lapsus katarak

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Katarak adalah suatu keadaan patologi dimana terjadi kekeruhan pada lensa akibat hidrasi cairan dan denaturasi protein. Penyebab kekeruhan lensa ini bisa primer, gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal maupun umum. Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak antara lain: degeneratif, pemakaian obat kortikosteroid dalam jangka panjang, berbagai penyakit peradangan dan metabolik, faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet). 1,2,3 Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO), katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia. 4 Penyakit katarak merupakan gangguan penglihatan yang paling dominan dialami oleh para lanjut usia (lansia) dalam beberapa tahun terakhir. Dari jumlah 200 juta penduduk Indonesia, sebanyak 1,5 persen atau 3 juta orang mengalami kebutaan. Dari angka tersebut, 0,76 persennya (2,28 juta) menderita katarak. Sementara itu, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO),

Upload: tatik-handayani

Post on 14-Aug-2015

248 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

dapat

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Katarak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak adalah suatu keadaan patologi dimana terjadi kekeruhan pada

lensa akibat hidrasi cairan dan denaturasi protein. Penyebab kekeruhan lensa ini

bisa primer, gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau sekunder,

akibat tindakan pembedahan lensa dan komplikasi penyakit lokal maupun umum.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak antara lain: degeneratif, pemakaian

obat kortikosteroid dalam jangka panjang, berbagai penyakit peradangan dan

metabolik, faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet).1,2,3

Katarak kerap disebut-sebut sebagai penyebab kebutaan nomor satu di

Indonesia. Bahkan, mengacu pada data World Health Organization (WHO),

katarak menyumbang sekitar 48% kasus kebutaan di dunia.4

Penyakit katarak merupakan gangguan penglihatan yang paling dominan

dialami oleh para lanjut usia (lansia) dalam beberapa tahun terakhir. Dari jumlah

200 juta penduduk Indonesia, sebanyak 1,5 persen atau 3 juta orang mengalami

kebutaan. Dari angka tersebut, 0,76 persennya (2,28 juta) menderita katarak.

Sementara itu, menurut data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80

persen penyandang tuna netra dari 45 juta orang buta di seluruh dunia, berusia di

atas 50 tahun.3

Sampai saat ini belum ada terapi obat dalam penatalaksanaan katarak.

Pembedahan merupakan terapi definitif, dimana ada tiga macam bedah katarak,

antara lain: ekstraksi intrakapsular (ICCE), ekstraksi katarak ekstrakapsular

(ECCE), dan fakoemulsifikasi yang diikuti dengan penggantian lensa buatan

(IOL). Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan

katarak dan menghindari faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.1,2,3

1.2 Tujuan

Mengetahui dan memahami dalam hal penegakan diagnosis dan

penatalaksanaan dari Katarak Senil, serta membandingkan antara temuan klinis

serta teori yang di dapatkan

Page 2: Lapsus Katarak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa

2.1.1 Anatomi Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di

dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris

yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal

dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.5

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks, avaskular tak berwarna,

transparan dan terletak di dalam bilik mata belakang. Tebal sekitar 4 mm dan

diameternya 9 mm. Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang

dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel

subkapsular. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat

lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-

menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa

sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa

yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di

dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar

nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.

Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks

anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai

konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian

perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh

ekuatornya pada badan siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus

dan disebelah posterior terdapat viterus.5

Page 3: Lapsus Katarak

Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu,yaitu :

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung.

Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.

Terletak di tempatnya.5

Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi

bertambah besar dan berat. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar

subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik.5

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit

sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih

tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation

terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,

pembuluh darah atau pun saraf di lensa.6

2.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa

sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas

cahaya paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda

dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa

yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

peningkatan daya biasnya.6

Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan lensa

untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring

dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan berkurang.

Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang mana sebagai bagian optik bola mata

untuk memfokuskan sinar ke bintik kuning, lensa menyumbang +18.0- Dioptri.6

Page 4: Lapsus Katarak

2.1.3 Metabolisme Lensa

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.

Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan

kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior

dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak

ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-

K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-

ATPase.

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%).

Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose,

juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse

adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah

menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Gangguan lensa adalah

kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien yang mengalami

gangguan-gangguan tersebut akan menderita kekaburan penglihatan tanpa nyeri.7

2.2 Katarak

2.2.1 Definisi

Katarak adalah keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa

atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan

berjalan progresif.

Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena

dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan

bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa

bervariasi. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih

berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah

memulai proses degenerasi.8

Page 5: Lapsus Katarak

2.2.2 Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak

pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50%

untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70%

untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.8

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering

pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto,

rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia

lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.8

2.2.3 Etiologi

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau

bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur

60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu

terinfeksi virus pada saat hamil muda.8

Penyebab Katarak lainnya Meliputi :

Faktor keturunan.

Cacat bawaan sejak lahir.

Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.

Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus) kemungkinan

disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penanganan

dan metabolisme glukosa.

Gangguan pertumbuhan,

Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

Rokok dan Alkohol

Operasi mata sebelumnya.

Trauma (kecelakaan) pada mata.

Faktor-faktor lainya yang belum diketahui.8

2.2.4 Patofosiologi

Page 6: Lapsus Katarak

Etiologi dan patogenesis katarak sangat kompleks dan belum sepenuhnya

dimengerti. Pada katarak yang terkait usia, kerusakan foto-oksidatif pada serat-

serat membran dan protein lensa dikatakan menjadi penyebab utama. Beberapa

penelitian menunjukkan peningkatan produk oksidasi seperti oxidized glutathione

dan penurunan antioksidan (vitamin) dan enzim superoksidase pada penderita

katarak senilis. Teori stres oksidatif pada katarak disebut kataraktogenesis. Selain

itu, seiring dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan akumulasi pigmen di

dalam lensa, juga penambahan cairan dan pemecahan protein lensa yang membuat

berat dan ketebalannya bertambah, sementara kekuatannya menurun. Sebagian

katarak berhubungan dengan penyakit mata lain (seperti retinitis pigmentosa dan

miopia tinggi) atau penyakit sistemik spesifik (misalnya diabetes mellitus dan

galaktosemia). 1,3

Pajanan sinar ultraviolet, kurang gizi, merokok dan peminum alkohol

adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko katarak. Tidak hanya

ultraviolet, tipe radiasi lainnya seperti radiasi sinar X dan radiasi kosmik berkaitan

dengan perkembangan katarak. Terbukti dari tingginya angka kejadian katarak

pada negara-negara tropis juga profesi-profesi khusus yang terpapar radiasi seperti

pilot dan astronot. Kekurangan gizi khususnya zat antioksidan seperti beta-

karoten, selenium, vitamin C dan E juga dapat mempercepat proses

berkembangnya penyakit katarak. 1,3

Secara umum ada dua proses patogenesis katarak yaitu:

a. Hidrasi

Terjadi perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan

cairan di antara celah-celah serabut lensa.

b. Sklerosis

Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah

tengah sehingga bagian tengah (nukleus) menjadi lebih padat, mengalami

dehidrasi serta penimbunan kalsium dan pigmen.

Perubahan lensa pada usia lanjut:

Kapsul

o Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

Page 7: Lapsus Katarak

o Mulai presbiopia

o Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

o Terlihat bahan granular

Epitel – makin tipis

o Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

Serat lensa

o Lebih irregular

o Pada korteks jelas kerusakan serat sel

o Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang

warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan

dibanding normal.

o Korteks tidak berwarna karena:

Kadar a. askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.11

2.2.5 Klasifikasi

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:

Katarak perkembangan dan degeneratif

Katarak kongenital, juvenil, dan senil

Katarak komplikata

Katarak traumatik.1

Berdasarkan usia pasien katarak dapat dibagi dalam:

Katarak kongenital, yaitu katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun.

Katarak juvenil, yaitu katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di

bawah 40 tahun.

Katarak presenil, yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 30-40 tahun.

Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.1

Page 8: Lapsus Katarak

Stadium katarak:

Katarak insipien.

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

Kekeruhan mulai dari tipe ekuator berbentuk jenji menuju korteks anterior

dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular

posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan

degenerative (benda Morgagni) pada katarak insipien.

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refaksi yang

tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap

untuk waktu yang lama.10

Katarak intumesen.

Terjadi kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang

degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan

lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata

menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan

dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan

ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya

akan bertambah, yang memberikan miopisasi.

Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan

jarak lamel serat lensa.10

Page 9: Lapsus Katarak

Katarak imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak, lensa masih memiliki bagian yang

jernih. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur

akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan

lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.10

Katarak matur.

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak

imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga

lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa

yang mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran

kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,

sehingga uji bayangan iris negatif.10

Katarak hipermatur.

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.10

Masa lensa yang sedang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga

lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat

bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan

terus sehingga hubungan dengan zonula Zinn menjadi kendor. Bila proses katarak

berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi

dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai

sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa

karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.10

Perbedaan stadium katarak

Page 10: Lapsus Katarak

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normal Bertambah

(air masuk)

Normal Berkurang

(air+masa lensa

keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis + Glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti ( Nuclear )

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus

atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan yang

biasa terjadi:

• Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat, dan untuk melihat

dekat melepas kaca matanya

• Setelah mengalami penglihatan kedua ini ( melihat dekat tidak perlu kaca

mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih

coklat

• Menyetir malam silau dan sukar

• Sukar membedakan warna biru dan ungu

2. Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan

putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu

penglihatan. Banyak pada penderita DM. Keluhan yang biasa terjadi:

• Penglihatan jauh dan dekat terganggu

• Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra

3. Katarak Subkapsular

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan

sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka

Page 11: Lapsus Katarak

waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada

kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi:

• Mengganggu saat membaca

• Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya

• Mengganggu penglihatan

2.2.6 Gejala Klinis

Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa.

Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau

menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Beratnya gangguan

penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.8

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan dari penglihatan. Penyimpangan

penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang. 14

Penurunan visus merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan pasien

dengan katarak senilis.

Silau. Keluhan ini termasuk seluruh spectrum dari penurunan sensitivitas

kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari hingga

silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.

Perubahan miopik. Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan

dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.

Sebagai akibatnya, pasien presbiop melaporkan peningkatan penglihatan

dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut

Page 12: Lapsus Katarak

dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight tidak

terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.

Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang terkonsentrasi

pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area refraktil pada bagian

tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran terbaik pada reflek

merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti

ini menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan

kacamata, prisma, atau lensa kontak

Noda, berkabut pada lapangan pandang.

Ukuran kaca mata sering berubah

2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Gejala obyektif yang ditemukan pada pasien katarak:

Pada lensa tidak ada tanda-tanda inflamasi

Jika mata diberi sinar dari samping : lensa tampak keruh keabuan atau

keputihan dengan latar hitam.

Pada fundus reflex dengan opthalmoskop: kekeruhan tersebut tampak hitam

dengan latar orange, dan pada stadium matur hanya didapatkan warna putih

atau tampak kehitaman tanpa latar orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa

sudah keruh seluruhnya.

Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut kamera

anterior menyempit sehingga tekanan intraokuler meningkat, akibatnya

terjadi glaukoma.

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan adalah:

Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum

dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan

turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuclear tipis dengan myopia tinggi

akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin

penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan

pembedahan maka akan memberikan hasil tajam penglihatan yang tidak

memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil akan

mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada

Page 13: Lapsus Katarak

penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien berada

ditempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak

kemajuan.

Pemeriksaan mata standar dan dengan melihat lensa melalui senter tangan,

kaca pembesar, slit lamp, funduskopi, pada kedua mata bila mungkin,

tonometer sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring (45

derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati

lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan

jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat

dengan pupil terjadi pada katarak matur.

Pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada

kelopak mata, konjungtiva, karena dapat menjadi penyulit yang berat berupa

panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.

USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

2.2.8 Penatalaksanaan 14

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika

gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala

cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat

menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase inhibitor, diketahui

dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol, sudah memperlihatkan

hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti

katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar

sorbitol, aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Lebih dari bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari

metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan

dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi, material, dan

bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe

bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler

cataract ekstraksi (ECCE).

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Page 14: Lapsus Katarak

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan

dipindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang

metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi.

Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan

pembedahan yang sangat lama populer.

ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia

kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular.

Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,

uveitis, endoftalmitis dan perdarahan

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran

isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.

Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular

posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan

dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps

badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya

mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti

prolaps badan kaca.

Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya

katarak sekunder.

3. Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi (phaco) maksudnya membongkar dan memindahkan

kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm)

di kornea. Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak,

selanjutnya mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur

sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui

irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih

dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali

Page 15: Lapsus Katarak

melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital,

traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak

senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan

dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa

intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

4. SICS

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan

teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena

lebih cepat sembuh dan murah.

Indikasi operasi :

Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam

melakukan rutinitas pekerjaan

Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaukoma

Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak

3 m didapatkan hasil visus 3/60

Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara

defenitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih dari 90%. Sisanya 10%

pasien mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glukoma,

ablasio retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan epitel ke

bawah (ke arah kamera anterior ) yang menghambat pemulihan visus. Lensa

intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi

katarak menjadi lebih mudah dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang

tebal.9

Komplikasi pasca Operasi. Komplikasi dapat ditekan seminimal

mungkin jika perawatan pre-operasi dan pasca operasi dilakukan sesuai prosedur.

Adapun komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

- Hilangnya vitreous, jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi,

maka gel vitreous masuk ke dalam bilik anterior yang merupakan resiko

terjadinya glaukoma atau traksi pada retina

- iris prolaps

- endophthalmitis ( infeksi intraokuler ),

Page 16: Lapsus Katarak

- astigmatisme pasca operasi.

2.2.9 Prognosis 14

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam

penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.

BAB III

LAPORAN KASUS

Anamnesis

Anamnesis didapatkan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik

dilakukan pada tanggal 16 Maret 2013 di Poli Mata RSUD. AWS.

Identitas Pasien

Nama : Tn. U

Page 17: Lapsus Katarak

Umur : 81 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Jl. Suka Bumi RT.011 Rimba Ayu

Keluhan Utama : Penglihatan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan adanya penurunan penglihatan sejak 2 tahun yang

lalu, terutama pada mata kiri, kemudian 1 tahun terakhir terjadi pula penurunan

penglihatan pada mata kanan. Dimana penglihatam kabur ini terjadi berangsur-

angsur. Pasien mengeluhkan pandangan mata kiri seperti tertutup selaput, dan

merasakan silau bila terkena cahaya atau berada ditempat yang terang. Tidak ada

riwayat trauma pada kedua mata. Tidak ada keluhan mata merah, gatal, dan nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat Hipertensi

(-), Diabetes Melitus (-).

Riwayat Penyakit Keluarga :

Keluarga dengan keluhan serupa tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan:

Pasien merupakan perokok aktif sejak masa mudanya hingga sekarang. Minum-

minuman beralkohol (-). Penggunaan obat-obatan tertentu (-)

Riwayat Pekerjaan:

Pasien dahulu seorang petani, namun sekarang pasien sudah tidak bekerja lagi

sejak ± 10 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit Ringan

Kesadaran : Kompos Mentis

Status Generalisata

Kepala dan leher : Dalam batas normal

Thoraks : Dalam batas normal

Page 18: Lapsus Katarak

Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Oftalmologi

Pemeriksaan Okuli dekstra Okuli sinistra

Visus 6/60 1/300

Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia

Pergerakan Bola Mata Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Silia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Palpebra Superior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Palpebra Inferior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Konjungtiva Bulbi Tidak ada kelainan Tidak ada kelaianan

Kornea Jernih Jernih

COA Kedalaman cukup Kedalaman cukup

Pupil Bulat, reguler, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Bulat, reguler, 3 mm,

refleks cahaya (+)

Iris Warna cokelat Warna cokelat

Shadow Test (+) (-)

Lensa Sedikit keruh Keruh pada seluruh lensa

TIO (palpasi) Normal Normal

Funduskopi Refleks fundus (+) Refleks fundus (-)

Okuli Sinistra Okuli Dekstra

Page 19: Lapsus Katarak

Diagnosis Kerja

Katarak senil stadium matur OS + Katarak senil stadium imatur OD

Penatalaksanaan

Pembedahan: pengangkatan lensa dengan SICS + IOL

Terapi post-op:

Cefadroxyl 500 mg 2 x 1 tab

Xitrol ED (polimixin, neomicin, dexamethason) 6 x 1 gtt

Meloxicam 1 x 15 mg

Prednison 3 x 2 tab

Prognosis

At vitam : Bonam

At functionam : Bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Penelitian-penelitian di Amerika Serikat

mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini

meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74

tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah

1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani

Page 20: Lapsus Katarak

operasi katarak. Pada kasus ini terjadi pada pasien berusia 81 tahun, sehingga di

golongkan sebagai katarak senile, dan dengan bertambahnya usia akan menambah

resiko untuk terjadinya katarak pada pasien ini.

Pasien kemudian datang berobat dengan keluhan penglihatannya yang

kabur, pasien merasa seperti pandangannya tertutup oleh selaput, merasa silau bila

terkena cahaya atau berada di tempat yang terang. Hal ini sesuai dengan teori,

dimana disebutkan bahwa penyakit katarak akan memberikan gejala seperti

penurunan visus, perasaan silau, perubahan miopik, diplopia monocular,

pandangan berkabut, dan ukuran kaca mata sering berubah.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor resiko

untuk perkembangan katarak senil. Berbagai penyebab yang berpengaruh adalah

kondisi lingkungan (seperti ultraviolet), merokok, penggunaan alcohol, penyakit

sistemik, trauma, toksik akibat penggunaan kortikosteroid, ergot atau

antikolinesterase topikal, herediter dan usia. Pada pasien ini, katarak yang terjadi

paling mungkin disebabkan oleh karena proses degeneratif akibat bertambahnya

usia, pengaruh sinar ultraviolet serta merokok, karena pada anamnesis tidak

ditemukan faktor resiko lain seperti riwayat keluarga dengan katarak, penyakit

sistemik seperti diabetes melitus, riwayat trauma ataupun penggunaan

kortikosteroid yang lama.

Berdasarkan pemeriksaan fisik pada mata kiri didapatkan, visus

mata kiri 1/300 dengan proyeksi baik dimana pasien dapat menerangkan semua

arah darimana datangnya sinar maka dapat dikatakan bahwa keadaan retina perifer

pasien adalah normal, terdapat kekeruhan pada seluruh bagian lensa, COA cukup,

shadow test (-), dan pada funduskopi didapatkan refleks fundus (-). Pada mata

kanan didapatkan visus mata kanan 6/60, terdapat kekeruhan pada sebagian lensa,

COA cukup, shadow test (+), dan pada funduskopi didapatkan refleks fundus (+).

Hal ini sesuai dengan gejala objektif yang ditemukan pada penyakit katarak

seperti yang telah diterangkan pada teori sebelumnya.

Katarak senil dapat dibagi menjadi 4 stadium yaitu insipien, imatur, matur,

dan hipermatur. Katarak imatur merupakan katarak yang belum mengenai seluruh

lapis lensa sehingga kekeruhan hanya terjadi pada sebagian lensa saja. Pada

katarak imatur akan dapat terjadi bertambahnya volume lensa akibat

Page 21: Lapsus Katarak

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Sedangkan pada

katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa, akan terjadi

kekeruhan seluruh lensa yang mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan

akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada

lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnose pasien

ini yaitu Katarak Senil. Dan dari hasil pemeriksaan fisik yang didapat maka pada

mata kiri pasien diklasifikasikan menjadi katarak senil stadium matur, dan mata

kanan pasien diklasifikasikan menjadi katarak senil stadium imatur.

Pada kasus ini tindakan yang perlu dilakukan adalah pembedahan, yaitu

SICS dan dilakukan pemasangan IOL. Hal ini sesuai dengan literatur, dimana

pembedahan dilakukan jika penderita tidak mampu lagi melakukan pekerjaannya

sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata atau atas indikasi medis

lainnya seperti glaukoma dan uveitis.

Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan

teknik pembedahan kecil. Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena

lebih cepat sembuh dan murah.14

Tanpa dipasang lensa tanam, penglihatan pasca-operasi sangat kurang dan

harus memakai kacamata plus tebal sekitar +10.00 untuk dapat melihat jelas. Oleh

karena itu, pada setiap operasi katarak, lensa yang telah dikeluarkan harus diganti

dengan pemasangan lensa baru IOL (intraocular lens) implant dan ditempatkan di

dalam kapsul lensa. Dengan menggunakan lensa berkualitas masa kini yang

sangat baik, 99% penglihatan akan kembali seperti semula selama retina dan saraf

masih baik. 15

Pengobatan pasca-operasi dapat diberikan tetes mata yang mengandung

antibiotic dan antiinflamasi, dan biasanya penglihatan akan membaik segera

setelah operasi. Meskipun demikian, perawatan pascaoperasi tetap harus

diperhatikan. 15

Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

Page 22: Lapsus Katarak

pembedahan menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2

garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.14

Meskipun sukses mencapai 99%, penglihatan kabur dapat juga disebabkan

faktor lain, seperti kelainan retina (pada diabetes) atau kelainan saraf optic (pasca-

stroke) yang sudah ada sebelum operasi. Hal ini dapat diprediksi sebelum operasi

dengan penilaian fungsi saraf mata “retinometry”. Adakalanya kapsul lensa

menjadi agak tebal dan keruh sehingga penglihatan agak menurun setelah

beberapa bulan operasi.15

BAB V

KESIMPULAN

Pasien jenis kelamin laki-laki dengan nama Tn.U usia 81 tahun datang

dengan keluhan penglihatan kabur. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa Katarak senil stadium matur OS +

Katarak senil stadium imatur OD.

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Tehnik bedah yang dapat digunakan seperti phacoemulsifikasi, SICS, bedah lensa

Page 23: Lapsus Katarak

yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract

ekstraksi (ECCE). Pada pasien ini kemudian dilakukan tindakan pembedahan

SICS.

Secara umum, alur penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien

ini sudah tepat menurut literatur yang ada.

Bagian Ilmu Penyakit Mata Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

OS Katarak Senil Stadium Matur +

OD Katarak Senile Stadium Imatur

Page 24: Lapsus Katarak

Disusun Oleh :

Budi Tri Susilo

Lisa Mayanti

Pembimbing :

dr. Baswara N.E.W, Sp.M

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

Pada Bagian Ilmu Kedokteran Penyakit Mata

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

Samarinda

2013

Page 25: Lapsus Katarak

DAFTAR PUSTAKA

1. Hardy MD Robert A. Katarak. 2002. Dalam Vaughan, MD Daniel G. Oftalmologi

Umum: Jakarta. Hal. 199-200.

2. Ilyas DSM, Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta. Hal.204-205.

3. Satriani, Arba'iyah. Tinggi, Kasus Penyakit Katarak Pada Lansia. (Online) 9

Oktober 2008, (http://www.kabarindonesia.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

4. Natakusuma, Lucky. Y. Referat Terapi Katarak. (Online) 6 April 2010,

(http://www.docstoc.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

5. Ilyas DSM, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta. Hal.8-9.

6. Mila. Anatomi Lensa. (Online) 3 Desember 2010, (http://www.doktercute-

fetus.blogspot.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

7. Schote, T. Pocket Atlas of Ophthamology. 2006. Katarak. New York. Hal.192-

193.

8. Purnomo, Aris. Konsep Penyakit Katarak. (Online) 21 Juni 2010,

(http://www.arispurnomo.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

9. Riodan, P., Anatomi & Embriologi Mata. (Ed) Vaughan, D. G., Asbury, T. dan

Riodan, P., Oftalmologi Umum, Jakarta : Widya Medika, 2000, 1-29

10. Ilyas DSM, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata, FKUI: Jakarta. Hal.205-208.

11. Oktaviani, Rosalia. Katarak. (Online) 15 Maret 2010,

(http://www.oktavia.wordpress.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

12. Amoaku W.M.K Galloway NR. 2006. Common Deseases and Their Management,

Singapore. Hal.132-133.

13. Fajaru. Semua Tentang Katarak. (Online) 6 Juni 2008,

(http://www.kinton.multiply.com, Diakses tanggal 17 Maret 2013).

14. Khailulah, S. A. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan Pada Katarak Senilis.

(http://padmanaba.web.id/file/patologi-pada-katarak1.pdf, Diakses tanggal 20

Maret 2013)

15. Asyari, F. 2010. Operasi Katarak. (rspondokindah.co.id/rspi/, Diakses tanggal 20

Maret 2013)