program pasca sarjana universitas galuh · pdf filedisusun untuk memenuhi salah satu syarat...
TRANSCRIPT
PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMP Negeri Di Komisariat 5 Kabupaten Ciamis)
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menempuh Ujian Sidang Magister
Oleh :
P I P I N P I N I M A N NIM. 82321314086
Administrasi Pendidikan
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GALUH
JULI 2015
PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU (Studi Pada SMP Negeri Di Komisariat 5 Kabupaten Ciamis)
Oleh :
P I P I N P I N I M A N NIM. 82321314086
Administrasi Pendidikan
LEMBAR PENGESAHAN
Artikel ini disetujui dimuat dalam e-jurnal
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
Runalan S, Drs., M. Si.
NIP. 195710161987031003
Ciamis, Juli 2015
PENGARUH STRES KERJA DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA GURU
Oleh
Pipin Piniman
ABSTRAK
Penelitian mengkaji pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru yang
dilakukan dengan studi pada SMP Negeri di wilayah komisariat 5 Kabupaten Ciamis. Dengan
demikian maka penelitian ini berfokus pada kajian tentang kinerja guru. Adapun stres kerja dan
motivasi kerja dikaji dalam penelitian ini karena dianggap kedua komponen tersebut memiliki
kontribusi untuk menciptakan kinerja guru yang baik. Permasalahan utama penelitian ini
dijabarkan kedalam tiga pertanyaan pokok, yaitu: 1) Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap
kinerja guru; 2) Bagaimana pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru; 3) Bagaimana
pengaruh stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Dengan menggunakan studi pada guru-guru SMP Negeri yang berada di wilayah Komisariat 5
Kabupaten Ciamis dengan populasi sebanyak 261 orang, dipilih sampel sebanyak 72 orang serta
didukung oleh kajian pustaka yang relevan maka penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai
berikut: 1) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan stres kerja terhadap kinerja guru.
Artinya semakin rendah stres kerja maka kinerja guru semakin meningkat, dan sebaliknya semakin
tinggi stres kerja maka kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja terhadap
kinerja guru dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar -0,606 dan koefisien
determinasi sebesar 0,367 atau 36,7%. Persamaan regresi stres kerja terhadap kinerja guru
adalah Y = 99,423 - 0,286 X1; 2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja
terhadap kinerja guru. Artinya semakin meningkat motivasi kerja maka kinerja guru semakin
meningkat, dan sebaliknya semakin menurun motivasi kerja maka kinerja guru pun akan semakin
menurun. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru dikategorikan kuat, dengan koefisien
korelasi sebesar 0,633 dan koefisien determinasi sebesar 0,401 atau 40,1%. Persamaan regresi
motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah Y = 41,700 + 0,470 X2; 3) Terdapat pengaruh yang
signifikan antara stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Dengan pengaruh stres kerja negatif dan pengaruh motivasi kerja yang positif, artinya semakin
rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja maka kinerja guru semakin meningkat, dan
sebaliknya semakin tinggi stres kerja dan semakin rendah motivasi kerja maka kinerja guru pun
akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar 0,714 dan koefisien determinasi sebesar
0,509 atau 50,9%. Persamaan regresi stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah
Y = 63,717–0,180 X1+0,326 X2.
Kata kunci : Stres Kerja, Motivasi Kerja, kinerja guru
A. Pendahuluan
Untuk mencapai tujuan pendidikan, kualitas pendidikan di Indonesia
harus selalu ditingkatkan, peningkatan kualitas pendidikan harus didukung
dengan peningkatan kualitas tenaga pendidiknya. Hal ini senada dengan
pendapat Wahyudi (2012: 4) bahwa upaya peningkatan profesionalisme guru
sangat terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, karena
guru merupakan komponen yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan.
Oleh karenanya keberadaan serta keterlibatan guru yang profesional dan
berkinerja baik sangatlah penting dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan
tersebut.
Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar,
karenanya mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh
kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Aqib (2002: 32), guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan
pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan
belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen
yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini
menunjukan bahwa kinerja dari seorang guru sangat menentukan mutu
pendidikan.
Keadaan kinerja guru dan tenaga kependidikan menurut Dahrin
(Mustofa, 2007: 77), masih belum memadai utamanya dalam hal bidang
keilmuannya. Misalnya, guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika.
Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa Indonesia. Memang jumlah
tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi kualitas dan
kinerjanya belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak
berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak
atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang
benar-benar berkualitas.
Berdasar penelitian yang dilakukan Afifudin (Supardi 2013: 6) di
Jawa Barat, kinerja guru yang termasuk dalam kategori sangat baik dan baik
mencapai 55,5%, adapun sisanya yakni 44,5% dalam kategori cukup baik,
kurang baik dan bahkan tidak baik. Hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa kinerja guru di Jawa Barat masih belum optimal.
SMP Negeri di Komisariat V Kabupaten Ciamis yang merupakan
bagian dari Jawa Barat memperlihatkan fenomena yang sama terkait kinerja
guru, hasil observasi pra-penelitian yang penulis lakukan pada Desember
2014, menunjukan mutu pendidikan SMP Negeri yang berada di Komisariat
V masih perlu ditingkatkan, hal tersebut dilihat dari masih rendahnya kinerja
guru yang salah satunya berimplikasi pada rendahnya hasil Ujian Nasional
siswa. Berdasarkan data perkembangan UN di komisariat IV dan komisariat
V Kabupaten Ciamis tahun 2011, 2012 dan 2013 diperoleh hasil:
Berdasarkan tabel di atas, jumlah siswa, nilai UN dan kelulusan di
SMPN komisariat IV dan V tiap tahun mengalami fluktuatif. Tahun 2012
nilai UN mengalami penurunan walaupun secara keseluruhan tingkat
kelulusan tinggi, namun ada beberapa sekolah masih terdapat siswa yang
tidak lulus.
Lebih spesifik, hasil observasi pra-penelitian penulis pada Bulan
Maret 2015 di SMP Negeri 1 Tambaksari sebagai bagian dari Komisariat V
Kabupaten Ciamis, didapat data hasil nilai rata-rata Ujian Nasional murni
sebagaimana tabel berikut:
Berdasarkan data tabel di atas, nilai rata-rata Ujian Nasional murni
SMPN 1 Tambaksari dua tahun terakhir memang mengalami kenaikan, tetapi
apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata UN murni tingkat nasional,
selama dua tahun terkahir nilai rata-rata UN SMPN 1 Tambaksari masih jauh
di bawah nilai rata-rata tingkat nasional. Hal ini adalah salah satu indikator
kekurang optimalan kinerja guru SMP Negeri di wilayah kerja Komisariat V.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Rosid (2014: 70) bahwa mutu
proses di komisariat V Kabupaten Ciamis masih belum optimal dijalankan
sesuai standar, hasil wawancara dengan dua sekolah sampel di komisariat V
yang beliau lakukan tanggal 02 Desember 2013 bahwa di SMPN 1 Cisaga
dan SMPN 3 Rancah beberapa guru masih menunjukan kinerja yang rendah.
Hal tersebut ditunjukan dengan beberapa hal diantaranya belum disiplin
terhadap tugas-tugasnya, administrasi yang masih belum lengkap, masih
mengajar bukan pada bidangnya, 60% gaya mengajar guru masih
konvensional dan belum nampak kehadiran guru secara maksimal. Beberapa
hal tersebut di atas juga menjadi acuan bahwa kinerja guru SMPN di
Komisariat V masih rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kinerja
guru. Sebagaimana dikemukakan oleh Sedarmayanti (Supardi,
2013: 19) antara lain disebabkan oleh (1) Sikap Mental (motivasi kerja,
disiplin kerja, etika kerja, stres kerja); (2) Pendidikan; (3) Keterampilan; (4)
Manajemen kepemimpinan; (5) Tingkat penghasilan (6) gaji dan kesehatan;
(7) jaminan sosial; (8) iklim kerja; (9) sarana prasarana; (10) teknologi; (11)
kesempatan berprestasi.
Dari beberapa faktor tersebut di atas, salah satu faktor yang perlu
diperhatikan untuk mencapai kinerja guru yang tinggi yakni diperlukan
adanya motivasi dari guru untuk meningkatkan kinerjanya secara utuh,
Seorang guru harus menunjukkan perilaku yang kuat yang diarahkan untuk
menuju suatu tujuan tertentu, adanya keinginan dan hasrat yang lebih
mengarah pada tingkah laku yang berorientasi pada tercapainya standar of
excellent. Orientasi tersebut mengarah pada peran guru yang sering kali
diposisikan sebagai faktor penting untuk bersikap dan bertindak sesuai
dengan profesi. Guru perlu semangat dan keinginan yang tinggi untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kemampuan dan motivasi yang
tinggi didasarkan pada keinginan yang kuat dari setiap guru untuk berkarya.
Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan seringkali posisi
guru dihadapkan pada tantangan yang cukup krusial. Aspek penghargaaan
terhadap guru sering kali tidak sesuai dengan tuntutan dan peran guru dalam
mengemban amanah, aspek beban kerja yang kurang diperhatikan, aspek
iklim organisasi yang dirasakan kurang kondusif memacu munculnya tekanan
kerja (stres kerja).
Karenanya, dalam upaya peningkatan kinerja guru, sangat menarik
untuk dikaji lebih lanjut pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap
kinerja guru pada tingkat SMP khususnya yang berada di Komisariat V
Kabupaten Ciamis.
Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi tentang
pengaruh stres kerja terhadap kinerja guru, pengaruh motivasi kerja terhadap
kinerja guru, dan pengarus stres kerja dan motivasi kerja secara bersama-
sama terhadap kinerja guru.
B. Metode
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif atau bisa disebut deskriptif kuantitatif karena pada penelitian ini
peneliti menganalisis dan mengklasifikasikan dengan menggunakan angket
dan mengungkapan suatu fenomena dengan menggunakan dasar perhitungan.
Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008 : 10) “penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang dimaksud memperoleh data yang berbentuk
angka atau data kuantitatif yang diangkakan”
Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri di
wilayah Komisariat V Kabupaten Ciamis yang terdiri dari 12 sekolah di 6
Kecamatan dengan waktu penelitian pada periode Maret sampai Juli 2015.
Populasi penelitian terdiri dari guru yang mengajar pada SMP
Negeri di wilayah komisariat V berjumlah 261 orang, tetapi pengambilan
data pada penelitian ini tidak mengambil seluruh populasi melainkan
sejumlah sampel yang ditentukan dengan rumus penentuan ukuran sampel
dari Slovin yaitu sejumlah 72 orang yang diambil dari seluruh sekolah dengan
teknik pengambilan sampel Proportionate Startified Random Sampling.
Sumber data pada penelitian adalah data primer dan data skunder,
data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil jawaban dari
penyebaran kuesioner kepada sampel yaitu guru-guru di lingkungan kerja
SMP Negeri Komisariat V Kabupaten Ciamis. Sementara data skunder pada
penelitian ini diperoleh dari sumber-sumber luar, yaitu buku-buku dan jurnal
penelitian yang digunakan sebagai kajian pustaka.
Alat pengumpul data berupa instrumen/angket yang penulis susun
berdasarkan operasional variabel yang mengacu pada beberapa teori, antara
lain 1) kinerja guru mengacu pada teori Mitchell (Supardi 2013) yakni
Kualitas hasi, Ketepatan Waktu, Prakarsa, Kemampuan, Komunikasi. Teori
Gaffar (Supardi 2013) yakni Content knowledge, Behavioral skill, Human
relation. Dan teori Davis dan Thomas (Suyanto 2001) yakni Pengetahuan,
Strategi belajar, Umpan Balik, Peningkatan Diri. 2) Stres Kerja
Dikembangkan dari teori Gibson (Martini dan Fadli 2011) yakni Beban kerja,
Konflik peran, Pengembangan karier, Hubungan di tempat kerja. Dan teori
Hurrel (Munandar 2001) yakni Faktor intrinsic, Peran individu dalam
pekerjaan, Pengembangan karier, Hubungan dalam pekerjaan, Iklim kerja,
Tuntutan dari luar, Ciri-ciri individu. 3) Motivasi Kerja Dikembangkan dari
teori David Mc. Clelland (Sunyoto 2013) yakni Kebutuhan pencapaian,
Kebutuhan afiliasi, Kebutuhan kekuasaan. Dan teori Clayton Elderfer
(Winardi 2000) yakni Kebutuhan eksistensi, Kebutuhan berhubungan dengan
pihak lain, Kebutuhan pertumbuhan.
Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan pengolahan dan
analisis data yang secara berurutan terdiri dari pengujian instrument (uji
validitas dan realibilitas data), uji persyaratan analisis (uji nornalitas,
homogenitas dan linearitas data), dan uji hipotesis (uji regresi sederhana dan
regresi ganda).
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
a. Pengaruh Stres Kerja (X1) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Hasil pengujian diperoleh hubungan yang negatif antara variabel
stres kerja dengan variabel kinerja guru sebesar -0,606, dengan kategori
kuat.
Adapun besarnya pengaruh sebesar 0,367 disubstitusikan ke dalam
koefesien diterminan hasilnya menjadi 36,7%, artinya kontribusi stres kerja
terhadap kinerja guru pada SMP Negeri wilayah komisariat 5 Kabupaten
Ciamis adalah 36,7% sisanya 63,3% ditentukan oleh variabel lain. Dengan
bentuk persamaan regresi linier sederhana antara stres kerja dengan kinerja
guru adalah Y = 99,423 - 0,286 X1
Uji signifikansi menunjukan thitung < -ttabel (-6,366 < -1,995) hal ini
berarti bahwa pengaruh stres kerja terhadap kinerja guru adalah signifikan.
b. Pengaruh Motivasi Kerja (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Hasil pengujian menunjukan adanya hubungan yang positif antara
variabel motivasi kerja dengan variabel kinerja guru sebesar 0,633.
Selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel interpretasi koefisien korelasi nilai
r, maka korelasi positif sebesar 0,633 termasuk pada kategori kuat.
Adapun besarnya pengaruh sebesar 0,401 disubstitusikan ke dalam
koefesien diterminan hasilnya menjadi 40,1%, artinya kontribusi motivasi
kerja terhadap kinerja guru pada SMP Negeri wilayah komisariat 5
Kabupaten Ciamis adalah 40,1% sisanya 59,9% dipengaruhi oleh variabel
lain. Dengan bentuk persamaan regresi linier sederhana antara motivasi
kerja dengan kinerja guru adalah Y = 41,700 + 0,470 X2
Uji signifikansi menunjukan thitung > ttabel (6,848 > 1,995) hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan motivasi kerja terhadap kinerja
guru.
c. Pengaruh Stres Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Secara Bersama-
sama Terhadap Kinerja Guru (Y)
Hasil pengujian menginformasikan gabungan korelasi (R) variabel
stres kerja (X1) dan variabel motivasi kerja (X2) secara bersama-sama
terhadap kinerja guru (Y) sebesar 0,714, jika disubtitusikan kedalam
koefesien determinansi R Square (r2) sebesar 0,509 atau 50,9%. Angka
tersebut menunjukan pengaruh kedua variabel independent terhadap
variabel dependent dalam kategori kuat. Koefisien determinasi sebesar
50,9% artinya variabel kinerja guru dipengaruhi oleh variabel stres kerja dan
motivasi kerja sebesar 50,9% semementara sisanya 49,1% dipengaruhi oleh
faktor lain.
Uji signifikansi menunjukan Fhitung > Ftabel (35,804 > 3,13) hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan stres kerja dan motivasi kerja
secara bersama-sama terhadap kinerja guru.
Persamaan regresi antara variabel X1 dan X2 terhadap Y adalah
Y=63,717–0,180 X1+0,326 X2.
2. Pembahasan
a. Pengaruh Stres Kerja (X1) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian
menyimpulkan terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara stres kerja
dengan kinerja guru. Besarnya korelasi sebesar -0,606 dengan koefesien
determinan sebesar 36,7%. Gambaran ini menunjukan kinerja guru
dipengaruhi oleh faktor stres kerja sebesar 36,7% sedangkan sisanya 63,3%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Persamaan regresi antara stres kerja dengan kinerja guru adalah
Y=99,423 - 0,286 X1, persamaan tersebut memberikan informasi jika stres
kerja meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja guru menurun sebesar 0,286
satuan.
Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa stres kerja memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin menurun stres
kerja akan cenderung semakin tinggi kinerja guru, sebaliknya jika stres kerja
meningkat akan mengakibatkan menurunnya kinerja guru.
Temuan tersebut sejalan dengan beberapa pendapat para ahli,
diantaranya pendapat Selye (1976: 1):
Stres dibagi menjadi dua macam, yaitu stres negatif biasa
disebut distres dan seringkali menghasilkan perilaku karyawan
yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral
yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan.
Di sisi lain, stres positif atau biasa disebut eustres menciptakan
tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi dan berperan
sebagai faktor motivator kritis yang akan meningkatkan kinerja
karyawan.
Serta pendapat Cox (Martini dan Fadli 2011: 75) yang
menyebutkan:
5 jenis dampak stres yaitu 1) Dampak Subyektif: Kecemasan,
agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan
kesabaran, rendah diri, gugup, masa kesepian. 2) Dampak
Perilaku (Behavioral Effects): Kecenderungan mendapat
kecelakaan, alkoholik, penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang
tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan,
perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa gugup. 3) Dampak
Kognitif: Ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas,
konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat
peka terhadap kritik, rintangan mental. 4) Dampak fisiologis:
Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya
pupil mata, tubuh panas dingin. 5) Dampak Organisasi:
Keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktivitas,
keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya
keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi.
Selain pendapat para ahli, penelitian ini juga sejalan dengan
beberapa penelitian terdahulu diantaranya penelitian Tiyur Mauli, Mujiono
dan Rosmida tahun 2012 dengan judul Pengaruh Stres Terhadap Kinerja
Karyawan memberi kesimpulan bahwa stres berpengaruh negatif tetapi tidak
signifikan terhadap kinerja dosen Politeknik Negeri Bengkalis. Serta
Penelitian Hermita tahun 2011 dengan judul Pengaruh Stres Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Semen Tonasa (Persero) Pangkep yang
berkesimpulan bahwa terdapat dua variabel stressor yang memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja, yaitu stressor individu dan stressor
kelompok. Sedangkan untuk faktor stressor organisasi tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja pada PT. Semen Tonasa (Persero)
Pangkep.
Berdasarkan atas kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian, juga
didukung oleh hasil-hasil sebelumnya, serta diperkuat oleh pendapat
beberapa ahli seperti diuraikan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat
dipertegas kembali bahwa stres kerja secara nyata memberi pengaruh
terhadap kinerja guru. Dengan kata lain penelitian ini menguatkan teori
yang sudah dikemukakan para ahli.
b. Pengaruh Motivasi Kerja (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian
menyimpulkan terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi
kerja dengan kinerja guru. Besarnya korelasi sebesar 0,633 dengan
koefesien determinan sebesar 40,1%. Gambaran ini menunjukan kinerja
guru dipengaruhi oleh faktor motivasi kerja sebesar 40,1% sedangkan
sisanya 59,9% dipengaruhi oleh faktor lain.
Persamaan regresi antara motivasi kerja dengan kinerja guru adalah
Y = 41,700 + 0,470 X2, persamaan tersebut memberikan informasi jika
motivasi kerja naik sebesar 1 satuan maka kinerja guru meningkat sebesar
0,470 satuan.
Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa motivasi kerja
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin
meningkat motivasi kerja akan cenderung semakin tinggi kinerja guru,
sebaliknya jika motivasi kerja menurun akan mengakibatkan menurunnya
kinerja guru.
Temuan tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, diantaranya G. R. Terry dalam Sedarmayanti (2007: 233)
bahwa: “motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu
yang merangsangnya melakukan tindakan”, demikian juga apa yang
diungkapkan oleh Murray dalam Usman (2008: 254) yang berasumsi
bahwa: “manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang memotivasinya untuk
berbuat”. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang menyangkut kebutuhan
mendasar yang ada pada diri seseorang.
Penelitian ini juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya
diantaranya penelitian Kaliri yang memberi kesimpulan bahwa motivasi
kerja berpengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru SMA Negeri di
Kabupaten Pemalang. Serta penelitian Dionisius Sihombing dan Mayor
Sihombing dengan kesimpulan bahwa Motivasi kerja mempunyai hubungan
positif yang signifikan dengan kinerja guru SMP Negeri se-kecamatan
Percut Sei Tuan.
Berdasarkan atas kenyataan yang diperoleh dari hasil penelitian, juga
didukung oleh hasil-hasil sebelumnya, serta diperkuat oleh pendapat
beberapa ahli seperti diuraikan pada bab-bab sebelumnya, akhirnya dapat
dipertegas kembali bahwa motivasi kerja secara nyata memberi pengaruh
terhadap kinerja guru. Dengan kata lain penelitian ini menguatkan teori
yang sudah dikemukakan para ahli.
c. Pengaruh Stres Kerja (X1) dan Motivasi Kerja (X2) Terhadap
Kinerja Guru (Y)
Hasil analisis statistik dari data yang diperoleh dari hasil penelitian
menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja dan
motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja guru.
Besarnya korelasi sebesar 0,714 dengan koefesien determinan
sebesar 50,9%. Gambaran ini menunjukan kinerja guru dipengaruhi oleh
faktor stres kerja dan motivasi kerja sebesar 50,9% sedangkan sisanya
49,1% dipengaruhi oleh faktor lain.
Persamaan regresi antara stres kerja dan motivasi kerja dengan
kinerja guru adalah Y = 63,717–0,180 X1+0,326 X2, persamaan tersebut
memberikan informasi jika stres kerja turun sebesar 1 satuan dan motivasi
kerja konstan maka kinerja guru meningkat sebesar 0,180 satuan, serta jika
motivasi kerja naik sebesar 1 satuan dan stres kerja konstan maka kinerja
guru meningkat sebesar 0,326 satuan.
Hasil statistik tersebut menunjukan bahwa stres kerja dan motivasi
kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Semakin
rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja akan cenderung
semakin tinggi pula kinerja guru, sebaliknya jika stres kerja tinggi dan
motivasi kerja rendah akan mengakibatkan menurunnya kinerja guru.
Namun demikian harus diakui, bahwa stres kerja dan motivasi kerja
bukanlah satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, tetapi
masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut
diantaranya Sikap Mental (disiplin kerja, etika kerja), Pendidikan,
Keterampilan, Manajemen kepemimpinan, Tingkat penghasilan, gaji dan
kesehatan, jaminan sosial, iklim kerja, sarana prasarana, teknologi,
kesempatan berprestasi dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan
penelitian-penelitian lain yang lebih luas dan mendalam sehingga diketahui
faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja sekolah dan seberapa
besar pengaruhnya.
D. SIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru pada SMP
Negeri di wilayah komisariat 5 Kabupaten Ciamis dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1) Terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan stres kerja terhadap
kinerja guru. Artinya semakin rendah stres kerja maka kinerja guru
semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi stres kerja maka
kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh stres kerja terhadap
kinerja guru berdasar hasil analisis statistik dikategorikan kuat, dengan
koefisien korelasi sebesar -0,606 dan koefisien determinasi sebesar
0,367 atau 36,7%. Hal ini berarti walaupun stres kerja meningkat
100%, kinerja guru hanya akan meningkat 36,7%, artinya ada faktor
lain yang mempengaruhi kinerja guru yang juga harus ditingkatkan
agar peningkatan kinerja guru dapat maksimal.
2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi kerja terhadap
kinerja guru. Artinya semakin meningkat motivasi kerja maka kinerja
guru semakin meningkat, dan sebaliknya semakin menurun motivasi
kerja maka kinerja guru pun akan semakin menurun. Pengaruh
motivasi kerja terhadap kinerja guru berdasar hasil alisis statistik
dikategorikan kuat, dengan koefisien korelasi sebesar 0,633 dan
koefisien determinasi sebesar 0,401 atau 40,1%. Hal ini berarti
walaupun motivasi kerja meningkat 100%, kinerja guru hanya akan
meningkat 40,1%, artinya ada faktor lain yang juga harus ditingkatkan
agar peningkatan kinerja guru dapat maksimal.
3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara stres kerja dan motivasi kerja
secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Dengan pengaruh stres
kerja negatif dan pengaruh motivasi kerja yang positif, artinya semakin
rendah stres kerja dan semakin tinggi motivasi kerja maka kinerja guru
semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi stres kerja dan
semakin rendah motivasi kerja maka kinerja guru pun akan semakin
menurun. Pengaruh stres kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
berdasar hasil analisis statistik dikategorikan kuat, dengan koefisien
korelasi sebesar 0,714 dan koefisien determinasi sebesar 0,509 atau
50,9%. Hal ini berarti kinerja guru dipengaruhi oleh stres kerja dan
motivasi kerja sebesar 50,9%. Berdasar koefisien korelasi dan
persamaan regresi yang didapat dari hasil analisis statistik, variabel
motivasi kerja memberikan pengaruh yang lebih besar daripada
variabel stres kerja terhadap kinerja guru. Hal tersebut menjadi alasan
kuat, agar peningkatan kinerja guru mencapai posisi yang maksimal
maka variabel motivasi kerja harus mendapat prioritas yang utama.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme guru dalam pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendika.
Hermita. 2011. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Semen
Tonasa (Persero) Pangkep. Makasar: Universitas Hasanudin.
Kaliri. 2008. Penelitian pengaruh disiplin dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
pada SMA Negeri di Kabupaten Pemalang. Pemalang: UNS.
Martini, Neli dan Fadli, Dadan, Ahmad. 2011. Pengaruh stres kerja terhadap
motivasi kerja karyawan structural Universitas Singaperbangsa
Karawang. Karawang: LPPM Universitas Singaperbangsa Karawang
Mauli, Tiyur, Mujiono., dan Rosmida. 2012. Pengaruh stres terhadap kinerja
karyawan (Studi pada dosen Politeknik Negeri Bengkalis). Bengkalis:
Poluteknik Negeri Bengkalis.
Munandar, Ashar, S. 2001. Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: Ilmu
Indonesia.
Mustofa. 2007. Upaya pengembangan profesionalisme guru di Indonesia.
Yogyakarta: jurnal ekonomi dan pendidikan volume 4, 1.
Rosid, Ocid. 2014. Studi Tentang Perkembangan Mutu Sekolah Ditinjau Dari
Aspek Input, Output dan Proses (Studi Pada SMPN di Komisariat IV dan
V Kabupaten Ciamis). Ciamis: Universitas Galuh.
Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika
Aditama.
Selye, Hans. (1976). The stress of life. [Online] Tersedia:
http://assova.blogspot.com/2012/06/gangguan-stres.html [3 Oktober
2014]
Sihombing, Dionisius., dan Sihombing, Mayor. 2010. Analisis motivasi dengan
kinerja guru.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner dan Proses Analisis Data Perilaku
Organisasional. Yogyakarta: Center Of Academic Publishing Service
Supardi. 2013. Kinerja guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Suyanto. Guru yang professional (2001, 16 Februari ) kompas, 11.
Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan. Jakarta.
Bumi Aksara.
Wahyudi, Imam. 2012. Mengejar Profesionalisme Guru. Jakarta: Prestasi
Pustakaraya.
Winardi, Z. 2000. Motivasi dan pemotivasian dalam manajemen. Jakarta:
Rajawali Pers.
Nama
Tempat dan Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
NIM
Program Studi
Alamat Rumah
Riwayat Pendidikan:
1. Tahun 1998 Lulus
2. Tahun 2001 Lulus
3. Tahun 2004 Lulus SM
4. Tahun 2009 Lulus SI
Trunojoyo
5. Tahun 2013-2015
Administrasi Pendidikan di
Riwayat Pekerjaan:
1. Tahun 2009-2011
2. Tahun 2011-2014
1 Rancah sebagai guru Teknologi Informasi dan Komunikasi
3. Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Ra
sebagai guru produktif kompetensi keahlian multimedia
IDENTITAS PENULIS
: Pipin Piniman
Tempat dan Tanggal Lahir : Ciamis, 16 Maret 1985
: Laki-Laki
: 82321314086
: Administrasi Pendidikan
: Dusun Sindang RT 06 RW 08
Desa Rancah, Kec. Rancah, Kab. Ciamis
Lulus MI Kiarapayung
Lulus SMP Negeri 2 Rancah
Lulus SMA Negeri 1 Rancah
Tahun 2009 Lulus SI Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas
2015 mengikuti pendidikan Pascasarjana Program Studi
Administrasi Pendidikan di Universitas Galuh Ciamis
2011 bekerja sebagai guru honorer di SMK Negeri 1 Rancah
2014 diangkat menjadi PNS serta ditempatkan di SMP Negeri
sebagai guru Teknologi Informasi dan Komunikasi
Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Ra
sebagai guru produktif kompetensi keahlian multimedia
Desa Rancah, Kec. Rancah, Kab. Ciamis
Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas
Program Studi
ebagai guru honorer di SMK Negeri 1 Rancah
di SMP Negeri
Tahun 2014 sampai sekarang dialihtugaskan ke SMK Negeri 1 Rancah