uji angka lempeng total rimpang basah, rimpang … · uji angka lempeng total rimpang basah,...

79
UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Maria Diyan Monica NIM : 068114119 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010

Upload: leliem

Post on 20-Apr-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG

KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Maria Diyan Monica

NIM : 068114119

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

Page 2: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG

KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Yang diajukan oleh :

Maria Diyan Monica

NIM : 068114119

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt.

Tanggal :

Page 3: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan
Page 4: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada

Yohanes Bambang Soenarko (PAPA) dan M.M. Siti Subaryati

(MAMA)

Sebagai bukti cinta dan baktiku

Kakakku Eben dan keluarga

Serta adikku Yuda Dan seseorang yang selalu ada : Garbo

Page 5: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Diyan Monica

Nomor Mahasiswa : 068114119

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Universitas

Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Uji Angka Lempeng Total Rimpang Basah, Rimpang Kering, dan Ekttrak

Etanolik Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan

secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Februari 2010

Yang menyatakan

Maria Diyan Monica

Page 6: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya yang

begitu melimpah penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Uji Angka Lempeng Total Rimpang Basah, Rimpang Kering, dan Ekstrak

Etanolik Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat bagi penulis dalam

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini tentu saja

tidak terlepas dari arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, yang tanpa

mereka skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si., selaku dosen penguji atas bimbingan

dan perhatiannya.

3. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas bimbingan dan

perhatiannya.

4. Segenap dosen yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam bentuk

apapun kepada penulis.

5. Mas Agus dan seluruh karyawan Laboratorium Mikrobiologi Pusat Studi

Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada atas bantuan yang sangat berarti.

Page 7: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

6. Mas Sarwanto, Mas Wagiran, dan Mas Sigit serta segenap karyawan Fakultas

Farmasi Sanata Dharma yang telah memberikan begitu banyak bantuan dan

kemudahan dalam proses pengerjaan skripsi ini.

7. Orang tuaku tercinta, mama dan papa atas segala doa, dukungan, dan

pengorbanannya, serta seluruh keluarga terutama kakak dan adikku, dan

Garbo atas segala perhatian dan bantuannya.

8. Teman-teman angkatan 2006, terutama 2006 FST atas segenap kebersamaan

selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan : Krismawulan, Dwi, Thomas, Joice, Melia,

Wulan, dan Eka, terimakasih untuk kebersamaan dalam suka dan duka.

10. Teman Kost “Putri Ayu”, terutama Nona, Wiwik, Rinda, Susi, yang banyak

memberi semangat dan senyuman.

11. Teman, rekan, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh

penulis, yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan dari penulis,

sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini berguna bagi seluruh

pembaca, dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta

Penulis

Page 8: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

INTISARI

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu

tanaman obat yang luas digunakan baik oleh masyarakat maupun industri obat

tradisional sebagai bahan baku obat tradisional. Rimpang temulawak

dimanfaatkan dalam berbagai bentuk hasil olahan seperti rimpang basah, rimpang

kering, dan ekstrak etanolik temulawak. Hasil olahan rimpang temulawak

tersebut melewati beberapa proses pengolahan seperti pencucian, pengeringan,

dan ekstraksi. Bahan baku obat tradisional harus memenuhi persyaratan keamanan

yang telah ditetapkan pemerintah, salah satunya adalah nilai Angka Lempeng

Total (ALT).

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif komparatif. Penelitian ini bertujuan untuk

memeriksa jumlah cemaran bakteri dari rimpang basah, rimpang kering, dan

ekstrak etanolik temulawak sehingga dapat ditentukan apakah nilai ALT tersebut

melebihi batas keamanan yang telah ditetapkan atau tidak. Persyaratan ALT

menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

661/MENKES/SK/VII/1994 adalah 10 koloni/gram bahan untuk rajangan

rimpang basah, 10 koloni/gram bahan untuk serbuk dari rimpang kering (Anonim,

1994a), dan menurut Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia adalah 10

koloni/ml ekstrak untuk ekstrak etanolik temulawak (Anonim, 2004).

Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif yang dianalisis dengan

perhitungan Angka Lempeng Total. Dari data kuantitatif 3 macam sampel dengan

3 kali replikasi yang dilakukan, diperoleh jumlah koloni untuk rimpang

temulawak sebesar 2,9x108±0,058x10

8 koloni/gram sampel; untuk rimpang kering

temulawak sebesar 1,4x107±0,058x10

7 koloni/gram sampel; dan untuk ekstrak

etanolik temulawak sebesar 1,0x103±0,16x10

3 koloni/ml sampel.

Dari data yang didapatkan di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk

olahan rimpang basah, rimpang kering, dan ekstrak etanolik temulawak pada

penelitian ini tidak memenuhi parameter keamanan nilai ALT yang telah

ditetapkan pada SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia

661/MENKES/SK/VII/1994 dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia.

Kata kunci: Angka Lempeng Total (ALT), rimpang, ekstrak etanolik,

Temulawak, proses pengolahan

Page 9: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

ABSTRACT

Curcuma (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is one of the plants have been

widely used by Indonesian people and traditional medicine industries as raw

material in process of making traditional medicine. Curcuma rhizome used in

various type such as rhizome, dried rhizome, or ethanolic extract. As raw material

for traditional medicine, those products of curcuma rhizome have to fullfill the

safety strandard, and one of those safety standard is Total Plate Count.

The research was considered a non-experimental research with descriptive

and comparative research design. The aim of this research was to count the Total

Plate Count of curcuma rhizome, dried curcuma rhizome, and ethanolic extract of

curcuma. The prerequirement of Total Plate Count according to the Indonesian

Departemen of Health number 661/MENKES/SK/VII/1994 was 10 colonies/gram

for rhizome, 10 colonies/gram for powder of dried rhizome (Anonym, 1994a), and

according to Monography of Indonesian Herbal Medicine Extract was 10

colonies/ml for ethanolic extract of curcuma (Anonym, 2004).

Data achieved was quantitative ones which were analyzed by applying the

computation of Total Plate Count. From quantitative data of 3 samples and 3

times replication which were implementated, it was found that amount colony of

curcuma rhizome = 2,9 108±0,058x10

8 colonies/gram of sample; amount colony

of dried curcuma rhizome = 1,4x107±0,058x10

7 colonies/gram of sample, amount

colony of ethanolic extracted curcuma = and 1,0x102±0,16x10

2 colonies/ml of

sample.

Based on the finding above,it can be concluded that curcuma rhizome,

dried curcuma rhizome, and ethanolic extract of curcuma in this research not

fullfill the Total Plate Count prerequirement of Indonesian Departemen of Health

number 661/MENKES/SK/VII/1994 and Monography of Indonesian Herbal

Medicine Extract.

Keywords: Total Plate Count (TPC), rhizome, ethanolic extract, Curcuma,

extraction stages.

Page 10: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Desember 2009

Penulis

Maria Diyan Monica

Page 11: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. iv

PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................................................... v

PRAKATA ............................................................................................................... vi

INTISARI ............................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................... ix

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... x

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xv

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1. Permasalahan............................................................................................ 4

2. Keaslian Karya ......................................................................................... 4

3. Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

B. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................................... 6

A. Rimpang Temulawak ..................................................................................... 6

1. Deskripsi Rimpang Temulawak ............................................................... 6

Page 12: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

2. Kandungan Kimia Rimpang Temulawak ................................................. 7

3. Manfaat Temulawak................................................................................. 7

B. Proses Pengolahan Rimpang .......................................................................... 8

1. Pencucian ................................................................................................. 8

2. Pengeringan ............................................................................................ 10

3. Ekstraksi ................................................................................................. 11

C. Obat Tradisional ........................................................................................... 13

D. Cemaran Bakteri........................................................................................... 14

E. Uji Angka Lempeng Total (ALT) ................................................................ 17

F. Landasan Teori ............................................................................................. 19

G. Hipotesis ....................................................................................................... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................... 21

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 21

C. Bahan Penelitian........................................................................................... 22

D. Alat Penelitian .............................................................................................. 23

E. Tata Cara Penelitian ..................................................................................... 23

1. Pengumpulan Rimpang Temulawak ...................................................... 23

2. Identifikasi Rimpang Temulawak .......................................................... 23

3. Pencucian dan Perajangan Rimpang Temulawak .................................. 23

4. Pengeringan Rimpang Temulawak ........................................................ 23

5. Penyerbukan Simplisia Temulawak ....................................................... 24

6. Pembuatan Ekstrak Etanolik Temulawak .............................................. 24

Page 13: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

7. Pengujian ALT Rimpang Basah, Rimpang Kering, dan Ekstrak

Etanolik Temulawak .............................................................................. 25

8. Perhitungan Koloni Bakteri.................................................................... 27

F. Analisis Data ................................................................................................ 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 30

A. Pengumpulan Bahan..................................................................................... 30

B. Identifikasi Rimpang Temulawak ................................................................ 30

C. Pengolahan Rimpang Temulawak ............................................................... 32

1. Pencucian ............................................................................................... 32

2. Perajangan .............................................................................................. 33

3. Pengeringan ............................................................................................ 33

4. Sortasi Kering ........................................................................................ 34

5. Pembuatan Serbuk .................................................................................. 34

6. Ekstraksi ................................................................................................. 35

D. Uji Angka Lempeng Total (ALT) ................................................................ 36

1. Penanganan Rimpang ............................................................................. 36

2. Homogenisasi Sampel ............................................................................ 36

3. Pengenceran Sampel .............................................................................. 37

4. Uji ALT Rimpang basah, Rimpang Kering, dan Ekstrak Etanolik

Temulawak ............................................................................................. 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 46

A. Kesimpulan .................................................................................................. 46

B. Saran ............................................................................................................ 46

Page 14: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 47

LAMPIRAN ............................................................................................................ 50

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................ 62

Page 15: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbandingan Kontrol Media PCA, Kontrol Pelarut PDF, dan

Perlakuan Sampel Setelah Inkubasi Selama 48 jam ........................... 39

Page 16: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil Uji ALT Untuk Sampel Rimpang Temulawak Setelah Inkubasi

Selama 48 Jam........................................................................................... 40

Tabel II. Hasil Uji ALT Untuk Sampel Rimpang Kering Temulawak Setelah

Inkubasi Selama 48 Jam ............................................................................ 42

Tabel III. Hasil Uji ALT Untuk Sampel Ekstrak Etanolik Temulawak Setelah

Inkubasi Selama 48 Jam ............................................................................ 43

Page 17: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Uji ALT Rimpang Basah Temulawak ....................................... 51

Lampiran 2. Hasil Uji ALT Serbuk Rimpang Kering Temulawak .......................... 53

Lampiran 3. Hasil Uji ALT Ekstrak Etanolik Temulawak ...................................... 55

Lampiran 4. Gambar Hasil Uji ALT Rimpang Basah Temulawak .......................... 57

Lampiran 5. Gambar Hasil Uji ALT Rimpang Kering Temulawak ........................ 58

Lampiran 6. Gambar Hasil Uji ALT Ekstrak Etanolik Temulawak ........................ 59

Lampiran 7. Perbandingan Hasil Pengamatan Organoleptis, Makroskopis, dan

Mikroskopis Temulawak Bahan Penelitian dengan Standar MMI

Jilid III ................................................................................................. 60

Page 18: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu tanaman

yang penggunaannya sangat meluas di kalangan masyarakat Indonesia.

Pemanfaatan temulawak ini sangat bervariasi, mulai dari bumbu masak hingga

sebagai tanaman bahan obat. Pemanfaatan temulawak sebagai tanaman obat

didukung oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang telah

menetapkan sembilan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara

klinis. Sembilan tanaman obat unggulan Indonesia tersebut di antaranya adalah

sambiloto, jambu biji, jati belanda, cabe jawa, temulawak, jahe merah, kunyit,

mengkudu dan salam (Plantus, 2008).

Pemanfaatan temulawak telah ada sejak dahulu sebagai bahan baku jamu

tradisional. Namun saat ini, pemanfaatan temulawak tidak hanya sebatas jamu

yang dibuat secara tradisional tetapi juga telah dimanfaatkan oleh Industri Obat

Tradisional (IOT). Telah dilakukan Pencanangan Gerakan Nasional Minum

Temulawak (GNMT) oleh Pemerintah RI di Keraton Yogyakarta pada tanggal 14

Juli 2005 (Anonim, 2005a). Semenjak adanya GNMT yang dicanangkan

pemerintah, tidak terasa pemanfaatan temulawak telah mendunia baik di dalam

maupun di luar negeri antara lain di Eropa, Amerika, dan Asia (Sidik, 2006).

Di Indonesia berbagai pabrik farmasi banyak memanfaatkan temulawak

sebagai penambah nafsu makan, pengobatan hepatitis, penurun kadar kolesterol

Page 19: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

2

darah, mencegah stroke, mencegah penyakit jantung koroner, dan meningkatkan

daya tahan tubuh (Sidik, 2006). Manfaat temulawak yang berkhasiat obat

terutama dihasilkan dari kandungan kimia yang ada di dalam rimpang temulawak

di antaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri. Kurkuminoid memiliki aktivitas

hepatotoksik, antiinflamasi, antiperoksidasi, dan splasmolitik, sedangkan minyak

atsiri memiliki aktivitas koleretik atau meningkatkan sekresi empedu (Soediro,

1997).

Temulawak mudah tumbuh dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Rimpang temulawak banyak digunakan sebagai rempah. Di samping itu, rimpang

temulawak secara turun menurun juga telah digunakan oleh masyarakat kita untuk

pemeliharaan kesehatan. Saat ini temulawak merupakan bahan obat alam yang

paling banyak digunakan oleh industri obat tradisional dalam negeri untuk

memproduksi obat tradisional (Anonim, 2005a).

Temulawak dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri obat tradisional

dalam berbagai bentuk hasil olahan di antaranya adalah rimpang basah

temulawak, rimpang kering temulawak, dan ekstrak etanolik temulawak. Berbagai

bentuk yang digunakan sebagai bahan baku obat tersebut merupakan hasil olahan

dari temulawak tersebut telah mengalami proses pengolahan tertentu. Teknik

pengolahan tanaman obat terdiri dari sortasi, pencucian, penjemuran/penirisan,

pengirisan/perajangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai

produk/diversifikasi produk (Sembiring, 2008).

Produk yang berasal dari tanaman secara alami banyak mengandung

kontaminan, baik yang berasal dari tanah itu sendiri, air, serta udara. Tapi dengan

Page 20: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

3

kaidah bahwa sediaan farmasi harus memiliki sifat-sifat aman, berkhasiat, dan

berkualitas tinggi maka diupayakan pula produk yang bahan bakunya memenuhi

tiga kriteria tersebut. Itu sebabnya upaya penanganan pengolahan yang efektif

diperlakukan sedemikian mungkin sehingga tingkat kontaminannya minim

(Soediro, 1997). Proses pengolahan rimpang merupakan salah satu faktor yang

menentukan kualitas bahan baku obat.

Berbagai hasil olahan rimpang temulawak yang digunakan dalam

pembuatan obat tradisional harus memiliki kualitas yang baik agar mutu obat

tradisional yang dihasilkan juga baik. Kualitas yang baik dari bahan obat menjadi

faktor penentu akan kualitas, keamanan, dan khasiat dari obat tradisional yang

dihasilkan. Kualitas bahan baku obat tradisional salah satunya dilihat dari segi

keamanan. Terpenuhinya standar keamanan dapat menjamin bahwa sediaan obat

tidak toksis ketika dikonsumsi.

Keamanan bahan baku obat tradisional salah satunya dilihat dari nilai

Angka Lempeng Total (ALT). Nilai ALT bahan baku obat tradisional harus

memenuhi nilai tertentu sesuai standar pemerintah (Anonim, 2004). Menurut SK

Menteri Kesehatan Indonesia nomor 661/IMENKES/SK/VII/1994 Tentang

Persyaratan Obat Tradisional batas nilai ALT untuk obat bentuk rajangan adalah

10 koloni/gram bahan, untuk serbuk adalah 10 koloni/gram bahan (Anonim,

1994a), dan menurut Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia batas ALT

untuk ekstrak etanolik temulawak adalah 10 koloni/ml ekstrak (Anonim, 2004).

Pengujian ALT dapat digunakan untuk menggambarkan cemaran bakteri

pada bahan baku obat tradisional. Keberadaan cemaran bakteri penting artinya

Page 21: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

4

karena bakteri tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan atau dapat

memproduksi toksin (racun) yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia

(Taufik, 2004). Jumlah cemaran bakteri pada bahan baku obat tradisional perlu

diuji sebagai salah satu parameter keamanan obat tradisional yang

menggambarkan banyaknya cemaran karena bakteri, sehingga dapat ditentukan

apakah nilai ALT dari bahan baku obat tradisional tersebut memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan atau tidak.

1. Permasalahan

Dari latar belakang diatas muncul permasalahan sebagai berikut :

a. Berapakah nilai ALT pada rimpang basah temulawak, rimpang kering

temulawak, dan ekstrak etanolik temulawak?

b. Apakah nilai ALT yang didapat pada rimpang basah temulawak, rimpang

kering temulawak, dan ekstrak etanolik temulawak melebihi batas

keamanan yang telah ditetapkan pada SK Menteri Kesehatan Indonesia

nomor 661/IMENKES/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional

dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia?

2. Keaslian Penelitian

Menurut sumber-sumber informasi yang diperoleh, penelitian ilmiah

tentang uji cemaran bakteri yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pengujian cemaran bakteri dan cemaran kapang/khamir pada produk jamu

gendong di Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Pratiwi (2005).

b. Uji angka lempeng total dalam jamu gendong beras kencur yang beredar di

tiga pasar tradisional di Kotamadya Yogyakarta oleh Kusuma (2007).

Page 22: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

5

Penelitian mengenai uji angka lempeng total rimpang basah, rimpang

kering, dan ekstrak etanolik temulawak belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis : memberikan sumbangan informasi mengenai cemaran

bakteri pada temulawak sebagai bahan obat tradisional.

b. Manfaat praktis : memberikan keterangan keamanan tentang berbagai hasil

olahan rimpang temulawak yang digunakan sebagai bahan baku obat

tradisional yaitu rimpang basah temulawak, rimpang kering temulawak,

dan ekstrak etanolik temulawak.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa cemaran bakteri dari

beberapa hasil pengolahan rimpang temulawak yang berupa rimpang basah

temulawak, rimpang kering temulawak, dan ekstrak etanolik temulawak yang

digambarkan dengan nilai ALT sehingga dapat ditentukan apakah nilai ALT

tersebut sudah memenuhi persyaratan nilai ALT pada SK Menteri Kesehatan

Indonesia nomor 661/IMENKES/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat

Tradisional (Anonim, 1994a) dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia

(Anonim, 2004).

Page 23: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Rimpang temulawak adalah rimpang Curcuma xanhtorrhiza Roxb. Kadar

minyak atsiri tidak kurang dari 6% (Anonim, 1979).

1. Deskripsi Rimpang Temulawak

Pemeriksaan secara organoleptis menunjukkan bahwa rimpang

temulawak memiliki bau aromatik yang khas, rasa yang tajam dan pahit.

Untuk pemeriksaan secara makroskopis menunjukkan bahwa rimpang

temulawak merupakan keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras,

rapuh, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 mm sampai 5 mm, permukaan luar

berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat

kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan

melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks, korteks sempit,

tebal 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga

sampai coklat jingga terang (Anonim, 1979).

Pemeriksaan secara mikroskopis menunjukkan bahwa rimpang

temulawak memiliki epidermis bergabus, terdapat sedikit rambut yang

berbentuk kerucut, bersel 1. Hipodermis agak menggabus, di bawahnya

terdapat periderm yang kurang berkembang. Korteks dan silinder pusat

parenkimatik, terdiri dari sel parenkim berdinding tipis, berisi butir pati; dalam

parenkim tersebar banyak sel minyak berisi minyak berwarna kuning dan zat

berwarna jingga, juga terdapat idioblas berisi hablur kalsium oksalat

Page 24: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

7

berbentuk jarum kecil. Butir pati berbentuk pipih, bulat panjang sampai bulat

telur memanjang, panjang butir 20 µm – 70 µm, lebar 5 µm sampai 30 µm,

tebal 3 µm sampai 10 µm, lamela jelas, hilus di tepi. Berkas pembuluh tipe

kolateral, tersebar tidak beraturan pada parenkim korteks dan pada silinder

pusat; berkas pembuluh di sebelah dalam endodermis tersusun dalam

lingkaran dan letaknya lebih berdekatan satu dengan yang lainnya; pembuluh

didampingi oleh sel sekresi, panjang sampai 200 µm, berisi zat berbutir

berwarna coklat yang dengan besi (III) klorida lp menjadi lebih tua (Anonim,

1979).

Serbuk dari rimpang kering temulawak memiliki warna kuning

kecoklatan. Fragmen pengenal yang khas adalah butir pati, fragmen parenkim

dengan sel minyak, fragmen berkas pembuluh, warna kuning intensif

(Anonim, 1979).

2. Kandungan Kimia Rimpang Temulawak

Daging buah (rimpang) temulawak mempunyai beberapa kandungan

senyawa kimia antara lain berupa fellandrean dan turmerol atau yang sering

disebut minyak menguap. Kandungan lain adalah minyak atsiri, kamfer,

glukosida, folumetik karbinol. Kandungan kimia yang ada dalam ekstrak

temulawak di antaranya adalah kurkumin, desmetoksi kurkumin, minyak atsiri

dengan komponen utama xantorizol dan oleoresin (Anonim, 2004).

3. Manfaat Temulawak

Bagian dari tanaman temulawak yang dimanfaatkan sebagai bahan

obat adalah rimpang untuk dibuat jamu godog. Manfaat temulawak yang

Page 25: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

8

berkhasiat obat terutama dihasilkan dari kandungan kimia yang ada di dalam

rimpang temulawak di antaranya adalah kurkumin dan minyak atsiri (Soediro,

1997). Rimpang ini dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal dan bekerja

sebagai anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini adalah

meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti anemia, anti oksidan, dan

pencegah kanker (Anonim, 2005b). Kurkumin yang terdapat pada rimpang

tumbuhan ini bermanfaat sebagai anti jerawat, di samping sebagai anti

hepototoksik (anti keracunan empedu) (Anonim, 2005b).

B. Proses Pengolahan Rimpang

Teknik pengolahan sangat berpengaruh terhadap khasiat dari produk

tanaman yang diperoleh. Jika penanganan ataupun pengolahannya tidak benar

maka mutu produk yang dihasilkan kurang berkhasiat atau kemungkinan dapat

menimbulkan toksik apabila dikonsumsi. Teknik pengolahan tanaman obat terdiri

dari sortasi, pencucian, penjemuran/penirisan, pengirisan/perajangan, dan

pengolahan lebih lanjut menjadi berbagai produk/diversifikasi produk (Anonim,

2009b).

1. Pencucian

Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi

mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan

setelah panen karena dapat mempengaruhi mutu bahan. Pencucian

menggunakan air bersih seperti air dari mata air, sumur atau PAM.

Penggunaan air kotor menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan

berkurang bahkan akan bertambah. Pada saat pencucian perlu diperhatikan air

Page 26: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

9

cucian dan air bilasannya, jika masih terlihat kotor maka pencucian atau

pembilasan perlu diulangi satu atau dua kali. Perlu diperhatikan bahwa

pencucian harus dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin untuk

menghindari larut dan terbuangnya zat yang terkandung dalam bahan

(Anonim, 2009b). Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain :

a. Perendaman bertingkat

Perendaman biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak

mengandung kotoran seperti daun, bunga, dan buah. Proses perendaman

dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman

pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat

perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat

dihilangkan langsung dengan tangan. Metode ini akan menghemat

penggunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung

dalam bahan.

b. Penyemprotan

Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya

banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.

Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air yang bertekanan

tinggi. Untuk lebih meyakinkan kebersihan bahan, kotoran yang melekat

kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini

biasanya menggunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi

resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.

Page 27: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

10

c. Penyikatan (manual maupun otomatis)

Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan

yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Pencucian ini

memakai alat bantu sikat yang digunakan bentuknya bisa bermacam-

macam, dalam hal ini perlu diperhatikan kebersihan dari sikat yang

digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan

teratur agar tidak merusak bahan. Pembilasan dilakukan pada bahan yang

sudah disikat. Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yang lebih

bersih dibandingkan dengan metode pencucian lainnya, namun

meningkatkan resiko kerusakan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya

bakteri.

Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering.

Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan langsung

digunakan dalam bentuk segar (Anonim, 2009b).

2. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah

rusak sehingga dapat disimpan lebih lama. Penurunan mutu atau kerusakan

simplisia dapat dihambat dengan pengurangan kadar air dengan tujuan untuk

penghentian reaksi enzimatik. Kandungan air dalam simplisia pada kadar

tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan bakteri lainnya.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila

kadar air kurang dari 10% (Anonim, 1994b).

Page 28: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

11

Pengeringan yang tepat meliputi dua masalah utama yaitu pengaturan

suhu dan pengaliran udara yang teratur. Cara pengeringan yang paling

sederhana dilakukan adalah pengeringan di bawah sinar matahari. Kelebihan

dari metode pengeringan di bawah sinar matahari adalah biaya yang murah,

tetapi memiliki kekurangan yaitu suhu dan kelembaban yang tidak dapat

dikontrol, serta waktu yang relatif lebih lama. Waktu pengeringan tergantung

cuaca dan intensitas penyinaran, serta mudah terkontaminasi oleh bakteri dari

luar, serta pengaruh sinar ultraviolet yang dapat merusak kandungan kimia

dari simplisia. Cara pengeringan yang lain adalah dengan pengering mekanis

(oven) yang menggunakan tambahan panas. Pengeringan dengan panas buatan

ini memberikan beberapa keuntungan yaitu : tidak tergantung cuaca, tidak

memerlukan tempat yang luas, kondisi pengeringan dapat dikontrol sehingga

pengeringan dapat rata pada tiap bagian dari simplisia. Pengeringan dengan

alat pengering mekanis akan mendapatkan hasil yang lebih baik bila kondisi

pengeringan ditentukan dengan tepat dan selama pengeringan dikontrol

dengan baik (Anonim, 1994b). Suhu pengeringan yang ideal adalah 50 – 600C

dan hasil yang baik dari proses pengeringan adalah bahan simplisia yang

mengandung kadar air 5-10% (Anonim, 2006).

3. Ekstraksi

Penyarian (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pemilihan cairan penyari

dan cara penyarian didasarkan pada zat aktif yang terkandung pada bahan

tersebut (Anonim, 1986).

Page 29: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

12

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana (Voigt,

1994). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk simplisia atau bahan dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka

larutan yang terpekat didesak keluar (Anonim, 1986). Ekstraksi pelarut adalah

metode yang efektif untuk mengekstrak kurkuminoid (Jayaprakasha dkk,

2005).

Larutan penyari berfungsi untuk menarik senyawa aktif dari bahan

alam. Beberapa jenis larutan penyari yang biasa digunakan dalam ekstraksi

adalah etanol, air, eter, dan kloroform. Alkohol bagaimanapun juga adalah

pelarut serba guna yang baik untuk ekstraksi pendahuluan. Alkohol dapat

digunakan dalam ekstraksi senyawa-senyawa yang sedikit polar (Harbourne,

1987).

Kurkumin merupakan senyawa aktif dari Curcuma xanthorrhiza Roxb.

yang termasuk ke dalam golongon senyawa polifenol (Huda, 2006). Cara

terbaik untuk memisahkan senyawa fenol adalah dengan pemekatan ekstrak

tumbuhan dalam etanol-air (Harborne, 1987). Kurkumin tidak larut dalam air

tetapi larut dalam etanol atau dimetilsulfoksida (DMSO). Di antara banyak

pelarut organik, pelarut etanol adalah salah satu pelarut yang cocok untuk

memisahkan kurkuminoid yang optimal (Photitirat dkk, 2004).

Page 30: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

13

Dalam Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004)

tertera bahwa ekstraksi temulawak dapat dilakukan dengan menggunakan

larutan penyari etanol 70%. Etanol dapat memiliki aksi sebagai desinfektan

dengan mekanisme denaturasi protein pada konsentrasi 70-90% (Fardiaz,

1992).

Ekstrak kental temulawak adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang

tumbuhan Curcuma xanthorrhiza Roxb., suku Zingiberaceae, mengandung

minyak atsiri tidak kurang dari 4,6% dan kurkuminoid tidak kurang dari

14,2%. Ektrak temulawak berwarna kuning kecoklatan, dengan bau khas dan

rasa yang pahit (Anonim, 2004).

C. Obat Tradisional

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 tentang

kesehatan, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Anonim, 1994a).

Tidak seperti produk farmasi konvensional, yang biasanya dapat dibuat

dari bahan sintesis dengan teknik dan prosedur pembuatan yang dapat diproduksi

ulang, produk obat herbal dibuat dari bahan asal tumbuhan yang dapat

terkontaminasi dan terurai, serta memiliki komposisi dan sifat yang bervariasi.

Selain itu, dalam pembuatan dan pengawasan mutu produk herbal, prosedur dan

teknik yang sering digunakan memiliki perbedaan mendasar dari yang digunakan

pada produk konvensional. Pengawasan bahan awal, penyimpanan, dan

Page 31: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

14

pengolahan dianggap sangat penting karena sifat banyak produk obat herbal yang

sering kompleks dan variabel serta jumlah dan kuantitas kecil dari penetapan

bahan aktif yang terdapat di dalamnya (Anonim, 2007).

Dalam sistem pengobatan formal Indonesia, terdapat perbedaan peran

yang sangat jelas antara penggunaan obat modern (kimia) dengan obat

tradisional. Utamanya adalah pada obat obat modern sudah memenuhi tiga

paradigma, yaitu Mutu, Aman, dan Manfaat (Quality, Safety, Efficacy (QSE))

(Anonim, 2008).

Sebagai upaya meningkatkan status obat tradisional menjadi sediaan

fitofarmaka maka sediaan tersebut harus dibuat dalam bentuk ekstrak atau fraksi

yang terstandar, serta memenuhi beberapa persyaratan antara lain : (1) jaminan

quality (kualitas), di mana bahan simplisia dan produk akhir harus memenuhi

persyaratan tentang keajegan dari kandungan aktif (senyawa marker), (2) jaminan

safety (keamanan), di mana produk akhir harus aman atau tidak toksik pada hewan

coba yang dipersyaratkan dan (3) jaminan efficacy (manfaat), di mana produk

akhir harus menunjukkan aktivitas biologis pada uji praklinik dengan hewan coba,

dan menunjukkan aktivitas biologis pada uji klinik dengan manusia (Anonim,

2008).

D. Cemaran Bakteri

Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk

prokaryota yang bersel satu, berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-

bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. Pada umumnya bakteri

tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa spesies tertentu yang mempunyai

Page 32: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

15

pigmen fotosintesis. Oleh karena itu ada bakteria yang bersifat heterotrof dan ada

juga bakteri yang bersifat autotrof. Bakteria heterotrof dapat dibedakan menjadi

bakteria yang hidup sebagai parasit dan saprofit, sedang bakteri heterotrof dapat

dibedakan berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk mensintesis

makanannya menjadi fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup di mana

saja, ada yang dapat merugikan kehidupan manusia, hewan, maupun tumbuhan

(Pelczar, 1986).

Di setiap tempat seperti dalam tanah, udara maupun air selalu dijumpai

mikroba. Umumnya jumlah mikroba dalam tanah lebih banyak daripada dalam air

ataupun udara. Umumnya bahan organik dan senyawa anorganik lebih tinggi

dalam tanah sehingga cocok untuk pertumbuhan mikroba heterotrof maupun

autotrof (Sumarsih, 2008).

Keberadaan mikroba di dalam tanah terutama dipengaruhi oleh sifat kimia

dan fisika tanah. Komponen penyusun tanah yang terdiri atas pasir, debu,

lempung dan bahan organik maupun bahan penyemen lain akan membentuk

struktur tanah. Struktur tanah akan menentukan keberadaan oksigen dan lengas

dalam tanah. Dalam hal ini akan terbentuk lingkungan mikro dalam suatu struktur

tanah. Mikroba akan membentuk mikrokoloni dalam struktur tanah tersebut,

dengan tempat pertumbuhan yang sesuai dengan sifat mikroba dan lingkungan

yang diperlukan (Sumarsih, 2008).

Tanaman dapat tercemar oleh bakteri patogen dari air irigasi yang

tercemar limbah, tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk.

Cemaran akan semakin tinggi pada bagian tanaman yang ada di dalam tanah atau

Page 33: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

16

dekat dengan tanah. Beberapa bakteri patogen yang dapat mencemari tanaman

melalui tanah adalah Bacillus sp., Clostridium sp., dan Listeria monocytogenes

(Djaafar dkk, 2007).

Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba.

Interaksi antara bakteri dan akar tanaman akan meningkatkan ketersediaan nutrien

bagi keduanya. Permukaan akar tanaman disebut rhizoplane. Sedangkan rhizosfer

adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih

dipengaruhi oleh aktivitas akar. Tebal tipisnya lapisan rhizosfer antar setiap

tanaman berbeda. Rhizosfer merupakan habitat yang sangat baik bagi

pertumbuhan mikroba oleh karena akar tanaman menyediakan berbagai bahan

organik yang umumnya menstimulir pertumbuhan mikroba (Sumarsih, 2008).

Mikroba terutama bakteri yang bersifat patogen dapat ditemukan di mana

saja, di tanah, air, udara, tanaman, binatang, bahan pangan, peralatan untuk

pengolahan bahkan pada tubuh manusia. Tanaman membawa berbagai jenis

mikroba, yang dapat berasal dari mikroflora alami tanaman, baik yang berasal dari

lingkungan maupun yang masuk selama pemanenan, distribusi, penanganan pasca

panen, pengolahan, serta penyimpanan produk. Pertumbuhan mikroba terjadi

dalam waktu singkat dan pada kondisi yang sesuai, antara lain tersedianya nutrisi,

pH, suhu, dan kadar air dalam bahan (Djaafar dkk, 2007).

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhannya, bakteri dapat digolongkan

menjadi bakteri psikrofil (tumbuh pada suhu 0-30oC), mesofil (tumbuh pada suhu

20-55oC), dan termofil (tumbuh pada suhu 55-75

oC). Bakteri memerlukan

kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur dengan parameter

Page 34: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

17

aw (water activity) atau kelembaban relatif. Bakteri umumnya memerlukan aw

0,90-0,999. Sebagian besar bakteri umumnya menyukai pH netral untuk tumbuh,

berkisar antara pH 7-8, meskipun ada beberapa bakteri yang tumbuh pada suasana

asam dan basa (Anonim, 2009a).

E. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

Tujuan utama dari dilakukannya uji ALT adalah untuk memberikan

jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung bakteri patogen dan tidak

mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan. Uji ALT

berprinsip pada adanya pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan

diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada

suhu yang sesuai (Anonim, 2000).

Analisa kuantitatif mikroba-mikroba tidak dapat dihitung secara tepat

dengan pemeriksaan mikroskopik, kecuali bila sekurang-kurangnya ada 100 juta

(108) sel untuk tiap ml. Sejumlah tertentu bahan yang akan diperiksa diencerkan

secara berturut-turut, kemudian 1 ml dari tiap larutan tersebut ditanamkan pada

lempeng agar-agar nutrien dan koloni-koloni yang kemudian tumbuh dihitung.

Karena hanya sel-sel yang hanya sanggup membentuk koloni saja yang dihitung,

maka metode ini dikenal pula sebagai penghitungan sel hidup.

Plate Count Agar (PCA) digunakan untuk perhitungan jumlah bakteri

dalam susu, juga digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri dalam air,

makanan, produk susu serta spesimen lain. PCA berisi digesti pankreatik kasein,

ekstrak ragi dan glukosa yang penting untuk pertumbuhan dari bakteri yang

ditumbuhkan (Atlas, 1997).

Page 35: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

18

Uji ALT merupakan penghitungan jumlah bakteri yang hidup (viable cell

count). Cara ini hanya menggambarkan jumlah sel yang hidup, sehingga

dikatakan lebih tepat bila dibandingkan dengan cara total cell count. Pada metode

ini diasumsikan bahwa setiap sel mikroba hidup dalam suspensi akan tumbuh

menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang

sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung, dan

merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu

(Hadioetomo, 1985).

Pada perhitungan ALT sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung

30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan. Lempeng agar dengan

koloni >300 sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan kesalahan penghitungan

sangat besar. Pengenceran sampel akan membantu untuk memperoleh

penghitungan jumlah yang benar, namun pengenceran yang terlalu tinggi akan

menghasilkan lempeng agar dengan jumlah koloni yang rendah (<30 koloni).

Lempeng demikian tidak absah secara statistik untuk digunakan dalam

perhitungan (Lay, 1994). Nilai ALT didapatkan dari rata-rata jumlah koloni pada

tiap cawan dikalikan dengan faktor pengencerannya (Anonim, 2000).

Bahan baku obat tradisional tidak boleh mengandung jumlah cemaran

bakteri melebihi batas karena berpengaruh pada stabilitas bahan dan berbahaya

(toksik) bagi kesehatan (Anonim, 2000). Menurut Surat Keputusan Menteri

Kesehatan nomor 661/IMENKES/SK/VII/1994 batas nilai ALT untuk bahan

rajangan dan serbuk kering adalah sebesar 10 koloni/gram bahan (Anonim,

1994a), sedangkan menurut Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat batas maksimal

Page 36: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

19

nilai ALT untuk ekstrak etanolik temulawak adalah sebesar 10 koloni/ml

(Anonim, 2004).

F. Landasan Teori

Temulawak merupakan salah satu tanaman obat unggulan Indonesia dan

merupakan tanaman obat yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku

pembuatan obat tradisional dalam Industri Obat Tradisional. Pada proses

pencucian, pengeringan, dan ekstraksi menggunakan etanol 70% dari rimpang

temulawak, didapatkan hasil yang berupa : rimpang basah, rimpang kering, dan

ekstrak etanolik temulawak. Ketiga hasil tersebut memiliki tingkatan tahapan

pengolahan yang berbeda. Proses pengolahan merupakan salah satu faktor penting

yang menentukan kualitas olahan rimpang basah, rimpeng kering, maupun ekstrak

etanolik yang dihasilkan, termasuk dari segi keamanannya.

Tahapan pencucian merupakan tahapan di mana pengotor dihilangkan dari

rimpang segar menggunakan air mengalir. Dengan dihilangkannya pengotor-

pengotor ini diharapkan dapat mengurangi jumlah cemaran mikroba pada rimpang

sebagai bahan baku obat tradisional. Sedangkan pada tahapan selanjutnya,

rimpang dirajang, dikeringkan, dan diserbuk. Pada tahapan ini terjadi

penyimpanan rimpang selama pengeringan, namun juga terjadi proses

pengurangan kandungan air dalam bahan, sehingga dimungkinkan akan

menambah ataupun mengurangi jumlah cemaran mikroba dari lingkungan.

Sedangkan pada tahap ekstraksi, serbuk temulawak diekstrak menggunakan

penyari etanol 70% dengan perbandingan serbuk:pelarut = 1:10. Etanol pada

Page 37: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

20

konsentrasi 70% sampai 90% dapat berfungsi sebagai desinfektan yang dapat

mengurangi jumlah bakteri yang terdapat pada suatu bahan.

ALT merupakan metode penghitungan jumlah cemaran oleh mikroba, dan

merupakan metode penghitungan cemaran yang paling sensitif, di mana dapat

digunakan untuk menghitung jumlah mikroba yang masih hidup dan dapat

menghitung beberapa jenis mikroba sekaligus.

Pemerintah telah menetapkan parameter nilai ALT untuk obat tradisional

melalui SK Menteri Kesehatan nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 dan

Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia. Untuk bahan bentuk rajangan

batas nilai ALT maksimum adalah 10 koloni/gram bahan, untuk serbuk adalah

sebesar 10 koloni/gram bahan, dan untuk ekstrak etanolik temulawak adalah

sebesar 10 koloni/ml bahan.

G. Hipotesis

Proses pengolahan rimpang temulawak yaitu pencucian, pengeringan, dan

ekstraksi mampu mengurangi cemaran bakteri pada bahan sehingga nilai ALT

pada hasil olahan rimpang temulawak berupa rimpang basah, rimpang kering, dan

ekstrak etanolik dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada SK Menteri

Kesehatan nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 (Anonim, 1994a) dan Monografi

Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004).

Page 38: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental karena tidak

ada perlakuan terhadap subjek uji. Rancangan penelitian ini adalah penelitian

deskriptif-komparatif di mana hasil penelitian menggambarkan jumlah cemaran

bakteri pada rimpang basah, rimpang kering, dan ekstrak etanolik temulawak dan

kemudian dibandingkan dengan batas ketentuan nilai ALT yang telah ditetapkan

pada SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia 661/MENKES/SK/VII/1994

(Anonim, 1994a) dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim,

2004).

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas : tahapan pengolahan rimpang temulawak yaitu pencucian

rimpang, pengeringan rimpang, dan ekstraksi menggunakan etanol 70%.

b. Variabel tergantung : nilai ALT pada hasil olahan rimpang temulawak

yang berupa rimpang basah, rimpang kering, dan ekstrak etanolik

temulawak.

c. Variabel pengacau terkendali : waktu inkubasi, suhu inkubasi, media yang

digunakan, asal rimpang, umur rimpang, larutan penyari.

d. Variabel pengacau tidak terkendali : penyebaran sel bakteri dalam suspensi

sampel dan lama penyimpanan sampel.

Page 39: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

22

2. Definisi Operasional

a. Rimpang basah temulawak adalah rimpang temulawak yang dihasilkan

dari rimpang temulawak yang diambil di Pasar Beringharjo yang dipanen

pada umur 7-12 bulan, selama bulan Desember 2009, telah dicuci bersih,

ditiriskan, dan dihancurkan menggunakan blender.

b. Rimpang kering temulawak adalah rimpang basah temulawak yang telah

dicuci bersih, ditiriskan, dirajang setebal 4-5 mm, dikeringkan dengan

menggunakan oven selama tiga hari berturut-turut pada suhu 50 – 60 oC.

c. Ekstrak etanolik temulawak adalak ekstrak yang dihasilkan dari penyarian

serbuk temulawak menggunakan pelarut etanol 70% dengan metode

maserasi selama 24 jam, dan kemudian dipekatkan menggunakan

penangas air.

d. ALT adalah jumlah koloni bakteri dalam tiap 1 gram atau 1 ml sampel

rimpang basah temulawak, rimpang kering temulawak, atau ekstrak

etanolik temulawak. Nilai ALT dalam penelitian ini didapatkan dari hasil

perhitungan rata-rata jumlah koloni tiap cawan dikalikan dengan faktor

pengencerannya.

C. Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 macam bahan utama yang diteliti yaitu :

rimpang basah temulawak, rimpang kering temulawak, dan ekstrak etanolik

temulawak. Bahan rimpang temulawak didapatkan dari pedagang pengumpul di

Pasar Beringharjo Yogyakarta. Rimpang dipanen pada umur 7-12 bulan selama

bulan Desember 2009. Rimpang dipasok dari petani di daerah Cilacap.

Page 40: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

23

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Plate Count

Agar (PCA), pereaksi Peptone Dilution Fluid (PDF), aquadest, dan etanol 70%.

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas

(Pyrex), penangas air, oven (Memmert), hot plate (Heidolph MR 2002), timbangan

analitik (Precition Balance Model AB-204, Mettler Toledo), autoclav, inkubator,

cawan petri, hot plate, alat hitung koloni, bunsen, dan Laminar Air Flow (LAF).

E. Tata Cara Penelitian

1. Pengumpulan Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak diambil dari pedagang pengumpul di Pasar

Beringharjo Yogyakarta. Rimpang diambil selama bulan Desember 2009,

sebanyak 3 kilogram untuk diolah ke tahap selanjutnya. Rimpang temulawak

yang dipilih adalah rimpang yang tua, berumur 7-12 bulan, yang masih dalam

keadaan segar, tidak busuk, tidak cacat, dan tidak rusak (Anonim, 2006).

2. Identifikasi Rimpang Temulawak

Identifikasi rimpang dilakukan dengan memeriksa irisan rimpang

secara organolepstis, makroskopis dan mikroskopis, kemudian mencocokan

hasilnya dengan acuan standar yaitu Materia Medika Indonesia Jilid III

(Anonim, 1979).

3. Pencucian dan Perajangan Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak dicuci dengan air mengalir dan dibersihkan dari

debu, tanah, dan kotoran lain yang melekat dengan disikat perlahan,

kemudian diangin-anginkan di udara terbuka untuk menghilangkan tetes-tetes

Page 41: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

24

air pencucian. Setelah penirisan cukup, kemudian rimpang dirajang kira-kira

setebal 4 mm sampai 5 mm (Anonim, 2006). Perajangan dilakukan dengan

menggunakan alat pemotong empon-empon manual berbahan stainless steel.

4. Pengeringan Rimpang Temulawak

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan pemanas mekanis

(oven). Rimpang yang dihasilkan pada tahap perajangan kemudian

dimasukkan ke dalam oven blower. Suhu pengeringan diatur pada 50 – 60

oC.

Rimpang dibiarkan berada dalam oven selama tiga hari berturut-turut. Setelah

genap tiga hari, rimpang kering ditempatkan pada kantung tertutup rapat

untuk selanjutnya diolah menjadi serbuk. Rimpang dapat dikatakan sudah

kering apabila mudah dipatahkan dengan tangan (Anonim, 2006). Rimpang

temulawak yang telah dikeringkan segera diserbuk dengan menggunakan

blender. Kemudian serbuk diayak dengan menggunakan ayakan no.8/14.

5. Pembuatan Ekstrak Etanolik Rimpang Temulawak

Serbuk temulawak diekstrak dengan menggunakan metode maserasi.

Sebanyak satu bagian serbuk kering rimpang temulawak dimasukkan ke

dalam maserator, kemudian ditambahkan 10 bagian etanol 70 %, direndam

selama 6 jam sambil diaduk berkali-kali menggunakan shaker, dan

didiamkan sampai 24 jam. Selanjutnya maserat dipisahkan dan proses

tersebut diulangi 2 kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Seluruh

maserat dikumpulkan dan diuapkan dengan penangas air hingga diperoleh

ekstrak pekat.

Page 42: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

25

6. Pengujian ALT Rimpang Basah, Rimpang Kering, dan Ekstrak Etanolik

Temulawak

a. Penyiapan dan homogenisasi sampel

1) Rimpang basah temulawak : segera setelah didapatkan rimpang basah

temulawak yang telah dicuci bersih dan ditiriskan, maka rimpang basah

temulawak ditumbuk kasar secukupnya dalam kondisi steril dan

ditimbang sebanyak 1 gram. Dalam kondisi steril, 1 gram rimpang

basah yang telah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam wadah

yang telah berisi 9 ml Peptone Dilution Fluid (PDF) dan selanjutnya

dihomogenkan menggunakan vortex.

2) Rimpang kering temulawak : segera setelah didapatkan serbuk dari

rimpang kering temulawak, kemudian ditimbang serbuk kering

temulawak sebanyak 1 gram dalam kondisi steril. Selanjutnya serbuk

yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi 9

ml PDF dan selanjutnya dihomogenkan menggunakan vortex.

3) Ekstrak etanolik temulawak : segera setelah didapatkan ekstrak etanolik

temulawak kemudian dipipet ekstrak sebanyak 1 ml dalam kondisi

steril. Selanjutnya ekstrak tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang

telah berisi 9 ml PDF dan selanjutnya dihomogenkan menggunakan

vortex.

b. Pembuatan media

Sebanyak 22,5 gram Plate Count Agar (PCA) dilarutkan dalam 1

liter aquadest, dipanaskan sambil diaduk, didinginkan hingga suhu 45oC

Page 43: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

26

sampai 60oC, kemudian dituangkan dalam wadah yang lebih kecil. Media

tersebut selanjutnya disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama

15 menit.

c. Pembuatan Peptone Dilution Fluid (PDF) sebagai pengencer

Sebanyak 1 gram peptone dilarutkan dalam 1 liter air suling dan diukur

pH 7,0±2, diisikan ke dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml, dan disterilkan

dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

d. Pengenceran sampel

Dari masing-masing jenis sampel yang didapatkan pada tahap

penyiapan dan homogenisasi sampel (konsentrasi 10-1

), dalam kondisi

steril dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi bertutup

yang telah berisi 9 ml PDF steril dan dikocok homogen menggunakan

vortex sehingga didapatkan pengenceran dengan konsentrasi 10-2

.

Demikian seterusnya hingga didapatkan sampel dengan konsentrasi 10-6

atau sesuai dengan yang diperlukan.

e. Uji Angka Lempeng Total (Anonim, 2000)

Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan

dibuat duplo. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA

(45±1 0C). Segera cawan petri digoyang dan diputar sedemikian rupa

hingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan

pengencer dibuat uji kontrol (blangko). Pada satu cawan hanya diisi 1 ml

pengencer dan media agar dan pada cawan yang lain hanya diisi media

agar. Setelah media memadat cawan petri diinkubasi pada suhu 35-370 C

Page 44: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

27

selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Dilakukan tiga kali replikasi

dengan perlakuan duplo untuk masing-masing replikasi. Jumlah koloni

yang tumbuh diamati dan dihitung.

7. Cara Penghitungan ALT (Anonim, 2000)

Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah

koloni antara 30-300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu

dikalikan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng

Total dalam tiap gram contoh. Bila ditemui jumlah koloni kurang dari 30 atau

lebih dari 300, maka diikuti petunjuk sebagai berikut :

1. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni 30 atau lebih

dari 300 koloni, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan

dengan faktor pengencerannya. Hasil kali dinyatakan sebagai Angka

Lempeng Total dalam tiap ml/gram contoh

2. Bila terdapat cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan

menunjukkan jumlah koloni antara 30-300, maka dihitung jumlah koloni

dari masing-masing pengenceran dan dikalikan faktor pengencerannya

kemudian diambil rata-ratanya. Jika hasil perhitungan pada tingkat yang

lebih tinggi didapati jumlah koloni rata-rata lebih besar 2 kali jumlah

koloni yang seharusnya, maka dipilih dari tingkat pengenceran yang

terendah.

3. Bila dari seluruh cawan petri tidak satupun yang menunjukkan jumlah

antara 30-300 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat

Page 45: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

28

pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Lempeng Total

perkiraan.

4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan

karena faktor inhibitor, maka Angka Lempeng Total dilaporkan sebagai

kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah.

5. Bila jumlah koloni per cawan kurang dari 3000, maka cawan dengan

tingkat pengenceran tertinggi dibagi dalam beberapa sektor (2, 4, atau 8).

Jumlah koloni dikalikan dengan faktor pembagi dan faktor

pengencerannya, hasil dilaporkan sebagai Angka Lempeng Total

Perkiraan.

6. Bila jumlah koloni lebih dari 200 pada 1/8 bagian cawan, maka jumlah

koloni adalah 200 x 8 x faktor pengenceran. Angka Lempeng Total

Perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari jumlah koloni yang diperoleh.

7. Jika dijumpai koloni spreader meliputi seperempat sampai setengah bagian

cawan, maka dihitung koloni yang tumbuh diluar daerah sprader. Jika 75%

dari seluruh cawan mempunyai koloni spreader dengan keadaan seperti

diatas, maka dicatat sebagai “Spr”. Untuk keadaan ini harus dicari

penyebabnya dan diperbaiki cara kerjanya, pengujian diulang.

8. Penghitungan dan pencatatan hasil Angka Lempeng total hanya dituliskan

dalam dua angka penting. Angka berikutnya dibulatkan ke bawah bila

kurang dari 5 dan dibulatkan ke atas apabila lebih dari 5.

Page 46: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

29

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri untuk

tiap ml atau gram bahan sampel dari masing-masing hasil pengolahan rimpang

(rimpang basah, rimpang kering, dan ekstrak etanolik). Dari nilai rata-rata tiga

data perhitungan tersebut kemudian dilakukan pembandingan nilai ALT dengan

batas keamanan nilai ALT yang telah ditentukan menurut Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor : 661/MENKES/SK/VII/1994

(Anonim, 1994a) dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim,

2004).

Page 47: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Bahan

Rimpang temulawak didapatkan dari salah satu pedagang pengumpul yang

ada di Pasar Beringharjo Yogyakarta, yang berasal dari petani di daerah Cilacap.

Rimpang tersebut dipanen selama bulan Desember 2009 pada saat berumur 7-12

bulan. Dari tahap pengumpulan bahan didapatkan rimpang yang masih dalam

kondisi segar, namun masih terdapat beberapa rimpang yang busuk dan cacat,

serta masih terdapat pengotor berupa tanah dan pasir yang cukup banyak.

Dari rimpang yang terkumpul kemudian dilakukan sortasi basah sebagai

tahapan awal untuk memisahkan rimpang temulawak dari rimpang yang busuk

dan cacat, serta bahan-bahan lain yang mungkin masih terikut seperti kerikil, akar,

serangga, atau pengotor lainnya. Sortasi basah perlu dilakukan untuk mengurangi

benda asing yang ikut dalam proses pengolahan selanjutnya (Anonim, 2006).

Bahan lain tidak boleh terikut karena yang akan diteliti adalah jumlah cemaran

bakteri dari rimpang temulawak. Dari tahap sortasi basah didapatkan rimpang

temulawak yang sudah terpisah dari bahan selain rimpang, tetapi masih terdapat

tanah dan pengotor yang menempel pada rimpang temulawak.

B. Identifikasi Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Identifikasi dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temulawak dari spesies Curcuma

xanthorrhiza Roxb. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan ciri-ciri

Page 48: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

31

organoleptis, makroskopis, dan mikroskopis dari rimpang yang terkumpul dengan

ciri-ciri rimpang Curcuma xanthorrhiza Roxb. yang ada pada Materia Medika

Jilid III (Anonim, 1979).

Dari hasil pengamatan organoleptis didapatkan bahwa rimpang temulawak

yang terkumpul memiliki bau khas aromatis temulawak, dengan rasa agak pahit,

pedas, dan kelat di lidah. Rimpang temulawak berwarna kuning orange tua dan

berbentuk pipih bulat. Ciri-ciri organoleptis ini sesuai dengan yang tertera pada

Materia Medika Indonesia Jilid III (Anonim, 1979).

Dari pengamatan secara makroskopik diketahui bahwa rimpang

temulawak yang terkumpul berbentuk kepingan bulat agak lonjong, ringan, keras

tapi rapuh, dengan pinggir berkerut, dan berdiameter antara 4-6 cm dengan tebal

antara 1-3 cm. Hasil pengamatan secara makroskopis ini menunjukkan ciri-ciri

makroskopis yang sesuai dengan ciri-ciri makroskopis Curcuma xanthorrhiza

Roxb. yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid III (Anonim, 1979).

Dari pengamatan secara mikroskopis pada rimpang temulawak yang

terkumpul, didapatkan adanya beberapa bagian sel pada rimpang seperti parenkim

silinder pusat, endodermis, butir minyak, berkas pembuluh kolateral, butir pati,

hipodermis, epidermis, parenkim korteks. Bagian yang merupakan ciri khas dari

rimpang Curcuma xanthorrhiza Roxb. adalah adanya butir pati dan butir minyak.

Hasil pengamatan ciri-ciri mikroskopis ini sesuai dengan ciri-ciri mikroskopis

Curcuma xanthorrhiza Roxb. yang tertera pada Materia Medika Indonesia Jilid III

(Anonim, 1979). Pengamatan secara organoleptis, makroskopis, dan makroskopis

yang menunjukkan kesesuaian dengan literatur acuan tersebut dapat menjamin

Page 49: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

32

bahwa bahan rimpang yang digunakan dapat penelitian adalah benar rimpang dari

spesies Curcuma xanthorrhiza Roxb. Perbandingan hasil pengamatan secara

organoleptis, makroskopis, dan mikroskopis rimpang temulawak yang digunakan

sebagai bahan penelitian dengan ciri-ciri temulawak pada standar acuan MMI Jilid

III disajikan pada lampiran 7.

C. Pengolahan Rimpang Temulawak

1. Pencucian

Tahap pencucian dilakukan dengan mencuci rimpang di bawah air

mengalir sambil disikat perlahan. Tahap ini perlu dilakukan untuk menghilangkan

tanah dan pengotor lain yang masih melekat pada rimpang temulawak (Sembiring,

2008). Setelah semua rimpang selesai dicuci bersih, kemudian rimpang ditiriskan

selama beberapa saat untuk menghilangkan tetesan-tetesan air sisa hasil pencucian

(Anonim, 2006). Penirisan ini perlu dilakukan mengingat selama proses

pencucian terjadi kontak rimpang dengan air yang kemungkinan dapat menambah

kandungan air pada permukaan rimpang. Air dari pencucian ini harus dihilangkan

dengan ditiriskan karena adanya air akan menjadi tempat yang baik bagi

pertumbuhan mikroba (Jawetz dkk, 1995). Hal ini dapat mengacaukan hasil

penelitian karena jumlah bakteri yang ada nantinya bukan hanya berasal dari

rimpang seperti yang diharapkan, tetapi juga berasal dari air sisa pencucian.

Dari tahapan ini didapatkan sampel berupa rimpang basah temulawak yang

sudah bersih. Penyimpanan sampel dilakukan dalam wadah tertutup rapat

berfungsi untuk menghindarkan sampel dari kontak dengan udara bebas yang

mengandung bakteri sehingga dapat mencegah masuknya kontaminan bakteri dari

Page 50: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

33

lingkungan ke dalam sampel. Sampel disimpan dalam freezer karena di dalam

freezer suhu dapat diturunkan sangat rendah. Suhu yang rendah ini dapat

menghentikan reaksi enzimatis dari bakteri sehingga tidak terjadi pertumbuhan

bakteri (Rukmi, 2009).

2. Perajangan

Perajangan berfungsi untuk membantu proses pengeringan, karena pada

tahap perajangan ini rimpang utuh dipotong menjadi lebih tipis sehingga akan

menambah luas permukaan untuk proses pengeringan (Anonim, 2009b).

Meningkatnya luas permukaan yang kontak dengan udara pada rimpang akan

mempercepat proses keluarnya air dari rimpang sehingga proses pengeringan

dapat berjalan dengan lebih cepat. Perajangan rimpang dilakukan dengan

menggunakan alat pemotong empon-empon manual dengan mata pisau stainless

steel yang tajam sehingga didapatkan potongan rimpang dengan tebal yang

seragam. Rajangan tidak boleh terlalu tebal karena akan memperlama proses

pengeringan serta akan memperbesar kemungkinan tumbuhnya jamur dan bakteri

(Anonim, 2009b). Pada tahap ini dihasilkan rajangan rimpang basah dengan

ukuran yang seragam dan siap untuk dikeringkan.

3. Pengeringan

Pengeringan rimpang berfungsi untuk mengurangi kadar air sehingga

dihasilkan simplisia yang siap untuk diserbuk. Berkurangnya kadar air pada

simplisia akan mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, serta menghentikan

terjadinya reaksi enzimatik (Huda dkk, 2007). Pengurangan kadar air pada

simplisia dapat terjadi karena kandungan air di dalam simplisia akan menguap

Page 51: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

34

selama proses pengeringan. Proses pengeringan simplisia dilakukan sampai terjadi

keseimbangan kadar air antara simplisia dengan lingkungannya, artinya proses

penguapan air dari simplisia sudah berhenti karena jumlah molekul-molekul air

yang diuapkan dari simplisia sama dengan jumlah molekul-molekul air yang

diserap oleh permukaan simplisia. Simplisia yang sudah kering ditandai dengan

potongan rimpang yang mudah dipatahkan.

Pada penelitian ini digunakan metode pengeringan menggunakan pemanas

mekanis (oven). Metode ini dipilih karena dengan metode ini suhu pengeringan

dapat diatur dan stabil, tidak tergantung pada cuaca. Selain itu, pada alat

pengering terdapat kipas yang memungkinkan aliran udara pada seluruh bagian

ruangan sehingga pengeringan dapat merata ke seluruh bagian simplisia. Pada

tahap pengeringan ini dihasilkan simplisia rimpang temulawak kering yang siap

diolah ke tahap selanjutnya.

4. Sortasi Kering

Proses sortasi kering dilakukan untuk menyeleksi simplisia kering dari

pengotor yang mungkin masih terikut (Anonim, 2009b). Proses ini perlu

dilakukan supaya pengotor-pengotor yang ada tidak ikut terserbuk sehingga dapat

diperoleh simplisia rimpang temulawak yang murni. Pengotor-pengotor tersebut

perlu dihilangkan agar nantinya yang terserbuk adalah hasil dari pengeringan

rimpang saja. Pada tahapan ini dihasilkan sampel berupa rimpang kering

temulawak.

5. Pembuatan Serbuk

Page 52: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

35

Pembuatan serbuk dilakukan dengan menghancurkan simplisia kering

menggunakan blender. Pada proses penyerbukan terjadi penghancuran simplisia

menjadi lebih kecil. Setelah seluruh simplisia diserbuk kemudian dimasukkan

dalam wadah tertutup rapat dan disimpan dalam freezer. Proses penyerbukan dari

rimpang kering ini perlu dilakukan agar nantinya didapatkan suspensi sampel

yang merata dari rimpang kering temulawak. Hal ini berfungsi agar koloni bakteri

dapat tumbuh menyebar secara merata pada media yang digunakan sehingga akan

memudahkan penghitungan nilai ALT. Selain itu dengan dilakukannya

penyerbukan maka akan terjadi penghancuran sel dari rimpang temulawak yang

telah dikeringkan sehingga sel bakteri yang ada di dalam rimpang dapat keluar

dan dapat tersuspensi secara merata pada cairan pengencer yang digunakan.

6. Ekstraksi

Dari serbuk yang didapatkan selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk

mendapatkan ekstrak etanolik temulawak. Metode penyarian yang digunakan

adalah maserasi. Metode maserasi dipilih karena metode ini merupakan metode

yang mudah dan sederhana. Proses ekstraksi serbuk temulawak dilakukan

menurut Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Anonim, 2004).

Pengadukan pada proses maserasi berfungsi untuk membantu cairan

penyari menembus dinding sel simplisia. Dengan cara ini juga semua cemaran

berupa sel bakteri dapat kontak langsung terikut ke dalam cairan penyari. Dengan

demikian diharapkan semua sel bakteri akan ikut tersari. Etanol 70% merupakan

salah satu bahan yang biasa digunakan sebagai cairan desinfektan yang dapat

membunuh mikroba (Jawetz dkk, 1996). Oleh karena itu, pada tahap ini juga

Page 53: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

36

terjadi pembunuhan sel bakteri yang ada pada serbuk dari rimpang kering yang

disari sehingga kemungkinan akan menurunkan jumlah cemaran bakteri yang

digambarkan dengan menurunnya nilai ALT. Pada tahap ini didapatkan sampel

yang ketiga berupa ekstrak etanolik temulawak yang siap diuji ke tahap

selanjutnya.

D. Uji Angka Lempeng Total (ALT)

1. Penanganan Rimpang

Sebelum digunakan sebagai cuplikan sampel, rimpang basah, rimpang

kering, dan ekstrak etalonik perlu disiapkan melalui tahapan penanganan sampel.

Sampel berupa rimpang basah dan rimpang kering dihancurkan terlebih dahulu

supaya dapat disuspensikan pada pengencer PDF. Proses penghancuran rimpang

basah dan kering ini dilakukan dalam kondisi aseptis baik ruangan maupun

alatnya untuk menghindari adanya kontaminasi dari lingkungan.

2. Homogenisasi Sampel

Homogenisasi sampel perlu dilakukan untuk mendapatkan cairan uji

dengan distribusi bakteri yang merata dalam tiap bagian contoh uji. Homogenisasi

sampel dilakukan dengan menggunakan Peptone Dilution Fluid (PDF). Proses

homogenisasi sampel dilakukan menggunakan vortex supaya sampel dapat

bercampur merata pada tiap bagian diluent.

Proses homogenisasi sampel juga diperlukan untuk mengembalikan

viabilitas sel bakteri yang ada pada sampel. Pada pengujian ALT, terjadi proses

pemindahan sel-sel bakteri dari media pertumbuhan alami ke dalam media

pertumbuhan buatan. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya viabilitas sel

Page 54: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

37

bakteri karena adanya perbedaan kondisi pertumbuhan. Untuk mengembalikan

viabilitas sel bakteri agar tetap dapat hidup dan tumbuh, maka diperlukan suatu

media yang dapat menyediakan nutrisi yang cukup bagi sel bakteri. Pada

penelitian ini digunakan diluent PDF sebagai pengencer sekaligus penyedia nutrisi

bagi sel bakteri yang disuspensikan. PDF mengandung pepton yang merupakan

salah satu jenis protein yang dibutuhkan oleh sel bakteri untuk tetap hidup.

Komponen pepton ini juga berfungsi sebagai buffer yang dapat mempertahankan

pH dalam keadaan netral (Setiawan, 2009). Pada proses homogenisasi sampel

dihasilkan suspensi sampel yang homogen pada tiap bagiannya dengan

konsentrasi 10-1

yang siap diencerkan.

3. Pengenceran Sampel

Dari suspensi sampel dengan pengenceran 10-1

di atas, kemudian

dilakukan pengenceran. Pengenceran ini berfungsi untuk mempermudah

perhitungan jumlah koloni. Dalam satu cawan petri, jumlah koloni yang dihitung

adalah yang memiliki jumlah koloni antara 30-300 koloni. Pengenceran perlu

dilakukan karena jumlah bakteri dalam contoh sampel tidak diketahui

sebelumnya, sehingga dengan dilakukannya pengenceran dapat menghindari

pertumbuhan bakteri yang terlalu pekat dan tidak dapat dihitung (Lay, 1994). Dari

proses pengenceran sampel didapatkan 3 jenis sampel dengan tingkat pengenceran

10-1

sampai 10-6

yang siap digunakan untuk uji ALT.

4. Uji ALT Rimpang basah, Rimpang Kering, dan Ekstrak Etanolik

Temulawak

Page 55: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

38

Uji ALT merupakan cara penghitungan jumlah mikroba yang terdapat

dalam suatu produk yang tumbuh pada media agar pada suhu dan waktu inkubasi

yang ditetapkan. Uji ini disebut juga dengan viable count atau penghitungan

jumlah mikroba yang hidup, di mana perhitungannya diasumsikan dengan

keadaan bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh

menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan

lingkungan yang sesuai.

Untuk metode ALT jumlah koloni yang layak untuk dihitung pada tiap

cawan petri adalah antara 30-300 koloni. Apabila jumlah koloni pada tiap cawan

petri yang dihitung lebih dari 300 koloni, kondisi ini disebut sebagai Too

Numerous To Count (TNTC) atau terlalu banyak untuk dihitung yang dapat

memperbesar ketidaktepatan perhitungan jumlah koloni secara keseluruhan.

Sedangkan apabila koloni dalam satu cawan petri berjumlah kurang dari 30

koloni, maka jumlah perhitungan yang dihasilkan kurang absah secara statistik

sehingga dapat dikatakan hasil perhitungan kurang valid (Lay, 1994).

Pengujian ALT dapat digunakan untuk menggambarkan jumlah cemaran

bakteri dalam bahan baku obat tradisional. Penanaman sampel dalam media pada

penelitian ini menggunakan metode pour plate agar suspensi sampel dapat

tersebar merata pada media. Proses inkubasi dilakukan dengan keadaan cawan

terbalik. Hal ini dimaksudkan supaya uap air yang terkondensasi pada tutup

cawan tidak jatuh ke permukaan media yang dapat mengganggu perhitungan

bakteri.

Page 56: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

39

Pada pengujian ALT cara kerja aseptis perlu diperhatikan. Hal ini

disebabkan pada pengujian ALT yang akan ditumbuhkan adalah bakteri,

sementara bakteri terdapat di mana-mana, bahkan di udara. Cara kerja yang tidak

aseptis dapat mengacaukan hasil pengujian karena bakteri yang tumbuh tidak

hanya berasal dari cuplikan sampel saja tetapi juga dari kontaminan selama

pengerjaan. Jika benar pengerjaan yang dilakukan sudah mengikuti teknik aseptis,

maka pada kontrol media dan pelarut tidak akan tumbuh koloni bakteri.

A

B

C

Gambar 1. Perbandingan Kontrol Media PCA, Kontrol Pelarut PDF, dan

Perlakuan Sampel Setelah Inkubasi Selama 48 jam

Keterangan Gambar : A = Kontrol Media PCA, B = Kontrol Pelarut PDF,

C=Perlakuan Sampel

Dari gambar 1 didapatkan bahwa tidak ada koloni bakteri yang tumbuh

pada cawan kontrol media maupun kontrol pelarut. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 57: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

40

dalam pengerjaan sudah mengikuti cara kerja yang aseptis dan juga media dan

pelarut yang digunakan sudah benar steril sehingga koloni yang tumbuh pada

cawan sampel benar berasal dari bakteri yang ada pada sampel, bukan dari

kontaminan selama pengerjaan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan koloni bakteri pada cawan yang

mengandung cuplikan suspensi sampel. Dipilih cawan petri yang memiliki jumlah

koloni antara 30-300, dan perhitungan koloni dilakukan menurut ketentuan dari

Parameter Umum Ekstrak Terstandar Indonesia (Anonim, 2000). Hasil dari

perhitungan untuk sampel rimpang basah disajikan dalam tabel I :

Tabel I. Hasil Uji Angka Lempeng Total Untuk Sampel Rimpang Basah

Temulawak Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Replikasi Jumlah

Koloni

ALT

(koloni/gram)

Rata-rata

(koloni/gram) ±SD

Replikasi I 1 287

2,9 x 108

2,9 x 108±0,058x10

8

2 293

Replikasi II 1 281

2,8 x 108

2 273

Replikasi III 1 294

2,9 x 108

2 282

Kontrol Media 1 0

0 0

2 0

Kontrol Pelarut 1 0

0 0

2 0

Dari tabel I diketahui rata-rata nilai ALT untuk sampel rimpang basah

temulawak adalah 2,9x108±0,058x10

8 koloni/gram sampel. Nilai standar deviasi

(SD) yang ada menggambarkan seberapa besar simpangan data dari nilai rata-rata.

Pada sampel rimpang basah, nilai SD yang didapatkan berkisar 2% dari besar nilai

rata-rata ALT. Hal ini menunjukkan bahwa variasi data yang didapat pada sampel

rimpang temulawak tidak terlalu besar yang berarti juga bahwa nilai ALT yang

Page 58: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

41

didapat cukup stabil. Dari nilai SD ini dapat dimaknai bahwa proses pencucian

yang dilakukan dapat menghasilkan nilai ALT yang seragam pada sampel.

Nilai ALT yang didapat pada sampel rimpang temulawak ini sangat besar,

yang menunjukkan jumlah cemaran bakteri juga sangat banyak. Hal ini

disebabkan karena pada sampel rimpang basah temulawak, kandungan air yang

ada pada rimpang masih sangat tinggi. Tingginya kandungan air ini dapat

menyebabkan bakteri yang ada dalam sampel akan tetap hidup dan

memungkinkan bakteri tersebut untuk tumbuh sehingga menyebabkan jumlah

cemaran bakteri sangat banyak.

Banyaknya jumlah cemaran bakteri pada sampel rimpang basah

temulawak juga dapat disebabkan karena pencucian yang dilakukan hanya

membersihkan bagian permukaan luar rimpang saja, sementara bagian daging

rimpang tidak dapat ikut dibersihkan. Hal ini menyebabkan sel-sel bakteri yang

ada pada bagian dalam daging rimpang tetap ada, dengan kandungan air yang

masih banyak sehingga menyebabkan nilai ALT yang dihasilkan juga masih

sangat tinggi. Menurut SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

661/IMENKES/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat Tradisional menyatakan

bahwa syarat nilai ALT untuk jenis rajangan adalah tidak lebih dari 10 koloni.

Dari hasil uji ALT pada rimpang temulawak, nilai ALT yang ada jauh melebihi

syarat yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan proses pencucian yang telah

dilakukan belum dapat mengurangi bakteri yang ada pada rimpang sesuai dengan

yang diharapkan sehingga rimpang basah yang dihasilkan pada penelitian ini tidak

memenuhi persyaratan nilai ALT.

Page 59: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

42

Tabel II. Hasil Uji Angka Lempeng Total Untuk Sampel Rimpang Kering

Temulawak Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Replikasi Jumlah

Koloni

ALT

(koloni/gram)

Rata-rata

(koloni/gram) ±SD

Replikasi I 1 153

1,4 x 107

1,4 x 107±0,058x10

7

2 129

Replikasi II 1 137

1,4 x 107

2 133

Replikasi III 1 128

1,3 x 107

2 136

Kontrol Media 1 0

0 0

2 0

Kontrol Pelarut 1 0

0 0

2 0

Dari tabel II diketahui rata-rata nilai ALT untuk sampel serbuk rimpang

kering temulawak sebesar 1,4x107±0,058x10

7 koloni/gram sampel. Pada sampel

rimpang basah, nilai SD yang didapatkan berkisar 4% dari besar nilai rata-rata

ALT. Hal ini menunjukkan bahwa variasi data yang didapat pada sampel rimpang

temulawak tidak terlalu besar yang berarti juga bahwa variasi data nilai ALT

yang didapat kecil. Dari nilai SD ini dapat dimaknai bahwa proses pengeringan

yang dilakukan dapat menghasilkan nilai ALT yang seragam pada sampel.

Untuk sampel berupa rimpang kering temulawak ini didapatkan bahwa

terjadi penurunan nilai ALT dibandingkan pada sampel rimpang basah

temulawak. Penurunan jumlah cemaran bakteri ini dapat terjadi karena sampel

rimpang kering termulawak telah mengalami proses pengeringan. Proses

pengeringan yang dilakukan dapat mengurangi kandungan air dalam simplisia

yang diuji. Pengurangan jumlah kandungan air dalam simplisia ini dapat

mengurangi jumlah cemaran bakteri. Dengan berkurangnya jumlah air maka akan

memperkecil kemungkinan bakteri untuk tumbuh. Selain itu pada proses

pengeringan juga terjadi proses pemanasan yang juga dapat mengurangi jumlah

Page 60: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

43

bakteri yang hidup. Dengan demikian, ketika dilakukan uji ALT pada sampel

rimpang kering temulawak, jumlah bakteri yang hidup telah berkurang sehingga

menghasilkan nilai ALT yang juga mengalami penurunan dibandingkan nilai ALT

pada sampel rimpang basah temulawak. Meskipun demikian, nilai ALT yang

didapatkan pada sampel rimpang kering temulawak masih cukup tinggi. Menurut

SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 661/IMENKES/SK/VII/1994

Tentang Persyaratan Obat Tradisional menyatakan bahwa syarat nilai ALT untuk

jenis serbuk dari rimpang kering adalah tidak lebih dari 10 koloni. Hasil uji ALT

menunjukkan bahwa nilai ALT rimpang kering temulawak jauh melebihi batas.

Hal ini menunjukkan bahwa proses pengeringan yang dilakukan dapat

mengurangi jumlah cemaran bakteri dibandingkan pada sampel rimpang basah,

namun rimpang kering yang dihasilkan belum memenuhi persyaratan nilai ALT

yang telah ditetapkan.

Tabel III. Hasil Uji Angka Lempeng Total Untuk Sampel Ekstrak Etanolik

Temulawak Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Replikasi Jumlah

Koloni

ALT

(koloni/gram)

Rata-rata

(koloni/gram) ±SD

Replikasi I 1 92

1,1 x 103

1 x 103±0,16x10

3

2 130

Replikasi II 1 137

1,1 x 103

2 75

Replikasi III 1 88

8,3 x 102

2 78

Kontrol Media 1 0

0 0

2 0

Kontrol Pelarut 1 0

0 0

2 0

Dari tabel III diketahui bahwa rata-rata nilai ALT untuk sampel ekstrak

etanolik temulawak adalah sebesar 1x103±0,16x10

3 koloni/ml sampel. Nilai

standar deviasi yang didapatkan pada sampel ekstrak temulawak adalah yang

Page 61: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

44

paling besar dibandingkan pada dua sampel yang lain, yaitu berkisar 16% dari

nilai rata-rata ALT. Hal ini menggambarkan bahwa variasi nilai data pada sampel

ekstrak etanolik adalah yang paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa proses

pemekatan ekstrak yang dilakukan dengan penangas air pada penelitian ini dapat

menyebabkan cemaran bakteri yang sangat bervariasi dan tidak terkontrol.

Nilai ALT untuk sampel ekstrak etanolik temulawak ini merupakan nilai

ALT yang paling kecil dibandingkan sampel rimpang basah maupun serbuk

rimpang kering temulawak, yang berarti bahwa sampel ekstrak etanolik

mengandung jumlah cemaran bakteri yang paling sedikit dibandingkan sampel

yang lain. Hal ini disebabkan karena proses ekstraksi menggunakan cairan penyari

etanol 70%. Cairan etanol 70% ini merupakan desinfektan yang efektif untuk

membunuh berbagai jenis mikroba melalui mekanisme denaturasi protein (Jawetz,

1995). Penggunaan etanol 70% sebagai cairan penyari pada proses maserasi akan

membunuh sel-sel bakteri yang ada sehingga terjadi pengurangan nilai ALT.

Bakteri yang masih ada setelah hasil pengujian dimungkinkan berasal dari

proses pemekatan ekstrak. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan pemanasan di

atas penangas air. Pada saat proses pemekatan ekstrak, terjadi penguapan pelarut

yaitu etanol yang ada di dalam sampel. Dengan menguapnya etanol ini, maka

kerjanya sebagai desinfektan juga akan berkurang, sementara ekstrak yang

dipekatkan terus kontak dengan udara bebas yang tidak steril sehingga ada

sejumlah bakteri yang masuk ke dalam sampel dan terhitung sebagai jumlah

cemaran bakteri pada saat dilakukan uji ALT. Nilai ALT pada sampel ekstrak

etanolik masih melebihi batas yang ditetapkan yaitu 10 koloni.

Page 62: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

45

Dari tiga jenis sampel hasil olahan rimpang temulawak yang diuji,

semuanya menunjukkan nilai ALT yang masih jauh melebihi batas, meskipun

proses pengolahan rimpang temulawak sudah dilakukan sesuai standar teknis

pengolahan rimpang temulawak (Anonim, 2006). Hal ini selain disebabkan karena

adanya cemaran bakteri yang memang berasal dari sampel, tetapi juga dapat

disebabkan karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai ALT yang

pada penelitian ini kurang dapat dikontrol oleh peneliti. Beberapa faktor tersebut

diantaranya adalah lama dan kondisi penyimpanan sampel. Lama dan kondisi

penyimpanan sampel tentunya dapat mempengaruhi jumlah cemaran bakteri.

Selain itu, pada penelitian ini masih mungkin yang terhitung sebagai nilai

ALT bukan hanya koloni bakteri saja. Hal ini disebabkan karena pada media yang

digunakan masih memungkinkan adanya khamir yang tumbuh, di mana khamir

memiliki morfologi yang hampir sama dengan bakteri. Adanya khamir yang

masih mungkin tumbuh ini disebabkan karena pada media agar yang digunakan

terdapat kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan khamir.

Meskipun demikian, proses pengolahan rimpang sesuai standar tetap

diperlukan untuk mendapat kualitas hasil olahan yang lebih baik. Apabila proses

pengolahan tidak dilakukan sesuai standar, maka kemungkinan adanya cemaran

bakteri tidak berkurang, tetapi malah bertambah yang dihasilkan dari proses

pengolahan yang asal-asalan.

Page 63: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Nilai ALT yang diperoleh untuk rimpang basah temulawak adalah sebesar

2,9x108±0,058x10

8 koloni/gram sampel; untuk rimpang kering temulawak

sebesar 1,4x107±0,058x10

7 koloni/gram sampel; dan untuk ekstrak temulawak

sebesar 1,0x102±0,16x10

2 koloni/ml sampel.

2. Nilai ALT yang didapatkan dari sampel rimpang basah, rimpang kering, dan

ekstrak etanolik melebihi batas persyaratan ALT yang telah ditetapkan pada

SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

661/MENKES/SK/VII/1994 dan Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat

Indonesia.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai cara pengolahan rimpang temulawak

yang dapat mengurangi cemaran bakteri pada rimpang temulawak, seperti

adanya pengontrolan pada kondisi simpan rimpang secara khusus sehingga

jumlah cemaran bakteri yang ada dapat minimal dan dapat memenuhi

persyaratan yang ditetapkan.

2. Pada pengujian ALT perlu digunakan reagen yang dapat membedakan

pertumbuhan koloni bakteri dengan koloni mikroba lain, salah satunya adalah

Triphenyl Tetrazolium Chloride (TTC). Selain itu diperlukan pengontrolan

kondisi aseptis pada tiap tahapan perlakuan sampel, termasuk lama dan

kondisi penyimpanan sampel.

Page 64: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

47

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979, Materia Medika, jilid III, 63-70, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2-40, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1994a, Peraturan Prundang-undangan Obat Tradisional,Jilid I, 21-5, 9-

46, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1994b, Teknologi Pengeringan Simplisia Untuk Pedesaan, Prosiding

Symposium Penelitian Bahan Obat Alami,VII, 78-79, Balai Penelitian

Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan

Pertama, 4-5, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,

Jakarta.

Anonim, 2004, Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Vol. I, 114-117,

Badan POM RI, Jakarta

Anonim, 2005a, Gerakan Nasional Minum Temulawak,

http://www.pom.go.id/oai/info/GNMT.htm, diakses tanggal 28 Januari

2010

Anonim, 2005b, Tanaman Obat Indonesia : Temulawak,

http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=129, diakses

tanggal 28 Januari 2010

Anonim, 2006, Standar Teknis Prosedur Operasional Pengolahan Temulawak, 2-

4, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Direktorat Jendral Pengolahan

dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2008, Budidaya dan Pasca Panen Tanaman Obat Untuk Meningkatkan

Kadar Bahan Aktif,

http://balittro.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?option=com_content&ta

sk=view&id=88&Itemid=44, diakses tanggal 29 Januari 2010

Anonim, 2009a, Faktor Lingkungan Bagi Pertumbuhan Mikroba,

http://bahanajar.unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/09/faktor-lingkungan-

pertumbuhan-mikroba-revisi-270909.pdf, diakses tanggal 26 Januari

2010

Page 65: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

48

Anonim, 2009b, Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat,

http://balittro.litbang.deptan.go.id/index/view+penyiapan+simplisia&cd

=9&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a, diakses tanggal 29 Januari

2010

Atlas, R. M., 1997, Handbook of Micribiological Media, 2nd

Edition, 207, 497,

506, 796, CRC Press Inc, New York.

Djaafar, T.F, dan Rahayu S., 2007, “Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian,

Penyakit yang Ditimbulkan, dan Pencegahannya”, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jurnal Litbang Pertanian.

Fardiaz, S., Mikrobiologi Pangan, Edisi I, 130, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Hadioetomo, R. S., 1985, Mikrobiologi Dasar dan Praktek-Teknik dan Prosedur

Dasar Dalam Laboratorium, 42-46, Gramedia, Jakarta.

Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia, 50-51, Penerbit ITB, Bandung.

Huda, M. D. K., Cahyono, B., dan Limantara, L., 2006, “Pengaruh Proses

Pengeringan Terhadap Kandungan Kurkuminoid Dalam Rimpang

Temulawak”, Universitas Diponegoro Semarang, Jurnal Teknologi

Pangan.

Jawetz, E. J. I., Melnick and Adelberg, E. A., 1995, Mikrobiologi Untuk Profesi

Kesehatan, 234-240, 286-290, Diterjemahkan oleh Tonang, A., Edisi

XVI, EGC, Jakarta.

Jawetz, E. J. I., Melnick and Adelberg, E. A., 1996, Mikrobiologi Kedokteran,

234-240, 286-290, Diterjemahkan oleh Nugroho, E., dan Maulany, Edisi

XX, EGC, Jakarta.

Jayaprakasha, G.K., Rao, L.J.M., Sakariah, K.K., 2005, “Chemistry and

Biological Activities of Curcuma Longa”, Trends in Food Science &

Technology 16, 533-548.

Lay, B.W., 1994, Analisis ,Mikroba di Laboratorium, Edisi I, 47-54, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Pelczar, J.R., dan Michael, J., 1986, Microbiology, 20-25, Mc Grawhill Book

Company, New York.

Plantus, 2008, Sembilan Tanaman Obat Unggulan Hasil Uji Klinis Badan POM,

http://anekaplanta.wordpress.com/2008/03/02/sembilan-tanaman-obat-

unggulan-hasil-uji-klinis-badan-pom/, diakses tanggal 11 November

2009

Page 66: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

49

Pothitirat, W., Supabphol, R., Dritsanapan, W. 2004. “Comparison of Free

Radical Scavenging Activity and Curcuminoids Content of Turmeric

Extracts Using Different Methods of Extraction”. Mahidol University

Journal of Pharmaceutical Sciences.

Rahardjo, M., dan Otih Rostiana, 2005, Budidaya Tanaman Temulawak, Edisi I,

24-28, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, Jakarta

Rukmi, I., 2009, “Keanekaragaman Aspergilus Pada Berbagai Simplisia Jamu

Tradisional”, Universitas Diponegoro Semarang, Jurnal Sains dan

Matematika.

Sembiring, B.S., 2008, Teknologi Pengolahan Tanaman Obat,

http://balittro.litbang.deptan.go.id/eng/index.php?option=com_content&

view=article&id=106:teknologi-pengolahan-tanaman-

obat&catid=19:artikel&Itemid=38, diakses tanggal 28 Januari 2010

Setiawan, W.A., 2009, Kultivasi, reproduksi, dan Pertumbuhan Mikroba, http://unila.ac.id/wasetiawan/files/2009/07/kultivasi-reproduksi-dan-

pertumbuhan-bakteri.pdf., diakses tanggal 26 Januari 2009

Sidik, 2006, Gerakan Nasional Minum Temulawak, Majalah Farmacia, 6039, 72

Soediro, 1997, Tinjauan Aspek Keamanan Obat Tradisional, Makalah Seminar

Nasional Tanaman Obat Indonesia, 76-79

Sumarsih, 2008, Mikroba dan Kesuburan Tanah,

http://sumarsih07.files.wordpress.com/2008/11/vi-mikroba-dan-

kesuburan-tanah.pdf, diakses tanggal 29 Januari 2010

Sylvia, 2005, Pengujian Cemaran Bakteri dan Cemaran Kapang/Khamir Pada

Produk Jamu Gendong di Daerah Istimewa

Yogyakarta,http://eprints.ums.ac.id/journal/index.php?t=pharmacon&v=

2005v6n1, diakses pada tanggal 20 Desember 2009

Taufik, 2004, Amankah Makanan Yang Disimpan Dingin?, http://www.pikiran-

rakyat.com/cetak/0104/11/1002.htm, diakses tanggal 28 Januari 2010

Voigt, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 5, 579-582 Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

Page 67: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

50

LAMPIRAN

Page 68: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

51

Lampiran 1.

Hasil Pengujian ALT Rimpang Basah Temulawak

Sampel : Rimpang Segar Temulawak Nomor sampel : B

Tanggal Pengujian : 29 Desember 2009 Pengambilan Sampel:1gram

Pengenceran : 9 ml PDF Media/Suhu:PCA/35-37OC

a. Pengamatan Jumlah Koloni Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Tingkat

Pengenceran

Pengamatan

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

I II I II I II

10-1

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-2

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-3

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-4

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-5

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-6

287 293 281 273 294 282

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

b. Perhitungan Angka Lempeng Total

Perhitungan nilai ALT dilakukan setelah inkubasi selama 48 jam.

Dipilih cawan petri dengan jumlah koloni bakteri 30-300 koloni.

Pada hasil perhitungan untuk sampel rimpang segar, dipilih cawan

petri pada tingkat pengenceran 10-6

, karena semua cawan petri

pada tingkat pengenceran ini menunjukkan jumah koloni antara 30-

300.

Cara perhitungan dilakukan menurut cara 1 yaitu : Dipilih cawan

petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni

antara 30-300. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung

Page 69: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

52

lalu dikalikan faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai

Angka Lempeng Total dalam tiap gram contoh.

Replikasi I

→ 281+293 x 106= 290 x 10

6 = 290.000.000 koloni/gram sampel

2

→ 290.000.000 koloni (perbandingan 1 : 100.000.000)

= 2,9 x 108 koloni/gram sampel

Replikasi II

→ 281+273 x 106 = 277 x 10

6 = 277.000.000 koloni/gram sampel

2

→ 277.000.000 koloni (perbandingan 1 : 100.000.000)

= 2,8 x 108 koloni/gram sampel

Replikasi III

→ 294+282 x 106= 291 x 10

6 = 291.000.000 koloni/gram sampel

2

→ 291.000.000 koloni (perbandingan 1 : 100.000.000)

= 2,9 x 108 koloni/gram sampel

Rata-rata

→ (2,9x108)+(2,8x10

8)+(2,9x10

8) = 2,9 x 10

8 koloni/gram sampel

3

Batas nilai ALT = 10 koloni/gram → tidak memenuhi sayarat

Page 70: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

53

Lampiran 2.

Hasil Pengujian ALT Rimpang Kering Temulawak

Sampel : Rimpang Kering Temulawak Nomor sampel : A

Tanggal Pengujian : 29 Desember 2009 Pengambilan Sampel:1gram

Pengenceran : 9 ml PDF Media/Suhu:PCA/35-37OC

a. Pengamatan Jumlah Koloni Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Tingkat

Pengenceran

Pengamatan

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

I II I II I II

10-1

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-2

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-3

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-4

~ ~ ~ ~ ~ ~

10-5

153 129 137 133 128 136

10-6

13 15 11 8 12 9

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

b. Perhitungan Angka Lempeng Total

Perhitungan nilai ALT dilakukan setelah inkubasi selama 48 jam.

Dipilih cawan petri dengan jumlah koloni bakteri 30-300 koloni. Pada

hasil perhitungan untuk sampel serbuk dari rimpang kering, dipilih

cawan petri pada tingkat pengenceran 10-5

, karena semua cawan petri

pada tingkat pengenceran ini menunjukkan jumah koloni antara 30-

300.

Cara perhitungan dilakukan menurut cara 1 yaitu : Dipilih cawan petri

dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300.

Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan faktor

Page 71: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

54

pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total

dalam tiap gram contoh.

Replikasi I

→ 153+129 x 105 = 141 x 10

5 = 14.100.000 koloni/gram sampel

2

→ 14.100.000 koloni (perbandingan 1 : 10.000.000)

= 1,4 x 107 koloni/gram sampel

Replikasi II

→ 137+133 x 105

= 135 x 105 = 13.500.000 koloni/gram sampel

2

→ 13.500.000 koloni (perbandingan 1 : 10.000.000)

= 1,4 x 107 koloni/gram sampel

Replikasi III

→ 128+136 x 105

= 132 x 105

= 13.200.000 koloni/gram sampel

2

→ 13.200.000 koloni (perbandingan 1 : 10.000.000)

= 1,3 x 107 koloni/gram sampel

Rata-rata

→ (1,4x107)+(1,4x10

7)+(1,3x10

7) = 1,4 x 10

7 koloni/gram sampel

3

Batas nilai ALT = 10 koloni/gram → tidak memenuhi sayarat

Page 72: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

55

Lampiran 3.

Hasil Pengujian ALT Ekstrak Etanolic Temulawak

Sampel : Ekstrak Etanolik Temulawak Nomor sampel : C

Tanggal Pengujian : 29 Desember 2009 Pengambilan Sampel:1ml

Pengenceran : 9 ml PDF Media/Suhu:PCA/35-37OC

a. Pengamatan Jumlah Koloni Setelah Inkubasi Selama 48 Jam

Tingkat

Pengenceran

Pengamatan

Replikasi I Replikasi II Replikasi III

I II I II I II

10-1

92 130 137 75 88 78

10-2

10 8 15 16 7 3

10-3

0 0 0 0 0 0

10-4

0 0 0 0 0 0

10-5

0 0 0 0 0 0

10-6

0 0 0 0 0 0

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

Kontrol Media 0 0 0 0 0 0

Kontrol Pelarut 0 0 0 0 0 0

b. Perhitungan Angka Lempeng Total

Perhitungan nilai ALT dilakukan setelah inkubasi selama 48 jam.

Dipilih cawan petri dengan jumlah koloni bakteri 30-300 koloni. Pada

hasil perhitungan untuk sampel ekstrak etanolik, dipilih cawan petri

pada tingkat pengenceran 10-1

, karena semua cawan petri pada tingkat

pengenceran ini menunjukkan jumah koloni antara 30-300.

Cara perhitungan dilakukan menurut cara 1 yaitu : Dipilih cawan petri

dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 30-300.

Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan faktor

pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total

dalam tiap gram contoh.

Page 73: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

56

Replikasi I

→ 130+92 x 101 = 111 x 10

1 = 1.110 koloni/gram sampel

2

→ 1.110 (perbandingan 1 : 1.000)

= 1,1 x 103 koloni/ml sampel

Replikasi II

→ 137+75 x 101 = 106 x 10

1 = 1.060 koloni/ml sampel

2

→ 1.060 koloni (perbandingan 1 : 1000)

= 1,1 x 103 koloni/gram sampel

Replikasi III

→ 88+78 x 101 = 83 x 10

1 = 830 koloni/ml sampel

2

→ 830 koloni (perbandingan 1 : 100)

= 8,3 x 102 koloni/gram sampel

Rata-rata

→ (1,1x103)+(1,1x10

3)+(8,3x10

2) = 1,0 x 10

2 koloni/ml sampel

3

Batas nilai ALT = 10 koloni/gram → tidak memenuhi sayarat

Page 74: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

57

Lampiran 4.

Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Segar Temulawak

A

B

C

D

Keterangan Gambar :

A = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Basah Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-6

B = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Basah Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-5

C = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Basah Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-4

D = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Basah Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-3

Page 75: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

58

Lampiran 5.

Gambar Hasil Uji ALT Sampel Serbuk Rimpang Kering Temulawak

A

B

C

D

Keterangan Gambar :

A = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Kering Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-6

B = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Kering Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-5

C = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Kering Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-4

D = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Rimpang Kering Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-3

Lampiran 6.

Gambar Hasil Uji ALT Sampel Ekstrak Etanolik Temulawak

A B

Page 76: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

59

C

Keterangan Gambar :

A = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Ekstrak Etanolik Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-3

B = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Ekstrak Etanolik Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-2

C = Gambar Hasil Uji ALT Sampel Ekstrak Etanolik Temulawak Pada Tingkat

Pengenceran 10-1

Page 77: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

60

Lampiran 7. Perbandingan Hasil Pengamatan Organoleptis, Makroskopis, dan Mikroskopis

Temulawak Bahan Penelitian dengan Standar MMI Jilid III

a. Tabel Hasil Perbandingan Organolepstis b. Tabel Hasil Perbandingan Makroskopis

Pengamatan Makroskopis

Hasil Pengamatan Standar MMI III

Bentuk

Kepingan bulat, lonjong,

ringan, keras tapi rapuh,

pinggir berkerut

Diameter= 4-6 cm, tebal= 1-3 mm

Keping bundar atau

jorong, ringan, keras,

rapuh, pinggir berkerut.

Diameter 6 cm, tebal 2 mm-5 mm

Warna

Kuning kecoklatan

sampai coklat, bidang

irisan berwarna lebih

buram

Coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram

Pengamatan

Organoleptik Hasil Pengamatan Standar MMI III

Bau Khas aromatis Khas aromatik

Rasa Agak pahit, tajam Tajam dan pahit

Warna Kuning-orange

Kuning jingga sampai coklat kuning jingga

Bentuk Pipih, bulat Bundar atau jorong

Pengamatan

Organoleptik Hasil Pengamatan Standar MMI III

Bau Khas aromatis Khas aromatik

Rasa Agak pahit, tajam Tajam dan pahit

Warna Kuning-orange

Kuning jingga sampai coklat kuning jingga

Bentuk Pipih, bulat Bundar atau jorong

Pengamatan

Organoleptik Hasil Pengamatan Standar MMI III

Bau Khas aromatis Khas aromatik

Rasa Agak pahit, tajam Tajam dan pahit

Warna Kuning-orange

Kuning jingga sampai coklat kuning jingga

Bentuk Pipih, bulat Bundar atau jorong

Page 78: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

61

c. Tabel Hasil Perbandingan Mikroskopis

Temulawak Gambar

Hasil Pengamatan

Keterangan Gambar :

1. dan 4. Parenkim Silinder

Pusat

2. Endodermis

3. Parenkim Korteks

5. Berkas Pembuluh

Kolateral

6. Butir Pati

7. Hipodermis

8. Epidermis

Standar MMI III

Keterangan Gambar : 1: rambut penutup 6 : sklerenkim

2: epidermis 7 : parenkim korteks

3: hipodermis 8 : butir pati

4: periderm 10: endodermis

5: berkas pembuluh kolateral 11: parenkim silinder pusat.

Page 79: UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG … · UJI ANGKA LEMPENG TOTAL RIMPANG BASAH, RIMPANG KERING, DAN EKSTRAK ETANOLIK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)SKRIPSI Diajukan

62

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Maria Diyan Monica,

merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Yohanes

Bambang Soenarko dan Ibu M.M. Siti Subaryati.

Penulis lahir di Kulon Progo pada tanggal 04 Agustus

1988. Penulis mulai menempuh pendidikan di Taman

Kanak-Kanak Pertiwi Puspayoga pada tahun 1992

sampai 1994 dan melanjutkan di Sekolah Dasar

Percobaan IV Wates (1994-2000). Pada tahun 2000 sampai 2003 penulis

mengenyam pedidikan tingkat menengah pertama di SLTP N 1 Wates. Pendidikan

menengah tingkat atas dilanjutkan di SMA PL Van Lith Muntilan mulai dari

tahun 2003 sampai 2006, dan selanjunya penulis meneruskan ke jenjang

perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dari 2006

sampai 2010.

Selama menempuh studi di Fakultas Farmasi, penulis aktif menjadi panitia

beberapa kegiatan mahasiswa seperti panitia Pharmacy Performance 2007 dan

panitia Pharmacy Performance and Event Cup tahun 2008. Penulis juga pernah

menjadi asisten dosen pada mata kuliah praktikum Farmakognosi Fitokimia.