109461656 referat ruptur uteri

24
PENDAHULUAN Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri dan diabetes melitus. Perdarahan masih merupakan trias penyebab kematian maternal terting- gi, di samping preeklampsi/eklampsi dan infeksi. Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut berarti perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan, sedangkan perdarahan pada persalinan adalah perdarahan intrapartum sebelum kelahiran. Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian janin dalam rahim di RS Hasan Sadikin, Bandung periode 2000-2002 mendapatkan 168 kasus kematian janin dalam rahim dari 2974 persalinan. Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu de- ngan penyulit kehamilan ruptur uteri dan penyulit medis diabetes melitus. Maka sebab itulah dibuat referat ini untuk membahas lebih lanjut mengenai ruptur uteri, faktor resikonya, etiologinya, bagaimana mendiagnosisnya serta penatalaksanaannya. 1

Upload: hzea-ari

Post on 30-Nov-2015

308 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ruptur

TRANSCRIPT

Page 1: 109461656 Referat Ruptur Uteri

PENDAHULUAN

Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor

ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri dan diabetes melitus. Perdarahan

masih merupakan trias penyebab kematian maternal tertinggi, di samping

preeklampsi/eklampsi dan infeksi.

Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada

kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan

gangguan pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut berarti

perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan,

sedangkan perdarahan pada persalinan adalah perdarahan intrapartum sebelum

kelahiran.

Sebuah kajian deskriptif tentang profil kematian janin dalam rahim di RS

Hasan Sadikin, Bandung periode 2000-2002 mendapatkan 168 kasus kematian janin

dalam rahim dari 2974 persalinan. Penyebab kematian janin dalam rahim paling

tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan penyulit kehamilan ruptur uteri dan pe-

nyulit medis diabetes melitus.

Maka sebab itulah dibuat referat ini untuk membahas lebih lanjut mengenai

ruptur uteri, faktor resikonya, etiologinya, bagaimana mendiagnosisnya serta

penatalaksanaannya.

1

Page 2: 109461656 Referat Ruptur Uteri

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga

peritoneum dapat berhubungan.Yang dimaksud dengan ruptur uteri komplit adalah

keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga

amnion dan rongga peritoneum.Peritoneum viserale dan kantong ketuban keduanya

ikut ruptur dengan demikian janin sebagia atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh

kontraksi terakhir rahim dan berada dalam kavum peritonei atau rongga abdomen.

Pada ruptur uteri inkomplit hubungan kedua rongga tersebut masih dibatasi

oleh peritoneum viserale. Pada keadaan yang demikian janin belum masuk ke dalam

rongga peritoneum. Apabila pada ruptur uteri peritoneum pada permukaan uterus

ikut robek, hal tersebut dinamakan ruptur uteri komplet.

Pada dehisens (regangan) dari parut bekas bedah sesar kantong ketuban juga

belum robek, tetapi jika kantong ketuban ikut robek maka disebut telah terjadi

ruputura uteri pada parut. Dehisens bisa berubah jadi ruputura pada waktu partus atau

akibat manipulasi pada rahim yang berparut, biasanya bekas bedah sesar yang

lalu.Dehisens terjadi perlahan, sedangkan ruptur uteri terjadi secara dramatis.Pada

dehisens perdarahan minimal atau tidak berdarah, sedangkan pada ruptur uteri

perdarahannya banyak yang berasal dari pinggir parut atau robekan baru yang

meluas.

EPIDEMIOLOGI

Terjadinya ruptur uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih

merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwa dan janinnya. Kematian ibu

dan anak akibat ruptur uteri masih tinggi. Sebuah kajian deskriptif tentang profil

kematian janin dalam rahim di RS Hasan Sadikin, Bandung periode 2000-2002

mendapatkan 168 kasus kematian janin dalam rahim dari 2974 persalinan.Penyebab

kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan

penyulit kehamilan ruptur uteri dan penyulit medis diabetes melitus.

Lebih lanjut, dilakukan pula evaluasi kasus ruptur uteri di RS Hasan Sadikin

dan 3 rumah sakit jejaringnya pada periode 1999-2003. Hasilnya, insiden kasus

ruptur uteri di RS Hasan Sadikin 0,09% (1 : 1074). Insiden di rumah sakit jejaring

2

Page 3: 109461656 Referat Ruptur Uteri

sedikit lebih tinggi yaitu 0,1% (1:996). Di RSHS, tidak didapatkan kematian ibu,

sedangkan di 3 rumah sakit jejaring didapatkan sebesar 0,4%. Sebaliknya, kematian

perinatal di RSHS mencapai 90% sedangkan di rumah sakit jejaring 100%. Maka

dari itu dapat disimpulkan, kasus ruptur uteri memberi dampak yang negatif baik

pada kematian ibu maupun bayi.

Ruptur uteri dapat terjadi secara komplet dimana robekan terjadi pada semua

lapisan miometrium termasuk peritoneum dan dalam hal ini umumnya janin sudah

berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati, dan ruptur inkomplet , robekan

rahim secara parsial dan peritoneum masih utuh. Angka kejadian sekitar 0.5%

Ruptur uteri dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma dan dapat terjadi

pada uterus yang utuh atau yang sudah mengalami cacat rahim (pasca miomektomi

atau pasca sectio caesar) serta dapat terjadi dalam pada ibu yang sedang inpartu

(awal persalinan) atau belum inpartu (akhir kehamilan).

Kejadian ruptur uteri yang berhubungan dengan cacat rahim adalah sekitar

40%, ruptur uteri yang berkaitan dengan low segmen caesarean section (insisi

tranversal) adalah kurang dari 1% dan pada classical caesarean section (insisi

longitudinal) kira kira 4% – 7%.

KLASIFIKASI

1. Menurut sebabnya :

a. Kerusakan atau anomali uterus yang telah ada sebelum hamil

i. pembedahan pada miometrium : seksio sesarea atau

histerektomi, histerorafia, miomektomi yang sampai

menembus seluruh ketebalan otot uterus, reseksi pada kornua

uterus atau bagian interstisial, metroplasti.

ii. Trauma uterus koinsidensial : instrumentasi sendok kuret atau

sonde pada penanganann abortus, trauma tumpul atau tajam

seperti pisau atau peluru, ruptur tanpa gejala pada kehamilan

sebelumnya (silent rupture in previous pregnancy).

iii. Kelainan bawaan : kehamilan dalam bagian rahim (born) yang

tidak berkembang

b. Kerusakan atau anomali uterus yang terjadi dalam kehamilan

i. sebelum kelahiran anak: his spontan yang kuat dan terus

menerus, pemakaian oksitosin atau prostaglandin untuk

3

Page 4: 109461656 Referat Ruptur Uteri

merangsang persalinan, trauma luar tumpul atau tajam, versi

luar, pembesaran rahim yang berlebihan misalnya hidramnion

atau kehamilan ganda.

ii. Dalam periode intrapartum : versi-ekstraksi, ekstraksi cunam

yang sukar, ekstraksi bokong, anomali janin yang

menyebabkan distensi berlebihan pada segmen bawah rahim,

tekanan kuat pada uterus dalam persalinan, kesulitan dalam

melakukan manual plasenta.

iii. Cacat rahim yang didapat : plasenta inkreta atau perkreta,

neoplasia trofoblas, gestasional, adenomiosis, retroversio

uterus gravidus inkarserata.

2. Menurut Lokasinya :

a. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah

mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik (korporal),

miemektomi

b. Segmen bawah rahim (SBR), ini biasanya terjadi pada partus yang

sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis

dan akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya

c. Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi

forseps atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap

d. Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina.

3. Menurut etiologinya :

a. Ruptur uteri spontanea

Ruptur uteri spontanea dapat terjadi akibat dinding rahim yang lemah

seperti pada bekas operasi sesar, bekas miomektomi, bekas perforasi

tindakan kuret atau bekas tindakan plasenta manual. Ruptur uteri

spontan dapat pula terjadi akibat peregangan luar biasa dari rahim

seperti pada ibu dengan panggul sempit, janin yang besar, kelainan

kongenital dari janin, kelainan letak janin, grandemultipara dengan

perut gantung (pendulum) serta pimpinan persalinan yang salah.

b. Ruptur uteri violenta

Ruptur uteri violenta dapat terjadi akibat tindakan – tindakan seperti

misalnya Ekstraksi forceps, versi dan ekstraksi, embriotomi, braxton

4

Page 5: 109461656 Referat Ruptur Uteri

hicks version, manual plasenta, kuretase ataupun trauma tumpul dan

tajam dari luar.

ETIOLOGI

Ruptur uteri bisa disebabkan oleh anomali atau kerusakan yang telah ada

sebelumnya, karena trauma, atau sebagai komplikasi persalinan pada rahim yang

masih utuh. Paling sering terjadi pada rahim yang

telah diseksio sesarea pada persalinan sebelumnya. Lebih lagi jika pada uterus yang

demikian dilakukan partus percobaan atau persalinan dirangsang dengan oksitosin

atau sejenisnya.

Pasien yang berisiko tinggi antara lain :

a. persalinan yang mengalami distosia, grande multipara, penggunaan oksitosin

atau prostaglandin untuk mempercepat persalinan

b. pasien hamil yang pernah melahirkan sebelumnya melalui bedah seksio

sesarea atau operasi lain pada rahimnya

c. pernah histerorafi

d. pelaksanaan trial of labor terutama pada pasien bekas seksio sesarea, dan

sebagainya.

Oleh sebab itu, untuk pasien dengan panggul sempit atau bekas seksio sesarea

klasik berlaku pepatah Once Sesarean Section always Sesarean Section. Pada

keadaan tertentu seperti ini dapat dipilih elective cesarean section (ulangan)

untuk mencegah ruputura uteri dengan syarat janin sudah matang.

Gambar 1. Klasik dan low transverse insisi pada bedah sesar

(sumber : www.healthyrecipesdiary.org)

5

Page 6: 109461656 Referat Ruptur Uteri

PATOFISIOLOGI

Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian,

dinding korpus uteri atau segmen atas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus

uteri menjadi lebih kecil. Akibatnya tubuh janin yang menempati korpus uteri

terdorong ke dalam segmen bawah rahim. Segmen bawah rahim menjadi lebih lebar

dan karenanya dindingnya menjadi lebih tipis karena tertarik keatas oleh kontraksi

segmen atas rahim yang kuat, berulang dan sering sehingga lingkaran retraksi yang

membatasi kedua segmen semakin bertambah tinggi.

Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab

(misalnya : panggul sempit atau kepala besar) maka volume korpus yang bertambah

mengecil pada waktu ada his harus diimbangi perluasan segmen bawa rahim ke atas.

Dengan demikian lingkaran retraksi fisiologis semakin meninggi kearah pusat

melewati batas fisiologis menjadi patologis yang disebut lingkaran bandl (ring van

bandl). Ini terjadi karena rahim tertarik terus menerus kearah proksimal tetapi

tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang dipegang ditempatnya oleh

ligamentum–ligamentum pada sisi belakang (ligamentum sakrouterina), pada sisi

kanan dan kiri (ligamentum cardinal) dan pada sisi dasar kandung kemih

(ligamentum vesikouterina).

Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian terbawah janin tidak

kunjung turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama semakin tinggi

dan segmen bawah rahim semakin tertarik ke atas dan dindingnya menjadi sangat

tipis. Ini menandakan telah terjadi rupture uteri iminens dan rahim terancam robek.

Pada saat dinding segmen bawah rahim robek spontan dan his berikutnya datang,

terjadilah perdarahan yang banyak (rupture uteri spontanea).

Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih sering terjadi terutama pada

parut pada bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut bekas seksio sesarea

profunda. Hal ini disebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang

tenang pada saat nifas memiliki kemampuan sembuh lebih cepat sehingga parut lebih

kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan

tua sebelum persalinan dimulai sedangkan pada bekas seksio profunda lebih sering

terjadi saat persalinan. Ruptur uteri biasanya terjadi lambat laun pada jaringan–

jaringan di sekitar luka yang menipis kemudian terpisah sama sekali. Disini biasanya

peritoneum tidak ikut serta, sehingga terjadi rupture uteri inkompleta. Pada peristiwa

ini perdarahan banyak berkumpul di ligamentum latum dan sebagian lainnya keluar.

6

Page 7: 109461656 Referat Ruptur Uteri

Dalam sudut patofisiologi ruptur uteri dapat ditinjau apakah terjadi dalam

masa hamil atau dalam persalinan, apakah terjadi pada rahim yang utuh atau pada

rahim yang bercacat, dan sebagainya. Tinjauan ini mungkin berlebihan karena tidak

penting dari sudut klinik mungkin ada guna dari aspek lain. Tinjauan tersebut bias

mempengaruhi pilihan operasi, apakah akan dilakukan histerektomi atau histerorafia.

Dibawah diuraikan tinjauan tersebut menurut beberapa aspek:

1. Aspek anatomik

Berdasarkan lapisan dinding rahim yang terkena ruptur uteri dibagi kedalam

ruptur uteri komplit dan ruptur uteri inkomplit. Pada ruptur inkomplit ketiga lapisan

dinding rahim ikut robek, sedangkan pada yang inkomplit lapisan serosanya atau

perimetrium masih utuh.

2. Aspek sebab

Berdasarkan pada sebab mengapa terjadi robekan pada rahim, ruptur uteri

dibagi ke dalam ruptur uteri spontan, ruptur uteri violent, dan ruptur uteri traumatika.

Ruptur uteri spontan terjadi pada rahim yang utuh oleh karena kekuatan his semata,

sedangkan ruptur uteri violent disebabkan ada manipulasi tenaga tambahan lain

seperti induksi atau stimulasi partus dengan oksitosin atau sejenis, dorongan yang

kuat pada fundus dalam persalinan. Ruptur uteri traumatika disebabkan oleh trauma

pada abdomen seperti kekerasan dalam rumah tangga dan kecelakaan lalu lintas.

3. Aspek keutuhan rahim

Ruptur uteri dapat terjadi pada uterus yang masih utuh , tetapi bias terjadi

pada uterus yang bercacat misalnya pada parut bekas bedah sesar atau parut jahitan

ruptur uteri yang pernah terjadi sebelumnya(histerorafia) , miomektomi yang dalam

sampai ke rongga rahim, metroplasti, rahim yang rapuh akibat telah banyak

meregang misalnya pada grandemultipara atau pernah hidramnion atau hamil ganda,

uterus yang kurang berkembang kemudian menjadi hamil, dan sebagainya.

4. Aspek waktu

Yang dinamakan dengan waktu disini ialah dalam masa hamil atau pada

waktu bersalin. Ruptur uteri dapat terjadi dalam masa kehamilan, misalnya karena

trauma atau rahim yang bercacat , sering pada bedah sesar klasik. Kebanyakan ruptur

uteri terjadi dalam persalinan kala I atau kala II dan pada partus percobaan bekas

seksio sesarea, terlebih pada kasus yang hisnya diperkuat dengan oksitosin atau

prostaglandin yang sejenis.

7

Page 8: 109461656 Referat Ruptur Uteri

5. Aspek sifat

Rahim robek bias tanpa menimbulkan gejala yang jelas(silent) seperti pada

ruptur yang terjadi pada parut bedah sesar klasik dalam masa hamil tua. Parut itu

merekah sedikit demi sedikit (dehiscence) dan pada akhirnya robek tanpa

menimbulkan perdarahan yang banyak dan rasa nyeri yang tegas. Sebaliknya,

kebanyakan ruptur uteri terjadi dalam waktu yang sangat cepat dengan tanda-tanda

serta gejala-gejala yang jelas (overt) dan akut, misalnya ruptur uteri yang terjadi pada

kala I atau kala II akibat dorongan atau pacuan oksitosin. Kantong kehamilan ikut

robek dan janin terdorong masuk ke dalam rongga peritoneum, terjadi perdarahan

internal yang banyak dan perempuan bersalin tersebut merasa sangat nyeri dan syok.

6. Aspek paritas

Ruptur uteri dapat terjadi pada perempuan yang baru pertama kali hamil

(nulipara) sehingga sedapat mungkin padanya diusahakan histerorafia apabila

lukanya rata dan tidak infeksi. Terhadap ruptur uteri pada multipara umumnya lebih

baik dilakukan histerektomi atau jika keadaan umumnya jelek dan luka robekan pada

uterus tidak luas dan tidak compang camping, robekan pada uterus dijahit kembali

(histerorafia) dilanjutkan tubektomi.

7. Aspek gradasi

Kecuali akibat kecelakaan, ruptur uteri tidak mendadak. Peristiwa robekan yang

umumnya terjadi pada segmen bawah rahim didahului oleh his ysng kuat tanpa

kemajuan dalam persalinan sehingga batas antara korpus dan segmen bawah rahim

yaitu lingkaran retraksi yang fisiologik naik bertambah tinggi menjadi lingkaran

bandl yang patologik, sementara ibu yang melahirkan itu meras sangat cemas dan

ketakutan oleh karena menahan rasa nyeri his yang kuat. Pada saat ini penderita

berada pada stadium ruptur uteri imminens (membakat). Apabila keadaan yang

demikian berlanjut dan tidak terjadi atonia uteri sekunder, maka pada gilirannya

dinding segmen bawah rahim yang sudah sangat tipis itu robek. Peristiwa ini disebut

ruptur uteri spontan.

TANDA DAN GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala ruptur uteri:

o Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat

memuncak.

o Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri

8

Page 9: 109461656 Referat Ruptur Uteri

o Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )

o Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah

menurun dan nafas pendek ( sesak )

o Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu

o Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul

o Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen

ibu

o Bagian janin lebih mudah dipalpasi

o Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi

tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar

o Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan

disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).

o Kemungkinan terjadi muntah

o Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen

o Nyeri berat pada suprapubis

o Kontraksi uterus hipotonik

o Perkembangan persalinan menurun

o Perasaan ingin pingsan

o Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )

o Perdarahan vagina ( kadang-kadang )

o Tanda-tanda syok progresif

o Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau

kontraksi mungkin tidak dirasakan

o DJJ mungkin akan hilang

DIAGNOSIS

1. Data subyektif

Gejala

Nyeri Abdomen dapat tiba-tiba, tajam dan seperti disayat pisau.

Apabila terjadi ruptur sewaktu persalinan, konstruksi uterus yang intermitten,

kuat dapat berhenti dengan tiba-tiba. Pasien mengeluh nyeri uterus yang

menetap.

9

Page 10: 109461656 Referat Ruptur Uteri

Perdarahan Pervaginam dapat simptomatik karena perdarahan aktif

dari pembuluh darah yang robek.Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya

persalinan dan syok, yang mana dapat di luar proporsi kehilangan darah

eksterna karena perdarahan yang tidak terlihat. Nyeri bahu dapat berkaitan

dengan perdarahan intraperitoneum.

Riwayat Penyakit Dahulu

Ruptur uteri harus selalu diantisipasi bila pasien memberikan suatu

riwayat paritas tinggi, pembedahan uterus sebelumnya, seksio sessaria atau

miomektomi.

2. Data obyektif

a. Pemeriksaan Umum

Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut,

biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen.

b. Pemeriksaan Abdomen

o Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan

kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin.

Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung

janin tiba-tiba menghilang.

o Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak,

disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan

intraperitoneum.

c. Pemeriksaan Pelvis

o Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak

lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke

dalam rongga peritoneum.

o Perdarahan pervaginam mungkin hebat.

o Ruptur uteri setelah melahirkan dikenali melalui eksplorasi manual

segmen uterus bagian bawah dan kavum uteri.Segmen uterus bagian

bawah merupakan tempat yang paling lazim dari ruptur.

Ruptur uteri iminens mudah dikenal pada ring van Bandl yang semakin

tinggi dan segmen bawah rahim yang tipis dan keadaan ibu yang gelisah takut karena

nyeri abdomen atau his kuat yang berkelanjutan disertai tanda-tanda gawat janin.

10

Page 11: 109461656 Referat Ruptur Uteri

Gambaran klinik ruptur uteri adalah khas sekali. Oleh sebab itu pada umumnya tidak

sukar menetapkan diagnosisnya atas dasar tanda-tanda klinik yang telah diuraikan.

Untuk menetapkan apakah ruptur uteri itu komplit perlu dilanjutkan dengan periksa

dalam.

Pada ruptur uteri komplit jari-jari tangan pemeriksa dapat menemukan beberapa hal

berikut :

1. jari jari tangan dalam bisa meraba permukaan rahim dan dinding perut yang

licin

2. dapat meraba pinggir robekan, biasanya terdapat pada bagian depan di

segmen bawah rahim

3. dapat memegang usus halus atau omentum melalui robekan

4. dinding perut ibu dapat ditekan menonjol ke atas oleh ujung-ujung jari-jari

tangan dalam sehingga ujung jari-jari tangan luar saling mudah meraba ujung

jari-jari tangan dalam.

Gambar 2. Ring van Bandl (www.healthyorigin.org)

KOMPLIKASI

Syok hipovolemik karena perdarahan yang hebat dan sepsis akibat infeksi

adalah dua komplikasi yang fatal pada peristiwa ruptur uteri. Syok hipovolemik

terjadi bila pasien tidak segera mendapat infus cairan kristaloid yang banyak untuk

selanjutnya dalam waktu yang cepat digantikan dengan transfusi darah segar. Darah

11

Page 12: 109461656 Referat Ruptur Uteri

segar mempunyai kelebihan selain menggantikan darah yang hilang juga

mengandung semua unsur atau faktor pembekuan dan karena itu lebih bermanfaat

demi mencegah dan memngatasi koagulopati dilusional akibat pemberian cairan

kristaloid yang umumnya banyak diperlukan untuk mengatasi atau mencegah

gangguan keseimbangan elektrolit antar-kompartemen cairan dalam tubuh dalam

menghadapi syok hipovolemik.

Infeksi berat umumnya terjadi pada pasien kiriman dimana ruptur uteri telah

terjadi sebelum tiba di rumah sakit dan telah mengalami berbagai manipulasi

termasuk periksa dalam yang berulang. Jika dalam keadaan yang demikian pasien

tidak segera memperoleh terapi antibiotika yang sesuai, hampir pasti pasien akan

menderita peritonitis yang luas dan menjadi sepsis pasca bedah. Sayangnya hasil

pemeriksaan kultur dan resistensi bakteriologik dari sampel darah pasien baru

diperoleh beberapa hari kemudian. Antibiotika spektrum luas dalam dosis tinggi

biasanya diberikan untuk mengantisipasi kejadian sepsis. Syok hipovolemik dan

sepsis merupakan sebab-sebab utama yang meninggikan angka kematian maternal

dalam obstetrik.

Meskipun pasien bisa diselamatkan, morbiditas dan kecacatan tetap tinggi.

Histerektomi merupakan cacat permanen, yang pada kasus yang belum punya anak

hidup meninggalkan sisa trauma psikologis yang berat dan mendalam. Jalan keluar

bagi kasus ini untuk mendapatkan keturunan tinggal satu pilihan melalui assisted

reproductive technology termasuk pemanfaatan surrogate mother yang hanya

mungkin dikerjakan pada rumah sakit tertentu dengan biaya tinggi dan dengan

keberhasilan yang belum sepenuhnya menjanjikan serta dilema etik. Kematian

maternal dan/atau perinatal yang menimpa sebuah keluarga merupakan komplikasi

sosial yang sulit mengatasinya.

PENANGANAN

Dalam menghadapi masalah ruptur uteri semboyan prevention is better than

cure sangat perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap pengelola persalinan di

mana pun persalinan itu berlangsung. Pasien risiko tinggi haruslah dirujuk agar

persalinannya berlangsung di rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang cukup dan

berpengalaman. Bila telah terjadi ruptur uteri tindakan terpilih hanyalah histerektomi

dan resusitasi serta antibiotika yang sesuai. Diperlukan infus cairan kristaloid dan

12

Page 13: 109461656 Referat Ruptur Uteri

transfusi darah yang banyak, tindakan antisyok, serta pemberian antibiotika spektrum

luas, dan sebagainya.

Tindakan–tindakan pada ruptur uteri :

a. Histerektomi

Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim dan

uterus) pada seorang wanita, sehingga setelah menjalani operasi ini dia tidak

bisa lagi hamil dan mempunyai anak. Histerektomi dapat dilakukan melalui

irisan pada bagian perut atau melalui vagina. Pilihan ini bergantung pada

jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan

berbagai pertimbangan lainnya.

Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita ketahui. Berikut ini

adalah penjelasannya :

o Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahim

diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu,

penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim sehingga masih

perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara rutin.

o Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim

diangkat secara keseluruhannya.

o Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini

mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba fallopii, dan kedua

ovarium.

o Histerektomi radikal. Histerektomi ini mengangkat bagian atas

vagina, jaringan, dan kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini

biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa

menyelamatkan nyawa penderita.

13

Page 14: 109461656 Referat Ruptur Uteri

Gambar 4. Macam Histerektomi ( www.medscape.com)

b. Histerorafi

Histerorafi adalah tindakan operatif dengan mengeksidir luka dan

dijahit dengan sebaik-baiknya. Jarang sekali bisa dilakukan histerorafia

kecuali bila luka robekan masih bersih dan rapi pasiennya belum punya anak

hidup.

PENCEGAHAN

Resiko absolut terjadinya ruptur uteri dalam kehamilan sangat rendah namun

sangat bervariasi tergantung pada kelompok tertentu:

1. Kasus uterus utuh

2. Uterus dengan kelainan kongenital

3. Uterus normal pasca miomektomi

4. Uterus normal dengan riwayat sectio caesar satu kali

5. Uterus normal dengan riwayat sectio lebih dari satu kali

Pasien dengan uterus normal dan utuh memiliki resiko mengalami ruptur uteri paling

kecil ( 0.013% atau 1 : 7449 kehamilan )

Strategi pencegahan kejadian ruptur uteri langsung adalah dengan memperkecil

jumlah pasien dengan resiko, kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptur uteri adalah:

1. Persalinan dengan SC lebih dari satu kali

2. Riwayat SC classic ( midline uterine incision )

3. Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision”

14

Page 15: 109461656 Referat Ruptur Uteri

4. LSCS dengan jahitan uterus satu lapis

5. SC dilakukan kurang dari 2 tahun

6. LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital

7. Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan pervaginam

8. Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC

9. Riwayat SC dengan janin makrosomia

10. Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi

Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar

dibandingkan ibu hamil umumnya.

PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada apakah ruptur uteri pada uterus yang masih utuh

atau pada bekas seksio sesarea atau suatu dehisens. Bila terjadi pada bekas seksio

sesarea atau pada dehisens perdarahan yang terjadi minimal sehingga tidak sampai

menimbulkan kematian maternal dan kematian perinatal. Faktor lain yang

mempengaruhi adalah kecepatan pasien menerima tindakan bantuan yang tepat dan

cekatan.

Ruptur uteri spontan dalam persalinan pada rahim yang tadinya masih utuh

mengakibatkan robekan yang luas dengan pinggir luka yang tidak rata dan bisa

meluas ke lateral dan mengenai cabang-cabang arteri uterina atau ke dalam

ligamentum latum atau meluas ke atas atau ke vagina disertai perdarahan yang

banyak dengan mortalitas maternal yang tinggi dan kematian yang jauh lebih tinggi.

15

Page 16: 109461656 Referat Ruptur Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Gary et.all, 2005. Obstetri Williams Edisi 21. EGC. Jakarta.

2. Gyamfi C, Juhasz G, Gyamfi P, Blumenfeld Y, Stone JL. Single- versus double-layer uterine incision closure and uterine rupture. J Matern Fetal Neonatal Med. Oct 2006;19(10):639-43.

3. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM.

4. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi 2003.

5. The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas. 2003

6. Locatelli A, Regalia AL, Ghidini A, et al. Risks of induction of labour in women with a uterine scar from previous low transverse caesarean section. BJOG. Dec 2004;111(12):1394-9.

7. Norwitz, Errol dan Schorge, John, 2007. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta.

8. Prawirohardjo, Sarwono, 2011, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

9. Prawirohardjo, Sarwono, 2011, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

10. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.

  

16