tugas ppw

10
A. Pegertian desa 1. Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1979, pasal 1, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri, dalam ikatan negara kesatuan republik indonesia. 2. Menurut Sutardjo kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. 3. Menurut Ogburn dan M.F Nimkoff, desa adalah keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam daeraqh terbatas. 4. Menurut S.D Misra, desa bukan hanya kumpulan tempat tinggal, tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-1000 are. 5. Menurut tinjauan geografi yang dikemukakan oleh R.binarto, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis, sosial,ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain. B. Klasifikasi desa Klasifikasi desa adalah penggolongan atau pengelompokan desa berdasarkan kriteria tertentu, antara lain sebagai berikut: a. Berdasarkan luas wilayahnya, khususnya desa-desa di pulau jawa dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Desa terkecil, luasnya kurang dari 2 km 2 . 2. Desa kecil, luasnya 2-4 km 2 . 3. Desa sedang, luasnya 4-6 km 2 . 4. Desa besar, luasnya 6-8 km 2 . 5. Desa terbesar, luasnya 8-10 km 2 . b. Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa terdiri dari kelompok-kelompok desa berikut ini: 1. Desa terkecil, kepadatan kurang dari 100 jiwa/km 2 . 2. Desa kecil, kepadatannya 100-500 jiwa/km 2 .

Upload: hudaya1nl42817387

Post on 22-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PPW

TRANSCRIPT

Page 1: tugas PPW

A. Pegertian desa

1. Menurut undang-undang nomor 5 tahun 1979, pasal 1, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangga sendiri, dalam ikatan negara kesatuan republik indonesia.

2. Menurut Sutardjo kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

3. Menurut Ogburn dan M.F Nimkoff, desa adalah keseluruhan organisasi kehidupan sosial di dalam daeraqh terbatas.

4. Menurut S.D Misra, desa bukan hanya kumpulan tempat tinggal, tetapi juga kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50-1000 are.

5. Menurut tinjauan geografi yang dikemukakan oleh R.binarto, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiologis, sosial,ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.

B. Klasifikasi desa

Klasifikasi desa adalah penggolongan atau pengelompokan desa berdasarkan kriteria tertentu, antara lain sebagai berikut:a. Berdasarkan luas wilayahnya, khususnya desa-desa di pulau jawa dapat

dikelompokkan sebagai berikut:1. Desa terkecil, luasnya kurang dari 2 km2.2. Desa kecil, luasnya 2-4 km2.3. Desa sedang, luasnya 4-6 km2.4. Desa besar, luasnya 6-8 km2.5. Desa terbesar, luasnya 8-10 km2.

b. Berdasarkan kepadatan penduduknya, desa terdiri dari kelompok-kelompok desa berikut ini:

1. Desa terkecil, kepadatan kurang dari 100 jiwa/km2.2. Desa kecil, kepadatannya 100-500 jiwa/km2.3. Desa sedang, kepadatannya 1500-3000 jiwa/km2.4. Desa besar, kepadatannya 1500-3000 jiwa/km2.5. Desa terbesar, kepadatannya 3000-4500 jiwa/km2.

c.   Berdasarkan potensi desa yang dominan dan menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakatnya, desa dibagi manjadi:

1. Desa nelayan2. Desa persawahan.3. Desa perladangan.4. Desa perkebunan.

Page 2: tugas PPW

5. Desa peternakan.6. Desa kerajinan/industri kecil.7. Desa industri besar.8. Desa jasa dan perdagangan.

d. Berdasarkan potensi fisik dan sosialnya, desa dibedakan menjadi sebagai berikut:1. Desa terbelakang.2. Desa sedang berkembang.3. Desa maju.

e.  Berdasarkan kesamaan tingkat perkembangan atau faktor pembangunan desa, desa dibagi menjadi 3 desa, yaitu:1. Desa swadaya (tradisional), desa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Belum mampu mandiri dalam menyelanggarakan urusan pemerintahan sendiri.

Administrasi desa belum dilaksanakan dengan baik. Lembaga-lembaga seperti LKMD belum berfungsi. Tingkat pendidikan dari produktivitas. Pemanfaatan lahan yang tersedia masih terbatas.

2.  Desa swakarsa (transisional), desa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri. Pengelolahan administrasi telah dilaksanakan dengan baik. Lembaga-lembaga seperti LKMD sudah berfungsi. Pola berfikir mereka sudah mengalami perubahan karena pengaruh dari

luar. Adat istilah mulai longgar pengaruhnya dan tingkat pendidikan

masyarakat cukup tinggi. Mata pencaharian beraneka ragam tidak bergantung pada sektor

pertanian.

3.      Desa swasembada (berkembang), desa memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dengan

baik. Pengelolahan administrasi telah dilaksanakan dengan baik. Lembaga-lembaga seperti LKMD telah berperan maksimal dan mampu

menggerakkan masyarakat berswasembada dalam pembangunan desa. Sarana dan prasarana desa lengkap. Pola pikir masyarakat lebih rasional dan tingakat pendidikan tinggi. Mata pencaharian penduduk sebagian besar di bidang jasa dan

perdagangan.

e)      Struktur ruang desa

Page 3: tugas PPW

Lahan di pedesaan digunakan bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Kehidupan sosial antara lain berkeluarga, bersekolah, beribadah, berekreasi , berorahraga, dan sebagainya. Yang dilakukan didalam kampung dan kegiatan ekonomi seperti bertani, berkebun, beternak, menangkap atau memelihara ikan, dan sebagainya, yang dilakukan diluar kampung, namun ada juga yang dilakukan di dalam kampung, seperti perindustrian, perdagangan dan jasa.Pada intinya penggunaan lahan di desa dibedakan atas dua fungsi yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi sosial yaitu untuk penampungan, sedangkan fungsi ekonomis.

Struktur keruangan desa mencerminkan tingkat adaptasi atau penyesuaian penduduk setempat terhadap kondisi lingkungan alamnya, seperti keadaan iklim, kesuburan tanah, keadaan topografi, keadaan tata air, dan sumber daya alam lainnya. Pola penggunaan lahan di desa pada umumnya didominasi oleh usaha cocok tanam.    Desa yang belum berkembang umumnya mempunyai struktur keruangan yang tidak teratur dan belum tampak adanya pembagian fungsi lahan yang kompleks. Struktur keruangan         terbentuk secara alami dan sederhana, sebaiknya desa yang sudah maju atau sudah berkembang, keruangannya sudah teratur dan         direncanakan sebelumnya. Pola pengembangan keruangan disesuaikan dengan pembagian fungsi-fungsi lahan yang semakin kompleks.       Perkembangan desa tergantung pada sumber daya alam, sumber daya manusia dan letak desa.

1.   Pola persebaran desa.Sehubungan dengan kondisi geografis yang tidak sama pada setiap pada setiap wilayah desa, maka bentuk pola pemukiman desapun berbeda-beda. Pola persebaran desa yang banyak dijumpai dijumpai di indonesia antara lain sebagai berikut.

a. pola memanjang (linear)

mengikuti jalan mengikuti sungai mengikuti kereta api mengikuti pantai

b. pola desa memusatpola desa ini pada umumnya terdapat di daerah pegunungan atau daerah tinggi yang berelief kasar. Pemukiman penduduk membantuk kelompok upola desa ini umumnya terdapat di daerah yang mempunyai snit-unit yang kecil dan menyebar. 

c. pola desa menyebarpola desa ini umumnya terdapat di daerah yang mempunyai sumber air atau danau. Pola pemukimannya memusat mengelilingi sumber air atau danau tersebut dengan arah perkembangannya menyebar ke segala penjuru.

Page 4: tugas PPW

A. Pengertian kota

1. Menurut Max Weber, kota adalah tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.

2. Menurut Louis Wirth, kota adalah pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya.

3. Menurut Arnold Toybee, sebuah kota selain permukiman, juga merupakan sesuatu kekomplekan yang khusus dan tiap kota menunjukan pribadinya masing-masing.

4. Menurut Grunfeld, kota adalah suatu pemukiman yang kepadatan penduduknya yang lebih tinggi daripada kepadatan penduduk nasional, struktur mata pencaharian nonagraris, dan sistem penggunaan tanah yang beranekaragam serta ditutupi oleh gedung-gedung yang tinggi berlokasi berdekatan.

5. Menurut R. Bintarto, kota merupakan suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, corak kehidupan yang lebih heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah disekitarnya.

6. Menurut Peraturan menteri dalam negeri nomor 2 Tahun 1987, Pasal 1, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi yang diatur dalam perundang-undangan, serta pemukiman yang telah memperhatikan watak dan ciri kehidupan perkotaan.

B. Klasifikasi kota

Kalsifikasi kota antara negara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini sangat dipemgaruhi oleh tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai dan jumlah penduduk negara yang bersangkutan.

Klasifikasi kota adalah penggolongan atau pengelompokkan kota berdasarkan beberapa kriteria tersebut, antara lain sebagai berikut.

1. Kota-Kota di Indonesia Berdasarkan Sejarah Pertumbuhannya

a. Perkembangan Kota dari Pusat Perdagangan

Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perdagangan adalah Jakarta, Pontianak, Bagansiapiapi, Samarinda, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Kota-kota tersebut berada di pinggir sungai atau pantai dengan tujuan mempermudah pemasaran dan tukar menukar barang dagangan.

b. Perkembangan Kota dari Pusat Perkebunan

Page 5: tugas PPW

Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan dan iklim yang sesuai dengan tanamannya. Di samping itu, usaha perkebunan banyak memerlu kan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah perkebunan selalu didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya bertempat tinggal di daerah sekitar perkebunan. Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya berkembang menjadi desa dan jika perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perkebunan, antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung, Bogor, Sabang, dan Bandung.

c. Perkembangan Kota dari Pusat PertambanganSelain perkebunan, usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu, daerah pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut akhirnya juga bertempat tinggal di daerah sekitar pertambangan. Banyaknya penduduk di sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan akhirnya jika perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat pertambangan, antara lain Plaju, Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin, Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu.

d. Perkembangan Kota dari Pusat Administrasi PemerintahanPerkembangan kota dari pusat administrasi pemerintahan kemajuannya banyak bergantung pada campur tangan para penguasa atau pemerintah, seperti kota Jakarta dan Yogyakarta.

2. Berdasarkan sejarah berdirinya

1. Kota-kota sebelum masehi, yaitu kota-kota yang didirikan kira-kira 2500 tahun sebelum masehi (SM), misalnya: Athena, Roma, Babilonia, dan sebagainya.

2. Kota-kota abadi pertengahan, yaitu kota-kota yang dibangun sekitar abad ke-5 hingga abad ke-10 karena pengaruh kegiatan perdagangan yang mulai ramai, misalnya Genoa dan Venice.

3. Kota-kota lama di Timur Tengah dan Timur jauh, yaitu kota-kota yang berdiri akibat pengaruh perdagangan antara bangsa portugis eropa, seperti Portugis, Spanyol, kawasan Timur Tengah dan Timur jauh, misalnya Baghdad, Damaskus, dan Beijing.

4. Kota-Kota dunia modern, yaitu kota-kota yang berkembang pesat akibat kemajuan di bidang ekonomi, transportasi, industri, dan lain-lain, misalnya Birmingham, Pittsburg, dan Manchester.

3. Berdasarkan tingkat perkembangannya.

1. Tingkat Eopolis, yaitu suatu desa yang berkembang dan telah menunjukkan ciri-ciri kehidupan perkotaan atau yang berkembang menjadi kota baru.

2. Tingkat polis, yaitu suatu kota yang masih memiliki ciri-ciri atau sifat agraris. Sebagai kehidupan ekonominya masih ditopang oleh sektor pertanian. Di Indonesia, sebagaian besar perkotaan masih berada pada sebagian besar perkotaannya masih berada pada tingkat polis.

Page 6: tugas PPW

3. Tingkat metropolis, yaitu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri, misalnya Medan, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

4. Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang terdiri dari bebrapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar. Dalam beberapa hal, kota pada tingakt megapolis ini telah menunjukan adanya penurunan. Kualitas yang mendekati kemunduran. Contohnya gabungan kota-kota besar di Amerika Serikat dari Boston sampai Washington.

5. Tingkat Nektropolis, yaitu kota yang berkembang menuju keruntuhan.

4. Berdasarkan fungsinya

1. Kota pusat produksi, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh (batubara), Arun dan Bontang (LPG), dan lain-lain. Contoh kota produsen barang setengah jadi dan barang jadi, yaitu kota-kota industri seperti Jakarta, Bandung, Cilegon, Gresik, surabaya, dan lain-lain.

2. Kota pusat perdagangan, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional, misalnya Jakarta, Singapura, Hongkong, Rotterdam, dan Bremen.

3. Kota pusat pemerintahan, yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kesehatan dan rekreasi, umumnya terletak di daratan tinggi yang sejuk atau di tepi pantai, misalnya Cipanas, Kaliurang, Monoco, Palm Beach, dan Florida.

5. Berdasarkan jumlah penduduknya

1. Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara 20.000–50.000 orang. Umumnya, misalnya Porong, Babat, Kertosono, dan sebagainya.

2. Kota sedang, yaitu kota yang berpenduduk antara 50.000–100.000 orang. Misalnya, Lamongan, Ponorogo, Babat, Kertosono, dan sebagainya.

3. Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000–1000.000 orang. Misalnya, Malang, Kediri, Madiun, dan sebagainya.

4. Kota Metropolitan, yaitu kota yang berpenduduk antara 1.000.000–5.000.000 orang. Misalnya, Medan, Bandung, Surabaya, dan sebagainya.

5. Kota Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 orang. Misalnya Jakarta, Tokyo, New York, dan sebagainya.

C. Struktur ruang kota

Berdasarkan keadaan keruangan kota dengan lingkungan dapat dikelompokkan sebagai berikut:1.       Inti kota (Core of City)

Inti kota merupakan pusat keadaan ekonomi, politik, keadaan, dan lain-lain. Daerah ini sering di sebut pusat daerah kegiatan (PDK) atau Central Business District (CBD). Daerah ini akan berkembang dari waktu ke waktu seiring dengan kebutuhan warga. Namun, daerah ini sering pula mengalami perubahan daya tarik akibat perkembangan kota itu sendiri. Wujud dari daerah pusat kegiatan atau inti kota adalah berupa kompleks pertokoan, pemukiman, perkantoran, stasiun, terminal bus dan taksi, pasar, sekolah, termpat hiburan, dan rekreasi.

2.       Selaput inti kota

Page 7: tugas PPW

Selaput inti kota merupakan daerah luar dari inti kota, sebagai akibat dari tidak tertampunganya kegiatan dalam kota. Bila inti kota mengalami perkembangan hingga keluar daerah PDK, daerah di luar PDK ini disebut selapt inti kota (SIK) atau disebutintegument. Perkembangan suatu inti kota dapat menimbulkan beberapa pola suatu inti kota dapat menimbulkan beberapa pola unit kegiatan, antara lain sebagai berikut:

1. Sentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala pengelompokkan pada suatu titik tempat utama yang akan menjadi PDK atau nukleus utama.

2. Nukleasi, yaitu nukleus yang fungsinya mirip dengan PDK tetapi ukurannya lebih kecil. Nukleasi dapat diartikan sebagai pembentukan nukleus-nukleus utama yang lain.

3. Desentralisasi, yaitu timbulnya suatu gejala untuk menjauhi titik utama. Gejala desentralisasi ini dapat menimbulkan nukleus-nukleus baru.

4. Segregasi, yaitu suatu kompleks (kelompok) perumahan yang terpisah satu sama lain karena terjadi perbedaan sosial, ekomoni, dan kultural. Sebagai contoh kelompok perumahan daerah miskin sering disebut daerah slum atau daerah kumuh.

3.       Kota satelitKota satelit merupakan suatu daerah memiliki sifat perkotaan dan daerah ini memberi

daya dukung bagi kehidupan kota. Kota satelit terbentuk akibat perkembangan yang terjadi di dalam inti kota. Menurut F.Schnore, kota satelit merupakan pusat-pusat kecil dibidang indutri yang berfungsi sebagai kota produksi.

4.       SuburbanSuburban merupakan suatu daerah disekitar pusat kota yang berfungsi sebagai daerah

permukiman dan manufaktur (pabrik). Menurut Walter T.Martin, suburban merupakan kelompok mesyarakat yang relatif kecil dan berdiam dekat kota-kota tersebut.