vanni - katarak

69
LAPORAN PRESENTASI KASUS INDIVIDU KATARAK Oleh: Febriendo Vanni D J 201020401011114 Pembimbing: dr. Kartini, SpM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1

Upload: melzmyself

Post on 08-Aug-2015

127 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Vanni - Katarak

LAPORAN PRESENTASI KASUS INDIVIDU

KATARAK

Oleh:

Febriendo Vanni D J

201020401011114

Pembimbing:

dr. Kartini, SpM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

2012

1

Page 2: Vanni - Katarak

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL................................................................................................. i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1

BAB 2 LAPORAN KASUS.................................................................................. 3

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11

BAB 4 KESIMPULAN….....................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Vanni - Katarak

BAB 1

PENDAHULUAN

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya

penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan, sehingga

penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu

mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi karena proses degenerasi atau

ketuaan (jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit

tertentu (diabetes mellitus). Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan),

karena itu katarak dapat terjadi pada usia anak-anak maupun dewasa. Badan

kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di dunia mencapai 38

juta orang, 48% diantaranya disebabkan katarak. Untuk indonesia, survei pada

tahun 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengn 0,78%

diantaranya disebabkan oleh katarak, dan yang terbesar karena katarak senilis/

ketuaan.

Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal

terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan

dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak

biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan

yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang

berperingkat (progresif), menurut isiantoro, katarak hampir tidak bisa dicegah

karena merupakan proses penuaan sel.

Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan

waktu relatif singkat yaitu 30-40 menit saja, bahkan, teknologi kedokteran terbaru

memungkinkan pembiusan dilakukan melalui tetes mata saja, sehingga banyak

orang keliru menganggap katarak bisa diobati hanya mengguakan obat tetes mata.

Operasi katarak merupakan operasi yang mudah dan aman bagi

kebanyakan orang. Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat

menimbulkan komplikasi seperti perdarahan dan kerusakan pada kornea atau

retina yang memerlukan pembedahan lebih lanjut.

3

Page 4: Vanni - Katarak

BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Endang Sri

Umur : 58 tahun

Pekerjaan : Guru

Bangsa : Indonesia

Suku : Jawa

Alamat : Karang langit RT 3 RW 1, Karang langit Lamongan.Rekam medis : 03.14.57

Tanggal masuk : 03 April 2012

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Tajam penglihatan menurun

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RS. Muhammadiyah Lamongan dengan

mengeluhkan bahwa penglihatan pada mata sebelah kanan dirasakan

semakin kabur sejak 1 tahun ini. Penglihatan kabur ini dirasakan perlahan-

lahan sampai akhirnya pasien tidak bisa melihat lagi. Pasien merasakan

penglihatannya seperti berkabut, terkadang merasa silau saat melihat

cahaya. Tidak terdapat mata merah pada kedua mata pasien, selain itu rasa

sakit, gatal dan keluarnya sekret disangkal pasien. Sedangkan pada mata

sebelah kiri masih bisa melihat dalam batas normal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat Diabetes Melitus sejak 1 tahun ini dan rutin kontrol

- Riwayat HT sejak 1 tahun ini dan rutin kontrol

- Riwayat perawtan glaukoma pada mata kirinya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada keluarga yang menderita katarak

4

Page 5: Vanni - Katarak

2.3 Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Cukup

GCS : 456

Nadi : 65x/menit

Tekanan Darah : 157/72 mmHg

Suhu : 37,50C

RR : 24x/menit

Kepala/ leher : Anemis : -, ikterus -, cyanosis -, dyspneu -

Pupil bulat isokor diameter 3mm/3mm, reflex cahaya

langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+

Thorax : Paru : Pergerakan dinding dada simetris +/+, retraksi dinding

dada -/-, jejas-/-, terdengar sonor saat perkusi, suara

nafas vesikuler/vesikuler, rhonki basah halus +/+,

wheezing-/-

Jantung : S1-S2 tunggal, murmur -, gallop -

Abdomen : Flat, soefl, bising usus (+) normal, meteorismus (-),

hepar dan lien tidak teraba, timpani

Extremitas : Akral hangat kering merah, edema -/-, deformitas (-)

-/-

2.4 Pemeriksaan Status Oftalmicus

Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra

Visus 1/60 6/60 (posisi duduk di

atas tempat tidur)

Gerakan bola mata baik Baik

Tekanan bola mata 15,9 21,3

Palpebra Superior dalam batas normal dalam batas normal

Palpebra Inferior dalam batas normal dalam batas normal

Konjungtiva hiperemi (-) hiperemi (-)

Kornea Jernih Jernih

COA Jernih, dalam Jernih, dalam

Pupil Bulat, isokor, RC(+) Bulat, isokor, RC(+)

5

Page 6: Vanni - Katarak

ukuran 3 mm ukuran 3 mm

Iris reguler reguler

Lensa keruh jernih

2.5 Pemeriksaan Laboratorium

Diffcount : 2/0/57/32/9

Hematokrit : 37,6

Hemoglobin : 13,6

Lekosit : 8700

Trombosit : 207.000

GDA : 122

2.6 Diagnosis

Katarak senillis matur OD

Glaucoma kronis OS

2.7 Penatalaksanaan

OD :

Ekstraksi katarak

Pemasangan lensa tanam (IOL)

OS :

Tonor MD

Obat-obat lain lanjutkan

6

Page 7: Vanni - Katarak

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, transparan dan berada di

belakang iris dan digantung oleh zonula (ligament suspensory) yang

menghubungkan dengan korpus siliar. Lensa berdiameter 9-10 mm, tebalnya

sekitar 5 mm, dan beratnya bervariasi dari 135 mg( 0-9 tahun ) sampai 255 ( 40-

80 tahun ). Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, dan saraf pada lensa.

Struktur lensa terdiri dari kapsul lensa, sel epitel lensa dan serat lensa. Lensa

dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.

Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga terbentuk

nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dini

dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa.

7

Page 8: Vanni - Katarak

Kapsul lensa berukuran tipis, transparan, membran hialin mengelilingi lensa, yang

lebih tebal pada permukaan anterior daripada posterior. Kapsul lensa berada

disekitar serat lensa dan dibagian perifer kapsul lensa terdapat Zonula Zin

(ligament suspensory) yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada

badan siliar. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeabel yang akan

memperbolehkan air dan elektrolit masuk. Nukleus lensa lebih keras daripada

korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat – serat lamellar subepitel

terus diproduksi, sehingga lensa lama – kelamaan menjadi lebih besar dan kurang

elastis. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamelle konsentris yang panjang.

8

Page 9: Vanni - Katarak

Garis- garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini

ujung ke ujung berbentuk Y bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk Y ini tegak di

anterior dan terbalik di posterior.

Di dalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di

bagian luar nucleus terdapat serat serat lensa yang lebih muda yang disebut

sebagai korteks lensa. Nukleus lensa mempunyai kepadatan lebih keras

dibandingkan korteks lensa yang lebih muda. Korteks yang terletak di sebelah

depan nucleus lensa disebut korteks anterior, sedangkan dibelakangnya disebut

korteks posterior.

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein yang

merupakan kandung protein kandungan tertinggi di antara jaringan – jaringan

tubuh. Protein lensa terdiri dari water soluble dan water insoluble. Water soluble

merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ)

kristalin, sedang yang termasuk dalam water insoluble adalah urea soluble dan

urea insoluble. Selain itu juga terdiri dari sedikit sekali mineral yang biasa ada di

jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi.

9

Page 10: Vanni - Katarak

3.1.1 Embriologi lensa

10

Page 11: Vanni - Katarak

Mata dibentuk dari 3 lapisan embrionik primitif : Ektoderm permukaan,

Ektoderm neural , dan Mesoderm. 2 Lensanya berasal dari ektoderm permukaan

pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri

dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam

batasbatas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari ektoderm

permukaan (6 minggu), maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi

bagian yang kosong dan akhirnya memenuhinya (7minggu). Pada stadium ini,

kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan

diri, dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang

hanya selapis dan ke belakang di bawah kapsula lentis. Seratserat ini saling

bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di

anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7

bulan penghidupan foetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang terdiri

11

Page 12: Vanni - Katarak

dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder

berlangsung terus selama hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi

bertambah besar yang kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan

disusul oleh proses sklerosis.

3.1.2 Fisiologi lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa

sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkonstraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul

lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi

oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisologik antara korpus siliaris, zonula,

dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.

Konsistensi materi lensa berubah selama kehidupan. Pada foetus, bentuk lensa

hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian

posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa

kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan

setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan

korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng,

12

Page 13: Vanni - Katarak

warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau

“senile reflex”. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya

akomodasinya pun berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana

sebagai bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa

menyumbang +18.0- Dioptri, sekitar 1/3 dari total kekuatan refraksi.

3.1.3 Metabolisme Lensa

Lensa membutuhkan suplai energi (ATP) yang bersifat kontinu untuk

transpor aktif asam amino dan ion-ion, menjaga keseimbangan air pada lensa,

sintesis GSH dan protein. Sebagian besar dari energi yang dihasilkan

dimanfaatkan di dalam epitel-epitel yang merupakan tempat utama dari semua

transpor aktif, dan hanya sekitar 10- 20% yang dimanfaatkan untuk sintesis

protein. Karena lensa itu bersifat avaskular, maka lensa bergantung dengan

aqueous humour untuk metabolisme dan pertukaran bahan-bahan kimia yang

dibutuhkan.

13

Page 14: Vanni - Katarak

Glukosa sangat essensial dalam aktifitas normal lensa. Aktifitas

metabolisme lensa sebagian besar terjadi di epitel dan korteks, sedangkan nukleus

cenderung inert. Di lensa 80% glukosa akan dimetabolisme secara anaerob

melalui jalur glikolitik, 15% secara pentose hexose monophosphate (HMP) shunt

dan sisanya melalui oxidative Krebs’s citric cycle. Jalur sorbitol sedikit ber[eran

dalam metabolisme, namun sangat berpengaruh pada terbentuknya katarak dan

pasien galaktosemia

3.2 Definisi

Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Katarak adalah suatu keadaan

patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau

denaturasi protein lensa, ataupun terjadi akibat keduanya.

3.3 Etiologi

Katarak terjadi sebagian besar karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia. Akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital , komplikasi

penyakit mata lokal ataupun sistemik. Katarak juga disebabkan oleh berbagai

macam faktor seperti usia, bawaan sejak lahir, penyakit sistemik, penggunaan obat

tertentu terutama steroid, trauma, operasi mata sebelumnya.

14

Page 15: Vanni - Katarak

3.4 Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab kebutaan di dunia saat ini yaitu setengah

dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di negara

berkembang seperti Indonesia, India dan lainnya. Katarak juga merupakan

penyebab utama kebutaandi Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang

berhubungan dengan penglihatan.Survei tahun 1982 menunjukkan angka kebutaan

di Indonesia mencapai 1,2%dari seluruh populasi dan 0,76% disebabkan oleh

katarak. Sedangkan pada survei tahun 1994-1997 yang diadakan oleh Departemen

Kesehatan bekerjasama denganPerhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia

menunjukkan adanya peningkatan angkakebutaan yaitu mencapai 1,47% dan

1,02% diakibatkan oleh katarak.

3.5 Klasifikasi

Terdapat banyak jenis klasifikasi katarak. Dalam penggunaan klinis

klasifikasi-klasiikasi ini sering dikombinasikan minsalnya katarak senile matur

atau katarak polar kongenital.

Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi:

1. Katarak kongenital

Katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. Gangguan mata ini timbul

sejak bayi berada dalam kandungan atau setelah dilahirkan karena adanya

infeksi ataukelainan metabolisme saat pembentukan janin. Katarak

congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang

menderita rubella, diabetes mellitus, toksoplasmosis dan galaktosemia.

Ada pula katarak congenital yang menyertai kelainan herediter pada mata

lainnya seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma, keratokonus, ektopia

lentis, megalokornea dan heterokromia iris. Kekeruhan pada katarak

congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran

morfologik. Penanganan tergantung unilateral dan bilateral, adanya

kelainan mata lain dan saat terjadinya katarak. Katarak congenital

prognosisnya kurang memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak

dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila

terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk. Pada

pupil mata bayi yang menderita congenital katarak akan terlihat bercak

15

Page 16: Vanni - Katarak

putih atau suatu leukokoria yang memerlukan pemerikasaan lebih teliti

untuk menyingkirkan diagnosa banding. Pada katarak kongenital, kelainan

utama terjadi di nukleus lensa (nukleus fetal atau nukleus embrional),

bergantung pada waktu stimulus karaktogenik atau di kutub anterior atau

posterior lensa apabila kelainannya terletak di kapsul lensa.

2. Katarak juvenile

Katarak yang terjadi pada usia diatas 1 tahun . Katarak juvenile biasanya

merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile juga biasanya

merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit

lainnya seperti:

o Katarak metabolic

Katarak diabetik dan galaktosemia

Katarak hipokalsemia

Katarak defisiensi gizi

Katarak Aminoasiduria

Penyakit Wilson

Katarak yang berhubungan dengan kelainan metabolic lain

o Katarak traumatik

o Katarak komplikata

Kelainan congenital dan herediter

Katarak degeneratif

Katarak anoksik

Toksis

Katarak radiasi

Katarak yang berhubungan dengan sindrom-sindrom tertentu, disertai

dengan kelainan kulit, tulang, dan kromosom

3. Katarak Pre-senile

Katarak yang terjadi pada usia 40-50 tahun

4. Katarak Senile

Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Jenis katarak inilah

yang banyak terjadi di Indonesia. kelainan terutama mengenai nukleus

(sklerosis nukleus), korteks (kekeruhan koroner atau kuneiformis), atau

16

Page 17: Vanni - Katarak

daerah subkapsul posterior. Secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu

insipien, imatur, matur dan hipermatur.

Berdasarkan Lokasinya, katarak dibagi menjadi :

1. Katarak Kapsular

a. Katarak kapsular anterior

b. Katarak kapsular posterior

2. Katarak Subkapsular

a. Katarak subkapsular anterior

b. Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal

4. Katarak Supranuklear .

5. Katarak Nuklear

6. Katarak Polar

a. Katarak Polar anterior

b. Katarak Polar Posterior

Klasifikasi katarak berdasarkan penyebab:

1. Degeneratif (Katarak Senilis)

Ada banyak teori yang menjelaskan tentang konsep penuaan antara lain

teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori radikal

bebas dan teori reaksi silang (across link). Pada usia lanjut memang terjadi

perubahanperubahan pada lensa antara lain kapsulnya menebal dan kurang

elastis, epitelnya makin tipis, seratnya lebih ireguler, korteksnya tidak

bewarna, dan nukleusnya mengeras (sclerosis). Pembentukan lapisan baru

serat kortikal secara konsentris menyebabkan lensa mengalami kompresi

dan pengerasan (sclerosis). Protein lensa (crystallins) diubah melalu

modifikasi kimia dan aggregasi menjadi protein dengan berat molekul

yang tinggi. Modifikasi kimia protein lensa menyebabkan pigmentasi yang

progresif. Perubahan lainnya yang terkait usia diantaranya adalah

menurunnya konsentrasi gluthion dan kalium, meningkatnya konsentrai

natrium dan kalsium serta meningkatnya hidrasi

2. Traumatika

17

Page 18: Vanni - Katarak

Trauma tumpul (blunt contusion) atau trauma tembus (penetrating injury)

juga trauma akibat operasi mata seperti pada vitrektomi pars plana dan

iridektomi perifer. Pada trauma tembus dan trauma akibat operasi dapat

terjadi kerusakan serat-serat dan perforasi kapsul lensa sehingga aqueous

humor masuk ke dalam lensa dan material lensa membengkak sedangkan

pada trauma tumpul terjadi fokal nekrosis pada epitel lensa akibat tekanan.

3. Komplikasi akibat penyakit mata lainnya seperti:

Inflamasi : Uveitis kronik, endoftalmitis, toxoplasmosis

Tumor: Melanoma koroid

Distrofi : Retinitis Pigmentosa

Malformasi : Mikroftalmus, PHPV, Aniridia

Glaucomflecken (Acute angle closure glaucoma)

Miopia tinggi

4. Penyakit sistemik:

Kelainan metabolik : Diabetes Mellitus, Galaktosemia dan defisiensi

galaktokinase, defisiensi a -galaktosidase (Fabry disease), tetani

(hipokalsemia), Myotonic dystrophy, degenerasi hepatolentikular

(Wilson disease)

Kelainan sirkulasi : Stenosis karotid (oftalmopati iskemik), Takayu

disease

Kelainan kulit (Syndermatotic Cataract): dermatitis atopik, Werner

syndrome

5. Toksin akibat obat-obatan misalnya steroid, klorpromazin,

parasimpatomimetik local dan amiodarone.

6. Radiasi:

Ionizing : Sinar-X, sinar-b , sinar-g

Non-inonizing: sinar UV, sinar infra merah, microwave, sengatan listrik

7. Sindrom-sindrom:

Trisomi 13

Trisomi 18

Trisomi 21

Sindrom Turner

18

Page 19: Vanni - Katarak

Sindrom Lowe

8. Herediter (diwarisi melalui autosom dominan) Seperti pada katarak

congenital

9. Sekunder (Posterior Capsular Opacification/PCO) yaitu, kekeruhan kapsul

posterior setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

3.6 Katarak Senilis

3.6.1 Definisi

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. 90% orang yang berusia 70 tahun akan

menderita katarak senilis ini. Biasanya katarak ini akan menyerang kedua

mata/bilateral tetapi pada kebanyakan kasus salah satu mata akan menderita

katarak terlebih dahulu daripada mata lainnya.

3.6.2 Patofisiologi

Epitel lensa diyakini mengalami perubahan yang berkaitan dengan usia,

khususnya penurunan kepadatan sel epitel lensa dan penyimpangan diferensiasi

sel serat lensa. Akumulasi penurunan epitel dalam skala kecil dapat menyebabkan

perubahan pembentukan serat lensa dan homeostasis, akhirnya menyebabkan

penurunan transparansi lensa. Terjadi perubahan pada kecepatan transpor air,

nutrien dan antioxidant yang dapat menyebabkan air dan metabolit larut air berat

molekul rendah dapat memasuki sel-sel inti lensa melalui epitel dan korteks

Akibatnya katarak senilis akan terbentuk. erbagai studi menunjukkan peningkatan

produk oksidasi (misalnya, glutathione teroksidasi) dan penurunan vitamin

antioksidan dan enzim superoksida dismutase menyebabkan proses oksidatif pada

cataractogenesis. Mekanisme lain yang terlibat adalah soluble low-molecular

weight cytoplasmic lens proteins to soluble high molecular weight aggregates,

insoluble phases, and insoluble membrane-protein matrices. Hal itu menyebabkan

adanya perubahan pada protein yang menyebabkan fluktuasiyang tiba-tiba pada

indeks bias lensa, sinar cahaya tersebar, dan mengurangi transparansi.

3.6.3 Klasifikasi katarak senilis

Berdasarkan morphologinya, katarak senilis terjadi dalam 2 bentuk yaitu

katarak inti (nuclear) dan katarak kortikal.

19

Page 20: Vanni - Katarak

a) Katarak Inti (Nuclear)

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau

bagian tengah dari lensa. Proses sclerosis lensa menyebabkan lensa menjadi tidak

elastis dan keras yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk berakomodasi

dan dapat menjadi penghalang untuk cahaya yang masuk. Perubahan ini terjadi

dimulai dari bagian sentral yang lama kelamaan berkembang ke daerah perifer dan

dapat mencapai kapsul lensa bila proses tersebut telah matur. Nukleus lensa dapat

menjadi cloudy (Bewarna keabu-abuan) atau tinted (kekuning-kuningan atau

hitam) karena adanya penumpukan pigmen. Dalam prakteknya, bentuk-

bentukyang umum dijumpai adalah katarak brunesens(kecoklat-coklatan), katarak

nigra(hitam), dan katarak rubra(merah).

b) Katarak Kortikal

Katarak ini terjadi karena adanya penurunan level total protein, asam amino,

dan potassium yang disertai dengan adanya peningkatan kosentrasi sodium dan

proses penyerapan air yang berarti dan juga disertai dengan adanya proses

koagulasi protein. Faktor-faktor tersebut menyebabkan proses kekeruhan pada

lensa korteks.

20

Page 21: Vanni - Katarak

Stadium maturasi pada katarak kortikal dapat dibagi menjadi :

1. Lamellar separation

Merupakan stadium paling awal di mana ditandai dengan proses pemisahan

serat-serat lensa kortikal karena adanya cairan. Fenomena ini hanya bisa dilihat

hanya pada pemeriksaan slit lamp dan perubahan ini masih reversible.

2. Katarak insipien

Pada stadium ini terlihat kekeruhan pada lensa namun masih dapat dilihat

bagian-bagian lensa yang masih bersih.

Ada 2 bentuk katarak yang dapat dilihat pada stadium ini:

Tipe Kuneiform

Kekeruhan yang ditandai dengan bentuk seperti jeruji atau wedge shaped

dengan daerah yang bersih diantaranya. Kekeruhan dapat dilihat di bagian

anterior dan posterior korteks yang dapat berkembang menuju ke daerah

pupil. Karena kekeruhan yang terjadi berawal dari bagian perifer dan menuju

ke sentral, gangguan penglihatan yang terjadi biasanya baru disadari pada

stadium akhir.

21

Page 22: Vanni - Katarak

Tipe Kupuliform

Kekeruhan yang terbentuk memberikan gambaran piring di bagian bawah

kapsul yang biasanya berada di tengah dari posterior korteks (Katarak

subkapsular posterior) yang lama kelamaaan akan berkembang ke arah luar.

Katarak ini terbentuk di jalur axial cahaya yang dapat menyebabkan

penurunan visus yang berarti.

Anterior Subcapsular5 Posterior

subcapsular

22

Page 23: Vanni - Katarak

3. Katarak Immatur

Pada stadium ini, proses kekeruhan lensa berkembang lebih lanjut dan lensa

akan tampak seperti putih keabu-abuan dengan area yang bersih di antaranya.

Kekeruhan terjadi terutama di bagian posterior, belum mengenai seluruh

lapisan lensa. Pada pemeriksaan, sinar yang mengenai bagian yang keruh ini

akan dipantulkan kembali sehingga tampak sebagai daerah terang dan tampak

bayangan iris sebagai daerah gelap yang disebut Shadow test (+). Pada

sebagian kasus, lensa dapat tampak seperti bengkak karena adanya proses

penyerapan air, yang disebut juga katarak intumesen. Tahap intumesen ini

juga dapat terjadi pada stadium-stadium berikutnya. Karena adanya

penyerapan air dan lensa menjadi bengkak, bilik mata depan menjadi dangkal

yang dapat menyebabkan glaucoma sekunder.

Katarak Intumesen

4. Katarak Matur

Pada stadium ini lensa telah keruh seluruhnya yang terjadi akibat deposisi ino

Ca yang menyeluruh dan terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan

23

Page 24: Vanni - Katarak

berukuran normal kembali. Tidak tampak lagi bayangan iris sebab semua

sinar dipantulkan kembali, Shadow test (-). Kekeruhan seluruh lensa ini bila

dibiarkan terlalu lama maka akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.

Katarak Matur

5. Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur dapat terjadi dalam 2 bentuk:

· Katarak Morgagnian

Pada stadium hipermatur dapat terjadi kerusakan kapsul lensa sehingga isi

korteks yang telah mencair dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang di

bawahnya terdapat nukleus lensa.

· Sclerotic Type hypermature Cataract

24

Page 25: Vanni - Katarak

Pada stadium ini, korteks akan berdisintegrasi dan lensa menjadi mengkerut

akibat kebocoran cairan. Kapsul anterior akan menjadi keriput dan menebal

karena adanya proliferasi sel-sel anterior yang menyebabkan terjadinya

katarak kapsular putih padat. Lensa yang mengkerut juga menyebabkan

bilik depan mata menjadi dalam dan iris menjadi bergetar (Iridodonesis).

Katarak Morgagnian

25

Page 26: Vanni - Katarak

4. Gejala:

3.6.3 Gejala

Silau

Salah satu gejala awal di mana terjadi intoleransi cahaya atau mudah

merasa silau terhadap cahaya atau sinar matahari. Tingkat keparahan

gejala ini dipengaruhi oleh lokasi dan ukuran dari kekeruhan lensa yang

terjadi.

Uniocular polyopi

Penglihatan ganda yang dapat terjadi karena adanya refraksi yang

irregular yang disebabkan karena adanya proses kekeruhan lensa

tersebut.

Halo atau warna di sekitar sumber cahaya

Hal ini disebabkan oleh adanya pemecahan cahaya putih ke spectrum

bewarna yang disebakan karena adanya tetes air di dalam lensa.

Bintik hitam di depan mata

Penglihatan menjadi kabur dan berkabut

Hilangnya penglihatan

Gejala ini biasanya tidak sakit dan bersifat progresif.

26

Page 27: Vanni - Katarak

Pasien dengan kekeruhan lensa di bagian sentral (katarak kupuliform)

akan mengalami kehilangan penglihatan dini dan penglihatan akan

membaik jika pupil sedang berdilatasi pada cahaya yang remang (day

blindness).

Pasien dengan kekeruhan lensa di bagian perifer (katarak kuneiform),

hilangnya penglihatan akan lebih lambat dan penglihatan akan

membaik saat pupil berkontraksi Pasien dengan katarak nuclear akan

mengalami penurunan kemampuan penglihatan jauh di mana

cenderung dapat membaca tanpa kaca mata presbiopia. Perbaikan

kemapuan baca ini disebut second sight.

Dengan adanya proses kekeruhan lensa yang berkelanjutan,

kemampuan penglihatan akan berkurang sampai hanya dapat

menerima persepsi cahaya saja.

3.6.4 Pemerikaan Penunjang

1. Tes visus

Bergantung dari lokasi dan stadium maturasi katarak, visus dapat

berkisar dari 6/9 sampai hanya dapat melihat persepsi cahaya saja.

2. Pemeriksaan penyinaran miring / Oblique illumination examination

Pemeriksaan ini untuk melihat warna lensa di sekitar pupil yang dapat

bervariasi pada berbagai macam katarak.

3. Iris shadow test

Tujuan tes bayangan adalah untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa.

Dasar pemeriksaan adalah makin sedikit lensa keruh pada bagian

posterior maka makin besar bayangan iris pada lensa yang keruh

tersebut, sedang makin tebal kekeruhan lensa makin kecil bayangan iris

pada lensa.

27

Page 28: Vanni - Katarak

Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh

terhadap pupil berarti lensa belum kerih seluruhnya (belum sampai

ke depan) ; ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disebut

shadow test (+).

Apabila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terdapat pupil

berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul anterior)

terdapat pada katarak matur, keadaan ini disebut shadow test (-).

Bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya, mengecil

serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada

lensa besar dan keadaan ini disebut pseudopositif.

3.6.5 Penatalaksanaan

Sebagian besar katarak tidak dapat dilihat oleh pengamat awam sampai

menjadi cukup padat (Matur atau hipermatur) dan menimbulkan kebutaan. Namin

pada stadium perkembangan yang paling dini katarak dapat didekteksi melalui

pupil yang berdilatasi maksimum dengan oftalmoskop, loupe atau slitlamp.

Dengan penyinaran miring (45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan

lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh (iris shadow).

Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan

kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. Katarak hipermatur, lensa

akan mengeriput sehingga shadow test akan menunjukkan hasil yang negatif.

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah pemeriksaan

slitlamp, funduskopi bila mungkin, tonometer juga pemeriksaan prabedah lainnya

seperti adanya infeksi pada kelopak mata dan konjungtiva karena dapat

28

Page 29: Vanni - Katarak

menimbulkan penyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah. Sebelum

pembedahan juga harus dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat

apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Misalnya pada

katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang

tidak sesuai sehingga mungkin penglihatan yang turun adalah akibat dari kelainan

retina dan bila dilakukan pembedahan akan memberikan hasil tajam penglihatan

yang tidak memuaskan. Penatalaksanaan katarak dilakukan berdasarkan

pemeriksaan pasien dan faktofaktor penyulit yang mungkin ada. Evaluasi pasien

yang penting antara lain: apakah penurunan kemampuan visual pasien dapat

ditolong dengan operasi, apakah akan terjadi perbaikan visus jika operasi

dilakukan tanpa komplikasi, apakah pasien atau keluarga dapat dipercaya untuk

perawatan posoperatif, apakah opasitas lensa berpengaruh terhadap kondisi

sistemik dan okuler pasien. Beberapa pengobatan non-bedah mungkin efektif

sementara untuk fungsi visual pasien katarak. Sebagai contoh, keadaan refraksi

dapat ditingkatkan dengan koreksi untuk penglihatan jauh dan dekat. Dilatasi

pupil mungkin dapat membantu pada katarak aksialis yang kecil dengan cahaya

yang lewat melalui bagian perifer lensa.

Penatalaksanaan medical pada katarak secara ketat dilakukan. Penghambat

aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol,

menunjukkan pencegahan katarak karena gula. Agen antikatarak lainnya termasuk

sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione raising agent dan antioksidan vitamin

C dan E. Obat yang dikenal di pasaran dapat memperlambat proses pengeruhan

antara lain Catalin, Quinax, Catarlen dan Karyuni. Beberapa pasien dengan fungsi

visual terbatas dapat dibantu dengan alat Bantu optik bila operasi belum bisa

dilakukan. Dengan monokuler 2,5x2,8 dan 4x lebih dekat ke objek, penggunaan

magnifier, teleskop dapat membantu membaca dan kerja dekat. Katarak akan

mengurangi kontras dan menyebabkan kabur. Panjang gelombang yang pendek

menyebabkan penyebaran warna, intensitas dan jarak cahaya, jika pasien mampu

mengatasinya terutama pada kondisi terang, penggunaan lensa absortif mampu

mengurangi disabilitas. Pasien dapat dioperasi bila ada kemauan dari pasien itu

sendiri untuk memperbaiki visus yang biasanya baru disadari setelah terjadi

gangguan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari.

29

Page 30: Vanni - Katarak

Keputusan untuk melakukan operasi harus didasarkan pada kebutuhan

visual pasien dan potensi kesembuhannya. Secara umum, indikasi operasi katarak

bila terdapat kondisi stereopsis, penyusutan lapangan pandang perifer dan gejala

anisometropia. Indikasi medical dilakukannya operasi termasuk pencegahan

komplikasi seperti glaucoma fakolitik, glaucoma fakomorfik,uveitis facoantigenik

dan dislokasi lensa ke bilik mata depan. Indikasi tambahanya adalah untuk

diagnosis atau penatalaksanaan penyakit okuler lainnya, seperti retinopati diabetik

atau glaucoma. Pengobatan katarak pada intinya hanya dapat dilakukan dengan

pembedahan.7 Namun berbagai macam cara pengobatan non-bedah dapat

membantu pada berbagai macam kondisi tertentu sampai proses operasi

pembedahan dapat dilakukan

1. Pengobatan non-bedah

a. Pengobatan penyebab dari katarak

Pengobatan penyebab dari katarak sangat penting dilakukan untuk

menghentikan atau memperlambat perjalanan penyakit katarak sehingga proses

pembedahan dapat ditunda.

Mengobati dan mengkontrol Diabetes Mellitus

Penghentian pemakaian obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti

kortikosteroid, phenothiazine, dan miotics

b. Meningkatan kemampuan penglihatan pada penderita katarak imatur dan

katarak insipien

Pemakaian kaca mata hitam pada penderita katarak sentralakan sangat

membantu

Refraksi, di mana dapat berubah dalam jangka waktu yang lumayan

singkat, harus selalu dikontrol secara berkala

Pengaturan pencahayaan. Pada pasien dengan kekeruhan lensa bagian

perifer, pencahayaan yang terang dapat membantu meningkatan

kemampuan penglihatan. Sebaliknya, pada penderita katarak dengan

kekeruhan lensa bagian sentral membutuhkan pencahayaan yang redup

untuk mendapatkan penglihatan yang baik.

Penggunaan mydriatic dapat membantu menigkatkan penglihatan.

30

Page 31: Vanni - Katarak

penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversi

glukosa menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula.

Agen antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin,

glutathione raising agent dan antioksidan vitamin C dan E juga dapat

menghambat proses kekeruhan lensa.

2. Pembedahan

Indikasi :

Memperbaiki kemampuan penglihatan Tindakan pembedahan dilakukan jika

katarak tersebut telah mengganggu aktivitas sehari-hari penderita

Adanya Indikasi medis Terkadang visus penderita masih bagus dan masih

dapat melakukans kegiatan sehari-hari, namun tindakan pembedahan dapat

dianjurkan jika ada indikasi medis seperti:

o Lens Induced glaucoma

o Phacoanaphylactic endophtalmitis

o Penyakit-penyakit pada retina seperti retinopati diabetes atau ablasi retina

di mana pengobatannya dihambat oleh adanya kekeruhan lensa

Indikasi kosmetik Untuk mendapatkan kembali pupil yang bewarna hitam

3. Evaluasi preoperatif

Sebelum melakukan tindakan pembedahan, pemeriksaan secara keseluruhan

harus dilakukan.

Pemeriksaan kesehatan umum

Pemeriksaan mata

Pemeriksaan fungsi retina

Menilai apakah ada infeksi local pada mata

Pemeriksaan bilik mata depan dengan slit lamp

Pemeriksaan tekanan bola mata

4. Pengobatan Preoperatif

Antibiotik topical

Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan

Informed consent

Menurunkan tekanan bola mata (IOP)

Menjaga agar pupil tetap berdilatasi

31

Page 32: Vanni - Katarak

Teknik anestesi yang digunakan:

1. Lokal

Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah anestesi

lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:

a. Topikal anestesi

b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain

+ Markain (1:1)

c. Retrobulbaer

d. Parabulbaer

2. Umum

Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan anak.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih

dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari

metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan

dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material,

dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2

tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra

capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara

umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering

digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.

Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena

itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan lemah adalah

salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan

hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan

terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat

lama populer. Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis

yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,

hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk

mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.

32

Page 33: Vanni - Katarak

Kontraindikasi:

Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur

kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan

syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.

Komplikasi:

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

33

Page 34: Vanni - Katarak

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul

posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prosedur utama

pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan

alat, kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua

kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada

kontraindikasi.9 Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra

ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,

kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk

terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan

kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan

pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul

pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi

yaitu adanya subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan

keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya.

Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman

melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.

34

Page 35: Vanni - Katarak

Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:

ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule

tidak intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita

usia di bawah 40 tahun.

Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak

dapat dilakukan

Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi

pada bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya

dapat terjadi pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak

dapat terjadi.

35

Page 36: Vanni - Katarak

Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema,

dan ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE

Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE

dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil

Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:

Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak

memerlukan alat yang canggih.

Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin

terjadi pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE

ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi

massal

Ada 3 macam tipe dari ECCE:

Conventional extracapsular cataract Insicion (ECCE)

Manual small incision cataract surgery (SICS)

Phacoemulsification.

Phakoemulsifikasi

Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan

gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini

diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic

akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan

menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra

Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang

kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang

memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-

hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan

katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan

keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa

intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel

yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

36

Page 37: Vanni - Katarak

SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik

pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena

biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk

dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak

mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik

mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada (pseudofakia)

Menggunakan lensa kontak

Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman.

Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua

kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.

37

Page 38: Vanni - Katarak

38

Page 39: Vanni - Katarak

Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:

Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih

singkat

Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:

Insisi yang panjang (10-12mm)

Jahitan yang dibutuhkan banyak

Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi

Iritasi dan abses pada suture postoperasi

Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi

Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi

Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat

Terjadi

Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi

Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV dan

V

Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik

phacoemulsifikasi

Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada

mesin dan dapat dilakukan di mana saja

Komplikasi postoperasi lebih jarang

Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat

Biaya yang dibutuhkan lebih murah

Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi

Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya pembedahan

Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera

Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi

Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)

lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)

39

Page 40: Vanni - Katarak

Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai

sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari

IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata:

Anterior Chamber IOL

Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL

ini dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai

karena mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.

Iris-Supported lenses

Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang

dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post

operatif

40

Page 41: Vanni - Katarak

Posterior chamber lenses

PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau

oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:

o Rigid IOL

Terbuat secara keseluruhan dari PMMA

o Foldable IOL

Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah

tindakan phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan

collaner

o Rollable IOL

IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit

teknik, terbuat dari hydrogel.

41

Page 42: Vanni - Katarak

Indikasi pemasangan IOL:

Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada

kontraindikasinya.

Pseudophakia

Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan

setelah pemasangan lensa tanam:

Emmetropia

Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian

hanya membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja

Consecutive Myopia

Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang

demikian membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga

membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekatnya

Consecutive Hypermetropia

Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi

sehinggamembutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan

tambahan +2D, +3D untuk penglihatan dekatnya.

Tanda-tanda pseudophakia:

o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus

o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata

normal

o Iridodonesis ringan

o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.

o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil

maka akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi

dengan mendilatasi pupil.

o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang

ditanam.

Perawatan Pasca Bedah

Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya

lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan

42

Page 43: Vanni - Katarak

untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat

benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2

bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika

nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya

dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara

dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat

melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata

permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ) Selain itu juga akan diberikan

obat untuk :

- Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang

menyayat maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang

mungkin timbul benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang

digunakan saat pembedahan

- Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap

rutin dan perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi

karena kebersihan yang tidak sempurna.

- Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna

untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.

- Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi

pasca bedah.

3.6.7 Komplikasi

Komplikasi katarak dapat dibagi menjadi:

· Komplikasi preoperative

· Komplikasi intraoperative

· Komplikasi postoperative dini

· Komplikasi postoperative lanjut

· Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL

Komplikasi preoperative

· Kecemasan

Dapat diberikan obat-obatan anxiolitik seperti diazepam 2-5 mg pada saat

mau tidur.

· Mual dan gastritis

43

Page 44: Vanni - Katarak

Dapat menderita mual dan gastritis akibat obat yang diberikan sebelum

tindakan operasi seperti acetazolamide, glycerol sehingga dapat diberikan

antasid oral untuk meredakan gejala

· Konjungtivitis iritan atau alergi

Dapat terjadi karena obat topical antibiotik yang diberikan sebelum

tindakan operasi sehingga tindakan operasi harus ditunda sampai 2 hari

dan dilakukan penghentian obat tersebut

· Abrasi kornea

Dapat terjadi karena tindakan pengukuran tonometri yang salah sehingga

harus diberikan antibiotik ointment dan tindakan ditunda selama 2 hari.

· Komplikasi yang terjadi karena anestesi local

- Pendarahan Retrobulbar karena adanya blok pada retrobulbar

sehingga harus diberikan pilocarpine 2% dan tindakan ditunda

selama 1 minggu

- Oculocardiac reflex di mana dapat terjadi bradikardia dan aritimia

karena adanya blok pada retrobulbar sehingga dapat diberikan

atropine intravena.

- Perdarahan subkonjungtiva yang kadang-kadang dapat terjadi

namun tidak memerlukan tindakan lebih lanjut.

- Dislokasi dari lensa secara spontan terutama pada pasien dengan

zonul yang lemah dan telah berdegenerasi terutama pada katarak

yang hipermatur.

Komplikasi tindakan pembedahan

1. Komplikasi Intra Operatif

Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau

efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,

injuri pada iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga

vitreous.

2. Komplikasi dini pasca operatif

o Hyphema

o COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil

44

Page 45: Vanni - Katarak

dan siliar, edema stroma dan epitel , hipotonus, brown-McLean

syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih

paling sering)

o Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

o Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang

tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti

penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis

anterior kronik dan endoftalmitis.

o Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

o Endoftalmitis bacterial yang biasanya timbul 3-4 hari setelah operasi

dengan gejala: sakit, penurunan vidud, edema pada kelopak,

chemosis pada konjungtiva, injeksi sirkumsiliari, hipopion, dan

hilangnya refleks pupil

3. Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina

Cystoid macular Edema, yaitu akumulasi cairan dengan bentuk kista

di lapisan henle pada macula. Pada pemeriksaan fundus, terlihat

honeycomb appearance.

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi

rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler

Penumbuhan epitel konjungtiva ke anterior chamber melalui defek

pada insisi yang lama-kelamaan dapat menyebabkan glaukoma.

Glaukoma yang terjadi karena aphakia dan pseudoaphakia.

Sisa-sisa dari kekeruhan lensa yang berada di antara anterior dan

posterior kapsul yang dikelilingi oleh jaringan fibrin atau darah.

Tipe proliferative karena adanya sel-sel epitel anterior yang

tertinggal yang dapat tumbuh ke arah kapsul posterior dan dapat

menyebabkan kekeruhan.

4. Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL

Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan

glaucoma sekunder

Malposisi dari IOL

45

Page 46: Vanni - Katarak

Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)

Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)

Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous cavity.

3.6.8 Prognosis

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam

penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.

46

Page 47: Vanni - Katarak

BAB 4

KESIMPULAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. 90% orang yang berusia 70 tahun akan

menderita katarak senilis ini. Biasanya katarak ini akan menyerang kedua

mata/bilateral tetapi pada kebanyakan kasus salah satu mata akan menderita

katarak terlebih dahulu daripada mata lainnya. Kekeruhan pada katarak senilis

dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan gambaran morfologik. Berdasarkan

morphologinya, katarak senilis terjadi dalam 2 bentuk yaitu katarak inti (nuclear)

dan katarak kortikal. Secara klinis, katarak senilis dapat dibedakan menjadi

katarak insipien, katarak imatur, katarak matur, dan katarak hipermatur. Gejala

pada

Tindakan bedah ini dilakukan bila telah ada indikasi bedah pada katarak

senil, seperti katarak telah mengganggu pekerjaan sehari-hari walapun katarak

belum matur, karena apabila telah menjadi hipermatur akan menimbulkan

penyulit (uveitis atau glaukoma) dan katarak telah telah menimbulkan penyulit

seperti katarak intumesen yang menimbulkan glaukoma. Ada beberapa pilihan

untuk teknik pembedahan pada kasus katarak, antara lain: ECCE (Extracapsular

Cataract Extraction), ICCE (Intracapsular Cataract Extraction), SICS (Small

Incision Cataract Surgery) dan Fakoemulsifikasi. Prosedur yang paling popular di

Indonesia adalah teknik ECCE karena beberapa keuntungan yang dimilikinya

disertai engan pemasangan lensa tanam untuk dapat mengembalikan visus paling

sempurna. Apabila pembedahan masih belum dapat dilakukan, dapat diberikan

penghambat aldose reduktase bekerja dengan menghambat konversiglukosa

menjadi sorbitol, menunjukkan pencegahan katarak karena gula begitu jugaagen

antikatarak lainnya termasuk sorbitol lowering agent, aspirin, glutathione

raisingagent dan antioksidan vitamin C dan E. Obat yang dikenal di pasaran

dapatmemperlambat proses pengeruhan antara lain Catalin, Quinax, Catarlen dan

Karyuni. Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

47

Page 48: Vanni - Katarak

pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam

penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.

48

Page 49: Vanni - Katarak

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophtalmology. The Eye M.D Association. “Basic and

clinical Science Course . Section 11: Lens and Cataract, Chapter VIII-IX”

Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI :

Jakarta

Kahnen, T. 2005.Cataract and Refractive Surgery, Penerbit Springer : Germany,

hal 19.

Khurana AK. Clinical Methods in Ophtalmology. New Age International :

New Delhi.

Lang, Gerhard K. 2000. Opthalmology, A short Textbook, Penerbit Thieme

Stuttgart : New York, hal 173-185

Vaughan D.G, Asburry T., Riordan-Eva P., Suyono Y.J. (ed). 2000. Oftalmologi

Umum, Widya Medika, Jakarta

Wijana, Nana, S.D. 1993. Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6, Penerbit Abadi

Tegal, 190-196

Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et. All.

2005. Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69. Section 11.

49