revisi her pene 18 feb 14 isi
DESCRIPTION
penelitian ikmTRANSCRIPT
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Pada tahun 2010, 8,8 juta orang
menderita tuberkulosis, jumlah terbesar sebanyak 60% kasus baru terjadi di Asia. Dari jumlah
tersebut, 1,4 juta meninggal dengan lebih dari 95% kematian akibat tuberkulosis paru terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut data World Health Organization
(WHO), di Asia Tenggara terdapat sekitar 3,5 juta insiden pada tahun 2010. Jumlah tersebut
merupakan 40 persen dari total kasus global. Dan 5 dari 11 negara di kawasan Asia Tenggara
tersebut merupakan 22 negara dengan angka kejadian tertinggi di dunia.1,2,3
Jumlah penderita tuberkulosis paru Indonesia sekarang berada pada ranking kelima
dunia . Estimasi prevalensi tuberkulosis semua kasus adalah sebesar 660.000 (WHO, 2010)
dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat
tuberkulosis diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya.4
Di Kecamatan Mauk tahun 2011 didapatkan jumlah penderita tuberkulosis paru tiap
bulannya sekitar 6 orang. Hingga Agustus 2012 didapatkan, peningkatan rata-rata penderita
tuberkulosis paru per bulan dari 6 orang menjadi 9 orang. Hal ini cukup mengkhawatirkan
karena jika terus berlangsung maka nantinya pada akhir tahun 2012 akan terjadi peningkatan
jumlah penderita tuberkulosis paru dibandingkan tahun sebelumnya. 5
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 1
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Peningkatan jumlah penderita tuberkulosis paru dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang diduga memiliki hubungan antara lain
pengetahuan, sikap dan perilaku penderita tuberkulosis paru itu sendiri sebagai sumber
penularan. Hal ini sesuai dengan pengamatan penulis terhadap penderita tuberkulosis paru di
Puskesmas Kecamatan Mauk serta wawancara dengan staf Puskesmas, dimana pada
kenyataannya masih relatif banyak penderita tuberkulosis paru tersebut yang memiliki
pengetahuan, sikap maupun perilaku yang kurang. Namun data mengenai hal tersebut di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk belum ada. Berdasarkan hal tersebut, penulis
ingin mencari tahu bagaimana sebenarnya gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk.
I. 2. Perumusan Masalah
I. 2.1. Pernyataan Masalah
Meningkatnya jumlah penderita tuberkulosis paru per bulan di Puskesmas Kecamatan
Mauk.
I. 2. 2. Pertanyaan masalah
1. Bagaimana gambaran pengetahuan secara keseluruhan mengenai penyakit
tuberkulosis paru (tentang gejala dan cara penularan, pengobatan, pencegahan
penularan tuberkulosis paru, rumah sehat serta penyuluhan) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Mauk?
2. Bagaimana gambaran sikap secara keseluruhan mengenai penyakit tuberkulosis
paru (tentang pengobatan, pencegahan penularan tuberkulosis paru, rumah sehat
serta penyuluhan) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk?
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 2
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
3. Bagaimana gambaran perilaku secara keseluruhan mengenai penyakit
tuberkulosis paru (tentang pengobatan, pencegahan penularan tuberkulosis paru,
rumah sehat serta penyuluhan) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk?
4. Dari ketiga faktor tersebut (pengetahuan, sikap dan perilaku), mana yang
menjadi faktor dominan yang berperan terhadap peningkatan jumlah penderita
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk?
I. 3. Tujuan
1. 3. 1. Tujuan Umum :
Dihilangkannya peningkatan jumlah penderita tuberkulosis paru per bulannya di
Puskesmas Kecamatan Mauk.
1. 3. 2. Tujuan Khusus :
1. Diketahuinya gambaran pengetahuan secara keseluruhan mengenai penyakit
tuberkulosis paru (tentang gejala dan cara penularan, pengobatan, pencegahan
penularan tuberkulosis paru, rumah sehat serta penyuluhan) di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Mauk.
2. Diketahuinya gambaran sikap secara keseluruhan mengenai penyakit
tuberkulosis paru (tentang pengobatan, pencegahan penularan tuberkulosis paru,
rumah sehat serta penyuluhan) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk.
3. Diketahuinya gambaran perilaku secara keseluruhan mengenai penyakit
tuberkulosis paru (tentang pengobatan, pencegahan penularan tuberkulosis paru,
rumah sehat serta penyuluhan) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 3
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
4. Diketahuinya faktor dominan yang berperan terhadap peningkatan jumlah
penderita tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk dilihat
dari ketiga faktor tersebut (pengetahuan, sikap dan perilaku).
I. 4. Manfaat Penelitian
I. 4. 1. Bagi Responden :
Memberi tambahan informasi mengenai masalah pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap tuberkulosis paru di Kecamatan Mauk dengan memberikan
penyuluhan perorangan.
I. 4. 2. Bagi Masyarakat :
Memberi informasi bagi masyarakat mengenai masalah pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap tuberkulosis paru.
I. 4. 2. Bagi Puskesmas Kecamatan Mauk
Dapat mengevaluasi pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap
tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat dalam rangka mencegah peningkatan jumlah
penderita tuberkulosis paru.
I. 4. 3. Bagi Peneliti :
Mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
Menambah wawasan berkaitan dengan bidang yang diteliti.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 4
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Tuberkulosis Paru
II. 1. 1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) yang menyerang paru.6
II. 1. 2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman berbentuk batang. Sebagian
besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman ini juga dapat tahan hidup pada udara
kering maupun dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman. Sifat
lain kuman ini adalah aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.1
II. 1. 3. Cara Penularan
Proses terjadinya infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis biasanya terjadi
secara inhalasi, sehingga tuberkulosis paru merupakan manifestasi klinis yang paling
sering dibanding organ lainnya. Penularan sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuclei ketika pasien batuk, atau dari basil yang terbawa angin
dari ludah penderita tuberkulosis khususnya dari pasien tuberkulosis paru dengan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 5
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
basil tahan asam (BTA) positif. Pada tuberkulosis kulit atau jaringan lunak penularan
bisa melalui inokulasi langsung.1
II. 1. 4. Patofisiologi tuberkulosis paru
Penularan tuberkulosis paru dapat terjadi karena penderita batuk ataupun
bersin, sehingga bakteri keluar menjadi droplet nuclei di udara sekitar kita. Partikel
infeksi ini dapat bertahan di udara bebas selama 1 – 2 jam, tergantung dari kondisi
lingkungan seperti adanya paparan sinar ultra violet yang cukup, adanya ventilasi
yang cukup, dan kelembaban udara yang baik. Dalam suasana yang gelap, ventilasi
yang buruk, dan lembab, bakteri tuberkulosis dapat bertahan selama berhari-hari,
bahkan sampai berbulan-bulan. Apabila droplet terhisap oleh orang yang sehat,
partikel ini akan menempel pada saluran pernapasan ataupun jaringan paru. Apabila
partikel ini masuk ke dalam alveolar, maka tubuh akan merespon. Pertama-tama
kuman akan dihadapi oleh neutrofil, kemudian dilanjutkan dengan makrofag. Dalam
keadaan sehat, partikel infeksi ini akan mati dan dibersihkan oleh makrofag, keluar
melalui cabang trakeobronkial dengan bantuan gerakan silia.1
Bila bakteri menetap dalam jaringan paru, bakteri akan berkembang biak di
dalam sitoplasma makrofag. Bakteri mudah masuk ke dalam sitoplasma makrofag,
dikarenakan adanya lapisan lipid pada dinding sel bakteri tuberkulosis yang disenangi
oleh makrofag. Bakteri yang menetap di jaringan paru, akan berbentuk seperti sarang
yang disebut sarang Ghon. Bila menjalar ke pleura maka akan terjadi efusi pleura.
Bakteri dapat juga masuk ke dalam jaringan gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring
dan kulit, dan terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 6
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, dan tulang. Bila bakteri
masuk ke arteri pulmonalis, maka akan menjalar ke seluruh bagian paru menjadi
tuberkulosis milier. Dari sarang Gohn, akan menimbulkan peradangan saluran getah
bening dan diikuti pembesaran kelenjar getah bening. Proses ini memakan waktu
sekitar 3-8 minggu. Proses ini selanjutnya dapat menjadi sembuh sama sekali tanpa
meninggalkan cacat, sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas, serta berkomplikasi
dan menyebar.1
II. 1. 5. Manifestasi Klinis
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah ditemukan tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
a. Demam
Demam biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
panas badan dapat mencapai 40-410C. Demam terjadi hilang timbul dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b. Batuk / batuk darah
Batuk terjadi karena terdapat iritasi pada bronkus dan diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
Keadaan yang lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Pada kasus yang ringan, sesak napas belum dirasakan. Sesak napas baru ditemukan
pada penyakit lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 7
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
d. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan dan baru terjadi jika inflitrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, penurunan berat badan, sakit
kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan lain-lain. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur. 1
II. 1. 6. Faktor Risiko dan Patofisiologinya
Beberapa faktor risiko kejadian tuberkulosis paru, antara lain:
II. 1. 6. 1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia. Pengetahuan merupakan modal yang sangat penting dalam terbentuknya
sikap maupun perilaku seseorang.7
Notoadmojo (2007) dalam bukunya menyebutkan adanya indikator-indikator
yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap
kesehatan antara lain:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 8
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Meliputi penyebab penyakit, gejala atau tanda penyakit, cara pengobatan,
kemana mencari pengobatan, cara pencegahan termasuk imunisasi, dsb.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan
Meliputi olahraga bagi kesehatan, menghindari minuman keras, narkoba,
pentingnya istirahat cukup, rekreasi, dsb.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
Meliputi manfaat air bersih, akibat polusi bagi kesehatan, manfaat
pencahayaan dalam rumah. 7
Pengetahuan seseorang secara keseluruhan terhadap suatu penyakit juga
meliputi semua bagian yang telah disebutkan di atas, antara lain pengetahuan
mengenai gejala dan cara penularan suatu penyakit, pengobatan, pencegahan, upaya
pemeliharaan kesehatan salah satunya dengan penyuluhan, upaya kesehatan
lingkungan misalnya melalui rumah sehat. 7
Pengetahuan mengenai gejala dan cara penularan penting diketahui oleh setiap
penderita tuberkulosis paru. Penderita tuberkulosis paru biasanya mengalami keluhan
batuk berdahak lebih dari 3 minggu, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari saat istirahat
ataupun demam meriang lebih dari 1 bulan. Kurangnya pengetahuan mengenai gejala
awal penyakit tuberkulosis paru menyebabkan tertundanya seorang penderita mencari
pengobatan untuk mencegah penyebaran penyakitnya lebih lanjut sehingga
menyebabkan peningkatan angka penderita tuberkulosis paru. Penyakit tuberkulosis
paru sendiri menular melalui udara. Kurangnya pengetahuan mengenai cara penularan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 9
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
tuberkulosis paru akan meningkatkan kemungkinan terinfeksi tuberkulosis paru yang
akhirnya akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 7, 8
Pengobatan tuberkulosis paru bertujuan untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan
mencegah resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan
perlu dilakukan secara teratur minimal dalam waktu 6 bulan. Untuk meningkatkan
kepatuhan berobat penderita tuberkulosis paru, diperlukan Pengawas Minum Obat
(PMO) yaitu petugas kesehatan atau orang terdekat yang mengawasi keteraturan
minum obat penderita tuberkulosis paru. Kurangnya pengetahuan mengenai PMO dan
pengobatan tuberkulosis paru akan mengurangi kepatuhan pasien dalam berobat yang
dapat mengakibatkan terjadinya kekambuhan, resistensi kuman terhadap OAT yang
akhirnya meningkatkan kemungkinan terinfeksi tuberkulosis paru dan meningkatkan
angka kejadian tuberkulosis paru. 6
Pengetahuan mengenai pencegahan tuberkulosis paru diperlukan bagi
penderita tuberkulosis paru maupun masyarakat sekitar. Saat ini, tersedia imunisasi
Bacillus Calmette Guerin (BCG) yang dapat membantu mengurangi tingkat
keparahan tuberkulosis paru. Kurangnya pengetahuan seseorang mengenai imunisasi
BCG akan mengakibatkan orang tersebut tidak menerima imunisasi yang
mengakibatkan terjadinya tingkat keparahan yang serius pada dirinya jika ia terinfeksi
oleh bakteri tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru menular melalui udara yang
dikeluarkan oleh penderita tuberkulosis paru ketika batuk, bersin atau membuang
dahak. Untuk mencegah terjadinya penularan dari satu ke orang lain diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai pencegahan penularan tuberkulosis paru, seperti
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 10
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
menutup mulut ketika batuk serta tidak membuang dahak di sembarang tempat yang
dapat menurunkan angka kejadian tuberkulosis paru. 9, 10
Rumah sehat dapat memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Ventilasi rumah berfungsi untuk mengeluarkan udara yang tercemar
(bakteri, CO2) di dalam rumah dan menggantinya dengan udara yang segar dan bersih
atau untuk tempat masuknya cahaya ultra violet. Ventilasi yang kurang dapat
menyebabkan cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah mengakibatkan
meningkatnya kelembaban, sehingga kuman tuberkulosis paru akan tumbuh dengan
baik dan dapat menginfeksi penghuni rumah. Pencahayaan yang baik juga sangat
diperlukan. Masuknya sinar matahari ke dalam ruangan dapat mematikan kuman
tuberkulosis paru dalam waktu 6-8 jam. Kuman tersebut dapat hidup 2-7 hari dalam
ruang dengan penerangan kurang, bahkan berbulan-bulan pada ruangan gelap.
Kurangnya pengetahuan mengenai rumah sehat yaitu mengenai fungsi ventilasi dan
cahaya matahari yang masuk ke rumah merupakan faktor risiko yang berhubungan
dengan meningkatnya angka tuberkulosis paru. 11, 12
Pengetahuan mengenai penyuluhan diperlukan oleh penderita tuberkulosis
paru maupun masyarakat. Penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis paru
merupakan bagian dari promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis
paru. Penyuluhan dapat secara langsung oleh tenaga kesehatan termasuk para kader
dan PMO maupun tidak langsung melalui media massa. Penyuluhan ditujukan kepada
penderita tuberkulosis paru maupun masyarakat sekitar untuk meningkatkan
pengetahuan penderita agar dapat menjaga kesehatan dan mencegah penularan dan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 11
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
masyarakat supaya terhindar dari penularan tuberkulosis paru. Kurangnya
pengetahuan mengenai keberadaan dan fungsi penyuluhan mengakibatkan rendahnya
pengetahuan maupun perilaku masyarakat mengenai tuberkulosis paru yang akan
meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru.13
II. 1. 6. 2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.7
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya menilai
atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu
indikator untuk sikap kesehatan(dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk
penyakit) juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda-tanda
penyakit, penderita penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara
pencegahan penyakit, pengobatan, dan sebagainya.
b. Sikap cara pemilihan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara pemeliharaan dan cara-
cara berperilaku hidup sehat.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap kesehatan lingkungan, termasuk
lingkungan tempat tinggalnya.7
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 12
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Sikap seseorang secara keseluruhan terhadap suatu penyakit juga meliputi
semua bagian yang telah disebutkan di atas, antara lain sikap terhadap pengobatan,
pencegahan suatu penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan salah satunya dengan
penyuluhan, upaya kesehatan lingkungan misalnya melalui rumah sehat. 7
Sikap mengenai pengobatan penting bagi penderita tuberkulosis paru. Dengan
pengetahuan yang cukup mengenai lamanya pengobatan tuberkulosis dan pentingnya
keteraturan berobat maka seseorang dapat menentukan sikapnya terhadap pengobatan.
Pendapat seseorang mengenai pentingnya PMO yang mempengaruhi kepatuhan
berobat penderita tuberkulosis paru dan perlunya pengobatan yang teratur minimal
selama 6 bulan akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pengobatan.
Kurangnya sikap mengenai pengobatan tuberkulosis paru dapat mengakibatkan
kurangnya perilaku seseorang dalam pengobatan yang akan meningkatkan angka
kejadian tuberkulosis paru. 6
Sikap mengenai pencegahan tuberkulosis paru juga dapat mempengaruhi
perilaku penderita tuberkulosis paru. Pendapat dan penilaian seseorang tentang
pentingnya menutup mulut pada waktu batuk dan membuang ludah pada tempatnya
dapat mempengaruhi perilaku seseorang, Kurangnya sikap mengenai pencegahan
tuberkulosis paru dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam upaya pencegahan
penyakit, yang pada akhirnya akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 9,
10
Sikap mengenai pentingnya kontribusi ventilasi terhadap terjadinya sirkulasi
udara dan cukupnya sinar matahari yang masuk ke rumah dapat mempengaruhi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 13
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
perilaku seseorang. Penilaian seseorang mengenai pentingnya fungsi ventilasi yang
dapat mengurangi kelembaban dan mengakibatkan masuknya cahaya matahari yang
akhirnya dapat membunuh bakteri dalam rumah dapat mempengaruhi perilaku
seseorang mengenai rumah sehat. Jika seseorang menilai bahwa keberadaan ventilasi
maupun pencahayaan dalam rumah itu tidak penting, maka dalam kehidupan sehari-
harinya ia akan berperilaku sejalan dengan penilaiannya tersebut, yaitu dengan tidak
membuka jendela maupun mengusahakan masuknya cahaya matahari, yang nantinya
akan membawa penyakit dalam rumahnya tersebut. Kurangnya sikap mengenai rumah
sehat dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengupayakan terjadinya rumah
sehat yang akhirnya meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 11, 12
Penyuluhan penting tidak hanya bagi penderita tuberkulosis paru tetapi juga
bagi masyarakat sekitar. Pengetahuan mengenai penyuluhan tuberkulosis paru dapat
mempengaruhi sikap seseorang mengenai penyuluhan. Penilaian seseorang mengenai
pentingnya penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis paru dapat mempengaruhi perilaku
seseorang dalam keikutsertaannya dalam penyuluhan. Kurangnya sikap seseorang
terhadap penyuluhan dapat mengakibatkan rendahnya pengetahuan maupun perilaku
masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis paru, yang secara tidak langsung dapat
meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 13
II. 1. 6. 3. Perilaku
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 14
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah
yang disebut dengan perilaku. 7
Menurut Notoatmodjo (2007), ada 3 pokok unsur perilaku kesehatan yaitu:
a. Perilaku sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup: pencegahan
penyakit( mengimunisasikan anaknya, menggunakan masker saat diperlukan), dan
penyembuhan penyakit( minum obat sesuai petunjuk, berobat ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang tepat, dll).
b. Perilaku pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain berolahraga secara teratur, tidak
minum-miuman keras dan narkoba, dll.
c. Perilaku kesehatan lingkungan
Perilaku ini antara lain mencakup membuang air besar pada tempatnya, menjaga
kebersihan tempat tinggal termasuk mengusahakan ventilasi dan pencahayaan yang
cukup, menggunakan air bersih untuk manci, cuci dan masak.7
Perilaku seseorang secara keseluruhan terhadap suatu penyakit juga meliputi
semua bagian yang telah disebutkan di atas, antara lain perilaku terhadap pengobatan,
pencegahan suatu penyakit, upaya pemeliharaan kesehatan salah satunya dengan
penyuluhan, upaya kesehatan lingkungan misalnya melalui rumah sehat. 7
Perilaku mengenai pengobatan tuberkulosis paru dipengaruhi oleh
pengetahuan dan sikap seseorang tentang pengobatan tersebut. Dengan mengetahui
lama pengobatan tuberkulosis paru, pentingnya keteraturan untuk berobat dengan
lama minimal 6 bulan dan pentingnya PMO untuk meningkatkan kepatuhan minum
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 15
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
obat, maka akan mempengaruhi sikap dan akhirnya mempengaruhi perilaku
seseorang. Kurangnya tindakan untuk mematuhi PMO akan mengakibatkan
ketidakpatuhan untuk berobat yang dapat menimbulkan terjadinya kekambuhan,
memungkinkan terjadinya resistensi kuman terhadap OAT memperpanjang proses
penyembuhan sehingga meningkatkan kemungkinan terinfeksi tuberkulosis paru dan
akhirnya akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 6
Pengetahuan dan penilaian yang cukup mengenai pencegahan tuberkulosis
paru akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam mencegah penularan tuberkulosis
paru. Kurangnya perilaku seseorang tentang kesadaran untuk menutup mulut saat
batuk dan membuang ludah pada tempatnya akan meningkatkan resiko penularan.
Inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei ketika pasien batuk atau basil yang
terbawa angin dari ludah penderita tuberkulosis khususnya dari pasien tuberkulosis
paru BTA (+) akan meningkatkan kejadian terinfeksi tuberkulosis paru yang akhirnya
meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. 1, 9, 10
Tindakan untuk membuka jendela pada pagi hari penting untuk mengurangi
kelembaban rumah dan memungkinkan masuknya cahaya sinar ultraviolet dari cahaya
matahari pagi yang dapat membunuh kuman tuberkulosis paru. Untuk membentuk
kebiasaan tersebut, diperlukan pengetahuan dan sikap yang cukup mengenai rumah
sehat bagi penderita tuberkulosis paru. Kurangnya perilaku untuk membuka jendela
pada pagi hari akan mengakibatkan lingkungan rumah yang lembab dan pencahayaan
yang kurang yang mengakibatkan kuman tuberkulosis paru dapat bertahan hidup lebih
lama yang meningkatkan kemungkinan terinfeksi tuberkulosis paru dan akhirnya
terjadi peningkatan angka tuberkulosis paru. 11, 12
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 16
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Keikutsertaan penderita tuberkulosis dan masyarakat sekitar terhadap
penyuluhan baik dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun melalui media massa juga
penting untuk dilakukan. Dengan kurangnya perilaku terhadap penyuluhan, maka
pengetahuan seseorang tentang tuberkulosis paru akan rendah yang akibatnya akan
menurunkan kesadaran, kemauan dan peran serta masyarakat dalam penanggulangan
tuberkulosis paru dan akhirnya akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru.
13
II. 1. 6. 4. Umur
Kekuatan untuk melawan infeksi adalah tergantung pertahanan tubuh dan ini
sangat dipengaruhi oleh umur penderita. Pada awal kelahiran pertahanan tubuh sangat
lemah dan akan meningkat secara perlahan sampai umur 10 tahun, setelah masa
pubertas pertahanan tubuh lebih baik dalam mencegah penyebaran infeksi melalui
darah, tetapi lemah dalam mencegah penyebaran infeksi di paru. Variabel umur
berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis paru, risiko untuk mendapatkan
penyakit tuberkulosis paru dapat dikatakan seperti kurva normal terbalik, yakni tinggi
ketika awalnya, menurun karena di atas 2 tahun hingga dewasa memiliki daya tangkal
terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa muda dan menurun
kembali ketika seseorang atau kelompok menjelang usia tua (Warren,1994, Daniel
dalam harison, 1991). Namun di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis
paru adalah usia produktif yaitu 15 hingga 50 tahun. (Depkes,2002). Tingkat umur
penderita dapat mempengaruhi kerja efek obat, karena metabolisme obat dan fungsi
organ tubuh kurang efisien pada bayi yang sangat mudah dan pada orang tua,
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 17
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
sehingga dapat menimbulkan efek yang lebih kuat dan panjang pada kedua kelompok
umur ini.14
II. 1. 6. 5. Jenis kelamin
Pada usia produktif, tuberkulosis paru dikatakan lebih sering menyerang
perempuan daripada laki-laki. Hal ini diduga karena faktor imunitas dimana imunitas
perempuan biasanya menurun pada usia produktif berhubungan dengan kehamilan
yang biasanya terjadi pada usia produktif.15
II. 1. 6. 6. Tingkat pendidikan
Dengan mengeyam pendidikan, seseorang akan lebih mudah menerima
pengetahuan ataupun informasi yang ada, dalam hal ini informasi mengenai kesehatan
dan penyakit sehingga orang tersebut dapat mencegah, mengenali secara dini, maupun
mencari pengobatan akan penyakitnya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
meneliti hubungan antara pendidikan dengan terjadinya suatu penyakit. Salah satunya
adalah penelitian yang dilakukan di India. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
orang dengan tingkat pendidikan rendah atau buta huruf memiliki risiko 3 kali lebih
besar untuk terkena tuberkulosis paru daripada orang dengan tingkat pendidikan
tinggi (dalam penelitian ini SLTA). Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
seseorang memegang peranan cukup penting dalam menurunkan angka kesakitan
suatu penyakit, termasuk tuberkulosis paru. 16
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 18
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
II.2. Kerangka teori
Gambar II. 1: Kerangka teori tentang faktor-faktor yang dimiliki oleh penderita tuberkulosis
paru
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 19
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
Tuberkulosis paru
Umur Jenis Kelamin
Tingkat Pendidikan
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
BAB III
KERANGKA KONSEP
III.1. Kerangka konsep
Pada penelitian ini, variabel bebas adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku. Hal ini
berdasarkan pengamatan penulis terhadap penderita tuberkulosis paru di Puskesmas
Kecamatan Mauk serta wawancara dengan staf Puskesmas, dimana pada kenyataannya masih
relatif banyak penderita tuberkulosis tersebut yang memiliki pengetahuan, sikap maupun
perilaku yang kurang. Namun data mengenai hal tersebut di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Mauk belum ada. Sehingga penulis memilih pengetahuan, sikap, dan perilaku sebagai variabel
bebas dalam penelitian ini.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 20
Pengetahuan
Variabel Bebas Variabel Tergantung
Perilaku
Sikap Tuberkulosis Paru
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Gambar III. 1: Kerangka konsep
III. 2. Definisi Operasional
III.2.1. Penderita Tuberkulosis Paru
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan mengenai gejala tuberkulosis paru (no 1)
dan pemeriksaan dahak (no 9). Masing-masing pertanyaan bernilai 1
jika jawaban “Ya” dan 0 jika jawaban “Tidak”. Nilai tertinggi 2,
nilai terendah 0. Hasil penjumlahan kedua jawaban dikategorikan
menjadi penderita tuberkulosis paru (jumlah 2) dan bukan penderita
tuberkulosis paru (jumlah <2).
Cara ukur : Wawancara serta pemeriksaan sputum
Alat ukur : kuesioner, sputum suspek penderita tuberkulosis paru, larutan
karbol fuschin 0,3%, larutan asam alkohol (HCL alkohol 3%),
larutan methylen blue 0,3%, minyak emersi, xilol, wadah
penampung sputum, mikroskop cahaya, object glass, ose, bak
pewarnaan, pinset, sarung tangan, masker, tissue, rak preparat,
stopwatch, lampu spiritus dan pasir alkohol.
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Penderita tuberkulosis paru dan 2:”
Bukan penderita tuberkulosis paru”
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.2. Pengetahuan responden tentang gejala dan cara penularan tuberkulosis paru
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 21
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Definisi : Dinilai dari 3 pertanyaan tentang gejala utama tuberkulosis paru
(no.10), penularan (no.11) dan media penularannya (no.12). Setiap
jawaban benar diberi skor 1 dan salah skor 0. Nilai tertinggi 3, nilai
terendah 0, dengan cut off point 2 jawaban benar.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor < 2)” dan
2: “Berpengetahuan cukup (skor ≥ 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.3. Pengetahuan responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 3 pertanyaan tentang kemungkinan diobatinya
tuberkulosis paru (no.13), lama pengobatan tuberkulosis paru
(no.14), PMO (no.15). Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan salah
skor 0. Nilai tertinggi 3, nilai terendah 0, dengan cut off point 2
jawaban benar.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor < 2)” dan
2: “Berpengetahuan cukup (skor ≥ 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.4. Pengetahuan responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 3 pertanyaan tentang imunisasi tuberkulosis (no.16),
cara batuk (no.17) dan membuang ludah yang benar (no.18). Setiap
jawaban benar diberi skor 1 dan salah skor 0. Nilai tertinggi 3, nilai
terendah 0, dengan cut off point 2 jawaban benar.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 22
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor < 2)”
dan 2: “Berpengetahuan cukup (skor ≥ 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.5. Pengetahuan responden tentang rumah sehat
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang syarat rumah sehat yaitu
mengenai fungsi sistem ventilasi (no.19), pencahayaan (no.20).
Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan salah skor 0. Nilai tertinggi
2, nilai terendah 0. Hasil penjumlahan jawaban dikategorikan
menjadi berpengetahuan kurang (skor <2) dan berpengetahuan
cukup (skor 2).
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor < 2)” dan
2: “Berpengetahuan cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.6. Pengetahuan responden tentang penyuluhan
Definisi : Dinilai dari 1 pertanyaan tentang penyuluhan (no.21). Jawaban
benar diberi skor 1 dan salah skor 0. Nilai tertinggi 1, nilai terendah
0. Jawaban dikategorikan menjadi berpengetahuan kurang (skor 0)
dan berpengetahuan cukup (skor 1).
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 23
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor 0)” dan 2:
“Berpengetahuan cukup (skor 1)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.7. Pengetahuan responden secara menyeluruh tentang tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 12 pertanyaan (no 10-21) yaitu mengenai gejala dan
penularan, pengobatan, pencegahan, rumah sehat, serta sumber
informasi. Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Nilai
tertinggi 12, nilai terendah 0, dengan cut off point 7 jawaban benar.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berpengetahuan kurang (skor < 7)” dan
2: “Berpengetahuan cukup (skor ≥ 7)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.8. Sikap responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang keteraturan minum obat (no.22)
dan mengenai perlunya pengawas minum obat (no.23). Jawaban
benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Nilai tertinggi 2, nilai
terendah 0. Hasil penjumlahan jawaban dikategorikan menjadi
bersikap kurang (skor < 2) dan bersikap cukup (skor 2).
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Bersikap kurang (skor < 2)” dan 2:
“Bersikap cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 24
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
III.2.9. Sikap responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang penularan tuberkulosis paru yaitu
dengan menutup mulut ketika batuk (no.24), tidak membuang ludah
sembarangan (no.25). Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi
skor 0. Nilai tertinggi 2, nilai terendah 0. Hasil penjumlahan
jawaban dikategorikan menjadi bersikap kurang (skor <2) dan
bersikap cukup (skor 2)
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Bersikap kurang (skor < 2)” dan 2:
“Bersikap cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.10. Sikap responden tentang rumah sehat
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang anggapan responden tentang
ventilasi (no.26) dan pencahayaan yang baik dalam sebuah rumah
(no.27). Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Nilai
tertinggi 2, nilai terendah 0. Hasil penjumlahan jawaban
dikategorikan menjadi bersikap kurang (skor <2) dan bersikap
cukup (skor 2)
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Bersikap kurang (skor < 2)” dan 2:
“Bersikap cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.11. Sikap responden tentang penyuluhan
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 25
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang penularan tuberkulosis paru yaitu
dengan menutup mulut ketika batuk (no.24), tidak membuang ludah
sembarangan (no.25). Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi
skor 0. Nilai tertinggi 2, nilai terendah 0. Hasil penjumlahan
jawaban dikategorikan menjadi bersikap kurang (skor <2) dan
bersikap cukup (skor 2)
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Bersikap kurang (skor < 2)” dan 2:
“Bersikap cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.12. Sikap responden secara menyeluruh tentang tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 7 pertanyaan (no.22-28), yaitu mengenai pengobatan,
pencegahan penularan, rumah sehat dan penyuluhan. Jawaban benar
diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Nilai tertinggi 7, nilai terendah
0, dengan cut off point 4 jawaban benar.
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Bersikap kurang (skor < 4)” dan 2:
“Bersikap cukup (skor ≥ 4)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.13. Perilaku responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang keteraturan dalam berobat (no.29)
dan mengenai kepatuhan terhadap pengawas minum obat (no.30).
Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Nilai tertinggi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 26
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
2, nilai terendah 0. Hasil penjumlahan jawaban dikategorikan
menjadi berperilaku kurang (skor <2) dan berperilaku cukup (skor
2)
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berperilaku kurang (skor < 2)” dan 2:
“Berperilaku cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.14. Perilaku responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang perilaku responden ketika batuk
(no.31) dan membuang ludah (no.33). Jawaban benar diberi skor 1
dan salah diberi skor 0. Nilai tertinggi 2, nilai terendah 0. Hasil
penjumlahan jawaban dikategorikan menjadi berperilaku kurang
(skor <2) dan berperilaku cukup (skor 2).
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berperilaku kurang (skor < 2)” dan 2:
“Berperilaku cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.15. Perilaku responden tentang rumah sehat
Definisi : Dinilai dari 2 pertanyaan tentang perilaku responden dalam
mengusahakan adanya pertukaran udara (no.35) dan cahaya yang
masuk ke dalam rumah (no.37). Jawaban benar diberi skor 1 dan
salah diberi skor 0. Nilai tertinggi 2, nilai terendah 0. Hasil
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 27
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
penjumlahan jawaban dikategorikan menjadi berperilaku kurang
(skor <2) dan berperilaku cukup (skor 2) .
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berperilaku kurang (skor < 2)” dan 2:
“Berperilaku cukup (skor 2)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.16. Perilaku responden tentang penyuluhan
Definisi : Dinilai dari 1 pertanyaan tentang perilaku responden terhadap
penyuluhan. Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0.
Nilai tertinggi 1, nilai terendah 0. Dikategorikan menjadi
berperilaku kurang (skor 0) dan berperilaku cukup (skor 1).
Cara ukur : Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berperilaku kurang (skor 0)” dan 2:
“Berperilaku cukup (skor 1)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
III.2.17. Perilaku responden secara menyeluruh tentang tuberkulosis paru
Definisi : Dinilai dari 7 pertanyaan (no. 29,30,31,33,35,37,39) yaitu tentang
pengobatan, pencegahan, rumah sehat dan sumber informasi dari
sarana kesehatan. Jawaban benar diberi skor 1 dan salah diberi skor
0. Nilai tertinggi 7, nilai terendah 0 dengan cut off point 4 jawaban
benar.
Cara ukur : Wawancara
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 28
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Dikategorikan menjadi 1: “Berperilaku kurang (skor < 4)” dan 2:
“Berperilaku cukup (skor ≥ 4)”.
Skala ukur : Data kategorik skala nominal
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 29
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
IV. 1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif observasional dengan desain studi
cross sectional survey. Variabel tergantung adalah tuberkulosis paru sedangkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sebagai variabel bebas. 17
IV. 2. Tempat dan Waktu Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 16 Agustus – 28 Agustus 2012 di Balai
Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang.
IV. 3. Populasi dan Sampel
IV. 3. 1. Populasi
Semua pasien yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum di Puskesmas
Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang selama periode 16 Agustus 2012 sampai
dengan 28 Agustus 2012.
IV. 3. 2. Kriteria inklusi
Usia 18-65 tahun
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 30
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Batuk berdahak ≥ 3 minggu
IV. 3. 3. Sampel
Pasien berusia 18-65 tahun di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan
Mauk Kabupaten Tangerang yang memiliki gejala batuk berdahak ≥ 3 minggu selama
kurun waktu 16 Agustus sampai dengan 28 Agustus 2012 dan bersedia untuk
diwawancarai.
IV. 3. 4. Rumus besar sampel
Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus. 17
n = ( Z α ) 2 PQ
d2
α : tingkat kemaknaan ditetapkan 0,05 sehingga didapatkan Zα= 1,96
P proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, ditetapkan 0,5 untuk menghasilkan
sampel terbesar
Q = 1 – P = 1 – 0,5 = 0,5
d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki (ditetapkan 10%) = 0,10
Perhitungan:
N = 1,962 x 0,5 x 0,5 = 3,84 x 0,25 = 97
0,102 0,01
Diperoleh besar sampel minimal yang diperlukan adalah 97 sampel.17
IV.4. Teknik pengambilan sampel
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 31
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive non random sampling. 17
IV.5. Instrumen pengambilan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kuesioner, sputum suspek
penderita tuberkulosis paru, larutan karbol fuschin 0,3%, larutan asam alkohol (HCL
alkohol 3%), larutan methylen blue 0,3%, minyak emersi, xilol, wadah penampung
sputum, mikroskop cahaya, object glass, ose, bak pewarnaan, pinset, sarung tangan,
masker, tissue, rak preparat, stopwatch, lampu spiritus dan pasir alkohol.
IV. 6. Pengumpulan data
Semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi baik laki-laki ataupun perempuan yang
datang ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang
selama masa penelitian ditanyakan kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian oleh
peneliti. Apabila responden menolak, maka responden tidak dimasukkan ke dalam sampel.
Apabila responden bersedia, maka responden akan diwawancara dan diperiksa berdasarkan
kuesioner yang telah dibuat. Responden akan diberi pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap
dan perilaku terhadap tuberkulosis paru serta gejala–gejala tuberkulosis paru yang dialami
responden serta dilakukan pemeriksaan dahak. Hasil akan dicatat oleh peneliti.
IV. 7. Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
IV. 8. Pengolahan data
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 32
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Pengolahan data dalam desain penelitian deskriptif menggunakan perangkat lunak
SPSS 18th Ed. Kemudian data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.
Alur Penelitian:
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 33
Semua pasien yang datang berobat ke Balai Pengobatan Umum Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang
dalam kurun waktu 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Responden ditanyakan kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian oleh peneliti
Kriteria inklusi: Usia 18-65 tahun, batuk berdahak ≥ 3 minggu
Bersedia
Menolak
Responden diwawancarai dan diperiksa berdasarkan kuesioner yang telah dibuat
Tidak dimasukkan dalam sampel
Pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai tuberkulosis paru
Pertanyaan mengenai gejala tuberkulosis paru yang dialami responden
Pemeriksaan dahak
Penderita tuberkulosis paru
Bukan penderita tuberkulosis paru
Tidak
Ya
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
BAB V
HASIL PENELITIAN
V. 1. Data Univariat
Telah dilakukan penelitian terhadap 50 responden yang terdiri dari 25 responden yang
menderita tuberkulosis paru dan 25 responden tidak menderita tuberkulosis paru terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku, yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengetahuan responden (meliputi gejala dan cara penularan tuberkulosis paru, pengobatan
tuberkulosis paru, pencegahan tuberkulosis paru serta penyuluhan), sikap responden (meliputi
pengobatan tuberkulosis paru, pencegahan tuberkulosis paru, rumah sehat, penyuluhan),
perilaku responden (meliputi pengobatan tuberkulosis paru, pencegahan tuberkulosis paru,
rumah sehat serta penyuluhan).
Dari 50 responden, didapatkan 25 responden (50%) merupakan penderita tuberkulosis
paru dan 25 responden (50%) bukan merupakan penderita tuberkulosis paru. Berdasarkan
usia didapatkan rata-rata usia adalah 38,18 tahun ± SD 12,876 dengan usia minimum 18
tahun dan usia maksimum 63 tahun. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan laki-laki 27 orang
(54%) dan perempuan 23 orang (46%). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan
didapatkan responden yang tidak bersekolah 16 orang (32%), tamat SD 23 orang (46%),
tamat SLTP 9 orang (18%), sedangkan yang tamat SLTA 2 orang (4%).
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 34
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Dari 50 responden, berdasarkan pengetahuan mengenai gejala dan cara penularan
tuberkulosis paru, didapatkan 28 orang (56%) berpengetahuan kurang. Berdasarkan
pengetahuan mengenai pengobatan tuberkulosis paru, didapatkan 27 orang (54%)
berpengetahuan kurang. Berdasarkan pengetahuan mengenai pencegahan tuberkulosis paru,
didapatkan 26 orang (52%) memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan pengetahuan
mengenai rumah sehat, didapatkan 28 orang (56%) berpengetahuan kurang. Berdasarkan
pengetahuan mengenai penyuluhan, didapatkan 29 orang (58%) berpengetahuan kurang.
Berdasarkan pengetahuan responden secara menyeluruh mengenai penyakit tuberkulosis
paru, didapatkan 27 orang (54%) berpengetahuan kurang.
Berdasarkan sikap responden mengenai pengobatan tuberkulosis paru, didapatkan 10
orang (20%) memiliki sikap kurang. Berdasarkan sikap responden mengenai pencegahan
tuberkulosis paru, didapatkan 27 orang (54%) memiliki sikap kurang. Berdasarkan sikap
responden terhadap rumah sehat, didapatkan 27 orang (54%) memiliki sikap kurang.
Berdasarkan sikap responden terhadap penyuluhan, didapatkan 28 orang (56%) memiliki
sikap kurang. Berdasarkan sikap responden secara menyeluruh terhadap penyakit
tuberkulosis paru, didapatkan 29 orang (58%) memiliki sikap kurang.
Berdasarkan perilaku responden mengenai pengobatan tuberkulosis paru, didapatkan
16 orang (32%) memiliki perilaku kurang. Berdasarkan perilaku responden mengenai
pencegahan tuberkulosis paru, didapatkan 26 orang (52%) memiliki perilaku kurang.
Berdasarkan perilaku responden mengenai rumah sehat, didapatkan 26 orang (52%) memiliki
perilaku kurang. Berdasarkan perilaku responden mengenai penyuluhan didapatkan 28 orang
(56%) memiliki perilaku kurang. Berdasarkan perilaku responden secara menyeluruh
terhadap penderita tuberkulosis paru, didapatkan, 31 orang (62%) memiliki perilaku kurang.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 35
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Tabel V.1. Distribusi Karakteristik pada 50 Responden Terhadap Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Periode 16 Agustus - 28 Agustus
2012
Karakteristik Jumlah (%) Mean±SD Median (Min,Max)
Usia (dalam tahun)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
27 (54%)
23 (46%)
38,18 ± 12,876 37 (18, 63)
Pendidikan Terakhir
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
16 (32%)
23 (46%)
9 (18%)
2 (4%)
Pengetahuan responden tentang gejala dan cara penularan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
28 (56%)
22 (44%)
Pengetahuan responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
27 (54%)
23 (46%)
Pengetahuan responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
26 (52%)
24 (48%)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 36
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Karakteristik Jumlah (%) Mean±SD Median (Min,Max)
Pengetahuan responden tentang rumah sehat
Kurang
Cukup
28 (56%)
22 (44%)
Pengetahuan responden tentang penyuluhan
Kurang
Cukup
29 (58%)
21 (42%)
Pengetahuan responden secara menyeluruh tentang tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
27 (54%)
23 (46%)
Sikap responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
10 (20%)
40 (80%)
Sikap responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
27 (54%)
23 (46%)
Sikap responden tentang rumah sehat
Kurang
Cukup
27 (54%)
23 (46%)
Sikap responden tentang penyuluhan
Kurang
Cukup
28 (56%)
22 (44%)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 37
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Karakteristik Jumlah (%) Mean±SD Median (Min,Max)
Sikap responden secara menyeluruh terhadap tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
29 (58%)
21 (42%)
Perilaku responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
16 (32%)
34 (68%)
Perilaku responden tentang pencegahan tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
26 (52%)
24 (48%)
Perilaku responden tentang rumah sehat
Kurang
Cukup
26 (52%)
24 (48%)
Perilaku responden tentang penyuluhan
Kurang
Cukup
28 (56%)
22 (44%)
Perilaku responden secara menyeluruh terhadap penyakit tuberkulosis paru
Kurang
Cukup
31 (62%)
19 (38%)
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 38
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
V. 2. Data Bivariat Deskriptif
Dari 50 responden, didapatkan 25 responden dengan rerata usia 37.76 tahun ± SD
14,85, nilai tengah 35 tahun, umur termuda 18 tahun, dan umur tertua 63 tahun menderita
tuberkulosis paru.
Dari 27 responden yang berjenis kelamin laki-laki, 15 responden (55,6%) merupakan
penderita tuberkulosis paru. Sedangkan dari 23 responden yang berjenis kelamin perempuan,
10 responden (43,5%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 16 responden yang tidak sekolah, didapatkan 10 responden (62,5%) merupakan
penderita tuberkulosis paru. Dari 23 responden yang tamat SD, didapatkan 9 responden
(39,1%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 9 responden yang tamat SLTP
didapatkan 5 responden (55,6%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dan dari 2
responden yang tamat SLTA didapatkan 1 responden (50%), menderita tuberkulosis paru.
Dari 28 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai gejala dan cara
penularan tuberkulosis paru, 17 responden (60,7%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Sedangkan dari 22 responden yang memiliki pengetahuan cukup mengenai gejala dan cara
penularan tuberkulosis paru, 8 responden (36,4%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 27 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai pengobatan
tuberkulosis paru, 13 responden (48,1%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Sedangkan
dari 23 responden yang memiliki pengetahuan cukup mengenai pengobatan tuberkulosis
paru, 12 responden (52,2%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 39
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Dari 26 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai pencegahan
tuberkulosis paru, 18 responden (69,2%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 24
responden yang memiliki pengetahuan cukup mengenai pencegahan tuberkulosis paru, 7
responden (29,2%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 28 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai rumah sehat, 19
responden (67,9%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 22 responden yang memiliki
pengetahuan cukup mengenai rumah sehat, 6 responden (27,3%) merupakan penderita
tuberkulosis paru.
Dari 29 responden yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penyuluhan, 17
responden (58,6%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 21 responden yang memiliki
pengetahuan cukup mengenai penyuluhan, 8 responden (38,1%) merupakan penderita
tuberkulosis paru.
Dari 27 responden yang memiliki pengetahuan secara menyeluruh yang kurang
mengenai penyakit tuberkulosis paru, 17 responden (63%) merupakan penderita tuberkulosis
paru. Dari 23 responden yang memiliki pengetahuan secara menyeluruh yang kurang
mengenai penyakit tuberkulosis paru, 8 responden (34,8%) merupakan penderita tuberkulosis
paru.
Dari 10 responden yang memiliki sikap kurang mengenai pengobatan tuberkulosis
paru, 3 responden (30%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 40 orang yang
memiliki sikap kurang mengenai pengobatan tuberkulosis paru, 22 responden (55%)
merupakan penderita tuberkulosis paru.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 40
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Dari 27 responden yang memiliki sikap yang kurang mengenai pencegahan
tuberkulosis paru, 18 responden (66,7%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 23
responden yang memiliki sikap yang cukup mengenai pencegahan tuberkulosis paru, 9
responden (39,1%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 27 responden yang memiliki sikap yang kurang mengenai rumah sehat, 17
responden (63,0%) merupakan tuberkulosis paru. Dari 23 responden yang memiliki sikap
yang cukup mengenai rumah sehat, 8 responden (34,8%) merupakan penderita tuberkulosis
paru.
Dari 28 responden yang memiliki sikap yang kurang mengenai penyuluhan, 17
responden (60,7%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 22 responden yang memiliki
sikap yang cukup mengenai penyuluhan, 8 responden (36,4%) merupakan penderita
tuberkulosis paru.
Dari 29 responden yang memiliki sikap secara menyeluruh yang kurang mengenai
penyakit tuberkulosis paru, 18 responden (62,1%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 21 responden yang memiliki sikap secara menyeluruh yang cukup mengenai penyakit
tuberkulosis paru, 7 responden (33,3%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 16 responden yang memiliki perilaku yang kurang mengenai pengobatan
penyakit tuberkulosis paru, 9 responden (56,3%) menderita tuberkulosis paru. Dari 34
responden yang memiliki perilaku yang cukup mengenai pengobatan penyakit tuberkulosis
paru, 16 responden (47,1%) menderita tuberkulosis paru.
Dari 26 responden yang memiliki perilaku yang kurang mengenai pencegahan
penyakit tuberkulosis paru, 17 responden (65,4%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 41
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Dari 24 responden yang memiliki perilaku yang cukup mengenai pencegahan penyakit
tuberkulosis paru, 8 responden (33,3%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 26 responden yang memiliki perilaku yang kurang mengenai rumah sehat, 17
responden (65,4%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 24 responden yang memiliki
perilaku yang cukup mengenai rumah sehat, 8 responden (33,3%) merupakan penderita
tuberkulosis paru.
Dari 28 responden yang memiliki perilaku yang kurang mengenai penyuluhan, 17
responden (60,7%) merupakan penderita tuberkulosis paru. Dari 22 responden yang memiliki
perilaku yang cukup mengenai penyuluhan, 8 responden (36,4%) merupakan penderita
tuberkulosis paru.
Dari 31 responden yang memiliki perilaku secara menyeluruh yang kurang mengenai
penyakit tuberkulosis paru, 19 responden (61,3%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Dari 19 responden yang memiliki perilaku secara menyeluruh yang cukup mengenai penyakit
tuberkulosis paru, 6 responden (31,6%) merupakan penderita tuberkulosis paru.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 42
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Tabel V. 2. Distribusi karakteristik responden yang menderita tuberkulosis paru dan
bukan penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten
Tangerang Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 43
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 44
Karakteristik Penderita TB
N=25
Bukan Penderita TB
N=25
Jumlah
(%)
n = 25
Mean
± SD
Medi
an
(Min,
Max)
Jumlah
(%)
n = 25
Mea
n ±
SD
Median
(Min,
Max)
Umur(tahun) 37.76
±
14,85
35.00
(18,
63)
38,6
0 ±
10.8
5
38.00(19,
60)
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
15
(55,6%)
10
(43,5%)
12
(44,4%)
13
(56,5%)
Pendidikan Terakhir
Tidak tamat
sekolah
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
10
(62,5%)
9
(39,1%)
5
(55,6%)
1
(50%)
6
(37,5%)
14
(60,9%)
4
(44,4%)
1
(50%)
Karakteristik Penderita TB
N=25
Bukan Penderita TB
N=25
Jumlah
(%)
n = 25
Mea
n ±
SD
Medi
an
(Min,
Max)
Jumlah
(%)
n = 25
Mea
n ±
SD
Median
(Min,
Max)
Pengetahuan responden tentang gejala dan cara penularan tuberkulosis paru
Kurang 17
(60,7%)
11
(39,3%)
Cukup 8
(36,4%)
14
(63,6%)
Pengetahuan responden tentang pengobatan tuberkulosis paru
Kurang 13
(48,1%)
14
(51,9%)
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
V.3. Data Multivariat
Berdasarkan analisis statistik menggunakan metode regresi logistik, didapatkan hasil
pengetahuan secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru memiliki nilai OR =1,592; sikap
secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru memiliki nilai OR= 1,363; sedangkan
perilaku secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru memiliki nilai OR= 1,717.
Tabel V. 3. Hasil Analisis Multivariat
Variabel P OR 95% C.I. for EXP (B)
Lower Upper
Pengetahuan responden secara .047 1.592 .175 14.452
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 45
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
menyeluruh tentang tuberkulosis paru
Sikap responden secara menyeluruh
tentang tuberkulosis paru
Perilaku responden secara menyeluruh
tentang tuberkulosis paru
.045
.041
1.363
1.717
.067
.073
27.802
40.174
BAB VI
PEMBAHASAN
VI. 1. Temuan Penelitian
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa penderita tuberkulosis paru paling banyak
terjadi pada usia dewasa muda. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang mengatakan
bahwa risiko untuk mendapatkan penyakit tuberkulosis paru berdasarkan usia dikatakan
seperti kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya, menurun pada usia diatas 2 tahun
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 46
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
hingga dewasa, puncaknya dewasa muda dan menurun kembali ketika seseorang atau
kelompok menjelang usia tua. Hal ini diduga disebabkan karena setelah masa pubertas
pertahanan tubuh lebih baik dalam mencegah penyebaran infeksi melalui darah, tetapi lemah
dalam mencegah penyebaran infeksi di paru. 14
Dari hasil penelitian, didapatkan tuberkulosis paru lebih banyak terjadi pada jenis
kelamin laki-laki. Temuan ini bertentangan dengan tinjauan pustaka dimana dikatakan bahwa
pada usia produktif tuberkulosis paru lebih sering menyerang perempuan. Hal ini diduga
karena laki-laki lebih sering terpapar dari lingkungan sekitar dan laki-laki lebih sering
merokok sehingga meningkatkan faktor resiko terinfeksi tuberkulosis.15
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa penyakit tuberkulosis paru lebih
banyak terdapat pada orang dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini sesuai dengan
tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa pendidikan seseorang memegang peranan cukup
penting dalam menurunkan angka kesakitan suatu penyakit, termasuk tuberkulosis paru.
Tingkat pendidikan yang baik secara tidak langsung akan menurunkan angka kesakitan dan
kematian beberapa penyakit, salah satunya tuberkulosis paru. Dengan mengenyam
pendidikan, seseorang akan lebih mudah menerima pengetahuan ataupun informasi yang ada,
dalam hal ini informasi mengenai kesehatan dan penyakit sehingga orang tersebut dapat
mencegah, mengenali secara dini, maupun mencari pengobatan akan penyakitnya. 16
Penderita tuberkulosis paru juga lebih banyak terdapat pada responden yang memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai gejala dan cara penularan tuberkulosis paru. Hal ini
sesuai dengan tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan seseorang
mengenai gejala penyakit tuberkulosis paru menyebabkan tertundanya ia untuk segera
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 47
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
mencari pengobatan dalam upaya mencegah penularan penyakitnya lebih lanjut dan secara
tidak langsung akan meningkatkan risiko terinfeksi serta jumlah penderita tuberkulosis paru.
Pengetahuan mengenai media penularan juga turut meningkatkan kewaspadaan dalam upaya
mencegah penularan penyakit tuberkulosis paru. 18
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa penderita tuberkulosis paru memiliki
pengetahuan mengenai pengobatan tuberkulosis paru yang lebih baik. Hal ini tidak sesuai
dengan tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai PMO
dan pengobatan tuberkulosis akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru, yang
artinya lebih banyak pada penderita tuberkulosis. Hal ini muncul karena pada penderita
tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Mauk telah mendapat informasi seputar
pentingnya pengobatan tuberkulosis paru.6
Dari responden yang menderita tuberkulosis paru lebih banyak yang memiliki
pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan tuberkulosis paru. Temuan ini sesuai dengan
tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa pengetahuan seseorang yang kurang mengenai
imunisasi BCG, cara menutup mulut ketika batuk serta membuang dahak di sembarang
tempat dapat mengakibatkan penularan tuberkulosis serta meningkatkan risiko terinfeksi
tuberkulosis sehingga akan terjadi peningkatan penderita tuberkulosis itu sendiri. 9, 10
Menurut hasil penelitian, pengetahuan yang kurang mengenai rumah sehat lebih
banyak terjadi pada penderita tuberkulosis paru. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai rumah sehat yaitu mengenai fungsi
ventilasi dan cahaya matahari yang masuk ke rumah merupakan faktor risiko untuk terinfeksi
tuberkulosis. Hal ini dikarenakan kondisi rumah yang tidak sehat, yaitu ventilasi rumah yang
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 48
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
kurang dapat menyebabkan cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah mengakibatkan
meningkatnya kelembaban, sehingga kuman tuberkulosis paru akan tumbuh dengan baik dan
dapat menginfeksi penghuni rumah. 11, 12
Pada penelitian, didapatkan bahwa pengetahuan mengenai penyuluhan tuberkulosis
lebih buruk pada responden yang menderita tuberkulosis paru. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka yang mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai keberadaan dan fungsi
penyuluhan secara tidak langsung mengakibatkan kurangnya perilaku masyarakat mengenai
tuberkulosis paru yang akan meningkatkan risiko terinfeksi tuberkulosis. Oleh karena itu
penyuluhan penting untuk meningkatkan pengetahuan penderita agar dapat menjaga
kesehatan dan mencegah penularan dan masyarakat supaya terhindar dari penularan
tuberkulosis paru. 13
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa responden yang menderita
tuberkulosis paru memiliki sikap terhadap pengobatan yang lebih baik. Hal ini tidak sesuai
dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa kurangnya sikap mengenai pengobatan
tuberkulosis paru dapat mengakibatkan kurangnya perilaku seseorang dalam pengobatan
yang akan meningkatkan angka kejadian tuberkulosis paru. Temuan ini muncul karena pada
penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Mauk telah mendapat informasi seputar
pentingnya pengobatan tuberkulosis itu sehingga membentuk sikap mereka dalam berobat. 6
Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa responden yang menderita tuberkulosis
paru, lebih banyak yang memiliki sikap terhadap pencegahan penyakit tuberkulosis yang
kurang. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa kurangnya sikap
mengenai pencegahan tuberkulosis paru dapat mempengaruhi tindakan seseorang dalam
pencegahan penyakit yang meningkatkan resiko terinfeksi tuberkulosis paru. 9, 10
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 49
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Pada responden yang menderita tuberkulosis paru, ditemukan lebih banyak yang
memiliki sikap terhadap rumah sehat yang kurang. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
yang menyatakan bahwa kurangnya sikap mengenai rumah sehat dapat mempengaruhi
perilaku seseorang dalam mengupayakan terjadinya rumah sehat yaitu mengenai pentingnya
ventilasi untuk mengurangi kelembaban dan pentingnya cahaya matahari untuk membunuh
bakteri dalam rumah yang dapat menurunkan resiko terinfeksi tuberkulosis paru. 11, 12
Berdasarkan hasil penelitian, penderita tuberkulosis paru lebih banyak yang memiliki
sikap terhadap penyuluhan yang kurang. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
mengatakan bahwa kurangnya sikap seseorang mengenai penyuluhan dapat mengakibatkan
rendahnya pengetahuan maupun perilaku masyarakat mengenai tuberkulosis paru yang akan
meningkatkan resiko terinfeksi tuberkulosis paru.13
Menurut hasil penelitian, responden yang menderita tuberkulosis paru lebih banyak
yang memiliki perilaku terhadap pengobatan yang kurang. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka yang mengatakan bahwa kurangnya tindakan untuk mematuhi PMO akan
mengakibatkan ketidakpatuhan untuk berobat yang dapat menimbulkan terjadinya
kekambuhan, peningkatan penularan dan memungkinkan terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT yang akhirnya meningkatkan resiko infeksi tuberkulosis paru. 6
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa penderita tuberkulosis paru memiliki
perilaku yang lebih buruk mengenai pencegahan penyakit tuberkulosis paru. Hal ini sesuai
dengan tinjauan pustaka yang menyatakan bahwa kurangnya perilaku seseorang tentang
kesadaran untuk menutup mulut saat batuk dan membuang ludah pada tempatnya akan
meningkatkan resiko terinfeksi tuberkulosis paru.9,10
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 50
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Perilaku yang kurang mengenai rumah sehat pada penelitian lebih banyak didapatkan
pada responden yang menderita tuberkulosis paru. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
bahwa kurangnya perilaku untuk membuka jendela pada pagi hari akan mengakibatkan
lingkungan rumah yang lembab dan pencahayaan yang kurang yang mengakibatkan kuman
dapat bertahan hidup lama yang meningkatkan resiko terinfeksi tuberkulosis.11,12
Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa penderita tuberkulosis paru memiliki perilaku
yang lebih buruk mengenai penyuluhan. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
mengatakan bahwa kurangnya perilaku terhadap penyuluhan mengakibatkan pengetahuan
mengenai tuberkulosis paru rendah yang berakibat menurunnya kesadaran, kemauan dan
peran serta masyarakat dalam penanggulangan tuberkulosis paru yang akan meningkatkan
risiko terinfeksi tuberkulosis paru.13
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku
secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru masih kurang. Dari ketiga faktor tersebut
didapatkan faktor perilaku sebagai faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
tuberkulosis paru (OR=1,717).
VI. 2. Bias Penelitian
Dalam melakukan penelitian masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan, walaupun
penulis telah berupaya semaksimal mungkin dengan berbagai usaha untuk membuat hasil
penelitian ini bisa menjadi sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini
adalah :
1. Bias Seleksi
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 51
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Disebabkan prosedur pemilihan subjek penelitian secara non-random. Akibatnya tiap
subjek dalam populasi terjangkau tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel penelitian sehingga sampel yang diambil
tidak dapat mewakili populasi.
2. Bias Informasi
Terdapat bias interviewer dalam penelitian ini, diakibatkan peneliti mengukur status
keterpaparan dengan mengetahui status penyakit subjek. Akibatnya terdapat faktor
kesubjektifan dari peneliti dalam pengumpulan data.
3. Bias Perancu
Disebabkan karena terdapat faktor perancu potensial yang tidak dikendalikan.
Sehingga faktor perancu tersebut dapat mempengaruhi hasil penelitian.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1 KESIMPULAN
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 52
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
Dari penelitian terhadap 50 responden di Kecamatan Mauk dapat disimpulkan bahwa:
1. Gambaran pengetahuan mengenai tuberkulosis paru masih kurang, didapatkan:
28 orang (56%) memiliki pengetahuan kurang tentang gejala dan cara
penularan tuberkulosis paru.
27 orang (54%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang pengobatan
tuberkulosis paru
26 orang (52%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pencegahan
tuberkulosis paru.
28 orang (56%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang rumah sehat.
29 orang (58%) memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyuluhan.
27 orang (54%) memiliki pengetahuan secara menyeluruh yang kurang
mengenai tuberkulosis paru.
2. Gambaran sikap secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru masih kurang,
kecuali dalam hal pengobatan, didapatkan:
10 orang (20%) memiliki sikap kurang tentang pengobatan tuberkulosis paru.
27 orang (54%) memiliki sikap kurang tentang pencegahan tuberkulosis paru.
27 orang (54%) memiliki sikap kurang tentang rumah sehat.
28 orang (56%) memiliki sikap kurang tentang penyuluhan.
29 orang (58%) memiliki sikap menyeluruh yang kurang mengenai
tuberkulosis paru.
3. Gambaran perilaku secara menyeluruh mengenai tuberkulosis paru masih kurang,
kecuali dalam hal pengobatan, didapatkan:
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 53
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
16 orang (32%) memiliki perilaku kurang tentang pengobatan tuberkulosis
paru.
26 orang (52%) memiliki perilaku kurang tentang pencegahan tuberkulosis
paru.
26 orang (52%) memiliki perilaku kurang tentang rumah sehat.
28 orang (56%) memiliki perilaku kurang tentang penyuluhan.
31 orang (62%) memiliki perilaku secara menyeluruh yang kurang tentang
tuberkulosis paru.
4. Dari ketiga faktor tersebut didapatkan faktor perilaku sebagai faktor yang paling
berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis (OR=1,717, p = 0,041).
VII.2 SARAN
1. Bagi Responden:
Hendaknya responden membiasakan diri membuka jendela pada pagi hari yang
memungkinkan terjadinya pertukaran udara di dalam rumah, menutup mulut pada
waktu batuk, tidak membuang ludah di sembarang tempat, mengikuti penyuluhan
yang diadakan pihak Puskesmas.
2. Bagi Puskesmas:
Perlunya peran serta tenaga puskesmas dan kader untuk dapat memberikan
penyuluhan dan penjelasan serta pengertian mengenai tuberkulosis paru.
3. Bagi Peneliti:
Memenuhi jumlah sampel berdasarkan perhitungan besar sampel minimal. Melakukan
pengumpulan data penelitian dengan melakukan blinding pada penderita untuk
mencegah terjadinya bias. Mengendalikan faktor perancu potensial untuk mencegah
terjadinya bias.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 54
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Z, Bahar A. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III, edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, 2009: 2230-39.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 55
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
2. WHO [internet]. Tuberculosis control in the South East Asia Region. [ updated 2012; cited 2012 Aug 16]. Available from: http://www.searo.who.int/linkfiles/tuberculosis_who-tb-report-2012.pdf.
3. WHO [internet]. Introduction. In: WHO.WHO Reports 2011 Global Tuberculosis Control. [ updated 2011; cited 2012 Aug 16]. Available from: http://www.who.int/tb/publications/global_report/2011/gtbr11_full.pdf.
4. Depkes RI [internet]. Strategi Nasional Pengendalian TB 2010-2014. [ updated 2010; cited 2012 Aug 16]. Available from: http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/STRANAS_TB.pdf.
5. Puskesmas Kecamatan Mauk. Profil puskesmas kecamatan mauk. Tangerang: Puskesmas Kecamatan Mauk, 2011.
6. Aditama TY, Kamso S, Basri C, Surya A. Tatalaksana Pasien tuberkulosis. Dalam: Tjandra Yoga Aditama (eds). Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis, edisi ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007: 36-38.
7. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, edisi ke-3. Jakarta: Rineka Cipta, 2007: 28-33.
8. Koay TK. Knowledge and attitudes towards tuberculosis among the people living in Kudat District, Sabah. [updated 2004 ; cited 25 September 2012]. Available from: http://www.e-mjm.org/2004/v59n4/Tuberculosis.pdf
9. Depkes RI [internet]. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1059/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. [updated 2004; cited 22 Aug 2012]. Available from: http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201059%20ttg%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Imunisasi.pdf.
10. CDC. Tuberculosis (TB) Facts Exposure of TB. [updated 2012 June 6; cited 2012 Aug 22]. Available from: http://www.cdc.gov/tb/publications/factseries/exposure_eng.pdf.
11. Fatimah S. Faktor kesehatan lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian tb paru di kabupaten cilacap. Semarang: Universitas Diponegoro. [updated 2008; cited 2012 Aug 24]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/24695/1/SITI_FATIMAH.pdf
12. Dinas Kesehatan Lampung Tengah. Rumah sehat. [updated 2010 Maret 17; cited 24 Agustus 2012]. Available from: http://dinkeslamteng.wordpress.com/2010/03/17/rumah-sehat.pdf.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 56
Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penderita Batuk Berdahak Lebih Dari 3 Minggu Terhadap Tuberkulosis Paru di Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Periode 16 Agustus – 28 Agustus 2012
13. Depkes RI. Pharmaceutical care untuk penyakit tuberkulosis. [updated 2005; cited 2012 Aug 24]. Available from: binfar.depkes.go.id/download/PC_TB.pdf.
14. Ruswanto B. Analisis spasial sebaran kasus tuberkulosis paru ditinjau dari faktor lingkungan dalam dan luar rumah di Kabupaten Pekalongan. Semarang: Universitas Diponegoro. [updated 2009; cited 2012 Aug 23]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/23875/1/BAMBANG_RUSWANTO.pdf
15. Hopewell PC, Maeda MK. Tuberculosis . In: Murray JF (eds). Textbook of respiratory medicine, 5th ed. Philadelphia: Mc Graw Hill, 2011: 2254-59.
16. Kaulagekar A, Radkar A. Social status makes a difference: tuberculosis scenario during national family health survey. [updated 2006 November 2; cited 2006 April 24]. Available from: http://medind.nic.in/ibr/t07/i1/ibrt07i1p17.pdf
17. Sastroasmoro S, Ismael S. Perkiraan besar sampel. Dalam: Satroasmoro (eds). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, 4th ed. Jakarta: Sagung Seto, 2011.
18. Mohamed AI, Yousif MA, Ottoa P, Bayoumi A. Knowledge of tuberculosis: a survey among tuberculosis patients in Omdurman. [updated 2007; cited 23 Agustus 2012]. Available from: http://www.sjph.net.sd/files/vol2i1p21-28.pdf.
Bagian Ilmu Kesehatan MasyarakatFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Jakarta 57