torsio testis

24
TORSIO TESTIS I. PENDAHULUAN Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis.1 Torsio testis merupakan suatu kegawat daruratan vaskuler yang murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis. 1,2 Torsio testis juga kadang-kadang disebut sebagai ‘sindrom musim dingin’. Hal ini disebabkan karena torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin.3 Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah usia 25 tahun.4 Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan akut scrotum hingga terbukti tidak, namun kondisi tersebut juga harus dibedakan dari keluhan nyeri testis lainnya.2,5 Penyebab dari akut scrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan diagnostik yang

Upload: fauzi-hanif

Post on 25-Jun-2015

1.920 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Torsio Testis

TORSIO TESTIS

I. PENDAHULUAN

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana spermatic cord yang terpeluntir

yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke

testis dan epididymis.1 Torsio testis merupakan suatu kegawat daruratan vaskuler

yang murni dan memerlukan tindakan bedah yang segera. Jika kondisi ini tidak

ditangani dalam waktu singkat (dalam 4 hingga 6 jam setelah onset nyeri) dapat

menyebabkan infark dari testis, yang selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis. 1,2

Torsio testis juga kadang-kadang disebut sebagai ‘sindrom musim dingin’.

Hal ini disebabkan karena torsio testis lebih sering terjadi pada musim dingin.3

Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi

pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 400 orang dibawah

usia 25 tahun.4 Torsio testis harus selalu dipertimbangkan pada pasien-pasien

dengan akut scrotum hingga terbukti tidak, namun kondisi tersebut juga harus

dibedakan dari keluhan nyeri testis lainnya.2,5

Penyebab dari akut scrotum biasanya dapat ditegakkan berdasarkan

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta pemeriksaan

diagnostik yang tepat.5 Sekitar dua per tiga pasien, anamnesis dan pemeriksaan

fisik cukup untuk menegakkan diagnosis yang tepat.6 Keterlambatan dan

kegagalam dalam dignosis dan terapi akan menyebabkan proses torsio yang

berlangsung lama, sehingga pada akhirnya menyebabkan kematian testis dan

jaringan disekitarnya. 2,3,4

Penatalaksanaan torsio menjadi tindakan darurat yang harus segera

dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan

menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio.5 Adapun

penyebab tersering hilangnya testis setelah torsio adalah keterlambatan dalam

mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan

keterlambatan terapi (13%).7

Page 2: Torsio Testis

II. ANATOMI

Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan

ukuran 4x2,5x2,5cm dan berat kurang lebih 20g. Terletak didalam scrotum

dengan axis panjang pada sumbu vertikal dan biasanya testis kiri terletak lebih

rendah dibanding kanan. Testis diliputi oleh tunika albuginea pada 2/3 anterior

kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epididymis dan pedikel vaskuler.

Sedangkan epididymis merupakan organ yang berbentuk kurva yang terletak

disekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan

epididymis berasal dari arteri renalis.

Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di

dekat ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan

mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan

intraabdominal. Faktor endokrine dan axis hypothalamus-pituitary-testis juga

berperan dalam proses desensus testis. Antara minggu ke12 dan 17 kehamilan,

testis mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi didekat cincin inguinal

interna.

Page 3: Torsio Testis

Gambar anatomi testis dan spermatic cord

III. INSIDEN

Torsio testis bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada

usia dewasa muda (usia 10-30 tahun) dan lebih jarang terjadi pada neonatus.

Puncak insiden terjadi pada usia 13-15 tahun.1,8 Terdapat kecenderungan

penurunan insiden sesuai dengan peningkatan usia. Lee dkk menemukan 26%

pasien dengan torsio testis di atas usia 21 tahun.

Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin disebabkan

karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas.9 Testis kiri lebih

sering terjadi disbanding testis kanan, hal ini mungkin disebabkan oleh karena

secara normal spermatic cord kiri lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang

terjadi pada periode neonatus, 70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi

postnatal.2

Page 4: Torsio Testis

IV. ETIOLOGI

Penyebab dari torsio testis masih belum diketahui dengan pasti. Trauma

terhadap scrotum bias merupakan factor pencetus, sehingga torsio harus

dipertimbangkan pada pasien dengan keluhan nyeri setelah trauma bahkan pada

trauma yang tampak kurang signifikan sekalipun. Dikatakan pula bahwa spasme

dan kontraksi dari otot kremaster dan tunica dartos bias pula menjadi factor

pencetus.

Dalam salah satu literature disebutkan bahwa torsio testis lebih sering

terjadi pada musim dingin, terutama pada temperature di bawah 2C. Selain karena

trauma, 50% kasus torsio testis terjadi pada saat tidur.1 Hanya 4-8% kasus torsio

testis disebabkan oleh karena trauma. Faktor predisposis lain terjadinya torsio

meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor

testis, testis yang terletak horisontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan

dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.7

Longo dkk mengungkapkan hubungan antara torsio testis dengan

peningkatan kadar testosterone dan elevasi serta rotasi testis selama siklus respon

seksual.

V. PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu

intravagina dan ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika

vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic

cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididymis dan

investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis posterior oleh tunika

vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi

yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk ‘bell-clapper’

deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord

sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja

dan dewasa muda.

Page 5: Torsio Testis

Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis

vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari

gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang

bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada

kondisi undesensus testis.

Gambar A. Ekstravagina torsio

B Intravagina torsio

VI. GEJALA KLINIS

Page 6: Torsio Testis

Gejala pertama dari torsio testis adalah hampir selalu nyeri. Gejala ini bisa

timbul mendadak atau berangsur-angsur, tetapi biasanya meningkat menurut

derajat kelainan. Riwayat trauma didapatkan pada 20% pasien, dan lebih dari

sepertiga pasien mengalami episode nyeri testis yang berulang sebelumnya.2,10

Derajat nyeri testis umumnya bervariasi dan tidak berhubungan dengan luasnya

serta lamanya kejadian.

Pembengkakan dan eritema pada scrotum berangsur-angsur muncul. Dapat

pula timbul nausea dan vomiting, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala

yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat

berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididymitis.10

Adapun gejala lain yang berhubungan dengan keadaan ini antara lain :

Nyeri perut bawah

Pembengkakan testis

Darah pada semen

VII. DIAGNOSIS

VII.1. PEMERIKSAAN FISIS

Pemeriksaan fisis dapat membantu membedakan torsio testis dengan

penyebab akut scrotum lainnya.7 Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan

tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum

sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada

palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang

terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta

tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena

adanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum

disebabkan karena pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakan

pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidak

berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign).

Page 7: Torsio Testis

Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya

refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan ini

memiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.7

VII.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada umumnya pemeriksaan penunjang hanya diperlukan bila diagnosis

torsio testis masih meragukan atau bila pasien tidak menunjukkan bukti klinis

yang nyata.6,9 Dalam hal ini diperlukan guna menentukan diagnosa banding pada

keadaan akut scrotum lainnya. Urinalisis biasanya dilakukan untuk

menyingkirkan adanya infeksi pada traktus urinarius. Pemeriksaan darah lengkap

dapat menunjukkan hasil yang normal atau peningkatan leukosit pada 60% pasien.

Namun pemeriksaan ini tidak membantu dan sebaiknya tidak rutin dilakukan.

Adanya peningkatan acute-fase protein (dikenal sebagai CRP) dapat membedakan

proses inflamasi sebagai penyebab akut scrotum. 2

Modalitas diagnostik yang paling sering digunakan ialah Doppler

ultrasonografi (USG Doppler) dan radionuclide scanning dengan menggunakan

technetum 99m (99mTc) pertechnetate dengan akurasi diagnostik 90%. Kedua

metode tersebut digunakan untuk menilai aliran darah ke testis dan membedakan

torsio dengan kondisi lainnya.

VIII. DIANOSIS BANDING

Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagai

penyebab dari akut scrotum, antara lain :

Epididymio-orchitis

Hydrocele

Varicocele

Hernia incarserata

Tumor testis

Torsio appendix testis/epididymis

Page 8: Torsio Testis

Edema scrotum idiopatik

IX. PENATALAKSANAAN

IX.1. REDUKSI MANUAL

Sekali diagnosis torsio testis ditegakkan, maka diperlukan tindakan

pemulihan aliran darah ke testis secepatnya. Biasanya keadaan ini memerlukan

eksplorasi pembedahan. Pada waktu yang sama ada kemungkinan untuk

melakukan reposisi testis secara manual sehingga dapat dilakukan operasi elektif

selanjutnya. Namun, biasanya tindakan ini sulit dilakukan oleh karena sering

menimbulkan nyeri akut selama manipulasi.

Pada umumnya terapi dari torsio testis tergantung pada interval dari onset

timbulnya nyeri hingga pasien datang. Jika pasien datang dalam 4 jam timbulnya

onset nyeri, maka dapat diupayakan tindakan detorsi manual dengan anestesi

lokal. Prosedur ini merupakan terapi non invasif yang dilakukan dengan sedasi

intravena menggunakan anestesi lokal (5 ml Lidocain atau Xylocaine 2%).

Sebagian besar torsio testis terjadi ke dalam dan ke arah midline, sehingga detorsi

dilakukan keluar dan ke arah lateral. Selain itu, biasanya torsio terjadi lebih dari

360o, sehingga diperlukan lebih dari satu rotasi untuk melakukan detorsi penuh

terhadap testis yang mengalami torsio.

Tindakan non operatif ini tidak menggantikan explorasi pembedahan. Jika

detorsi manual berhasil, maka selanjutnya tetap dilakukan orchidopexy elektif

dalam waktu 48 jam. Dalam literatur disebutkan bahwa tindakan detorsi manual

hanya memberikan angka keberhasilan 26,5%. Sedangkan penelitian lain

menyebutkan angka keberhasilan pada 30-70% pasien.

IX.2. PEMBEDAHAN

Dalam hal detorsi manual tidak dapat dilakukan, atau bila detorsi manual

tidak berhasil dilakukan maka tindakan eksplorasi pembedahan harus segera

dilakukan. Pada pasien-pasien dengan riwayat serangan nyeri testis yang berulang

Page 9: Torsio Testis

serta dengan pemeriksaan klinis yang mengarah ke torsio sebaiknya segera

dilakukan tindakan pembedahan. Hasil yang baik diperoleh bila operasi dilakukan

dalam 4 jam setelah timbulnya onset nyeri. Setelah 4 hingga 6 jam biasanya

nekrosis menjadi jelas pada testis yang mengalami torsio.

Eksplorasi pembedahan dilakukan melalui insisi scrotal midline untuk

melihat testis secara langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin

ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal. Tunika vaginalis dibuka hingga tampak

testis yang mengalami torsio. Selanjutnya testis direposisi dan dievaluasi

viabilitasnya. Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi orchidopexy, namun jika

testis tidak viabel maka dilakukan orchidectomy guna mencegah timbulnya

komplikasi infeksi serta potensial autoimmune injury pada testis kontralateral.

Oleh karena abnormalitas anatomi biasanya terjadi bilateral, maka orchidopexy

pada testis kontralateral sebaiknya juga dilakukan untuk mencegah terjadinya

torsio di kemudian hari.

X. KOMPLIKASI

Torsio dari testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu

kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara

onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan

menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai

darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis.

Page 10: Torsio Testis

Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa bulan setelah torsio dikoreksi.

Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.

Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi :

Infark testis

Hilangnya testis

Infeksi

Infertilitas sekunder

Deformitas kosmetik

Gambar testis yang mengalami nekrosis

XI. PROGNOSIS

Jika torsio dapat didiagnosa secara dini dan dilakukan koreksi segera

dalam 5-6 jam, maka akan memberikan prognosis yang baik dengan angka

pertolongan terhadap testis hampir 100%. Setelah 6 jam terjadi torsio dan

gangguan aliran darah, maka kemungkinan untuk dilakukan tindakan pembedahan

juga meningkat. Namun, meskipun terjadi kurang dari 6 jam, torsio sudah dapat

menimbulkan kehilangan fungsi dari testis. Setelah 18-24 jam biasanya sudah

terjadi nekrosis dan indikasi untuk dilakukan orchidectomy. Orchidopexy tidak

memberikan jaminan untuk tidak timbul torsio di kemudian hari, meskipun

tindakan ini dapat menurunkan kemungkinan timbulnya hal tersebut.

Page 11: Torsio Testis

Keberhasilan dalam penanganan torsio ditentukan oleh penyelamatan testis

yang segera serta insiden terjadinya atrofi testis, dimana hal tesebut berhubungan

secara langsung dengan durasi dan derajat dari torsio testis. Keterlambatan

intervensi pembedahan akan memperburuk prognosis serta meningkatkan angka

kejadian atrofi testis.

Page 12: Torsio Testis

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

a. Biodata

Nama, umur, alamat, agama, pendidikan

b. Riwayat kesehatan

- Keluhan utama : Masuk PKM muntah-muntah

, keadaan umum lemah.- Keluhan waktu di data : Terdapat pasien muntah-

muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, ma-mia ө, turgor kulit

- Riwayat kesehatan yang lalu : Pernah menderita moviting atau tidak

- Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita

penyakit seperti pasien

c. Pemeriksaan fisik

- Tanda vital : Biasanya stabil

- Inspeksi :

- Kepala : Keadaan rambut, mata, muka, hidung, mulut, telinga dan leher

- Dada : Abdomen: biasanya terjadi pembesaran limfa

Genetalia : Tidak ada perubahan

- Palpasi abdomen : Terasa pembesaran limfa dan infeksi kronik juga akan

membesar

- Auskultasi

- Perkusi

d. Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

- Biologis

Pola makan dan minum

Klien mengalami anorexia ditandai dengan porsi makan tidak dihabiskan.

Kaji frekwensi pola jenis diit dan gangguan pola eliminasi dihabiskan

Pola eliminasi : BAB tidak ada perubahan, BAK menurun frekwensi smpai

dengan menurunnya indeksi

Pola istrahat tidur : Klien sulit tidur karena adanya sakit kepala

Aktivitas : Tidak ada perubahan yang lelah dengan interaksi pasien

- Psikologi

Page 13: Torsio Testis

Perubahan status emosional

- Sosial

Berhubungan dengan pola interaksi

- Spiritual

Pasien dan keluarga mempunyai keyakinan dan berdo’a untuk kesembuhan.

- Pemeriksan diagnostik

Laboratorium

- Hb dan leukosit

Radiologi

II. PENGUMPULAN DATA

a. Data Obyektif 

b. Data Subyektif 

III. ANALISA DATA

Problem, symptom, etiologi 

IV. PERIORITAS MASALAH

-

V. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL 

1. Kekurangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan mual muntah 

2. Gangguan kebutuhan istiharahat tidur berhubungan dengan sakit kepala 

3. Gangguan pmenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan anorexia 

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 

5. Personal Hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri 

VI. RENCANA KEPERAWATAN 

1. Dehidrasi dapat terpenuhi 

2. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi 

3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan pasien tidak mual

Page 14: Torsio Testis

muntah lagi 

4. Pasien dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan keluarga 

5. Personal hygiene dapat terpenuhi 

VII. INTERVENSI KEPERAWATAN 

1. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan mual muntah 

- Memberikan masukan cairan intravena 

- Anjurkan untuk banyak minum 

- Menganjurkan pada pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang

merangsang mual muntah 

- Memberikan Health education kepada pasien dan keluarga pasien 

- Mengobservasi vital sign pasien 

2. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan aneroxia 

- Kaji asupan diet dan status nutrisi lewat riwayat diet dan food diary. Pengukuran

BB setiap hari, pemeriksaan lab. dan antropometri 

- Berikan diet tinggi karbohidrat dengan asupan protein yang konsisten dengan

fungsi hati. 

- Bantu pasien dalam mengenali jenis-jeni makanan rendah natrium 

- Tinggikan bagian kepala tempat tidur selama pasien makan 

- Pelihara hygiene oral sebelum makan dan berikan suasana yang aman dan

nyaman pada waktu makan

3. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan sakit kepala 

- Kaji kebiasaan tidur pasien. 

- Berikan Health education tentang pentingnya istirahat tidur bagi kesehatan 

- Mengatur suhu kamar pasien 

- Kolaborasi dengan dokter 

4. Intoleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik 

- Kaji tingkat toleransi aktivtas dan derajat kelelahan fisik 

- Bantu pasien dalam merawat diri dan pelaksanaan aktivitas bila pasien merasa

lelah 

- Anjurkan untuk sitirahat bila pasien merasa lelah / bila adanya nyeri 

Page 15: Torsio Testis

- Bantu memilih latihan dan aktivitas yang diinginkan

5. Personal hygiene kurang berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri 

- Beri dorongan pada pasien untuk merawat dirinya 

- Bantu pasien untuk merawat dirinya 

- Bantu kemampuan pasien untuk merawat dirinya 

- Kaji kemampuuan pasien untuk memenuhi personal hygiene

- Beri HE kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya kebersihan diri

Page 16: Torsio Testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Siroky.M.B : Torsion of the testis. In : Siroky.M.B, Oates.R.D, Babayan.R.K

(eds), Handbook of urology: diagnosis and Therapy, 3rd ed, Lippincot

William&Wilkins; Philadelpihia 2004: 369-72.

2. Rupp.T.J : testicular Torsion, Department of Emergency Medicine, Thomas

Jefferson University, available in

http://www.emedicine.com/med/topic2560.htm, Dec 13, 2006

3. Anonym : Testicular torsion, available in http://en.wikipedia.org/wik/

Testicular_torsion, May 07, 2007

4. Cuckow.P.M, Frank.J.D : Torsion of the testis, BJU International 2000; 86

(3) : 349

5. Galejs.L.E, Kass.E.J : Diagnosis and Treatment of the Acute Scrotum, Am

Fam Physician J 1999; 59 (4): 231-3.

6. Minevich.E : Testicular Torsion, Department of Surgery, Division of Pediatric

urology, available in http://www.emedicine.com/ med/topic2780htm, Feb 9,

2007

7. Ringdahl.E, Teague.L : Testicular Torsion, Am Fam Physician J 2006 ; 74

(10): 214-9.

8. Reynard.J : Torsion of the testis and testicular appendages. In: Reynard.J,

Brewster.S, Biers.S (eds), Oxford Handbook of Urology, Oxford University

Press, New York 2006: 452

9. Grechi. G, Li Marzi.V :Torsion of the Testicle. In: Graham.S.D (ed), Glenn’s

Urologic Surgery, Fifth ed, Lippincot-Raven, Philadelphia 1998 : 535-8

10. Leape.L.L : Testicular Torsion. In : Ashcraft.K.W (ed), Pediatric Urology,

W.B. Saunders Company; Philadelphia 1990: 429-36

11. Anonym : Urologic Emergencies, available in

http://www.urologychannel.com/ emergencies/torsion.shtml,

12. Ahmad.SN, Nisar C, Parray.FQ, Wani.RA : Torsion of undescended testis,

Ind J of Surg 2006 ; 68 (02): 106-7.

13. Allan.W.R, Brown.R.B : Torsion of the Testis, Brit Med J 1966 ; 1: 1396-7.

Page 17: Torsio Testis

14. Kadish.H.A, Bolte.R.G : A Retrospective Review of Pediatric Patient With

Epididymitis, Testicular Torsion, and Torsion of Testicular Appendages, J of

Am Acad of Ped 1998 ; 102 (1): 73-6.

15. Muttarak.M : Clinics in Diagnostic Imaging, Singapore Med J 1999 ; 40

(01): 43-5.

16. Beasley.S.W, McBride.C.A : The risk of metachronus (asynchronous)

contralateral torsion following perinatal torsion, NZM J 2005 ; 118 (1218)

17. Clark. P : On the Testicle. In Clark.P (ed), Operation in Urology, Churchill

Livingstone, New York 1985 : 123-34

18. Kaplan. G.W, Silber.I : Neonatal Torsion-To Pex or Not?. In King.L.R (ed),

Urologic Surgery in Neonatus & Young Infants, W.B.Saunders Company,

Philadelphia 1988 : 386-95

19. Boddy. A.M, Madden.N.P : Testicular Torsion. In Whitfield.H.N (ed),

Rob&Smith Operative Surgery: Genitourinary Surgery, Vol 2, Operation in

Urology, Churchill Fifth ed, Butterworth-Heinemann, London 1993: 741-3

20. Anonym : Testicular torsion Health Article, available in

http://www.healthline.com/adamcontent/ testicular_torsion, Oct 20, 2005