sistem koloid okho

27
Sistem koloid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi ) dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm ), sehingga terkena efek Tyndall . Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan , namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi ). Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu , agar-agar , tinta , sampo , serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai sehari- hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya. Macam-macam koloid [sunting ] Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid: Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 27-Jun-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sistem koloid okho

Sistem koloidDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Susu adalah koloid teremulsi dari lemak susu dalam air

Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua

atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100

nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh

oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.

Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh

koloid yang dapat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid. Kimia

koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena kepentingannya.

Macam-macam koloid [sunting]

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya.

Beberapa jenis koloid:

Aerosol  yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut

aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol

padat (contoh: asap dan debu dalam udara).

Sol  Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol

detergen, cat dan tinta).

Page 2: Sistem koloid okho

Emulsi  Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling

melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).

Buih  Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat

pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).

Gel  sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).

Sifat-sifat Koloid [sunting]

Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini

disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John

Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.

Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari

dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem

koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-

partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,

partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu

(gerak acak/tidak beraturan). Jika diamati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat

bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan

gerak Brown.

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat

cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat hanya beroszillasi di tempat ( tidak

termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan

partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan

tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang

terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan

perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin

besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa

gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair

dengan zat padat (suspensi).

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar

energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari

Page 3: Sistem koloid okho

partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu

sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel

koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi

yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel.

Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.

(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya

koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara

kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.

Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang

tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring.

Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid

dan cairan akan berpisah.

Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus

listrik.

Page 4: Sistem koloid okho

Kimia - Makalah Koloid Lengkap

Ini adalah tugas makalah yang saya buat sewaktu saya kelas XI IPA untuk mencari

nilai KIMIA ,,,

Semoga bisa membantu :) 

Karya : Ni Luh Putu Mira Suantari

 

PENGERTIAN KOLOID

            Koloid atau Kolloid yang berasal dari kata Kolla (lem) dan Oid (seperti),

pertama kali ditemukan oleh Thomas Graham. Koloid adalah suatu bentuk

campuran “metastabil” (seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu

tertentu) yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar).

Koloid memiliki partikel-partikel zat yang berukuran sekitar 1-100 nm (10 -7 – 10-

5 cm) yang tersebar merata dalam zat lain.

Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi

No.Larutan

(Dispersi Molekuler)Koloid

(Dispersi Koloid)Suspensi

(Dispersi Kasar)

1 Memiliki 1 fase Memiliki 2 fase Memiliki 2 fase

2 Jernih Keruh Keruh

3 HomogenAntara homogen dan heterogen

Heterogen

4Memiliki diameter partikel < 1 nm

Memiliki diameter partikel 1 nm < d < 100 nm

Memiliki diameter partikel > 100 nm

5 Tidak dapat disaring

Tidak dapat disaring dengan penyaringan biasa, melainkan dengan penyaringan ultra

Dapat disaring dengan kertas saring biasa

6Tidak memisah jika didiamkan

Tidak memisahkan jika didiamkan

Memisah jika didiamkan

Page 5: Sistem koloid okho

PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID

Di dalam larutan koloid, secara umum terdapat 2 zat, yaitu :

-          Zat Pendispersi     : zat pelarut di dalam koloid (jumlahnya lebih banyak)

-          Zat Terdispersi      : zat yang terlarut di dalam koloid (jumlahnya lebih sedikit)

Berdasarkan fase zat terdispersi, koloid terbagi atas 3 bagian besar, yaitu :

-          Sol             : Sol adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase padat.

-          Emulsi       : Emulsi adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase cair.

-          Buih          : Buih adalah koloid dengan zat terdispersinya berfase gas.

Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih terbagi atas beberapa

jenis, yaitu :

1.      Sol

Koloid sol dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a.      Sol padat (padat-padat)

Sol padat adalah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat

fase padat.

Contoh : logam paduan, kaca berwarna, intan hitam, dan baja.

b.      Sol cair (padat-cair)

Sol cair atau disebut sol saja adalah jenis koloid dengan zat fase padat

terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat

pendispersi (medium) berfase cair.

Contoh : cat, tinta, dan kanji.

c.       Sol gas (padat-gas)

Sol gas (aerosol padat) adalah koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam

zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase padat dan zat pendispersi (medium)

berfase gas.

Contoh : asap dan debu.

2.      Emulsi

Koloid emulsi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

a.      Emulsi padat (cair-padat)

Emulsi padat (gel) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat

fase padat. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium)

berfase padat.

Page 6: Sistem koloid okho

Contoh : mentega, keju, jeli, dan mutiara.

b.      Emulsi cair (cair-cair)

Emulsi cair (emulsi) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat

fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium) berfase

cair.

Contoh : susu, minyak ikan, dan santan kelapa.

c.       Emulsi gas (cair-gas)

Emulsi gas (aerosol cair) adalah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam

zat fase gas. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat pendispersi (medium)

berfase gas.

Contoh : insektisida (semprot), kabut, danhair spray.

3.      Buih

Koloid buih dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a.      Buih padat (gas-padat)

Buih padat adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase

padat. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase

padat.

Contoh : busa pada jok mobil dan batu apung.

b.      Buih cair (gas-cair)

Buih cair (buih) adalah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase

cair. Artinya, zat terdispersi berfase gas dan zat pendispersi (medium) berfase cair.

Contoh : buih sabun, buih soda, dan krim kocok.

Page 7: Sistem koloid okho

TABEL PENGELOMPOKAN SISTEM KOLOID

No

.

Fase

Pendispersi

Fase

Terdispersi

Nama

KoloidContoh

1 Padat Padat Sol Padat

Tanah, kaca,

lumpur, paduan

logam, gelas

warna, intan hitam

2 Padat Cair Emulsi PadatMentega, agar-

agar, keju, jelly

3 Padat Gas Busa Padat

Batu apung, kasur

busa,

marshmallow,

karet busa,

Styrofoam

4 Cair Padat Sol

Cat, tinta, pudding,

tepung dalam air,

tanah liat

5 Cair Cair Emulsi

Air santan, susu,

mayones, lotion

wajah, krim tangan

6 Cair Gas Busa

Buih, busa sabun,

ombak, krim

kocok, busa bir,

putih telur yang

dikocok

7 Gas PadatAerosol

Padat

Debu di udara, gas

knalpot, asap,

virus di udara,

asap pembakaran

8 Gas Cair Aerosol Cair

Obat semprot,

kabut, hairspray di

udara, awan

Page 8: Sistem koloid okho

KOLOID EMULSI

Emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan zat

cair. Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu

suatu zat yang dapat tertarik oleh kedua zat cair.

Contoh :

§  Sabun untuk mengemulsikan minyak dan air

§  Kasein sebagai emulgator pada susu

 Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

-          Emulsi Gas

-          Emulsi Cair

-          Emulsi Padat

1.      Emulsi Gas

Emulsi gas (aerosol cair) adalah emulsi dalam medium pendispersi gas.

Aerosol cair memiliki sifat-sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown,

dan kestabilan dengan muatan partikel.

Contoh:

Dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-

partikel koloid dari sistem koloid kabut yang merupakan contoh efek Tyndall pada

aerosol cair.

2.      Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling

melarutkan, dapat juga disebut zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah

satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya adalah minyak (zat cair

non-polar).

Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu;

a.       Emulsi minyak dalam air

Contoh :

§  Susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air menjadi butiran minyak di

dalam air.

§  Santan

§  Lateks

§  Minyak ikan

b.      Emulsi air dalam minyak

Contoh ;

Page 9: Sistem koloid okho

§  Margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak menjadi butiran air

dalam minyak.

§  Mentega

§  Minyak rambut

§  Minyak bumi

Beberapa sifat emulsi yang penting :

~        Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemanasan, proses

sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi.

Contoh :

 Penggunaan proses demulsifikasi dengan penambahan elektrolit untuk

memisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format

(CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).

~        Pengenceran

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat

diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan

membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis

emulsi.

3.      Emulsi Padat

Emulsi Padat atau Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat,

dapat dianggap sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair.

Partikel-partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada

proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk

suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam

lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang

semi-padat dengan struktur gel.

Ada dua jenis gel, yaitu :

a.       Gel elastis

Gel elastis adalah gel yang memiliki ikatan partikel dengan gaya tarik-

menarik yang relatif tidak kuat, sehingga gel ini dapat berubah bentuk jika diberi

gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis

dapat dibuat dengan mendinginkan sol liofil yang cukup pekat.

Contoh :

§  Gelatin

§  Sabun

Page 10: Sistem koloid okho

b.      Gel non-elastis

Gel non-elastis adalah gel yang memiliki ikatan yang berupa ikatan kovalen

yang cukup kuat, sehingga gel ini tidak memiliki sifat elastis atau tidak akan

berubah jika diberi suatu gaya.

Contoh :

§  gel silikat yang dapat dibuat dengan reaksi kimia yaitu dengan menambahkan HCl

pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang

terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silikat.

Beberapa sifat gel yang penting adalah :

~        Hidrasi

Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya,

tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel

elastis dengan menambahkan zat cair.

~        Menggembung (swelling)

Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke

dalam zat cair. Sehingga volume gel akan bertambah dan menggembung.

~        Sineresis

Gel anorganik akan mengkerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut.

Proses ini disebut sineresis.

~        Tiksotropi

Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau

diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi.

Contoh:

§  Gel besi oksida

§  Perak oksida

Page 11: Sistem koloid okho

KOLOID BUIH

Buih adalah koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat

cair atau zat padat.

Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan menjadi dua,

yaitu:

-          Buih Cair

-          Buih Padat

1.      Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan

medium pendispersi zat cair. Fase terdispersi gas pada umumnya berupa udara

atau karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh

dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan

mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan.

Ukuran koloid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem

koloid umumnya, tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase

dimana zat pembuih teradsorpsi, ukuran koloid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair

memiliki struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat

cairnya, bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair

lebih dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hampir seperti bola. Jika

kurang dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

~        Struktur buih cair dapat berubah dengan waktu

-          Pemisahan medium pendispersi (zat cair) atau drainase, karena kerapatan gas

dan zat cair yang jauh berbeda.

-          Terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar

akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar.

-          Rusaknya film antara dua gelembung gas.

~        Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.

-          Bila gaya yang diberikan kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal

setelah gaya tersebut ditiadakan.

-          Jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan terjadi deformasi.

Contoh :

§  Buih hasil kocokan putih telur

Udara di sekitar putih telur akan teraduk dengan menggunakan zat pembuih,

yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri yang akan

Page 12: Sistem koloid okho

membentuk buih yang relatif stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan

mengembang.

§  Buih hasil akibat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,

aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan

membentuk buih dengan bantuan zat pembuih tersebut.

2.      Buih Padat

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan dengan

medium pendispersi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih

(surfaktan).

Contoh :

§  Roti

Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses

pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan

membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida untuk

membentuk buih padat.

§  Batu apung

Dari proses solidifikasi gelas vulkanik, maka terbentuklah batu apung.

§  Styrofoam

Styrofoam memiliki fase terdispersi berupa karbondioksida dan udara, serta

medium pendispersi berupa polistirena.

Page 13: Sistem koloid okho

KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB

Berdasarkan sifat koloid adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium

pendispersinya, terdapat 2 macam koloid yaitu :

1.      Koloid Liofil

Koloid Liofil merupakan koloid yang mengadsorpsi cairan sehingga terbentuk

selubung di sekeliling koloid atau disebut juga koloid yang partikel-partikel

terdispersinya menarik medium pendispersinya akibat adanya gaya Van der walls

atau ikatan Hidrogen. Koloid Liofil yang mediumnya air disebut dengan Koloid

Hidrofil.

Contoh :

§  Kanji

§  Agar-agar

§  Protein

2.      Koloid Loifob

Koloid Liofob merupakan koloid yang tidak mengadsorpsi cairan atau disebut

juga koloid yang partikel-partikel terdispersinya tidak menarik medium

pendispersinya. Koloid Liofob yang mediumnya air disebut dengan Koloid Hidrofob.

Contoh :

§  Sol sulfida

§  Sol logam

Page 14: Sistem koloid okho

PERBEDAAN KOLOID LIOFIL DENGAN KOLOID LIOFOB

No

.Sel Hidrofil Sel Hidrofob

1Biasanya terdiri atas zat

organik

Biasanya terdiri atas zat

anorganik

2Mempunyai muatan yang kecil

atau tidak bermuatan

Mempunyai muatan positif

atau negatif

3

Dapat bermigrasi ke anoda,

katoda atau tidak bermigrasi

sama sekali

Akan bergerak ke anoda atau

katoda, tergantung jenis

muatan partikelnya

4

Dapat dibuat langsung dengan

mencampurkan fase terdispersi

dengan medium

pendispersinya

(Umumnya dibuat dengan cara

dispersi)

Tidak dapat dibuat hanya

dengan mencampur fase

terdispersi dengan medium

pendispersinya

(Umumnya dibuat dengan cara

kondensasi)

5

Viskositas sol liofil lebih besar

dari viskositas medium

pendispersinya

(Kekentalan tinggi)

Viskositas sol  liofob hampir

sama dengan viskositas

medium pendispersinya

(Kekentalan rendah)

6

Partikel-partikel sol liofil

mengadsorpsi medium

pendispersinya.

Partikel-partikel sol liofob tidak

mengadsorpsi medium

pendispersinya

7

Tidak mudah digumpalkan

dengan penambahan elektrolit

(lebih stabil)

Mudah digumpalkan dengan

penambahan elektrolit (kurang

stabil)

8

Bersifat reversible yaitu sol

liofil yang telah menggumpal

dapat diubah kembali menjadi

sol dengan penambahan

medium pendispersinya

Bersifat irreversible yaitu sol

liofob yang telah menggumpal

tidak dapat diubah menjadi sol

9 Gerak Brown tidak jelas Gerak Brown terlihat jelas

10 Efek Tyndall kurang jelas Efek Tyndall jelas

Page 15: Sistem koloid okho

SIFAT-SIFAT KOLOID

1.      Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa

dimana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat

menghamburkan sinar ke segala jurusan.

Contoh :

§  Sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa menyebabkan langit

berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari.

§  Debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar yang masuk melalui celah kecil di

dalam rumah.

2.      Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara

terus menerus karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat

pendispersi. Gerak aktif yang terus menerus ini menyebabkan partikel koloid tidak

memisah jika didiamkan.

Contoh :

§  Bila seberkas sinar dipusatkan pada suatu dispersi koloid yang diamati dengan alat

ultra mikroskop maka akan tampak partikel koloid sebagai partikel-partikel yang

kecil yang memantulkan sinar dan bergerak acak.

3.      Dialisis

Pemurnian sistem koloid dari ion-ion pengganggu dengan mempergunakan

selaput semi permiabel. Dengan menempatkan koloid dalam selaput semi

permeabel yang dapat ditembus oleh ion-ion, tetapi tidak oleh partikel-partikel

koloid. Selaput semi permeabel yang telah diisi sistem koloid dimasukkan ke dalam

aliran air, sehingga ion-ion dalam sistem koloid akan menembus selaput semi

permeabel dan terbawa air, sedangkan pertikel koloid tertinggal dalam selaput semi

permeabel. Salah satu penerapan dialisis ditemukan dalam proses pencucian darah

yang disebut hemodialisis.

4.      Elektroforesis

Bila arus listrik dengan tegangan rendah dialirkan ke dalam disperse koloid,

maka partikel-partikel koloid bergerak menuju elektroda positif atau elektroda

negatifnya. Ini membuktikan bahwa partikel-partikel koloid dalam medium

pendispersinya bermuatan listrik.

5.      Adsorpsi

Page 16: Sistem koloid okho

Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid.

Setiap endapan yang terbentuk berkecenderungan untuk menarik ionnya sendiri

pada permukaan endapan.

Sifat Adsorpsi digunakan dalam proses :

~        Pemutihan gula tebu

~        Norit

~        Penjernihan air

Contoh :

§  Koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman

penyebab diare.

§  Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+sehingga menjadi bermuatan +. Adanya

muatan sesama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga

partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.

§  Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH-dalam larutan sehingga akan bermuatan -dan

tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.

6.      Koagulasi (Penggumpalan)

Koagulasi Koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang

muatannya berlawanan.

Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara :

a.      Cara Mekanik (Fisis)

Dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.

                                    Contoh :

§  Darah akan menggumpal jika dipanaskan

§  Agar-agar akan menggumpal jika didinginkan

b.      Cara Kimia

Dilakukan dengan penambahan elektrolit (asam, basa atau garam).

                                    Contoh :

§  Susu akan menggumpal jika ditambahkan dengan sirup masam.

§  Lumpur akan menggumpal jika ditambahkan tawas.

c.       Cara pencampuran 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan

Contoh:

§  Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang

bermuatan negatif.

Sifat koagulasi partikel koloid antara lain dapat kita amati pada proses

berikut ini :

Page 17: Sistem koloid okho

~        Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya (lateks), partikel karet dalam

lateks digumpalkan dengan menambah asam asetat, sehingga karet dapat

dipisahkan dari lateksnya.

~        Partikel lumpur dan tanah liat yang terkandung dalam ais sungai akan

mengendap bila berjumpa dengan air laut yang mengandung banyak elektrolit

sehingga terbentuklah delta di muara sungai.

~        Jika bagian tubuh kita mengalami luka, maka ion Al3+, atau Fe3+ segera

menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi

penggumpalan yang menutupi luka.

~        Pada proses penjernihan air ditambahkan tawas, Al2(SO4)3, yang menyediakan

ion Al3+ untuk mengendapkan partikel lumpur, sehingga air menjadi jernih.

Page 18: Sistem koloid okho

PEMBUATAN SISTEM KOLOID

1.      Cara Kondensasi

Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara

penggumpalan partikel yang sangat kecil.

Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.      Reaksi Pengendapan

Pembuatan sistem koloid dengan reaksi pengendapan dilakukan dengan

mencampurkan larutan elektrolit sehingga menghasilkan endapan.

Contoh :

AgNO3 + NaCl ―> AgCl(s) + NaNO3

b.      Reaksi Hidrolisis

Pembuatan sistem koloid dengan reaksi hidrolisis dilakukan dengan

mereaksikan suatu zat dengan air

Contoh :

AlCl3 + H2O ―> Al(OH)3(s) + HCl

c.       Reaksi Redoks

Pembuatan sistem koloid dapat terbentuk dari hasil redoks.

Contoh :

pada larutan emas (Emas formaldehid)

                  AuCL3 + HCOH ―> Au + HCl + HCOOH

d.      Reaksi Penggeseran

Contoh :

pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam larutan

H3AsO3encer pada suhu tertentu.

               2H3AsO3 + 3H2S ―> 6H2O + As2S3

e.      Reaksi Pergantian Pelarut

Contoh :

pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke

dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2.      Cara Dispersi

Page 19: Sistem koloid okho

Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan

memperkecil partikel suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid atau

disebut juga pemecahan partikel-partikel kasar menjadi koloid.

Memperkecil partikel ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.      Cara Mekanik

Pembuatan koloid dengan cara mekanik dilakukan dengan memperkecil

ukuran partikel suspensi dengan cara penggilingan zat padat, dengan

menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.

Contoh :

§  Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid dengan

kotoran air.

§  Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian

didispersikan dalam air.

§  Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada

penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang

menjadi sol.

§  Belerang dan urea digerus, ditambahkan air, lalu diaduk membentuk hidrosol

belerang.

§  Pati (amilum) digerus sampai halus, ditambah air, lalu diaduk membentuk hidrofil

pati.

b.      Cara Peptisasi

Pembuatan koloid dengan cara peptisasi dilakukan dengan menambahkan

ion sejenis atau dengan pemecah (pemeptisasi), sehingga partikel endapan akan

dipecah.

Contoh :

§  Sol Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCL3

§  Sol NiS dengan menambahkan H2S

§  Karet dipeptisasi oleh bensin

§  Agar-agar dipeptisasi oleh air

§  Endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3

c.       Cara Busur Bredia/Bredig

Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan

mencelupkan 2 kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga

kawat logam akan membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.

Contoh :

§  Sol platina, emas atau perak dibuat dengan cara mencelupkan elektrode logam ke

dalam medium pendispersi, misalnya air dengan potensial listrik tinggi.

Page 20: Sistem koloid okho

d.      Cara Ultrasonik

Pembuatan koloid dengan cara ultrasonik dilakukan dengan menghancurkan

butiran besar dengan ultrasonik (frekuensi > 20.000 Hz)

Page 21: Sistem koloid okho

CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

1.      Industri Makanan

Contoh :

§  Keju

§  Mentega

§  Susu

§  Saus salad

§  Jelly

§  Pudding

§  Mayonnaise

2.      Industri Kosmetika dan Perawatan Tubuh

Contoh :

§  Krim

§  Pasta gigi

§  Sabun

§  Parfum semprot

§  Lotion wajah

3.      Industri Cat

Contoh :

§  Cat

4.      Industri Kebutuhan Rumah Tangga

Contoh :

§  Sabun

§  Deterjen

5.      Industri Pertanian

Contoh :

§  Peptisida

§  Insektisida

6.      Industri Farmasi

Contoh :

§  Minyak ikan

§  Pensilin untuk suntikan

Page 22: Sistem koloid okho

PERANAN KOLOID

Beberapa kegunaan koloid adalah sebagai berikut :

1. Industri Kosmetika

a.       Bahan kosmetika seperti foundation, finishing cream dan deodorant berbentuk

koloid dan umumnya sebagai emulsi yang berperan sebagai sarana kecantikan.

2.      Industri Makanan

a.       Susu merupakan koloid yang tergolong emulsi dan berperan untuk kesehatan

tubuh manusia.

b.      Mentega merupakan koloid yang tergolong emulsi padat dan berperan sebagai

pengganti minyak dalam memasak.

3. Industri Tekstil

a.       Pada proses pencelupan bahan (untuk pewarnaan) yang kurang baik daya

serapnya terhadap zat warna dapat menggunakan zat warna koloid karena memiliki

daya serap yang tinggi sehingga melekat pada tekstil.

4. Industri Kebutuhan Rumah Tangga

a.       Detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran

(minyak) dengan air sehingga dapat membersihkan kotoran pada tubuh dan

pakaian.

b.      Sabut sebagai zat pengemulsi untuk menghilangkan zat pengotor yang tidak

bercampur dengan air.

5. Kelestarian Lingkungan

a.       Untuk mengurangi polusi udara yang disebabkan oleh pabrik-pabrik, digunakan

suatu alat yang disebut cotrell. Alat ini berfungsi untuk menyerap partikel-partikel

koloid yang terdapat dalam gas buangan yang keluar dari cerobong asap pabrik.

b.      Pada penjernihan air digunakan aluminium sulfat untuk mengkoagulasi zat

pengotor dalam air.

6.      Bidang Kesehatan

a.       Prinsip dialisis (salah satu sifat koloid) digunakan untuk membantu pasien gagal

ginjal.

Page 23: Sistem koloid okho

APLIKASI KOLOID

1.      Industri Makanan

a.       Pemutihan Gula

Pemutihan gula merupakan aplikasi dari sistem koloid yaitu penggunaan sifat

adsorpsi. Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan dengan melarutkan gula

ke dalam air. Larutan ini kemudian dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae

atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna zat warna dari gula tebu

sehingga gula dapat berwarna putih.

2.      Industri Kosmetika

a.       Deodorant

Deodorant mengandung aluminium klorida untuk mengkoagulasikan

(mengendapkan) protein dalam keringat. Endapan protein ini dapat menghalangi

kerja kelenjar keringat sehingga keringat dan protein yang dihasilkan berkurang.

3.      Industri Rumah Tangga

a.       Bahan Pencuci

Sabun sebagai pembersih karena dapat mengemulsi minyak dalam air.

Sabun dalam air tenon menjadi Na dan ion asam lemak. Kepala asam lemak yang

bermuatan negatif larut dalam air, sedangkan ekornya larut dalam minyak. Hal ini

menyebabkan tetesan minyak larut dalam air.

4.      Industri

a.       Kromatografi

Kromatografi adalah metode pemisahan campuran dengan menggunakan

bahan pengadsorpsi, misalnya kertas kromatografi, pati dan aluminium oksida

untuk kromatografi kolom. Zat-zat organik yang dapat dipisahkan dengan

menggunakan metode kromatografi di antaranya adalah asam amino, protein,

lemak, karbohidrat, vitamin dan hormon.

b.      Lateks

Lateks adalah koloid karet dalam air, berupa sol bermuatan negatif. Bila

ditambah ion positif, lateks menggumpal dan dapat dibentuk sesuai cetakan.

5.      Bidang Kesehatan

a.       Penggumpalan Darah

Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika

terjadi luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang

mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di

protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah

dilakukan.

b.      Karbon Aktif

Page 24: Sistem koloid okho

Karbon aktif merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi.

Karbon aktif digunakan untuk menyerap zat warna, bau, gas karbon dioksida (CO2),

gas karbon monoksida (CO), H2O dan racun. Karbon aktif ini dibuat dengan

memanaskan arang sehingga terbentuk arang yang sangat berpori. Karbon aktif

digunakan misalnya untuk masker gas, proses penjernihan air, filter rokok dan norit

sebagai obat penetral racun.

c.       Cuci Darah dengan Dialisis

Darah merupakan suatu sistem koloid. Darah yang mengandung sisa

metabolisme seperti kreatinin, asam ureat, vitamin berlebih, obat-obatan dan

hormon kemudian disaring oleh ginjal. Pada orang yang menderita kerusakan ginjal

atau gagal ginjal, sisa-sisa metabolisme ini tidak dapat disaring oleh ginjal sehingga

dapat meracuni tubuh. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal dicuci darahnya dengan

menggunakan alat dialisis yang memiliki membran semipermeabel. Membran

semipermeabel ini memisahkan darah kotor dengan larutan dialisat yang

konsentrasinya lebih rendah dibandingkan dengan darah. Sehingga sisa-sisa

metabolisme dapat melewati pori-pori membran, sedangkan sel-sel darah dan zat

yang masih berguna dan elektrolit yang partikelnya lebih besar tidak dapat

melewati membran dan dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien.

6.      Industri Tekstil

a.       Pencelupan Tekstil

Pencelupan tekstil merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat

adsorpsi. Pada pencelupan tekstil ini digunakan koloid yang dapat mempercepat

pemberian warna. Koloid yang digunakan adalah dengan mencampurkan Al2(SO4)

dengan Na2CO3 sehingga membentuk koloid Al(OH)3. Gas CO2 yang berasal dari

Na2CO3 membentuk gelembung yang mengelilingi Al(OH)3 sehingga permukaannya

menjadi berpori, akibatnya dapat menyerap zat warna.

7.      Bidang Lingkungan

a.       Penjernihan Air

Penjernihan air merupakan aplikasi koloid yaitu penggunaan sifat adsorpsi.

Pada penjernihan air, digunakan tawas yang memiliki rumus kimia KAl(SO4)2 yang

dalam air terhidrasi menjadi koloid Al(OH)3. Koloid Al(OH)3 ini mampu menyerap zat

warna dan pestisida.

b.      Pemurnian Air Laut

Pemurnian air laut merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan sifat

dialisis. Pemurnian air laut dengan menggunakan membran semipermeabel ini

menggunakan metode osmosis terbalik. (reserve osmosis). Osmosis adalah

pergerakan molekul air dari larutan dengan konsentrasi rendah ke larutan yang

Page 25: Sistem koloid okho

konsentrasinya lebih tinggi. Dengan memberikan tekanan yang lebih tinggi pada

larutan yang lebih pekat dibandingkan tekanan osmosisnya, maka gerakan molekul

air akan terbalik.

c.       Pengelolaan Lumpur Aktif

Pengelolaan lumpur aktif merupakan aplikasi sistem koloid yaitu penggunaan

sifat koagulasi. Pengelolaan air limbah dengan metode lumpur aktif ini

menggunakan koagulan PAX (polialuminium klorida) Al13O4(OH)24(H2O)12 yang

menghasilkan Al(OH)3.

d.      Pembentukan Delta di Muara Sungai

Pembentukan delta di muara sungai merupakan aplikasi sistem koloid yaitu

penggunaan sifat koagulasi. Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir

dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion

Na+, Mg+2, dan Ca+2yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka

ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga,

terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

e.       Pengambilan Endapan Pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali

mengandung zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan

pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang

bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.