proposal hamdani

51
A. Identitas Mahasiswa Nama : HAMDANI NIM : 06.20717.038 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Alamat : Dusun Pepebulaeng Kec. Bontoa, Kab. Maros B. Judul Penelitian Peningkatan Kemampuan Belajar Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap Peserta Didik Kelas V di SD No 27 Inpress Pepebulaeng Kabupaten Maros” C. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan sosial. 1

Upload: rusdi

Post on 19-Jun-2015

388 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Hamdani

A. Identitas Mahasiswa

Nama : HAMDANI

NIM : 06.20717.038

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Program Studi : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Alamat : Dusun Pepebulaeng Kec. Bontoa, Kab. Maros

B. Judul Penelitian

Peningkatan Kemampuan Belajar Bahasa Indonesia Melalui Pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) terhadap Peserta Didik Kelas V di SD No 27

Inpress Pepebulaeng Kabupaten Maros”

C. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, tindakannya yang pertama dan yang paling

penting adalah tindakan sosial. Suatu tindakan tempat saling mempertukarkan

pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan

perasaan dan saling mengekpresikan serta menyetujui sesuatu pendirian atau

keyakinan. Oleh karena itu, di dalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen

yang umum, yang sama-sama disetujui dan dipahami oleh sejumlah orang merupakan

suatu masyarakat untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan komunikasi. Di sini

perlu disadari bahwa “Bahasa berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

1

Page 2: Proposal Hamdani

karena tanpa bahasa maka segala jenis kegiatan dalam masyarakat akan lumpuh”

(Keraf, 1993:1).

Berbahasa pada dasarnya tidak lain adalah mencetuskan pikiran, gagasan

dan maksud dengan perkataan lain, manfaat yang paling besar dari bahasa adalah

dapat dipergunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau maksud kepada

orang lain. Bahasa merupakan kegiatan keterampilan yang meliputi beberapa aspek,

yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis. “Terampil berbahasa berarti terampil menyimak, terampil

berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis (Tarigan, 1986:22).

Setiap keterampilan tersebut saling berhubungan dengan proses-proses

berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.

Semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

Semua itu dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan berlatih. “Melatih keterampilan

berbahasa berarti pula melatih keterampilan berpikir.” (Tarigan, 1986:1).

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis

merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang

menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai

kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajat itu, pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang

dicita-citakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang

pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran (Oemar Hamalik,

2008: 3).

2

Page 3: Proposal Hamdani

Pembelajaran ada yang bersifat universal atau semua mempelajarinya,

seperti berbicara, berjalan, atau makan. Ada pula pembelajaran yang tidak universal,

karena seseorang mempelajari sesuatu yag berbeda dari orang lain. Inilah yang

menunjukkan bahwa pembelajaran adalah kontekstual. Sesorang belajar apa dan

kapan waktunya tergantung pada lingkungan mereka dianggap penting dan relevan

dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang mempelajari sesuatu karena mereka memiliki

kesempatan untuk menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan sehari-harinya.

Dengan demikian pembelajaran dapat dilakukan oleh seseorang pada waktu yang

berbeda dengan orang lain dengan tempat yang berbeda pula, seperti di rumah, di

sekolah, atau dimasyarakat.

Orang dewasa akan mempelajari sesuatu karena yang dipelajarinya itu

berguna dan mendapatkan kesempatan untuk mengaplikaskan pembelajaran ini dalam

kehidupan sehari-hari. Sedangkan peserta didik memiliki kesempatan terbatas untuk

menerapkan pembelajarannya dalam konteks kehidupan nyata. Mereka masih

mengembangkannya, sehingga seringkali tidak melihat relevansi dari isi pelajaran di

kelas dengan kehidupan nyata sehari-hari. Upaya guru untuk membantu peserta didik

memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya itu adalah dengan

melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengaplikasikan apa yang dipelajarinya di kelas.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong ingin mengetahui

peningkatan kemampuan belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan contextual

teaching learning (CTL) terhadap peserta didik kelas V di SD Negeri No 27

3

Page 4: Proposal Hamdani

Pepebulaeng Kabupaten Maros dan selain itu pertimbangan biaya dan kemudahan

akomodasi. Selain itu pula, di tempat tersebut belum ada yang mengangkat masalah

tersebut.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah yang diajukan adalah apakah dengan menerapkan pendekatan contextual

teaching learning (CTL) dapat meningkatkan kemampuan belajar bahasa indonesia di

SD Negeri No 27 Pepeulaeng Kabupaten Maros?.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan

belajar Bahasa Indonesia melalui pendekatan kontekstual di SD Negeri No 27

Pepebulaeng Kabupaten Maros.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

a. Dapat memberikan suatu masukan pada pengajaran bahasa dan sastra

Indonesia, khususnya kemampuan belajar Bahasa Indonesia di SD Negeri No

27 Pepebulaeng kabupaten Maros;

b. Memberikan sumbangan pikiran terhadap guru-guru mata pelajaran bahasa

Indonesia di SD tentang cara penyusunan materi bagi pembelajaran/

pengajaran Bahasa Indonesia.

4

Page 5: Proposal Hamdani

c. Memberikan masukan dalam rangka peningkatan kemampuan kreativitas

guru-guru bahasa Indonesia di SDN No 27 Pepebulaeng Kabupaten Maros

dalam mengajarkan keterampilan berbahasa.

F. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir

1. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Belajar

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya

tentang ”belajar”. Seringkali pula perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain.

Dalam uraian ini kita akan berkenalan dengan beberapa perumusan saja, guna

melengkapi dan memperluas pandangan kita tentang mengajar.

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalaui pengalaman. (learning is definied as the modification or strengthening of behavior through experience)(Oemar Hamalik, 2008: 36).

Menurut pengertian ini, belajara adalah merupakan suatu proses, suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan

tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar ukan suatu penguasaan

hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.(Oemar Hamalik, 2008: 36)

Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang

menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan ; belajar adalah latihan-

latian pembentukan kebiasaan secara otomatis, an seterusnya.

5

Page 6: Proposal Hamdani

Sejalan dengan perumusan di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar, yang

menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan. (Oemar Hamalik, 2008: 36)

Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka jelas, tujuan belajar itu

prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha

pencapainnya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan

lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.

William Burton (dalam Oemar Hamalik, 2008: 36) mengemukakan bahwa a god

learning situation consist of a rich and varied series of learning expereriences unified

around a vigorous purpose, and carried on in interaction with a rich, varied and

provocative environment.

Pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang

dimiliki seseorang tidak dapat diidentifikasi, karena ini merupakan kecenderungan

perilaku saja. Hal ini dapat diidentifikasi bahkan dapat diukur dari penampilan

(behavior performance). Penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan,

menyebutkan sesuatu, atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, kita dapat

mengidentifikasi hasil belajar melalui penampilan. Namun demikian, individu dapat

dikatakan telah menjalani proses belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan

dalam kecenderungan perilaku. (De Cocco & Crawford, 1977: 178).

Menurut Kimble & Garmezy, sifat perubahan perilaku dalam belajar

relatif permanen. Dengan demikian hasil belajar dapat diidentifikasi dari adanya

kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat berulang-ulang dengan hasil

6

Page 7: Proposal Hamdani

yang sama. Kita membedakan antara perubahan perilaku hasil belajar dengan terjadi

secara kebetulan. Orang yang secara kebetulan dapat melakukan seasuatu, tentu tidak

dapat menghalangi perbuatan itu dengan hasil yang sama. Sedangkan orang dapat

melakukan sesuatu karena hasil belajar dapat melakukannya secara berulang-ulang

dengan hasil yang sama.

b. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran

Jika kita mengamati berbagai praktik pembelajaran yang dilaksanakan oleh

para guru, akan dapat dijumpai gejala beraneka ragam. Keanekaragaman itu terjadi,

baik pada tingkah laku guru, peserta didik, maupun situasi kelas. Secara umum gejala

yang dapat diamati dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok utama (Sumiati &

Asra, 2008: 1), yaitu :

1. Ada guru yang mengajar dengan cara menyampaikan materi pelajaran

semata-mata.

2. Ada guru yang sengaja menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga

peserta didik dapat melakukan berbagai kegiatan yang beraneka ragam

dalam mempelajari materi pembelajaran.

3. Ada guru yang mengajar dengan memberi kebebasan kepada peserta didik

memilih materi pembelajaran apa akan dipelajari sesuai dengan minat dan

pilihannya, juga memberi kebebasan kepada setiap peserta didik untuk

melakukan proses mempelajari materi pembelajaran tersebut.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

7

Page 8: Proposal Hamdani

mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran teridiri dari

peserta didik, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Meterial

meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, sliem dan film, audio, dan

video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio

vidual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi,

praktik, elajar, ujian dan sebagaianya. (Oemar Hamalik, 2008: 57).

c. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

Jika ditelusuri secara mendalam, proses pembelajaran yang merupakan inti

dari proses pendidikan formal di sekolah di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai

kompoen pembelajaran. Komponen-komponen ini dapat dikelompokkan ke dalam

tiga kategori utama, yaitu guru, isi atau materi pembelajaran, dan peserta didik.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana,

seperti metoe pemelajaran, media pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat

belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya

tujuan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang

peranan sentral dalam proses pembelajaran.

Pada awal proses pembelajaran peran guru bisa lebih aktif. Guru memberikan

pengetahuan yang dibutuhkan peserta didik dengan mengemukakan pendapat,

bertanya, menjelaskan, memberikan contoh yang akan dipelajari peserta didik.

Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dan

berpartisipasi secara nyata menerapkan apa yang telah pelajarinya dari guru dengan

bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih, atau mencoba. Ketika peserta

8

Page 9: Proposal Hamdani

didik aktif peran guru mulai berubah menjadi lebih pasif, misalnya dengan cara

mengawasi atau membimbing peserta didik dan memberikan feedback. Sebaliknya

dari guru, pada awal pelajaran peserta didik cenderung pasif. Mereka mendengarkan

dan mengamati penjelasan guru. Selanjutnya, peserta didik menjadi lebih aktif

dengan menerapkan pengetahuan yang mereka terima di awal pembelajaran tadi.

Misalnya dengan melakukan praktik, latihan, atau percobaan. Seluruh proses belajar

seharusnya memungkinkan peserta didik aktif hingga berhasil.

Peran guru dalam proses pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas

peserta didik setidak-tidaknya menjalankan tugas utama (Sumiati & Asra, 2008: 3-4),

berikut ini:

1. Merencanakan Pembelajaran

2. Melaksanakan Pembelajaran

3. Mengevaluasi Pembelajaran

4. Memberikan Umpan Balik

d. Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran

Peserta didik adalah peserta yang aktif. Titik tolak pemikiran peserta didik

diajar dan guru mengajar beralih ke pandangan bahwa peserta didik belajar, peserta

didik mempelajari berbagai hal terus menerus dalam perjalanan hidupnya. Sekolah

merupakan tempat dan kesempatan belajar untuk belajar. Kegiatan belajar adalah

kegiatan sepanjang hayati, kegiatan yang tidak berhenti pada saat peserta didik tamat

sekolah. Oleh karena itu, kegiatan di sekolah adalah lebih daripada sekedar belajar.

Kegiatan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran. Peserta didik belajar, saling

9

Page 10: Proposal Hamdani

belajar, bukan hanya dari guru melainkan juga dari teman-teman sekelas, dari sumer

belajar yang lain (media cetak, media elektronik).

Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, teknik dan

pendekatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal. Teknik dan

metode pembelajaran yang dipilih harus pembelajaran dalam bentuk pemberian tugas

proyek demonstrasi, pemecahan masalah untuk menghasilkannya yang meliatkan

partisipasi aktif peserta didik. Guru perlu mempertimbangkan model pembelajaran

yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. Guru juga garus membuat

perencanaan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, jenis penugasan, dan batas akhir

suatu tugas.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran berorientasi peserta didik

adalah peran guru bergeser dari menentukan ”apa yang akan dipelajari?” ke

”bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik”.

Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi

interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan narasumber lain.

e. Pembelajaran Kontekstual (CTL; Contextual Teaching and Learning)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran

yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar

dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks

pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang

dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

10

Page 11: Proposal Hamdani

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) diperlukan sebuah

pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu

mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta.

Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat

pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi

sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan

selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.

Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi

pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak

harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang

diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Peserta didik sebagai

pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan

pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan

belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung

guru mengarahkan dari dekat. Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:

1) Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan

membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan

tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya

11

Page 12: Proposal Hamdani

diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi

pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa

banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.

2) Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh

guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara

berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan.

Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa,

siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.

3) Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang

bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian

membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab,

hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.

4) Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi

sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya

dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta

mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas

di atasnya, beekrja dengan masyarakat.

5) Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar

siswa dapat mencontoh, belajr atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang

diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru

12

Page 13: Proposal Hamdani

bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media

cetak dan elektroniksi

6) Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan

pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan

hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.

Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang

diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa

mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.

7) Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan

(pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik

adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari

sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar

dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai

pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan

ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik.

Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat

belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam

pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik

yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.

13

Page 14: Proposal Hamdani

f. Hasil Belajar

1) Pengertian hasil belajar

Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui

penguatan (reinfarcemen), sehingga terjadi perubahan ynag bersifat permanen dan

persistem pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behavior of

experience),demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika

Serikat dari aliran bahavioural approach (Dwitaqma, 2008:1).

Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan

akumulatif, mengarah pada kesempatan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu,

dan tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (coqnitive

domain), aspek afektif (afektive domain). Hal tersebut sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh Winkel (1996:244) bahwa “dalam taksonomi Bloom, aspek belajar

yang harus diukur keberhasilannya adalah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik

sehingga dapat menggambarkan tingkah laku menyeluruh sebagai hasil belajar

siswa?”.

Pencapaian hasil belajar dapat diukur dengan melihat prestasi belajar yang

diperoleh pada proses pembelajaran. Tingkah laku sebagai hasil belajar juga tidak

terlepas dari proses pembelajaran di kelas dan berbagai bentuk interaksi belajar

lainnya.Menurut Sudjana (1984 : 3) bahwa hasil belajar adalah “tingkah laku yang

dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang diharapkan. Hasil belajar dalam hal ini, meliputi wawasan kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

14

Page 15: Proposal Hamdani

Adapun menurut Mappasoro (2006: 1-2) bahwa “hasil belajar adalah sejumlah

perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang disebabkan oleh faktor lain di luar

seperti perubahan karena kematangan, perubahan karena kelelahan fisik dan

sebagainya”.

Hasil belajar dan prestasi belajar ibarat dari sisi mata uang yang tidak dapat

dipisahkan. Oleh Karena itu, berbicara hasil belajar maka orientasinya adalah

berbicara prestasi belajar yang diukur dengan nilai tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan yang dicapai seorang pelajar setelah mengikuti program

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan yang meliputi

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang dimaksudkan adalah prestasi

belajar yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, tujuan

pembelajaran dipandang sebagai suatu harapan yang akan diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

Nasution (2000 : 61) bahwa “hasil belajar siswa dirumuskan sebagai standar

kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik dan merupakan

komponen dari tujuan umum bidang studi”.

2) Fungsi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dapat dijadikan indikator untuk mengikuti

tingkat kemampuan, kesanggupan, penguasaan tentang materi belajar. Sehingga hasil

belajar dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Di

15

Page 16: Proposal Hamdani

dalam pengertian tentang evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatkan data

pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana kemampuan dan keberhasilan

siswa dalam pencapaian tujuan kurikuler.

Di samping hasil belajar yang digunakan oleh guru-guru dan para pengawas

pendidik untuk mengukur dan menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-

pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang

digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi

hasil belajar dalam pendidikan dan pengajaran dikelompokkan menjadi empat fungsi

(Purnama, 1996 : 2) yaitu :

a) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta

didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka

waktu tertentu. Hasil belajar dapat diperoleh itu selanjutnya dapat

digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formatif)

dan atau untuk mengisi rapor atau Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional,

yang berbarti pula untuk menentukan kenaikan kelas atau lulus tidak

hanya seorang peserta didik dari suatu lembaga pendidikan tertentu

(fungsi sumatif).

b) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaran

sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan

satu sama lainnya.

16

Page 17: Proposal Hamdani

c) Untuk keperluan bimbingan dan konseling (BK). Hasil-hasil yang telah

dilaksanakan terhadapa peserta didiknya dapat dijadikan informasi atau

data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah.

d) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang

bersangkutan.

Adapun menurut Winkel (1996: 483-484) bahwa hasil elajar dapat digunakan

untuk :

a) Mendapatkan informasi tentang masing-masing peserta didik, sampai

sejauh mana mereka telah mencapai tujuan-tujuan intruksional. Hasil

belajar pada tahap evaluasi formatif merupakan bahan untuk memonitor

kemajuan peserta didik menyangkut pencapaian tujuan intruksional untuk

unit pelajaran tertentu, pada tahap evaluasi sumatif dapat digunakan

sebagai bahan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan peserta

didik dalam beberapa tujuan instruksional yang diuji bersama-sama.

b) Mendapatkan informasi tentang suatu kelompok peserta didik sampai

berapa jauh kelompok peserta didik mengenai tujuan-tujuan instruksional,

misalnya satu satuan kelas di bidang studi Bahasa Indonesia. Informasi ini

diperoleh dengan menerapkan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Hasil evaluasi tersebut juga bersifat diganostik yaitu membantu

menentukan faktor kesulitan dan kesukaran yang masih dialami peserta

didik dalam mencapai tujuan instruksional tertentu, dimana faktor tersebut

17

Page 18: Proposal Hamdani

mungkin terdapat pada pribadi peserta didik dan mungkin juga terletak

dalam model proses belajar mengajar itu sendiri.

3) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar

Belajar merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku subyek

belajar ternyata banyak faktor yang mempengaruhi dari sekian banyak yang

berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar, menurur Sardiman (2003 : 49) bahwa

secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor interen (dari dalam) dan faktor

eksteren (dari luar) diri subyek belajar. Hal ini, sama dikemukakan oleh Abdurahman

(1993 : 114) bahwa “hasil belajar secara pokok dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a) Faktor internal dan

b) Faktor eksternal

Faktor internal terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi faktor

fisiologis dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi yang

berada di luar siswa yang terdiri atas faktor keluarga atau rumah tangga, faktor

sekolah dan faktor lingkungan masyarakat.

Menurut Abdurrahman (1993: 114) bahwa

Faktor fisiologis-biologis yang berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, antara lain: (1) bentuk atau postur tubuh, (2) kesegaran dan kebugaran, (3) kesehatan atau keutuhan tubuh, (4) instink, refleks dan driff (dorongan), (5) komposisi zat cair tubuh, dan (6) rentang dan susunan saraf. Adapun faktor psikologis, antara lain : (1) kemampuan kognitif (pengenalan) berupa pengamatan, tanggapan, ingatan, assosiasi/ reproduksi, fantasi dan intelegensi, (2) kematangan emosi (perasaan berupa kematangan emosi biologis dan emosi rohani, (3) kekuatan konasi (kemauan), dan dorongan kombinasi berupa minat, perhatian, dan sugesti.

18

Page 19: Proposal Hamdani

Lebih lanjut Abdurrahman (1993: 115)

Faktor-faktor yang berkaitan dengan keluarga dan lingkungan, antara lain: (1) suasana kehidupan dalam keluarga, (2) kondisi sosial ekonomi, (3) perhatian orang tua terhadap pelajaran anaknya, (4) pemberian motivasi dan dorongan untuk belajar, (5) fasilitas belajar. Faktor sekolah berkaitan dengan (1) pengelolaan kelas dan sekolah, (2) hubungan antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dan antara peserta didik dengan guru, (3) pelaksanaan bimbingan konseling, (4) fasilitas dan sumber belajar, (5) penetapan dan penggunaan metode dan media pembelajaran oleh guru, (6) kondisi ruangan dan tempat belajar, dan (7) kerjasama orang tua dengan guru dan sekolah dengan masyarakat. Sedangkan faktor ligkungan masyarakat berkaitan dengan (8) perhatian dan kepedulian lembaga-lembaga masyarakat akan pendidikan, (9) keteladanan para pemimpin formal dan informal, (10) peranan media massa, dan (11) bentuk kehidupan masyarakat.

2. Prinsip-prinsip pengembangan hasil belajar

Pengembangan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan cara mengemas

pelajaran dan suasana menantang, merangsang dan menggugah daya cipta siswa

untuk menemukan dan mengesankan. Gagne dalam Mulyasa (2007 : 111)

menambahkan bahwa jika seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah pada

akhirnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah memegang peranan

penting dalam pemgembangan siswa.

Menurut Abdurrahman (1993 : 189-110) bahwa “beberapa prinsip yang dapat

digunakan dalam mengembangkan hasil belajar antara lain:

a) Prinsip motivasi

Prinsip motivasi dimaksudkan untuk merangsan daya dorong pribadi peserta

didik melakukan sesuatu (motivasi intrinsil dan motivasi ekstrinsik). Untuk motivasi

19

Page 20: Proposal Hamdani

instrinsik, gairahkanlah perasaan ingin tahu anak, keinginan mencoba dan hasrta

untuk lebih memajukan hasil belajar.

b) Prinsip latar atau konteks;

Peserta didik akan terangsang mempelajari sesuatu jika mengetahui adanya

hubungan langsung pada hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya. Guru hendaknya

mengetahui apa kira-kira pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman yang

sudah dimiliki peserta didi. Dengan pengetahuan latar ini, guru dapat

mengembangkan kemampuan dan hasil belajar peserta didik.

c) Prinsip sosialisasi;

Kegiatan belajar bersama dala kelompok perlu dikembangkan di kalangan

peserta didik, karena hasil belajar akan lebih baik. Pengelompokan peserta idik dapat

dilakukan dengan pendekatan kemampuan, tempat tinggal, jenis kelamin, dan minat.

Setiap kelompok diberi tugas yang berbeda dari sumber yang sama.

d) Prinsip belajar sambil bermain.

Bekerja merupakan tuntutan menyatakan diri utuk berprestasi pada diri

anak, karena itu berilah kesempatan mengembangkan kemampuan dan hasil

belajarnya melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.

3. Kerangka Pikir

20

Page 21: Proposal Hamdani

Pembelajaran bahasa adalah proses member rangsangan belajar berbahasa

kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan belajar.

Untuk meningkatkan hasil belajar, harus menarik peserta didik sehingga

peserta peserta didik termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajaran

interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada peserta didik sebagai

subyek belajar. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan peserta

didik secara integrative dan komprehensif pada aspek kognitif, efaketif, dan

psikomotorik sehingga terapai hasil belajar. Agar hasil belajar membaca meningkat

diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan peserta

didik secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotorik dalam

proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat utuk melibatkan peserta

didik secara totalitas adalaha pembelajaran degan pendekatan keterampilan proses.

Pendekatan Kontekstual menekankan pada upaya mengajarkan kepada

peserta didik terlibat secara optimal dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Secara sistematika

kerangkat pikir dapat dilihat pada gambar berikut.

21

Page 22: Proposal Hamdani

Gambar 1 skema kerangka pikir

A. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Menurut Umar dan Kaco (2008: 9) bahwa “PTK bertujuan untuk peraikan

dan peningkatan layanan professional guru dalam menangani kegiatan belajar

mengajar”. Terdapat beberapa macam model PTK. Namun yang akan dipilih dala

penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart (Tiro, 2007), model ini terdiri

dari empat komponen dalam satu siklus, yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3)

Obervasi, (4) Refleksi. Empat komponen tersebut dilaksanakan secara berurutan

22

Pembelajaran Bahasa

Medel Pembelajaran

Contextual Taechig Learning(CTL)

Hasil Belajar

Page 23: Proposal Hamdani

dalam dua siklus. Daur penelitian tindakan kelas ditujukan sebagai perbaikan atau

hasil refleksi terhadap tindakan sebelumnya yang dianggap belum berhasil. Secara

skematik desain PTK dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2 Skema Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus

2. Variabel Penelitian

Variebel dalam penelitian ini adalah:

a. Pendekatan keterampilan proses sebagai variabel bebas.

b. Hasil belajar membaca sebagai variabbel terikat.

3. Objek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian tindakan kelas adalah kelas V SD No. 27

Inpres Pepebulang terletak di dusun Pepebulaeng, Desa Balosi, Kec. Bontoa

Kabupaten Maros tahun ajaran 2009/2010 dibina oleh 15 (lima belas) guru dan

seorang bujang yang berjumlah sebanyak 27 orang. Siswa dengan rincian 14 siswa

perempuan dan 13 siswa laki-laki.

23

Perencanaan

Refleksi Tindakan

Observasi

Page 24: Proposal Hamdani

4. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik Pengumpulan Data yang dilakukan melalui beberapa teknik sebagai

berikut:

a. Tes, dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan

butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.

b. Observasi, tentang hasil belajar peserta didik dan keaktifan peserta didik

selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas

kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta didik maupun guru.

Kegiatan dimulai dari awal pembelajaran yang berkaitan dengan membaca.

5. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Siklus I

a. Tahap Perencanaan (planning)

1. Guru membuat Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) sesuai

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Membuat bahan evaluasi berdasarkan materi yang diajarkan.

3. Selain perangkat pembelajaran juga disiapkan instrumen penelitian

berupa lembar observasi dan tes hasil belajar.

b. Tahap Tindakan (acting)

Guru melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar sesuai

dengan rancana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan.

Adapun hal yang dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan adalah

implementasi rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. Dalam penelitian ini yang

24

Page 25: Proposal Hamdani

dimaksud adalah pelaksanaan langkah-langkah proses pembelajaran yang telah

disusun pada rencana perbaikan pembelajaran.

c. Tahap Observasi (observation)

Untuk melihat penampilan guru dan pengaruhnya terhadap aktivitas peserta

didik selama proses belajar mengajar, maka peneliti mengamati lembar observasi

yang suda disiapkan.

Pelaksanaan tindakan, dilakukan pencatatan dengan menggunakan daftar

observasi untuk memudahkan pelaksanaannya. Observator mengamati kegiatan yang

berlangsung sambil mengisi daftar observasi yang telah disiapkan.

Adapun hal-hal yang dicatat selama berlangsungnya kegiatan observasi

adalah keaktifan peserta didik meliputi kerjasama, partisipasi, kejujuran. Sedangkan

observasi untuk guru adala segala perubahan tindakan/ perilaku guru saat terjadi

proses belajar mengajar yang meliputi memotivasi peserta didik, menyampaikan

tujuan, peguasaan materi, dan pemberian umpan balik.

d. Tahap Refleksi (reflection)

Guru dan peneliti berdiskusi untuk melihat keberhasilan dan kegagalan yang

telah terjadi setelah proses belajar mengajar dalam selang waktu tertentu. Hasil

sebagai masukan guru dan observatory untuk membuat perencanaan siklus erikutnya.

Untuk memperaiki kelemahan-kelemahan siklus I, maka disepakati bersama

observatory untuk merevisi rencana perbaikan pemelajaran siklus II. Revisi dilakukan

metode pendekatan proses dan mengoptimalkan motivasi peserta didik serta peraikan

umpan balik.

25

Page 26: Proposal Hamdani

Siklus II

a. Perencanaan (planning)

Rencana tindakan untuk siklus II masih menggunakan tahap kegiatan seperti

pada siklus I, namun diberikan penekanan untuk perbaikan terhadap kekurangan

berdasarkan hasil refleksi dan penemuan penelitian siklus I, rencana tindakan

perbaikan dilaksanakan pada siklus II.

b. Pelaksaaan Tindakan (actioan)

Fokus utama dalam siklus II dibandingkan siklus sebelumnya adalah

mengupayakan semaksimal mungkin bagaimana peserta didik menjawab soal-soal

pertanyaan yang berkaitan dengan materi.

c. Tahap Observasi (observation)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ternyata paa siklus kedua ini

menunjukkan kreativitas belajar dengan kegiatan sangat baik pada seluruh aktivitas

yang diamati. Selanjutnya tindakan/ perilaku guru memperlihatkan perubahan yang

signifikan setelah rencana perbaikan pembelajaran direvisi. Seluruh aspek yang

diamati dalam proses belajar mengajar dengan kualitas yang baik.

d. Refleksi (reflection)

Pada akhir siklus dilakukan refleksi hal-hal yang diperoleh baik dari hasil

observasi maupun hasil te. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I akan

diperbaiki pada siklus selanjutnya.

Siklus II dilakukan dengan mangacu pada prosedur kegiatan yang sama

pada siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, osbservasi, dan refleksi. Hanya

26

Page 27: Proposal Hamdani

saja, pada siklus II seluruh perencanaan dan pengambilan tindakan mengacu pada

upaya peraikan terhadap kekurangan-kekurangan yang diperoleh pada siklus I guna

mencapai hasil yang diharapkan.

Alur Pelaksanaan Penelitian sebagai berikut.

Gambar 2 alur pelaksanaan penelitian

27

Perencanaan

Perencanaan tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan II

HasilPelaksanaan Tindakan II

Observasi Refleksi Observasi

Hasil

Page 28: Proposal Hamdani

6. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif,

yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang diperoleh siswa pada

setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang digunakan tekhnik ketegorisasi yang

dikemukakan oleh Suherman (1990 : 272) sebagai berikut:

a. Tingkat penguasaan 85 % ≤A≤ 100% atau 85 % - 100% sangat tinggi

b. Tingkat penguasaan 75% ≤B≤ 84% atau 75% - 84% tinggi

c. Tingkat penguasaan 55 % ≤C≤ 74% atau 55 % - 74% sedang, cukup

d. Tingkat penguasaan 40 % ≤D≤ 55% atau 40 % - 74% rendah

e. Tingkat penguasaan 0 % ≤A≤ 40 % atau 0 % - 40 % jelek, sangat rendah

Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

Me = Mean

f = Frekuensi

x = Nilai perolehan siswa

N = Jumlah siswa

28

Page 29: Proposal Hamdani

B. Jadwal Penelitian

No. Jenis KegiatanMaret April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Persiapan

a. Pengajuan Judul

b. Penyusunan Proposal

c. Konsultasi Dosen

d. Perbaikan Proposal

2 Pelaksanaan

a. Pengumpulan data

b. Analisis data

3 Penyelesaian

a. Seminar ujian skripsi

b. Perbaikan hasil seminar

c. Pemasukan skripsi

29

Page 30: Proposal Hamdani

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, 1993. Pengelolahan Pengajaran. Ujung Pandang : PT. Bintang Selatan.

Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa

Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Badudu, J.S, 1999. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung : Pustaka Prima.

Burns, P.C., Betty, D. dan Ross, E.P. 1996. Teaching Reading in Today’s elemtary Schools. Chicago: Rand Mc. Anlly College Publishing Company.

Depdikbud, 1996. Kurikulum SD : Pedoman Proses Belajar Mengajar. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud.

Dimyanti, Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud.

Dwitaqama, D, 2008. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (online).

Fitriani. 2001. ”Problematika Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SMA Negeri 3 Makassar”. Skripsi Makassar : FBS UNM.

Funk, James H, 1985. Learning scence paeses skill Lowa : Kendall/Hunt Publishing Company

Gruber, B. 1993. 100% Practical: Strategies for Teacher. Torrance: Frank Schaffer Pulications, Inc.

Hanafie, Sitti Hawang, 1998. Baca Cepat dan Efektif. (Orasi Ilmiah). Ujung Pandang. IKIP.

Hargaove, Peteet. 1984. Assesment In Spesial Education Now Jersey : Paentice Hall.

Mappasaro, S, 2006. Belajar dan Pengajaran. Makassar : FIP UNM

30

Page 31: Proposal Hamdani

Masruppah, 2000. Hubungan antara Kecepatan Membaca dan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Bahasa Indonesia Siswa Kelas I SDN Percobaan Surabaya di Gedangan Sidoarjo Tahun Ajaran 1999/2000. skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas PGRI Adi Buana.

Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moedjiono, Moh. Dimiyanti, 1992, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

Nasution. 2000. Metode Research. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Nurhadi, 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Algasindo.

Puji Santoso, dkk. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rubin, D. 1993. A Practical Approach to Teaching Reading. Boston: Allyn and Bacon.

Rusyan, Tabrani, Kuseliner, Atang, dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya: Bandung.

Saifullah, Aceng Ruhaidi. 1989. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Aksara.

Sardiman, 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo.

Soedarso. 2002. Speed Reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suherman. E. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika untuk Guru dan Calon Guru. Wijaya Kusuma: Bandung.

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sudjana, Nana. 1984. Pedoman Praktis Mengajar. Jakarta: PPPP. Agama Islam.

Tarigan, Henri Guntur, 1979. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

Teew. 1982. Membaca dan Menulis Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Wingkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo.

31