bab i struktur tersebut berdiri. dalam perencanaannya ... · lempeng bumi, lempeng asia, lempeng...

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia terletak pada 6 o LU - 11 o LS dan 95 o BT - 141 o BT , merupakan sebuah negara kepulauan yang berada pada pertemuan 3 lempeng bumi, lempeng Asia, lempeng Australia, dan lempeng Pacific. Letak geografis tersebut membuat Indonesia mempunyai kandungan hasil alam yang sangat melimpah, menjadikan Indonesia berada pada 5 besar negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar di dunia. Sebagian besar kandungan minyak dan gas bumi terletak di kawasan perairan Indonesia, salah satunya berada di daerah perairan kepulauan Natuna. Kondisi tersebut membuka peluang untuk dibangunnya fasilitas lepas pantai untuk eksplorasi kandungan alam yang berada di perut bumi. Gambar 1.1. Lokasi Anjungan Migas Di Indonesia ( blog.wawangsetiawan, 2010 ) Pembangunan struktur offshore merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk dapat mengeksplorasi kekayaan alam yang berada di kawasan perairan, struktur tersebut dapat berupa fixed platform dan floating platform. Struktur yang terletak pada perairan kepulauan Natuna merupakan struktur fixed platform yang menggunakan jacket sebagai struktur penopang beban, akan tetapi letak Indonesia yang berada pada pertemuan lempeng tersebut membuat daerah daerah di Indonesia menyimpan kekuatan gempa yang besar pula dan hal tersebut berpengaruh langsung pada struktur fixed platform. Struktur fixed platform sangat dipengaruh oleh terjadinya gempa pada daerah dimana struktur tersebut berdiri. Dalam perencanaannya, struktur telah diberikan beban gempa rencana namun, kadangkala pada kenyataannya gempa yang terjadi dapat lebih besar dibandingkan gempa rencana. Hal itu menyebabkan kekuatan umur yang direncanakan dapat berkurang akibat beban gempa yang berlebih. Pada tugas akhir ini akan dilakukan modifikasi perancangan struktur platform dengan menggunakan beberapa bracing yang berbeda dengan pembahasan ditujukan pada fixed platform yang dititik beratkan pada analisa perhitungan jacket terhadap gempa beserta dengan perhitungan pondasi. Jacket merupakan bagian dari fixed platform, yaitu bangunan lepas pantai (offshore) yang terpancang didasar laut sehingga mempunyai kekuatan agar tidak bergoyang. Kekuatan struktur tersebut juga mempunyai batasan dalam menerima beban, akan tetapi untuk lebih memaksimalkan kinerja dapat dilakukan analisa pushover / ultimate. Menurut ISSC (2006), kekuatan ultimate dari member dan sistem struktur adalah ukuran sebenarnya dalam penilaian kekuatan yang berarti, bahwa kekuatan ultimate adalah kapasitas maksimal yang dapat dimiliki struktur. Tidak ada penambahan beban yang dapat dibawa melebihi kekuatan ultimate. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis perlu untuk memberikan perumusan masalah dalam pengerjaan tugas akhir ini. Adapun perumusan masalah tersebut sebagai berikut : 1. Bagaimana cara melakukan perancangan fixed platform dengan penopang jacket menggunakan beberapa bracing yang berbeda ? 2. Bagaimana kondisi fixed platform apabila terjadi beban gempa berlebih ? 3. Bagaimana cara menganalisis kekuatan struktur terhadap beban gempa berlebih , dengan Ultimate / Pushover Analisis sampai batas runtuh ? 4. Berapa kali kekuatan gempa yang dapat diterima oleh struktur tersebut ? 1.3. BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam Tugas Akhir yang berjudul Analisa Ultimate Fixed Platform Terhadap Beban Gempa di Perairan Kepulauan Natuna adalah sebagai berikut :

Upload: dodien

Post on 05-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia terletak pada 6

o LU - 11

o LS dan

95o BT - 141

o BT , merupakan sebuah negara

kepulauan yang berada pada pertemuan 3

lempeng bumi, lempeng Asia, lempeng

Australia, dan lempeng Pacific. Letak geografis

tersebut membuat Indonesia mempunyai

kandungan hasil alam yang sangat melimpah,

menjadikan Indonesia berada pada 5 besar

negara penghasil minyak dan gas bumi terbesar

di dunia. Sebagian besar kandungan minyak dan

gas bumi terletak di kawasan perairan Indonesia,

salah satunya berada di daerah perairan

kepulauan Natuna. Kondisi tersebut membuka

peluang untuk dibangunnya fasilitas lepas pantai

untuk eksplorasi kandungan alam yang berada di

perut bumi.

Gambar 1.1. Lokasi Anjungan Migas Di

Indonesia

( blog.wawangsetiawan, 2010 )

Pembangunan struktur offshore merupakan

salah satu cara yang dilakukan untuk dapat

mengeksplorasi kekayaan alam yang berada di

kawasan perairan, struktur tersebut dapat berupa

fixed platform dan floating platform. Struktur

yang terletak pada perairan kepulauan Natuna

merupakan struktur fixed platform yang

menggunakan jacket sebagai struktur penopang

beban, akan tetapi letak Indonesia yang berada

pada pertemuan lempeng tersebut membuat

daerah – daerah di Indonesia menyimpan

kekuatan gempa yang besar pula dan hal

tersebut berpengaruh langsung pada struktur

fixed platform.

Struktur fixed platform sangat dipengaruh

oleh terjadinya gempa pada daerah dimana

struktur tersebut berdiri. Dalam perencanaannya,

struktur telah diberikan beban gempa rencana

namun, kadangkala pada kenyataannya gempa

yang terjadi dapat lebih besar dibandingkan

gempa rencana. Hal itu menyebabkan kekuatan

umur yang direncanakan dapat berkurang akibat

beban gempa yang berlebih.

Pada tugas akhir ini akan dilakukan

modifikasi perancangan struktur platform

dengan menggunakan beberapa bracing yang

berbeda dengan pembahasan ditujukan pada

fixed platform yang dititik beratkan pada analisa

perhitungan jacket terhadap gempa beserta

dengan perhitungan pondasi. Jacket merupakan

bagian dari fixed platform, yaitu bangunan lepas

pantai (offshore) yang terpancang didasar laut

sehingga mempunyai kekuatan agar tidak

bergoyang. Kekuatan struktur tersebut juga

mempunyai batasan dalam menerima beban,

akan tetapi untuk lebih memaksimalkan kinerja

dapat dilakukan analisa pushover / ultimate.

Menurut ISSC (2006), kekuatan ultimate dari

member dan sistem struktur adalah ukuran

sebenarnya dalam penilaian kekuatan yang

berarti, bahwa kekuatan ultimate adalah

kapasitas maksimal yang dapat dimiliki struktur.

Tidak ada penambahan beban yang dapat

dibawa melebihi kekuatan ultimate.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah

dipaparkan sebelumnya, penulis perlu untuk

memberikan perumusan masalah dalam

pengerjaan tugas akhir ini. Adapun perumusan

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimana cara melakukan perancangan

fixed platform dengan penopang jacket

menggunakan beberapa bracing yang

berbeda ?

2. Bagaimana kondisi fixed platform

apabila terjadi beban gempa berlebih ?

3. Bagaimana cara menganalisis kekuatan

struktur terhadap beban gempa berlebih,

dengan Ultimate / Pushover Analisis

sampai batas runtuh ?

4. Berapa kali kekuatan gempa yang dapat

diterima oleh struktur tersebut ?

1.3. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam Tugas Akhir yang

berjudul Analisa Ultimate Fixed Platform

Terhadap Beban Gempa di Perairan Kepulauan

Natuna adalah sebagai berikut :

2

1. Pemodelan stuktur utama tetap mengunakan

4 kaki dengan menggunakan kombinasi

beberapa bracing yang berbeda,

2. Beban yang dianalisis hanya meliputi beban

gempa, beban – beban lain khususnya beban

gravitasi dan lingkungan digunakan untuk

pembebanan pada tahap pemodelan dengan

menggunakan analisis In - Place,

3. Digunakan analisa ultimate menggunakan

metode non linear / pushover,

4. Perhitungan dengan mempertimbangkan

kekuatan pondasi struktur.

1.4. TUJUAN

Penulisan Tugas Akhir kali ini mempunyai

tujuan sebagai berikut:

1. Mampu menganalisa kekuatan subuah

struktur fixed platform terhadap beban gempa

berlebih termasuk dengan perhitungan

pondasi.

2. Mampu merencanakan pondasi suatu struktur

akibat beban – beban yang ada dengan

menyesuaikan terhadap karakteristik daerah

yang akan dibangun sruktur tersebut.

3. Mampu mengoperasikan program SACS.

4. Membuka wawasan bahwa struktur Rig juga

merupakan bagian dari bidang ke-Teknik

Sipil-an yang kurang tereksplorasi.

1.5. MANFAAT

Manfaat yang akan diperoleh dalam pekerjaan

Tugas Akhir ini adalah dapat mengetahui cara

perencanaan, dan perancangan fixed platform serta

mampu menganalisis kejadian – kejadian yang dapat

terjadi akibat fenomena alam.

Serta dapat menjadi nilai jual kita dalam

memasuki dunia kerja, serta dapat pula digunakan

sebagai bahan referensi oleh :

1. Perusahaan pengeboran minyak ataupun BP-

MIGAS dalam perencanaan Rig

2. Pembelajaran bagi mahasiswa Teknik Sipil

ITS dalam merencanakan Rig

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. UMUM

Offshore Platform merupakan anjungan yang

digunakan untuk pengeksplorasian minyak dan gas

dari dasar laut yang diolah hingga menghasilkan

sumber energy alam, Offshore platform pertama

berdiri pada tahun 1947 di pantai Lousiana dengan

kedalaman hanya 6 meter. Sekarang ini lebih dari

7000 offshore platform berdiri di dunia dengan

kedalaman mencapai 1.850 meter dan hampir

sebagian besar merupakan fixed platform.

Gambar 2.1. Offshore Drilling Platform

( NaturalGas.org.htm, 2010 )

Dalam 2 dekade terakhir, katagori dari fixed

platform berkembang dengan pesat dimulai dari

tambang di teluk Mexico kemudian berkembang

menjadi tipe concrete gravity yang berada di laut

utara Mexico dan tipe platform yang ketiga adalah

the tension leg platform yang sedang berkembang

pada saat ini dimana bangunan tersebut mengapung

dengan kabel yang berada dibawah bangunan

tersebut yang mempunyai fungsi menarik bangunan

apung agar tidak goyang. Perencanaan bangunan

lepas pantai ( offshore ) mempunyai beberapa bagian

dalam operasionalnya yaitu eksplorasi, eksplorasi

pengeboran, pengembangan pengeboran, operasi

produksi, serta transportasi.

2.2 FIXED PLATFORM

Merupakan struktur terpancang yang memiliki

beberapa jenis berdasarkan struktur penopangnya,

antara lain :

1. Jacket Platform

Anjungan tipe ini digunakan untuk

beroperasi di perairan laut dangkal dan perairan

laut sedang ( maksimal pada kedalaman 320 m )

yang mempunyai dasar tebal, lunak, dan

berlumpur. Terdapat 3 bgian utama yaitu deck,

jacket, dan pile. Dek merupakan bagian struktur

yang tidak terendam air, digunakan sebagai pusat

aktifitas operasional. Struktur penopang disebut

dengan Jacket, struktur seperti ini dikembangkan

untuk operasi di laut dangkal dan laut sedang

yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur yang

dikunci oleh pile sebagai pemancang struktur

3

pada dasar laut. Umumnya, bagian – bagian dari

fixed platform telah dibuat dipabrik sesuai dengan

perhitungan kapasitas yang telah dilakukan

sebelumnya yang kemudian dilakukan perakitan

di lokasi pengeboran.

Gambar 2.2. Fixed Platform

( wikipedia, 2011 )

Pengangkutan bagian – bagian dari fixed

platform dilakukan menggunakan kapal,

kemudian setelah pada koordinat yang

derencanakan jacket ditempatkan pada posisi yang

telah ditentukan kemudian dluncurkan dari kapal,

setelah struktur jacket berdiri pile dimasukkan

melalui kaki bangunan dan dipancang dengan

hammer sampai menembus lapisan tanah keras

kemudian dek dipasang dan dilas. Bahan baku

atau material utama struktur jacket yang

digunakan adalah baja. Baja memiliki sifat-sifat

yang menguntungkan untuk dipakai sebagai bahan

struktur yang mampu memikul beban statik

maupun beban dinamik.

Gambar 2.3. Pengangkutan Jacket Ke Lokasi

Gambar 2.4. Proses Peluncuran Jacket

( Wikipedia, 2011 )

2.2.1 STRUKTUR JACKET

Struktur Jacket merupakan bagian utama

jacket platform yang berfungsi menopang

banggunan atas ( deck ) sehingga mampu

melakukan kegiatan pengeskplorasian sesuai

dengan yang direncanakan. Menurut Hastanto

(2000), struktur jacket merupakan bentuk struktur

terpancang (fixed Structure) yang terdiri atas

beberapa komponen utama yaitu:

1. Deck / Geladak yang berfungsi sebagai

penunjang seluruh kegiatan, tempat fasilitas

dan tempat bekerja para personel.

2. Template / jacket yang berfungsi sebagai

penerus beban baik beban vertikal dari

geladak maupun beban lateral dari angin,

gelombang, arus dan boat impact ke

pondasi.

3. Pondasi yang berfungsi untuk meneruskan

beban dari jacket ke tanah.

Gambar 2.5. Komponen Utama Jacket

Selain itu juga ada subkomponen dari masing-

masing komponen utama dari jacket yaitu:

a. Subkomponen dari struktur geladak antara

lain: skid beam, plat geladak deck beam,

DECK

JACKET

PILE

4

T - JOINT Y - JOINT N - JOINT OLN - JOINT

GUSSET K - JOINTTK - JOINTK - JOINT GUSSET K - JOINT

kaki geladak, longitudinal trusses dan wind

girders.

b. Subkomponen dari jacket antara lain : legs,

horizontal dan vertical bracing, launch

runner dan detail element (boat landing,

barge bumpers dan walkways).

Gambar 2.6. Detail Komponen Geladak ( a ) dan

Jacket ( b )

Beberapa sistem jacket yang ada di dunia,

mempunyai perbedaan utama mengenai jumlah

kaki, konfigurasi sistem bracing serta fungsinya.

Jumlah kaki pada setiap jacket bervariasi dari satu

hingga delapan kaki dengan membentuk

konfigurasi tertentu. Demikian juga dengan sistem

konfigurasi bracingnya dari yang sederhana

sampai yang kompleks (McClelland, 1986)

2.2.1.1. Bracing

Merupakan bagian dari Jacket yang

menghubungkan kaki utama satu dengan

lainnya, memiliki fungsi sebagai pengaku serta

penyalur beban menuju beberapa kaki dengan

tujuan beban tersebar dan ditopang oleh

struktur utama, pada kali ini bracing yang

digunakan adalah jenis tubular. Jenis seperti

ini dipilih karena memiliki bentuk simetris

yang dapat menghasilkan kekakuan merata,

beban yang diterima oleh bracing merupakan

kombinasi dari beban tekan, tarik, tekuk atau

geser. Beberapa jenis dari sambungan bracing

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.7. Jenis Sambungan Tubular

2.2.1.2. Pile

Merupakan elemen utama dalam fixed

platform yang berfungsi sebagai penerima

beban aksial serta penahan struktur atas.

Pemasangan pile dilakukan dengan cara

memasukkan pile melalui kaki jacket

kemudian dipancangkan menggunakan

hammer samapai menembus lapisan tanah

keras.

Gambar 2.8. Pemasangan Pile dan

Pemancangan menngunakan hammer

( wikipedia, 2011 )

2.3. PEMBEBANAN STRUKTUR

Dalam tahap perencanaan, untuk menghasilkan

dimensi dari sebuah struktur diperlukan beban yang

bekerja mengenai struktur tersebut. dalam struktur

fixed platform beban yang digunakan meliputi beban

vertikal dan horizontal, antara lain :

1. Beban Vertikal

Beban yang dihasilkan oleh berat sendiri

struktur, beserta kegiatan operasional yang

berada pada struktur tersebut

2. Beban Horizontal

Beban yang dihasilkan oleh beban

lingkungan, yaitu beban angin, beban arus,

dan beban gempa.

2.4. GEMPA

Merupakan suatu proses pergerakan lempeng

bumi yang mengakibatkan getaran baik secara

langsung pada asal pergerakan maupun daerah

disekitar terjadinya gempa. Hal itu dapat terjadi

a )

b )

Deckbeam

Skidbeam

Kaki Geladak

Longitudinaltrusses

Windgirders

Legs

Horizontalbracing

Verticalbracing

Boatlanding

Bargebumper

5

tanpa dapat diketahui pasti kapan akan terjadinya,

dan berapa kekuatan yang dihasilkannya. Kejadian

gempa yang memiliki kekuatan sedang dapat

mempengaruhi struktur yang berada di atas

permukaan bumi, salah satu yang menyebabkan

gempa bumi dipelajari dikarenakan dampak yang

diakibatkan oleh gempa tersebut dimana yang paling

utama dikarenakan oleh terjadinya korban jiwa dan

kerusakan materil saat gempa bumi terjadi, beberapa

pengaruh gempa bumi dapat merusakkan struktur

dengan berbagai cara seperti ini :

1. Gaya – gaya dalam yang terjadi akibat

goncangan pada tanah yang cukup kuat.

2. Gempa yang menginduksikan terjadinya api

(Volkanoes,electric short etc).

3. Terjadinya perubahan sifat – sifat fisik dari

tanah sebagai fondasi (consolidation, settling

dan liquefaction).

4. Akibat perpindahan patahan secara langsung

pada daerah ditempat berdirinya bangunan.

5. Akibat longsor, atau pergerakan permukaan

yang lainnya.

6. Gempa yang menginduksikan gelombang air

seperti tsunami atau pergerakan air pada

bendungkan atau danau.

7. Terjadi perubahan besar – besaran pada

lempeng tektonik yang menyebabkan elevasi

permukaan berubah drastis.

Distribusi gempa yang terjadi di dunia dapat

dilihat pada gambar dibawah ini, distribusi tersebut

diambil dari beberapa pembacaan seismograf yang

ditempatkan diseluruh dunia sehingga letak gempa

bumi dapat di kalkulasi.

Gambar 2.11. Distribusi Gempa di dunia

Saat terjadi gempa bumi, gelombang gempa akan

menjalar dari suatu pusat dibawah permukaan bumi

dan menyebar melalui medium batuan untuk

mengurangi energi tekanan pada batuan. Titik ini

disebut sebagai fokus gempa, sedangkan titik pada

permukaan tanah yang tegak lurus diatas fokus

gempa disebut epicentrum gempa. dalam tugas akhir

ini, struktur akan dianalisa dengan menggunakan

parameter ground acceleration yang biasa dinyatakan

dalam g ( g=percepatan gravitasi ).

Gambar 2.12. Ilustrasi penyebaran Gelombang

Gempa

2.4.1. JENIS GEMPA

Gempa mempunyai beberapa jenis yang dibedakan

berdasarkan penyebab terjadinya, antara lain :

1. Gempa Tektonik

Terjadi dikarenakan oleh pergeseran lempeng

pada muka bumi dimana lempeng tersebut

sebagai pelat yang saling bertabrakan hingga

salah satunya masuk kebawah (subduction)

pelat yang lainnya (dipping zone).

Gambar 2.13. Subduction dan Dipping Zone

Pergeseran lempeng yang satu dengan yang

lainnya mencapai 13 cm per tahunnya, pada

gambar dibawah dapat dilihat pelat lempeng

india bergeser mulai dari 71 juta tahun yang

lalu hingga saat ini.

6

Gambar 2.14. Pergeseran Pelat Lempeng India

Gempa bumi yang terjadi pada daerah

tektonik aktif (pertemuan lempeng) biasanya

disebut gempa tektonik atau plate-edge

Earthquake.

2. Gempa Vulkanik

Merupakan gempa yang biasanya terjadi

secara bersamaan dengan gunung meletus

terutama pada margin pertemuan lempeng di

bumi. Apabila keaktifan semakin tinggi maka

akan menyebabkan timbulnya ledakan yang

juga akan menimbulkan terjadinya gempa

bumi

Gambar 2.15. Gempa Vulkanik

3. Dilatansi In The Crustal Rocks

Ketebalan kerak bumi pada benua kurang

lebih mencapai 30 km tapi pada daerah

pegunungan bisa mencapai hingga 50 km, pada

daerah lautan ketebalannya hanya 5 km. Pada

kedalaman 5 km tekanan pada litosphere

(Akibat berat dari batuan diatasnya) sudah

sama dengan kapasitas kekuatan batuan yang

tidak retak pada temperatur 500 derajat celcius.

Selama tidak ada faktor luar yang menganggu,

gaya geser yang diperlukan hingga terjadinya

kegagalan yang tiba – tiba maupun kegagalan

friksi (slip) sepanjang retak tidak akan pernah

tercapai.

Permasalahan yang terjadi dalam hal ini

disebabkan oleh adanya air yang menyebabkan

terjadinya kegagalan secara tiba – tiba yang

diakibatkan terjadinya pengurangan panjang

bidang geser pada daerah retak. Pada saat

batuan tertekan maka retak lokal akan terjadi

dan volume dari batu tersebut akan meningkat

dan membesar. Retak yang terjadi

mengakibatkan air akan masuk kedalam pori –

pori batuan. Pada saat terjadi retak tekanan

pori batuan akan menurun sehingga kecepatan

P-Wave akan berkurang sedangkan pada saat

pori terisi air tekanan pori akan meningkat

sehingga kecepatan P-Wave akan mengalami

kenaikan. Aktifitas seperti inilah yang disebut

dengan Dilatansi In The Crustal Rocks

Gambar 2.16. Dilatansi In The Crustal Rock

4. Explosion

Getaran pada tanah bisa disebabkan oleh

terjadinya detonasi kimia atau peralatan nuklir.

Pada saat peralatan nuklir diaktifkan pada

sebuah lubang bor dibawah tanah, energi yang

sangat besar dari nuklir dilepaskan. Beberapa

percobaan nuklir yang dilakukan pada

beberapa dekade ini menyebabkan terjadinya

gempa hingga skala 6.0 Richter.

Gambar 2.17. Ledakan Nuklir yang mengakibatkan gempa

7

5. Gempa Akibat Keruntuhan ( Collapse

Earthquake )

Gempa jenis ini terjadi pada saat keruntuhan

pada gua – gua ataupun pada penggalian

tambang, hal ini biasa terjadi pada saat

tegangan pada batuan yang menunjang gua

ataupun tambang sudah tidak kuat lagi

menahan beban yang ada akan menyebabkan

batuan tersebut meledak dan jatuh sambil

mengeluarkan gelombang getaran. Gempa ini

mencapai 4.5 skala Richter diikuti longsor

pada tahun 1974 di sungai Montaru pada 25

April 1974.

6. Gempa Akibat Induksi

Air yang dibendung oleh bendungan akan

memberikan tekanan tambahan kepada batuan

dibawahnya, hal ini dapat menyebabkan

gempa yang dikarenakan hancurnya batuan

yang berada dibawahnya. Walaupun secara

teoritis tekanan yang diberikan oleh air

tersebut relatif kecil untuk menghancurkan

batuan dibawahnya, sehingga salah satu teori

yang menyebabkan terjadinya gempa ini

adalah sebelumnya batuan dibawah air yang

dibendung tersebut sudah tertekan terlebih

dahulu oleh lempeng yang ada sehingga

penambahan sedikit tekanan tersebut akan

menyebabkan kehancuran pada batuan

tersebut. Hal tersebut ditambah lagi dengan

terisinya pori – pori batuan yang menyebabkan

naiknya tekanan air pori dan menurunkan

kekuatan dari patahan. Perilaku ini dapat

dilihat pada bendungan Koyna dimana di catat

gempa yang terjadi dan dihubungkan dengan

ketinggian muka air pada bendungan

2.4.2. Gaya Gempa Pada Struktur Jacket

Kekuatan gempa menjadi pertimbangan

dalam desain anjungan terpancang ( fixed

platform ) yang akan dibangun pada kawasan

gempa, baik dalam kawasan aktif gempa

maupun kawasan sekitar yang masih menerima

efek dari pusat gempa. Hal tersebut

dikerenakan struktur terpancang pasti

menerima goncangan akibat gempa bumi

langsung maupun magnitude. Penyebab utama

kerusakan struktur pada saat gempa

berlangsung disebabkan oleh respon bangunan

terhadap gerakan tanah yang menggerakkan

dasar struktur Beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan mengenai gempa yang dapat

mempengaruhi fixed platform antara lain

sebagai berikut :

1. Aktifitas Gempa

Untuk kawasan yang berada di kawasan

aktif gempa, dalam tahapan desain

diharuskan melakukan evaluasi mengenai

intensitas dan karateristik dari gerakan

gempa pada tanah dasar.

2. Zona Gempa

Dalam tahapan desain perlu diketahui di

kawasan gempa berapa struktur berdiri

3. Keadaan Tanah

Keadaan tanah dimana striktur berdiri

sangat menentukan berapa kekuatan yang

sanggup diberikan oleh tanah untuk

menopang beban diatasnya ketika terjadi

gempa.

Gambar.2.18. Gaya Gempa Pada Jacket

2.4.3. ANALISIS RESPON GEMPA

2.4.3.1. Analisa Respon Dinamik

Riwayat Waktu Linear

Suatu cara analisis untuk menentukan

riwayat waktu respons dinamik struktur

gedung 3 dimensi yang berperilaku elastik

penuh terhadap gerakan tanah akibat

Gempa Rencana pada taraf pembebanan

gempa nominal sebagai data masukan, di

mana respons dinamik dalam setiap interval

waktu dihitung dengan metoda integrasi

langsung atau dapat juga melalui metoda

analisis ragam.

F

F

F

F

V

F = Gaya Gempa Tiap Lantai

V = Gaya Gempa Dasar

8

2.4.3.2. Analisis Respon Dinamik

Riwayat Waktu Non-Linear

Suatu cara analisis untuk menentukan

riwayat waktu respons dinamik struktur

gedung dimensi yang berperilaku elastik

penuh (linier) maupun elasto-plastis (non-

linier) terhadap gerakan tanah akibat

Gempa Rencana sebagai data masukan, di

mana respons dinamik dalam setiap interval

waktu dihitung dengan metoda integrasi

langsung.

BAB III

METODOLOGI

3.1. FLOWCHART

Tahap – tahap yang dilakukan dalam

penyelesaian tugas akhir ini adalah sebagai

berikut :

3.1.1. FLOW CHART PEKERJAAN

TUGAS AKHIR

Uraian Flow Chart :

Studi Literatur :

Mencari hal yang baru / yang yang dapat

digunakan sebagai perumusan masalah

dalam pengerjaan tugas akhir, pada kali

ini ruang lingkup studi literatur adalah

bangunan lepas pantai yang digunakan

sebagai tempat penambangan ( offshore

platform )

Permasalahan

Dari studi literature, didapatkan topik

mengenai bangunan lepas pantai dengan

struktur jacket platform dengan beban

gempa berlebih

Bahasan yang dilakukan pada tugas

akhir ini adalah mengenai perancangan

ulang dengan memodifikasi bagian

bracing dengan menggunakan beberapa

kemungkinan

Pengumpulan Data

Platformyang digunakan adalah Anoa

Platform, yang terletak di perairan

kepulauan Natuna.

Data yang digunakan antara lain, letak

koordinat Anoa Platform, beban

lingkungan, dan beban sendiri,

Analisa In- Place

Analisa yang digunakan untuk

melakukan pemodelan struktur jacket

dengan beban lingkungan dan beban

sendiri.

Analisa Seismic

Analisa mengenai keadaan platform

yang dibebani dengan beban gempa.

Analisa Ultimate

Analisa yang dilakukan untuk

mengetahui kemampuan ultimate jacket

platform dengan membebani platform

dengan beban gempa berulang samapi

keadaan runtuh.

Kesimpulan

Ringkasan dari hasil analisa ultimate

3.2. STUDI LITERATUR

Studi literature dilakukan untuk memahami

lebih detail mengenai konsep perancangan,

pembebanan, desain kekuatan, dan segala hal yang

berkaitan dengan penyelesaian tugas akhir ini.

3.3. DATA DAN STRUKTUR

LINGKUNGAN

1. Nama : ANOA PLATFORM

2. Lokasi : NATUNA ( 5o 13” 55’” N, 103

o

35” 40’” E )

3. Fungsi : PRODUCTION

4. Jumlah dek : 4 Lantai

MULAI

STUDY LITERATUR

PERMASALAHAN

PENGUMPULAN DATA

ANALISA IN-PLACE

KESIMPULAN

SELESAI

ANALISA SEISMIC

ANALISA ULTIMATE

9

3.4. PEMODELAN STRUKTUR

Pemodelan menggunakan data yang telah

diperoleh seperti diatas, dengan menggunakan

program bantu SACS.

Gambar 3.1. Pemodelan Anoa Platform

Gambar 3.2. Kombinasi Bracing

3.5. KONSEP PERHITUNGAN GEMPA

Pada dasarnya apabila suatu struktur dapat

mengikuti gerakan yang disebabkan oleh gempa

sampai batas kekakuan struktur tersebut hingga

menyebabkan keruntuhan, hal tersebut dapat

diketahui dari persamaan dasar keseimbangan static

yang digunakan dalam analisa metoda perpindahan

yang memiliki bentuk sebagai berikut :

P = k v ( 3.1 )

dimana :

P = beban yang bekerja

k = kekakuaan dari tahanan

v = perpindahan yang dihasilkan

dalam SNI 1726-2002, besaran gaya geser

dasar didapatkan menggunakan rumus :

( 3.2 )

Dimana :

V = Gaya Geser Dasar

C = Koefisien Faktor Respon Gempa

I = Faktor Keutamaan Gempa

R = Faktor Reduksi Beban Gempa

W = Berat Struktur Bangunan

Menurut pasal 6.1.2 - SNI 1726 – 2002, gaya

geser dasar harus dibagikan sepanjang tinggi

struktur gedung menjadi beban – beban gempa Fi

yang menangkap pada pusat massa lantai ke – i

menurut persamaan :

( 3.3 )

Dimana,

Wi = Berat lantai ke-i

zi = Ketinggian lantai di-i

V = Gaya Geser Dasar

N = Jumlah lantai bangunan

Tabel 3.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Tanah

Tabel 3.2. Percepatan Tanah Dasar Pada Zona

Gempa Indonesia

Gambar 3.3. Peta Wilayah Gempa Di Indonesia

3.5.1. Koefisien Faktor Gempa ( C ) Koefisien faktor respon gempa, C,

merupakan pengukuran terhadap percepatan

tanah yang diharapkan pada lokasi bangunan

dan nilainya bervariasi sesuai dengan waktu

getar alami (Tc). Waktu getar alami (Tc)

diambil sebesar 0.5 dtk, 0.6 dtk, 1.0 dtk

WR

CIV

Wilayah

Gempa

Percepatan

puncak batuan

dasar (‘g’)

Percepatan puncak muka tanahAo (‘g’)

Tanah KerasTanah

SedangTanah Lunak Tanah Khusus

1 0.03 0.04 0.05 0.08

Diperlukan

evaluasi

khusus di

setiap lokasi.

2 0.10 0.12 0.15 0.20

3 0.15 0.18 0.23 0.30

4 0.20 0.24 0.28 0.34

5 0.25 0.28 0.32 0.36

6 0.30 0.33 0.36 0.38

10

untuk jenis tanah berturut-turut tanah keras,

tanah sedang, tanah lunak. (Ps. 4.7.6 SNI

1726-2002)

Untuk T < Tc :

C = Am (Am = Respon Maksimum =

2.5 Ao)

Untuk T > Tc :

C = Ar / T

Ar = Am Tc

Tabel.3.3. Spektrum Respons Gempa

Rencana

Taksiran Waktu Getar Alami ( T ),

Secara Empiris

T = Cc hn x ( 3.4 )

Dimana Cc = Koefisien Empiris

hn = Tinggi Bangunan ( m )

x = Koefisien Empiris

Tabel.3.4. Koefisien Empiris

Pembatasan Waktu Getar alami Fundamental

( T1)

Waktu getar alami fundamental dibatasi

agar struktur gedung tidak terlalu

fleksibel

T1 < n ( 3.5 )

Dimana

= koefisien letak wilayah gempa

n = jumlah tingkat

Tabel.3.5. Koefisien Berdasarkan Wilayah

Gempa

3.5.2. Faktor Keutamaan Bangunan ( I )

Tabel 3.6. Faktor Keutamaan Bangunan ( I )

Gambar 3.4. Grafik Koefisien Gempa

3.5.3. Analisis Respon Dalam melakukan analisis terhadap

respon dari struktur bisa digunakan metoda

Complete Quadratik Combination ( CQC )

atau bisa juga digunakan metode Square

Root of the Sun of the Square ( SRSS ).

Apabila menggunakan CQC, waktu getar

alami mempunyai nilai selisih kurang dari

15% antara modal yang satu dan yang

lainnya, untuk penggunaan SRRS dilakukan

apabila waktu getar alami yang berjauhan.

Kategori GedungFaktor Keutamaan

I1 I2 I3

Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan

perkantoran1.0 1.0 1.0

Monumen dan bangunan monumental 1.0 1.6 1.6

Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih,

pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat,

fasilitas radio dan televisi.

1.4 1.0 1.4

Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk

minyak bumi, asam, bahan beracun.1.6 1.0 1.6

Cerobong, tangki diatas menara 1.5 1.0 1.5

11

3.5.4. Spektrum Respons Gempa Secara sederhana dijelaskan bahwa

spectrum respons gempa adalah plot respon

maksimum ( perpindahan, kecepatan,

percepatan maksimum ) dari suatu fungsi

beban tertentu untuk semua kemungkinan

system berderajat kebebasan tunggal.

Dengan menggunakan satu grafik skala

logaritmis, kita dapat memplot respon

maksimum dalam besaran percepatan,

perpindahan relatif, dan kecepatan palsu

relative ( pseudovelocity ). Tiga besaran ini

adalah spectrum percepatan, spectrum

perpindahan, dan spectrum kecepatan.

Dimana SD adalah perpindahan relative

maksimum yang selaras dengan percepatan

absolute ( SA ), dan kecepatan maksimum (

SV ). Adapun hubungan ketiganya adalah :

SA = - SD (3.6)

Dimana = k/m (3.7)

adalah frekuensi natural dari struktur

SV = SD (3.8)

3.6. KONSEP PERHITUNGAN PONDASI

( PILE ) Pondasi merupakan bagian dari

struktur secara keseluruhan yang

menyalurkan gaya dari struktur atas melalui

pondasi ke tanah atau batuan yang ada

dibawahnya. Dalam keadaan statik,

umumnya hanya bekerja beban – beban

vertikal yang bekerja pada struktur yang

perlu ditransfer ke tanah atau batuan

penopang yang ada dibawahnya. BEBAN

GEMPA

BEBAN VERTIKAL

Gambar 3.5. (a) Ilustrasi Kondisi keadaan

Struktur Statik

(b)Ilustrasi Kondisi Struktur Pada saat

Gempa terjadi

Struktur bangunan yang berada dalam

wilayah zona gempa yang cukup besar, beban yang

bekerja pada pondasi pada saat terjadi gempa bisa

lebih besar atau melebihi beban pada kondisi beban

vertikal statik bahkan dapat menimbulkan uplift.

Sebagai tambahan akan terjadi gaya – gaya

horizontal dan momen yang cukup besar pada tingkat

pondasi.

Kondisi lokasi tanah setempat sangat penting

dalam hubungannya dengan perilaku struktur pada

saat terjadi gempa, hal ini dikarenakan tanah atau

batuan dilokasi memiliki karakteristik yang spesifik

dan memiliki kemampuan untuk mengamplifikasi

gerakan gelombang gempa yang berjalan dari pusat

gempa Lapisan tanah yang ada di Indonesia dibagi

menjadi tiga kategori yaitu Tanah keras, Tanah

sedang, Tanah lunak, dimana lapisan dengan tebal

maksimum 30 m paling atas dipenuhi.

Kekuatan Pile untuk beban aksial

Qd= Qf + Qp = fAs + qAp ( 3.9 )

Dimana

Tabel 3.5. Parameter Tanah

Reaction Forces

12

3.7. KONSEP KEKUATAN STRUKTUR

3.7.1. Konsep Analisis Nonlinear

Analisa inelastis global dilakukan untuk

mengetahui apakah anjungan memiliki cukup

kekuatan dan stabilitas untuk tetap menahan

kriteria pembebanan dengan overstress lokal

dan kerusakan ijin, namun tanpa keruntuhan.

Pada level analisa ini, tegangan telah

melampaui level elastis dan pemodelan

overstress member, sambungan dan pondasi

harus mengenali kapasitas ultimate atau juga

perilaku post buckling dari batas pembeban

elastis (API, 2002). Pada analisa ultimate,

elemen struktur dibiarkan untuk menerima

beban yang melebihi kapasitasnya, elemen-

elemen dapat meneruskan beban untuk

mencapai kapasitasnya, tergantung pada

ductility dan perilaku pasca elastis elemen-

elemen tersebut. Beberapa elemen mungkin

menunjukkan gejala kerusakan dan mengalami

inelastis yielding.

BAB IV

ANALISIS DATA

4.1. DATA LOKASI

Anoa Platform berada pada posisi lateral 5

o 13”

55’” N dan longitudinal 105o 35” 40’” E, seperti yang

tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar. 4.1. Site Anoa Platform

Terletak pada perairan kepulauan Natuna, dengan

kedalaman air sekitar 80 meter memiliki kondisi

geografis berada pada daerah gempa 1, yaitu daerah

dengan tingkat gempa paling rendah.

Dari data tanah yang diambil PT.

Soilmaklelan Report,

diperoleh hasil sebagai berikut :

Grafik 4. 1. Ultimate Pile Capacity

13

Tabel 4. 1. Karakteristik dan Kekuatan Tanah

Kesimpulan Data tanah diatas :

1. Kedalaman 0,00 – 11,5 ft : Very Soft Clay

2. Kedalaman 11,5 – 32,5 ft : Firm Clay

3. Kedalaman 32,5 – 66,0 ft : Very Stiff

Clay

4. Kedalaman 66,0 – 94,0 ft : Very Stiff to

Hard Clay

5. Kedalaman 94,0 – 160 ft : Very Stiff to

Hard Clay

6. Kedalaman 160 – 488 ft : Very Stiff to

Hard Clay

Dapat disimpulkan bahwa site Anoa Platform

berada pada lapisan Hard Clay, yaitu lapisan

tanah keras, yang berada pada daerah gempa

1

Menurut API RP 2A WSD, soil type yang

digunakan dalam perhitungan pondasi dibedakan

menjadi 3 jenis, yaitu :

A. Rock : crystalline, conglomerat, or shale -

like materials generally having

shear wave velocities in excess of

3000 ft/sc ( 914 m/sec )

B. Shallow Strong Alluvium

competent sand, silt and stiff clays

with shear strength in excess of

about 1500 psf ( 72 kPa ). Limited

to depths of less than about 200 ft (

61 m ) and overlying rock - like

materials.

C. Deep Strong Alluvium

competent sand, silt and stiff clays

with thicknesses in excess of about

200 ft ( 61 m ) and overlying rock -

like materials

sesuai dengan API RP 2A WSD bahwa tanah yang

berada pada lokasi Anoa platform adalah tanah type

C

Untuk percepatan muka tanah, API RP 2A WSD

memberikan besaran sebagai berikut :

Tabel 4. 2. PGA menurut API RP 2A WSD

Sedangkan dalam SNI 1726-2002, diberikan

percepatan muka tanah sebagai berikut :

Tabel 4. 3. PGA menurut SNI 1726-2002

4.2. KRITERIA DESIGN

Desain awal merupakan jacket degan

menggunakan bracing K, dengan tampilan sebagai

berikut :

Gambar 4. 2. Jacket dengan susunan bracing K

1. Memiliki susunan bracing K

2. Dengan ukuran member utama ( jacket ) :

LG5(leg) : D = 137.16 cm = 54 inch

: T = 3.810 cm = 1.5 inch

14

DB3(brc) : d = 86.36 cm = 34 inch

: t = 2.54 cm = 1 inch

: l = 246.75 cm = 9.72 inch

Penentuan besarnya ukuran diameter serta

ketebalan member yang direncanakan didasarkan

pada beberapa aspek berikut :

dengan :

D = diameter leg d = diameter bracing

T = ketebalan leg t = ketebalan bracing

k = faktor panjang efektif = 1

l = panjang bebas

r = radius gyration = 0,35 D

dengan hasil yang didapatkan, ukuran bracing

selanjutnya mengikuti perbandingan seperti diatas.

Atau dapat disimpulkan menggunakan ukuran yang

sama dengan perencanaan awal.

4.3. PEMBEBANAN

4.3.1. Kategori Beban Platform

Dalam API RP2A 2.3. diatur mengenai

beban yang bekerja dalam analisis platform yang

ditabelkan sebagai berikut :

TABEL 4. 4. Beban Yang Digunakan Untuk Analisa

Struktur

Basic Load Condition Seismi

c

In Place

Operating Storm

Structural Dead Weight X X X

Area Live Loads X X X

Storm Wind, Wave, & Current Loads - - X

Operating Wind, Wave, & Current Loads

- X -

Buoyancy X X X

Miscellaneous & appurtenances X X X

Earthquake Induced Force X - -

4.3.2. Beban Pada Top Side

Pada perencanaan yang dilakukan oleh PT.

Tripatra Engineering, beban yang akan diletakkan

pada platform ditabelkan sebagai berikut :

LC Description Units value

1 Self Weight Kn

2 Work Over Rig Kn 8366

3 Plating, Grating, Handrail Kn 1466.45

4 Equipment All Deck Kn 6058.19

5 Live Load All Deck Kn 6615.36

6 Piping All Deck Kn 1391.60

TABEL 4. 5. Beban Yang Berada Pada Platform

4.3.3. Work Over Rig Loads

Beban yang akan bekerja akan bertambah

seiring dengan waktu, pada perencanaan yang

dilakukan oleh PT. Tripatra Engineering beban

tersebut diberikan sebagai berikut :

Tabel 4. 6. Beban Work Over Rig

1 Year Case Total Operating Load 10591 Kn

100 Year Storm Case Total Load 8366 Kn

4.3.4. Jacket Loads

Beban jacket didefinisikan sebagai self

weight seperti beban permanen lainnya termasuk baja

boat landing, deck beam. Beban sendiri dari struktur

akan diaplikasikan secara otomatis oleh program

SACS, serta beban ini telah ditambah 5 % dari beban

kombinasi untuk sambungan las.

4.3.5. Load Case

Dalam pembebanan yang akan dilakukan,

diperlukan pengelompokan beban sehingga

mempermudah dalam proses input beban dan

analisis.

TABEL 4. 7. Load Case

LC LOAD CASE DESCRIPTION

1 Self Weight

2 Work Over Rig

3 Plating, Grating, Handrail

4 Equipment All Deck

5 Live Load All Deck

6 Piping All Deck

588.1d

D36

T

D34

t

d997.5

r

kl

15

4.4. MATERIAL KELAS BAJA

Berdasarkan jenis dan ukuran, material baja

dibagi seperti berikut : TABEL 4. 8. Material Kelas Baja

4.5. PERHITUNGAN GEMPA

4.5.1. Pembatasan Waktu Getar Alami

Digunakan untuk mencegah struktur bangunan

yang terlalu fleksibel, nilai batas T1 sesuai

SNI 1726 ps 5.6

T1 < n

= 0,20 x 6

= 1,2 dt

4.5.2. Perhitungan Gaya Geser Dasar ( V )

Pada perhitungan gaya geser dasar ( V )

dilakukan oleh program SACS 5.2 dengan

memasukkan nilai PGA yang terjadi. Untuk

masing-masing platform dilakukan

perhitungan terhadap 4 PGA, yaitu 0,05 ; 0,2 ;

0,4 ; dan 0,5.

4.6. PERHITUNGAN PONDASI

Pondasi yang digunakan pada masing –

masing platform memiliki ukuran sesuai dengan

diameter dalam tubular pada kaki ( leg ) platform.

Dengan keadaan tanah yang telah ditinjau memiliki

beberapa lapisan tanah, dengan lapisan tanah keras

ada kedalaman 66ft.

Hasil Yang Diperoleh : Periode Pada 4 Susunan Bracing

Bracing K

SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS

MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS)

1 0.533041 2.3700202E+03 8.9149687E-02 1.8760301

2 0.559257 2.4402986E+03 8.0987303E-02 1.7880858

3 0.962771 4.0619608E+03 2.7327165E-02 1.0386690

4 1.785738 2.0124489E+03 7.9433696E-03 0.5599926

5 1.921011 3.1009715E+03 6.8640489E-03 0.5205591

6 2.390910 2.3573874E+03 4.4311222E-03 0.4182508

7 3.007658 2.3107428E+03 2.8001635E-03 0.3324846

8 3.089728 3.1369102E+03 2.6533822E-03 0.3236531

9 3.521125 1.5321096E+03 2.0430420E-03 0.2840001

10 3.636478 2.1014564E+03 1.9154827E-03 0.2749913

Bracing A

SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS

MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS)

1 0.165073 2.0426516E+03 9.2958055E-01 6.0579181

2 0.324209 1.4516799E+03 2.4098565E-01 3.0844339

3 0.513409 1.8028858E+03 9.6097746E-02 1.9477647

4 0.592332 2.3107117E+03 7.2195350E-02 1.6882412

5 1.003823 1.9191291E+03 2.5137725E-02 0.9961916

6 1.235542 2.2724138E+03 1.6593000E-02 0.8093611

7 1.559538 1.8041572E+03 1.0414735E-02 0.6412155

8 1.808912 1.7441118E+03 7.7411452E-03 0.5528184

9 2.216123 3.3982968E+03 5.1576571E-03 0.4512385

10 2.761958 1.8108568E+03 3.3205196E-03 0.3620620

Bracing N

SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS

MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE PERIOD(SECS)

1 0.500275 3.1642266E+03 1.0120996E-01 1.9989020

2 0.553110 3.1646859E+03 8.2797641E-02 1.8079602

3 0.904124 4.2226419E+03 3.0987333E-02 1.1060429

4 1.660313 2.2150302E+03 9.1888358E-03 0.6022962

5 1.847703 2.8143949E+03 7.4195204E-03 0.5412125

6 2.187323 2.6899043E+03 5.2943702E-03 0.4571798

7 2.924292 2.6012493E+03 2.9620931E-03 0.3419631

8 3.085057 2.4270384E+03 2.6614228E-03 0.3241431

9 3.409680 2.7550856E+03 2.1787780E-03 0.2932826

10 3.464908 1.5625144E+03 2.1098757E-03 0.2886080

Bracing X

SACS IV-FREQUENCIES AND GENERALIZED MASS

MODE FREQ.(CPS) GEN. MASS EIGENVALUE

PERIOD(SECS)

1 0.540079 3.2529741E+03 8.6841232E-02 1.8515817

2 0.564125 3.2148575E+03 7.9595680E-02 1.7726567

3 1.058487 3.0084275E+03 2.2608370E-02 0.9447448

4 1.987788 2.7946695E+03 6.4106186E-03 0.5030717

5 2.511923 2.7486592E+03 4.0144652E-03 0.3981014

6 3.056070 3.7019261E+03 2.7121499E-03 0.3272177

7 3.158415 2.3151785E+03 2.5392295E-03 0.3166145

8 3.534076 1.6919112E+03 2.0280962E-03 0.2829594

9 3.973557 1.3284834E+03 1.6042839E-03 0.2516637

10 4.650310 2.3814213E+03 1.1713225E-03 0.2150394

Hasil UC :

Bracing A Bracing K Bracing N Bracing X

PGA UC Max

0.05 0.91 0.24 0.29 0.25

0.2 1.54 0.68 0.67 0.6

0.4 2.38 1.3 1.3 1.14

0.5 3.4 3.3 3.31 1.42

16

Kesimpulan :

1. Bracing A memiliki periode paling tinggi yang

berarti memiliki kekakuan paling rendah,

kemudian disusul oleh K, N, dan X

2. Kekuatan Struktur K,N, X pada PGA dibawah 0,4

memiliki kekuatan yang hamper sama