lapkas hnp galuh

31
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama : Tn. N Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 51 tahun Alamat : Jl. Mayang Sari Blok D 24 RT/RW 14/15, Kec. Koja Pekerjaan : Pegawai Swasta Status : Menikah Ruang Rawat : Marwah Atas Tanggal masuk : 20/02/2015 II. ANAMNESIS (Autoanamnesis) Keluhan Utama Nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan SMRS. Nyeri muncul dengan spontan dirasa tajam, seperti tertusuk, 1

Upload: galuh-kunanti

Post on 22-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSIJ Cempaka Putih, FK UMJ

TRANSCRIPT

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn. N

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 51 tahun

Alamat : Jl. Mayang Sari Blok D 24 RT/RW 14/15, Kec. Koja

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Status : Menikah

Ruang Rawat : Marwah Atas

Tanggal masuk : 20/02/2015

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)

Keluhan Utama

Nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri di bagian punggung bawah sejak 1 bulan

SMRS. Nyeri muncul dengan spontan dirasa tajam, seperti tertusuk, hilang

timbul dan menjalar ke pantat dan kedua paha bagian atas. Nyeri terutama bila

OS berjalan atau membungkuk, Riwayat baal, kelemahan atau kesemutan pada

tangan, nyeri yang berpindah dan demam disangkal. Riwayat jatuh dengan

bahu atau punggung dan menarik benda berat sebelumnya disangkal. BAK

dan BAB normal.

1

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, sakit jantung, asma dan trauma pada

punggung disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit ataupun keluhan

yang sama. Penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, dan asma

disangkal.

Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat maupun mengkonsumsi obat sebelumnya.

Riwayat Alergi

Alergi obat dan makanan disangkal pasien.

Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku jarang makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Pasien

merokok 1-2 bungkus sehari sejak usia 30 tahun, tapi sudah berhenti sejak 1

tahun yang lalu, pasien tidak pernah minum alkohol namun sering makan

makanan berlemak dan jarang berolah raga.

III. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos mentis (E=4, M=6, V=5)

Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

2

Suhu : 36,5 C⁰

Pernapasan : 20 x/menit

Antropometri

o Berat Badan : 78 kg

o Tinggi Badan : 170 cm

o IMT : 26,98 (Obesitas I)

Status generalisata

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).

Hidung : Sekret (-), septum deviasi (-), pch (-).

Telinga : Normotia

Mulut :Mukosa mulut & lidah basah, tonsil T1/T1, lidah kotor (-), push

lip breathing (-), sianosis perioral (-).

Leher : JVP 5+2 cmH20, HJR (-), pembesaran KGB (-), trakea ditengah,

tiroid tidak membesar

Thoraks :

Thoraks Paru

o Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, retraksi dinding dada (-)

o Palpasi : Vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru

o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

o Auskultasi :Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Thoraks Jantung

o Inspeksi : iktus kordis tampak pada LAAS ICS V

o Palpasi : iktus kordis teraba pada LAAS ICS V

o Perkusi : batas jantung atas pada LPS ICS III,

batas jantung kanan pada LPD ICS V,

batas jantung kiri pada LAAS ICS V,

o Auskultasi : S 1 dan S2 reguler, gallop (-), murmur (-)

3

Abdomen

o Inspeksi : datar

o Auskultasi : bising usus (+) normal

o Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

o Perkusi : timpani diseluruh region abdomen

Ekstremitas

o Atas : hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik

o Bawah : hangat (+/+), edema (-/-), CRT < 2 detik

Status Neurologis : Tanda Rangsang Meningeal

Kaku Kuduk : -

Brudzinski I : -

Kernig’s Sign : >135o / >135o

Brudzinski II : -/-

Laseque’s Sign : < 70o / < 70o

IV. PEMERIKSAAN NERVUS KRANIAL

1. Nervus Olfaktorius (N.I)

Dextra Sinistra

Daya pembau Normosmia Normosmia

2. Nervus Optikus (N. II)

Dextra Sinistra

Tajam Penglihatan Normal Normal

Lapang Pandang Normal Normal

Pengenalan Warna Normal Normal

FunduskopiTidak dilakukanPapil edema

Arteri:Vena

3. Nervus Okulomotorius (N.III)

Dextra Sinistra

Ptosis - -

4

Gerakan Bola Mata Medial Atas Bawah

NormalNormalNormal

NormalNormalNormal

Ukuran Pupil Pupil bulat isokor Ø ODS 3 mm

Refleks Cahaya Langsung

+ +

Refleks Cahaya Tidak Langsung

+ +

Akomodasi Normal Normal

4. Nervus Trokhlearis (N. IV)

Dextra Sinistra

Gerakan Mata Medial Bawah

Normal Normal

5. Nervus Trigeminus (N. V)

Menggigit Normal

Membuka mulut Normal

Sensibilitas Oftalmikus Maksilaris Mandibularis

+++

+++

Refleks kornea Normal

Refleks bersin Tidak dilakukan6. Nervus Abdusen (N. VI)

Dextra Sinistra

Gerakan mata ke lateral + +

Strabismus konvergen - -

Diplopia - -

5

7. Nervus Facialis (N. VII)

Dextra Sinistra

Mengangkat alis Normal Normal

Kerutan dahi Normal Normal

Menutup mata Normal Normal

Menyeringai Normal Normal

Daya Kecap Lidah 2/3 depan

Normal

8. Nervus Vestibulochoclearis (N. VIII)

Dextra Sinistra

Tes bisik Normal Normal

Tes Rinne

Tidak dilakukanTes Weber

Tes Schwabach

9. Nervus Glosofaringeus & Nervus Vagus (N. IX dan N. X)

Arkus faring Simetris

Daya Kecap Lidah 1/3 belakang Normal

Uvula Letak di tengah, simetris

Menelan Normal

Refleks muntah Tidak dilakukan

10. Nervus Assesorius (N. XI)

Dextra Sinistra

Memalingkan kepala Baik Baik

Mengangkat bahu Baik Baik

11. Nervus Hipoglosus (N. XII)

6

Sikap lidah Normal

Fasikulasi -

Tremor lidah -

Atrofi otot lidah -

Deviasi -

V. PEMERIKSAAN MOTORIK

Anggota Gerak Atas

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

Anggota Gerak Bawah

Dextra Sinistra

Bentuk Tidak ada deformitas

Kontur Otot Eutrofi Eutrofi

Kekuatan 5 5 5 5 5 5 5 5

VI. PEMERIKSAAN SENSORIK

Dextra Sinistra

Rasa Raba- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah

++

++

Rasa Nyeri- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah

++

++

Rasa Suhu- Ekstremitas Atas- Ekstremitas Bawah

Tidak dilakukan

VII. PEMERIKSAAN REFLEKS

7

REFLEKS FISIOLOGIS

Dextra SinistraRefleks Bisep ++ ++Refleks Trisep ++ ++Refleks Brachioradialis ++ ++Refleks Patella ++ ++Refleks Achilles ++ ++

REFLEKS PATOLOGIS

Dextra SinistraBabinski - -Chaddocck - -Oppenheim - -Gordon - -Schaeffer - -Gonda - -Hoffman Trommer - -

VIII. FUNGSI VEGETATIF

Miksi DefekasiInkontinensia urin

- Inkontinensia alvi -

Retensio urine - Retensio alvi -

Poliuria -

Anuria -

IX. KOORDINASI, LANGKAH, KESEIMBANGAN

• Cara berjalan : normal

• Tes Romberg : (-)

• Disdiadokokinesia : (-)

• Dismetria : (-)

• Rebound fenomen : (-)

• Nistagmus : (-)

• Manuver Hallpike : (-)

8

X. KOORDINASI, LANGKAH, KESEIMBANGAN

Tes Lasegue : <70o/<70o

Tes Naffziger : Tidak dilakukan/tidak dilakukan

Tes Valsava : Tidak dilakukan/tidak dilakukan

Tes Patrick : -/-

Tes Kontra Patrick : -/-

XI. RESUME

Pasien laki-laki, 51 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri di bagian punggung

bawah sejak 1 bulan SMRS. Nyeri muncul dengan spontan dirasa tajam, seperti

tertusuk, hilang timbul dan menjalar ke pantat dan kedua paha bagian atas. Nyeri

terutama bila pasien berjalan atau membungkuk. Pemeriksaan fisik :

Kesadaran compos mentis, GCS 15. TD : 120/80 mmHg, Pulse : 84x/menit (isi

cukup, kuat angkat, reguler), RR : 20 x/menit (reguler), S : 36,5 ⁰C. Status Generalis

dalam batas normal. refleks meningens (-), saraf cranialis dalam batas normal, reflek

fisiologis (+) tidak meningkat. Lasegue <70⁰/<70⁰.

XII. DIAGNOSIS

Diagnosis Klinis : Nyeri pada punggung bawah

Diagnosis Topis : Penekanan radiks saraf pada foramina intervertebralis atau medula spinalis

Diagnosis Etiologi : Degeneratif

Diagnosis Patologis: Hernia Nucleus Pulposus

XIII. PENATALAKSANAAN

Usulan pemeriksaan :

• Foto Polos Lumbosakral,

• MRI tulang belakang

9

XIV. PENATALAKSANAANNon Medikamentosa

• Lakukan bugnet excessice

• Traksi mekanik

• Konsul bedah saraf jika keadaan makin memburuk (atrofi otot)

Medikamentosa

• NSAID

• Muscle Relaxant

• Analgesik

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Hernia nukleus pulposus adalah suatu kondisi dimana menonjolnya

sebagian atau seluruh bagian dari sentral nukleus pulposus kedalam kanalis

vertebralis akibat degenerasi dari anulus fibrosus korpus intervertebralis, yang

menyebabkan sakit punggung dan kaki akibat iritasi akar saraf tersebut. Nama

lainnya yaitu: Lumbar radiculopathy, radiculopathy cervical, herniated

intervertebral disk, intervertebral prolapsed disk, slipped disk, kerusakan saraf.

ETIOLOGI

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP adalah aliran darah ke

diskus berkurang, beban berat, dan ligamentum longitudinalis posterior

menyempit. Jika beban pada diskus bertambah, annulus fibrosus tidak lagi kuat

untuk menahan nukleus pulposus dari keluar ke kanalis vertebralis yang akhirnya

menekan radiks sehingga timbul rasa nyeri.

PATOFISIOLOGI

Protrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan

perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein

polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.

Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada

herniasi nukleus. Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stres minor berulang

seperti mengangkat beban) kartilago dapat cedera.

Herniasi umumnya terjadi pada satu sisi dan jarang bersamaan pada kedua

sisi. Didaerah lumbal, herniasi lebih sering terjadi kearah posterolateral dan

menekan radiks saraf spinalis. Pada herniasi kearah posterosentral, maka akan

menekan medulla spinalis.

Pada umumnya HNP lumbal terjadi setelah cedera fleksi walaupun penderita

11

tidak menyadari adanya trauma sebelumnya. Trauma yang terjadi dapat berupa

trauma tunggal yang berat maupun akumulasi dari trauma ringan yang berulang.

Menurut gradasinya, herniasi dari nukleus pulposus dibagi atas:

1. Protruded intervertebral disc, nukleus terlihat menonjol ke satu arah

tanpa kerusakan annulus fibrosus.

2. Prolapsed intervertebral disc, nukleus berpindah tetapi masih didalam

lingkaran annulus fibrosus.

3. Extruded intervertebral disc, nukleus keluar dari annulus fibrosus dan

berada dibawah ligamentum longitudinal posterior.

4. Sequestrated intervertebral disc, nukleus telah menembus ligamentum

longitudinal posterior.

Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:

1. Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat,

yaitu menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi

L5-S1.

2. Mobilitas daerah lumbal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat

tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan

pada sendi L5-S1.

3. Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena

ligamentum longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior

diskus. Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.

FAKTOR RESIKO

Ada beberapa faktor yang berpotensi menyebabkan HNP, dibagi menjadi faktor

resiko yang dapat dirubah (modifiable) dan tidak dapat dirubah (unmodifiable).

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah

1. Umur: makin bertambah umur resiko makin tinggi. Pertambahan usia

12

menyebabkan terjadi perubahan degeneratif yang berpengaruh pada penurunan

kemampuan menahan air yang dimiliki nukleus pulposus, proteoglikan rusak,

komponen mekanik memburuk yang akhirnya melampaui tekanan maksimal

dalam diskus sehingga mengakibatkan penonjolan annulus.

2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita

3. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.

Faktor resiko yang dapat dirubah

1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau

menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan memutar pada

punggung, latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti

supir.

2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,

latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama.

3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan

diskus untuk menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.

4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat

menyebabkan strain pada punggung bawah.

5. Batuk lama dan berulang

DIAGNOSIS

I. Anamnesis

Manifestasi klinis yang timbul juga tergantung pada lokasi HNP terjadi:

1. Postero-lateral: disamping nyeri pinggang, juga akan memberikan gejala

dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.

2. Postero-sentral: mengakibatkan nyeri pinggang oleh karena menekan

ligamentum longitudinal yang bersifat peka nyeri. Mengingat bahwa medulla

spinalis berakhir pada vertebra L1 atau tepi atas L2, maka HNP kearah postero-

sentral vertebra L2 tidak akan melibatkan medulla spinalis. Yang mungkin

terkena adalah kauda equina, dengan gejala dan tanda berupa rasa nyeri yang

13

dirasakan mulai dari pinggang, daerah perineum, tungkai sampai kaki, refleks

lutut dan tumit menghilang yang sifatnya unilateral atau asimetris.

Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah (mulai

dari bokong, paha bagian belakang, dan tungkai bawah bagian atas). Sifat nyeri

disebabkan oleh HNP adalah:

1. Nyeri mulai dari bokong, menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke

tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).

2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk, mengangkat barang

berat.

3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1 (garis

antara dua krista iliaka).

4. Nyeri spontan

Sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi berbaring ke duduk nyeri

bertambah hebat. Sedangkan bila berbaring nyeri berkurang atau hilang.

II. Pemeriksaan fisis

Pada posisi berdiri tampak adanya skoliosis.

Pada posisi terlentang dapat dilakukan tes provokasi sbb:

1. Tes untuk meregangkan saraf iskhiadikus.

a. Tes Laseque (straight leg raising = SLR)

Dilakukan fleksi tungkai yang sakit dalam posisi lutut ekstensi.

Tes normal bila tungkai dapat difleksikan hingga 80-90 derajat.

Tes positif bila timbul rasa nyeri di sepanjang perjalanan saraf

iskhiadikus sebelum tungkai mencapai kecuraman 70derajat.

Tes ini terutama meregangkan saraf spinal L5 dan S1,

sedangkan yang lain kurang diregangkan.

Beberapa variasi dari tes ini adalah dorsofleksi kaki yang akan

menyebabkan nyeri bertambah (Bragard’s sign) atau

dorsofleksi ibu jari kaki (Sicard’s sign).

14

b. Tes Laseque menyilang / crossed straight leg raising test (Tes

O’Conell).

Tes ini sama dengan tes Laseque tetapi yang diangkat tungkai

yang sehat. Tes positif bila timbul nyeri radikuler pada tungkai

yang sehat (biasanya perlu sudut yang lebih besar untuk

menimbulkan nyeri radikuler dari tungkai yang sakit).

2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal.

a. Tes Naffziger

Dengan menekan kedua vena jugularis selama 2 menit atau

dengan melakukan kompresi dengan ikatan sfigmomanometer

selama 10 menit tekanan sebesar 40mmHg sampai pasien

merasakan penuh di kepala. Dengan penekanan tersebut

mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat yang akan

diteruskan ke ruang intratekal sehingga akan memprovokasi

nyeri radikuler bila ada HNP.

b. Tes Valsava

Dalam berbaring atau duduk, pasien disuruh mengejan. Nyeri

timbul ditempat lesi yang menekan radiks spinalis daerah

lumbal.

III. Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan radiologis

a. Foto polos vertebrae

Sebaiknya dilakukan dari 3 sudut pandang yaitu AP, lateral dan oblique.

Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah:

• Adanya penyempitan ruang intervertebralis dapat mengindikasikan

adanya HNP.

• Pada HNP dapat juga dilihat skoliosis vertebra kesisi yang sehat

dan berkurangnya lordosis lumbalis

• Dapat menyingkirkan kemungkinan kelainan patologis lainnya

15

seperti proses metastasis, fraktur kompresi.

b. Mielografi

Mielografi adalah suatu pemeriksaan radiologis dengan tujuan melihat

struktur kanalis spinalis dengan memakai kontras. Bahan kontras dibagi

atas kontras negatif yaitu udara dimana sekarang sudah tidak dipakai lagi

dan kontras positif yang larut dalam air (misal: Dimer-X, Amipaque,

Conray 280). Adapun prosedur mielografi adalah sbb:

Mielografi asendens:

Zat kontras disuntikkan kedalam ruang subarachnoid melalui pungsi

lumbal. Pada fluroskopi kolom zat kontras tampak jelas karena tidak

tembus oleh sinar rontgen, sehingga terlihat radiopak. Dengan

merendahkan ujung rostral kolumna vertebralis, maka kolom zat kontras

akan bergerak ke rostral. Apabila ruang subarachnoid tersumbat oleh

karena proses desak ruang ekstradural atau intradural-ekstrameduler

menindih medulla spinalis, maka kolom zat kontras terhalang (berhenti).

Mielografi desendens:

Zat kontras dimasukkan kedalam sisterna serebromedularis melalui pungsi

oksipital. Dengan fluoroskopi kolom zat kontras diikuti pengalirannya

kearah kaudal bila ujung kaudal kolumna vertebralis direndahkan. Blok

yang diperlihatkan berarti batas atas proses desak ruang yang

menghasilkan sindrom kompresi medula spinalis. Zat kontras yang

ditindihi oleh masa secara langsung atau tak langsung memperlihatkan

bentuk yang khas sesuai sifat kompresi tersebut. Konfigurasi defek

kontras memberikan informasi mengenai lokasi proses desak ruang yang

menindihi medula spinalis. Foto-foto yang diambil dalam posisi: prone

dengan sinar AP, lateral, oblik (kalau perlu), prone dengan sinar

horizontal (kalau perlu).

Gambaran khas pada HNP adalah terlihat adanya indentasi pada kolom

zat kontras di diskus yang mengalami herniasi. HNP yang besar dapat

menyebabkan blokade total kanalis spinalis sehingga sering dicurigai

sebagai tumor. Kelainan yang ditemukan pada mielografi yaitu HNP,

tumor ekstra dan intradural, kelainan kongenital serta arakhnoiditis.

16

c. Magnetic Resonance Imaging

.Keunggulan MRI adalah:

1. 1. Sangat sensitif untuk menilai morfologi jaringan lunak

2. 2. Mampu menghasilkan penampang dalam berbagai arah

potongan tanpa mengubah posisi pasien

3. 3. Tidak menggunakan sinar radiasi

4. 4. Dapat membedakan antara jaringan padat, lemak/non

lemak, cairan, umur perdarahan dan pembuluh darah

5. 5. Tidak invasive

Pada MRI, dapat terlihat gambaran bulging diskus (annulus intak),

herniasi diskus (annulus robek) dan dapat mendeteksi dengan baik adanya

kompresi akar-akar saraf atau medula spinalis oleh fragmen diskus.

B. Pemeriksaan neurofisiologi

Pemeriksaan EMG dapat membedakan lesi radiks dengan saraf

perifer atau iritasi radiks dengan kompresi radiks. Pada iritasi radiks akan

terlihat potensial yang besar dan polifasik dengan durasi yang melebar

pada otot-otot segmen yang bersangkutan. Sedangkan pada kompresi

radiks, selain temuan seperti diatas juga terlihat adanya fibrilasi dengan

atau tanpa positif sharp waves pada otot-otot segmen yang bersangkutan

atau pada otot-otot paravertebral. Menghilangnya H-refleks pada satu sisi

atau perbedaan H-refleks >1,5 milidetik pada kedua sisi menunjukkan

adanya kompresi radiks.

17

C. Pemeriksaan laboratorium

Kadar kalsium, fosfat, alkali dan acid phosphatase serta glukosa

darah perlu diperiksa karena beberapa penyakit seperti penyakit tulang

metabolik, tumor metastasis pada vertebra dan mononeuritis diabetika

dapat menimbulkan gejala menyerupai gejala HNP.

D. Pungsi lumbal

Manfaat tindakan ini tidak terlalu bermakna. Bila terjadi blokade

total maka dijumpai peningkatan kadar protein LCS dan tes Queckenstedt

positif.

PENATALAKSANAAN

Perawatan utama untuk HNP adalah diawali dengan istirahat dengan obat-

obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini,

lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya.

Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat perawatan lebih

lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.

a. Medikamentosa

Untuk penderita dengan HNP yang akut yang disebabkan oleh trauma

(seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera

diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri dan

NSAIDS akan dianjurkan (misal: fentanyl)

Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas

otot, biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam

bentuk pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan

nyeri hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti diazepam.

NSAID Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih

kecil, terutama efek samping terhadap saluran cerna, dengan dosis 1 gram/hari.

Pemakaian jangka panjang biasanya terbatas pada NSAIDS, tapi adakalanya

narkotika juga digunakan jika nyeri tidak teratasi oleh NSAIDS. Orang yang

18

tidak dapat melakukan terapi fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang

pada daerah herniasi dapat sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa

bulan dan disertai program terapi rutin. Relaksan otot diberikan secara parenteral

dan hampir selalu secara intravenous. Misalnya:

• D-tubokurarin klorida

• Metokurin yodida

• Galamin trietyodida

• Suksinilkolin klorida

• Dekametonium

Derajat relaksasi otot dapat diatur dengan kecepatan infus

b. Transkuilizer

b. Operasi

Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya

gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP,maka terapi

konservatif yang harus dilaksanakan. Bilamana kasus HNP masih baru namun

nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan mengganggu,

maka pertimbangan untuk operasi. Pasien HNP yang akan dioperasi harus

dilakukanpemeriksaan mielografi. Berdasarkan mielogram itu dapat memastikan

adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi merupakan pemeriksaan

diskus yang lebih invasif yang dilakukan jikahasil mielografi meragui adanya

HNP, karena diskrografi adalah pemeriksaan diskus dengan menggunakan

kontras, untuk melihat seberapa besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.

Jenis pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNPadalah

Laminotomi (pemotongansebagian lamina diatas atau di bawah saraf

yangtertekan), Laminektomi (pemotongansebagian besar laminaatau vertebra),

dan Disektomi(pemotongan sebagian atau keseluruhandiskus

intervertebralis).Sementara, ada juga yangdisebut Minimally Invasive

Operation.Dengan cara ini, insisiyang diperlukan tidak lebar,

dimungkinkannyavisualisasi lokasipatologi melalui mikroskop atauendoskop,

trauma pembedahanyang dialami pasien jauh lebihsedikit, dan pasien dapat

pulihlebih cepat.

19

Disektorni dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan

general anesthesia. Pasien akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama

setelah operasi untuk mengurangi resiko penumpukan darah.

Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu jika lebih dari satu

diskus yang harus ditangani.Jika ada masalah lain selain herniasi diskus operasi

yang lebih ekstensif diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama

untuk sembuh.

Pilihan operasi lainnya adalah mikrodisektomi, prosedur memindahkan

fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan

chemonucleosis.Chemonucleosisadalah injeksi enzim (yang disebut

chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang

menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disektomi pada kasus-

kasus tertentu.

Biasanya penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah

ia diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.

KOMPLIKASI

1. Nyeri tulang belakang kronik

2. Nyeri tulang belakang permanen (sangat jarang)

3. Hilangnya sensasi atau pergerakan di tungkai atau kaki

4. Menurunnya atau hilangnya fungsi dari usus dan kandung kemih

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding untuk HNP adalah:

1. Neuropati diabetika (neuropati iskhiadikus/ femoralis)

2. Tumor daerah vertebra

3. Fraktur vertebra

4. Spondilosis

5. Proses inflamasi tulang belakang di sekitar L5, S1 dan S2

20

misalnya; arthritis sakroiliaka atau bursitis m. piriformis.

6. “Entrapment neuritis”dari n.iskhiadikus.

7. Neuritis iskiadikus primer.

PROGNOSIS

Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi

rekurensi dari keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian

orang memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai

lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa nyeri dan tegang pada tulang belakang.

Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang mengharuskan pengangkatan

suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk menghindari rekurensi

nyeri pada tulang belakang

21

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima.

Jakarta : PT Dian Rakyat. 87-95. 1999

2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum.

Jakarta : PT Dian Rakyat. 182-212.

3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi

4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi

III, jilid kedua, cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004

5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III,

cetakan kelima. Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205

6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-

nyeri-pinggang-hnp/

7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).

http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-

hnp/ [diakses 9 Desember 2010]

8. Beberapa Segi Klinik dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang Bawah. In :

http://www.kalbe.co.id Sidharta, Priguna., 2004.

9. http://www.innappni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=130

Mansjoer, Arif, et all., 2007.

22