tutorial blok11 1 fix
DESCRIPTION
Respirasi RespirationTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
LAPORAN TUTORIALBLOK SISTEM RESPIRASI SKENARIO I
BATUK DARAH
KELOMPOK II
AJENG APSARI UTAMI G 0013013
AKBAR DEYAHARSYA G 0013015
BAGUS HIDAYATULLOH G 0013055
ELIAN DEVINA G 0013085
FARIZCA NOVANTIA WAHYUNINGTYAS G 0013093
GITA PUSPANINGRUM G 0013103
HANI NATALIE G 0013107
I WAYAN RENDI AWENDIKA G 0013115
NAILA IZZATUS SAADAH G 0013169
SHENDY WIDHA MAHENDRA G 0013217
SITARESMI RARAS NIRMALA G 0013219
STEFANUS ERDANA PUTRA G 0013221
TUTOR : DEWI PRATIWI, dr., Sp. THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTATAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO I
BATUK DARAH
Seorang laki laki berusia 56 tahun datang ke poliklinik paru Rumah Sakit dr. Moewardi dengan keluhan utama batuk berdahak bercampur darah. Keluhan batuk berdahak sudah terjadi sejak lebih dari dua minggu yang lalu dan batuk darah kembali terjadi dua hari sebelum pasien datang ke poliklinik. Pasien juga mengeluh sering masuk angin, demam sumer sumer, nyeri tulang dan sendi, serta mudah capek dan lemah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/ 80 mmHg, respiratory rate 26 x/ menit, suhu 37,6C, dan denyut nadi 88 x/ menit. Pada auskultasi kedua lapang paru, didapatkan suara ronkhi di lapang paru kanan. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan radiologis thoraks PA pada pasien dan didapatkan gambaran garis garis fibrotik dan perselubungan seperti awan di lapangan paru atas kanan. Akhirnya, dokter merencanakan pemeriksaan lebih lanjut pada pasien untuk menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam skenario
Dalam skenario pertama ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai berikut:
1. Batuk
Batuk adalah suatu refleks pertahanan tubuhuntuk mengeluarkan benda asing dari saluran nafas. Batuk juga membantu melindungi paru dariaspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran nafas bagian atas. Reflek batuk berawal dari iritan / rangsangan menginduksi imuls aferen dari nervus vagus di saluran nafas ke medula oblongata.
2. Sumer sumer
Gejala seperti masuk angin yang disertai suhu badan yang menghangat.
3. Dahak / sputum
Sputum adalah sekret mukus yang dihasilkan dari paru-paru,bronkus dan trakea, bukan bahan yang berasal dari tenggorokan, hidung, atau mulut ang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.
4. Garis-garis fibrotik
Pembentukan jaringan fibrosis yang berbentuk seperti garis-garis dalam pemeriksaan radiologis.
5. Suara ronkhi
Ronkhi adalah suara napas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, terdengar tidak mengenakkan (raspy), terjadi pada saluran napas besar seperti trakea bagian bawah dan bronkus utama. Disebabkan karena udara melewati penyempitan, dapat terjadi pada inspirasi maupun ekspirasi.
6. Batukberdahak Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring.
B. Langkah II: Menentukan/ mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario Batuk Darah antara lain:
1. Apakah semua batuk patotogis?
2. Bagaimanakah terjadinya refleks batuk?
3. Apa saja diagnosis banding untuk kasus pada skenario? Jelaskan!
4. Bagaimana timbulnya suara ronkhi?
5. Jelaskan anatomi, fisiologi. Dan histologi sistem respirasi!
6. Apa saja macam-macam suara paru?
7. Bagaimana interpretasi pemerksaan penunjang pada kasus di skenario?
8. Mengapa terjadi nteri tulang, masuk angin, sumer-sumer, kelelahan, dan lemas?
9. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada skenario?
C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)
Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga thoraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian, batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab. Sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk diperlukan untuk membersihkan jalan napas dari mukus sekresi respiratorik yang dapat mencapai 30 ml/hari pada orang dewasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa batuk tidak selalu berarti patologis atau abnormal.
Batuk memiliki suatu refleks kompleks yang melibatkan banyak sistem organ. Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik, tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring, laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah cabang bronkus, liang telinga tengah, pleura, dan gaster. Ujung saraf aferen batuk tidak ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Hal ini menandakan bahwa parenkim paru tidak mempunyai reseptor batuk. Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret, tekanan), kimiawi (gas yang merangsang), atau secara termal (udara dingin). Reseptor tersebut juga dapat terangsang oleh mediator lokal seperti histamin, prostaglandin, leukotrien dan bronkokonstriksi.
D. Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III
Bagan 1. Permasalah yang ditemukan
E. Langkah V: Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran (learning objectives) pada skenario pertama ini adalah
1. Jelaskan anatomi, fisiologi. Dan histologi sistem respirasi!
2. Apa saja macam-macam suara paru?
3. Bagaimana timbulnya suara ronkhi?
4. Mengapa terjadi nteri tulang, masuk angin, sumer-sumer, kelelahan, dan lemas?
5. Apa saja diagnosis banding untuk kasus pada skenario? Jelaskan!
6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan penunjang pada skenario?
F. Langkah VI: Mengumpulkan informasi baru
Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber sumber ilmiah dari beberapa buku referensi maupun akses internet yang sesuai dengan topik diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan berikutnya.
G. Langkah VII: Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh
1. Anatomi, fisiologi. Dan histologi sistem respirasi?
Komponen Sistem Respirasi
Cavitas nasalis
Pharynx
Larynx
Trachea
Bronchus
Pulmo
KLASIFIKASI SISTEM RESPIRASI
Secara struktural, dibagi 2 :
a. Sistem respirasi bagian atas : hidung, pharynx dan struktur di sekitarnya
b. Sistem respirasi bagian bawah : larynx, trachea, bronchi, dan pulmo
Secara fungsional, dibagi 2 :
a. Zona konduksi : hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchi, bronchiolus, dan bronchiolus terminalis; berfungsi menyaring, menghangatkan, melembabkan dan menghantarkan udara ke pulmo
b. Zona respiratorius : bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, saccus alveolaris, dan alveoli
TRACHEA
Merupakan lanjutan dari larynx
Trachea berupa saluran tubular untuk saluran udara, panjang 12 cm, diameter 2,5 cm
Terletak di anterior esophagus
Membentang dari larynx hingga tepi superior VTh. V, yang kemudian bercabang menjadi brochus primarius primer dexter et sinister
Trachea terdiri dari cincin cartilago hyaline, berbentuk seperti huruf C, tersusun bertingkat, dihubungkan oleh jaringan pengikat padat
Terdapat di linea mediana, dapat diraba di bawah kulit di sebelah inferior dari larynx berlanjut hingga incisura jugularis saat masuk ke mediastinum superius
Bagian yang terbuka menghadap ke posterior, ditutupi oleh membran fibromuscular
Pada membran tersebut terdapat serabut otot polos yaitu M. trachealis dan jaringan pengikat elastis yang memungkinkan perubahan diameter trachea selama inspirasi atau expirasi
Bagian pada berupa cartilago berbentuk huruf C berfungsi sebagai penyokong untuk mencegah kolaps
BRONCHI
Setinggi tepi superior VTh V, trachea bercabang menjadi brochus primarius primer dexter et sinister
Tiap bronchus primarius memasuki radix pulmonis dan berjalan melalui hilus pulmonis ke dalam pulmo
Bronchus primarius primer dexter lebih lebar dan vertikal daripada bronchus primarius primer sinister infeksi dan benda asing lebih sering mengenai pulmo dexter
Bronchus primarius bercabang menjadi bronchus secundus (bronchus lobaris), menuju ke tiap lobus pulmonis
Bronchus lobaris selanjutnya bercabang menjadi bronchus tersius (bronchus segmentalis), menuju ke segmen bronchopulmonaris
Di dalam tiap segmen bronchopulmonalis, bronchus segmentalis bercabang terus berulang kali akhirnya menjadi bronchioli, yang akan bercabang lebih lanjut dan mensuplai area permukaan respirasi
Dinding bronchi tetap terbuka dengan adanya cartilago, namun tidak pada bronchioli
PULMO
Merupakan organ esensial dari sistem respirasi
Terdapat sepasang pulmo di dalam cavitas thoracis
Keduanya dipisahkan oleh mediastinum
Pulmo berbentuk setengah kerucut
Membentang dari diaphragma hingga di atas clavicula
Tiap pulmo dibungkus dan dilindungi oleh dua lapis membran serosa, disebut membran pleura
Tiap pulmo mempunyai basis, apex, 2 facies dan 3 margo
Basis pulmonis terletak di atas diaphragma
Apex pulmonis terletak di atas costa I dan mesuk ke dasar leher
Facies costalis pulmonis menempel pada costa dan spatium intercostalis dari dinding thorax
Facies mediastinalis pulmonis berbatasan dengan mediastinum di anterior dan columna vertebralis di posterior, pada facies ini terdapat hilus pulmonis
Margo pulmonis ada 3 :
Margo inferior bertepi tajam dan memisahkan basis pulmo dengan facies costalis
Margo anterior et posterior memisahkan facies costalis dan facies mediastinalis
Radix et hilus pulmonis
Radix pulmonis adalah kumpulan struktur berupa tabung pendek yang melekatkan pulmo ke struktur di mediastinum
Radix pulmonis tertutup oleh pleura mediastinalis yang melipat ke permukaan pulmo sebagai pleura visceralis
Daerah yang dibatasi oleh lipatan pleura di facies medialis pulmo disebut hilus pulmonis, tempat keluar masuknya bronchi, a/v pulmonalis, vasa lymphatica dan nervi
Terdapat proyeksi pleura berupa lipatan ke arah inferior dari hilum ke mediastinum, disebut ligamen pulmonalis berfungsi menstabilkan posisi lobus inferior dan mengakomodasi gerakan naik turun darii struktur di radix pulmonis pada saat bernafas
Struktur yang menyusun radix pulmonis di dalam hilus pulmonis adalah :
A. pulmonalis
Vv. Pulmonalis
Bronchus primer
A/V bronchialis
Nervi
Vasa lymphatica
Pulmo dexter
Pulmo dexter mempunyai 3 lobi dan 2 fissura
Fissura oblique memisahkan lobus inferior dari lobus superior dan lobus medius
Fissura horizontalis memisahkan lobus superior dengan lobus medius
Permukaan terluas dari lobus superior berhubungan dengan bagian atas dinding anterolateral thorax dan apexnya menonjol ke daerah leher
Permukaan lobus medius terutama dekat dengan dinding anterolateral thorax
Facies costalis lobus inferior berhubungan dengan dinding posteroinferior thorax
Jika mendengarkan suara paru dari tiap lobus, yang harus diperhatikan adalah posisi stetoscop pada dinding torax yang sesuai dengan lobus tersebut
Pada permukaan medial pulmo dextra terdapat beberapa struktur penting, yaitu :
Vena cava inferior
Vena cava superior
Vena azygos
Esophagus
Pulmo sinister
Pulmo sinistra dibagi menjadi 2 lobi, lobus superior et inferior, dipisahkan oleh fissura oblique
Pada bagian medial, pulmo sinistra membentuk cekungan : incisura cardiaca pulmo sinistra lebih kecil 10% dibandingkan pulmo dextra
Permukaan terluas dari lobus superius berhubungan dengan dinding anterolateral, apexnya menonjol ke leher
Facies costalis lobus inferior berhubungan dengan dinding posteroinferior thorax
Jika mendengarkan suara paru dari tiap lobus, yang harus diperhatikan adalah posisi stetoscop pada dinding torax yang sesuai dengan lobus tersebut
Di bagian inferior dari facies medialis pulmo sinistra terdapat cekungan akibat pendesakan cor, disebut incisura cardiaca.
Pada permukaan anterior bagian bawah lobus superior terdapat perluasan ke arah incisura cardiaca, disebut lingua pulmonis
Pada facies medialis pulmo sinister terdapat beberapa struktur yang penting, meliputi :
Cor
Arcus aortae
Aorta thoracica
Esophagus
PLEURA
Pleura terdiri 2 lapis membran yaitu : pleura parietalis (melapisi dinding cavitas thoracis) dan pleura visceralis (langsung menutupi pulmo).
Diantara pleura parietalis dan visceralis terdapat ruang kecil disebut cavitas pleuralis
Pleura membentang 5 cm di bawah basis pulmonis dari cartilago costa VI hingga costa XII di posterior
Pulmo tidak mengisi seluruh ruangan pleura di tempat ini
Jika ada cairan berlebih di pleura dapat dikeluarkan dengan memasukkan jarum di anterior melalui SIC VII thoracocentesis
Jarum dimasukkan di tepi atas costa untuk menghindari kerusakan nervi dan vasa darah
Pleura parietalis
Melapisi permukaan dalam dinding thorax dan mediastinum
Terdiri dari pars costalis, diaphragmatica, mediastinalis dan cervicalis
Pleura cervialis membentuk semacam kubah yang menonjol di atas costa I, disebut cupula pleura
Pleura visceralis
Melekat erat dengan pulmo, mengikuti ke dalam fissura pulmonis
Cavitas pleuralis
Merupakan ruangan potensial diantara pleura parietalis dan visceralis
Berupa kantong tertutup, tidak terdapat hubungan bagian dextra et sinistra
Berisi cairan film untuk lubrikasi permukaan pleura dan membantu gerakan pulmo
Terdapat 2 perluasan :
Recessus costodiaphragmatica : dibentuk oleh lipatan pleura costalis dan diaphragmatica, berisi cairan ketika berdiri, memungkinkan pulmo bergerak ketika bernafas
Recessus costomediastinalis : bagian cavitas pleuralis tempat bertemunya pars costalis dan mediastinalis
Thorax
Thorax merupakan bagian dari truncus yang terletak di antara collum dan abdomen.Thorax bagian luarnya dibatasi oleh dinding thorax, dan di dalamnya terdapat rongga yang disebut cavitas thoracis.Dinding thorax terdiri atas susunan tulang yang disebut skeleton thoracis atau compages thoracis beserta otot-otot, fascia, dan kutis yang melekat padanya.
A. Dinding Thorax
1. Skeleton thoracis
Skeleton thoracis tersusun atas sternum, costae dengan cartilagines costales, serta vertebrae thoracicae dengan disci intervertebrales.
a. Sternum
Sternum terdiri atas manubrium sterni, corpus sterni, dan proc. Xiphoideus.
Manubrium sterni
Berbentuk seperti trapezium, merupakan bagian tertebal. Pada margo superior terdapat tiga lekukan, yaitu:
Sepasang lekukan di sebelah lateral, yaitu incisura clavicularis yang mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan facies articularis sternalis claviculae. Bagian manubrium sterni di antara kedua incisura clavicularis adalah bagian yang paling tebal dari seluruh sternum.
Di tengah sebagai incisura jugularis atau incisura suprasternalis
Pada bagian superior margo lateralis terdapat incisura costalis prima, tempat melekatnya cartilago costalis I. Di sebelah caudalnya terdapat setengah lekukan, setengah lekukan ini bersama-sama dengan setengah lekukan pada ujung cranial corpus sterni membentuk incisura costalis secunda, tempat melekatnya cartilago costalis II.
Margo inferior manubrium sterni bersendi dengan margo superior corpus sterni membentuk angulus sterni. Angulus sterni terletak setinggi VTh IV atau VTh V, yang sering digunakan sebagai tanda ketinggian dari cartilago costalis II.
Corpus Sterni
Corpus sterni kurang lebih dua kali lebih panjang daripada manubrium sterni, dengan bagian yang paling lebar adalah setinggi cartilago costalis IV atau V. Margo lateral corpus sterni berlekuk-lekuk. Lekuk pertama merupakan sebagian dari incisura sternalis secunda. Kemudian, berturut-turut lima lekukan di sebelah caudalnya masing-masing disebut incisura costalis, untuk tempat melekatnya cartilago costalis III VII.
Corpus sterni terdiri atas dua dataran, yaitu:
Planum sternale, yaitu dataran sebelah ventral yang memiliki kurang lebih 3 garis melintang. Garis-garis ini menunjukkan bekas persatuan ruas-ruas sternum yang disebut sternebrae. Cartilago costalis III, IV, dan V melekat pada incisura costalis setinggi garis-garis tersebut.
Facies posterior, yaitu dataran yang terletak di sebelah dorsal yang cekung dan lebih halus daripada planum sternale.
Proc. Xiphoideus
Merupakan bagian terkecil dari ketiga bagian sternum.Berbentuk runcing, tipis, dan ujung caudal kadang-kadang bercabang, kadang-kadang berlubang.Bercabang. Pada orang hidup, sebuah cekungan dapat diraba dan seringkali tampak di bagian ventral proc. Xiphoideus, disebut fossa epigastrica atau pit of the stomach. Pada orang dewasa, proc. Xiphoideus berupa daerah pusat penulangan yang dikelilingi cartilago hyaline. Seiring dengan berjalannya waktu, cartilago tersebut akan mengalami proses penulangan.
b. Costae
Costae berjumlah 12 pasang, yang melengkung dari vertebrae thoracica.Costae letaknya semakin miring dari costa I-IX.Costae juga semakin memanjang dari costa I-VII lalu memendek sampai costa XII. Tiap costa menurut matrix penyusunnya, dibagi menjadi 2, yaitu:
Os. costale yang matrixnya tulang
Os. costale terdiri atas tiga bagian, yaitu:
Capitulum costae
Capitulum costae dataran mediannya berupa dataran sendi yaitu facies articularis capituli costae yang akan bersendi dengan fovea costalis corporis vertebrae thoracalis.facies articularis capituli costae pada costa II X terbagi menjadi dua dataran sendi oleh rigi yang disebut crista capituli costae.
Collum costae
Collum costae terletak di lateral dari capitulum costae. Di tepi atas collum terdapat crista, yaitu crista colli costae.Ujung posterolateral membentuk penonjolan besar dan bulat, yang menghadap ke arah dorsal, yaitu tuberculum costae.Tuberculum costae mempunyai dataran sendi facies articularis tuberculi costae, yang bersendi dengan fovea costalis processus transversi.
Tuberculum costae pada costa XI dan XII menghilang karena VTh XI dan XII tidak memiliki fovea costalis processus transversi.
Corpus costae
Corpus costae terletak di sebelah tuberculum costae.Tuberculum costae ke arah lateral akan membelok ke caudal membentuk sudut yang disebut angulus costae. Ujung paling ventral dari corpus costae agak menebal dan kasar untuk melekatnya cartilago costalis.
Cartilago costalis yang matrixnya cartilago.
Cartilago melekat pada ujung ventral os.costale, berupa tulang rawan yang tepinya membulat. Cartilago costalis ke arah ventral akan melekat pada:
Cartilago costalis I VII akan melekat pada sternum
Cartilago costalis XIII X akan melekat pada cartilago costalis yang ada di sebelah cranialnya.
Cartilago costalis XI dan XII akan berakhir bebas dalam lapisan otot dinding abdomen.
Berdasarkan perbedaan dari tempat perlekatan tersebut, maka costae dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
Costa vera (iga sejati), yaitu costa yang cartilago cotalisnya melekat pada sternum (costa I VII)
Costa spuria (iga palsu), yaitu costa yang cartilago costalisnya melekat pada cartilago costalis sebelah cranialnya (costa VIII, IX, dan X)
Costa fluctuantes (iga melayang), yaitu costa yang cartilago costalisnya berakhir bebas.
Ciri-ciri khusus:
Costa I
Berbentuk pendek dan pipih, lebih lebar dan lebih melengkung serta paling pendek daripada costa lainnya.Capitulum costae tidak memiliki crista colli costae, sehingga facies articularis capitis costae hanya ada 1 yang akan bersendi dengan fovea costalis superior VTh I. Di pertengahan facies superior terdapat sulcus a. subclaviae yang ditempati oleh a. subclavia dan truncus inferior plexus brachialis. Tuberculum m. scaleni anterioris terdapat di ventral sulcus a. subclaviae. Sulcus v. subclaviae terletak di ventral tuberkulum m. scaleni anterioris.Di medial dari sulcus v. subclaviae terdapat daerah kasar untuk perlekatan m. scalenus medius.Di posterior dari sulcus v. subclaviae terdapat area perlekatan digitasi pertama m. serratus anterior.
Costa II
Panjangnya dua kali lipat dari costa I. Capitulum costae memiliki crista colli costae, sehingga terdapat 2 facies articularis capitis costae yang akan bersendi dengan fovea costalis inferior VTh II dan fovea costalis superior VTh II.Pada facies externa corpus terdapat tuberositas m. serrati anterioris, tempat perlekatan digitasi pertama dan kedua m. serratus anterior.
Costae X
Costa X hanya memiliki 1 facies articularis capitis costae.
Costa XI dan XII
Kedua costae ini hanya memiliki satu facies articularis capitis costae dan tidak memiliki collum costae dan tuberculum costae.Pada costa XI, angulus costae dan sulcus costae tidak begitu nyata.Costa XII lebih kecil dan mirip costa XI, serta tidak memiliki angulus costae dan sulcus costae.
c. Vertebrae thoracicae
Vertebra thoracicae berjumlah 12 buah yang satu sama lain dihubungkan oleh discus intervertebralis.
Sifat-sifat umum:
Corpus
Corpus berbentuk seperti kubus dengan ukuran ke caudal semakin besar, tinggi, dan kuat.Dataran ventral corpus lebih rendah daripada dataran dorsalnya. Di lateral corpus terdapat cekungan yang disebut fovea costaliscorporis yang bersifat:
Pada corpus VTh II XIII memiliki fovea costalis corporis superior dan fovea costalis corporis superior yang masing-masing berbentuk semilunaris.
Pada corpus VTh I memiliki fovea costalis corporis superior et inferior. Fovea costalis corporis superior berbentuk sirkuler yang akan bersendi dengan facies articularis capitis costae I. Fovea costalis corporis inferior berbentuk semilunaris yang bersama dengan fovea costalis corporis superior vertebra thoracica II akan bersendi dengan facies articularis capitis costae II.
Pada corpus VTh IX biasanya hanya memiliki fovea costalis berbentuk semilunaris yang bersama dengan fovea costalis inferior vertebra thoracica XIII akan bersendi dengan facies articularis capitis costae IX. Namun, pada beberapa variasi terdapat fovea articularis costalis inferior yang berbentuk semilunaris.
Pada corpus VTh X hanya memiliki fovea costalis yang berbentuk sirkuler dan akan bersendi dengan facies articularis capitis costae X. Namun, apabila VTh IX memiliki variasi, yaitu adanya fovea costalis inferior, maka fovea costalis vertebra thoracica X akan berbentuk semilunaris.
Pada corpus VTh XI memiliki fovea costalis yang berbentuk sirkuler.
Pada corpus VTh XII memiliki fovea costalis yang berbentuk sirkuler dan terletak dekat dengan pediculus.
Processus transversus
Dari ruas I VIII semakin memanjang kemudian selanjutnya memendek lagi.Pada dataran yang menghadap lateroventral terdapat cekungan sirkuler, yaitu fovea costalis processus transversi.Pada VTh XI dan XII, cekungan ini tidak ada.
Processus spinosus
Berbentuk prismatis, bersisi tiga, meruncing, dan kebanyakan menunjuk ke dorsocaudal, kecuali:
VTh I dan II processus spinosusnya lurus ke dorsal
VTh XI tepi bawah processus spinosus horizontal, tetapi tepi atasnya condong ke dorsocaudal
VTh XII processus spinosusnya lebar, gepeng, dan lurus ke dorsal.
Foramen vertebrale
Berbentuk agak bundar, lebih kecil daripada vertebra cervicalis maupun vertebra lumbalis.
2. Musculi
Musculi dinding thorax tersusun ke dalam lamina externa, lamina medialis, dan lamina interna.
a. Lamina externa
1) M. intercostalis externus
Otot ini membentang dari tuberculum costae di dorsal menuju ke daerah hubungan costochondralis di ventral, kemudian melanjutkan diri sebagai membrana intercostalis externa yang membentang sampai ke sternum.
Otot ini berorigo pada setiap margo inferior sebelas costae pertama. Di dorsal, serabutnya akan berjalan ke arah caudal dan lateral, sedangkan di ventral serabutnya berjalan ke caudal dan medial. Musculus ini akhirnya berinsersio pada margo superior costa di caudalnya.
Otot ini diinervasi oleh n. intercostalis yang sesuai atau n. thoraco-abdominalis.Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat costa pada saat respirasi.
2) M. levator costae
Otot ini terdiri atas dua macam, yaitu m. levator costae breves dan m. levator costae longus. M. levator costae breves berjumlah 12 pasang, Masing-masing berorigo pada processus tranversus vertebra cervical VII sampai vertebra thoracica XI. Serabut otot kemudian berjalan ke caudolateral dan berinsersio pada facies externa costa di caudalnya, tepatnya di antara tuberculum costae dan angulus costae.
M. levator costae longus berorigo pada processus transversus vertebra thoracica VIII X dan berinsersio pada facies externa costa sejauh dua costa di caudalnya.
Otot ini diinervasi oleh rami dorsales n. cervicalis VIII, dan nn.Thoracales I XI.Otot ini berfungsi untuk mengangkat costae pada saat respirasi.
b. Lamina medialis
1) M. intercostalis internus
Otot ini membentang dari ujung medial spatium intercostale sampai ke angulus costae, selanjutnya dari sini akan muncul membrana intercostalis interna.
Otot ini berorigo pada margo inferior costae dan cartilago costalis, serta ke dasar sulcus costae. Di dorsal, serabut ototnya akan berjalan ke arah caudal dan medial, sedangkan di ventral serabutnya berjalan ke caudal dan lateral. Otot kemudian berinsersio pada margo superior costae dan cartilago costalis di caudalnya.
Otot ini diinervasi oleh n. intercostalis dan n. thoraco-abdominalis yang sesuai.Otot ini berfungsi untuk ekspirasi, kecuali pars intercartilaginea m. intercostalis internus di empat atau lima spatia intercostalia bagian cranial yang berfungsi untuk inspirasi.
c. Lamina interna
1) M. intercostalis intimus
Otot ini merupakan bagian dari m. intercostalis internus, dipisahkan oleh celah yang berisi a/v/n. intercostalis. Otot ini membentang antara labium internum sulcus costae di cranial dan melekat ke margo superior costae di caudalnya.
Otot ini diinervasi oleh .intercostalis atau n. thoraco-abdominalis. Fungsi otot ini belum banyak diketahui.
2) M. subcostalis
Otot ini berorigo pada margo inferior costae dekat dengan angulus costae, serabutnya berjalan searah dengan m. intercostalis internus dan berinsersio pada margo superior costae sejauh dua atau tiga costa di caudalnya.Otot ini diinervasi oleh n. intercostalis atau n. thoraco-abdominalis.Fungsi otot ini adalah untuk mengangkat costa.
3) M. transversus thoracis atau m. sternocostalis
Otot ini melekat pada aponeurosis yang membentang dari facies posterior proc. Xiphoideus dan corpus sterni sampai mencapai cartilago costalis III.Kemudian berinsersio pada facies interna dari cartilago costalis II - VI.
Otot ini diinervasi oleh n. intercostalis ke-2 sampai ke-6.Otot ini berfungsi dalam membantu ekspirasi.
3. Diafragma
Diafragma memisahkan cavitas thoracis dengan cavitas abdominis. Ia terdiri atas 2 bagian utama, yaitu pars muscularis di perifer dan centrum tendineum di central. Bagian-bagian pars muscularis, yaitu:
1) Pars muscularis
a) Pars sternalis
Merupakan berkas serabut otot yang kecil dan tipis yang berorigo pada bagian dorsal proc. Xiphoideus lalu berjalan descenden dan berinsersio ke centrum tendineum, Di kedua sisinya terdapat celah segitiga yang disebut trigonum sternocostale (Larrey) yang dilalui oleh a/v. epigastrica superior dan beberapa vasa lymphatica. Celah ini merupakan tempat yang lemah (locus minorus resistensi) di mana dapat terjadi hernia diaphragmatica.
b) Pars costalis
Bagian otot ini berorigo pada facies interna enam cartilagines costales dan empat os. costale paling caudal. Serabutnya berjalan ke medial dan berinsersio ke centrum tendineum.
c) Pars lumbalis
Otot pars lumbalis berorigo pada dua buah arcus lumbocostalis dan pars superior corpus vertebrae lumbales. Kedua arcus lumbocostalis tersebut, yaitu:
Arcus lumbosacralis medialis atau ligamentum arcuatum mediale
Ligamentum ini merupakan penebalan fascia yang menutupi bagian cranial dari m. psoas major. Ligamentum ini membentang dari corpus vertebra lumbales I atau II sampai ujung processus transversus vertebrae yang sama.
Arcus lumbosacralis lateralis atau ligamentum arcuatum laterale
Ligamentum ini merupakan penebalan fascia yang menutupi bagian cranial dari m. quadratus lumborum.Ligamentum ini membentang dari tempat di mana ligamentum arcuatum mediale melekat dengan processus transversus, sampai ke costa XI atau XII.
Otot-otot akan melekat pada kedua arcus lumbosacralis dan berinsersio ke centrum tendineum.
Bagian pars lumbalis diaphragmatic yang melekat pada vertebra lumbalis membentuk dua crura muskuler, yaitu crus dextrum dan crus sinistrum.
Crus dextrum
Crus ini melekat pada tiga atau empat vertebra lumbalis
Crus sinistrum
Crus ini melekat pada dua atau tiga vertebra lumbalis.
Batas medial kedua cruraakan saling menyatu dan membentuk ligamentum arcuatum medianum yang terletak di ventral aorta, sehingga membentuk lubang yang disebut hiatus aorticus.
Pars costalis diaphragmatica yang melekat pada costa XI dan XII seringkali terpisah dari pars lumbalis diaphragmatica oleh celah sempit yang disebut trigonum lumbocostale bouchdaleki, yang juga merupakan locus minoris resistensi.
2) Centrum tendineum
Merupakan bagian diafragma yang terletak di tengah.Terdiri atas aponeurosis tipis dan kuat.Pada bagian ini terdapat foramen vena cavae morgagni.
Bangunan-bangunan penting yang terdapat pada diaphragma, yaitu:
Hiatus aorticus (setinggi VTh XII)
Dilalui oleh (1) aorta dan (2) ductus thoracicus.
Hiatus oesophageus (setinggi VTh X)
Dilalui oleh (1) oesophagus, (2) nn.Vagi, (3) r. oesophagei a. gastrica sinistra.
Foramen vena cavae (Morgagni) (Setinggi VTh VIII)
Dilalui oleh (1) V. cava inferior, (2) n. phrenicus dexter, (3) vasa lymphatica.
Trigonum sternocostale (Larrey)
Dilalui oleh: (1) A/V. Epigastrica superior dan (2) vasa lymphatica.
Trigonum lumbocostale (Bouchdaleki)
Diaphragma diinervasi oleh n. phrenicus (segmen cervical III V). Setiap n. phrenicus mengandung:
Serabut motoris untuk separuh bagian diaphragma
Serabut sensoris dari diaphragma, pleura, dan peritoneum di dekatnya
Serabut vasomotor ke arteria yang menuju diaphragma.
Diaphragma akan divaskularisasi oleh:
A. phrenica superior
A. phrenica inferior
A. pericardiacophrenica
A. musculophrenica
A. intercostalis posterior X - XII
4. Vascularisasi
a. Innervasi
a. n. Phrenicus dari nervus cervicalis III V (sens & mot)
b. Vaskularisasi
a. A. Phrenica superior et inferior
b. A. Intercostalis 10-12
c. A. Pericardiophrenica
d. A. Musculophrenica
Dari segi histologi sitem respirasi tampak secara umum epitelnya terdiri dari pseudo kolumner kompleks bersilia dan bersel goblet atau yg biasa disebut sel respirasi. Prinsipnya, semakin ke distal, semakin rendah epitel dan semakin berkurang silianya
a. Epiglotis
Yang mengarah ke lidah (lingual) : squamos kompleks non kornifikasi
Yang mengarah ke laring (laryngeal) : sel respirasi
Kelenjar mucus sedikit, terdiri dari keping kartilago elastic
b. Trakhea
Epitel: sel respirasi
Memiliki cincin kartilago hialin berbentuk C atau tapal kuda di anterior dan lateral, yang membuka di posterior sebagai tempat perlekatan otot polos
Mengandung kelenjar sero-mukus
c. Bronkus
Terdapat katilago hialin yang membentuk pulau pulau
Terdapat otot polos di bagian tengah yg juga berbentuk melingkar
Dikelilingi oleh kelenjar
d. Brokiolus
Terdiri atas sel epitel respirasi dan otot polos
Tidak ditemukan kartilago
Terminalis: epitel kolumner/kuboid bersilia, tidak ditemukan kartilago dan sel goblet, ada struktur otot polos, membentuk lebih dari 2 bronkiolus terminalis
Respiratorius: merupakan bagian pertama repirasi, terdiri atas sel epitel kuboid simpleks diselingi alveoli(semakin ke distal semakin banyak), tidak ditemukan silia di bagian distal, ditemukan jaringan ikat elastic di bawah epitel
e. Ductus Alveolaris
Epitel skuamos, alveoli lebih banyak, dindingnya terdiri atas knob knob otot polos (ditutupi epitel kuboid simpleks tidak bersilia)
f. Sacculus Alveolaris
Tidak ditemukan otot polos
Secara Fisiologi respirasi memiliki fungsi memperoleh oksigen untuk sel-sel tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida yang diproduksi oleh sel. Respirasi terdiri dari 2 fase yaitu fase inspirasi dan fase ekspirasi. Berdasarkan lokasi terjadinya, respirasi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Respirasi internal
Merupakan proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria. Proses ini memakai oksigen dan menghasilkan karbon dioksida selagi mengambil energi dari molekul nutrien. Respirasi internal terjadi antara sel darah merah dengan jaringan di dalam tubuh.
b. Respirasi eksternal
Pertukaran oksigen dengan karbon dioksida antara lingkungan eksternal dengan sel dalam tubuh yang berlangsung di paru-paru, antara alveolus dengan sel-sel darah merah. Langkah-langkah terjadinya respirasi eksternal:
1. Udara masuk (pertukaran udara atmosfer dengan alveolus)
2. Oksigen dan karbondioksida ditukarkan dari alveolus dan darah pada kapiler melalui difusi
3. Darah mengangkut oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru dan jaringan
4. Oksigen dan karbon dioksida antara jaringan dan darah
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada malam hari. Mekanisme batuk sudah dijelaskan pada jump 3.
Demammerupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit tuberculosis biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari. Mekanisme demam sendiri yaitu mikroorganisme yang masuk kedalam jaringan atau darah akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan mengeluarkan IL-1 ke dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1 menginduksi pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau panas.
2. Apa saja macam-macam suara paru?
DURASI BUNYI
INTENSITAS SUARA EKSPIRASI
PITCH SUARA EKSPIRASI
LOKASI NORMAL
VESIKULAR
Suara inspirasi lebih lama dibanding ekspirasi
Lembut
Relatif rendah
Kebanyakan di kedua lapangan paru
BRONKO-
VESIKULER
Suara inspirasi dan ekspirasi ekual
Intermediate
Intermediate
Umumnya pada sela iga 2 dan 3 anterior dan di antara skapula
BRONKIAL
Suara ekspirasi lebih lama dibanding inspirasi
Keras
Relatif tinggi
Di atas manubrium sterni
TRAKEAL
Suara inspirasi dan ekspirasi seimbang
Sangat keras
Relatif tinggi
Di atas trakea dan leher
Tabel. Macam-macam suara paru
Suara vesikuler melemah dapat ditemukan pada penderita bronchostenose, emfisema paru, pneumothorak, eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor.
Suara vesikuler mengeras dan memanjang ditemukan pada pasien yang mengalami radang.
Suara amforik adalah suara yang seperti bunyi yang ditimbulkan jika kita meniup diatas mulut botol kosong sering pada caverne. Eksipirasi Jelas.
Suara tambahan :
Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada fase inspirasi maupun ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan nada rendah (sonorous) = rhonchi, rogchos berarti ngorok. Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran udara. Dengan dibatukkan sering hilang atau berubah sifat.
Rhonchi basah (moist rales). Timbul letupan gelembung dari aliran udara yang lewat cairan. Bunyi di fase inspirasi.
ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli),
ronkhi basah sedang (bronchus sedang),
ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar).
ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat, pneumonia, tuberculosis.
Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus secara mendadak, serentak terdengar di fase inspirasi. (contoh: atelectase tekanan)
Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan pleura dan gesek perikardial sebabnya adalah gesekan dua permukaan yang kasar (mis: berfibrin)
Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi kering disebut sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard sebagai pleural dan pericardial rubs.
3. Bagaimana timbulnya suara ronkhi?
Suara tambahan dari paru adalah suara yang tidak terdengar pada keadaan paru sehat. Suara ini timbul akibat dari adanya secret didalam saluran napas, penyempitan dari lumen saluran napas dan terbukanya acinus/ alveoli yang sebelumnya kolap. Karena banyaknya istilah suara tambahan, kita pakai saja istilah Ronki yang dibagi menjadi 2 macam yaitu ronki basah dengan suara terputus- putus dan ronki kering dengan suara tidak terputus.
a. Ronki basah kasar seperti suara gelembung udara besar yang pecah, terdengar pada saluran napas besar bila terisi banyak secret. Ronki basah sedang seperti suara gelembung kecil yang pecah, terdengar bila adanya secret pada saluaran napas kecil dan sedang, biasanya pada bronkiektasis dan bronkopneumonia. Ronki basah halus tidak mempunyai sifat gelembung lagi, terdengar seperti gesekan rambut, biasanya pada pneumonia dini.
b. Ronki kering lebih mudah didengar pada fase ekspirasi, karena saluran napasnya menyempit. Ronki kering bernada tinggi disebut sibilan, terdengar mencicit/squacking. Ronki kering akibat ada sumbatan saluran napas kecil disebut wheeze. Ronki kering bernada rendah akibat sumbatan sebagaian saluran napas besar disebut sonourous, terdengar seperti orang mengerang/ grouning,.Suara tambahan lain yaitu dari gesekan pleura/ pleural friction rub yang terdengar seperti gesekan kertas, seirama dengan pernapasan dan terdengar jelas pada fase inspirasi, terutama bila stetoskop ditekan.
4. Mengapa terjadi nyeri tulang, masuk angin, sumer-sumer, kelelahan, dan lemas?
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat mengakibatkan berkeringat pada malam hari. Mekanisme batuk sudah dijelaskan pada jump 3.
Demammerupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit tuberculosis biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari. Mekanisme demam sendiri yaitu mikroorganisme yang masuk kedalam jaringan atau darah akan difagositosis oleh leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan mengeluarkan IL-1 ke dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1 menginduksi pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau panas.
5. Apa saja diagnosis banding untuk kasus pada skenario?
1) Diagnosis TB Paru
TB paru sering menimbulkan gejala klinis yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala respiratorik dan gejala sistematik. Gejala respiratorik seperti batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, sedangkan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan malaise.
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka mungkin pasien tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar. 1,11 Pada awal perkembangan penyakit sangat sulit menemukan kelainan pada pemeriksaan fisik. Kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama di daerah apeks dan segmen posterior.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diapragma dan mediastinum.,16,18 Untuk yang diduga menderita TB paru, diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu pagi sewaktu (SPS). Berdasarkan panduan program TB nasional, diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan dijumpainya kuman TB (BTA). Sedangkan pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sesuai dengan indikasinya dan tidak dibenarkan dalam mendiagnosis TB jika diagnosis dibuat hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks.
2) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan bakteriologis untuk menemukan kuman TB mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologis ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, bilasan bronkus, liquor cerebrospinal, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar, urin, faeces, dan jaringan biopsi.
Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan rutin adalah foto toraks PA. Pemeriksaan atas indikasi seperti foto apikolordotik, oblik, CT Scan. Tuberkulosis memberikan gambaran bermacam-macam pada foto toraks. Gambaran radiologis yang ditemukan dapat berupa:
a) bayangan lesi di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
b) bayangan berawan atau berbercak
c) Adanya kavitas tunggal atau ganda
d) Bayangan bercak milier
e) Bayangan efusi pleura, umumnya unilateral
f) Destroyed lobe sampai destroyed lung
g) Kalsifikasi
h) Schwarte. .3
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia luasnya proses yang tampak pada foto toraks dapat dibagi sebagai berikut:3 - Lesi minimal (Minimal Lesion): Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dengan volume paru yang terletak diatas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis IV atau korpus vertebra torakalis V dan tidak dijumpai kavitas. - Lesi luas (FarAdvanced): Kelainan lebih luas dari lesi minimal
Pemeriksaan Khusus Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik baru yang dapat mendeteksi kuman TB seperti :
a) BACTEC: dengan metode radiometrik , dimana CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak M.tuberculosis dideteksi growth indexnya.
b) Polymerase chain reaction (PCR) dengan cara mendeteksi DNA dari M.tuberculosis, hanya saja masalah teknik dalam pemeriksaan ini adalah kemungkinan kontaminasi.
c) Pemeriksaan serologi : seperti ELISA, ICT dan Mycodot 3,19
Pemeriksaan Lain
a) Pemeriksaan Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkuloasis terutama pada anak-anak dan balita. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative dapat diulangi dengan 250 T.U (second strength) . Bila dengan 250 T.U masih memberikan hasil negative, berarti tuberculosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux 5 T.U saja sudah cukup berarti.
Tes Tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.tuberculosae, M.brovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria patog en lainnya. Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan kuman pathogen baik yang virulen ataupun tidak (Mycobacterium tuberculosae atau BCG) tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibody selular pada permulaan dan kemudian akan diikuti oleh pembentukan antibody humoral yang dalam perannya akan menekankan antibody selular.
Bila pembentukan antibody selular cukup misalnya pada penularan dengan kuman yang sangat virulen dan jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan di mana pembentukan antibody humoral amat berkurang (pada hipogama-globulinemia), maka akan mudah terjadi penyakit sesudah penularan.
Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrate limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibody selular dan antigen tuberculin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibody selular dan antigen tuberculin amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh antibody humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, hasil tes Mantoux ini dibagi dalam :
(1) Indurasi 0-5 mm (diameter) : Mantoux negative = golongan no sensitivity. Disini peran antibody humoral paling menonjol.
(2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody humoral masih menonjol.
(3) Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Disini peran kedua antibody seimbang.
(4) Indurasi lebih dari 15 mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Disini peran antibody selular paling menonjol.
Biasanya hampir seluruh pasien tuberculosis memberikan reaksi Mantoux yang positif (99,8%). Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negarif palsu lebih banyak ditemui daripada positif palsu.
Hal-hal yang memberikan reaksi tuberculin berkurang (negative palsu) yakni:
(1) Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberculosis.
(2) Anergi, penyakit sistemik berat
(3) Penyakit eksantematous dengan panas yang akut; morbili, cacar air, poliomyelitis
(4) Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikuler (Hodgkin)
(5) Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-obat imunosupresi yang lainnya.
(6) Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.
Untuk pasien dengan HIV positif, tes Mantoux 5 mm, dinilai positif.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1. TB paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran TB.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. TB paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:
1) Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3) Pengobatan setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
4) Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan kesehatan yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Lain-lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan. TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal, default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan secara patologik, bakteriologik (biakan), radiologik, dan pertimbangan medis spesialistik.
Prinsip pengobatan :
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :
Kategori 1 :
o 2HRZE/4H3R3
o 2HRZE/4HR
o 2HRZE/6HE
Kategori 2 :
o 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
o 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 :
o 2HRZ/4H3R3
o 2HRZ/4HR
o 2HRZ/6HE
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di Indonesia:
o Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan OAT Sisipan : HRZE dan OAT Anak :
2HRZ/4HR
Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya negatif pada Akhir Pengobatan (AP) dan minimal satu pemeriksaan follow-up sebelumnya negatif.
Pengobatan Lengkap adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Meninggal Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain dan hasil
pengobatannya tidak diketahui.
Default (Putus berobat) adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
6. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan penunjang dari skenario di atas ?
Auskultasi pada paru-paru merupakan teknik pemeriksaan yang paling penting untu kmenilai aliran udara melalui cabang trakeo bronkial. Bersama dengan perkusi, juga membantu klinisi untuk menilai kondisi paru-paru. Auskultasi melibatkan (1) mendengar kansuara yang dihasilkan oleh pernapasan, (2) mendengarkan setiap suaraadventif (tambahan), dan (3) jika ada kelainan yang dicurigai, mendengarkansuara-suara yang diucapkan atau dibisikan pasien karenasuaratersebut ditransmisikan melalui dinding dada.
Ronki relatif bernada rendah (sekitar 200 Hz atau lebih rendah) dan suara mendengkur. Adanya ronki mencerminkan obstruksi saluran udara yang lebih besar, atau bronkus. Selain itu pemeriksaan penunjang terdapat garis fibrotic yang dapat menjadi tanda diagnosis TB paru.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang telah kami kumpulkan melalui tinjauan pustaka dan kegiatan seven jumps maka kami dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Keluhan yang dialami pasien laki-laki berusia 56 tahun berupa batuk berdahak bercampur darah. Keluhan batuk muncul sudah sejak lebih dari dua minggu yang lalu dan batuk darah terjadi dua hari sebelum ke klinik. Pasien juga mengeluh sering masuk angin, demam sumer sumer, nyeri tulang dan sendi, serta mudah capek dan lemah. Hal ini menunjukan adanya penyakit pada system pernapasan yang mana dapat terjadi pada bagian atas mauun bawah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/ 80 mmHg, respiratory rate 26 x/ menit, suhu 37,6C, dan denyut nadi 88 x/ menit. Dari kenaikan suhu menunjukan adanya infeksi dan panas tubuh naik merupakan kompensasi terhadap infeksi itu sendiri yang nantinya menyebabkan frekuensi napas juga naik untuk mempercepat laju darah menuju pusat infeksi dan pemeriksaan fisik lainnya beserta pemeriksaan penunjang menunjukan adanya tanda-tanda TB. Oleh karena itu penatalaksaanaan yang diberikan harusnya sesuai dengan kategori TB itu sendiri.
BAB IV
SARAN
Secara umum diskusi tutorial skenario 1 Blok Respirasi berjalan dengan baik dan lancar. Namun masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki supaya dalam melakukan diskusi tutorial selanjutnya kami dapat melaksanakan diskusi tutorial yang ideal. Berdasarkan diskusi kelompok kami pada skenario ini, kami kurang berpartisipasi aktif pada diskusi tutorial ini. Adanya beberapa anggota yang pasif dalam diskusi ini membuat tujuan pembelajaran tercapai tetapi tidak merata. Selain itu, kami juga harus mencantumkan sumber informasi setiap kali kami menyampaikan pendapat.
Saran untuk tutorial berikutnya agar kami dapat menggunakan waktu secara efisien supaya waktu yang dialokasikan untuk diskusi dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Adanya tutor yang memahami skenario dengan baik kami syukuri karena tutor dapat mengarahkan dengan baik jalannya tutorial sehingga dapat menemukan serta memahami tujuan pembelajaran pada diskusi kali ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alifano, M., Pascalis, De.R., Sofia, M., Faraone, S., Pezzo, D.M., Covelli, I. 1998. Detection of IgG and IgA against the mycobacterial antigen A60 in patients with extrapulmonary tuberculosis. Thorax. 53: 377-380
Alsagaff, H., Wibisono, M.J., Winariani. (eds). 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2004. Surabaya: GRAMIK FK UNAIR.
Amin, Z. dan Bahar, A.. 2006. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Andersen, A.B., Brennan, P. 1994. Protein and Antigens of Mycobacterium tuberculosis. In: Bloom, B.R. (eds). Tuberculosis Pathogenesis, Protection And Control. Washington: American Society for Microbiology.
Bothamley, G.H. 1995. Serological diagnosis of tuberculosis. ERS. Journals. Ltd. Suppl. 20: 676s-688
Brooks, G.F, et all; alih bahasa:Eddy Mudihardi, et all.2005. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick & Adelbergs. Jakarta: Salemba Medika
Guyton & Hall (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 11. Jakarta : EGC, pp : 495-496, 515 516, 529-537
Ilangumaran, S.N.P. Narayan, S., Ramu, G. 1994. Cellular and humoral immune responses to recombinant 65-kD antigen of Mycobacterrium leprae in leprosy patients and helthy controls. Clin Exp Immunol , 96: 79-85
Jeremy P. T, dkk. 2006. At a Glance Sistem Respirasi. Edisi II. Jakarta : EMS
Lorraine M Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi VI. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, et all.2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Medscape. 2014. Tuberculosis Clinical Presentation http://emedicine.medscape.com/article/230802-clinical#a0256 Diakses 28 Oktober 2014
Parakrama, Chandrasoma; alih bahasa Roem Soedoko.2005.Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty; alih bahasa: Brahm U.Pendit.2005.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6Volume 2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia.http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html. Diakses pada Oktober 2014.
Public Health Agency of Canada. Tuberculosis (TB) and Tobacco Smoking.http://www.phac-aspc.gc.ca/tbpc-latb/fa-fi/tbtobacco-tabag-eng.phpDiakses 30 Oktober 2014
Robbins, et all; alih bahasa Brhm U. Pendit.2007.Buku Ajar Patologi Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Setyanto DB. 2004. Batuk kronik pada anak : masalah dan tata laksana.http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/6-2-2.pdf. Diakses pada Oktober 2014.
Tim penyusun buku skills lab semester 3 FK UNS. 2014. Buku pedoman keterampilan klinis. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Wang, J. Shen, H. 2009. Review of Cigarette Smoking and Tuberculosis in China: Intervention is Needed for Smoking Cessation Among Tuberculosis Patient. Department of Epidemiology and Biostatistics, School of Public Health, Nanjing Medical University, Nanjing, PR China. BMC Public Health
Web Medicine. 2010. Coughs - Topic Overviewhttp://www.webmd.com/cold-and-flu/tc/coughs-topic-overviewDiakses Oktober 2013
Zeiss, C.R., Kalish, S.B., Erlich, K.S. et al. 1984. IgG Antibody to Purified Protein Derivative by Enzyme- Linked Immunosorbent Assay in the Diagnostic of Pulmonary Tuberculosis. Am. Rev. Respir. Dis. 130: 845- 848.
Zulfikri Amin. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V . Jakarta : Interna Publishing
Pasien
anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital
px radiologis
Garis fibrotik
perselubungan awan homogen
Tekanan Darah: 110/80 mmHg
Respiratory Rate: 26x/menit
Keluhan Utama: Batuk Berdahak
Keluhan Tambahan: Sumer-sumer, Masuk angin
DD
Diagnosis
TataLaksana