strategi komunikasi dalam penerapan kebijakan …
TRANSCRIPT
1
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN
TRANSPORTASI
(Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Dinas Perhubungan
Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta Dalam Penerapan Sistem Satu
Arah Di Kota Surakarta Tahun 2016)
Rizka Argi Putra
Sri Hastjarjo
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Traffic conditions in the city of Surakarta has increased every day, in 2014
calls more than 363 559 units of two-wheeled vehicles and 75 858 units of four-
wheel vehicles, as a result, created bottlenecks in some corner of the city that also
impact on accidents and things that are not desirable , according Directorate of
Land Transport (2007), the number of traffic casualties also rose an average of
10.62% per year, due to these conditions, Dishubkominfo Surakarta implement
policies one way system on several roads in the city of Surakarta, some stirring is
roads Dr. Radjiaman and road Slamet Riyadi, this implementation is not
necessarily with the emergence of groups of people, for that, Dishubkominfo
Surakarta, which develops communication strategies to apply once the turmoil,
the Protocol that emerged from the public
Dishubkominfos communication strategies in implementing the policy of
one-way system is to define or formulate a message that will be conveyed to the
public, then choose media that are considered effective to convey a message
communication system in one direction, then specify who should be targeted
audiences as well as the movement that is the goal of the communication strategy.
Advice given Dishubkominfo Surakarta is using the media to the fullest, friendly
and able to implement policies consistent with the objectives.
Keyword: Communication Strategy, One-Way Traffic, Dishubkominfo
2
Pendahuluan
Perubahan jaman dari masa ke masa memberikan berbagai perkembangan
dalam aspek kehidupan, baik itu perubahan dari segi personal, kebutuhan, sosial,
ekonomi, teknologi, hingga transportasi. Kehadiran alat transportasi modern
seperti sekarang ini memang memberikan banyak kemudahan dan juga kenyaman
kepada setiap orang yang memilikinya, dengan menggunakan kendaraan
bermotor, seeorang dapat menempuh perjalanan beberapa kilometer hanya dalam
beberapa menit saja, tidak seperti dulu ketika seseorang harus berjalan kaki,
sekarang hanya dengan tarikan gas, seseorang dapat dengan sesegera mungkin
sampai ke tempat tujuan, konsekuensi dari pemakaian kendaraan bermotor
hanyalah ketika si pengendara harus mengisi bahan bakar ketika habis, kemudian
membayar pajak sesuai aturan yang berlaku, juga melakukan perawatan-
perawatan sesuai dengan kondisi kendaraan.
Namun, dibalik kemudahaan yang diberikan oleh penggunaan kendaraan
bermotor ada beberapa hal yang muncul sebagai dampak buruk atas kondisi
tersebut, ketika semakin banyak orang membeli dan menggunakan kendaraan
pribadi, maka peningkatan volume kendaraan di jalan raya juga semakin
bertambah, akhirnya kepadatan kendaraan juga tidak bisa dihindari, tidak berhenti
pada potensi kemacetan saja, saat ini banyak pengendara kendaraan bermotor
yang cenderung tidak memiliki kedewasaan dalam berkendara, mereka berkendara
secara ugal-ugalan, melanggar tata tertib, melanggar rambu-rambu lalu lintas
hingga akhirnya terjadi kecelakaan yang sering berakibat pada jatuhnya korban
jiwa, entah itu roda dua atau roda empat, jika potensi kemacetan semakin
bertambah, dan berbanding lurus dengan sikap pengendara yang tidak memliki
empati dalam berkendara, maka semakin hari akan semakin banyak kecelakan
yang terjadi.
Pada dasarnya, jumlah kendaraan bermotor yang kian bertambah memang
merupakan hal yang tidak bisa dihindari, hal ini tentu saja dikarenakan aspek
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada masyarakat,
namun, potensi kemacetan dapat diatasi apabila diterapkan suatu sistem
3
transportasi yang benar dan efektif, tentu saja hal ini bergantung pada kebijakan
pemerintah kota dan juga dinas terkait, dalam hal ini Dinas Perhubungan yang
memang memiliki kendali penuh untuk melakukan rekayasa dalam mengatasi
masalah-masalah transportasi di setiap kota, seperti kota Surakarta misalnya,
dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kendaraan bermotor yang melintasi jalan
raya di Surakarta semakin meningkat volumenya, jumlah kendaraan yang
melintasi kota Surakarta semakin berkembang, baik itu kendaraan roda emat
maupun roda dua.
Dari data SATLANTAS Surakarta, pada tahun 2014 jumlah kendaraan
roda dua tercatat sebanyak 363.559 unit, sedangan untuk kendaraan roda empat
tercatat sebanyak 75.858 unit, kondisi ini berimbas pada kemacetan jalan
beberapa tahun terkahir sudah kita rasakan, apalagi pada titik tertentu serta jam
tertentu, kemacetan tidak dapat dihindari, misalnya pada simpang empat Baron,
kendaraan yang berlalu lalang dari empat arah membuat titik macet yang cukup
padat pada jam-jam tertentu, kemudian pada simpang tiga lampu merah Pajang,
hampir selalu terjadi penumpukan kemacetan pada lampu merah tersebut
hingga simpang tiga tugu lilin Pajang, kemudian bergeser ke utara dimana
bundaran Purwosari selalu padat dari arah timur dan selatan menuju arah barat,
kemacetan seperti ini dapat menimbulkan resiko kecelakaan apabila seorang
pengendara mengalami stress dan kelelahan karena kemacetan yang terjadi.
Bagaimanapun, keselamatan adalah hal yang paling utama dalam lalu lintas, 75%
kecelakaan lalu lintas terjadi di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia,
pada tahun 2004 organisasi kesehatan dunia (WHO) mengangkat tema “Road
Safety is No Accident”. Hal berdasar pada perkirakan bahwa pada tahun 2020,
kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab utama kematian nomor tiga
terbanyak di dunia setelah penyakit kanker dan stroke (Direktorat Keselamatan
Transportasi Darat, 2007). Di Indonesia, jumlah dan resiko kecelakaan lalu lintas
meningkat dari tahun ke tahun sejalan bertambahnya jumlah kendaraan yang
mencapai rata-rata pertumbuhan 10,62% per tahun.
4
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika adalah Dinas yang
memiliki wewenang dalam menerapkan kebijakan terkait masalah kemacetan
yang terjadi di Kota Surakarta, yang terbaru adalah kebijakan transportasi sistem
satu arah, pada 17 Maret 2016, sepanjang jalan Dr. Radjiman (membentang mulai
dari kawasan Pasar Klewer hingga Laweyan) sudah diterapkan kebijakan sistem
satu arah, seluruh kendaraan hanya boleh melintas dari ara timur (pasar Klewer)
ke barat (simpang tiga Pajang), dan kemudian pada bulan 13 September 2016
sistem satu arah juga diberlakukan dari arah simpang tiga Purwosari menuju arah
barat simpang empat Gendengan (yang bertarti sepanjang jalan Slamet Riyadi
menjadi satu arah pada pukul 06.00 WIB sampai 22.00 WIB.
Untuk menerapkan suatu kebijakan baru tentu saja bukan perkara mudah,
apalagi jalur lalu lintas yang diterapkan sistem satu arah adalah jalur yang
merupakan jalan protokol dan menjadi jalur akses keluar masuk Kota Surakarta
dari arah selatan dan barat (Sukoharjo), pada periode awal kebijakan sistem satu
arah ini diterapkan, banyak pengendara yang masih melanggar peraturan dengan
tetap menerobos jalur satu arah tersebut, selain itu, banyak juga konflik antara pro
dan kontra yang muncul dalam masyarakat ketika kebijakan sistem satu arah
tersebut diterapkan, banyak yang beranggapan bahwa dengan diterapkannya
kebijakan tersebut, ekonomi sisi kanan jalan menjadi melemah karena akses parkir
menjadi tidak diperbolehkan, kemudian juga dengan kondisi ketika para
pengendara lebih memilih menggunakan jalan kampung sebagai jalur alternatif
untuk menyingkat waktu demi menghindari sistem satu arah yang mengharuskan
para pengendara memutar ke arah timur untuk menuju jalan Slamet Riyadi.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, protes
yang muncul sebagai bentuk penolakan terhadap kebijakan manajemen rekayasa
lalu lintas dalam bentuk kebijakan system satu arah ini adalah hal yang biasa,
namun dapat kita lihat bahwa protes yang muncul hampir terjadi disetiap sudut
dimana kebijakan tersebut diterapkan, selain protes yang dilakukan lewat aksi dan
banner, beberapa kasus yang mucul adalah pelanggaran menerobos jalur satu arah
yang dilakukan oleh masyarakat luar Kota Solo yang dikarenakan tidak tahu
5
bahwa jalan tersebut telah berubah menjadi satu arah, salah satu warga, Nisa
mengaku belum mengetahui adanya pemberlakuan SSA ini. Dirinya pun harus
memutar lagi lewat Jalan Slamet Riyadi. “Tadi sudah belok tapi langsung dikasih
tahu petugas jika sudah satu arah,” tuturnya. (https://joglosemar.co/2016/03/hari-
pertama-sistem-satu-arah-warga-luar-solo-bingung.html)
Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta adalah
Dinas yang berwewenang dalam kebijakan system satu arah di Kota Surakarta,
suatu kebijakan, sebelum dilakukan penerapan pasti sudah melalui perencanaan
matang yang diawali dari survey terkait banyak hal, kemudian terkait berbagai
kemungkinan apabila kebijakan tersebut telah diterapkan, serta hal apapun yang
muncul sebagai dampak dari penerapan system satu arah tersebut, meskipun di
Kota Surakarta jalan dengan system satu arah bukan hal yang baru, namun
perubahan dari jalan dua arah menjadi jalan satu arah tentu saja akan
menimbulkan konflik terkait pelaksanaan dan penerapannya, baik itu dari
kalangan masyarakat yang terbiasa melewati jalan tersebut dengan dua arah,
kemudian harus memutar karena jalan menjadi satu arah.
Dari sudut pandang komunikasi, penelitian ini bertujuan untuk melihat
bagaimana Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Surakarta
melakukan penerapan kebijakan system satu arah, bagaimana Dishubkominfo
Kota Surakarta menyampaikan pesan terkait kebijakan baru tersebut
Perumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut, “Bagaimana Strategi Komunikasi Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informatika dalam Menerapkan Kebijakan
Transportasi Sistem Satu Arah di Kota Surakarta ?”.
6
Tujuan
Adapun tujuan penulis dalam melakukan penelitian sesuai dengan rumusan
masalah yang telah disebutkan di atas adalah “Untuk Mengetahui Strategi
Komunikasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dalam
Menerapkan Kebijakan Transportasi Sistem Satu Arah di Kota Surakarta”.
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi sederhananya merupakan proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan menggunakan suatu media dan tujuan
tertentu. Komunikasi menurut Carl I. Hovland seperti yang dikutip Onong
Uchjana Effendy adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka (2006: 10), dalam arti ini, kita bisa menarik garis besar bahwa proses
komunikasi memiliki satu tujuan untuk mempengaruhi orang yang menjadi
sasaran atau penerima pesan tersebut, dengan harapan setelah mereka
menerima pesan dari proses komunikasi, akan muncul perubahan perilaku
sesuai dengan tujuan dari pihak pengerim pesan.
Menurut Shanon yang dikutip oleh Zahra (2017: 83), “communication
is all ways in which one may mentally affect another's mind”, sedangkan
Smith juga dikutip oleh Zahra (2017: 87) “communication is the process of
transferring information, feelings, memory and work”
Rogers dan Kincaid juga menyampaikan definisi komunikasi yang
dikutip oleh Fajar (2009:32) bahwa komunikasi adalah proses dimana dua
orang atau lebih melakukan pertukaran informasi yang pada gilirannya akan
terjadi saling pengertian yang mendalam, begitu juga dengan Berelson dan
Steiner (Fajar, 2006:32) yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dengan menggunakan
simbol seperti kata, gambar serta simbol lainnya.
7
Komunikasi pada prosesnya dapat terjadi dalam dua tahap, Effendy
(2006: 11) mengatakan bahwa tahap dalam proses komunikasi adalah proses
secara primer, dan juga proses secara sekunder.
a. Proses Komunikasi secara Primer
Proses penyampain pesan dengan menggunakan symbol sebagai media,
dalam hal ini berarti pesan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan menggunakan lambing sebagai media penyampaianya, missal,
gambar, warna, bahasa, serta symbol lain yang mampu menyampaikan
pesan dengan penerimaan arti yang sama oleh komunikan sebagai
penerima pesan.
b. Proses Komunikasi secara Sekunder
Proses penyampaian pesan dengan menggunakan sarana media kedua
setelah lambing atau symbol sebagai media pertama, media kedua dalam
hal ini adalah alat, sarana, seperti televise, radio, surat kabar, internet, juga
media lain yang memungkinkan terjadinya proses komunikasi meskipun
terpaut antara jarak yang jauh serta waktu yang terbatas.
2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi sebagai alat menyampaikan pesan memiliki beberapa
fungsi dan tujuan dalam prosesnya, Harlod Lasswell mengemukakan bawha
komunikasi memiliki fungsi untuk mengontrol lingkungan, beradaptasi
dengan lingkungan dan juga melakukan transformasi warisan sosial pada
generasi penerus (Cangara, 2016:67).
Sedangkan menurut Effendy (2009:8),komunikasi memiliki
beberapa tujuan antara lain:
a) Perubahan Sosial, memberikan informasi kepada masyarakat dengan
tujuan untuk meciptakan suatu perubahan, baik itu perubahan pola
pikir dalam masyarakat tersebut.
b) Perubahan Sikap, memberikan informasi masyarakat agar dapat
merubah sikap terhadap suatu isu yang sedang terjadi dalam
masyarakat.
8
c) Perubahan Opini, memberikan informasi kepada masyarakat agar
tercipta perubahan opini ataupun persepsi dalam melihat suatu
peristiwa yang sedang terjadi dalam masyarakat.
d) Perubahan Perilaku, memberikan informasi agar tercipta perubahan
perilaku dari yang sebelumnya negatif menjadi positif.
3. Strategi Komunikasi
Menurut Efendi (2006: 32), strategi komunikasi merupakan paduan
dari perencanaan dan manajemen dalam aktivitas komunikasi untuk mencapai
sautu tujuan, dan untuk mencapai tujuan tersebut, strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dapat
dilakukan sewaktu-waktu sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada,
merumuskan suatu strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan
situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan dihadapi dimasa
depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini berarti
dapat ditempuh dengan beberapa cara dengan menggunakan komunikasi
secara sadar untuk menciptakan perubahan diri khalayak dengan mudah dan
cepat
Menurut Effendy dalam Arfian (2016; 19) strategi komunikasi
memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
a. To Secure Understanding yang berarti memastikan bahwa penerima pesan
mengerti dan memahami pesan yang dia terima
b. To Establish Acceptance yang berarti melakukaan pembinaan terhadap
khalayak ketika sudah dapat mengerti pesan yang mereka terima
c. To Motivate Action yang berarti memotivasi atau mendorong khalayak
untuk melakukan tindakan atau berperilaku sesuai dengan tujuan dari
strategi komunikasi.
Menurut Fajar (2009; 184-213) sautu proses komunikasi akan
berjalan dengan baik dan efektif apabila dirumuskan ke dalam suatu
strategi komunikasi yang benar dan tepat, beberapa rumusan strategi
komunikasi tersebut adala sebagai berikut :
9
a. Mengenal Khalayak
Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi,
maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan
khalayak terutama dalam pesan metode dan media. Untuk
menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator
harus mengerti dan memahami, pola pikir ( frame of reference ) dan
lapangan pengalaman (field of experince ) khalayak secara tepat dan
seksama meliputi :
2) Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri atas :
a) Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
b) Pengetahuan khalayak untuk menerima pesan – pesan lewat
media yang digunakan
c) Pengetahuan khalayak terutama pembendaharaan kata yang
digunakan
3) Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-
norma dalam kelompok dan masyarakat yang ada.
4) Situasi dimana kelompok itu berada.
b. Menyusun Pesan
Syarat – syarat perlu diperhatikan dalam menyusun pesan
yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu
membangkitkan “ perhatian”.
Ada rumus klasik dalam komunikasi yang digunaan agar
pesan yang disusun dapat menjadi efektif, rumus tersebut adalah
AIDDA.
1) Attention
Perhatian, pesan yang disusun harus mampu menarik perhatian
penerima pesan agar pesan dapat dicerna dan dimengerti dengan
baik.
10
2) Interest
Ketertarikan, pesan komunikasi harus mampu memunculkan
ketertarikan dari penerima pesan untuk mulai mencerna pesan
lebih dalam dan tertarik untuk melakukkannya.
3) Desire
Keinginan, setelah muncul ketertarikan, pesan juga harus bisa
menggugah penerima pesan supaya muncul rasa ingin untuk
melakukan apa yang ditujukan dalam pesan.
4) Decision
Keputusan, pesan harus bisa membuat komunikan akhrnya
memutuskan untuk melakukan apa yang ditujukan dalam pesan.
5) Action
Aksi, pesan mampu menggerakkan komunikan untuk melakukan
hal yang diinginkan sesuai dengan tujuan komuniksai.
c. Menetapkan Metode
Setelah mengidentifikasikan situasi dan kondisi khalayak serta
telah menyusun pesan sedemikian rupa, maka tahap selanjutnya
adalah memilih metode penyampaian yang sesuai. Pemilik metode ini
harus disesuaikan dengan bentuk pesan, keadaan khalayak, fasilitas
dan biaya.
1) Redundancy ( repetition )
Adalah mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang – ulang
pesan kepada khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang
dapat ditarik. Manfaat itu antara lain bahwa khalayak akan lebih
memperhatikan pesan itu, karena justru berkonsentrasi pada pesan
yang diulang – ulang, sehingga ia akan lebih banyak menarik
perhatian.
2) Canalizing
Untuk mempengaruhi khalayak haruslah lebih dahulu mengerti
tentang kerangka referensinya dan lapangan pengalaman dari
11
khalayak tersebut dan kemudian menyusun pesan dan metode
sesuai dengan itu.
3) Informatif
Dalam dunia komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan
yang bersifat informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang
bertujuan mempengaruhi khalayak dengan cara ( metode )
memberikan penerangan.
4) Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi khalayak dengan cara
membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya,
terutama perasaannya.
5) Metode Edukatif
Salah satu usaha untuk mempengaruhi khalayak dari suatu
pertanyaan umum yang dilontarkan, dapat diwujudkan dalam
bentuk pesan yang berisi: pendapat - pendapat, fakta - fakta, dan
pengalaman - pengalaman..
6) Cursive Method
Mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Dalam hal ini
khalayak dipaksa, tanpa perlu berfikir lebih banyak lagi, untuk
menerima gagasan - gagasan atau ide - ide yang dilontarkan, oleh
karena itu pesan dari komunikator ini selain pendapat - pendapat
juga berisi ancaman - ancaman. Metode kursif ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk peraturan - peraturan, perintah -
perintah, dan intimidasi - intimidasi dan untuk pelaksanaannya
yang lebih lancar, biasanya dibelakangnya berdiri kekuatan yang
cukup tangguh.
d. Penggunaan Media
Dalam komunikasi, terdapat dua jenis komunikasi, yaitu primer dan
sekunder. Yaitu melakukan komunikasi secara langsung dan juga
melakukan komunikasi secra tidak langsung, dalam hal ini berarti
menggunakan media.
12
4. Kebijakan Transportasi
Dalam transportasi, meningat kondisi bahwa jalan raya adalah
rawan terhadap berbagai kemungkinan, maka dibuatlah berbagai peraturan
dan kebijakan transportasi dalam bentuk kebijakan public yang bertujuan
untuk memberikan kenyamanan dan meningkatkan keselamatan di jalan raya,
Menurut Eyestone dalam Winarno (2002 : 20) definisi kebijakan publik
sebagai hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya. Sedangkan
menurut Anderson dalam Winarno (2002 : 20), definisi dari kebijakan publik
merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh
seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu
persoalan. Dalam hal ini maka yang dimaskud kebijakan transportasi adalah
menetapkan suatu perturan dalam suatu kota oleh pemerintah kota demi
menciptakan suatu kebaikan atau untuk menyelseaikan suatu permasalahan,
dalam penelitian ini, yang menjadi kebijakan transportasi adalah system satu
arah yang diterapkan oleh Dishubkominfo Kota Surakarta di Kota Surakarta,
dimana dalam penerapannya, dilakukan Manajemen dan Rekayasa Lalu
Lintas Baru sebagai upaya untuk menyelasaikan masalahn kemacetan dan
mengurangi angka kecelakaan di Kota Surakarta.
Sedangkan tujuan dari Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas ini
sendiri adalah untuk menciptkan kondisi lalu lintas yang lebih baik dan lebih
mengutamakan keselamatan para pengguna jalan, menurut UU No. 22 Tahun
2009 Pasal 93, Manajemen dan ekya Lalu Lintas dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam
rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran LLAJ.
5. Strategi Komunikasi Dalam Kebijakan Transportasi Kota Surakarta
Dalam penelitian ini, strategi komunikasi digunakan dalam penerapan
kebijakan public di Kota Surakarta, yaitu kebijakan system satu arah,
mengingat suatu kebijakan akan rawan mendapatkan sautu penolakan oleh
suatu kelompok tertentu, maka Dinas terkait, dalam hal ini Dishubkominfo
Kota Surakarta menggunakan strategi komunikasi mulai dari perencanaan dan
manajemen dalam penerapan kebijakan system satu arah di Kota Surakarta
13
6. Model Komunikasi Harlod Laswell
Strategi komunikasi pada dasarnya tidak berbeda dengan strategi lain
dimana membutuhkan teori untuk menelitinya, dan menurut Effendi
(1993:301), teori yang paling sesuai dan memadahi untuk mendukung
strategi komunikasi adalah teori yang dikemukakan oleh Harold Lasswell.
Harold Lasswell mengemukakan suatu pemikiran tentang komunikasi
yang dituangkan dalam jurnalnya The Communication of Ideas, Laswell
mengemukakan tentang unsur komunikasi yang mampu menjawab
pertanyaan tentang strategi komunikasi. dengan menjawab pertanyaan oleh
siapa ? apa ? melalui apa ? kepada siapa ? serta dengan pengaruh apa ?, lima
hal ini merupakan unsure komunikasi yang diterangkan oleh Laswell.
a. Who ?
Siapa komunikator yang mengeirimkan pesan komunikasi.
b. Says what ?
Pesan apa yang dikirimkan dalam proses komunikasi tersebut.
c. In with channel ?
Media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam proses
komunikasi tersebut.
d. To whom ?
Siapa yang sasaran atau penerima (komunikan) dalam proses komunikasi
tersebut.
e. With what effect ?
Pengaruh apa yang muncul atau terjadi setelah proses komunikasi
berlangsung dan pesan diterima oleh receiver.
Metodologi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,
menurut Sugiyono (2013:15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan, dengan menggunakan indepth interview, penulis
14
dapat memperoleh data yang mendalam dari informan yang menjadi subjek dari
penelitian. Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data penelitian mengenai
strategi komunikasi Dishubkominfo Kota Surakarta dalam upaya sosiaslisasi
kebijakan transportasi sistem satu arah Kota surakarta, dan yang menjadi informan
dalam penlitian adalah karyawan Dishubkominfo yang berperan secara aktif
dalam kegiatan tersebut.
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan sample yang menjadi subjek
penelitian yang memiliki ciri yang dapat diduga, dalam penelitian ini, populasi
yang digunakan adalah pegawai Dishubkominfo Kota Surakarta, dan juga
masyarakat serta komunitas yang terkait dengan proses sosialisasi kebijakan
sistem satu arah. Informan dalam penelitian kualitatif juga dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada kenyataan di lapangan (Sutopo,
2002; 55), untuk itu, demi memperoleh data yang lebih akurat dan mendalam,
peneliti menggunakan teknik purposive sampling dimana peneliti memilih
informan yang dianggap lebih berkredibilitas untuk memberikan data yang
berkualitas.
Penyajian data ini diperoleh melalui wawancara serta dokumentasi yang
merupakan pegawai Dishubkominfo serta masyarakat yang terlibat serta
mengamati dinamika di Kota Surakarta. Adapun validitas data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Dalam
penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan mengacu pada teknik analisis
interaktif oleh Miles dan Huberman, yaitu mereduksi data, kemudian menyajikan
data, hingga menyimpulkan data (Sutopo, 2002: 91)
Sajian dan Analisis Data
Di dalam melaksanakan penerapan kebijakan system satu arah (SSA) di
kota Surakarta, Dishubkominfo Kota Surakarta sevagai dinas yang menjadi salah
satu pembina jalan melakukan beberapa cara yang digunakan guna kelancaran
penerapan kebijakan sesuai dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan dapat memberikan dampak yang baik khususnya bagi masyarakat
kota Surakarta.
15
Dishubkominfo melakukan strategi dalam segi komunikasi sebagai bentuk
cara untuk menerapkan kebijakan pemerintah, dari hasil penelitian yang
didapatkan dari wawancara yang kepada informan yang telah disebutkan di atas,
strategi komunikasi yang dilakukan Dishubkominfo Kota Surakarta adalah terkait
dengan pesan yang disampaikan, kemudian media yang digunakan untuk
menyampaikan pesan, siapa yang menjadi penerima pesan, serta efek apa yang
diharapkan terjadi sebagai tujuan dari penerapan SSA tersebut.
1. Pesan
Yang menjadi pesan dari penerapan SSA adalah fakta bahwa kondisi lalu
lintas di Kota Surakarta saat ini sudah sangat padat dan rawan akan terjadinya
kecelakaan lalu lintas, meningkatnya volume kendaraan pibadi akan
berdampak pada terjadinya kemacetan serta rawan kecelakaan lalu lintas,
dengan menerapkan SSA, tidak ada lagi penumpukan kendaraan di simpang-
simpang tertentu, selain itu SSA adalah kondisi yang sesuai dengan kaedah
lalu lintas untuk system kota, dengan SSA, lalu lintas juga menjadi semakin
lancar serta dapat meminimalisir kecelakan, latar belakang tersebut yang
kemudian diangkat sebagai pesan dalam strategi komunikasi Dishubkominfo
dalam penerapan SSA.
2. Media
Dishubkominfo kota Surakarta menyampaikan pesan yang berisi himbauan
serta pemberitahuan bahwa beberapa ruas jalan di Surakarta akan
diberlakukan system satu arah, juga tentang latar belakang, manfaat serta
dasar hokum kenapa SSA diberlakukan, selain tentang pesan apa yang
disampaian, strategi komunikasi Dishubkominfo dalam penelitian ini juga
meneliti media apa saja yang digunakan Dishubkominfo dalam
menyampaikan pesan-pesan dalam penerapan SSA yang dilakukan pada
tahun 2016.
16
Sesuai dengan hasil yang diperoleh dari wawancara kepada beberapa
informan, diketahui bahwa Dishubkominfo menggunakan beberapa media
dalam menyampaikan pesan-pesan SSA, baik itu media cetak, media
elektronik seperti TV dan radio, serta media social yang mampu
menyampaikan pesan serta dapat menciptakan proses komunikasi dua arah
3. Target Audiens
Dishubkominfo kota Surakarta menyampaikan pesan tentang penerapan
SSA melalui berbagai media seperti media cetak seperti koran dan leaflet,
kemudia siaran radio, siaran TV local, kemudian sosialisasi langsung kepada
masyarakat, juga pemanfaatan media social yang seperti disampaikan oleh
bapak Ari Wibowo, digenjot secara intens, selain itu juga pemasangan rambu
yang bersifat memberikan perintah, ditambah dengan pemasangan banner
dibeberapa raus jalan yang dijaga langsung oleh petugas Dishubkominfo kota
Surakarta dimana para petugas tersebut selain menjaga juga memberikan
sosialisasi secara langsung kepada masyarakat yang mungkin belum paham
bahwa ruas jalan tersebut sudah berubah menjadi satu arah. Dengan media-
media tersebut di atas, Dishubkominfo menentukan siapa yang menjadi target
audiens dalam penyampaian pesan SSA di kota Surakarta.
4. Efek
Dishubkominfo mengangkat latar belakang diterapkannya system satu arah
pada beberapa ruas jalan di kota Surakarta sebagai pesan yang disampaikan
kepada masyarakat atau target audiens menggunakan beberapa media yang
sudah ditentukan, dalam penerapan SSA ini Dishubkominfo memiliki tujuan
menciptakan kondisi lalu lintas yang lebih bak di kota Surakarta.
17
Kesimpulan
Dalam menerapkan SSA, Dishubkominfo melakukan strategi komunikasi
yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi terhadap hasil setelah SSA
diterapkan, mengingat bahwa pada penerapan SSA juga muncul beberapa aksi
penolakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, khususnya
warga masyarakat Laweyan yang merupakan wilayah berdampak secara langsung
kebijakan SSA tersebut, kesimpulan dari strategi komunikasi yang dilakukan
Dishubkominfo Kota Surakarta dalam penerapan kebijakan Sistem Satu Arah
adalah sebagai berikut.
1. Dishubkominfo Kota Surakarta merumuskan Pesan dalam strategi
komunikasi dengan dasar latar belakang kebijakan SSA diterapkan, dalam hal
ini pesan yang disampaikan adalah bahwa dengan menerapkan kebijkan SSA,
system lalu lintas di kota Surakarta akan menjadi lebih efektif, dimana dalam
efektifitas tersebut dapat tercipta keamanan dan keselamat lalu lintas bagi
pengendara, dengan lalu lintas system satu arah, tidak ada lagi titik konflik
yang menciptakan resiko kecelakan bagi pengguna jalan, selain itu SSA juga
dapat mengurai kemacetan karena lalu lintas menjadi lancer, lebar jalan
menjadi bertambah meskipun secara fisik tidak berubah, dan lalu lintas
menggunakan system satu arah adalah bentuk system yang paling ideal untuk
tatanan suatu kota yang sesuai dengan norma dan kaidah lalu lintas.
2. Dishubkominfo Kota Surakarta menggunakan seluruh lini media yang
tersedia, baik media cetak, elektronik, media social serta media sambung rasa.
Dalam hal ini, media cetak yang digunakan adalah surat kabar Koran,
kemudian leaflet serta banner yang dipasang di beberapa titik dimana
diterapkan kebijakan SSA, untuk media elektronik, yang digunakan adalah
Radio, dengan melakukan siaran ke beberapa stasiun radio di Surakarta, pihak
Dishubkominfo Kota Surakarta melakukan sosialisasi dan menyampaikan
pesan terkait penerapan SSA kepada pendengar sekaligus melakukan sesi
tanya jawab secara interaktif, selain radio juga menggunakan TV dimana
bersama TATV dalam program Jagongan Sar Gede melakukan siaran
langsung serta memberikan sosialisasi kepada pemirsa terkait penerapan SSA
18
kota Surakarta, kemudian media socialdengan memberikan postingan baik
berupa digital poster maupu informasi apapun terkait SSA, melalui media
social juga dapat dilakukan komunikasi dua arah, dan media yang terakhir
adalah media sambung rasa, dimana Dishubkominfo kota Surakarta
mengundang atau mendatangi lapisan masyarakat untuk melakukan
sosialisasi, menyampaikan pesan, tujuan serta manfaat dari SSA kepada
masyarakat secara langsung, serta menggelar konferensi pers bersama para
wartawan di Kota Surakarta dan sekitar untuk memberikan informasi terkait
rencana dan pelaksanaan SSA di Kota Surakarta.
3. Dishubkominfo Kota Surakarta menetapkan kelompok masyarakat sebagai
target audiens dalam strategi komunikasi penerapan kebijakan SSA, yang
pertama dan utama adalah masyarakat yang berada dalam kawasan terdampak
SSA, yaitu masyarakat sekitar kawasan Laweyan, kemudian yang kedua
adalah masyarakat di luar daerah terdampak namun sering melintasi kawasan
SSA, baik yang berasal dari luar kota Surakarta maupu dalam Kota Surakarta
sendiri, namun sering melintasi kawasan SSA setiap harinya, dan yang ketiga
adalah masyarakat dari luar kawasan terdampak dan yang tidak melintasi
kawasan SSA, meskipun bukan dari kawasan terdampak dan tidak melintasi,
namun juga perlu mendapatkan informasi terkait penerapan kebijakan karena
selalu ada kemungkinan bahwa masyarakat tersebut suatu saat akan melintasi
kawasan SSA, dan dengan memperoleh informasi sebelumnya, maka
masyarakat menjadi paham dan tidak melakukan pelanggaran lalu lintas
dengan menerobos dan mematuhi kebijakan SSA pada kawasan yang sudah
ditetapkan.
4. Dishubkominfo Kota Surakarta memiliki tujuan yang berupa efek dari strategi
komunikasi berupa lancarnya penerapan SSA di kota Surakarta, pada
pelaksanaanya, muncul penolakan dalam penerapan SSA, kondisi ini
kemudian menjadi bahan evaluasi yang harus segera ditangani agar penerapan
kebijakan dapat diteruskan dengan baik, hasil dari evaluasi itu sendiri juga
dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penerapan kebijakan sejenis di
masa yang akan dating.
19
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas
maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Dishubkominfo Kota Surakarta
mengguakan strategi komunikasi yang dimulai dengan merumuskan pesan
komunikasi sesuai dengan latar belakang dan tujuan, kemudian media yang
digunakan, siapa yang menjadi sasaran atau target audiens, serta efek sebagai
tujuan dari strategi komunikasi tersebut. Namun pada pelaksanaannya muncul
beberapa penolakan dari kelompok masyarakat, dalam kondisi seperti ini
komunikasi intens dengan melakukan pendekatan yang tepat perlu dilakukan
supaya penolakan tersebut dapat mereda dan berbalik menjadi dukungan oleh
masyarakat.
2. Berdasarkan pembahasan dalam bab sebelumnya, Dishubkominfo Kota
Surakarta menggunakan beberapa media dalam strategi komunikasi penerapa
SSA di kota Surakarta, mugkin dengan menambahkan frekuensi serta
melebarkan jangkauan media dapat dilakukan untuk menjangkau lapisan
masyarakat yang mungkin juga tidak memiliki akses yang cukup dalam
memperoleh informasi tersebut, juga merujuk pada salah satu informan
penelitian yang mengatakan bahwa ada penurunan tingkat keramahan, dalam
hal ini oleh admin akun media social Dishubkominfo kota Surakarta, dalam
menerima saran dan kritikan yang disampaikan oleh lapisan masyarakat
melalui kolom komentar setiap postingan juga merupakan suatu titik lemah,
bawasanya dengan memberikan rasa nyaman baik itu secara langsung
maupun tertulis dapat memberikan suatu kelegaan kepada pembaca, terlebih
media social dapat diakses oleh siapa saja, ketika ada satu kalimat yang
kurang bisa diterima oleh salah satu masyarakat, kondisi ini memungkinkan
akun-akun lain untuk ikut memberikan komentar negative karena tanggapan
yang kurang bisa diterima.
20
Daftar Pustaka
Abzari, Zahra. (2017) The Role Of Harold Lasswell Communication Theory in
Librariant and Information Science. Internasional Journal
of Humanities Vol.4 No. 2 p. 82-94.
Adelia, Pratiwi. (2012) Strategi Komunikasi Direktorat Penyiaran Dalam
Menginformasikan Peraturan dan Kebijakan Proses Perizinan
Penyiaran. Universitas Indonesia.
Bungin, Burhan. (2002) Metode Penelitian Kualiatif. PT. Raja Grafindo: Persada.
Jakarta.
Cangara, Hafiled. (2016) Pengantar Ilmu Komunkasi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana. (1993) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Remaja
Karya. Bandung.
Effendy. Onong Uchjana. (2006) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung.
PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. (2009) Dimensi-Dimensi Komunkasi. Bandung.
PT. Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. (2009) Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Lim, Young Joon. (2015) Theorizing Strategic Communication in Parsimony from
the U.S. government perspective. International Journal of Pure
Communication Inquiry Volume 3 Issue 1, p. 1-15.
Meleong, J. Lexy. (2008) Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Oglesbly. Clarkson H. Hicks. R Gary. (1993) Teknik Jalan Raya Edisi Keempat.
Erlangga. Jakarta.
Sugiyono, (2013) Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Alfabeta. Bandung.
Sutopo, H. B. (2002) Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. Sebelas Maret
University Press.
21
Winarno, Budi. (2002) Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta. Media
Press.
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ Pasal 1
UU No. 22 Tahun 2009 Tentang LLAJ Pasal 93