rbnp miftahul

29
LAPORAN SEMINAR RESEARCH BASED NURSING PRACTICE PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP MANAJEMEN ANSIETAS PRE OPERATIF SECTIO CAESARIA DI RSUD KOTA SEMARANG Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Peminatan Instalasi Bedah Sentral Pembimbing: Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Si.Med Disusun oleh: Miftahul Firzanuddin 22020114210106 PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: miftahul-firzanuddin

Post on 16-Dec-2015

269 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

LAPORAN SEMINARRESEARCH BASED NURSING PRACTICEPEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP MANAJEMEN ANSIETAS PRE OPERATIF SECTIO CAESARIA DI RSUD KOTA SEMARANGDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal BedahPeminatan Instalasi Bedah SentralPembimbing: Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Si.Med

Disusun oleh:Miftahul Firzanuddin 22020114210106PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATANJURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG, 2015BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTindakan operasi SC (sectio caesaria) adalah tindakan melahirkan janin dengan menggunakan insisi pada perut dan uterus.1 Indikasi dilakukannya sectio caesaria adalah adanya disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% riwayat sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsia dan hipertensi 7%.2 Operasi yang ditungggu pelaksanaannya akan menyebabkan kecemasan dan ketakutan. Kekhawatiran terhadap nyeri operasi, kemungkinan cacat, tindakan anastesi, ketidak tahuan prosedur atau ancaman lain terhadap citra tubuh pasien dapat menyebabkan kecemasan pada pasien pre operasi.3Kecemasan atau ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan kesulitan dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti.4 Ansietas adalah kesulitan atau kesusahan dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup. Ansietas yang terjadi akan berespon terhadap kondisi fisik, kognitif, perilaku dan emosional seseorang. Tingkatan ansietas sangat berat akan berpengaruh terhadap respon fisik yaitu perubahan tanda-tanda vital, pada kondisi fisik akan mempengaruhi proses fikir seperti halusinasi, terjadi peningkatan perilaku motorik kasar dan lepas kendali pada emosional seseorang.5 Selain itu kecemasan juga dapat menyebabkan migrasi trombosit ke daerah perifer sehingga pembekuan darah akan memendek dan terjadi juga peningkatan perfusi yang akan membahayakan saat operasi yaitu meningkatkan resiko perdarahan.6Penelitian yang dilakukan mengenai tingkat kecemasan pasien pre operatif sectio caesaria di RSUD Karangayar didabatkan bahwa 20% pasien mengalami tidak ada kecemasan, 42% kecemasan ringan, 34% kecemasan sedang dan 4% mengalami kecemasan berat dari 50 orang responden yang ikut dalam penelitian. Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan ansietas pasien sebelum dilakukan tindakan pembedahan. Oleh karena perawat diperlukan untuk manajemen ansietas pre operatif.7Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pasien pre operatif sectio caesarea di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang selama 6 hari dari 11 - 16 Mei 2015 didapatkan hasil bahwa sebanyak 5 pasien pre operatif sectio caesarea mengalami kecemasan dimana 3 pasien dengan kecemasan sedang, 1 pasien dengan kecemasan berat, dan 1 pasien dengan kecemasan ringan. Dalam studi pendahuluan, mahasiswa mengukur tingkat kecemasan pasien pre operatif sectio caesarea dengan menggunakan kuesioner APAIS (Amsterdam Preoperatif and Information Scale) yang telah dimodifikasi oleh Adisutrimo, 2013. Salah satu inervensi yang dapat dilakukan untuk manajemen ansietas adalah guided imagery. Guided imagery telah digunakan sebagai terapi tambahan prosedur anastesi umum untuk ortopedi, kardio dan kasus kolorektal. Guided imagery dilakukan dengan menggunakan semua indra pada suatu kondisi yang terfokus untuk relaksasi fisik dalam suatu pengalaman fisik dan emosional. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maj Eric A et all pada tahu 2010 mengenai pengaruh penggunaan guided imagery terhadap ansietas pre operasi, nyeri pasca operasi dan lama tinggal di PACU didapatkan penurunan kecemasan yang signifikan pre operatif, dilaporkan mengalami penurunan nyeri serta lama tinggal di PACU lebih sebentar dari pada kelompok yang tidak diberikan control.8Dari urian diatas mahasiswa tertarik untuk melakukan intervensi guided imagery dengan menggunakan headset pada pasien pre operatif sectio caesaria di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang.

B. Tujuan1. Tujuan UmumMahasiswa mampu melakukan manajemen ansietas pre operatif sectio caesaria di ruang IBS RSUD Kota Semarang.2. Tujuan Khususa. Mahasiswa mampu melakukan guided imagery sebagai teknik manajemen ansietas pre operatif sectio caesaria.b. Mahasiswa mampu menunjukkan efisiensi penggunaan guided imagery terhadap manajemen ansietas pre operatif section caesaria.

C. Manfaat1. Bagi MahasiswaMenerapkan ilmu yang telah didapatkan secara langsung kepada pasien dengan masalah ansietas pre operatif dengan memberikan intervensi terapi guided imagery.2. Bagi Profesi KeperawatanMemberi masukan dalam memberikan intervensi keperawatan pada pasien dengan ansietas pre operatif yaitu guided imagery.3. Bagi PasienMemberikan pengetahuan dan sebagai acuan pasien dalam manajemen ansietas pre operaif dengan menggunakan teknik guided imagery.

BAB IITINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar1. Pre Operatif SCSC (sectio caesaria) adalah tindakan melahirkan janin dengan menggunakan insisi pada perut dan uterus.1 Indikasi dilakukannya sectio caesaria adalah adanya disproporsi janin panggul , gawat janin, plasenta previa, riwayat sectio caesaria, kelainan letak janin, pre eklamsia dan hipertensi.2 Persalinan dengan SC dianggap sebagai salah satu cara untuk mewujudkan well born baby well health mother, tidak hanya bayi yang lahir hidup tapi harapan agar tumbuh kembangnya berkelanjutan dan tidak ada komplikasi yang dialami ibu.9Komplikasi akibat persalinan SC yang bisa terjadi pada bayi adalah bayi menjadi kurang aktif dan lebih banyak tidur akibat dari efek anestesi, sehingga akan mempengaruhi pemberian ASI. Bayi yang dilahirkan melalui SC sering mengalami gangguan pernafasan karena kelahiran yang terlalu cepat. Bayi tidak beradaptasi pada saat proses transisi dari dunia dalam rahim menjadi di luar rahim yang dapat menyebabkan takipneu pada bayi.10 Komplikasi post SC juga terjadi pada ibu. Komplikasi yang timbul setelah dilakukannya SC pada ibu seperti nyeri pada daerah insisi, potensi terjadinya thrombosis, potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional, penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul, perdarahan, luka kandung kemih, infeksi, bengkak pada ektremitas bawah, dan gangguan laktasi.2Pasien pre operasi dapat mengalami kegelisahan dan ketakutan yang kadang tidak tampak jelas, seringkali pasien menampakkan kecemasan dalam bentuk lain. Pasien yang gelisah dan takut sering bertanya terus menerus dan berulang-ulang, walaupun pertanyaannya sudah dijawab.12 Bentuk lain respon pasien pre operasi yaitu pasien berusaha mengalihkan perhatiannya, tidak mau berbicara dan tidak memperhatikan keadaan sekitarnya bahkan pasien akan bergerak terus menerus sehingga tidak bisa tidur.11Pemberian asuhan keperawaran perioperatif merupakan asuhan keperawatan yang meliputi 3 tahapan yaitu pre operatif, intr operatif dan pos operatif. Perawatan pre operasi SC dapat menyebabkan kecemasan. Penyebab kecemasannya dapat berupa bayangan pasien yang menghubungkan nyeri saat operasi, kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada orang lain, dan kematian. Pasien juga cemas akan kehilangan pendapatan atau berkurangnya pendapatannya karena penggantian biaya asuransi di rumah sakit dan ketidakberdayaan mengahadapi operasi dalam waktu yang semakin dekat.12 Pasien pre operasi dapat mengalami kecemasan terhadap anastesi, ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan ancaman lain terhadap citra tubuh yang menimbulkan kecemasan.32. Ansietasa. PengertianKecemasan atau ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan kesulitan dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti.4 Kecemasan pasien pre operasi SC merupakan kecemasan yang spesifik yakni terhadap kekhawatiran terhadap prosedur operasi, prosedur anatesi, defisit informasi atau kesalahpahaman konsep, kekhawatiran tentang masalah finansial keluarga, kekhawatiran terhadap diri dan bayi yang akan dilahirkannya.12b. Tahapan kecemasanKecemasan dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat/panic.131) Kecemasan ringanKecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; cemas menyebabkan individu menjadi waspada, menajamkan indera dan meningkatkan lapang persepsinya.2) Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada suatu hal dan mempersempit lapang persepsi individu. Individu menjadi tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area.3) Kecemasan beratKecemasan berat mengurangi lapang persepsi individu. Individu berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan, individu perlu banyak arahan untuk berfokus pada area lain.4) Tingkat panik (sangat berat) Kecemasan sangat berat berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsi, karena mengalami kehilangan kendali. Individu yang mencapai tingkat ini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.3. Guided imagerya. PengertianGuided imagery dilakukan dengan menggunakan semua indra pada suatu kondisi yang terfokus untuk relaksasi fisik dalam suatu pengalaman fisik dan emosional. Imajinasi merupakan representasi mental individu dalam tahap relakasasi. Imajinasi dapat dilakukan dengan berbagai indra antata lain visual, auditor, olfaktori maupun taktil. Bimbingan imajinasi merupakan teknik yang kuat untuk dapat fokus dan berimajinasi yang juga merupakan proses terapeutik.14b. Manfaat guided imageryBimbingan imajinasi telah digunakan sebagai intervensi untuk mengurangi kecemasan, dan memberikan relaksasi, dapat juga untuk mengurangi nyeri kronis, tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, gangguan pola tidur, mencegah reaksi alergi, mengolah situasi stres dan kecemasan menurunkan tekanan darah.15 Teknik imajinasi telah digabungkan dengan berbagai prosedur perilaku dan kognitif, serta metode pengobatan dengan pendekatan psikoterapi, modifikasi perilaku, terapi pengolahan kognitif, terapi emosi rasional, terapi modalitas, dan hipnoterapi.16Teknik imajinasi dapat membangkitkan pikiran atau ide yang melibatkan kognitif individu, dimana individu dapat membayangkan tujuan yang berorientasi pada hasil dan proses. Tujuan yang diharapkan yaitu mencapai kondisi baik atau sehat. Tujuan yang berorientasi pada proses yaitu membayangkan mekanisme efek yang diinginkan seperti membayangkan sistem kekebalan tubuh sangat kuat.15 Bimbingan imajinasi pada individu membuat individu membayangkan melihat sesuatu, mendengar, mencium, mengecap, dan atau menyentuh sesuatu.15 Dasar pemikiran ilmiah tentang imajinasi merupakan pemikiran untuk memodifikasi penyakit dan mengurangi gejala dengan menurunkan respon stres, yang dimediasi oleh interaksi psychoneuroimmune. Hormon stress dipicu ketika situasi maupun peristiwa yang mengancam fisik, kesejahteraan emosional maupun tuntunan situasi yang melebihi kemampuan individu, sehingga dengan imajinasi diharapkan dapat mengubah situasi seseorang dari respon negatif yaitu ketakutan dan kecemasan kegambaran positif yaitu penyembuhan dan kesejahteraan.17c. Teknik pemberian guided imageryTeknik relaksasi guided imagery dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian teknik relaksasi aktif yaitu dilakukan oleh individu, sedangkan secara tidak langsung yaitu difasilitasi oleh terapis maupun alat bantu media video atau rekaman audio.15 Rekaman audio berisi panduan relaksasi dan membayangkan hal-hal yang menyenangkan bagi individu diberikan menggunakan headphone yang disambungkan dengan pemutar musik. Waktu yang digunakan untuk pelaksanaan bimbingan imajinasi berkisar 10 sampai 30 menit.Pelaksanaan bimbingan imajinasi dimulai dengan latihan relaksasi, fokus yang digunakan efektif yaitu pernapasan lambat dan dalam dengan memfasilitasi relaksasi napas yang bergerak lebih rendah ke dalam dada dan diafragma serta otot perut. Teknik lainnya termasuk relaksasi otot progresif atau berfokus pada kata atau objek.18 Relaksasi membuat pikiran lebih terbuka dengan informasi baru yang diberikan.15 Cara melakukan teknik relaksasi guided imagery tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi.

B. Fenomena dan Solusi Penyelesaian MasalahPemberihan asuhan keperawatan perioperatif yang dilakukan pada pasien bedah di RSUD Kota Semarang terbagi menjadi 3 yang meliputi pre operatif, intra operatif dan pos operatif. Pada pasien bedah khususnya SC dapat menyebabkan kecemasan yang disebabkan oleh bayangan pasien yang menghubungkan nyeri saat operasi, kemungkinan cacat dan kematian. Dari data awal pengkajian didapat ansietas pada pasien pre operatif SC. Menurut hasil observasi yang dilakukan selam 1 minggu di ruang Instalasi Bedah Sentral didapatka bahwa asuhan keperawatan pre operatif belum berjalan optimal dimana keterbatasan waktu menjadikan penanganan ansietas pre operatif kurang berjalan maksimal.Oleh karena itu mahasiswa berupaya untuk melakukan manajemen ansietas pre operatif SC di ruang Instalasi Bedah Sentral dengan menggunakan teknik guided imagery dengan menggunakan headset.

BAB IIIMETODE PELAKSANAAN

A. Rancangan PenelitianRencana intervensi yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan pasien preoperative sebagai subjek yang diberikan intervensi. Rencana intervensi yang dilakukan dengan tidak diberlakukan kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pre-test) yag memungkinkan mahasiswa dapat mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya intervensi atau perlakuan. Skor kecemasan dari pasien akan diukur sebelum perlakuan menggunakan APAIS dan akan dikukur kembali setelah mendapatkan perlakuan menggunakan kuosiner yang sama.

B. Subjek IntervensiSubjek intervensi yang digunakan adalah 2 pasien Pre operatif Sectio caesari di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Semarang. Intervensi ini akan dilakukan pada tanggal 25 Mei hingga 6 Juni 2015.

C. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan DataAlat ukur penilaian adalah kuesioner APAIS, sebelumnya peneliti meminta persetujuan kepada pasien sebelum diberikan intervensi serta menjelaskan tujun. Setelah itu peneliti melakukan pengkuran skala kecemasan kepada pasien sebelum dan sesudah diberikan guided imagery.Media yang digunakan untuk intervensi guided imagery adalah sebuah music player yang berisikan musik natural dengan visualisasi alam dan telah dikombinasikan dengan voice record berupa panduan sebagai ucapan untuk memfokuskan fisik dan emosional sehingga dapat memvisualkan pada kondisi pantai dan memberikan efek relaksasi. Pemberian guided imagery dilakukan dengan memutar music dan diberikan kepada klien dengan bantuan headset/headphone selama 16 menit.D. Target LuaranDiharapkan terdapat perubahan yang signifikan tingkat ansietas pasien pre operatif sectio caesaria anatara sebelum dan sesudah diberikan intervensi guided imagery.

E. Prosedur PelaksanaanProsedur pemberian intervensi guided imagery yaitu dilakukan setelah mahasiswa mengetahui program pelaksanaan operasi sebelum intervensi serta melakukan koordinasi dengan ketua tim ruang operasi. Mahasiswa melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien. komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau ketrampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis pada pasien. adapun pelaksanaan intervensi akan dilakukan sebagai berikut.1. PrainteraksiMahasiswa mengeksplorasi diri sendiri sebelum kontak pertama dengan pasien. mahasiswa mempersiapkan instrument yang akan digunakan untuk mengukur ansietas pasien. Mahasiswa meminta ijin kepada ruang terkait untuk melakuka pengkajian ansietas preoperatif 30 menit sebelum operasi.2. OrientasiMahasiswa melakukan kontak pertama dengan pasien yang meliputi :a. Memperkenalkan dirib. Menjelaskan maksut dan tujuanc. Membangun hubungan saling percayad. Kontrak pelaksanaan asuhan keperawatan3. Kerjaa. Melakukan pengkajian ansietas preoperatifb. Memberikan guided imagery selama 10 menit pre operatif4. Terminasia. Mahasiswa menanyakan perasaan klien setelah diberikan guided imagery b. Mengucapkan terima kasihBAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil intervensi pemberian guided imagery dengan menggunakan music player yang dilakukan kepada 2 pasien pre operatif sectio caesaria di ruang IBS RSUD KOTA Semarang didapatkan penurunan tingkat kecemasan. Menurut Stuart kecemasan terbagi menjadi 4 yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat. Dalam instrument kuesioner yang digunakan untuk mengukur kecemasan pasien pre operasi sectio caesaria adalah APAIS yang telah dimodifikasi dengan T-MAS. Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan mengukur kecemasan kuesioner pada saat preoperatif, kemudian diberikan guided imagery menggunakan music player dan kemudian diukur kembali menggunakan kuesioner yang sama. Terdapat banyak alat penilaian yang telah diperkenalkan dalam praktik klinis baik dalam anastesi dan psikiatri seperti Spielbergrus State Trait Anxiety Inventory (STAI-state), The Visual Analog Scale For Anxiety (VAS) dan The Amsterdam Anxiety and Information Scale (APAIS). STAI telah diterima sebagai pengukuran standar untuk penilaian kecemasan dalam psikiatri, sedangkan VAS tidak terdapat rincian lainnya mengenai informasi kecemasan.19,20 The Amsterdam Preoperatif Anxiety And Information Scale (APAIS) adalah alat pengukur kecemasan pra operasi yang telah divalidasi, diterima dan diterjemahkan ke dalam banyak negara. Kuesioner terdiri dari 4 pertanyaan mengenai kecemasan pasien pada anastesi dan operasi, 2 pertanyaan untung mengevaluasi informasi yang diinginkan oleh pasien dimana dapat diasumsikan merupakan penyebab dari kecemasan yang dimiliki. Semua pertanyaan pada masing masing memiliki skor dengan skala rasio 1-5. Enam kuesioner dibagi menjadi 3 sub-group, yaitu pada kecemasan terkait anastesi (SUM A), kecemasan terkait operasi )SUM S), dan Information Desire Component (IDC). Sedangkan (SUM C) sama dengan jmlah (SUM A) dengan (SUM C). ketinggian skor mencerminkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi serta tingkat kebutuhan informasi.21 Selain memiliki komponen yang lebih ringkas, kuesioner APAIS memiliki keunggulan dimana butir pertanyaan yang dapat mengkaji kebutuhan informasi yang diinginkan klien , sehingga masalah informasi yang memungkinkan ditemukan dapat diatasi.22 Kuesioner APAIS juga telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, seperti APAIS versi Thailand dan versi French yang telah dilakukan uji validitas dan realibilitas serta dapat diaplikasikan pada penelitian selanjutnya.22,23Instrumen kuesioner yang digunakan dikategorikan menjadi 4 tingkat kecemasan yaitu dengan skor 1-18 kecemasan ringan, 19-36 kecemasan sedang, 37-54 kecemasan berat dan 55-72 merupakan kecemasan sangat berat. Terdapat 18 butir pertanyaan yang meliputi beberapa faktor kecemasan yaitu kecemasan terhadap diri pasien, kecemasan terhadap bayi yang akan dilahirkan, kecemasan terhadap lingkungan baru di rumah sakit, kecemasan financial keluarga, kecemasan terhadap tindakan operasi, kecemasan terhadap pemberian anestesi, dan kecemasanan yang disebabkan karena informasi persalinan dengan metode SC. Pada masing-masing butir pertanyaan mempunyai kolom penilaian 0-4, 0 = saya tidak merasakannya, 1 = saya pernah merasakannya, 2 = saya kadang-kadang merasakannya, 3 = saya sering merasakannya dan 4 = saya selalu merasakannya.Pada pasien pertama yang diberika intervensi guided imagery dengan menggunakan music player didapatkan perubahan tingkat kecemasan sebelum yaitu dari tingkatan cemas sedang dengan skor 25 dan turun menjadi 18 dengan kecemasan ringan setelah diberikan guided imagery. Pada pasien kedua terdapat perubahan tingkat kecemasan pada kecemasan ringan dari skor 16 menjadi 12. Perubahan skor dari kedua pasien yang telah diberikan intervensi menunjukkan bahwa terdapat perubahan tingkat kecemasan preoperatif dari sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Kecemasan yang dialami pasien timbul karena reaksi psikologis individu pasien yang disebabkan oleh stimulus internal dan eksternal.26 Dalam kasus ini kecemasan yang terdapat pada klien disebabkan oleh stimulus eksternal oleh situasi dimana akan dilakukan prosedur operasi yang mencakup tindakan anastesi dan pembedahan sectio caesaria. Hal ini didukung oleh pernyataan kuesioner yang menunjukkan klien sering merasakan (skor penilaian 4) yaitu saya merasa khawatir mengenai keselamatan diri saya, saya merasa tegang menunggu operasi yang akan saya lakukan dan saya merasa khawatir mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.Guided imagery merupakan representasi mental individu dalam tahap relaksasi dengan memfokuskan semua indra dalam suatu pengalaman fisik dan emosional. Guided imagery merupakan suatu intervensi yang memiliki berbagai macam manfaat sebagai cara untuk memberikan relaksasi, mengurangi nyeri kronis, menangani gangguan pola tidur, mengelola situasi stress dan kecemasan serta menurunkan tekanan darah.16 Intervensi guided imagery yang diberikan membuat individu memvisualkan seluruh indera pada kondisi rileks dengan menurunkan respon stres, yang dimediasi oleh interaksi psychoneuroimmune.15 Guided imagery yang diberikan mengubah situasi kedua pasien dari respon negatif yaitu ketakutan dan kecemasan kegambaran positif yaitu penyembuhan dan kesejahteraan. Kesejahteraan disini tampak pada kedua pasien dimana masing-masing pasien mengalami penurunan skor kecemasan yang dialami. Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi guided imagery pada pasien preoperatif section caesaria mampu menurunkan tingkat kecemasan yang dialami. Hasil ini didukung oleh Gonzales et all 2010 dimana salah satu hasil dari penelitiannya yang berjudul effect of guided imagery on postoperative outcomes in patients undergoing same-day surgical procedures : A randomized, single blind study yaitu guided imagery menunjukkan adanya kecemasan pra operasi.8 Penelitian lain sebagai landasan pelaksanaan intervensi ini juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian GIM terhadap penurunan kecemasan pre operasi SC di RSUD Banyumas.27Pada saat kondisi cemas, fisiologis tubuh akan mengalami respon yang dinamakan fight or flight. Dalam keadaan ini metobolismu tubuh dapat meningkat sebagai persiapan untuk pemakaian energy pada tindakan fisik seperti kecepatan denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernafasan meningkat, serta otot menjadi tegang.25 Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis. Contoh dari perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan sulit tidur dan tekanan darah meningkat. Rosintan 2003 Selain menurunkan kecemasan, pemberian guided imagery juga mampu tekanan darah.16 Dilihat dari observasi tekanan darah kedua pasien, didapatkan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan guided imagery yaitu pada pasien pertama 138/83 mmHg dan pasien kedua 144/87 mmHg turun menjadi 127/79 mmHg dan 130/78 mmHg

BAB VKESIMPULAN DAN SARANA. KESIPULANHasil pengkajian yang dilakukan pre operatif menggunakan kuesioner didapatkan masing-masing pasien mengalami kecemasan. Ny. P 24 tahun mengalami kecemasan sedang dengan total skor skor 25 sedangkan Ny.A 39 tahun mengalami kecemasan ringan dengan total skor 16. Kedua pasien kemudian diberikan guided imagery menggunakan music player dan materi yang sama selama 16 menit. Kedua pasien kemudian dilakukan pengukuran ulang menggunakan kuesioner APAIS dan didapatkan ada penurunan kecemasan pada Ny.P mengalami kecemasan ringan dengan total skor 12 dan Ny.A mengalami kecemasan dengan total sko 18. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa intervensi guided imagery dengan menggunakan music player dapat mengurangi kecemasan preoperarif di Ruang IBS RSUD Kota Semarang.

B. SARAN1. Bagi MahasiswaMahasiswa diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam komunikasi terapetik pada pasien ataupun tenaga medis lainnya sehingga intervensi guided imagery yang diberikan dapat berjalan dengan lancer dan memberikan hasil sesuai dengan tujuan yang diberikan.2. Bagi Profesi KeperawatanBagi Profesi Keperawatan diharapkan mampu menerapkan teknik guided imagery dengan mengunakan voice record yang diputar menggunakan pengeras suara di ruang serah terima sehingga dengan adanya media tersebut mampu mengurangi kecemasan para pasien preoperatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak, Lowdermilk, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC2. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 3. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.4. Varcarolis, E.M. 2003. PsychiatricNursing Clinical Guide; Assesment Tools and Diagnosis . Philadelphia: W.B Saunders Co5. Sadock BJ et all. Behavior Sciences/Clinical Psychiatry. 10thed. Lippincott Williams & Willkins. 20076. Kiecolt-Glaser, J.K., McGuire, L., Robles, T.F., & Glaser, R. Emotions, morbidity, and mortality: New perspectives from psychoneuroimmunology. Annual Review of Psychology. 2002. 53, 83-103.7. Kasana, Nur. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Ponek Rsud Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Stikes Kusuma Husada. 20138. Maj Eric A, Gonzales et all. Effects of Guided imagery on Postoperative Outcomes in Patients Undergoing Same-Day Surgical Procedures: A Randomized, Single- Blind Study. AANA Journal 2010. Vol 78. No. 3. 9. Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.10. Bobak, I.M., Deitra, L.L., & Margaret, D.J. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas (edisi 4). Jakarta: EGC.11. Oswari, E. 2005. Bedah dan perawatannya. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.12. Potter, P.A., & Perry, A.G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC.13. Stuart, W.G. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.14. Bonadies, V. 2009. Guided imagery as a therapeutic recreation modality to reduce pain and anxiety. Therapeutic Recreation Journal 43 (2), 43-55.15. Snyder, M., & Lindquist, R. 2002. Complementary alternative therapies in nursing. New York: Springer Publishing Company, Inc.16. Arslan, S. Ozer, N., & Ozyurt, F. 2008. Effect of music on preoperative anxiety in men undergoing urogenital surgery. Australian Journal of Advanced Nursing Vol 26. 46-54.17. McKinley, S., Stein-Parbury, J., Chehelnabi, A., & Lovas, J. 2004. Assessment of anxiety in intensive care patients by using the faces anxiety scale. American Journal of Critical Care 13 (2), 146-154.18. Jong, M., Pijl, A., de Gast, H., & Sjling, M. 2012. The effects of guided imagery on preoperative anxiety and pain management in patients undergoing laparoscopic cholecystectomy in a multi-centre RCT study. BMC Complementary and Alternative Medicine 2012, 12.19. Moerman N, van Dam FS, Muller MJ, Oosting H. The Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS). Anesth Analg 1996; 82:445-51.20. Boker A, Brownell L, Donen N. The Amsterdam preoperative anxiety and information scale provides a simple and reliable measure of preoperative anxiety. Can J Anaesth 2002; 49:792-8.21. Nishimori M, Moerman N, Fukuhara S, van Dam FS, Muller MJ, Hanaoka K, et al. Translation and validation of the Amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS) for use in Japan. Qual Life Res 2002; 11:361-4.22. Maurice-Szamburski et al. Validation of the French version of the Amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS)Health and Quality of Life Outcomes 2013, 11:166.23. Kunthonluxamee et al. Validity and Reliability of the Amsterdam preoperative anxiety and information scale (APAIS); Thai version in adult Thai pre-operative patient. Journal of Psychiatr Assoc Thailand. Vol. 54. No.1 2009.24. Kusumawati, F., & Yudi, H. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta :Salemba Medika.25. Snyder, M., & Lindquist, R. (2002). Complementary alternative therapies innursing. New York: Springer Publishing Company.26. Rosintan. 2003. Gambaran tingkat kecemasan pasien menghadapi tindakan operasi. Jakarta: Universitas Indonesia.27. Sutrimo, Ade. Pengaruh Guided Imagery And Music (Gim) Terhadap Kecemasan Pasien Pre Operasi Sectio Caesaria (Sc) Di Rsud Banyumas. Skripsi. Purwokerto; 2013