presentasi bahu dan ruptur uteri

Upload: susan-nurjanah

Post on 16-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    1/21

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangAngka kematian ibu adalah tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu dan

    menjadi salah satu indicator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetric dan

    ginekologi disuatu wilayah. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu indicator

    untuk menilai status kesehatan wanita dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga

    informasi mengenai tingginya angka kematian ibu akan bermanfaat untuk

    pengembangan program peningkatan kesehatan repoduksi, terutama pelayanan

    kehamilan dan membuat kehamilan, persalinan dan nifas yang aman.

    Berdasarkan hasil SDKI 2012 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia

    masih perlu ditingkatkan, ditandai oleh Angka Kematian Ibu (AKI)

    yaitu 359/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Untuk itu, upaya percepatan penurunan

    AKI yang dapat dilakukan diantaranya pentingnya memberikan asuhan persalinan

    yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan ibu, meningkatkan aspek kualitas pelayanan

    melalui upaya peningkatan kemampuan/kompetisi tenaga kesehatan, serta bidanmemeberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek

    pencegahan, pertolongan persalinan yang normal.

    1.2 Tujuan1. Tujuan Umum

    Diharapkan peserta akan mampu untuk menentukan diagnosis dan

    penatalaksanaan distosia bahu

    2. Tujuan Khususa. Mengenali factor resiko dan tanda dari distosia bahub. Melakukan Penatalaksanaan distosia bahuc. Untuk memperoleh data subjektif pada Ny. Ld. Untuk memperoleh data objektif pada Ny. L

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    2/21

    2

    e. Untuk memperoleh analisa pada Ny. Lf.Untuk mengetahui penatalaksanaan pada Ny. L

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    3/21

    3

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    2.1Konsep Presentasi BahuSetelah kelahiran kepla akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan

    kepala pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan

    berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ospubis. Dorongan pada saat ibu

    mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila

    bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring

    panggul, dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan

    terjadi benturan bahu depan dengan simfisis. (Depkes, 2007, hal: 6-8)

    2.2Faktor Resiko1.Makrosomia

    Makrosomia pada kehamilan cukup bulan adalag suatu keadaan yang

    berhubungan dengan peningkatan morbiditas maternal dan neonatal, termasuk

    peningkatan kemungkinan persalinan dengan bedah Caesar dan distosia bahu.

    Makrosomia ditentukan dengan adanya kehamilan dengan berat bayi > 4000

    gram (Delpera, 1991). (Depkes, 2007, hal: 6-8)

    2.Diabetes Melitus3.Obesitas Maternal4.Perpanjangan kala II5.Persalinan Lewat Bulan6.Multiparitas

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    4/21

    4

    2.3TandaTanda yang harus diwasapadai terhadap adanya kemungkinan distosia bahu:

    a. Kala II persalinan yang memanjangb. Kepala bayi melekat pada perineum (recoil of head on perineum-Turtles

    sign). (Depkes, 2007, hal: 6-9)

    2.4Prognosis1. Distosia bahu dapat menyebabkan terjadinya kompresi pada tali pusat dan

    mengakibatkan :

    a. Penurunan pH arterial pH 0.04 setiap menitb. Penurunan pH arterial 0.28 setelah tujuh menitc. pH arterial dibawah 7.0 akan menyebabkan tindakan resusitasi menjadi sulit

    2.Komplikasi karena distosia bahua. Kerusakan pleksus brachialis karena rudapaksa dalam persalinan (10%)

    Dikarenakan terlalu banyak traksi pada kepala (Moore, 2011, hal: 204).

    Keadaan ini pada umumnya akan mengalami perbaikan pada tahun

    pertama, tetapi beberapa diantaranya menjadi kelainan menetapb. Erb-Duchene Palsy

    Kerusakan terjadi pada nervus servikal setinggi tulang belakang servikal V

    dan VI

    c. Paralisis KlumkesParalisis yang terjadi pada nervus kolumna vertebralis setinggi tulang

    belakang servikal VIII dan Thorakal I

    d. Patah tulanga)Fraktur Klavikulab)Fraktur Humerus

    e. Asfiksia Janinf. Kematian Janin (Depkes, 2007, hal: 6-9)

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    5/21

    5

    2.5 Pathway Distosia Bahu (Friedman, 1998, hal: 251)PASIEN DENGAN RISIKO DISTOSIA BAHU

    Faktor Resiko:

    Diabetes Melitus

    Makrosomia Janin

    Obesitas Maternal

    Perpanjangan Kala II

    Lakukan tindakan untuk antisipasi

    Persalinan dalam lingkungan yang memadai

    Pastikan peralatan dan personal yang adekuat untuk menghadapi

    komplikasi yang diperkirakan

    Pastikan untuk mengosongkaan kandung kemih

    Diagnosis distosia bahu dengan tepat

    Buatlah episiotomy yang cukup besar

    Bersihkan Jalan nafas

    Hiperfleksikan papaha pada abdomen

    untuk menyebabkan disimpaksi bahu

    anterior

    Disimpaksi berhasil dicapai Tidak berhasil menyebabkan disimpiksi

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    6/21

    6

    Usahakan untuk memutar bahu anterior

    ke diameter oblik pelvis

    Tidak berhasil memutar bahu

    Tariklah bahu posterior dengan

    melahirkan lengan posterior

    Antisipasi fraktur humerus

    Pertimbangan traksi pada aksila posteri

    Tidak berhasil menarik bah

    Cobalah maneuver pembuk

    gabus, putarlah bahu poste

    180 drajat dibawah simfisi

    Tidak berhasil

    melakukan manuve

    Patahkan klavikula

    Disimpiksi berhasil dicapai

    Naikan kepala janin untuk melahirkan bahu

    posterior

    Tekan kepala untuk melahirkan bahu anterior

    Diikuti dengan melahirkan seluruh badan

    janin

    Rotasi berhasil

    Ekstraksi berhasil

    Rotasi berhasil

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    7/21

    7

    2.6Penjelasan PathwayA. Perkirakan adanya distosia bahu pada diabetes aternal (bahkan jika terkontrol

    dengan baik), janin besar, obesitas maternal, penambahan berat badan yang

    berlebihan selama kehamilan, pelvis yang kecil, persalinan disfungsional

    (terutama pola persalianan yang terhenti atau stadium dua yang memanjang),

    dan persalinan dengan forceps tengah. Tetapi, ketahuilah bahkan pada

    kehamilan yang normal dan spontan dapat disertai dengan komplikasi ini.

    B. Untuk kasus yang mempunyai resiko distosia bahu, antisipasi adanyakomplikasi dengan melakukan kelahiran di tempat di mana tindakan korektif

    dan resusititatif dapat dilakukan dengan segera. Dokter pediatric dan

    anestesiologis harus diberitahu dengan baik untuk memastikan bahwa mereka

    hadir pada saat persalinan.

    C. Distosia bahu diketahui dengan sulitnya melakukan persalinan bahu depan;seringkali tampak sesdah kepala janin dilahirkan saat kepala ditarik di atas

    perinem. Buatlah episiotomy medio lateral atau episioprotoktomi medial yang

    besar. Bersikan orofaring secepatnya dari sekresi yang banyak. Asisten harus

    mengiperfleksikan paha gravid pada perutnya (maneuver Mc-Robert) untukmemutar simfisis pubis ke arah atas dan mengurangi sudut inklinasi pelvis.

    Walaupun tindakan ini tidak mengubah dimensi pelvis, tetapi dapat membantu

    menyebabkan bahu yang terimpikasi sehinnga dengan traksi ke bawah yang

    berhati-hati pada kepala janin akan menyebabkan kelahiran.

    D. Jika reposisi tidak berhasil, maskan tangan ke dalam vagina di belakang bahuanterior dan usahakan untuk memtarnya ke diameter oblik yang lebih baik.

    Jika tindakan ini berhasil, berikan traksi ke bawah dengan hati-hati pada

    kepala sekali lagi tapi pada saat ini disertai dengan tekanan pada sprapbik.

    E. Satu tangan ke dalam vagina di belakang bahu posterior untuk mendapatkanlengan, yang selanjutnya dengan berhati-hati diabduksikan melewati dada

    janin. Humerus dapat mengalami fraktur pada maneuver ini, tetapi kerusakan

    jangka panjang mungkin tidak terdapat atau dapat diabaikan. Selain itu, jari

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    8/21

    8

    yang di depan dapat dikaitkan ke aksila posterior untuk melakukan traksi pada

    bahu posterior yang tertahan.

    F. Tehnik Woods atau pembuuka gabus (corkscrew) memerlukan bahu posterioryang telah turun ke lengkung sacrum. Jari telunjuk dan jari tengah dimasukan

    ke depan bahu posterior. Tekanan memtar (dengan traksi kaudal) diberikan

    kepada bahu posterior 180 drajat, dengan demikian akan membebaskan bahu

    anterior yang sebelumnya terimpiksasi untuk mengalami perputaran ke

    posterior dan inferior ke dalam lengkung sacrum dan akibatnya bahu posterior

    menjadi bahu anterior, yang berbeda dibawah sacrum atau keluar dari vagina.

    Persalinan selanjutnya dapat dilakukan dengan berasil dengan menggnakan

    traksi kepala ke bawah yang biasanya. Jika tidak, rotasikan bahu posterior

    (yang sebelumnya merupakan bahu anterior) 180 drajat dengan tangan

    berlawanan dengan cara yang sama untuk melahirkan bahu sebelahnya.

    G. Jarang diperlukan untuk mematahkan klavikula untuk mengoreksi distosiabahu. Kebanyakan dokter obstetric tidak pernah melakukan tehnik ini.

    Tindakan ini dilakukan dengan gunting yang sangat tajam dan harus kuat.

    Tindakan ini mempunyai resiko melukai apeks paru-paru. Metode yangsekarang diperkenalkan adalah untuk memasukan kembali kepala kedalam

    vagina dan uterus, dan selanjutnya bayi dilahirkan melalui resiko seksio

    sesarea. Tanpa pengalaman yang baik, tindakan ini sangat berbahaya (bagi

    ibu) dan masih belum direkomendasikan.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    9/21

    9

    BAB III

    TINJAUAN KASUS

    Hari/Tanggal : Rabu, 28 Mei 2011

    Waktu Pengkajian : 11.00 WIB

    Tempat Pengkajian : Rumah Sakit Umum Cibinong

    A. DATA SUBJEKTIF1. Identitas Klien

    Biodata Istri Suami

    Nama : Ny. L Tn. A

    Usia : 28 tahun 30 tahun

    Agama : Islam Islam

    Suku Bangsa : Sunda Sunda

    Pendidikan : SMA STM

    Pekerjaan : IRT Kurir

    Alamat : Gunug Putri Bogor

    2. Keluhan utamaIbu mengatakan dikirim dari Puskesmas Citeureup dengan perutnya terasa

    mules-mules dan keluar air-air mulai pukul 24.00 WIB cairan ketuban

    berwarna putih keruh

    3. Riwayat kehamilan sekarangIni adalah kehamilan yang kedua, hari pertama haid terakhir tanggal 18

    Agustus 2010, taksiran persalinan ibu 25 Mei 2011, gerakan janin dirasakan

    aktif, terakhir ibu merasakan gerakan janin 30 menit yang lalu. Periksa

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    10/21

    10

    kehamilan ke puskesmas setiap bulan dan selalu mengkonsumsi pil penambah

    darah setiap hari.

    4. Riwayat kehamilan dan persalinan yang laluAnak pertama lahir tahun 2007, cukup bulan, secara normal di bidan,

    perempuan, berat lahir 3100 gram dan panjang badan (PB) 50 cm, tidak ada

    penyulit saat hamil, bersalin dan nifas.

    5. Riwayat kesehatan ibu dan keluargaIbu tidak merasa memiliki penyakit keturunan seperti asthma, jantung, dan

    hipertensi. Ibu tidak mempunyai keturunan kembar

    6. Riwayat biologi-psikologi-sosial dan ekonomia. Biologi : makan terakhir siang ini habis 1/3 porsi dan ibu minum terakhir

    1 gelas air teh manis pukul 12.30 WIB. Buang air besar (BAB) terakhir

    pada pukul 05.00 WIB dan buang air kecil (BAK) terakhir pukul 11.00

    WIB.b. Psikologi : ibu cukup tenang menghadapi proses persalinan, suami

    mendampingi ibu dan memberikan dukungan emosional.

    c. Sosial : ibu telah menikah selama 6 tahun, dengan status pernikahpertama. Kehamilan ini direncanakan dan didukung oleh suami dan

    keluarga.

    d. Ekonomi : ibu telah mempersiapkan dana persalinan.

    B. DATA OBJEKTIF1. Keadaan umum : Ibu tampak lelah2. Tanda-tanda vital (TTV) :

    Tekanan Darah (TD) : 160/90 mmHg

    Nadi (N) : 86 x/menit

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    11/21

    11

    Pernapasan (P) : 20 x/menit

    Suhu (S) : 36oC

    3. Muka tidak ada oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir merahmuda.

    4. Abdomen : Tinggi fundus uteri (TFU): 32 cm, 3 jari dibawah px, di fundusteraba bokong, punggung kiri, bagian terendah kepala, sudah masuk pintu atas

    panggul (PAP), divergen. Perlimaan 1/5. Denyut jantung janin (DJJ) 155

    x/menit, teratur, his 4x/10 menit lamanya 40 detik. Kandung kemih kosong.

    5. Ekstermitas : tidak ada oedema, tangan kiri terpasang infuse RL 20tetes/menit, reflex patella positif.

    6. Genitalia : vulva tidak ada varises dan pembengkakan, terdapat pengeluarancairan ketuban berwarna putih keruh. Vagina tidak ada benjolan, portio tipis

    lunak, pembukaan 9 cm, selaput ketuban tidak teraba, penurunan kepala

    hodge III+, ubun-ubun kecil (UUK) kanan depan. Penyusupan 0.

    7. Laboratorium, haemoglobin : 11,7 gr %, protein urin negatif , glukosa urinnegative, Leukosit : 18.700 ul

    C. ANALISANy. L, usia 28 tahun, G2P1A0, 41 minggu, inpartu kala 1 fase aktif. Janin tunggal

    hidup intrauterin, presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik.

    D. PENATALAKSANAAN1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tetang hasil pemeriksaan bahwa

    keadaan umum ibu dan janin baik, pembukaan 9 cm.

    2. Kolaborasi dengan dokter Spog.Advis : Induksi Oxytosin 5 IU 20 tetes/menit dipertahankan

    Observasi DJJ dan kemajuan persalinan

    Nipedipin 10 mg

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    12/21

    12

    3. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di antara his Roti sedikit-sedikit dan setengah gelas teh manis.

    4. Mengajarkan ibu relaksasi teknik napas dalam.5. Menganjurkan suami/keluarga untuk selalu mendampingi dan memberikan

    dukungan pada ibu.

    6. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK.7. Memantau kesejahteraan ibu dan janinhasil terlampir dalam partograf.

    Catatan Perkembangan Pukul 12.30 WIB

    A. DATA SUBJEKTIFIbu mengeluh perutnya semakin sakit dan merasa ingin BAB. Ibu merasa keluar

    air-air dan lendir dari vaginanya semakin banyak.

    B. DATA OBJEKTIF1. Keadaan umum : Ibu tampak kesakitan2. TTV : TD : 140/80 mmHg, N 85x/menit, P : 20x/menit, S : 37oC3.

    Perlimaan : 0/5, DJJ : 145x/menit, teratur. His 4x/10 menit lamanya 50 detik.Kandung kemih kosong.

    4. Genitalia, terdapat pengeluaran air-air berwarna jernih bercampur lendirbanyak, portio tidak teraba, penururnan kepala hodge III-IV, tidak terdapat

    bagian terkecil janin dan tali pusat yang membumbung, ubun-ubun kecil di

    depan, molage 0.

    C. ANALISAInpartu kala II dengan distosia bahu

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    13/21

    13

    D. PENATALAKSANAAN1. Memberitahu ibu bahwa akan di pimpin persalinan.2. Menjelaskan pada ibu untuk tenang dan bersabar dalam menghadapi

    persalinan.

    3. Menganjurkan ibu posisi setengah duduk dan memimpin persalinan.4. Menganjurkan ibu minum teh manissetengah gelas teh manis.5. Memimpin persalinan dengan teknik asuhan persalinan normal melakukan

    episiotomy mediolateral kiri. Pukul 13.10 WIB kepala bayi lahir, melahirkan

    bahu atas terjadi distosia. Menganjurkan dan mengatur posisi ibu (Mc Robert)

    menarik kaki sehingga pangkal paha menempel pada abdomen ibu (tindakan

    ini dapat menyebabkan sacrum mendatar sehingga bahu anterior terbebas dari

    simfisis pubis). Pukul 13.15 WIB bayi lahir seluruhnya tidak langsung

    menangis, warna kulit pada ekstremitas tampak pucat, gerakan tdak aktif,

    jenis kelamin perempuan.

    6. Meletakan bayi diatas perut, mengeringkan dan memotong tali pusat bayilangsung dibawa ke-perina.

    7.

    Memeriksa apakah ada janin kedua atau tidak

    tidak ada

    Catatan Perkembangan Pukul 13.20 WIB

    A. DATA SUBJEKTIFIbu merasa senang dan lega karena bayinya sudah lahir, ibu masih merasakan

    mules.

    B. DATA OBJEKTIFTFU setinggi pusat, teraba keras dan bundar, tidak ditemukan adanya janin kedua,

    kandung kemih kosong. Genitalia tampak keluar darah berwarna merah

    kehitaman, tali pusat menjulur di depan vulva.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    14/21

    14

    C. ANALISAInpartu kala III

    D. PENATALAKSANAAN1. Memberitahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin.2. Menyuntikkan oksitosin 5 IU secara IM di sepertiga luar paha atas.3. Melakukan penegangan tali pusat terkendali dan mengamati tanda-tanda

    pelepasan plasentaplasenta lahir pukul 13.30

    4. Melakukan masase fundus uteri selama 15 detikfundus berkontraksi/keras5. Memeriksa kelengkapan plasentalengkap6. Memeriksa adanya luka pada jalan lahirlaserasi drajat II

    Catatan perkembangan Pukul. 13.35 WIB

    A. DATA SUBJEKTIFIbu senang ari-ari sudah lahir, dan masih merasakan mules .

    B.

    DATA OBJEKTIFTFU 1 jari dibawah pusat, teraba keras dan bundar. Terdapat laserasi drajat II.

    Kandung kemih kosong. Perdarahan 150cc

    C. ANALISAInpartu kala IV

    D. PENATALAKSANAAN1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu.2. Melakukan penjahitan laserasi dengan anestesi3. Melakukan pemantauan TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih dan estimasi

    pengeluaran darah setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama, dan 30 menit

    sekali pada 1 jam berikutnyaterlampir pada partograf.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    15/21

    15

    4. Memberikan makan dan minum sesuai keinginan ibububur ayam setengahporsi dan segelas teh hangat.

    5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilaikontraksiuterus berkontraksi / keras.

    6. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi diniibu miring kanan.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    16/21

    16

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Setelah melakukan asuhan intranatal pada Ny. L usia 29 tahun G2P1A0 dengan

    usia kehamilan 40 minggu ditemukan sedikit kesenjangan antara tinjauan teori dan

    tinjauan kasus sebagai berikut :

    A. SubjektifBerdasarkan hasil anamnesa diperoleh bahwa ibu datang dengan keluhan

    mules-mules pada daerah perut bawah dan bertambah kuat serta sering, merasa

    keluar darah bercampur lendir. Menurut teori yang dikemukakan oleh

    Sulistyawati, hasil anamnesa sesuai dengan teori bahwa terjadinya his persalinan

    dan pengeluaran lendir serta darah adalah tanda ibu masuk dalam persalinan.

    B. ObjektifDari hasil pemeriksaan TTV didapatkan kondisi ibu dalam keadaan

    normal. TFU: 26 cm, 2 jari dibawah px, di fundus teraba bokong, punggung

    kanan, bagian terendah kepala, sudah masuk pintu atas panggul (PAP), divergen.

    Perlimaan 2/5. Pemeriksaan genetalia didapat bahwa vulva tidak ada varises dan

    pembengkakan, terdapat lendir darah, tidak berbau. Vagina tidak ada benjolan,

    portio tipis lunak, pembukaan 7 cm, selaput ketuban teraba/positif, penurunan

    kepala hodge III+, ubun-ubun kecil (UUK) kanan depan. Penyusupan 0. Dari

    hasil pemeriksaan leopold dan pemeriksaaan dalam, didapatkan masih dalam

    batas normal sesuai dengan teori saifudin dalam tabel penurunan kepala menurut

    sistem perlimaan

    DJJ 133x/menit adalah masih dalam batas normal sesuai dengan pendapat

    Depkes, 2008, bahwa DJJ normal adalah 120-160x/menit. His ibu 4x/10 menitlamanya 45 detik, his ibu termasuk adekuat sesuai dengan Depkes, 2008.

    Haemoglobin ibu 12 gr%, termasuk dalam batas normal sesuai dengan

    pendapat Sacher (2004), untuk perempuan dewasa kadar normal hemoglobin 12 -

    16 gr%. Wanita hamil normal 11 13 gr%. Hasil tes pemeriksaan protein dan

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    17/21

    17

    glukosa urin didapatkan negatif, hal ini juga merupakan salah satu penapisan pre-

    eklamsi dan diabetes.

    C. AnalisaBerdasarkan data subjektif (biodata, HPHT, keluhan dan riwayat

    kehamilan) serta data objektif (TTV, pemeriksaan fisik, dll), maka ditegakkan

    analisa Ny. L, usia 29 tahun, G2P1A0 kehamilan 40 minggu, inpartu kala I fase

    aktif. Janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala. Keadaan umum ibu dan

    janin baik.

    D. PenatalaksanaanAsuhan intranatal yang diberikan pada ibu sudah menerapkan teori dan

    SOP yang berlaku di PKM. Asuhan berfokus pada masalah yang ada dan

    disesuaikan dengan kebutuhan ibu. Namun dalam hal pemilihan posisi yang

    nyaman dalam persalinan, ibu tidak diberikan pilihan macam-macam posisi dalam

    persalinan, petugas kesehatan hanya menganjurkan posisi setengah duduk dengan

    alasan posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk

    beristirahat diantara kontraksi, suplai oksigen dari ibu ke janin berlangsung

    optimal, dan gaya grafitasi membantu ibu melahirkan bayinya.

    Catatan perkembangan pukul 07.00 WIB

    A. SubjektifBerdasarkan anamnesa, diperoleh ibu mengeluh perutnya semakin sakit

    dan merasa ingin BAB, ibu sudah tidak kuat berjalan dan ingin berbaring saja. Ibu

    merasa keluar air-air dan lendir dari vaginanya banyak. Menurut Depkes 2004,

    pasien merasa ada dorongan kuat untuk meneran menandakan tanda gejala kala II.

    Keluar air-air menandakan ketuban sudah pecah.

    B. ObjektifHasil pemeriksaan TTV dalam keadaan normal. DJJ 140x/menit, teratur,

    masih dalam batas normal. Perlimaan 0/5. His 4x/10 menit lamanya 45 detik juga

    dalam keadaan yang adekuat. Hasil pemerikasaan genitalia didapatkan

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    18/21

    18

    pengeluaran air-air berwarna jernih bercampur lendir banyak, portio tidak teraba,

    pembukaan 10 cm, penurunan kepala hodge IV, tidak terdapat bagian terkecil

    janin dan tali pusat yang membumbung, ubun-ubun kecil di depan, molage 0.

    Pada kasus, pembukaan dari 7 cm sampai 10 cm hanya berlangsung 1

    jam, hal tersebut normal dikarenakan ibu termasuk multipara dan his ibu yang

    adekuat. Perlimaan 0/5 serta penurunan kepala hodge IV menunjukkan bahwa

    kepala janin telah sampai di perineum. Menurut Cooper 2009, kala II adalah

    ketika serviks berdilatasi penuh (pembukaan 10 cm) serta ketuban mungkin

    pecah dalam awal kala II.

    C. AnalisaBerdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka ditegakkan analisa

    bahwa Ny. L dalam masa inpartu kala II.

    D. Penatalaksanaan.Asuhan intranatal yang diberikan pada ibu sudah menerapkan teori dan

    SOP yang berlaku di PKM. Asuhan berfokus pada masalah yang ada dan

    disesuaikan dengan kebutuhan ibu. Pukul 07.05 WIB bayi lahir spontan,

    menangis kuat, kulit kemerahan dan tonus otot baik (bergerak aktif), jeniskelamin perempuan, serta tidak ada janin kedua. Kelahiran bayi normal sesuai

    dengan teori menurut Depkes 2008 dengan melakukan penilaian sepintas,

    didapatkan hasil bayi menangis kuat, kulit kemerahan, bergerak aktif dan tidak

    mengalami kesulitan bernapas.

    Catatan perkembangan pukul 07.06 WIB

    A. SubjektifData subjektif dikatakan bahwa ibu merasa senang dan lega karena

    bayinya sudah lahir, ibu masih merasakan mules. Ibu merasa senang dan lega

    sesuai dengan psikologis ibu yang merasa bangga dapat melahirkan anaknya

    sendiri.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    19/21

    19

    B. ObjektifHasil pemeriksaan abdomen didapat TFU setinggi pusat, teraba keras dan

    bundar, tidak ditemukan adanya janin kedua, kandung kemih kosong.

    Pemeriksaan genitalia didapat tampak keluar darah berwarna merah kehitaman,

    tali pusat menjulur di depan vulva. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa

    adanya tanda pelepasan plasenta yang sesuai dengan teroi Cooper bahwa tanda

    pelepasan plasenta adalah perubahan bentuk uterus yang menjadi bundar dan

    keras, tali pusat menjulur di depan vulva dan keluar sembuaran darah. TFU

    setinggi pusat karena adanya penurunan volume rongga uterus akibat lahirnya

    bayi.

    C. AnalisaBerdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka ditegakkan analisa

    bahwa Ny. L dalam masa inpartu kala III.

    D. PenatalaksanaanAsuhan intranatal yang diberikan pada ibu sudah menerapkan teori dan

    SOP yang berlaku di PKM. Asuhan berfokus pada masalah yang ada dan

    disesuaikan dengan kebutuhan ibu. Bayi dilakukan IMD. Plasenta lahir pukul07.16 WIB, serta dilakukannya masase uteri dan pemeriksaan kelengkapan

    plasenta dan luka jalan lahir.

    Waktu pelepasan plasenta pada kasus adalah 10 menit, hal ini sesuai

    dengan teori Cooper yang menyebutkan bahwa pengeluaran plasenta dan

    membran berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Bayi dilakukan IMD agar

    mendapat kontak kulit dari ibunya. Pemeriksaan kelengkapan plasenta dan

    pemeriksaan luka jalan lahir cukup penting, karena dapat menyebabkan resiko

    perdarahan.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    20/21

    20

    Catatan perkembangan pukul 07.20 WIB

    A. SubjektifDikatakan bahwa ibu senang ari-ari sudah lahir, dan masih merasakan

    mules, hal ini normal karena kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah

    terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Sesuai dengan

    teori Depkes 2004, Kontraksi uterus yang tidak kuat dapat menyebabkan

    terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan ibu.

    B. ObjektifHasil pemeriksaan abdomen didapat TFU 2 jari dibawah pusat, teraba

    keras dan bundar. Tidak ada laserasi. Kandung kemih kosong. Perdarahan

    100cc. menurut Cooper, kondisi ibu dalam keadaan normal karena TFU setelah

    bayi lahir adalah setinggi pusat, setelah plasenta lahir2 jari dibawah pusat, serta

    uterus yang berkontraksi/keras. Kandung kemih diusahakan selalu kosong untuk

    membantu involusi uteri.

    C. AnalisaBerdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka ditegakkan analisa

    bahwa Ny. L dalam masa inpartu kala IV.D. Penatalaksanaan

    Asuhan intranatal yang diberikan pada ibu sudah menerapkan teori dan

    SOP yang berlaku di PKM. Asuhan berfokus pada masalah yang ada dan

    disesuaikan dengan kebutuhan ibu.

  • 5/26/2018 Presentasi Bahu Dan Ruptur Uteri

    21/21

    21

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan

    untuk melipat kedalam panggul (missal pada makrosomia), disebabkan oleh fase

    aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga lahirnya kepala

    terlalu cepat dapat menyebabkan bahu tidak melipat saat melalui jalan lahir atau

    kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala 1

    sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam pangul

    5.2SaranDianjurkan setiap ibu hamil agar memeriksakan dirinya secara rutitn pada

    waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu hamil dan

    janin. Dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan untuk mengurangi angka

    kematian maternal dan perinatal