torsio testis by rijal ab'ror

13
TORSIO TESTIS Definisi Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis Anamnesis Nyeri hebat yang mendadak dan pembengkakan dalam skrotum,nyeri perut, kadang-kadang disertai dengan rasa mual dan muntah Testis yang bersangkutan dan dirasakan membesar Terjadi retraksi dari testis kearah kranial, karena funikulus spermatikus terpluntir tadi memendek Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

Upload: stephanie-wood

Post on 12-Nov-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

terpelintirnya testis

TRANSCRIPT

TORSIO TESTISDefinisiTorsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan epididymis

AnamnesisNyeri hebat yang mendadak dan pembengkakan dalam skrotum,nyeri perut, kadang-kadang disertai dengan rasa mual dan muntahTestis yang bersangkutan dan dirasakan membesarTerjadi retraksi dari testis kearah kranial, karena funikulus spermatikus terpluntir tadi memendek Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis denganpenyebab akut scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga akan terasa nyeri padapalpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena pemendekan dari spermatic cord. Hal tersebut merupakanpemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga tidakberkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign).Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan inimemiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus urinarius padapasien dengan nyeri akut pada skrotum. Piuria dengan atau tanpa bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan sediment urin.b. Pemeriksaan RadiologisColor Doppler Ultrasonography1) Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.2) Merupakan Gold Standaruntuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%.3) Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis yang echotexture. Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.4) Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan adanyaperubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah mulai terjadi.

Nuclear Scintigraphy:1) Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk melihat aliran darah testis.2) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.3) Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat infeksi.4) Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu5) Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.

Etiologi dan factor resikoAdanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horizontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut menyebabkan iskemia testis.EpidemiologiTorsio testis merupakan kelainan yang cukup sering. Di mana torsio testis, epididimitis dan torsi dari appendix testis merupakan 3 penyebab tersering nyeri skrotum akut. Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun).PatofisiologiTerdapat dua jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididimis dan investment yang tidak komplet dari epididimis dan testis posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk bell-clapper deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.

Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.Funiculus spermaticus terpeluntirAliran darah terhentiIskemia testisTestis berotasi Nekrosis Nyeri menjalar ke abdomenPembengkakan pada testisMual dan muntahDemam ETIOLOGIKelainan sistem penyangga testis Faktor predisposisi lain

Manifestasi klinik dan komplikasiManifestasi klinikPada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut.Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididimitis.KomplikasiTorsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinis dari TT adalah kesuburan yang menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki dengan cukup cepat. Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi tingkat iskemia testikular dan kemungkinan penyelamatan.Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian ini bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan apoptosis testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui mengikuti ketegangan testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan dengan pasien. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder, deformitas kosmetik

Penatalaksaaan Penatalaksanaan torsio testis dibagi menjadi dua yaitu :1. Non-operatifDetorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, dengan jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil, operasi harus tetap dilaksanakanDalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.2. Operatif Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis masih hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orchidopeksi pada testis kontralateral.

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk mempercepat proses eksplorasi dan pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :a. Untuk memastikan diagnosis torsio testisb. Melakukan detorsi testis yang torsioc. Memeriksa apakah testis masih viabled. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viablee. Memfiksasi testis kontralateral Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam). Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral.Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.Jika testis masih hidup, dilakuakn orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari

Prognosis dan edukasiPrognosisPenatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Bila dilakukan penanganan sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan orkidektomi. Viabilitas testis sangat berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi (13%).EdukasiMengurangi factor resiko terjadinya tersio testis1. meminimalisi perubahan suhu yang mendadak , salah satunya disarankan berenang di air yang suhunya tidak terlalu dingin2. jangan terlalu banayak melakukan gerakan fisik yang berlebihan dengan waktu yang lama.3. memakai celana yang tidak terlalu ketat.4. ketika BAB jangan mengedan terlalu keras5. meminimalisir terjadinya trauma pada kantong testis/skrotum