studi pendahuluan alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

12
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 15 September 2018 A-385 STUDI PENDAHULUAN ALTERASI DAN MINERALISASI DI DUSUN DAGEN, DESA GEMAHARJO, KECAMATAN TEGALOMBO, KABUPATEN PACITAN, PROVINSI JAWA TIMUR Danis Agoes Wiloso 1 , R.Aditya Manggala Yudha 2 1 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Email: 1 [email protected], , 2 [email protected] ABSTRACT Dagen and vicinity have the potential of metal resources and epithermal mineralization systems characterized by the presence of alteration and quartz sulphide veins. The veins are formed as a result of the filling process on the fracture by a hydrothermal solution. Identification of vein characteristics needs to be studied in metal exploration to assist in the development of economical mineral exploration activities. The purpose of this study was to investigate the characteristics of quartz veins and to determine the vein distribution and zoning deposition of mineralization in the study area. The research was conducted in May 2018 located in Dagen Village, Gemaharjo Village, Tegalombo District, Pacitan Regency, East Java Province precisely located at coordinates between 536055 - 538104 mN and 9110712 - 9108008 mE with the research area is 3.58 km2. Sampling for analysis mineragrafi as much as 3 sample of quartz vein with selective sampling. The results showed vein texture in research area in the form of massive, banded, crustiform, comb, and cockade. The dominant vein texture contains a base metal and into the Crystalline Quartz (X) Super Zone. Mineragraphy analysis results from 3 quartz vein samples showed mineral content of chalcopyrite, sphalerite, tennantite, galena, covellite, native element Au and Ag. It proves that the research area is a place of accumulation of base metal minerals and little precious metals from the epithermal mineralization system. Keywords : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, quartz vein INTISARI Dusun Dagen dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya logam dan sistem mineralisasi epitermal yang ditandai dengan kehadiran alterasi dan urat kuarsa sulfida. Urat tersebut terbentuk akibat dari proses pengisian pada rekahan oleh larutan hidrothermal. Identifikasi mengenai karakteristik urat perlu dikaji dalam dunia eksplorasi logam guna membantu dalam perkembangan kegiatan eksplorasi mineral logam ekonomis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urat kuarsa yang berkembang dan menentukan sebaran urat serta zonasi pengendapan mineralisasi di daerah penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 yang berlokasi di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur tepatnya terletak pada koordinat antara 536055 538104 mN dan 9110712 9108008 mE dengan luas daerah penelitian adalah 3.58 km 2 . Pengambilan sample untuk analisis mineragrafi sebanyak 3 sample urat kuarsa dengan pengambilan sampel secara selektif. Hasil penelitian menunjukan tekstur urat di daerah penelitian berupa massive, banded, crustiform, comb, dan cockade. Tekstur urat dominan mengandung logam dasar dan masuk ke dalam Zona Super Crystalline Quartz (X). Hasil analisis mineragrafi dari 3 sample urat kuarsa menunjukkan kandungan mineral chalcopyrite, sphalerite, tennantite, galena, covellite, native element Au dan Ag. Hal itu membuktikan bahwa daerah penelitian merupakan tempat akumulasi mineral logam dasar dan sedikit logam mulia dari sistem mineralisasi epitermal. Kata kunci : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, urat kuarsa 1. PENDAHULUAN Suhu pembentukan larutan hidrotermal bersama-sama dengan kimia fluida merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keseluruhan rangkaian proses terbentuknya alterasi dan mineralisasi (Corbett dan Leach, 1996). Tinggi atau rendahnya suhu yang terbentuk dalam proses alterasi dan mineralisasi, akan berpengaruh

Upload: others

Post on 05-May-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-385

STUDI PENDAHULUAN ALTERASI DAN MINERALISASI DI DUSUN DAGEN,

DESA GEMAHARJO, KECAMATAN TEGALOMBO, KABUPATEN PACITAN,

PROVINSI JAWA TIMUR

Danis Agoes Wiloso1, R.Aditya Manggala Yudha2 1Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND

2 Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND

Email: [email protected], ,[email protected]

ABSTRACT

Dagen and vicinity have the potential of metal resources and epithermal mineralization systems

characterized by the presence of alteration and quartz sulphide veins. The veins are formed as a result of the filling

process on the fracture by a hydrothermal solution. Identification of vein characteristics needs to be studied in

metal exploration to assist in the development of economical mineral exploration activities. The purpose of this

study was to investigate the characteristics of quartz veins and to determine the vein distribution and zoning

deposition of mineralization in the study area.

The research was conducted in May 2018 located in Dagen Village, Gemaharjo Village, Tegalombo

District, Pacitan Regency, East Java Province precisely located at coordinates between 536055 - 538104 mN and

9110712 - 9108008 mE with the research area is 3.58 km2. Sampling for analysis mineragrafi as much as 3 sample

of quartz vein with selective sampling.

The results showed vein texture in research area in the form of massive, banded, crustiform, comb, and

cockade. The dominant vein texture contains a base metal and into the Crystalline Quartz (X) Super Zone.

Mineragraphy analysis results from 3 quartz vein samples showed mineral content of chalcopyrite, sphalerite,

tennantite, galena, covellite, native element Au and Ag. It proves that the research area is a place of accumulation

of base metal minerals and little precious metals from the epithermal mineralization system.

Keywords : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, quartz vein

INTISARI

Dusun Dagen dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya logam dan sistem mineralisasi epitermal yang

ditandai dengan kehadiran alterasi dan urat kuarsa sulfida. Urat tersebut terbentuk akibat dari proses pengisian

pada rekahan oleh larutan hidrothermal. Identifikasi mengenai karakteristik urat perlu dikaji dalam dunia

eksplorasi logam guna membantu dalam perkembangan kegiatan eksplorasi mineral logam ekonomis. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urat kuarsa yang berkembang dan menentukan sebaran urat

serta zonasi pengendapan mineralisasi di daerah penelitian.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2018 yang berlokasi di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan

Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur tepatnya terletak pada koordinat antara 536055 – 538104

mN dan 9110712 – 9108008 mE dengan luas daerah penelitian adalah 3.58 km2. Pengambilan sample untuk

analisis mineragrafi sebanyak 3 sample urat kuarsa dengan pengambilan sampel secara selektif.

Hasil penelitian menunjukan tekstur urat di daerah penelitian berupa massive, banded, crustiform, comb,

dan cockade. Tekstur urat dominan mengandung logam dasar dan masuk ke dalam Zona Super Crystalline Quartz

(X). Hasil analisis mineragrafi dari 3 sample urat kuarsa menunjukkan kandungan mineral chalcopyrite,

sphalerite, tennantite, galena, covellite, native element Au dan Ag. Hal itu membuktikan bahwa daerah penelitian

merupakan tempat akumulasi mineral logam dasar dan sedikit logam mulia dari sistem mineralisasi epitermal.

Kata kunci : Chalcopyrite, covellite, galena, mineragrafi, urat kuarsa

1. PENDAHULUAN

Suhu pembentukan larutan hidrotermal bersama-sama dengan kimia fluida merupakan salah satu faktor yang

sangat penting dalam keseluruhan rangkaian proses terbentuknya alterasi dan mineralisasi (Corbett dan Leach,

1996). Tinggi atau rendahnya suhu yang terbentuk dalam proses alterasi dan mineralisasi, akan berpengaruh

Page 2: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-386

terhadap pembentukan mineral ubahan (alterasi), tekstur urat maupun struktur dari suatu endapan mineral sampai

pada jenis dan model endapan mineralisasi (Morrison et al, 1990). Mineral-mineral tersebut dapat menjadi suatu

parameter yang dapat membantu dalam menentukan suhu larutan hidrotermal yang terbentuk ketika larutan

hidrotermal tersebut naik menuju ke permukaan dan mengubah batuan yang dilalui (wallrock) serta mengendapkan

mineral-mineral ekonomis (logam mulia dan logam dasar).

Dusun Dagen dan sekitarnya memiliki potensi sumberdaya logam dan sistem mineralisasi epitermal yang

ditandai dengan kehadiran alterasi dan urat kuarsa sulfida. Urat tersebut terbentuk akibat dari proses pengisian

pada rekahan oleh larutan hidrothermal. Identifikasi mengenai karakteristik urat perlu dikaji dalam dunia

eksplorasi logam guna membantu dalam perkembangan kegiatan eksplorasi mineral logam ekonomis. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik urat kuarsa yang berkembang dan menentukan sebaran urat

serta zonasi pengendapan mineralisasi di daerah penelitian.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018 di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo,

Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

Metode yaitu berupa kompilasi atau penggabungan antara data primer atau data hasil pengamatan

langsung di lapangan dan ditambah dengan data sekunder dari literatur atau referensi yang terkait di daerah

penelitian (Gambar 1).

Data primer yang diambil antara lain data lapangan berupa data geologi seperti litologi, dan

pengambilan data sampel urat/vein di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan,

Provinsi Jawa Timur (Bakosurtanal, 2001). Kemudian sampel tersebut akan digunakan dalam analisis minergrafi

dan slab urat untuk diketahui asosiasi mineralogi (mineral bijih dan mineral gangue) dan karakteristik tekstur

uratnya. Adapun runtutan pengambilan data primer akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dusun Dagen, Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan,

Provinsi Jawa Timur. Secara astronomi terletak pada koordinat antara 536055 – 538104 mN dan 9110712 –

9108008 mE dengan luas daerah penelitian adalah 3.58 km2 (Bakosurtanal, 2001). Pemilihan lokasi ini

berdasarkan atas informasi bahwa daerah ini merupakan daerah alterasi dan mineralisasi yang belum pernah

dilakukan penelitian dan karakteristik dari jenis mineralisasinya (Samudra, dkk., 1992). Oleh karena itu, lokasi ini

sangat menarik untuk dilakukan penelitian terkait karakteristik urat kuarsa.

2. Pemetaan Alterasi

Pemetaan alterasi dan mineralisasi yang bertujuan untuk mengetahui pola sebaran daerah ubahan beserta

mineraloginya, untuk dihubungkan dengan pembentukan urat pada daerah penelitian.

3. Pengambilan Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sampel urat epitermal. Sampel urat epitermal ini

kemudian diamati secara megaskopis di lapangan untuk diamati bagaimana kenampakan mineral ubahan yang ada

pada urat tersebut. Pada tahap ini sekaligus dilakukan pengamatan tekstur urat kuarsa di lokasi penelitian, yang

Page 3: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-387

nantinya akan dijadikan sebagai data pelengkap bersamaan dengan data asosiasi mineral (mineral bijih dan mineral

gangue) untuk menetukan suhu larutan hidrotermal.

Pengambilan sampel dilakukan pada 3 lokasi. Ketiga lokasi ini merupakan lokasi pengambilan sampel

urat, sampel urat yang diambil dalam keadaan tersingkap di permukaan dan tidak dalam keadaan terkubur maupun

material lepasan. Selain itu pengambilan sampel ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik pada masing-masing

urat dengan analisis laboratorium berupa analisis mineragrafi dan analisis slab urat.

4. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang dilakukan adalah analisis sayatan poles mineragrafi dan slab urat. Analisis

ini dilakukan pada sampel urat yang diambil pada lokasi pengambilan sampel dengan tujuan agar mendapatkan

informasi mengenai asosiasi mineral logam serta penambahan data mengenai tekstur urat yang sulit teramati di

lapangan. Analisis sayatan poles mineragrafi ini, mulai dari preparasi sampai pada analisis mineral secara

mikroskopis dilakukan di Laboratorium Geologi Optik yang beralamat di Departemen Teknik Geologi, Fakultas

Teknik Universitas Gadjah Mada, Jalan Grafika No. 2 Kampus UGM lantai 3 Bulaksumur, Yogyakarta 55281.

Sedangkan pemotongan dan pemolesan sampel urat dilakukan di Laboratorium Geologi Teknik dan Tata

Lingkungan yang beralamat di Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 32, Kotabaru, Yogyakarta.

Data sekunder yang digunakan dalam mendukung penelitian ini yaitu berupa buku, jurnal, maupun paper,

yang berkaitan dengan judul dari penelitian.

Kegiatan lapangan, peralatan lapangan dan alat tulis yang digunakan dalam menunjang penelitian sebagai

berikut :

1. Adapun alat-alat lapangan yang digunakan antara lain:

a. Palu Geologi g. Loupe dan scrabber

b. Kompas Geologi jenis Brunton h. Kamera

c. Alat tulis dan buku catatan lapangan i. Meteran

d. GPS Garmin tipe 64S j. Plastik sampel atau karung

e. Peta Dasar skala 1:12.500 k. Jas hujan/raincoat

f. Ransel, sepatu dan rompi lapangan l. HCl 0.1 N

2. Adapun alat-alat laboratorium yang digunakan antara lain:

a. Mikroskop trinokuler Euromax (Holland) terintegrasi dengan kamera dan komputer

b. Lembar deskripsi mineragrafi

c. Alat pemotong batuan (gerinda)

d. Amplas berbagai ukuran (200, 400, 1000, 2000)

e. Alat tulis lengkap

Page 4: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-388

Gambar 1. Bagan alir pengumpulan data penelitian (Penyusun, 2018)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan pada batuan alterasi di lokasi penelitian bertujuan untuk mengetahui sebaran pola alterasi

yang berkembang pada daerah penelitian, sekaligus mengamati asosiasi mineral ubahan yang muncul pada masing-

masing pola alterasi yang hadir di daerah penelitian.

3.1 Alterasi dan Asosiasi Mineralogi Daerah Penelitian

Pada daerah penelitian jenis alterasi yang berkembang ada dua jenis antara lain alterasi propilitik dan

alterasi argilik. Alterasi propilitik hadir di lapangan dengan asosiasi mineral ubahan yang ada berupa klorit–zeolit–

smektit–epidot– kuarsa. Mineral klorit memiliki kenampakan warna hijau sampai hijau tua dan berkilap tanah,

mineral zeolit di lapangan dijumpai dengan warna hijau susu atau hijau keputih-putihan dengan kilap tanah,

sedangkan mineral epidot dijumpai dengan warna hijau muda kusam agak kecokelatan, hadir secara tidak merata

dan biasanya berada pada dekat zona pengisian larutan hidrotermal.

Hasil pengamatan lapangan, alterasi propilitik ini dominan dijumpai pada litologi basalt andesitik dimana

dari pengamatan dan interpretasi mineral-mineral ubahan yang hadir pada alterasi ini diinterpretasikan hasil dari

ubahan mineral-mineral primer batuan asal dengan komposisi dominan mineral mafik seperti piroksen dan amfibol

yang kontak dengan larutan hidrotermal sehingga mineral-mineral tersebut terubah menjadi klorit, zeolit dan

epidot.

Jenis alterasi berikutnya yang dijumpai di daerah penelitian yaitu alterasi argilik dengan asosiasi mineral

yang hadir berupa mineral-mineral lempung antara lain kaolinit–illit–smektit. Mineral kaolin memiliki ciri-ciri

kenampakan berupa warna putih susu, kilap tanah dengan karakteristik yang lebih lunak dan lebih halus ketika

digesekan dengan telapak tangan (seperti sabun). Mineral lempung selanjutnya adalah illit dengan kenampakan

fisik di lapangan berwarna putih kusam sedikit keabuan, kilap tanah, memiliki tekstur yang sedikit lebih kasar

ketika digesekan dengan telapak tangan. Sedangkan mineral smektit memilki karakteristik yang sama dengan illit,

namun perbedaannya di lapangan adalah warna smektit lebih abu-abu kusam kebiruan. Persebaran dari alterasi

argilik ini meliputi dari litologi tuf karbonatan dan intrusi andesit porfiritik yang diinterpretasikan sebagai interaksi

Page 5: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-389

dari larutan hidrotermal yang mengubah mineral-mineral primer seperti feldspar yang kemudian terubah menjadi

mineral-mineral lempung (Gambar 2).

Gambar 2. a. Kenampakan alterasi propilitik berupa mineral klorit pada LP 20 (kamera menghadap ke arah utara)

dan b. Kenampakan alterasi argilik berupa mineral kaolin dan oksidasi besi pada LP 8 (kamera menghadap ke arah

timur) (Penyusun, 2018)

Salah satu parameter penting yang digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik urat selain

pengamatan tekstur urat, mineralogi urat dan mineral ubahan (alterasi) adalah asosiasi dari mineral pengganggu

(gangue). Mineral gangue juga merupakan suatu bagian parameter yang tidak kalah penting dimana kehadiran

dari mineral-mineral ini hadir berasosiasi dengan mineral-mineral logam dan ubahan yang nantinya juga akan

mengarahkan kita pada interpretasi suhu larutan hidrotermal dengan mengkaitkan dengan beberapa klasifikasi

yang digunakan dalam penelitian ini. Mineral gangue yang dijumpai pada daerah penelitian akan disajikan dalam

bentuk tabel di bawah ini agar dapat dipahami karakteristiknya.

Tabel 1. Beberapa jenis mineral gangue pada daerah penelitian (Penyusun, 2018)

No. Mineral

gangue Deskripsi

1 Klorit Berwarna hijau – hijau tua keruh, kilap seperti tanah, bentuk berupa agregat-agregat

butiran (amorf) jika diamati dengan menggunakan loupe, keberadaannya hampir pada

seluruh basalt andesitik dan pada dinding-dinding urat sebagai penciri alterasi propilitik.

2 Epidot Berwarna hijau muda agak kusam kilap seperti tanah, bentuk berupa agregat-agregat

butiran (amorf) jika diamati dengan menggunakan loupe, keberadaannya mengisi pada

tubuh urat sebagai penciri alterasi propilitik

3 Kuarsa Berwarna putih pucat kemerahan terkadang putih susu, kilap kaca, bentuk berupa

agregat butiran dan amorf dengan keterdapatan yang cukup melimpah di sepanjang

tubuh urat.

4 Mineral

lempung

Mineral lempung berwarna putih keabu-abuan sampai abu-abu kebiruan, kilap seperti

tanah, kelimpahannya cukup banyak pada zona alterasi namun kurang melimpah pada

tubuh urat. Jenis mineral lempung yang sering hadir berupa kaolinit, illit dan smektit

pada beberapa urat dan zona alterasi.

Page 6: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-390

3.2 Lokasi Pengambilan Sampel Urat

Pengumpulan data urat/vein dilakukan di tiga lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan 4, lokasi

pengamatan 18 dan lokasi pengamatan 19 (Tabel 2).

Tabel 2. Data pengamatan tekstur urat dan mineralogi urat secara megaskopis di lapangan (Penyusun, 2018)

No.

Sampel

Urat / Kode

Sampel

Jenis

Tekstur

Urat

Deskripsi Foto Sampel Urat

1 LP 4

(VGe 1/M/1)

Koordinat:

9109693 mE

536521 mN

Massive -

banded -

crustiform

- comb -

cockade

a. Warna; putih pucat sedikit

kehijauan.

b. Alterasi tubuh urat;

silisifikasi - propilitik kuat

c. Tekstur; Vein Massive-

banded-crustform-comb-

cockade dengan tebal lapisan

kurang lebih 10 cm.

d. Geometri struktur: Tension

Fracture dengan lebar 70

cm, panjang urat tersingkap

sekitar 20 m. Memiliki

kenampakan mengikuti

geometri kekar yang

terbentuk sebelumnya

dengan arah tenggara – barat

laut yaitu N 140oE

e. Mineral sekunder; klorit,

kuarsa, mineral lempung.

f. Mineral logam: kalkopirit,

pirit dan sfalerit dengan

ukuran sedang – sangat halus

dapat teramati dengan

menggunakan loupe,

terkadang dijumpai stanning

malachite pada tubuh urat

sebagai proses supergene

enrichment pada mineral

tembaga.

Foto singkapan:

Page 7: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-391

g. Genesa : terbentuk sebagai

endapan open space infiling

akibat adanya struktur

geologi berupa kekar.

h. Lingkungan: Epitermal

sulfidasi rendah.

2 LP 19

(VGe 2/M/2)

koordinat

9109600 mE

536950 mN

Massive-

banded-

cockade/

breccia-

disseminat

ed sulfide

a. Warna; putih susu agak

kuning merah kecokelatan.

b. Alterasi tubuh urat; silifikasi-

arigilik intens

c. Tekstur; Vein Massive-

banded-cockade-

disseminated sulfide dengan

tebal lapisan kurang lebih

10-30 cm.

d. Geometri struktur: Breccia

Vein, dengan lebar 580 cm,

panjang urat tersingkap

sekitar 150 m. Memiliki

kenampakan mengikuti

geometri sesar yang

terbentuk sebelumnya

dengan arah utara – selatan

yaitu N 170oE

e. Mineral sekunder; illit,

kaolinit, kuarsa

f. Mineral logam: pirit,

kalkopirit, sfalerit, dan

tennantit dengan ukuran

sedang – sangat halus dapat

teramati dengan

menggunakan loupe,

dijumpai mineral-mineral

oksida seperti hematit dan

limonit pada bagian tepi urat

dan terkadang mengisi pada

Foto singkapan:

Page 8: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-392

veinlet-veinlet sebagai hasil

dari oksidasi mineral pirit.

g. Genesa : terbentuk sebagai

endapan open space infiling

akibat adanya struktur

geologi berupa sesar.

h. Lingkungan: Epitermal

sulfidasi rendah.

3 LP 18

(VGe 3/M/3)

koordinat

9109499 mE

537144 mN

Massive –

banded –

comb

a. Warna; cokelat kemerah-

merahan kusam.

b. Alterasi tubuh urat; silifikasi

- propilitik kuat membentuk

halo alterasi

c. Tekstur; Vein Massive-

Banded-Comb dengan tebal

lapisan kurang lebih 7 cm.

d. Geometri struktur: Tension

fracture, dengan lebar 60 cm,

panjang urat tersingkap

sekitar 50 m. Memiliki

kenampakan mengikuti

geometri kekar yang

terbentuk sebelumnya

dengan arah tenggara –

baratlaut yaitu N 125oE

e. Mineral sekunder; klorit dan

kuarsa

f. Mineral logam: kalkopirit,

pirit dan sfalerit dengan

ukuran kasar – sangat halus

dapat teramati dengan

menggunakan loupe,

terkadang dijumpai mineral

tennantit disseminated halus

dan dijumpai mineral-

mineral oksida seperti

Foto singkapan:

Page 9: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-393

hematit dan ilmenit pada

bagian tubuh urat sebagai

hasil dari oksidasi mineral

pirit.

g. Genesa : terbentuk sebagai

endapan open space filling

akibat adanya struktur

geologi berupa kekar.

h. Lingkungan: Epitermal

sulfidasi rendah.

3.3 Hasil Analisis Laboratorium

Data yang diperoleh dari hasil analisis laboratorium dalam penelitian ini berupa data analisis sayatan

poles mineragrafi dan slab urat. Proses preparasi sampel ini bertujuan sebagai data tambahan untuk mengetahui

asosiasi mineral logam dan tekstur urat pada daerah penelitian. Analisis mineragrafi dan slab urat dilakukan pada

sampel-sampel urat yang ada di lapangan dan sudah dipilih secara representatif. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui kehadiran mineral-mineral logam yang tidak dapat teramati dengan pengamatan megaskopis serta

tekstur urat yang sulit diamati di lapangan.

Asosiasi mineral logam yang diamati secara megaskopis relatif berupa pirit, kalkopirit, sfalerit, oksida

hematit dan ilmenit serta dijumpai mineral tennantit secara minor, sedangkan pada tekstur urat cenderung lebih

dijumpai tekstur massive, cockade, banded, dan disseminated sulfide. Sehingga analisis slab urat dan minergrafi

perlu dilakukan dalam penelitian ini agar mendapatkan keakuratan data yang lebih baik. Sampel yang akan

dianalisis terdiri dari tiga sampel urat yang sudah diambil langsung dari tubuh urat secara representatif (Gambar

3 dan Gambar 4).

Gambar 3. Beberapa sampel urat yang diambil dari lapangan a. Sampel urat LP 4, b. Sampel urat LP 19, c. Sampel

urat LP 18, sampel tersebut sudah dipotong dan kemudian akan dilakukan preparasi sayatan poles mineragrafi

(Penyusun, 2018)

Page 10: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-394

Gambar 4. Sampel sayatan poles mineragrafi dari beberapa sampel urat yang telah diambil di lapangan, A. Sampel

urat LP 4, B. Sampel urat LP 19, dan C. Sampel urat LP 18 (Penyusun, 2018)

3.4 Karakteristik Urat berdasarkan analisis mineragrafi

Analisis sayatan poles mineragrafi dapat menjelaskan asosiasi mineralogi urat dan karakteristik orientasi

mineral pada tubuh urat. Hasil analisis mineragrafi pada sampel vein 1 menunjukan kehadiran mineral pirit,

kalkopirit, sfalerit, tennantit, tetrahidrit, kovelit dan hematit (Gambar 5). Dari pengamatan sampel tersebut, mineral

tembaga (Cu) dominan hadir pada pengamatan sampel dan dijumpai tekstur sekunder pada mineral kalkopirit

berupa tekstur penggantian (replacement) dimana mineral kalkopirit tergantikan oleh mineral kovelit, hal ini

ditunjukkan pada tubuh mineral kalkopirit yang menunjukan kenampakan bergradasi dengan mineral kovelit pada

pengamatan mineragrafi sedangkan mineral hematit merupakan hasil dari proses oksidasi mineral-mineral yang

mengandung unsur besi (Fe) seperti pirit dan kalkopirit. Selain itu dari pengamatan mineragrafi, sampel vein 1

diinterpretasikan sebagai base metal vein dengan hadirnya mineral-mineral seperti kalkopirit dan sfalerit yang

melimpah.

Gambar 5. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 1 pada LP 4 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

cov: kovelit; ten: tennantit; ted: tetrahidrit; dan hem: hematit (Penyusun, 2018)

Page 11: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-395

Asosiasi mineral yang hadir pada sampel vein 2 menunjukan kehadiran mineral pirit, kalkopirit, sfalerit,

tennantit, tetrahidrit, kovelit, hematit, emas dan perak (Gambar 6). Dari pengamatan sampel vein 2 cenderung

memperlihatkan mineral pirit, kalkopirit dan sfalerit yang dominan, namun pada beberapa pengamatan dijumpai

mineral natif emas dan perak. Sampel vein 2 diindikasikan sebagai base metal vein berdasarkan kehadiran mineral-

mineral logam dasar seperti kalkopirit, sfalerit dan pirit yang sangat melimpah dan berukuran besar (euhedral),

sedangkan mineral natif emas dan perak hadir dalam inklusi mineral pirit dan mengambang pada massa dasar,

kedua mineral ini bersifat minor saja.

Gambar 6. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 2 pada LP 19 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

au: emas; ag: perak; cov: kovelit; ten: tennantit; ted: tetrahidrit; dan hem: hematit (Penyusun, 2018)

Asosiasi mineral pada sampel vein 3 menunjukan kehadiran asosiasi mineral logam yaitu pirit, kalkopirit,

sfalerit, galena dan kovelit (Gambar 7). Pada sampel tersebut dijumpai tekstur sekunder berupa tekstur penggantian

(replacement) dari mineral kalkopirit dengan kovelit dan tekstur eksolusi (pendinginan) berupa belbs texture oleh

mineral kalkopirit yang tumbuh pada tubuh mineral sfalerit (chalcopyrite disease). Dari pengamatan sampel vein

3 dapat diinterpretasikan sampel tersebut masih termasuk dalam base metal vein dengan kehadiran mineral logam

dasar seperti kalkopirit, sfalerit dan galena.

Page 12: Studi Pendahuluan Alterasi dan ... - journal.akprind.ac.id

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2018 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 September 2018

A-396

Gambar 7. Sayatan poles mineragrafi sampel vein 3 pada LP 19 keterangan: py : pirit; cpy: kalkopirit; sph: sfalerit;

gln: galena; dan cov: kovelit (Penyusun, 2018)

4. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengamatan, pengambilan data geologi dan karakteristik urat kuarsa di daerah

penelitian, dapat disimpulkan:

1. Sayatan poles mineragrafi pada lokasi pengambilan sampel 4, 18 dan 19 menunjukan adanya tekstur khusus

berupa replacement pada mineral kalkopirit dan kovelit yang diakibatkan oleh proses kimia. Proses kimia

tersebut diinterpretasikan sebagai proses pelepasan ion Fe pada kalkopirit (CuFeS2) sehingga terjadi

pengurangan unsur Fe yang terkandung dan menghasilkan mineral kovelit (CuS). Selain itu dijumpai tekstur

khusus pada sampel 18 dimana mineral kalkopirit yang intergrowth dengan mineral sfalerit. Tekstur tersebut

berupa tekstur exsolution (belbs texture) dimana kedua mineral ini terbentuk pada saat proses pendinginan

larutan hidrotermal yang berangsur cepat sehingga tidak dapat membentuk mineral yang sempurna, akibatkan

mineral tersebut terbentuk secara bersamaan dikarenakan kation yang saling berdekatan.

2. Asosiasi mineralogi terdiri dari mineral bijih (ekonomis) seperti Chalcopyrite, sphalerite, tennantite,

tetrahedrite, galena, covellite, dan native element gold (Au) dan silver (Ag) serta mineral-mineral gangue (non

ekonomis) pada urat terdiri dari chlorite, epidot, quartz, pyrite, mineral lempung dan hematite.

DAFTAR PUSTAKA

Bakosurtanal. 2001. Peta Rupa Bumi (RBI) Lembar Tegalombo skala 1:25.000. BIG. Bogor.

Corbett, G., and Leach M,T., 1996. Southwest Pasific Rim Gold-Copper Systems: Struktur, Alterations and

Mineralization, Manual For an Exploration Workshop, Jakarta.

Morrison, G., Guoyi, D. and Jaireth, S. 1990. Textural Zoning In Epithermal Quartz Veins. Townsville: Klondike

Exploration Services.

Samudra, H.; Gafoer, S.; dan Tjokrosapoetro, S. 1992. Peta Geologi Lembar Pacitan, Jawa Sekala 1:100.000.

Puslitbang Geologi. Bandung.