebih berpengaruh, tentunya dalam hal ini, karena guru
belum memahami dengan baik tuntutan-tuntutan yang harus dikembangkan dalam model
pembelajaran.
2) Hasil Evaluasi dan refleksi Uji Coba 2
Tindakan evaluasi dan refleksi sebagaimana dideskripsikan di atas, dilakukan
bersama antara peneliti dan guru. Dengan demikian, maka guru menyadari akan
kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang sudah dikembangkan pada uji coba
1, dan semuanya itu dijadikan dasar bagi perbaikan pada uji coba siklus selanjutnya,
sehingga pada uji coba ke 2 terlihat adanya perbaikan-perbaikan tindakan dan tentunya skor
pada uji coba ke 2 ini ada peningkatan pula.
Perubahan-perubahan ke arah perbaikan pada uji coba ke 2 ini terjadi hampir pada
setiap aspek. Seperti pada aspek prosedur pengembangan model pembelajaran, tampak
ada perbaikan karena pada aspek ini, guru mulai memahami bahwa tema dan topik
bukanlah materi pembelajaran yang harus diajarkan pada pembelajaran bahasa Indonesia.
Focus pembelajaran sudah mulai tampak jelas yaitu pada salah satu pengembangan
keterampilan berbahasa yang dalam hal ini keterampilan berbahasa tulis (membaca dan
menulis). Keterlibatan antara guru dan peserta didik dalam berkomunikasi sudah mulai
bervariasi, seperti guru mengadakan Tanya jawab dengan peserta didik tentang isi teks yang
telah dibaca oleh peserta didik, guru meminta peserta didik untuk membacakan tulisannya
dan menaggapinya. Yang semuanya itu, merupakan gambaran dari kelas pembelajaran
bahasa secara utuh, walaupun belum dilakukan secara maksimal.
Lefy HaUmah/PK- S3/UP1
199
Adanya perubahan peran guru, yang dalam uji coba 1 guru masih sangat dominan
sebagai sumber informasi, dalam uji coba 2 mulai ada perbaikan yaitu berkurangnya
dominasi guru dengan cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
membaca yang ditindaklanjuti dengan tanya jawab isi teks untuk mengetahui pemahaman
hasil baca peserta didik, dan kegiatan tersebut ditindak lanjuti dengan pemberian tugas
menulis yang hasilnya dikomentari oleh guru. Dengan demikian, guru telah ada upaya
kearah pengembangan perannya baik sebagai motivator, model, fasilitator, maupun sebagai
pembimbing dan pengelalola kelas yang cukup membuat peserta didik tampak cukup aktif
walaupun belum berdampak pada semua peserta didik.
Sebagaimana dikemukakan di atas, adanya perubahan peran guru akan berdampak
pada aktivitas belajar peserta didik. Pada uji coba 2 ini, peserta didik tampak cukup variatif
dalam melakukan tindak-tindak berbahasa, seperti mereka tampak cukup antusias untuk
memahami isi teks dan antusias pula pada saat guru mengajukan peretanyaan-pertanyaan
berkaitan dengan isi teks. Aktivitas berbahasa lainnya yang dilakukan oleh peserta didik
yaitu menulis yang dalam hal ini membuat ringkasan isi teks. Akan tetapi, dalam melakukan
tugas ini tampaknya peserta didik masih mendapat kesulitan karena mereka belum mengerti
cara-cara meringkas. Walaupun guru menjelaskannya, tetapi baru dapat dimengerti oleh
sebagian kecil peserta didik, sementara sebagian besarnya belum memahaminya. Akan
tetapi, walaupun demikian begi sebagian besar peserta didik yang belum mengerti tetap
mereka mencoba untuk menulis sesuai tugasnya.
Adanya perubahan kondisi kelas ke arah perbaikan, pada dasarnya tidak terlepas
dari upaya guru dalam mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh kebiasaan
lamanya. Seperti penggunaan media yang berupa gambar sebagai upaya guru memotivasi
peserta didik tampak cukup menarik minat peserta didik untuk membaca teks. Begitu pula
penggunaan sumber belajar tidak terbatas pada buku teks bidang studi bahasa Indonesia,
tetapi guru memanfaatkan teks yang ada dalam buku teks bidang studi IPA dan Pendidikan
Lefy Halimah/PK- S3/UPI
200
Olah Raga yang kebetulan sesuai dengan tema dan topik yang dikembangkan. Selain itu.
kebiasaan belajar secara klasikal diatasi dengan kegiatan belajar secara individual yaitu
pada saat peserta didik harus membaca dan membuat ringkasan. Dengan demikian
hambatan-hambatan pada uji coba 2 cukup baik diatasi oleh guru sehingga perolehan skor
pada aspek ini ada peningkatan.
Peningkatan perolehan skor terjadi pada aspek faktor pendukung, yang dalam hal ini
tampak karena guru mulai menunjukkan motivasi yang cukup tinggi untuk menciptakan kelas
yang komunikatif, sehingga sangat berpengaruh pada adanya kreativitas guru dalam
menciptakan beragam aktivitas berbahasa bagi peserta didiknya. Faktor pendukung ini,
sangat diperlukan karena tanpa adanya motivasi dan kreativitas guru, maka pembelajaran
bahasa akan monoton. Artinya kondisi pembelajaran bahasa kurang diminati oleh peserta
didik. Akan tetapi pada uji coba 2 tampaknya guru mulai senang melihat tindakan-tindakan
berbahasa yang dilakukan oleh peserta didiknya.
3) Hasil Evaluasi dan Refleksi Uji Coba 3
Sebagaimana dilakukan pada akhir pembelajaran, peneliti dan guru secara
kolaboratif berbincang-bincang tentang pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru.
Bagaimana menurut guru tentang pembelajaran yang telah dilakukan pada uji coba 2 yang
dipadukan dengan masukan dari peneliti. Hasil penilaian dari guru sendiri dan peneliti ini
dijadikan bahan refleksi yang kemudian dijadikan dasar bagi perbaikan-perbaikan pada
tahap uji coba 3. Tahap kolaboratif mi merupakan tahap yang tampaknya sangat berarti bagi
guru, karena pada tahap ini guru tampak sangat antusias untuk meningkatkan kinerjanya
sesuai dengan model pembelajaran yang sedang dikembangkan.
Dengan mulai tumbuh kembangnya rasa ketertarikan yang tinggi dari pihak guru,
maka perubahan-perubahan ke arah perbaikan pada uji coba 3 ini tampaknya sangat berarti,
karena banyak sekali perbaikan-perbaikan pada setiap aspeknya yang terlihat dari adanya
Lely Halimah/PK- S3/UPI
201
peningkatan peroiehan skornya. Seperti pada aspek prosedur pembelajaran pada setiap
subaspeknya secara kuantitatif telah mencapai peroiehan skor maksimal. Itusuatu pertanda
bahwa apa yang diharapkan diwujudkan oleh guru dalam pengembangan model
pembelajaran bahasa Indonesia secara utuh telah dilakukan dengan baik sekali.
Perbaikan pada aspek aktivitas guru dalam menjalankan perannya selama
pembelajaran secara kuantitatif dilihat dari peroiehan skor pada umumnya sudah
memperoleh skor maksimal, walaupun ada beberapa aspek yang masih harus lebih
ditingkatkan. Sub aspek yang harus ditingkatkan kembali terutama dalam peran guru
sebagai model masih kaku dan dalam peran guru sebagai pembimbing, karena kurangnya
pematian yang sungguh-sungguh kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajar membaca dan menulis.
Dampak dari adanya perbaikan peran guru, terlihat pada aktivitas peserta didik dalam
belajar bahasa. Apabila dilihat dari setiap sub aspek aktivitas berbahasa peserta didik secara
kualitatif sebagaimana tampak pada tabel di atas, beberapa sub aspek sudah mencapai
peroiehan skor maksimal. Sementara pada sub aspek lainnya masih belum maksimal,
terutama dalam sub aspek antusias peserta didik untuk mendapatkan informasi dari teks,
dan setiap peserta didik belum terlibat secara aktif dalam beragam pengalaman berbahasa.
Oleh karena itu, kedua sub aspek tersebut harus lebih ditingkatkan kembali pada uji coba
selanjutnya.
Adanya perbaikan aktivitas belajar peserta didik dalam kegiatan berbahasa, tidak
terlepas dari upaya guru untuk mengatasi berbagai kendala, seperti mengurangi kebiasaan
guru yang mendominasi aktivitas berbahasa (biasanya guru lebih banyak berbicara
sementara peserta didik kurang mendapatkan kesempatan). Sub aspek lainnya, seperti
penataan kelas yang biasanya klasikal tenis telah ada perbaikan melalui adanya variasi lain
walaupun belum dilakukan secara maksimal. Subaspek lainnya, yang masih harus
Uly HaUmak/PK- S3/VPI
202
ditingkatkan adalah motivasi dan kreativitas guru dalam menggunakan beragam teknik
pembelajaran bahasa yang lebih kondusif pada terciptanya model pembelajaran bahasa.
4) Hasil Evaluasi dan Refleksi Uji Coba 4
Pada uji coba 4 tampilan guru dalam pengembangan model pembelajaran bahasa
dilihat secara kuantitatif dengan berdasarkan pada criteria yang telah ditetapkan telah
mencapai peroiehan skor maksimal. Dengan demikian, maka secara kualitatif sudah baik
yang artinya bahwa pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, terutama dalam berkomunikasi secara
tertulis.
Keberhasilan guru dalam pengembangan model pembelajaran bahasa ini, tidak lepas
dari hasil evaluasi dan refleksi uji coba 3 yang memberikan banyak masukan pada guru
sekaitan dengan aspek-aspek mana yang sudah dikembangkan dengan baik dan yang
masih harus terus ditingkatkan. Dengan cara itu, tampaknya sangat membantu guru dalam
memahami karakteristik model pembelajaran bahasa yang dikembangkan, dan pemahaman
tersebut direalisasikannya melalui perbaikan kembali perencanaan dan pelaksanaan
pembelajarannya. Dampaknya dapat dilihat pada aktivitas peserta didik yang secara
beragam memperoleh pengalaman berbahasa, baik pengalaman berbahasa tulisan maupun
pengalaman berbahasa secara lisan dalam konteks tertentu yang dalam hal ini konteksnya
yang berkaitan dengan buah-buahan.
Aktivitas yang memberikan pengalaman berbahasa bagi peserta didik pada uji coba 4
ini sangat beragam, mulai dari permainan coba terka yang merupakan kondisi awal yang
diciptakan oleh guru tampak membuat peserta didik berusaha memahami teks yang
dibacakan oteh guru dan mencari jawabannya. Kondisi tersebut, telah membuat peserta
didik siap untuk mengikuti langkah pembelajaran selanjutnya. Adapun yang sangat
menantang bagi peserta didik dalam kegiatan inti, yaitu saat mereka diminta untuk
Lely HaUmak/PK- S3/UPI
203
berkelompok dan setiap kelompok dibagi beberapa gambar buah-buahan yang tugasnya
adalah membuat deskripsi gambar tersebut yang meminta untuk ditebak namanya oleh
kelompok lain. Pengalaman berbahasa dalam diskusi kelompok ini tentunya sangat
membantu meningkatkan kemampuan berkomunikasi, karena mereka saling menyampaikan
pendapatnya kemudian ditanggapi bersama, dan apabila disepakati baru menjadi bahan
masukan untuk melengkapi deskripsi tulisannya. Kegiatan yang tampaknya sangat
menyenangkan mereka yaitu pada saat mereka saling membacakan tulisannya dan
kelompok yang lain diminta untuk menebaknya. Dalam kondisi ini, mereka begitu bergembira
dan bebas mengekspresikan kemampuan berbahasanya baik secara tertulis maupun
lisan.Contoh salah satu hasil diskusi mereka dalam mendeskripsikan salah satu gambar
buah-buahan.
• Warna kulisnya hijau ada belang-belangnya; • Warna dalamnya sebagian merah dan sebagian lagi agak putih; • Di dalamnya banyak bijinya, dan warna bijinya hitam dan bentuknya kecil-kecil: • Rasanya manis, dan banyak airnya;
• Buah apa namanya?
Maksud deskripsi tersebut mengacu kepada salah satu jenis buah-buahan yaitu buah
semangka yang dengan mudah dapat ditebak oleh kelompok lain. Komentar temannya dan
guru bahwa deskripsi tersebut belum lengkap, sehingga kelompok tersebut harus
melengkapi deskripsinya. Adapun hasil perbaikan deskripsinya menjadi seperti berikut.
a Kulitnya berwarna hijau dan ada belang-belangnya a Bagian isinya yang suka dimakan sebagian berwarna merah dan sebagian lagi
berwarna agak putih. • Pada bagian isinya banyak bijinya dan warnanya hitam dan bentuknya kecil-kecil • Beratnya ada yang dua kilogram ada juga yang satu atau kurang dari satu
kilogram. • Rasanya manis dan banyak airnya. • Buah apa namanya?
Kegiatan berbahasa tersebut tampaknya memberikan arahan kepada peserta didik
untuk mengenal bahwa dalam suatu teks yang dibaca tentunya ada suatu pokok pikiran
yang terkandung di dalamnya, dan itu yang harus ditemukan oleh pembaca. Oleh karena itu,
Uly Halimah/PK- S3/UP1
Y „ - S' •*• 3 C*
! ; ^ .• ^
tepat sekali apabila langkah selanjutnya peserta didik diminta untuk membaca*. sBa tdwks ' ^v
yang sesuai dengan topik tersebut yang kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan)
isi teks tersebut.
5) Hasil Evaluasi dan Refleksi Uji Coba 5
Apabila dilihat dari aktivitas guru dan peserta didik pada uji coba 4, sebenarnya guru
telah mengambangkan mode) pembelajaran dengan baik. Akan tetapi, untuk
memaksimalkan kreativitas guru dan aktivitas belajar serta hasil belajar peserta didik, maka
dilakukan uji coba 5. Alasannya, karena pengembangan model pembelajaran tidak ada
acuan langkah-langkah yang baku. Oleh karena itu, sangat tergantung dari pemahaman
guru terhadap konsep model pembelajaran tersebut dan kemamuan menerapkannya serta
kreativitasnya.
Pada uji coba 5 ini semua aspek yang menjadi criteria penilaian terhadap
pengembangan model pembelajaran dilihat dari perolehan skor rata-rata telah sampai pada
skor maksimal, yang secara kualitatif adalah sangat baik yang ditafsirkan akan berarti bagi
peningkatan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi secara tertulis. Kegiatan yang
kondusif diciptakan oleh guru yaitu mengajak peserta didik ke perpustakaan. Guru
membimbing peserta didik untuk memilih buku yang ada di perpustakaan, membimbing
mereka memilih tempat yang dianggap menyenangkan untuk membaca. Kegiatan ini
ditindaklanjuti dengan kegiatan meringkas isi bacaannya berdasarkan pengalaman
meringkas sebelumnya.
Kegiatan yang tampaknya disenangi oleh mereka, yaitu saat mereka membacakan
(melaporkan) tulisannya. Yang lebih menarik adalah antusias peserta didik yang lainnya saat
mendengarkan tulisan temannya, karena isi buku yang mereka baca berbeda satu dengan
yang lain walaupun masih dalam ruang lingkup tema "Makanan Sehat.' Dengan demikian,
berarti kondisi yang diciptakan oleh guru dengan menyediakan beragam pengalaman
Uly HaUmok/PK- S3/UPI
205
berbahasa yang dilakukan oleh guru dan peserta didik, melalui keterpaduan yang harmonis
antara keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lainnya (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) yang dikemas melalui suatu konteks telah benar-benar mewujudkan
pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia secara hoiistic, kontekstual, otentik,
dan berdasarkan aaneka bahan bacaan.
3. Bentuk Akhir Model Hasil Uji Coba
Setelah dilakukan lima siklus uji coba pelaksanaan model pembelajaran
tersebut, dengan tema makanan sehat yang dijabarkan ke dalam lima topik untuk
dijadikan dasar atau bahan ajar aktivitas berbahasa peserta didik. Berikut ini,
merupakan hasil penilaian dan refleksi setiap siklus uji coba sebagaimana telah
dikemukakan di atas, pada uji coba siklus ketiga, keempat, dan kelima telah
menunjukkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang lebih baik, maka
pada akhirnya dapat diidentifikasi bentuk akhir model pembelajaran,
a. Tahap Pengembangan Perencanaan Pembelajaran
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa perencanaan pembelajaran
dibuat dalam bentuk format sebagaimana biasanya dibuat oleh guru di lapangan.
Dalam hal ini maksudnya menyesuaikan dengan yang ada di lapangan. Adapun
langkah-langkahnya adalah analisis kurikulum, membuat program yang meliputi
pemilihan tema, kompetensi yang akan dicapai, dan waktu pelaksanaan.
Dalam memilih tema dilakukan secara kolaborafjf, guru diajak memilih tema
dan menjabarkannya ke dalam sejumlah topik yang relevan dengan pusat minat dan
kebutuhan peserta didik dalam belajar bahasa. Penjabaran tema ke dalam sejumlah
topik dilakukan dengan cara pembuatan peta konsep atau jaringan keterkaitannya
Lety Hdtimak/PK- S3/UPI
206
antara topik yang satu dengan topik yang lainnya dan dapat pula dengan topik-topik
menarik dari pokok bahasan yang terdapat pada bidang studi yang lain, kemudian
dikaitkan pula dengan keterampilan berbahasa yang akan dikembangkan melalui
peta konsep pufa.
Pengembangan jaringan antara tema dengan sejumlah topik, maksudnya
agar guru mempunyai gambaran yang luas tentang tema dan keterkaitannya dengan
keterampilan berbahasa yang akan dilakukan oleh peserta didik. Pada tahap ini,
guru diingatkan bahwa tema dan topik bukan materi pembelajaran yang harus
dipelajari oleh peserta didik, karena dalam pembelajaran bahasa, tema dan topik ini
merupakan sarana pengembangan keterampilan berkomunikasi baik produktif
maupun reseptif secara lisan dan tulisan.
Setelah ditetapkan tema dan topik serta kompetensi yang akan dicapai, dan
waktu pelaksanaannya, langkah selanjutnya guru membuat perencanaan atau
silabus. Pada tahap perencanaan ini, guru menentukan topik sesuai tema,
kompetensi yang akan dicapai, materi pokok, sumber dan media serta pengalaman
belajar, termasuk format untuk penilaian aktivitas berbahasa.
Dalam menyusun pengalaman belajar, yang harus menjadi pertiatian guru
adalah mengutamakan pada aktivitas berbahasa secara holistik. Maksudnya empat
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, mewicara, membaca, dan menulis dan
pengetahuan bahasa dikembangkan secara terpadu tan kontekstual. Dalam
pengembangan semua itu, yang harus menjadi perhatian utama guru adalah yang
menjadi fokus atau kompetensi yang akan dicapai, tetapi yang lainnya menjadi
penunjang atau dasar bagi keterampilan yang menjadi fokus tersebut. Seperti untuk
meningkatkan keterampilan menulis dapat difasilitasi dengan melalui membaca,
Lefy HalimahWK- S3AJPI
207
mewicara dan menyimak, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini diperlukan kreativitas
dan keterpahaman guru akan konsep bahasa sebagai suatu sistem.
Dalam mengembangkan pengalaman belajar, agar pembelajaran menjadi
kontekstual dan otentik, guru harus memfasilitasinya dengan beragam bahan bacaan
yang sesuai dengan topik yang akan menjadi konteks kegiatan berbahasa. Selain itu,
dapat pula dipilih berbagai gambar, atau media realita lainnya yang relevan untuk
menjadi konteks kegiatan berbahasa.
b. Tahap Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses pembelajaran dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap kegiatan akhir pembelajaran. Ketiga
tahap ini, pada dasarnya merupakan langkah-langkah pembelajaran pada umumnya.
Dengan demikian, maka akan sangat membantu bagi guru dalam mengalokasikan
waktu dan dalam mengelola aktivitas belajar peserta didik.
Pada tahap kegiatan awal pembelajaran, guru mengkondisikan peserta didik
agar siap belajar yaitu melalui kegiatan membangkitkan pengelaman peserta didik
yang sesuai dengan topik yang akan dikembangkan. Upaya membangkitkan
pengalaman peserta didik ini sangat membuthkan kemampuan dan kreativitas guru,
yang dalam pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
melalui tanya jawab, bercerita, membacakan cerita, coba terka, reka cerita gambar,
dan sebagainya. Yang penting pada tahap ini adalah menciptakan suasana yang
menyenagkan sejak awal pembelajaran. Setelah itu, baru guru mensosialisasikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilakukan oleh peserta didik.
Lely Halimak/PK- S3AJPI
208
Pada tahap kegiatan inti, tidak ada ketentuan harus dimulai dari kegiatan apa,
yang jelas guru dapat mengembangkan prosedur pembelajaran di antara keempat
keterampilan dan pengetahuan berbahasa secara terpadu. Artinya, pembelajaran
dapat dimulai dari kegiatan membaca, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
menulis kemudian mewicara, dan menyimak, atau sebaliknya. Keterampilan apa saja
yang akan menjadi fokus pembelajaran, atau bahkan keempat-empatnya dapat
menjadi fokus.
Adapun yang harus menjadi perhatian guru adalah menciptakan lingkungan
yang kondusif sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik untuk mencari,
menemukan, mengembangkan imajinasi secara kreatif. Pada setong ini guru
mengutamakan untuk terciptanya situasi penggunaan bahasa sebagaimana secara
aiami peserta didik belajar bahasa. Dengan kata lain, guru melibatkan peserta didik
dalam berbagai aktivitas berbahasa baik lisan maupun tulis, yang artinya peserta
didik harus secara otentik melakukan aktivitas berbahasa, seperti untuk terampil
membaca harus melalui membaca, dan begitu pula dengan keterampilan yang lain.
Pada tahap kegiatan inti pelajaran ini, topik menjadi sangat penting karena
merupakan sarana kegiatan berbahasa atau menggambarkan pembelajaran bahasa
yang kontekstual. Pembelajaran bahasa yang kontekstual ini, menggambarkan
adanya keterpaduan antara pembelajaran bahasa dengan materi pembelajaran yang
lain. Dengan demikian, maka pembelajaran bahasa menjadi bermakna, karena
selain peserta didik belajar keterampilan bahasa juga mereka mengkaji topik-topik
yang menarik dari berbagai mata pelajaran yang lain. Selain itu, pembelajaran
bahasa layaknya dalam suasana aktivitas berbahasa sehari-hari sebagaimana
peserta didik belajar bahasa dalam kehidupan sehari-harinya.
Uly HaUmah/PK- S3/UPI
209
Adapun pada tahap kegiatan akhir pembelajaran, merupakan tahap
pengembangan lebih lanjut kegiatan berkomunikasi. Dalam hal ini, guru melibatkan
peserta didik dalam berbagai cara, seperti melaporkan hasil kegiatan menulisnya
yang dilanjutkan dengan pemberian tanggapan. Selain itu, dapat membuat
kesimpulan bersama dengan cara saling barbagi informasi baik hasil membaca,
menyimak, maupun hasil menulisnya. Pada tahap ini, yang diutamakan adalah
kegiatan berbahasanya, artinya walaupun cara-cara yang ditempuh sama dengan
cara yang ditempuh pada pembelajaran pada umumnya, tetapi guru bahasa harus
melihatnya dari aspek keterampilan berbahasanya.
Sesuai dengan tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan proses
pembelajaran yang telah dilakukan sebanyak lima kali uji coba, yang rata-rata setiap
kali uji coba dalam satu siklusnya dilakukan dua sampai tiga kali pertemuan. Berikut
ini dikemukakan bentuk akhir model pembelajaran hasil pengembangan.
I
Lely HaUmah/PK- S3/UPI
Desain: 1. Tema/topik Hasil curah pendapat yang disesuaikan dengan minat dan pengalaman siswa
2. Tujuan Pembelajaran/Kompetensi Dasar : > Tujuan pembelajaran mengutamakan pada ketercapaian standar kompetensi berbahasa tul
dan mengembangkan keterampilan berbahasa lisan; > Mendorong pengembangan konsep diri dan kemampuan mengaktualisasikan diri;
3. Materi Pembelajaran > Bahan ajar berupa tekstual untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dengan fokus
pada keterampilan berbahasa tulis; > Bahan ajar realita (beragam gambar sesuai tema) sebagai dasar untuk aktivitas
berkomunikasi;
4. Metode Pembelajaran : > Metode pencelupan {immersion method) melalui bahasa buku, bahasa teman, bahasa gun
bahasa percakapan informal yang melibatkan siswa berkomunikasi.
Prosedur Pembelajaran :
Tema: Makanan
Sehat
Implementasi: 1. Kegiatan awal
« Upaya kegiatan berbahasa yang menyenangkan sejak awal, memotivasi siswa agar terlibat komunikasi dalam menggali pengalaman siswa sesuai topik. Misalnya melalui: membacakan cerita, bercakap-cakap, bercerita, atau simak terka;
* Sosialisasi tujuan pembelajaran dan langkah-langkah belajar yang aka ditempuh siswa. 2. Kegiatan inti
> Pada tahap ini siswa dilibatkan dalam beragam pengalaman kegiatan menggunakan bahas secara komunikatif melalui
• Menyimak • Mewicara • Membaca • Menulis
Secarafleksibel dapat dimulai dari menyimak/membaca/mewicara/ menulis, dan pengalaman berbahasa lisan dapat dijadikan dasar bagi aktivitas berbahasa tulis atau sebaliknya yang dikondisi secara holistik kontekstual, otentik, dan bermakna.
3. Kegiatan akhir • Menyimpulkan atau melaporkan hasil kegiatan berbahasa; • Tindak lanjut pembelajaran
Penilaian : • Penilaian dilakukan secara informal pada saat proses pembelajaran, dan penilaian hasil
dapat berupa tes atau tugas sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Bagan 4. 7 Bentuk Akhir Model Pembelajaran Hasil Pengembangan
LelyHaUmah/PK- S3/UPI
211
C. Hasil Uji Coba Pengembangan Model Pembelajaran
Pada bagian ini dikemukakan hasil uji coba pengembangan model
pembelajaran. Terutama berkenaan dengan (1) peningkatan kemampuan dan kinerja
guru, (2) peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, dan (3) skenario
model pembelajaran.
1. Kemampuan dan Kinerja Guru
Pengembangan model pembelajaran bahasa Indonesia dalam pelaksanaan
Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa fndonesia, sangat menuntut adanya
persyaratan minimum yang harus dimiliki oleh guru, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a. Kemampuan dan Kinerja Guru pada Tahap Perencanaan Pembelajaran
Model pembelajaran bahasa yang dikembangkan dalam penelitian ini, sangat
menuntut adanya kesiapan dan kreativitas dari guru. Mengingat model ini
dikembangkan secara tidak terstruktur, sebagaimana halnya dikemukakan oleh para
pendukung pergerakan pendekatan bahasa menyeluruh, bahwa yang harus
diperhatikan oleh guru adalah mengutamakan agar peserta didik memperoleh
pengalaman dalam berbagai aktivitas menggunakan bahasa secara komunikatif,
dengan memberikan waktu yang lebih banyak pada kegiatan membaca dan menulis.
Adapun kemampuan dan kreativitas yang dimaksud adalah dalam hal-hal berikut ini.
Langkah pertama, yaitu analisis kurikulum. Pada tahap analisis kurikulum ini,
sebaiknya dilakukan secara menyeluruh terhadap semua aspek dokumen tertulis
kurikulum. Dengan demikian, guru akan dapat menangkap pesan-pesan yang
dimaksud dalam setiap aspek dan komponen yang terdapat dalam kurikulum
tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud meliputi rasional, pengertian, fungsi, dan
Lely Halimah/PK- S3/UPI
212
ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran, dan rambu-rambunya. Sedangkan
komponen-komponen utama yang harus dikembangkan oleh guru, meliputi standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan hasil belajar, serta indikatornya. Pemahaman
yang baik terhadap seluruh aspek atau komponen yang terdapat dalam dokumen
tertulis kurikulum tersebut, akan mampu memberikan arahan bagi guru baik dafam
membuat perencanaan maupun dalam pelaksanaan kurikulum tersebut
Langkah kedua, yaitu memilih pendekatan yang akan dikembangkan. Setelah
guru dipandang telah memahami kurikulum yang akan dilaksakannya, maka guru
diperkenalkan pada pendekatan pembelajaran yang akan dikembangkan dalam
rangka pelaksanaan kurikulum tersebut. Dalam hal ini, guru diperkenalkan pada
pendekatan pembelajaran bahasa menyeluruh atau "whole language approach".
Untuk memahami pendekatan ini, guru secara kolaboratif bersama peneliti mengkaji
hakekat pendekatan pembelajaran tersebut, sehingga hasil kolaboratif ini, diyakini
guru memahami dengan baik dan mempunyai gambaran untuk melaksanakan
pendekatan tersebut.
Langkah ketiga, yaitu memilih tema dan menentukan topik. Pada langkah ini,
yang harus diperhatikan oleh guru adalah berkenaan dengan apa yang menjadi
kebutuhan peserta didik mengenai bahasa yang akan dipelajarinya. Bertolak dari
teori kebutuhan dan prinsip-prinsip yang ditegaskan dalam kurikulum mata pelajaran
bahasa Indonesia, menurut Supamo (1993:8) secara garis besar dapat dipolakan ke
dalam dua jenis kebutuhan yang harus dipersiapkan untuk peserta didik. Kebutuhan
pertama adalah tema yang dijabarkan menjadi sejumlah topik. Tema dan topik itulah
yang memberikan dan menjadi konteks pemakaian bahasa. Kebutuhan kedua
Lely Hatimak/PK- S3/VPI
213
adalah kemampuan berbahasa sebagai alat pengungkap dan penangkap tema dan
topik.
Langkah keempat, yaitu mengidentifikasi kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator yang akan dicapai. Pada langkah ini, orientasinya pada kompetensi yang
tercantum dalam dokumen tertulis kurikulum. Dengan demikian, guru harus memilih
kompetensi berbahasa dari sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan sesuai
dengan kelasnya. Dalam hal ini, diperlukan kecermatan guru agar keterampilan
berbahasa yang akan dipelajari oleh peserta didik mempunyai keterkaitan satu sama
yang lainnya. Maksudnya, dengan memfokuskan pada satu atau dua keterampilan
berbahasa, maka keterampilan berbahasa yang lainnya dapat pula dikembangkan.
Seperti dalam penelitian ini, yang telah dilaksanakan sebanyak lima siklus,
fokusnya pada upaya agar peserta didik memiliki kompetensi dasar dalam membaca
intensif dan menulis ringkasan. Untuk mewujudkan agar peserta didik menjadi
kompeten, tentunya tidak dapat dicapai hanya melalui satu kali pembelajaran, tetapi
diperlukan kondisi-kondisi pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
berlatih secara berkelanjutan sehingga pada akhirnya kompetensi tersebut dapat
dimilikinya dengan baik. Dengan demikian, maka dalam merumuskan kondisi
pembelajaran, harus diperhatikan di antaranya peserta didik itu sendiri, perilaku yang
harus dimiliki oleh peserta didik, kondisi yang menimbulkan perilaku tersebut, dan
pada tingkat mana kemampuan itu diharapkan.
Langkah kelima, yaitu merencanakan materi pokok, sumber, dan media
pembelajaran. Materi pembelajaran bahasa, pada dasarnya tidak lepas dari
keterampilan berbahasa dan pengetahuan bahasa. Keterampilan berbahasa meliputi
keterampilan menyimak, mewicara, membaca, dan menulis. Sedangkan
Ldy Halimah/PK- S3/UPI
214
pengetahuan bahasa meliputi kosakata dan struktur bahasa. Baik keterampilan
berbahasa maupun pengetahuan bahasa tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu, yang
menjadi materi pembelajaran bahasa, dapat berupa bahan ajar tekstual, bahan ajar
tugas, dan bahan ajar realita yang mengacu kepada tema dan topik sebagai saran
atau media untuk melakukan aktivitas komunikasi secara utuh. Dengan demikian,
maka yang menjadi bahan ajar untuk mencapai kompetensi membaca intensif dan
menulis ringkasan isi teks, digunakan buku-buku teks berbagai bidang studi yang
terkait dengan tema dan topik, cerita anak-anak, majalah anak-anak, surat kabar,
gambar-gambar, brosur, peta, buku resep masakan, buku dan pengalaman peserta
didik itu sendiri, termasuk hasil menulis peserta didik dapat dijadikan bahan ajar
sebagai dasar untuk melakukan aktivitas berkomunikasi.
Langkah keenam, yaitu merencanakan pengalaman belajar. Pada langkah
ini, guru mengembangkan fangkah-langkah atau kondisi pembelajaran, dari mulai
kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, sampai kegiatan akhir. Dalam setiap
langkah pembelajaran, lebih mengutamakan pada upaya melibatkan peserta didik
dalam berbagai aktivitas berbahasa secara optimal. Maksudnya, bahwa dalam
konteks pembelajaran bahasa secara utuh keterlibatan peserta didik dalam
berkomunikasi secara otentik, kontekstual, bermakna atau fungsional sangat
diutamakan. Salah satunya melalui metode pencelupan atau "immersion method",
yaitu peserta didik dicelup melalui berbagai pengalaman berbahasa baik melalui
bahasa yang terdapat dalam berbagai teks, bahasa guru, bahasa teman-temannya,
dan melalui kegiatan mendemonstrasikan kemampuan berbahasanya atau
keterlibatan secara langsung dalam penggunaan bahasa itu sendiri.
Lely Halimak/PK- Si/VPI
215
Dalam merancang aktivitas belajar peserta didik ini, tentunya sangat
diharapkan adanya kreativitas guru. Akativitas belajar berbahasa dapat dimulai dari
menyimak atau dimulai dari mewicara atau dimulai dari membaca, dan menulis
dalam satu kesatuan waktu yang kemudian diikuti dengan kegiatan menulis,
membaca, dan mewicara. Dengan aktivitas berbahasa seperti itu maka secara
matematis akan diperoleh setidak-tidaknya 16 X (4-1) = 46 variasi pembelajaran
keterampilan berbahasa terpadu. Dengan 48 variasi itu, dan dengan beragam
sumber belajar yang digunakan peserta didik, maka kondisi pembelajaran akan
membuat peserta didik tidak merasa bosan atau jenuh mengikuti pembelajaran
bahasa. Bahkan menjadi sebaliknya, proses pembelajaran bahasa Indonesia
menjadi sangat menyenangkan sebagai dampak dari adanya kreatif guru dalam
merencanakan pembelajaran.
Langkah ketujuh, yaitu merencanakan penilaian. Penilaian dalam
pembelajaran bahasa secara utuh pada dasarnya lebih mengutamakan adanya
penilaian secara informal selama proses pembelajaran. Atau penilaian ini
merupakan bagian terpadu yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajara itu
sendiri. Oleh karena itu, penilaian disusun dalam bentuk lembar pengamatan
(nontes) dan dalam bentuk tugas, dan dapat pula melalui tes formatif.
Untuk mewujudkan perencanaan pembelajaran yang dapat mengakomodasi
ide-ide yang terdapat dalam pendekatan bahasa menyeluruh, maka pada tahap
awal pembuatan perencanaan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara
guru dan peneliti. Sedangkan pada tahap-tahap selanjutnya guru mempunyai
motivasi untuk mencoba membuat perencanaan pembelajaran sendiri, yang hasilnya
dikaji ulang bersama sebelum dilaksanakan.
Uty HaUmah/PK- S3/UPI
216
Berdasarkan pada langkah kerja di atas, maka perencanaan pembelajaran
hasil pengembangan , diwujudkan dalam bentuk format sebagaimana dikemukakan
pada bagan berikut ini.
Identitas Perencanaan Pembelajaran:
Mata Pelajaran
Kelas/Semester Tema/Topik Aspek Berbahasa : Waaktu
Kompeten Hasil j Indikator Pengalaman Sumber Penilaian
si Dasar Belajar i
Belajar Belajar dan Media
Deskripsi Deskripsi ! Deskripsi Deskripsi Deskripsi PenHaian tentang apa unjuk kerja gagasan pengalaman berbagai yang harus (kinerja) dari , kunci nyata yang sumber belajar - Kkinerja diketahui dan kompetensi 1 tentang dilakukan siswa dan media dilakukan yang . kinerja siswa dalam berbagai pembelajaran: - Produk siswa secara seharusnya l yang dapat aktivitas - Bahan ajar terus- telah siswa ! ditunjukkan berbahasa secara tekstual -menerus: ketahui, melalui komunikatif, Portofolio
lakukan, dan tulisan kontekstual, - Bahan ajar Kompetensi sikapi sebagai presentasi tematik, terpadu. tugas - Tes komunikatif hasil dan kinerja dan bermakna Lisan: pembelajaran dalam tes sejak kegiatan: - Bahan ajar -Menyimak atau tugas realita -Mewicara yang
dihasilkan 1. Pendahuluan
- Bahan ajar Kompetensi . siswa. nara sumber komunikatif 2. Inti Tulis; -Membaca -Menulis 3. Akhir/Penutup
Bagan 4. g' Format Perencanaan Pembelajaran Hasil Pengembangan Model Pembelajaran
b. Kinerja Guru pada Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Sejalan dengan perencanaan pembelajaran yang telah dikembangkan, maka
langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran dengan berpedoman pada
perencanaan tersebut Dalam pelaksanaannya, juga sangat menuntut adanya
kreativitas guru terutama dalam mengelola kegiatan belajar mengajar, menciptakan
Uly llaUmah/PK- S3/UPI
217
lingkungan kelas yang mendorong peserta didik memperoleh kesempatan yang
banyak untuk berinteraksi dengan bahan bacaan, baik untuk membaca maupun
untuk menulis. Dengan kata lain, guru harus menciptakan stuasi kelas agar menjadi
wahana bagi peserta didik untuk belajar berkomunikasi baik lisan maupun tulis.
Berikut ini, dikemukakan kemampuan yang harus,dimiliki guru dalam setiap tahap
pembelajaran.
Pada tahap pendahuluan kegiatan pembelajaran, guru sangat dituntut untuk
mampu menciptakan suasana yang dapat membuat peserta didik tertarik dan siap
untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru,
di antaranya melalui kegiatan apersepsi, yaitu membawa dunia peserta didik ke
dunia guru dengan cara menggali pengalaman, peristiwa, pikiran, dan perasaan
peserta didik. Kemudian mengaitkannya dengan topik yang akan menjadi kajian
peserta didik dalam kegiatan berbahasa. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
berbagai aktivitas yang mendorong peserta didik untuk berkomunikasi, seperti
melalui rangsangan teks, rangsangan tugas, dan rangsangan reaiita.
Pada tahap pendahuluan yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus
mensosialisasikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini
penting, untuk membuat peserta didik mengetahui apa yang akan dicapai dan
langkah-langkah kegiatan belajar yang akan ditempuhnya. Dengan demikian,
peserta didik akan merasa mempunyai tanggung jawab untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Apalagi kaiau guru pandai mempengaruhi peserta didik
dalam hal ini menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang rasional
dapat dimengerti oleh peserta didik.
Lety Haiimak/PK- SS/UPI
217
lingkungan kelas yang mendorong peserta didik memperoleh kesempatan yang
banyak untuk berinteraksi dengan bahan bacaan, baik untuk membaca maupun
untuk menulis. Dengan kata lain, guru harus menciptakan stuasi kelas agar menjadi
wahana bagi peserta didik untuk belajar berkomunikasi baik lisan maupun tulis.
Berikut ini, dikemukakan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam setiap tahap
pembelajaran.
Pada tahap pendahuluan kegiatan pembelajaran, guru sangat dituntut untuk
mampu menciptakan suasana yang dapat membuat peserta didik tertarik dan siap
untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru,
di antaranya melalui kegiatan apersepsi, yaitu membawa dunia peserta didik ke
dunia guru dengan cara menggali pengalaman, peristiwa, pikiran, dan perasaan
peserta didik. Kemudian mengaitkannya dengan topik yang akan menjadi kajian
peserta didik dalam kegiatan berbahasa. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
berbagai aktivitas yang mendorong peserta didik untuk berkomunikasi, seperti
melalui rangsangan teks, rangsangan tugas, dan rangsangan realita.
Pada tahap pendahuluan yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus
mensosialisasikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini
penting, untuk membuat peserta didik mengetahui apa yang akan dicapai dan
langkah-langkah kegiatan belajar yang akan ditempuhnya. Dengan demikian,
peserta didik akan merasa mempunyai tanggung jawab untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Apalagi kalau guru pandai mempengaruhi peserta didik
dalam hal ini menyampaikan tujuan pembelajaran dengan bahasa yang rasional
dapat dimengerti oleh peserta didik.
Uly Halimah/PK- S3/UP1
218
Pada tahap kegiatan inti pembelajaran, yang utama adalah kreativitas dalam
mengoptimalkan aktivitas belajar peserta didik. Sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran bahasa secara utuh, yang dilandasi oleh teori belajar kognitif dan
humanistik. Dalam hal ini guru dituntut untuk secara kreatif menata aktivitas belajar
agar peserta didik mempunyai pengalaman berbahasa secara komunikatif,
kontekstual, terpadu, dan bermakna. Yang dalam hal ini aktivitas menyimak,
mewicara, membaca, dan menulis merupakan proses konstruktif yang berlangsung
secara dinamis. Selama aktivitas tersebut berlangsung guru harus mengembangkan
kemampuan berbahasa sekaligus membangun kemampuan berpikir secara kritis dan
kreatif, serta mengembangkan konsep diri dan rasa percaya diri peserta didik.
Dari hasil uji coba pengembangan model pembelajaran, kreativitas guru
berkembang dari uji ctba ke satu hingga uji coba kelima^Seperti kreativitas dalam
mengembangkan bahan ajar. Selama pembelajaran, guru mengembangkan bahan
ajar berupa bahan ajar tekstual maupun bahan ajar realita yang berupa aneka
gambar yang relevan dengan tema dan topik. Bahan ajar tersebut, oleh guru
digunakan sebagai dasar untuk membina peserta didik melakukan aktivitas
berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Selain itu, bahan ajar tersebut juga
dijadikan media untuk memperkaya pembendaharaan kata peserta didik, dan
memberikan pengetahuan bahasa berupa struktur bahasa.
Adanya kreativitas dalam penggunaan bahan ajar tampaknya berdampak
pada perubahan peran guru yang semula lebih berperan sebagai sumber informasi
dalam arti guru lebih banyak berbicara menyampaikan materi pelajaran. Secara
bertahap dari mulai uji coba 1 sampai dengan uji coba 5 pada setiap kegiatan inti
pembelajaran, guru mengarahkan aktivitas belajar peserta didiknya melalui
Lely liatimah/PK- S3/UPI
r' f
Uly Halimak/PK- S3/UPI
serangkaian aktivitas kegiatan berbahasa secara variatif. Seperti pada uj i coba 1 .
prosedur pembelajaran dimulai dari kegiatan menyimak, yang dilanjutkari dengan
kegiatan membaca, menulis, dan mewicara. Prosedur itu selama siklus 1 yang
dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan terus dipertahankan. Uji caba 2 prosedur
pembelajaran dimulai dari kegiatan membaca, membahas struktur, dilanjutkan
dengan kegiatan menulis, menyimak dan mewicara, dan prosedur tersebut dalam
siklus kedua ini juga dipertahankan. Walaupun pada uji coba 1 dan uji coba 2 ini
belum sebagaimana yang diharapkan dalam merangkaikan setiap aktivitas
belajarnya. Akan tetapi dilihat dari aktivitas peserta didik tampaknya mereka
menyenangi aktivitasnya.
Adapun pada uji coba 3 prosedur pembelajaran dimulai dengan kegiatan
mewicara, menyimak, dan dilanjutkan dengan kegiatan membaca dan menulis,
tampaknya lebih dinamis dan lebih berarti. Sedangkan uji coba 4 prosedur
pembelajarannya dimulai dari kegiatan mengamati suatu objek yang dilanjutkan
dengan kegiatan mewicara, membaca dan menulis. Pada uji coba 5 prosedur
pembelajarannya dimulai dari kegiatan membaca, dilanjutkan dengan menulis,
kemudian dibahas struktur bahasa, dan dikembangkan kemampuan mewicara dan
menulis.
Secara rinci keempat aspek keterampilan berbahasa yang dilakukan oleh
peserta didik selama pengembangan model pembelajaran ini, meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut ini.
Kegiatan membaca, peserta didik melakukan kegiatan membaca agar
memiliki kompetensi membaca secara intrensif. Untuk itu, maka kegiatan membaca
dilakukan melalui berbagai cara, seperti membaca dalam hati, membaca bersama
I
220
antara guru dan peserta didik, membaca terbimbing, dan membaca bebas. Tindak
lanjut setelah peserta didik membaca juga dapat dilakukan melalui berbagai cara,
seperti menghitung jumlah paragraf, mengitung jumlah kalimat dalam setiap
paragrafnya, mencari dan menemukan serta menandai pokok-pokok pikiran yang
terdapat dalam setiap paragraf, menjawab beberapa pertanyaan sesuai isi bacaan,
atau menceritakan kembali isi bacaan. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan
secara kelompok, individual, atau secara klasikal.
Kegiatan menulis, peserta didik melakukan kegiatan menulis. Kegiatan
menulis diarahkan agar peserta didik mempunyai kompetensi meringkas isi bacaan.
Untuk itu, maka tugas menulis sebagai lanjutan dari kegiatan membaca. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui kegiatan menulis terbimbing, seperti menufiskan pokok-
pokok pikiran yang terdapat dalam setiap paragraf, mengembangkan kembali pokok-
pokok pikiran tersebut menjadi karangan yang utuh sesuai pemahaman mereka
terhadap isi teks yang telah dibacanya, dan pada akhirnya mereka dibimbing agar
dapat meringkas isi bacaan dengan baik. Kegiatan menulis ini dapat dilakukan
secara klasikal yaitu semua menulis hal yang sama sesuai hasil diskusi kelas, dapat
pula dilakukan secara kelompok yaitu menuliskan hasil temuan atau pemikiran
kelompok, dan dapat pula dilakukan secara individual yaitu berdasarkan pemikiran
sendiri.
Kegiatan menyimak, peserta didik menyimak pada saat guru atau temannya
membacakan suatu teks, menyimak apa yang diceritakan atau pendapat temannya,
menyimak laporan hasil membaca atau tulisan temannya, dan menyimak hasil
menulisnya yang dibacakan oleh temannya. Kegiatan ini, dikondisikan dengan baik
dan dilakukan secara bergantian, seperti satu orang peserta didik ke depan untuk
Uly HaUmah/PK- S3AJPI
221
membacakan apa yang telah ditulisnya dan yang lainnya menyimak dengan cermat,
agar dapat menanggapinya. Variasi kegiatan menyimak di antaranya, mereka saling
menyimak temannya saat membaca antarkelompok atau antarindividu.
Kegiatan mewicara, dapat dilakukan di depan kelas, dapat pula dalam
kelompok, bahkan pada saat diskusi antar kelompok. Kegiatan tersebut, dapat
berupa mengungkapkan kembali secara lisan apa yang telah dibacanya atau apa
yang telah ditulisnya termasuk pengalamannya yang sesuai dengan topik yang
dibahas. Kegiatan mewicara ini sangat variatif diciptakan oleh guru, sehingga yang
tadinya peserta didik kurang berani untuk ke depan melaporkan apa yang telah
dibacanya atau yang telah ditulisnya, ternyata secara perlahan melalui
pengembangan model pembelajaran bahasa secara utuh ini dapat mendorong
mereka untuk berani mengungkapkannya secara lisan di depan kelas.
Selain menuntut adanya kreativitas dari guru dalam menciptakan keutuhan
dalam belajar bahasa Indonesia, yang tidak kalah pentingnya adalah peran guru
sebagai model. Secara alami, peserta didik sebelum sekolah mereka belajar bahasa
dengan cara meniru orang tuanya dalam berbahasa. Mereka melakukannya dengan
cara mencoba dan mencoba mengucapkan kata-kata yang pemah didengarnya pada
saat orang tuanya mewicara, dan pada saat anak mencoba belajar mewicara, orang
tua biasanya menikmati dan senang mendengarkannya. Contoh tersebut,
memberikan gambaran bahwa di kelas bahasa secara utuh, guru harus menjadi
pendengar yang baik pada saat peserta didik mewicara, dan menjadi pembicara
yang baik pada saat guru mewicara kepada mereka. Begitu pula dalam upaya
mengembangkan kemampuan membaca dan menulis. Guru harus menjadi model
yang baik pada saat membaca nyaring, dengan demikian peserta didik dapat
hely Halimah/PK- SS/UPI
222
menirunya baik untuk mengembangkan kemampuan membacanya maupun
kemampuan menulisnya.
Selain peran guru sebagai model, juga guru dituntut untuk berperan sebagai
fasilitator, motivator, pembimbing, dan pengelola kelas yang mampu
menumbuhkembangkan kompetensi komunikatif peserta didiknya. Pengembangan
semua peran tersebut sangat diperlukan dalam setiap kali proses pembelajaran.
Dengan demikian, guru harus enerjik dalam mengikuti aktivitas berbahasa yang
dilakukan oleh setiap peserta didik. Dalam pengembangan model pembelajaran ini,
guru harus mampu berkolaborasi dengan peserta didik dalam berbagai aktivitas
berbahasa, baik pada saat peserta didik menyimak, mewicara, membaca, maupun
menulis. Dengan kata lain, guru hendaknya mengkondisikan kelasnya agar semua
peserta didik memilih untuk belajar tanpa ada rasa takut salah dalam berkomunikasi.
Berdasarkan hasi) uji coba pengembangan model pembelajaran, maka
langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan guru, dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Lely Halimah/PK- S3/UPI
223
- '--
Kegiatan Pendahuluan • Curah pendapat tentang tema/ topik kegiatan berbahasa; • Diskusi tentang topik pilihan untuk mengaktifkan skemata siswa melalui
rangsangan teks/gambar/pengalaman siswa; • Sosialisasi tujuan dan langkah-langkah pembelajaran;
Kegiatan Inti
Mengutamakan pengalaman siswa dalam berbagai aktivitas berbahasa (menyimak, mewicara, membaca, dan menulis) secara kontekstual, otentik, terpadu, dan fungsional, melatui-kegiatan r- -tk^ { y? , . * ' i •<•-1. Kegiatan prabaca-tulis; melalui serangkaian informasi/ pertanyaan/
tugas, dialog, diskusi; 2. Fokus pada strategi kegiatan membaca dan menulis sesuai kompetensi
yang akan dicapai; 3. Kegiatan pascabaca-tulis secara variatif, seperti
o berbagi informasi perolehan membaca dan menulis melalui diskusi; o menceritakan kembali apa yang telah dibaca atau telah ditulisnya; o melaporkan secara tertulis;
Kegiatan Akhir Menyimpulkan hasil kegiatan berbahasa Evaluasi informal dilakukan selama aktivitas berbahasa (menyimak, mewicara, membaca, dan menulis); Evaluasi hasil (pemahaman isi bacaan dan kemampuan menulis)
Bagan 4. Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa secara Utuh
Lefy Halimak/PK- S3/UPI
224
2. Aktivitas dan Kemampuan Peserta Didik
Untuk menyajikan hasil uji coba pengembangan model pembelajaran, berikut
ini dikemukakan (a) aktivitas belajar peserta didik selama pembelajaran, dan (b)
kamempuan membaca-dan menulis hasil pengembangan model,
a. Aktivitas Belajar peserta didik
Dengan adanya pembahan peran guru dari sebagai sumber informasi yang
bergerak secara bertahap menjadi pembimbing, motivator, fasilitator, bahkan
menjadi model dalam memerankan setiap tindak berbahasa tampak dengan jelas
sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar dan kemampuan berbahasa peserta
didik terutama dalam kemampuan membaca dan menulis.
Dari setiap uji coba yang dilakukan sebanyak 5 siklus, memberikan gambaran
adanya peningkatan aktivitas belajar yang sangat berarti. Aktivitas belajar yang
dimaksud yaitu bahwa dalam setiap kali proses pembelajaran, peserta didik
melakukan tindak berbahasa secara beragam yang meliputi kegiatan membaca teks,
menulis, menyimak, dan mewicara. Keempat keterampilan berbahasa ini secara
bervariasi dilakukan oleh peserta didik, seperti dalam satu kali proses pembelajaran
peserta didik memulai kegiatan berbahasanya dengan membaca yang dilanjutkan
dengan mewicara (mendiskusikan isi bacaan) langkah selanjutnya, mereka menulis
misalnya meringkas isi bacaan yang dilanjutkan dengan membacakan hasil
rangkasannya.
Selain bervariasi dalam melakukan tindak berbahasa dalam empat
keterampilan berbahasa, dalam satu keterampilan berbahasa juga dapat dilakukan
secara bervariasi. Seperti kegiatan membaca yang dilakukan peserta didik di
Ldy Halimak/PK- S3AJPI
225
antaranya membaca nyaring, membaca bersama guru, membaca bersama-sama
teman, membaca terbimbing, membacakan kembali tulisannya, dan membaca dalam
hati secara individual. Kegiatan membaca yang bervariasi seperti itu, tampaknya
membuat peserta didik senang melakukannya, apalagi dengan teks bacaan yang
juga berasal dari berbagai sumber dengan tema dan topik yang tampak diminatinya
yaitu berkaitan dengan makanan sehat.
Kegiatan membaca yang tampaknya disukai oleh mereka, yaitu pada saat
mereka diminta mencari dan menemukan serta menandai pokok-pokok pikiran dari
setiap paragraf. Apalagi ketika guru, memberikan kebebasan kepada mereka untuk
menandai atau menggarisbawahi temuannya dengan bolpoin, pinsil, spidol, atau
stabilo. Kegiatan membaca yang dilakukan seperti itu, tampaknya sangat membantu
peserta didik dengan mudah memahami isi bacaan.
Menulis melalui rangsangan teks atau buku dan gambar tampaknya membuat
peserta didik senang melakukannya. Kegiatan menulis yang dilakukan oleh peserta
didik pun cukup bervariasi, seperti menyalin kembali atau menuliskan kembali pokok-
pokok paragraf yang telah digarisbawahinya, mengarang atau mengembangkan
kembali pokok-pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata-kata sendiri,
menceritakan kembali isi teks secara tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri,
menjawab pertanyaan secara tertulis, dan membuat ringkasan isi teks.
Kegiatan mendengarkan yang dilakukan oleh peserta didik cukup beragam,
seperti mendengarkan pada saat guru membacakan teks dan memberikan
penjelasan, juga mendengarkan pada saat temannya membacakan tulisannya. Dari
hasil pengematan, diketahui bahwa mereka kurang menyukai kegiatan
mendengarkan yang terlalu lama. Qieh karena itu, pada uji coba selanjutnya
Lely HaUmak/PK- S i/V P)
226
diupayakan agar peserta didik tidak terlalu banyak diberi waktu untuk
mendengarkan, karena kurang efektif.
Kegiatan mewicara yang dilakukan oleh peserta didik juga beragam, seperti
melalui kegiatan diskusi yang dikondisi oleh guru secara klasikal maupun diskusi
dalam „kelompok kecil, juga melalui tanya jawab yang semuanya membicarakan
tentang topik yang sedang dibahasnya. Kegiatan diskusi dalam kelompok kecil
tampaknya sangat mendorong mereka untuk saling mengemukakan pendapatnya,
berbagi pengalaman dengan temannya. Kegiatan mewicara yang belum diminati
pada umumnya adalah apabila peserta didik diminta untuk bercerita atau
menceritakan kembali apa yang telah dibacanya di depan kelas. Mal ini terlihat
apabila guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk ke depan, pada
umumnya mereka tidak mau, alasannya malu.
b. Kemampuan Membaca dan Menulis
Berdasarkan kondisi belajar sebagaimana dikemukakan di atas, tampaknya
sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa tulis. Hai tersebut, terbukti
dengan adanya peningkatan kemampuan membaca dan menulis dilihat dari
perolehan skor hasil tes yang dilakukan sebanyak tiga kali. Maksudnya, untuk
mengukur kemampuan memahami isi bacaan dan kemampuan menulis dari 5 kali uji
coba dilakukan tes sebanyak 3 kali, yang dilakukan pada akhir pembelajaran uji
coba 1, uji coba 3, dan uji coba 5. Adapun hasilnya adalah sebagaimana tertera
pada tabel berikut ini.
Uly HaOmak/PK- S3/UPI
Tabel 4 . 3 Skor Hasil Tes Membaca \
Uji Coba N Skor Min Skor Maks Skor Rata-rata Std. Deviasi 1 32 21 89 60.53 18.76 2 32 43 93 66.81 13.54 3 32 50 100 69.28 12.95
Apabila rata-rata skor tersebut dikonversikan ke dalam bentuk bagan, akan
tampak peningkatan hasilnya sebagaimana tertera pada bagan berikut ini.
7 0 -
KEMAMPUAN MEMBACA
Uji Coba 1 Uji Coba 2 Uji Coba 3
( 0 Bagan 4 . 9
Grafik Perolehan Skor Tes Membaca
Untuk melihat signifikansi perbedaan yang terjadi antara skor hasil uji coba 1,
2, dan 3, maka dilakukan analisis statistik dengan uji t sampel berpasangan. Dalam
hal ini skor hasil tes uji coba 1 dipasangkan dengan hasil uji coba 2, dan skor hasil
tes uji coba 2 dipasangkan dengan skor hasil tes uji coba 3. Kedua berpasangan
tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut ini.
Lefy Halimah/PK- S3/ÜPI
228
H T e s I
• T e s 2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Case Number
f/ Bagan 4 . 1 0
Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 1, Uji Coba 2 (membaca)
Dengan menggunakan program SPSS ver. 10, maka hasil uji t dari kedua
skor hasil tes membaca yaitu dari uji coba 1 dan 2 ini adalah sebagai berikut.
Tabel 4 . 4 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 1, Uji Coba 2 (membaca)
n Mean Std Nilai t df Sig. (2-tailed)
Uji Coba 1 32 60.5313 i 18.76164 4.482 31 0.01 Uji Coba 2 32 I 66.8125 13.54428
4.482 31 0.01
t tabel nya 3.646
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan membaca
antara skor hasil tes uji coba 1 dengan skor hasil tes uji coba 2. Hal ini ditandai
dengan diperolehnya hasil uji 14.482 dalam tingkat signifikansi 0.01, dengan derajat
kebebasan (df) 31 adalah 3.646.
Adapun skor hasil tes uji coba 2 yang dipasangkan dengan skor hasil tes uji
coba 3 dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Lety Halimak/PK- S3/UPI
229
B Tes 2
• T e s 3
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Case Number
Bagan 4 .11 Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 2 dan Uji Coba 3 (membaca)
Dengan menggunakan program SPSS ver. 10, maka hasil uji t adalah sebagai
berikut.
Tabel 4 . 5 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 2, dan Uji Coba 3 (membaca)
n Mean Std Nilai t df Sig. (2-tailed)
Uji Coba 2 32 66.8125 13.54428 3.840 31 0.01 Uji Coba 3 32 69.1875 12.95012
3.840 31 0.01
t tabelnya 3.646/2.750
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi antara skor
hasil tes uji coba 2 dengan skor hasil tes uji coba 3. Hal tersebut ditandai dengan
diperolehnya hasil uji t 3.640 dalam tingkat siginifikansi 0.01 dengan derajat
kebebasan (df) sebesar 31 adalah 2.750.
Sementara untuk mengukur kemampuan menulis, berdasarkan hasil tes
kemampuan menulis yang dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada akhir uji coba 1, 3,
dan 5 diperoleh rata-rata dari masing-masing tes tersebut seperti tampak pada tabel
berikut ini.
Lely HaUmah/PK- S3/UPI
230
Tabel 4 . 6 Skor Hasil Tugas Menulis
Uji Coba N Skor Min Skor Maks Skor Rata-rata
Std. Deviasi
1 32 15 88 56.12 21.79 2 32 25 88 63.13 17.78 3 32 54 91 72.31 10.10
Jika perolehan skor rata-rata tersebut dikonversikan ke dalam bagan, maka
akan tampak sebagaimana terlihat pada bagan berikut ini.
KEMAMPUAN MENULIS
80 Mmmmm&zm
I
55-S « '3 I : :A?K?ÍS:X ::Í
¡lllllllll flPj Uji Coba 1 Uji Coba 2 Uji Coba 3
Bagan 4 . 1 2 Grafik Perolehan Skor Tes Menulis
Untuk melihat signifikasi perbedaan peningkatan antara hasil tes uji coba 1
sampai hasil tes uji coba 3, dilakukan analisis statistik dengan uji t sampel
berpasangan. Dalam hal ini hasil tes uji coba 1 dipasangkan dengan hasil tes uji
coba 2, dan hasil tes uji coba 2 dipasangkan dengan hasil tes uji coba 3. Adapun
perbedaan peningkatan dari kedua berpasangan tersebut dapat dilihat pada bagan
berikut ini.
Lefy H<dimah/PK- S3AJPI
231
HTes l
•Tes 2
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Case Number
Bagan 4.13
Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 1 dan Uji Coba 2 (menulis)
Dengan menggunakan program SPSS ver.10, perbedaan peningkatan skor
hasil tes uji coba 1 dan uji coba 2 maka hasil uji t adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 1, Uji Coba 2 (menulis)
n Mean Std Nilai t df Sig. (2-tailed) Uji Coba 1 32 56.12 21.79577 2.825 31 .008 Uji Coba 2 32 63.13 17.78682
2.825 31 .008
t tabelnya 2.750
Tabel 4. di atas menunjukkan ada perbedaan kemampuan menulis antara
skor hasil tes uji coba 1 dengan skor hasil tes uji coba 2. Hal ini ditandai dengan
diperolehnya hasil uji t 2.825 dengan menggunakan daftar distribusi t, dapat
ditemukan bahwa harga t tabel, pada tingkat signifikasi 0.008 dengan derajat
kebebasan (df) sebesar 31 adalah 2.750. dengan demikian t hitung > t tabel.
-f
Bagan berikutnya menunjukkan grafik berbedaan skor hasil tes uji coba 2
yang dipasangkan dengan skor hasil tes uji coba 3.
Lely Halimah/PK- S3/Í1PI
232
B Tes 2
•Tes 3
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 2S 27 29 31
CaseNumber
Bagan 4 . 1 4 ' ^ Grafik Perolehan Skor Tes Uji Coba 2, dan Uji Coba 3 (menulis)
Melalui pengolahan dengan menggunakan program SPSS ver. 10, hasil uji t
dari kedua skor hasil tes uji coba 2 dan 3 sebagaimana ditunjukkan pada bagan
tersebut adalah sebagai berikut ini.
Tabel 4 . 8 Hasil Uji t Perolehan Skor Tes Uji Coba 2, Uji Coba 3 (menulis)
n Mean Std Nilai t df Sig. (2-tailed) Uji Coba 2 32 63.13 17.78682 4.217 31 .001 Uji Coba 3 32 72.31 10.10664
4.217 31 .001
t tabel 3.646
Tabel 4. di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan
menulis dilihat dari skor hasil uji coba 2 dengan skor hasil uji coba 3. Hal tersebut
ditandai dengan diperolehnya hasil uji t 4.217. Dengan menggunakan daftar
distribusi t dapat ditemukan bahwa harga t tabel pada tingkat signifikansi 0.001
dengan derajat kebebasan (df) 31 adalah 3.646. Dengan demikian, maka t hitung > t
tabel.
Adanya peningkatan kemampuan membaca dan menulis sebagaimana
di kemukakan di atas, pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh peran guru.
lely Halimak/PK- S3/ÜPI
233
Maksudnya, pada uji coba ke 1 guru masih terbiasa dengan perannya sebagai
sumber informasi, sehingga apabila peserta didik telah membaca, maka guru
menjelaskan kembali isi bacaan. Dalam hal ini, guru terlalu khawatir apabila peserta
didik kurang dapat memahami apa yang dibacanya. Kekhawatiran tersebut secara
perlahan-lahan berkurang sebagai pengaruh dari adanya kegiatan refleksi yang
selalu dilakukan bersama antara guru dan peneliti setelah selesai proses
pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi yang dilakukan bersama setelah setiap kali
proses pembelajaran, ternyata sangat membantu guru selain lebih memahami
hakekat dari model pembelajaran yang dikembangkannya, juga guru semakin
terampil dalam penerapan model pembelajaran tersebut Hal tersebut, terbukti dari
adanya peningkatan skor perolehan tes kemampuan membaca dan menulis yang
dilakukan sebanyak tiga kali.
D. Hasil Uji Validasi Pengembangan Model Pembelajaran
Setelah dilakukan uji coba pengembangan model pembelajaran, maka
langkah selanjutnya adalah uji validasi model hasil pengembangan. Oleh karena itu,
berikut ini dikemukakan hasil uji validasi terutama dampaknya terhadap (1) kinerja
guru, dan (2) kemampuan peserta didik.
1. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Terhadap Kinerja Guru
Sebelum uji validasi dilakukan, peneliti terlebih dahulu mengajak guru-guru
yang termasuk kelompok eksperimen, untuk menganalisis kurikulum 2004 mata
pelajaran bahasa Indonesia, kemudian memperkenalkan konsep model
pembelajaran bahasa Indonesia hasil pengembangan, dan meminta mereka
mempelajari perencanaan pembelajaran yang telah dikembangkan sesuai dengan
Lefy Halimak/PK- S3/UPI
234
model tersebut. Setelah mereka memahami dan merasa siap untuk
melaksanakannya, maka uji validasi dilaksanakan. Sedangkan bagi guru-guru yang
tergabung pada sekolah kelompok kontrol, mereka tidak diberi informasi tentang
model pembelajaran dan perencanaannya, tetapi hanya diberikan teks dengan
seperangkat tugas untuk mengukur kemampuan membaca dan menulis peserta
didiknya.
Dari hasil uji validasi, dapat diidentifikasi adanya perbaikan kinerja guru
selama proses pembelajaran, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia kondusif
bagi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Perbaikan yang dimaksud, di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dilaksanakan secara Kontekstual
Sesuai dengan tema yang dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang relevan
yang kemudian dibuat jaringan keterkaitannya dengan keterampilan berbahasa,
maka kegiatan pembelajaran dalam hal ini aktivitas berbahasa seperti menyimak,
mewicara, membaca, dan menulis berkaitan dengan tema dan topik tersebut Tema
pilihan adalah "Makanan Sehat" dan topik-topiknya yaitu makanan pokok, lauk-pauk,
sayur-sayuran, buah-buahan, dan makanan empat sehat lima sempurna. Setiap
topik dikembangkan dalam satu siklus, yang setiap pembelajaran peserta didik
melakukan kegiatan berbahasa berkaitan dengan topik tersebut.
Pada siklus pertama topik yang dipilih peserta didik yaitu makanan pokok.
Dengan demikian, kegiatan menyimak, mewicara, membaca, dan menulis berkenaan
dengan makanan pokok. Begitu pula pembahasan tentang kosa kata, kal imat dan
paragraph dikaji berdasarkan pada teks yang berkaitan dengan topik makanan
pokok. Dalam hal ini, topik makanan pokok dihubungkan dengan pokok bahasan
Lefy HaUmah^S- S3/UPI
235
mata pelajaran sain, ilmu pengetahuan sosial, dan pendidikan olah raga dan
kesehatan. Siklus pertama ini dilakukan sebanyak tiga kati pertemuan, dengan
demikian secara berkelanjutan peserta didik belajar keterampilan berbahasa dengan
fokus pada keterampilan membaca dan menulis melalui topik tersebut
Begitu pula .pada siklus-siklus berikutnya, yang secara urut siklus kedua
topiknya tentang lauk-pauk, siklus ketiga tentang sayur-sayuran, siklus keempat
tentang buah-buahan, dan siklus kelima tentang makanan empat sehat lima
sempurna. Tema dan topik itulah yang menjadi konteks kegiatan berbahasa baik
dalam kegiatan menyimak, mewicara, membaca, dan menulis, termasuk dalam
pembahasan tata bahasanya. Dengan demikian, maka pembelajaran bahasa
Indonesia secara utuh ini bersifat kontekstual, karena kegiatan berbahasa dilakukan
sebagaimana peserta didik belajar bahasa dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dilaksanakan secara Otentik
Model pembelajaran bahasa Indonesia secara utuh, iebih mengutamakan
pada pengelolaan kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan berbagai aktivitas berkomunikasi. Dengan demikian, mereka belajar
keterampilan berbahasa secara langsung, maksudnya pada saat peserta didik
difokuskan untuk belajar membaca, maka guru mengkondisikan kelas agar peserta
didik membaca teks yang telah disiapkan oleh guru. begitu pula pada saat peserta
didik harus belajar menulis, guru memberikan kesempatan kepada peserta didiknya
untuk menulis. Dengan demikian, belajar membaca melalui membaca, belajar
menulis melalui menulis, belajar mewicara melalui latihan mewicara, dan begitu pula
belajar menyimak melalui banyak menyimak.
Lely Halimak/PK- S3/UP1
236
Melalui model pembelajaran bahasa Indonesia hasil pengembangan, guru
dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, karena guru dapat
memanfaatkan kegiatan membaca untuk mengembangkan kemampuan menulis,
dan sebaliknya kegiatan menulis dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Bahkan kegiatan menyimak dan mewicara dikondisikan untuk
mengembangkan kemampuan membaca, dan menulis. Dengan demikian, kegiatan
berbahasa yang satu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa yang lainnya.
c. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dilaksanakan secara Terpadu
Model pembelajaran bahasa Indonesia hasil pengembangan, mengkondisikan
kelas dengan berbagai aktivitas berbahasa yang mencakup keempat keterampilan
berbahasa yaitu menyimak, mewicara, membaca, dan menulis secara konsisten
diupayakan secara terpadu. Maksudnya, kegiatan berbahasa yang satu
ditindaklanjuti dengan kegiatan berbahasa yang lainnya. Seperti kegiatan membaca
ditindaklanjuti dengan kegiatan mewicara, atau menulis, begitu pula sebaliknya
misalnya kegiatan menulis ditindaklanjuti dengan kegiatan membaca dan
ditindaklanjuti pula dengan kegiatan mewicara dan menyimak.
Selain terpadu dalam empat keterampilan berbahasa, sebagaimana telah
dikemukakan di atas model pembelajaran bahasa Indonesia secara utuh ini
memadukannya dengan wilayah mata pelajaran yang lain. Dalam hal ini, peserta
didik belajar keterampilan berbahasa sementara mereka juga mengkaji topik-topik
dari berbagai mata pelajaran, sesuai dengan tema dan topik yang telah dikemukakan
di atas.
Lefy HaUmak/PK- S3/VPI
237
Terselenggaranya pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, pada
dasarnya tidak terlepas dari pengaruh peran guru dan kreativitasnya. Dengan kata
lain, guru mempunyai peran yang strategis dalam berbagai upaya meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran bahasa Indonesia.
Kesadaran guru yang tinggi terhadap karakeristik model pembelajaran ini,
tentunya telah berdampak pada peran strategisnya selama proses pembelajaran.
Dalam hal ini guru di antaranya telah berusaha untuk berperan sebagai psikolog atau
pembimbing, sebagai fasilitator, juga sebagai motivator. Dalam perannya sebagai
pembimbing, guru menjadi mengerti terhadap kebutuhan dan masalah peserta
didiknya. Sedangkan dalam perannya sebagai fasilitator, guru menjadi lebih
banyak memberikan kemudahan bagi peserta didiknya dalam belajar berkomunikasi.
Adapun dalam perannya sebagai motivator, dalam hal ini guru berusaha terus untuk
menumbuhkan kekuatan, kemampuan, dan keinginan, serta kreativitas peserta
didiknya.
Dalam mengembangkan perannya sebagaimana dikemukakan di atas, guru
selalu terlibat aktif bersama peserta didik baik dalam kegiatan menyimak, mewicara,
membaca dan menulis. Misalnya, dalam kegiatan membaca, keterlibatan guru di
antaranya: guru memberikan contoh cara membaca yang benar, guru membimbing
peserta didik untuk menemukan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam teks, guru
juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang meminta peserta didik untuk
menjawab sesuai dengan isi bacaan, dan guru juga terlibat secara aktif membantu
peserta didik untuk memilih bahan bacaan. Adapun keterlibatan guru dafam aktivitas
menulis, yaitu membantu peserta didik apabila mereka menemukan kesulitan untuk
memulai menulis, memberi saran apabila menemukan tulisan peserta didik yang
Uly Haltmah/PK- S3/UPI
238
kurang sesuai dengan tugas menulisnya, dan memberi motivasi terutama bagi
peserta didik yang kelihatan kurang tekun dalam belajar menulisnya.
2. Dampak Penerapan Model Pembelajaran terhadap Kemampuan S iswa
Dalam uji validasi, dampak penerapan model pembelajaran dapat dilihat dari
perolehan skor kemampuan membaca dan menulis, setelah dilihat dari hasil
perbandingan antara skor kemampuan membaca dan menulis yang diperoleh oleh
sekolah kelompok eksperimen dan sekolah kelompok kontrol. Dalam hal ini, sekolah
yang menjadi kelompok eksperimen yaitu sekolah yang menyelenggarakan model
pembelajaran bahasa Indonesia secara utuh. Sedangkan sekolah yang menjadi
kelompok kontrol adalah sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran bahasa
Indonesia secara konvensional.
Untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis
baik dari kelompok eksperimen maupun dari kelompok kontrol digunakan instrumen
tes yaitu tes kemampuan memahami isi bacaan, dan tes menulis yaitu berupa tugas
yang menuntut peserta didik untuk menulis. Untuk membedakan kelompok sekolah
eksperimen dan kelompok sekolah kontrol digunakan kode-kode sebagai berikut.
(1) Kelompok sekolah eksperimen (KE) sesuai dengan klasifikasinya secara
berurutan diberi kode EA, EB, dan EC.
(2) Kelompok sekolah kontrol (KK) sesuai dengan klasifikasinya secara berurutan
diberi kode KX, KY, dan KZ.
Dengan menggunakan kode tersebut hasil dari kedua kelompok baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, setelah dilakukan uji validasi
sebanyak dua kali hasilnya adalah sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Uly Halimah/PK- S3/VP1
239
Tabel 4 . 9 Hasil Uji Validasi Kemampuan Membaca dan Menulis
Skor maks.
(postes)
Skor mm.
(postes
)
Skor rata-rata Kelompok
Eksperimen
UJI Validasi
KE KK
Skor mak.
(postes t
Skor min.
(postes )
Skor rata-rata Kelompok Kontrol
Pretes Postes Pretes Postes
1)100 2) tOO
1)57 2)64
62.55 62.55
1)77.64 2) 87.73
Membaca EA KX 1) 93
2)93 1) 57 2) 71
60.63 60.83
1)72.61 2)76.05
1) 100 2)96
1)50 2) 57
61.65 61.85
1)73.55 2) 77.70
EB KY 1) 96 2)93
1) 29 2) 50
58.25 56.25
1)62.85 2)65.95
1)89 2) 93
1)21 2) 36
57.61 57.61
1)64.93 2) 68.43
EC KZ 1) 66 2) 79
1) 21 2) 36
55.47 55.47
1) 57.32 2)60.97
1) 100 2) 100
1) 45 2) 58
1) 61.72 2) 61.72
1) 77.14 2) 84.04
Menulis EA KX 1) 98
2) 93 1) 53 2) 63
1) 59.61 2) 59.61
1) 71.14 2) 74.91
1) 100 2) 100
1) 40 2) 28
1) 60.15 2) 60.15
1) 69 50 2) 75.50
EB KY 1) 89 2) 97
1) 21 2) 38
1) 60.15 2) 60.15
1) 68.05 2) 70.15
1) 92 2) 93
1) 22 2) 36
1) 55.35 2) 55.35
1) 61.96 2) 64.93
EC KZ 1) 90 2) 88
1) 20 2) 25
1) 55.43 2) 55.43
1) 56.28 2) 57.64
Berdasarkan data dari hasil pretes maupun postes kemampuan membaca dan
menulis baik dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Untuk melihat
apakah ada peningkatan dari kedua kelompok (KE dan KK) tersebut, maka langkah
selanjutnya dilakukan pengukuran dengan menggunakan statistik uji t. Adapun
hasilnya adalah sebagaimana dikemukakan pada tabel berikut ini.
Tabel 4 . 1 0 Hasil Uji t Perolehan Skor Pretes Gabungan KE dan KK
Variabel N Rata-rata
Std Nilai t df Sig
Membaca (KE) 140
60.3286 17.66740 .852 138 .397
(KK) 140
57.8857 16.71547, .852 138 .397
Menulis (KE) 140
58.7143 17.47474 .457 138 .649
(KK) 140
57.4429 16.95829 .457 138 .649
Lely HaiimaMPK- S3/UPI
240
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor hasil pretes tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok (KE dan KK) tersebut, dilihat dari
kemampuan membaca dan menulis peserta didiknya berdasarkan hasil pretes
mempunyai kemampuan yang hampir sama. Apabila, skor hasil pretes tersebut
dibandingkan dengan skor hasil postes dari masing-masing kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol setelah dilakukan uji validasi akan tampak adanya peningkatan
seperti di kemukakan pada bagan-bagan berikut ini.
KEMAMPUAN MEMBACA (KELOMPOK EKSPERIMEN}
100
60 3 t 40
I »
WÊÊÊÊÊÊÊÊÈS
Pretes Postes 1 Postes 2
0-10
Bagan 4 . 1 2 Grafik Perolehan Hasil Uji Validasi (Pretes-Postes)
Bagan di atas menggambarkan bahwa skor pretes kemampuan membaca
kelompok eksperimen adalah 60,33, skor postes 1 adalah 71.39, dan skor postes 2
adalah 76.57.
Lely HaUmah/PK- S3/UPI
Prêtes Postes 1 Postes 2
Bagan 4 . 1 3 Grafik Perolehan Hasil Uji Validasi (Pretes-Postes)
Bagan di atas menggambarkan bahwa skor pretes kemampuan menulis
kelompok eksperimen adalah 59.74, skor postes 1 adalah 68.89, dan skor postes 2
adalah 74.57.
KEMAMPUAN MEMBACA (KELOMPOK KONTROL)
Pretes Postes 1 Postes 2
0-10
Bagan 4 . 1 4 Grafik Perolehan Hasil Uji Validasi (Pretes-Postes)
Bagan di atas menggambarkan bahwa skor pretes kemampuan membaca
pada kelompok kontrol 57.06, skor postes 1 adalah 63.70, dan skor postes 2
adalah 67.16.
Uly Halimak/PK- S3/UPI
242
KEMAMPUAN MENUUS (KELOMPOK KONTROL)
Pretes Pos tes 1 Pos tes 2
Bagan 4.15 Grafik Perolehan Hasil Uji Validasi (Pretes-Postes)
Bagan di atas, menggambarkan bahwa skor pretes kemampuan menulis
kelompok kontrol adalah 58.71, skor postes 1 adalah 62.46, dan skor postes 2
adalah 65.54. Untuk mefihat perbedaan yang terjadi antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan
program SPSS ver, 10 melalui statistik uji t. Adapun hasilnya sebagaimana
dikemukakan berikut ini.
a. Perbedaan Rata-rata Pretes dan Postes Gabungan Kelompok Eksperimen (KE) dan Kelompok Kontrol (KK)
Data kelompok eksperimen digabungkan dengan data kelompok kontrol dan
diukur perbedaan rata-rata antara pretes dan postes dari hasil dua kali uji validasi.
Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Lely HaUmak/PK- SS/UPI
243
Tabale 4 .11 Hasil Uji t Perolehan Skor Pretes-Postes Gabungan KE&KK
Varia bel N Rata-rata sd Nilai t df Síg Membaca Prêtes 140 59.10 17.17983 7.015 138 .0001
Postes 1 140
67.54 16.72648 7.015 138 .0001
Prêtes 140 59.10 17.17983 8.448 138 .0001 Postes 2 140
70.92 14.61007 8.448 138 .0001
Menulis Prêtes 140 58.07 17.16826 7.902 138 .0001
Postes 1 140
65.63 17.33637 7.902 138 .0001
Prêtes 140 58.07 17.16826 10.001 138 .0001
Postes 2 140
70.48 16.33705 10.001 138 .0001
Dengan hasil t M * * sebesar 7.015; 10.607; 7.915; 10.968 yang lebih besar
dari harga t (dengan df - 138) adalah 3.291, maka dapat dikatakan hasil di atas
memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan (a £.0001) antara skor pretes dan
postes. Artinya perolehan skor postes yang lebih tinggi secara signifikan berbeda
dengan skor pretes, memberikan arahan pada suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan
model pembelajaran bahasa secara utuh, secara bermakna dapat meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis peserta didik.
b. Perbedaan Rata-rata Postes KE dan KK
Adapun untuk melihat tingkat efektivitas penerapan model pembelajaran
tersebut dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik (skor postes 1 dan 2) kelompok
eksperimen yang dibandingkan dengan hasil belajar kelompok kontrol. Apabila
terjadi perbedaan yang signifikan antara skor tes KE dengan KK itu beraratj
memperlihatkan keunggulan model pembelajaran yang diterapkan pada kelompok
eksperimen.
Lely HaUmak/PK- S3/ÜPI
Dari hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS
ver. 10 diperoleh hasil pengukuran statistik uji t sebagaimana tampak pada tabel
berikut ini
Tabel 4.12 Hasil Uji t Perolehan Skor Postes KE&KK
Variabel N Rata-rata Sd Nilai t df Stg Membaca Postes 1 (KE) 70 71.39 15.62912 4.658 138 .0001 Postes 1 (KK) 70 63.70 17.01095
4.658 138 .0001
Postes 2 (KE) 70 76.57 14.11602 5..793 138 .0001 Postes 2 (KK) 70 67.16 12.58794
5..793 138 .0001
Menulis Postes 1 (KE) 70 68.89 17.50490 2.697 138 .0009 Postes 1 (KK) 70 62.46 16.66141
2.697 138 .0009
Postes 2 (KE) 70 74.61 16.71711 3.574 138 .0001 Postes 2 (KK) 70 66.64 15.05838 3.574 138 .0001
Dengan hasil t Mwg sebesar 4.658; 5.793; 2.697; 3.574 yang lebih besar dari
harga t w« (dengan df = 136) adalah 3.291; 3.291; 3.291, 3.291 maka dapat
dikatakan hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (<5 < 0001; .0001;
.009; .001) Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa skor hasil perolehhan
kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan perolehan kelompok
kontrol. Maksudnya terdapat perbedaan yang cukup berarti antara skor hasil belajar
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa
model pembelajaran bahasa secara utuh yang digunakan pada kelompok
eksperimen secara berarti efektif sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis peserta didik.
Uraian di atas, telah dikemukakan pengukuran untuk seluruh kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol. Yang hasilnya menunjukkan bahwa persetasi
peserta didik pada kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol.
Adapun berikut ini dikemukakan hasil pengukuran perbedaan rata-rata postes dari
Lely Batimak/PK- S3/ÜPI
245
masing-masing sekolah yang dikelompokkan berdasarkan klasifikasi kondisi awal,
sehingga terdapat kondisi sekolah yang mempunyai kualifikasi baik, sedang dan
kurang.
c. Kualifikasi Sekolah Baik KE (EA) dan KK (KX)
EA (kelompok eksperimen) dan KX (kelompok kontrol) merupakan sekolah
yang termasuk kategori baik dilihat dari hasil pretes kemampuan membaca dan
menulis peserta didiknya. Adapun untuk melihat apakah hasil postesnya
menunjukkan perbedaan di antara kedua kelompok tersebut Untuk melihat
perbedaannya, melalui program SPSS ver.10 diperoleh hasil pengukuran statistik uji
t seperti tampak pada tabel berikut ini.
Tabel 4 . 1 3 Hasil Uji t Perolehan Skor Postes EA (KE) & KX (KK)
Variabel N Rata-rata Sd Nilai t df Sig Membaca Postes 1 (EA) 22 77.64 11.91056
1.719 40 .100 Postes 11KX) 22 72.61 13.61825
1.719 40 .100
Postes 2 (EA) 22 83.73 11.19601 2.712 40 .013 Postes 2 (KX1 22 76.05 8.72586
2.712 40 .013
Menulis Postes 1 (EA) 22 77.14 13.55516 2.783 40 .011
Postes 1 ÍKX) 22 71.14 12.15493 2.783 40 .011
Postes 2 (EA) 22 84.04 12.08099 4.001 40 .001 Postes 2 (KX) 22 74.91 9.97095
4.001 40 .001
Dengan hasil t h i t u n g sebesar 1.719; 1.712; 2.783; 4.001 yang lebih besar dari
harga t tabei (dengan df = 40) adalah 1.684; 2.704; 2.704; 3.551 maka dapat dikatakan
hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan (d £ .100; .013; .011;
.001) antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (EA) jika dibandingkan
dengan hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (KX). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa skor postes yang diperoleh kelompok eksperimen lebih tinggi dari
Uly Halimah/PK- S3/UPI
246
pencapaian skor kelompok kontrol dan pencapaian skor tersebut memiliki perbedaan
yang cukup signifikan.
d. Kualifikasi Sekolah Sedang EB (KE) dan KY (KK)
EB (kelompok eksperimen) dan KY (kelompok kontrol) termasuk sekolah
kategori sedang. Untuk melihat perbedaannya, dapat dilihat dari hasil pengukuran
perbandingan rata-rata kedua sekolah tersebut pada tabel berikut ini.
Tabel 4 .14 Hasil Uji t Perolehan Skor Postes EB (KE) & KY (KK)
Variabel N Rata-rata sd Nilai t df sfg Membaca Postes 1 (EB) 20 73.55 14.05057 4.158 38 .001 Postes 1 (KY) 20 62.85 18.81566
4.158 38 .001
Postes 2 (EB) 20 77.70 12.15730 6.870 38 .000 Postes 2 (KY) 20 65.95 14.07676
6.870 38 .000
Mertulis Postes 1 (EB) 20 69.50 17.25200 1,724 38 .101 Postes 1 (KY) 20 68.05 16.968S3
1,724 38 .101
Postes 2 (EB) 20 75.50 15.83633 1.730 38 .100
Postes 2 (KY) 20 70.15 12.93008 1.730 38 .100
Dengan hasil t htung sebesar 4.158; 6.870; 1.724; 1.730 yang lebih besar dari
harga t «bel (dengan df = 38) adalah 3.551; 3.551; 1.684,1.684 maka dapat dikatakan
hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (<S £ .001; .020; .101; .101)
antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (EB) jika dibandingkan dengan
hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (KY). Tabel di atas menggambarkan bahwa
rata-rata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
skor yang dicapai oleh kelompok kontrol,
e. Kualifikasi Sekolah Kurang EC (KE) dan KZ (KK)
EC (kelompok eksperimen) dan KZ (kelompok kontrol) termasuk sekolah dalam
kategori kurang. Dari hasil pengukuran rata-rata skor kedua sekolah tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Ldy HaUmak/PK- S3/UPÍ
247
Tabel 4 .15 Hasil Uji t Perolehan Skor Postes EC (KE) & KZ (KK)
Variabel N Rata-rata Sd Nilai t df sig
Membaca Postes 1 (EC) 28 64.93 17.21741 2.712 54 .011 Postes 1 (KZ) 28 57.32 17.39743 2.712 54 .011
Postes 2 (EC) 28 68.43 14.05394 2.669 54 .013 Postes 2 (KZ) 28 60.85 9.98411 2.669 54 .013
Menulis Postes 1 (EC) 28 61.96 , 18.03594 1.309 54 .202 Postes 1 (KZ) 28 56.28 I 15.86717 1.309 54 .202
Postes 2 (EC) 28 64.93 i 15.96739 1.691 54 .102 Postes 2 (KZ) 28 57.64 ! 15.35316 1.691 54 .102
Dengan hasil t hitung sebesar 2.712; 2.669; 1.309; 1.691 yang lebih besar dari
harga t tabei (dengan df = 54) adalah 2.660; 2.660; 1.296; 1.671 maka dapat dikatakan
hasil di atas memperlihatkan perbedaan yang signifikan (a £ .011; .103; .202; .102)
antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen (EC) jika dibandingkan dengan
hasil yang dicapai oleh kelompok kontrol (KZ). Sebagaimana dilihat pada tabel di
atas, bahwa rata-rata skor yang dicapai oleh kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada rata-rata skor yang dicapai oleh kelompok kontrol.
3. Interaksi Model
Uraian di atas menggambarkan adanya perbedaan yang cukup signifikan
antara hasil yang dicapai oleh kelompok eksperimen dengan hasil yang dicapai oleh
kelompok kontrol. Bahkan terjadi perbedaan yang signifikan juga setelah diukur
berdasarkan klasifikasi masing-masing sekolah, baik pada sekolah yang termasuk
kategori baik, sedang maupun kurang. Maksudnya dari ketiga klasifikasi tersebut,
sekolah yang digunakan sebagai kelompok eksperimen tetap menunjukkan hasil
yang lebih baik daripada sekolah sebagai kelompok kontrol.
Lely Halimak/PK- S3/UPI
248
Pengklasifikasian sekolah yang termasuk kategori baik, sedang maupun
kurang dilakukan atas dasar hasil pretes kemampuan membaca dan menulis. Atas
dasar pengklasifikasian tersebut, maka untuk melihat perbedaan kategorisasinya
dalam hal ini dilakukan pengukuran kembali dengan menggunakan statistik Anova
satu jalur. Adapun hasilnya setelah dilakukan uji statistik Anova satu jalur dengan
menggunakan program SPSS ver. 10 adalah sebagaimana tampak pada tabel
berikut ini.
Tabel 4 .16 Hasil Uji Anova Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen (Membaca)
Postes Sumber Variasi Jumlah Kuadrat df Rata-rata Kuadrat F 1 Antar Kelompok 2120.688 2 1060.344 4.822
Dalam kelompok 14733.898 67 219.909
Total 16854.586 69 2 Antar Kelompok 2975.665 2 1487.832 9.253
Dalam Kelompok 10773.421 67 160.797
Total 13749.086 69
Kedua hasil postes kemampuan membaca kelompok eksperimen menunjukan
Fhft >F t a & e i = 3.14 (dengan df 2 dan 67) yaitu 4.822 dan 9.253. Dengan hasil tersebut
menunjukan bahwa dalam kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang cukup
signifikan (probabilitas F= .011 dan .000) antara klasifikasi sekolah baik, sedang
maupun kurang.
iMy HaUmak/PK- S i/V P!
249
Tabel 4 . 1 7 Hasil Uji Anova Perolehan Skor Postes Kelompok Eksperimen (Menulis)
Postes Jumlah Kuadrat Df Rata-rata Kuadrat F Sig. 1 Antar kelompok 2846.531 2 1423.265 5.212 .008
Dalam kelompok 18296.555 67 273.083
Total 21143.086 69 2 Antar Kelompok 4569.060 2 2284.530 10.403 .000
Dalam Kelompok 14713.812 67 219.609
Total 19828.871 69
Kedua hasil postes kemampuan menulis kelompok eksperimen menunjukan Fh*
> F t a b e i = 3.14 (dengan df 2 dan 67) yaitu 5.212 dan 10.403. Dengan hasil tersebut
menunjukan bahwa dalam kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang cukup
signifikan (probabilitas F= .006; .000) antara klasifikasi sekolah dalam kategori baik,
sedang maupun kurang.
Tabel 4 .18 Hasil Uji Anova Perolehan Skor Postes Kelompok Kontrol (Membaca)
Postes Sumber variasi Jumlah Kuadrat Df Rata-rata Kuadrat F Sig.
1 Antar Kelompok 2892.725 2 1446362 5.676 .005
Dalam Kelompok 17073.975 67 254.835
Total 19966.700 69 2 Antar Kelompok 2878.153 2 1439.076 11.969 .000
Dalam Kelompok 8055.333 67 120.229
Total 10933.486 69
Kedua hasil postes kemampuan membaca kelompok eksperimen menunjukan
FM >Ft a b e i = 3.14 (dengan df 2 dan 67) yaitu 5.676 dan 11.969. Dengan hasil tersebut
menunjukan bahwa dalam kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan
(probabilitas F= .005; .000) antara klasifikasi sekolah yang termasuk kategori baik,
sedang maupun kurang.
Lefy llalimah/PK- S3/UPI
Tabel 4 . 1 9 Hasil Uji Anova Perolehan Skor Postes Kelompok Kontrol (Menulis)
Postes Sumber variasi Jumlah Kuadrat Df Rata-rata Kuadral F 1 Antar Kelompok 2750 081 2 1375.040 5.616
Dalam Kelompok 16404.505 67 244.843
Total 19154.586 69 2 Antar Kelompok 4017.275 2 2008.637 11.573
Dalam Kelompok 11628.797 67 173.564
Total 15646.071 69
Kedua hasil postes kelompok eksperimen menunjukan Fhn >Ftab«i = 3.14
(dengan df 2 dan 67) yaitu 5.616 dan 11.573. Dengan hasil tersebut menunjukan
bahwa dalam kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang cukup signifikan
(probabilitas F= .006; 0001) antara klasifikasi sekolah yang termasuk kategori baik,
sedang dan kurang.
Ldy HaUmah/PK- S3/UPI