torsio testis

33
I.Identitas Nama : An. H Umur : 16 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat : Desa Cupang Tanggal masuk : 4 November 2011 II. Anamnesis (Autoanamnesis 4 November 2011) Keluhan Utama : Kantung kemaluan sebelah kanan membesar dan terasa nyeri Keluhan Tambahan : Nyeri perut, mual dan muntah Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan kantung kemaluan sebelah kanan membesar sebesar telur ayam negeri, berwarna kemerahan dan terasa nyeri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak + 3 hari SMRS. Benjolan ini muncul secara tiba-tiba setelah pasien bermain bola bersama teman- temannya pada saat sore hari, dan mulai membesar pada saat malam harinya dan terasa nyeri. Keluhan juga disertai dengan nyeri perut serta mual dan muntah. Gangguan BAB dan BAK disangkal, dan keluhan demam pun disangkal. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat keluhan yang sama disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit serupa pada keluarga pasien disangkal. 1

Upload: dhinasty-wirakusumah

Post on 26-Jul-2015

231 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: torsio testis

I. Identitas

Nama : An. HUmur : 16 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamPendidikan : SMAPekerjaan : -Alamat : Desa CupangTanggal masuk : 4 November 2011

II. Anamnesis (Autoanamnesis 4 November 2011)

Keluhan Utama : Kantung kemaluan sebelah kanan membesar dan terasa nyeriKeluhan Tambahan : Nyeri perut, mual dan muntah

Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan kantung kemaluan sebelah

kanan membesar sebesar telur ayam negeri, berwarna kemerahan dan terasa nyeri. Keluhan ini dirasakan pasien sejak + 3 hari SMRS. Benjolan ini muncul secara tiba-tiba setelah pasien bermain bola bersama teman-temannya pada saat sore hari, dan mulai membesar pada saat malam harinya dan terasa nyeri. Keluhan juga disertai dengan nyeri perut serta mual dan muntah. Gangguan BAB dan BAK disangkal, dan keluhan demam pun disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat keluhan yang sama disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa pada keluarga pasien disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis Keadaan Umum : Tampak sakit sedangKesadaran : Compos mentisTekanan Darah : 120/70 mmHgNadi : 86 x/menitRespirasi : 20 x/menitSuhu : 36,5oC

1

Page 2: torsio testis

KepalaMata : Konj. Anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek pupil +/+Hidung : Epistaksis -/-, deviasi septum (-)Mulut : Tidak ada kelainanLeher : Trakea ditengah, pembesaran KGB (-), massa (-)

ThoraksInspeksi : Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri

Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak

Auskultasi : Pulmo : VBS kanan = kiri normal, ronki -/-, wheezing -/-

Cor : Bunyi jantung I -II reguler, murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : Tampak datar, simetris, massa (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran

Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas

Atas : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

Bawah : Akral hangat, edema -/-, sianosis -/-

Status lokalis

Regio scrotalis dextra

Inspeksi

Terlihat benjolan sebesar telur ayam negeri

Kulit berwarna kemerahan dan edema

Palpasi

Teraba massa berukuran 7 x 5 cm

Teraba lembut

Perkusi : tidak dilakukan

Auskultasi : tidak dilakukan

Tes Transiluminasi (-)

2

Page 3: torsio testis

IV. Pemeriksaan Penunjang

USG Doppler

V. Resume

Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan scrotum dextra membesar,

berwarna kemerahan dan terasa nyeri sejak 3 hari SMRS. Benjolan muncul secara

mendadak setekah pasien bermain bola. Pasien juga mengeluh nyeri perut serta mual dan

muntah. Keluhan demam pun disangkal.

Status lokalis regio scrotalis dextra

Inspeksi

Terlihat benjolan sebesar telur ayam negeri

Kulit berwarna kemerahan dan edema

Palpasi

Teraba massa berukuran 7 x 5 cm

Teraba lembut

Tes Transiluminasi (-)

VI. Diagnosis Kerja

Torsio testis dextra

VII. Diagnosis Banding

- Epididimitis akut

- Hernia skrotalis inkarserata

- Tumor testis

- Hidrokel terinfeksi

- Edema skrotum

- Orchitis

- Varikokel

VIII. Penatalaksanaan

Detorsi manual

3

Page 4: torsio testis

IX. Prognosa

Quo ad vitam : Dubia

Quo ad fungsionam : Dubia

4

Page 5: torsio testis

ANATOMI DAN FISIOLOGI

2.1 SKROTUM

Organ reproduksi pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis,

prostat dan penis. Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang mengandung

funikulus spermatikus, epididimis, dan testis. Di bawah kulit skrotum terdapat fasia darto

yang mengandung serat elastik, jaringan ikat, dan otot polos. Suplai darah ke skrotum

dilakukan oleh arteri pudenda interna dan oleh cabang pudenda profunda arteri femoralis.

Vena skrotalis berjalan bersama arteri pudenda interna dan pudenda profunda serta bermuara

ke dalam vena pudenda dan safena. Persarafan kulit ke skrotum dari cabang nervus

ilioinguinalis dan spermatika eksterna serta drainase limfe ke nodi limfatisi inguinalis

superficialis dan profundi. Skrotum dibentuk pada pria oleh fusi benjolan genital yang

membentuk labia mayora pada wanita.

2.2 FUNIKULUS SPERMATIKUS

Funikulus spermatikusyang menggantung testis adalah struktur yang ditutupi oleh

fasia yang mengandung arteri dan vena spermatika, pleksus pampiniformis, saluran limfe,

persarafan autonom ke testis dan muskulus kremaster. Kontraksi muskulus kremaster

mengubah posisi testis untuk regulasi suhu. Penting bahwa suhu testis dipertahankan lebih

rendah dari pada suhu bagian tubuh lainnya untuk spermatogenesis yang optimum.

2.3 TESTIS

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang

dewasa adalah 4x3x2,5 cm, dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Kedua buah testis

terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Di luar tunika albuginea

5

Page 6: torsio testis

terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos.

Otot kremaster yang berada di sekitar testis memungkinkan testis dapat digerakkan

mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperature testis agar tetap stabil.

Testis normal dibungkus oleh tunika albuginea. Pada permukaan anterior dan lateral,

testis dan epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan

viseralis yang yang langsung menempel pada testis dan di sebelah luarnya adalah lapisan

parietalis yang menempel ke muskulus dartos pada dinding skrotum.untuk spermatogenesis,

testis membutuhkan suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu tubuh, sehingga kulit skrotum

tipis sekali tanpa jaringan lemak di subkutis, yaitu lapisan isolasi suhu.

Secara histopatologis, testis terdiri atas ± 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli

seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel Sertoli,

sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium pada

proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan

pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi

dalam menghasilkan hormone testosterone.

2.4 EPIDIDIMIS

Epididimis merupakan duktus yang melingkar-lingkar, terletak posterolateral terhadap testis

dan terdiri dari bagian atas (globus mayor) dan bagian bawah (globus minor). Globus mayor

berhubungan dengan testis melalui duktus eferen dari testis dan merupakan tempat apendiks

epididimis. Suplai arteri ke epididimis diberikan oleh arteri spermatika interna dan arteri

duktus deferentis. Vena epididimalis mengalir ke dalam pleksus pampiniformis. Aliran limfe

epididimis ke nodi limfatisi iliaka eksterna dan hipogastrika. Sperma berjalan ke dalam

epididimis melalui duktus efferen dari rete testis dan kemudian melalui vas deferen ke dalam

6

Page 7: torsio testis

ampulla. Di samping memberikan jalan untuk spermatozoa, epididimis juga menyokong

pematangan spermatozoa selama perjalanan. Kerusakan epididimis akibat peradangan atau

trauma dapat menyebabkan masalah fertilitas.

Gambar 1. Anatomi pada testis kanan yang normal

Gambar 2. Potongan sagital testis dan epididymis dilihat dari lateral

2.5 FISIOLOGI

Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan

mengalami pematangan/maturasi di epididimis. Setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa

bersama-sama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula

7

Page 8: torsio testis

vas deferens. Sel-sel itu setelah bercampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas

deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat membentuk cairan semen atau mani.

2.6 VASKULARISASI

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu:

(1) arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta

(2) arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior

(3) arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus

Pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai

varikokel.

Gambar 3. Vaskularisasi testis

8

Page 9: torsio testis

TORSIO TESTIS

3.1 DEFINISI

Torsio testis adalah suatu kegawatdaruratan yang merupakan akibat terpeluntirnya

funikulus spermatikus. Terpeluntirnya funukulus spermatikus berbahaya karena akan

menyebabkan terjadinya gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya

infark pada testis. Akibtanya akan terjadi strangulasi suplai aliran darah ke testis yang

bersangkutan dan bila dibiarkan berlangsung lebih dari 3-4 jam menyebabkan terjadinya

infark dan kemudian atrofi dari organ-organ bersangkutan. Kesempatan untuk

menyelamatkan ischemic testis yang terpeluntir hanya 6 jam.

3.2 INSIDENS

Keadaan ini diderita oleh 1 diantara 4000 pria yang berumur kurang dari 25 tahun,

dan paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Usia lebih tua pun

masih mungkin terjadi apalagi jika dulu mempunyai riwayat torsio pada salah satu testisnya.

Di samping itu tidak jarang janin yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir

menderita torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis baik

unilateral maupun bilateral.

3.3 ETIOLOGI

Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus dartos

masih belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis, dan tunika

vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpeluntir pada sumbu funikulus

spermatikus. Terpeluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal.

Torsio testis ekstravaginal ini mencakup 5% dari semua torsio testis.

9

Page 10: torsio testis

Terjadinya torsio testis pada masa remaja banyak dikaitkan dengan kelainan sistem

penyanggah testis. Tunika vaginalis yang seharusnya mengelilingi sebagian dari testis pada

permukaan anterior dan lateral testis, pada kelainan ini tunika mengelilingi seluruh

permukaan testis sehingga mencegah insersi epididimis ke dinding skrotum. Keadaan ini

menyebabkan testis dan epididimis dengan mudahnya bergerak di kantung tunika vaginalis

dan menggantung pada funikulus spermatikus. Kelainan ini dikenal sebagai anomali bell

clapper. Keadaan ini memudahkan testis mengalami torsio intravaginal. Torsio intravaginal

terjadi pada 95% dari semua torsio testis.

Gambar 4. Torsio testis berdasarkan klasifikasinya

Frekuensi torsio testis dikatakan lebih sering pada anak-anak dengan undescendend

testis atau kriptorkisme. Hal ini disebabkan oleh testis yang tidak terfiksasi dengan baik.

3.4 PATOGENESIS

Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan

menjauhi rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan

sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara

berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain

10

Page 11: torsio testis

adalah perubahan suhu yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang

berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum.

Arah dari torsio testis (dilihat dari kaudal) yaitu :

Testis kanan : arah puntiran mengikuti atau searah dengan jarum jam

Testis kiri : puntiran berlawanan dengan arah jarum jam

Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstuksi aliran darah testis dan

menimbulkan gejala yang terjadi tiba-tiba. Terdapat nyeri yang akut pada testis dan mungkin

terjadi referred pain ke inguinal dan daerah abdominal. Testis akan sangant lembut jika

dipalpasi. Dalam waktu 1-2 jam testis akan membengkak yang ditandai dengan edema dan

bengkak pada kulit skrotum. Jika torsio testis tidak segera dipebaiki, kongesti vena akan terus

berlanjut dan mengganggu suplai aliran darah ke testis. Pembengkakan akan terus

berlangsung, terjadi akumulasi cairan di dalam tunika vaginalis dan testis menjadi infark.

Gambar 5. Torsio testis yang terjadi pada testis kiri

3.5 GEJALA KLINIS

Pada anamnesis akan didapatkan:11

Page 12: torsio testis

pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan

diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu dikenal sebagai akut skrotum.

Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga

jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut.

Biasanya nyeri testis hebat timbul tiba-tiba yang sering disertai nyeri perut

serta mual atau muntah. Nyeri perut selalu ada karena berdasarkan perdarahan

dan persarafannya, testis tetap merupakan organ perut.

Pada bayi gejalanya tidak khas, yakni gelisah, rewel atau tidak mau menyusu.

3.6 DIAGNOSIS

Diagnosis torsio testis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada

pemeriksaan fisis, didapatkan

Testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis

sisi kontralateral, kulit skrotum menunjukkan udem dan merah sehingga

menyulitkan palpasi. Testis yang bersangkutan dirasakan membesar.

Terjadi retraksi-retraksi dari testis ke arah kranial, karena funikulus

spermatikus yang terpuntir tadi memenedek.

Refleks kremaster mungkin tidak ada, testis umumnya sangat nyeri tekan dan

elevasi tidak menghilangkan nyeri seperti sering terjadi pada epididimitis akut.

Kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja terjadi dapat diraba adanya

lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Bila telah berlangsung lama

maka testis menyatu dengan epididimis dan sukar dipisahkan, keduanya

12

Page 13: torsio testis

membengkak, timbul effusian, hiperemia, udema kulit dan subkutan Keadaan

ini biasanya tidak disertai dengan demam.

Pemeriksaan sedimen urine tidak menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan

pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi, kecuali pada torsio testis yang sudah

lama dan telah mengalami keradangan steril.

Pemeriksaan penunjang yang berguna untuk membedakan torio testis dengan keadaan

akut skrotum yang lain adalah dengan memakai: stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler,

dan sintigrafi testis yang kesemuanya bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada

torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis. Pada torsio testis tidak didapatkan

adanya aliran darah ke testis sedangkan pada keradangan akut testis, terjadi peningkatan

aliran darah ke testis. Ultrasonografi Doppler memiliki kegunaan besar dalam membedakan

antara diagnosa di atas dengan pengesampingan torsio testis. Tidak adanya aliran darah ke

testikel yang terpengaruh dicatat dalam torsio testis, sedangkan aliran darah yang meningkat

dicatat dalam epididymitis/orchitis. Aliran menuju testikel dapat muncul di appendage

torsion. Tentunya penemuan ini sebaiknya dikombinasikan dengan tanda dan gejala pada

pemeriksaan fisik. Ultrasonografi Doppler pada gambar 6 memperlihatkan torsi akut yang

mengenai testis kiri anak laki-laki 14 tahun yang menderita nyeri akut selama 4 jam. Dengan

catatan penurunan aliran darah pada testis kiri dibandingkan dengan testis kanan.

13

Page 14: torsio testis

Gambar 6. Ultrasonografi Doppler

3.7 DIAGNOSIS BANDING

1. Epididimitis akut. Disebabkan oleh sejumlah organisme. Pada pria di atas usia 35

tahun E. Coli merupakan penyebab terlazim epididimitis, pada pria di bawah usia 35

tahun Chlamydia Trachomatis merupakan organisme penyebab terlazim epididimitis.

Penyakit ini secara klinis sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri skrotum akut

biasanya disertai dengan pembengkakan, terdapat kenaikan suhu tubuh, keluarnya

nanah dari uretra, ada riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama bukan

dengan istrinya), atau pernah menjalani kateterisasi uretra sebelumnya.

Epididimitis dan atau orchitis dapat diasosiasikan dengan demam, dysuria, dan

serangan bertahap dari rasa sakit scrotal biasanya selama beberapa hari. Pada

pemeriksaan fisik ditemukan skrotum membesar, dapat ditemukan nyeri tekan pada

funikulus spermatikus dan pada palapsi menunjukkan epididimis yang nyeri dan

menebal.

Jika dilakukan elevasi (pengangkatan) testis, pada epididimitis akut terkadang nyeri

akan berkurang sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada (tanda dari Prehn).

14

Page 15: torsio testis

Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan

sedimen urine didapatkan adanya leukosituria atau bekteriuria.

2. Hernia skrotalis. Gejala berupa benjolan di daerah inguinal yang mencapai skrotum.

Biasanya didahului dengan anamnesis didapatkan benjolan yang dapat keluar dan

masuk ke dalam skrotum. Benjolan dapat timbul pada saat berdiri atau mengedan.

Terasa nyeri bila menjadi inkarserata.

3. Hidrokel terinfeksi, dengan anamnesis sebelumnya sudah ada benjolan di dalam

skrotum. Hidrokel merupakan pengumpulan cairan di dalam ruang antara kedua

lapisan membran tunika vaginalis. Diagnosis hidrokel ditegakkan dengan tes

transiluminasi positif.

4. Tumor testis. Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam

testis. Tumor testis merupakan pertumbuhan sel-sel ganas didalam testis yang dapat

menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum.

Kebanyakan terjadi pada usia dibawah 40 tahun. Beberapa faktor yang menunjang

timbulnya tumor testis adalah:

testis undesensus

perkembangan testis yang abnormal

sindroma klinefelter

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

darah untuk petanda tumor Alfa Feto Protein (AFP), Human Chorionic Gonadotropin

(HCG) dan Lactic Dehydrogenase (LDH).

15

Page 16: torsio testis

5. Edema skrotum yang dapat disebabkan oleh hipoproteinemia, filariasis, adanya

pembuntuan saluran limfe inguinal, kelainan jantung, atau kelainan-kelainan yang

tidak diketahui sebabnya (idiopatik).

6. Varikokel. Adalah pelebaran abnormal (varises) dari pleksus pampiniformis yang

mengalirkan darah dari testis. Lebih sering mengenai testis kiri. Biasanya tidak ada

gejala yang menyertai varikokel, namun beberapa pria terdapat perasaan berat pada

sisi yang terkena. Pada pemeriksaan fisik terdapat massa yang teraba sebagai

‘sekantung cacing’ massa ini timbul pada posisi tegak tetapi dapat mengosongkan

isinya, dan tidak teraba pada sisi berbaring. Perbaikan varikokel yaitu dengan cara

pembedahan.

7. Orkhitis. Orkhitis merupakan peradangan testis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

pembengkakan testis kanan dan kiri. Orkhitis akut ditemukan sebagai penyulit

penyakit virus, misalnya yang paling sering adalah parotitis epidemika.

8. Torsio appendix testis. Dapat muncul dengan cara yang sama seperti testicular torsion

akut. Kelunakannya terkumpul pada bagian atas testis dan karakteristik tanda “titik

biru” pada kulit scrotum dapat sebagai tanda khas torsio appendix testis. Titik biru ini

diakibatkan kongesti venous atas appendix testis atau torsed appendage. Color

Doppler ultrasound scanning memiliki kegunaan besar dalam membedakan antara

diagnosa di atas dengan pengesampingan testicular torsion. Tidak adanya aliran darah

ke testikel yang terpengaruh dicatat dalam testicular torsion, sedangkan aliran darah

yang meningkat dicatat dalam epididymitis/orchitis. Aliran menuju testikel dapat

muncul di appendage torsion.

16

Page 17: torsio testis

3.8 TERAPI

Detorsi Manual

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, yaitu dengan jalan

memutar testis ke arah berlawanan dengan arah torsio. Detorsi manual dapat dilakukan pada

kasus-kasus yang dini atau merupakan tindakan awal bagi pasien sebelum dibawa ke rumah

sakit. Detorsi manual dilakukan dengan lokal anstesi (lidokain 1%) pada funikulus

spermatikus di anulus eksternus 10-20 cc. Tindakan ini dilakukan dengan mengingat arah

torsi sebelumnya. Karena arah torsio biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar

testis ke arah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi ke arah

medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi

berhasil operasi harus tetap dilaksanakan. Reduksi yang berhasil akan memberikan

pemulihan segera untuk aliran darah ke testis. Tindakan ini tidak boleh dianggap sebagai

pengobatan atau terapi definitif dan eksplorasi gawat darurat harus tetap dilakukan pada

kesempatan awal.

17

Page 18: torsio testis

Reduksi manipulatif tidak dapat menjamin penyembuhan sempurna dan masih ada

torsi dengan tingkat tertentu, meskipun pemasokan darah telah dipulihkan. Selain itu

abnormalitas semula yang menyebabkan torsi masih tetap ada dan mungkin melibatkan testis

pada sisi yang lain. Oleh karena itu fiksasi operatif kedua testis diharuskan.

Operasi

Eksplorasi mutlak dilakukan pada setiap kasus yang diduga torsio, dilakukan di

bawah anastesi umum. Testis harus dipaparkan tanpa ditunda-tunda lagi dengan membuat

irisan ke dalam skrotum. Bila ternyata benar suatu torsi segera lakukan detorsi lalu elevasi

beberapa saat kemudian diamati apakah ada perubahan warna untuk melihat apakah testis

masih baik (viable) atau tidak.

Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang

benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang mengalami torsio

masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis.

Jika testis masih hidup, dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos

kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.

Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3

tempat untuk mencegah agar testis tidak terpeluntir kembali, sedangkan pada testis yang

sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian

disusul orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap

dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang tebentuknya antibody antisperma

sehingga mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian hari.

Pada penderita-penderita dengan riwayat torsio yang berulang, sebaiknya pada

penderita ini dilakukan orkidopeksi elektif.18

Page 19: torsio testis

Penyelamatan terhadap testis selama 6 jam atas torsio yang terjadi adalah sangat baik.

Lebih lama dari 6 jam cenderung mencemaskan, namun eksplorasi harus dilakukan untuk

menghilangkan bagian testis yang nekrosis, sebagai konsekuensinya penurunan kesuburan

dapat terjadi akibat hilangnya infarcted testicle tadi.

Pada beberapa kasus, torsio terjadinya ringan saja sehingga nyerinya hilang timbul

dan kurang jelas. Keadaan ni disebut torsio kronik. Seringkali kasus seperti ini tidak pernah

membawa pasien ke dokter karena gejalanya memang tidak mengganggu, namun sayangnya

proses kematian testis tetap berlangsung, walau dengan perlahan. Dalam waktu lebih dari 6

bulan gejalanya adalah testis yang mengalami torsio akan menciut karena mati dan tidak

mendapatkan suplai nutrisi dari pembuluh darah. Jika testis yang menciut ini terjadi

sebaiknya kecurigaan ke arah torsio kronik perlu dicurigai dan pasien harus segera dibawa ke

dokter, namun kali ini bukan untuk menyelamatkan testis yang mengalami torsio dan menciut

melainkan untuk menyelamtkan testis yang satunya yang masih hidup untuk difiksasi sebagai

upaya preventif.

Penatalaksanaan torsio menjadi tindakan darurat segera dilakukan karena angka

keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya

lama waktu terjadinya torsio. Adapun penyebab tersering hilangnya testis adalah

keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%) dan

keterlambatan terapi (13%)

3.9 PROGNOSIS

6 jam hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam

dilakukan orkidektomi.

19

Page 20: torsio testis

Gambar 6. A. Lonceng dengan bandul; B. Dasar anatomik torsio testis; C. Keadaan torsio

testis sewaktu operasi; D dan E. Keadaan setelah testis dipuntir kembali dan difiksasi untuk

mencegah kekambuhan.

KESIMPULAN

Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir

sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya infark

daripada testis. Peristiwa ini biasanya terjadi pada laki-laki usia 12-20 tahun dan terjadinya

mendadak. Akibatnya akan terjadi strangulasi suplai aliran darah ke testis yang bersangkutan

dan bila dibiarkan berlangsung lebih dari 3-4 jam, menyebabkan terjadinya infark dan

kemudian atrofi dari organ-organ yang bersangkutan.

Torsio testis bisa terjadi pada semua umur tetapi insidensi tertinggi terdapat pada

lelaki dewasa muda dan dapat juga terjadi pada masa janin dan neonatus di dalam rahim atau

sewaktu persalinan. Torsio testis yang sering terjadi pada lelaki dewasa muda yaiu jenis torsi

yang disebut sebagai torsio testis intravaginalis. Sedangkan torsio testis yang terjadi pada

janin atau neonatus biasanya torsi testis ekstravaginalis.

20

Page 21: torsio testis

Pada anamnesis, terdapat nyeri hebat dan pembengkakan dalam skrotum timbul

mendadak, sakit perut hebat, kadang-kadang disertai dengan rasa mual dan muntah. Nyeri

dapat juga menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah. Testis yang bersnagkutan

dirasakan membesar. Terjadi retraksi dari testis ke arah kranial karena funikulus spermatikus

tadi memendek. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel atau tidak mau

menyusui. Pada pemeriksaan fisik testis pada sisi yang terkena sering lebih tinggi dan lebih

horizontal jika dibandingkan dengan sisi testis yang lain. Testis mebengkak. Testis umumnya

sangat neri tekan dan elevasi tidak menghilangkan nyeri.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis torsio testis

adalah pemeriksaan seimen urine dan pemeriksaan darah, pemeriksaan dengan stetoskop

Doppler, ultrasonografi Doppler dan sintigrafi testis.

Tindakan untuk mengatasi torsio testis terdiri dari 2 cara, yaitu detorsi atau reposisi

manual dan eksplorasi atau dengan cara pembedahan. Penyelamatan terhadap testis selsma 6

jam atau torsio yang terjadi adalah sangat baik. Lebih lama dari 6 jam cenderung

mencemaskan, namun eksplorasi harus dilakukan untuk menghilangkan bagian testis yang

nekrosis, sebagai konsekuensinya penurunan kesuburan dapat terjadi.

21

Page 22: torsio testis

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Jakarta. 1994. Hal: 464-465, 491-492.

2. Sjamsuhidajat. R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku

Kedokteran. EGC. Jakarta. 2005. Hal: 797-799.

3. Purnomo, B Basuki. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Penerbit CV. Sagung Seto.

Jakarta.2007. Hal: 96-97.

4. Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Karta. 2000. Hal: 580.

5. Scott Roy. Urology Illustrated. Churchill Livingstone. Edinburgh London and New

York. 1975. Hal: 325.

6. Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : McGraw Hill. 2006.

Hal: 1197.

7. http://medicom.blogdetik.com/2009/03/07/torsio_testis/

8. http://imodeharyoga.com/2008/10/the_acute scrotum/

9. http://graphics8.nytimes.com/images/2007/08/01/heath/ad

10. http://medicastore.com/images/torsio_testis.jpg

11. http://medicastore.com/images/torsio_testis2.jpg

12. http://www.aafp.org/afp/990215ap/817_f2.jpg

22