rahasia laporan penelitian biolaras sebagai … filekimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN JUDUL PENELITIAN
BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA
DALAM PENGENDALIAN MALARIA
DI DAERAH ENDEMIS
Yusnita M. Anggraeni, dkk
Balai Besar Litbang Vektor dan Reservoir Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
2018
RAHASIA
SK Penelitian
SUSUNAN TIM PENELITI
No. N a m a Keahlian / Kesarjanaan Kedudukan dalam Tim Uraian Tugas
1 Yusnita Mirna A, S.Si,
M.Biotech
Bioteknologi/S2 Ketua Pelaksana Melakukan pembuatan proposal, protokol dan pelaksanaan penelitian
dalam segala aspek dan penyususunan laporan
2 Joko Waluyo, ST, M.Sc.PH Kesehatan Masyarakat Koordinator Melakukan koordinasi seluruh komponen penelitian
3 Arief Nugroho, S.T. Teknik Lingkungan/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi
penelitian dan pembuatan laporan
4 Arum Triyas Wardani, S.Farm Farmasi/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi
penelitian dan pembuatan laporan
5 Revi Rosavika K., S.Si Statistika/S1 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi
penelitian, analisis data, dan pembuatan laporan
6 Lulus Susanti, SKM, MPH Kesehatan Masyarakat/S2 Peneliti Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian, evaluasi
penelitian, analisis data, dan pembuatan laporan
7 Rendro Wianto Analis/D3 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di laboratorium
dan lapangan
8 Arif Suryo Prasetyo Kesehatan
Lingkungan/D3 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan
9 Evi Sulistyorini, SKM, M.Si Entomologi/S2 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan 10 Ary Oktsari Yanti S., SKM Kesehatan Masyarakat/S1 Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan 11 Subiantoro SMA Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan
12 Warido SMA Teknisi Bersama peneliti melaksanakan operasional penelitian di lapangan
13 Hilda Perianto, S.Kom S1 Sistem Informasi Sekretariat Membantu penyelesaian administrasi dalam seluruh kegiatan penelitian
(Tim peneliti terdiri dari seorang Ketua Pelaksana yang bertanggung jawab atas semua aspek penelitian ini dan sejumlah Peneliti dan Pembantu Peneliti
menurut kebutuhan yang bertanggung jawab mengenai salah satu aspek sesuai bidang keahliannya. Ketua dan setiap anggota harus dapat memberi
informasi mengenai jalannya pelaksanaan pada setiap saat. Selain peneliti, dapat diajukan penggunaan tenaga konsultan bila diperlukan)
PERSETUJUAN ETIK
6
PERSETUJUAN ATASAN
Salatiga, Desember 2018
Ketua PPI B2P2VRP Ketua Pelaksana
Dra Widiarti, M.Kes Yusnita Mirna Anggraeni, S.Si, M.Biotech
NIP 195509281984122001 NIP 198401302008122003
Mengetahui,
Kepala B2P2VRP
Joko Waluyo, ST, M.Sc.PH
NIP. 19611021186031002
7
KATA PENGANTAR
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
memulai penelitian memanfaatkan Bacillus thuringiensis (Bt) H-14 sebagai pengendali
jentik vektor penyakit sejak tahun 1994. Penelitian diawali dengan melakukan penapisan
bakteri dari sampel tanah di beberapa lokasi penelitian di Indonesia, termasuk Kota
Salatiga. Biolarvisida dengan bahan aktif kristal protein toksin Bt H-14 koleksi B2P2VRP
dengan nama dagang “Biolaras” telah dikembangkan dan diujicobakan pada skala
laboratorium dan lapangan.
Tahun 2018 dilakukan penelitian “Biolaras sebagai Biolarvisida dalam
Pengendalian Malaria di Daerah Endemis” untuk menguji efektivitas Biolaras dalam
sediaan bubuk terhadap jentik Anopheles di daerah endemis malaria. Laporan akhir
penelitian ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban ilmiah berakhirnya kegiatan
penelitian yang penulis lakukan pada tahun anggaran 2018.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan penelitian ini banyak kelemahan dan
jauh dari sempurna, maka saran dan kritik ke arah kesempurnaan sangat penulis harapkan.
Harapan penulis penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan bagi pengelola program
sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen penggunaan larvasida mikrobia Bt H-14
koleksi B2P2VRP sebagai tindakan alternatif terhadap pengurangan dan selektivitas
penggunaan insektisida kimia.
Tim Penyusun
8
BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA DALAM PENGENDALIAN
MALARIA DI DAERAH ENDEMIS
Yusnita M. Anggraeni, Arief Nugroho, Arum Triyas Wardani, Revi Rosavika Kinansi,
Lulus Susanti, Rendro Wianto, Arif Suryo Prasetyo, Evi Sulistyorini, Ary Oktsari Yanti
S., Subiantoro, Warido
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
RINGKASAN EKSEKUTIF
Malaria sebagai salah satu penyakit tular vektor masih menjadi masalah
kesehatan di beberapa negara beriklim tropis dan subtropis, salah satunya Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009 Tanggal 28 April 2009 tentang Eliminasi Malaria di
Indonesia diperlukan pengendalian jentik nyamuk Anopheles sebagai vektor bagi
penyakit malaria untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sehat dan terbebas dari
penularan malaria.
Metode pengendalian jentik nyamuk yang paling sering digunakan adalah secara
kimiawi, namun efek sampingnya kurang baik bagi lingkungan. Biolaras merupakan
biolarvisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis H-14 isolat Salatiga yang potensial dan
efektif untuk mengendalikan jentik nyamuk vektor. Pengendalian vektor secara biologi
dengan biolarvisida tersebut tidak memberikan efek negatif bagi lingkungan dan spesies
non-target. Pemanfaatan biolarvisida Biolaras sebagai alternatif penggunaan insektisida
kimiawi memberikan harapan untuk pengendalian vektor (nyamuk).
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan nilai efikasi dan efektivitas Biolaras
terhadap jentik vektor malaria pada skala laboratorium dan skala lapangan. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penelitian dengan membuat Biolaras bentuk
sediaan bubuk. Penelitian ini menggunakan Bt H-14 dari laboratorium bakteriologi Balai
Besar Penelitan dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga.
Kultur Bt H-14 kemudian dilakukan pengujian efikasi dan efektivitasnya terhadap jentik
nyamuk Anopheles spp. baik di laboratorium B2P2VRP Salatiga maupun lapangan.
Pengujian dilakukan di laboratorium B2P2VRP Salatiga untuk menentukan nilai LC50
dan LC90. Uji lapangan dilakukan di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah,
9
Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kabupaten
Sukabumi, Provinsi Jawa Barat untuk mengetahui efektivitas Biolaras dalam
pengendalian malaria di daerah endemis.
Hasil uji efikasi di laboratorium tehadap jentik Anopheles aconitus menunjukkan
nilai LC50 sebesar 14,36 mg/m2 sedangkan LC95 sebesar 58,44 mg/m2. Aplikasi Biolaras
pada skala lapangan menggunakan 10 x LC95. Hasil pengujian pada skala lapangan di
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan efektivitas Biolaras
terhadap jentik Anopheles spp. bertahan hingga hari kedua setelah aplikasi sedangkan di
Kabupaten Magelang hingga 4 hari. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh
terhadap efektivitas biolarvisida terhadap kematian jentik.
10
BIOLARAS SEBAGAI BIOLARVISIDA DALAM PENGENDALIAN
MALARIA DI DAERAH ENDEMIS
Yusnita M. Anggraeni, Arief Nugroho, Arum Triyas Wardani, Revi Rosavika Kinansi,
Lulus Susanti, Rendro Wianto, Arif Suryo Prasetyo, Evi Sulistyorini, Ary Oktsari Yanti
S., Subiantoro, Warido
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
ABSTRAK
Pengendalian penyakit malaria seperti halnya penyakit menular lainnya
didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Penggunaan insektisida kimia untuk
pengendalian vektor dalam waktu lama dan frekuensi tinggi dapat menimbulkan
resistensi vektor di samping dampak negatif lainnya terhadap lingkungan. Timbulnya
resistensi nyamuk terhadap insektisida kimia dan adanya pertimbangan terhadap
keamanan lingkungan mendorong dikembangkannya formula biolarvisida Bacillus
thuringiensis (Bt) H-14 yang efektif dan bersifat target spesifik. Penggunaan B.
thuringiensis H-14 telah direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO)
pada tahun 1978 untuk mengendalikan jentik nyamuk Anopheles spp., Aedes spp. dan
Culex spp. Salah satu karakteristik Bt H-14 adalah mampu memproduksi kristal protein
toksin (delta–endotoksin) selama proses sporulasi. Kristal tersebut bersifat toksik
terhadap jentik nyamuk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir
Penyakit (B2P2VRP) Salatiga telah melakukan eksplorasi Bt-14 dari berbagai habitat
tanah termasuk tanah yang berada di lokasi endemik malaria dan telah diperoleh isolat Bt
H-14. Aplikasi Bt H-14 memerlukan suatu bentuk formulasi sediaan yang sesuai dengan
sasaran spesies jentik nyamuk yang akan dikendalikan. Pembuatan sediaan serbuk Bt H-
14 koleksi B2P2VRP (Biolaras) dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya alam lokal
sehingga memunculkan kemandirian bangsa dan menghemat biaya. Hasil uji efikasi di
laboratorium tehadap jentik Anopheles aconitus menunjukkan nilai LC50 sebesar 14,36
mg/m2 sedangkan LC95 sebesar 58,44. Aplikasi Biolaras pada skala lapangan
menggunakan 10 x LC95. Hasil pengujian pada skala lapangan di Kabupaten Sukabumi
dan Kabupaten Kulon Progo menunjukkan efektivitas Biolaras terhadap jentik Anopheles
spp. bertahan hingga hari kedua setelah aplikasi sedangkan di Kabupaten Magelang
hingga 4 hari. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap efektivitas
biolarvisida terhadap kematian jentik.