tivan laporan ii.docx
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
1/22
Lembar Asistensi
Nama : Tri Octivan
Stambuk : A 251 12 038
Kelompok : II
JudulPercobaan : Keadaan Padat, Sistem Kristal dan Massa Jenis
Asisten : Arsyad
No Hari dan Tanggal Koreksi Paraf
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
2/22
PERCOBAAN II
KEADAAN PADAT
SISTEM KRISTAL DAN MASSA JENIS
I. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Memperlihatkan bagaimana besaran-besaran struktur kristal dapat
dihubungkan dengan besaran-besaran yang dapat diukur seperti massa jenis
dan volume molar.
2.
Memperkenalkan kepada praktikan berbagai macam kristal.
II.
Dasar Teori
Struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu kristal.
Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun
secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu
kisi. Spasi antar sel unit dalam segala arah disebut parameter kisi (Parker,
2010).
Sistem kristal terbagi atas 7 jenis yaitu :
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan
sistem kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang
sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan
) tegak lurus satu sama lain (90).
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Atomhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kisi_Bravais&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kisi_Bravais&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Atomhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kristal -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
3/22
Gambar 1
Sistem Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
Tetaoidal
Gyroida Diploida Hextetrahedral Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalahgold,
pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, 1992).
2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu
kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai
satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau
lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi
tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = =
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/cubic_crystal_system_1.gif -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
4/22
90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan )
tegak lurus satu sama lain (90).
Gambar 2
Sistem Tetragonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
Piramid
Bipiramid
Bisfenoid
Trapezohedral
Ditetragonal Piramid
Skalenohedral
Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite(Pellant, 1992).
3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/tetragonal_crystal.jpg -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
5/22
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c.
Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120
terhadap sumbu .
Gambar 3
Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan
sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:
Hexagonal Piramid
Hexagonal Bipramid
Dihexagonal Piramid
Dihexagonal Bipiramid
Trigonal Bipiramid
Ditrigonal Bipiramid
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/hexagonal_crystal.jpg -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
6/22
Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini
adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori,
1977).
4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama
lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini
kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga
sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar,
yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan
dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki
sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut
dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .
Gambar 4
Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya,
pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan
nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/rhombohedral_crystal_system_1.gif -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
7/22
menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan
sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
Trigonal piramid
Trigonal Trapezohedral
Ditrigonal Piramid
Ditrigonal Skalenohedral
Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini
adalah tourmaline dan cinabar(Mondadori, 1977).
5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri
kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu -sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya
saling tegak lurus (90).
Gambar 5
Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/orthorhombic_crystal_system_1.gif -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
8/22
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya
pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
Bisfenoid
Piramid
Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini
adalahstibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, 1992).
6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga
sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga
sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 . Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut dan saling
tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak lurus (miring).
Gambar 6
Sistem Monoklin
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/monoclinic_crystal_system_11.gif -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
9/22
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya
tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya
pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
Sfenoid
Doma
Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini
adalah azurite, malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, 1992).
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya
tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu -sumbunya tidak
ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = 90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan
tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Gambar 7
Sistem Triklin
http://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/triclinic_crystal_system_11.gif -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
10/22
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan
yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b
membentuk sudut 80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
Pedial
Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, labradorite, kaolinite,microcline dan anortoclase (Pellant, 1992).
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
11/22
III.
ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini sebagai
berikut;
A.
Alat
1. Gelas ukur 100 mL
2. Neraca Digital
B. Bahan
1. Logam Aluminium
2.
Paku
3. Logam Zink
4. Air (H2O)
5.
Batu Kapur (CaCO3)
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
12/22
IV.
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk Logam Aluminium
1. Menimbang potongan logam aluminium , dengan menggunakan neraca
digital dan kemudian mencatat massanya.
2. Memasukkan 6 ml air kedalam gelas ukur.
3. Menentukan volume logam tersebut dengan cara memasukkannya ke
dalam gelas ukur yang berisi air dan menghitung pertambahan volume
air yang terjadi.
b.
Untuk Paku
1. Menimbang potongan Paku, dengan menggunakan neraca digital dan
kemudian mencatat massanya.
2.
Memasukkan 8 ml air kedalam gelas ukur.
3. Menentukan volume potongan logam tersebut dengan cara
memasukkannya ke dalam gelas ukur yang berisi air dan menghitung
pertambahan volume air yang terjadi.
c. Untuk logam zink.
1. Menimbang potongan logam zink, dengan menggunakan neraca digital
dan kemudian mencatat massanya.
2. Memasukkan 6 ml air kedalam gelas ukur.
3. Menentukan volume potongan-potongan logam tersebut dengan cara
memasukkannya ke dalam gelas ukur yang berisi air dan menghitung
pertambahan volume air yang terjadi.d. Untuk batu kapur (CaCO3)
1.
Menimbang potongan batu kapur, dengan menggunakan neraca digital
dan kemudian mencatat massanya.
2. Memasukkan 6 ml air kedalam gelas ukur.
3. Menentukan volume potongan batu kapur tersebut dengan cara
memasukkannya ke dalam gelas ukur yang berisi air dan menghitung
pertambahan volume air yang terjadi.
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
13/22
V.
Hasil Pengamatan
1.
Tabel volume dan massa.
No logamV aquades
(ml)
Massa logam
(gram)
V aquades
+ logam
(ml)
Volume
logam
(ml)
1 Paku 8 6,16 9 1
2 Alumunium 6 3,67 7,2 1,2
3 Zink 6 9,69 7,4 1,4
4 CaCO3 6 2,16 7,21,2
2. Tabel sistem kristal.
No
Senyawa
Berat
molekul(BM)
gram/mol
Sistemkristal
Panjang
sisi unit
sel
Sudut
unit sel
(derajat)
Jumlah
molekul
dalamunit sel
(n)
1 Aluminium 26,9 Kubik 4,04 = =
= 90o4
2 Paku 55,8 Kubik 2,86 = =
= 90o2
3 Zink 65,37 Kubik
a = b =
2,665.
c =
4,947
= =
= 90o2
4 Timah putih 118,6Tetragona
l
a = b =
5,82.
c = 3,17
= =
= 90o4
5CaCO3
(aragonit)100
Ortoromb
ik
a = 4,94
b = 7,94
c = 5,72
= =
= 90o4
6 KClO3 122,69 Monoklin
a = 4,65
b = 5,59
= =
109o 38
2
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
14/22
c = 7,09 = 141o
24
7CaCO3
(kalsit)100
Rombohe
dral6,36
= =
46o 6
= 266o
8
2
8K2Cr2O7 294 Triklin
a = 7,50
b = 7,18
c = 13,4
= 82o
= 96o
13
= 181o
8
4
3. Tabel volume unit sel dan massa jenis
No. SenyawaVolume unit
sel Vs
Massa jenis (
3)
Hasil
perhitungan
teoritis
Hasil dari
percobaan
1. Aluminium 65,94 0,025 3,05
2. Paku 23,4 0,086,16
3. Zink 35,13 0,047 6,92
4. Timah putih 107,37 0,0154 7,29
5.CaCO3
(aragonit)224,36 0,0074 2,93
6. KClO3 0,3 5,532,32
7.CaCO3
(Kalsit)
0,86 1,93 2,71
8. K2Cr2O7 3,4 X 10-19 4,88 X 1018 2,73
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
15/22
VI.
Perhitungan
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
16/22
VII.
Pembahasan
Struktur kristal adalah suatu susunan khas atom-atom dalam suatu
kristal.Suatu struktur kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulanatom yang
tersusun secara khusus, yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi
dalam suatukisi.Spasi antar sel unit dalam segala arah disebut parameter kisi
(Parker, 2010).
Praktikum ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana besaran-
besaran struktur kristal dapat dihubungkan dengan besaran-besaran yang
dapat diukur seperti massa jenis dan volume molar serta memperkenalkan
kepada praktikan berbagai macam sistem Kristal. Adapun bahan yang
digunakan yaitu logam Zink, logam Aluminium, Besi (paku) dan air (H2O)
(Staf Pengajar Kimia Fisik 1, 2013).
Dalam percobaan ini kami melakukan pengamatan terhadap logam
aluminium,logam zink, paku, dan batu kapur.
1. Pada aluminium
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari
aluminium dan diperoleh massanya yaitu 3,67 gram. Kemudian
memasukkan air kedalam gelas ukur dengan volume 6 ml. Setelah itu
memasukkan aluminium kedalam gelas ukur yang telah berisi air dan
menghitung pertambahan volume pada gelas ukur. Nilai dari pertambahan
volume tersebut merupakan volume dari aluminium tersebut dan diperoleh
volume dari aluminium tersebut yaitu 1,2 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1,
2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar65,94 cm3 dan nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis
sebesar 0,025 gram/cm3sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh
sebesar 3,05 gram/cm3. Hal ini menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang
sangat jauh antara hasil perhitungan teoritis dengan hasil dari percobaan
yang diperoleh setelah melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan
kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan praktikan (Staf
Pengajar, 2013).
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Atomhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kisi_Bravais&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kisi_Bravais&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Atomhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kristal -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
17/22
Aluminium tergolong dalam sistem kristal kubik. Pada sistem ini
nilai panjang sisi unit selnya yaitu 4.04 dan besar sudut sisi unit selnya
adalah = = = 90o. dan berikut ini gambar sistem Kristal kubik.
b
c
a
2. Pada Paku
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari Paku dan
diperoleh massanya yaitu 6,16 gram. Kemudian memasukkan air kedalam
gelas ukur dengan volume 8 ml. Setelah itu memasukkan Paku kedalam
gelas ukur yang telah berisi air dan menghitung pertambahan volume pada
gelas ukur. Nilai dari pertambahan volume tersebut merupakan volume
dari Paku tersebut dan diperoleh volume dari besi tersebut yaitu 1 ml (Staf
Pengajar Kimia Fisik 1, 2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar 23,4
cm3 dan nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis sebesar
0,08 gram/cm3 sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh sebesar
6,16 gram/cm3
. Hal ini menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang sangat
jauh antara hasil perhitungan teoritis dengan hasil dari percobaan yang
diperoleh setelah melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan kurangnya
ketelitian atau pemahaman yang dilakukan praktikan (Staf Pengajar,
2013).
Besi tergolong dalam sistem kristal kubik. Pada sistem ini nilai
panjang sisi unit selnya yaitu 2,86 dan besar sudut sisi unit selnya adalah
= = = 90
o.
dan berikut ini gambar sistem Kristal kubik.
http://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.png -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
18/22
b
a c
3.
Pada CaCO3
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari CaCO3
dan diperoleh massanya yaitu 2,16 gram. Kemudian memasukkan air
kedalam gelas ukur dengan volume 6 ml. Setelah itu memasukkan CaCO3
kedalam gelas ukur yang telah berisi air dan menghitung pertambahan
volume pada gelas ukur. Nilai dari pertambahan volume tersebut
merupakan volume dari CaCO3tersebut dan diperoleh volume dari CaCO3
tersebut yaitu 1,2 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1, 2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar
224,36 cm3 dan nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis
sebesar 0,047 gram/cm3sedangkan pada hasil percobaan yang di peroleh
sebesar 6,92 gram/cm3. Hal ini menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang
sangat jauh antara hasil perhitungan teoritis dengan hasil dari percobaan
yang diperoleh setelah melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan
kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan praktikan (Staf
Pengajar, 2013).
Bentuk sistem kristal pada batu kapur (CaCO3) kalsit adalah
rombohedral sedangkan pada (CaCO3) aragonit adalah ortorombik. Pada
sistem kristal pada batu kapur (CaCO3) kalsit nilai panjang sisi unit selnya
http://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.png -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
19/22
yaitu 6,36 dan besar sudut sisi unit selnya adalah = 46o6, = 46o6 dan
= 266o8. Dan berikut ini gambar sistem Kristal ortorombik.
b
c
4. Pada Logam Zink
Pada perlakuan ini pertama-tama menimbang massa dari logam
zink dan diperoleh massanya yaitu 9,69 gram. Kemudian memasukkan air
kedalam gelas ukur dengan volume 6 ml. Setelah itu memasukkan logam
zink kedalam gelas ukur yang telah berisi air dan menghitung pertambahan
volume pada gelas ukur. Nilai dari pertambahan volume tersebut
merupakan volume dari logam tersebut dan diperoleh volume dari CaCO3
tersebut yaitu 1,4 ml (Staf Pengajar Kimia Fisik 1, 2013).
Adapun nilai yang diperoleh pada volume unit selnya sebesar
35,13 cm3 dan nilai massa jenis setelah dilakukan perhitungan teoritis
sebesar 0,047 gram/cm3
sedangkan pada hasil percobaan yang di perolehsebesar 6,92 gram/cm3. Hal ini menyatakan bahwa terjadi perbedaan yang
sangat jauh antara hasil perhitungan teoritis dengan hasil dari percobaan
yang diperoleh setelah melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan
kurangnya ketelitian atau pemahaman yang dilakukan praktikan (Staf
Pengajar, 2013).
http://4.bp.blogspot.com/-7TgoZDwy0Bg/UMf0AlVe5zI/AAAAAAAABCg/DiD6FOdg8bw/s1600/orthorhombik.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-7TgoZDwy0Bg/UMf0AlVe5zI/AAAAAAAABCg/DiD6FOdg8bw/s1600/orthorhombik.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-7TgoZDwy0Bg/UMf0AlVe5zI/AAAAAAAABCg/DiD6FOdg8bw/s1600/orthorhombik.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-7TgoZDwy0Bg/UMf0AlVe5zI/AAAAAAAABCg/DiD6FOdg8bw/s1600/orthorhombik.png -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
20/22
Bentuk sistem kristal pada logam zink adalah kubik. Pada sistem
ini nilai panjang sisi unit selnya yaitu a = b = 2,6665, c = 4,947 dan besar
sudut sisi unit selnya adalah = = = 90o. dan berikut ini gambar sistem
Kristal kubik.
b
a c
Hubungan antara massa jenis () hasil perhitungan teoritis dan
volume unit sel (Vs) dapat ditunjukan melalui persamaan = m / Vs
dengan m sebagai massa. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa
massa jenis berbanding terbalik dengan volume unit sel. Semakin besar
volume unit sel semakin kecil massa jenisnya.
http://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.pnghttp://4.bp.blogspot.com/-Zwzf4A7ad7o/UMfzID90yUI/AAAAAAAABBg/U1--Iatx05I/s1600/Cubic.png -
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
21/22
VIII.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Besaran besaran yang digunakan pada percobaan ini adalah volume
molar (Vm), Volume unit sel (Vs) dan massa jenis ().
Vs = abc (1+ cos cos cos cos2 - cos2 - cos2 ) 12
Vm =
mol -1
=
gram cm3
2. Jenis jenis sistem kristal :
a.
Kubik
b. Heksagonal
c. Tetragonal
d. Orthorombik
e. Rombohedral
f. Monoklin
g.
Triklin
3.
Hubungan antara massa jenis () hasil perhitungan teoritis dan volumeunit sel (Vs) dapat ditunjukan melalui persamaan = m / Vs dengan m
sebagai massa. Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa massa jenis
berbanding terbalik dengan volume unit sel. Semakin besar volume unit
sel semakin kecil massa jenisnya.
-
7/21/2019 Tivan Laporan II.docx
22/22
DAFTAR PUSTAKA
Mondadori, Arlondo. (1977). Simons & Schusters Guide to Rocks andMinerals. Milan: Simons & Schusters Inc
Parker.S.P. (1988).Physical Chemistry. Jakarta: Erlangga
Pellant, Chris. (1992).Rocks and Minerals. London: Dorling Kindersley
Staf Pengajar Kimia Fisik1 (2013). Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1.
Palu: Universitas Tadulako