portofolio

26
Portofolio SEBAGAI CONTOH TULISAN Alvian Aditya Kanzi | 2016

Upload: alvian-aditya-kanzi

Post on 22-Jan-2017

49 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: portofolio

Portofolio SEBAGAI CONTOH TULISAN

Alvian Aditya Kanzi | 2016

Page 2: portofolio

PAGE 1

Daftar Isi

Tulisan 1

Review Album : Efek Rumah Kaca “Sinestesia” .................................................................. 3

Tulisan 2

Biar Tetap Sidestream, 5 Band Indie Ini Wajib Kamu Dengerin di 2016 .............................. 4

Tulisan 3

Laporan Pertandingan: Turki 5-3 Denmark ....................................................................... 9

Tulisan 4

2 Dekade Britpop – Trilogi Singkat Sang Pengisi Kekosongan Kekuasaan Musik............... 12

Tulisan 5

I Miss The Comfort in Being Sad... ................................................................................. 20

Tulisan 6

Puisi-puisi...................................................................................................................... 23

Page 3: portofolio

PAGE 2

Kunjungi Blog Saya di :

https://alvadityasounds.wordpress.com

dan

https://tc-lj.tumblr.com

Page 4: portofolio

PAGE 3

Tulisan 1

Review Album : Efek Rumah Kaca “Sinestesia”

Paket Ambisius Yang Khidmat

Dibutuhkan tujuh tahun dari album “Kamar Gelap” bagi Efek Rumah Kaca untuk merilis

album studio ketiga mereka, “Sinestesia”. Memuat enam lagu baru yang semuanya

menggunakan nama-nama warna sebagai judulnya, kelompok pop minimalis asal Jakarta

ini menawarkan sepaket materi yang segar bagi para pendengarnya.

Secara durasi, lagu-lagu yang terdapat pada album

ini tergolong panjang dengan durasi di atas 7 menit

per lagunya, dimana setiap lagunya dibagi dalam

beberapa fragmen terpisah yang saling terhubung.

Dengan konsep isi album seperti itu, Efek Rumah

Kaca mampu memaksimalkan musikalitas mereka ke

titik tertinggi lewat eksplorasi habis-habisan yang

terasa lebih ambisius dari kedua album sebelumnya.

Eksplorasi habis-habisan yang dimaksud di sini

bukan tentang permainan riff rumit dan rapat, tapi

tentang bagaimana Cholil dkk. memasukkan unsur-

unsur melodis baru lewat pemberian porsi lebih

terhadap keterlibatan instrumen-instrumen pendukung, vokal yang dibuat berlapis-lapis

dengan keterlibatan para penyanyi latar, riff yang ringan dan mengalun, serta ritme yang

dibuat menggantung dan menggaung membuat album “Sinestesia” ini memiliki daya

tawar yang lain jika dibandingkan dengan dua album pendahulunya tanpa menghilangkan

kekhasan musik Efek Rumah Kaca yang identik dengan kemampuan membangun sebuah

suasana yang meruang dengan penyusunan sound sebagai tiangnya dan lirik-lirik lugas

penuh pesan sebagai atapnya.

Namun bukan berarti tidak ada yang ‘dikorbankan’ dengan eksplorasi yang mereka

lakukan dalam penggarapan album ini. Satu hal yang sedikit bisa dipermasalahkan: tidak

banyak penggalan lirik yang mampu dinyanyikan sebagai koor untuk sing-along. Tapi

memang album ini bukan soal sing-along karena mereka sudah memilikinya di dua album

sebelumnya, album ini adalah tentang suasana yang didapat secara keseluruhan. Setiap

langkah maju memang perlu lompatan yang bagus.

Melihat apa yang ditawarkan pada album ini, sepertinya kekosongan waktu tujuh tahun

tanpa rilisan album yang terjadi kemarin terasa tidak perlu dipermasalahkan lagi.

“Sinestesia” adalah sebuah album penuh eksplorasi yang layak diapresiasi.

Cover album "Sinestesia" (Demajors)

Page 5: portofolio

PAGE 4

Tulisan 2

Biar Tetap Sidestream, 5 Band Indie Ini Wajib Kamu

Dengerin di 2016

Arus musik jalur independen emang udah nggak bisa dipungkiri lagi merupakan satu

kekuatan besar yang konsisten selama satu setengah dekade terakhir. Jalur indie dianggap

sebagai oase musik Indonesia ketika jalur major cenderung dipandang monoton, penuh

gimmick, dan terlalu banyak omong kosong.

Skena musik indie secara rutin mengorbitkan nama-nama baru yang direken oleh

khalayak. Dimulai dari era Pas Band dan Poster Cafe di awal 1990-an, secara bergantian

kemudian nama-nama seperti Naif, The Upstairs, The Brandals, Sore, Rocket Rockers,

Mocca, Seringai, The S.I.G.I.T., Efek Rumah Kaca, hingga terakhir angkatan Kelompok

Penerbang Roket, Silampukau, dan Barasuara sukses mencuri perhatian lewat jalur ini

pada 2015 kemarin. Nah, untuk tahun 2016, siapa sajakah (sejauh ini) yang paling berhasil

mencuri perhatian dan wajib untuk dikulik? Berikut daftarnya.

1. Heals

Heals (infopensi.com)

Setelah mendapat apresiasi yang cukup bagus untuk single “Void” yang mereka

keluarkan pada akhir 2014 lalu, kelompok musik asal Bandung ini kembali

mengeluarkan single lain “Myselves” di tahun 2016 ini. Meskipun belum meluncurkan

album penuh (bahkan E.P. sekalipun), unit shoegaze ini terlalu sayang jika dilewatkan

begitu saja terutama bagi kamu yang merindukan masa-masa dimana band-band

seperti The Milo dan Cherry Bombshell lalu lalang di berbagai gigs.

Tracks for your teaser: Void, Myselves.

Page 6: portofolio

PAGE 5

2. Pijar

Pijar (twitter.com)

Inilah dia, Pijar. Dari tampilan personelnya hingga lagu-lagu yang ditawarkan, bisa

ditebak siapa yang menjadi influence dari musik mereka. Band alternative pop asal

Medan ini menghadirkan nuansa dance punk yang naik daun di 1990-an seiring

dengan menjamurnya virus musik Britania hingga dekade pertama 2000-an. Musik

mereka bukan barang baru di Indonesia, mengingat sudah ada band major yang

mengusung tipe musik hampir serupa dengan mereka. Bedanya, Pijar

membawakannya dengan lebih riang dan tidak hilang arah. Yang jelas, Pijar tidak

membawakan lagu-lagu Coldplay.

Tracks for your teaser: Moonriver, Selatan, Boogie Night.

Page 7: portofolio

PAGE 6

3. Sisitipsi

Sisitipsi (www.gilanada.com)

Kelompok musik flamboyan yang merupakan produk mayor termutakhir dari Institut

Kesenian Jakarta (IKJ) ini menawarkan beragam bahan genre musik yang mereka

bawakan, mulai dari unsur jazz, country, rockabilly, hingga bossa¸yang diaduk

sedemikian rupa sehingga menjadi campuran yang memabukkan. Album “73%” yang

mereka keluarkan tahun ini menjadi bukti bahwa musik mereka bisa dengan cepat

akrab membaur dengan telinga pendengarnya.

Tracks for your teaser: Alkohol, Lepas Kendali, Joni Santai.

Page 8: portofolio

PAGE 7

4. Soloensis

Soloensis (soloensisrockblues.wordpress.com)

Soloensis sebenarnya bukan merupakan nama yang benar-benar baru di skena musik

independen Solo, mengingat mereka telah aktif dari 2008 dan telah merilis album

pada 2014 lalu. Namun, semenjak mengisi helatan Thursday Noise pada 2015 lalu dan

kemudian banyak di-review bagus oleh penikmat musik sidestream, nama Soloensis

mampu berkibar lebih tinggi di berbagai daerah. Dengan sound gitar kasar dan aroma

classic rock rusuh ala Motorhead dan Black Sabbath yang kuat, kelompok musik

pengusung garage rock ini patut dipandang sebagai band yang tidak boleh dilewatkan

(lagi) di kancah musik independen.

Tracks for your teaser: Tak Lagi Sejati, Youth.

Page 9: portofolio

PAGE 8

5. Peonies

Peonies (lepaskendaly.com)

Trio pengusung dream pop asal Jakarta ini membuktikan bahwa masih ada angin segar

lain yang ditawarkan setelah gelombang invasi folk yang dominan beberapa tahun

terakhir mulai surut di tahun 2016 ini. Album “Landscape” yang merupakan debut

mereka di skena musik independen jelas merupakan langkah bagus yang mereka buat

dan layak membuat mereka menjadi salah satu nama yang paling banyak dibicarakan

tahun ini.

Tracks for your teaser: Whispering (All The Colours), Wednesday, Summer.

Itulah 5 artis indie yang layak didengarkan di tahun ini buat kamu yang membutuhkan

penyegaran atau ingin menjaga kadar semangat sidestream yang konsisten kamu

dengungkan dan terapkan sehari-hari. Tentunya daftar yang dibuat ini tidak baku dan

mengikat karena setiap orang pun punya opini sendiri, kan. Salam sidestream !

Page 10: portofolio

PAGE 9

Tulisan 3

Laporan Pertandingan: Turki 5-3 Denmark

Tim nasional Turki merayakan kemenangannya (APA)

Diwarnai dua kartu merah, Turki raih medali emas olimpiade pertama

mereka lewat drama delapan gol.

Dari cabang sepakbola di Olimpiade Rio 2016, Turki berhasil meraih medali emas pertama

mereka sepanjang sejarah setelah mengalahkan Denmark dalam partai final yang digelar di

Stadion Maracana, Rio de Janeiro, semalam (10/8) dengan skor 5-3. Gol-gol kemenangan

timnas Turki dicetak oleh Renan Kazanci (‘10,’89), Hasan Omet (’45+1), Nazim Vorsan (’86),

dan Erhan Kalac (‘90+2), sementara Denmark hanya mampu membalas lewat gol-gol yang

dicetak Brian Olofssen (’38), Izad Maliky (’67), dan Thoby Jansen (’68).

Jalannya babak pertama

Turun dengan kekuatan terbaiknya, Denmark memulai pertandingan dengan langsung

menekan pertahanan Turki dan menerapkan garis pertahanan tinggi sehingga membuat

permainan Turki sempat tidak berkembang. Pada menit ke-4, solo run Brian Olofssen dari

sisi kanan pertahanan Turki yang dilanjutkan dengan umpan silang mampu diselesaikan

dengan baik oleh Daniel Cristensen dan hampir menjadi gol pertama dalam pertandingan

ini andai saja sundulan penyerang Sassuolo ini tidak membentur mistar gawang.

Asyik menyerang, Denmark justru kecolongan pada menit ke-10 setelah sebuah skema

serangan balik yang dilancarkan Turki berhasil menembus jantung pertahanan Denmark

dan diselesaikan dengan baik oleh Renan Kazanci untuk memberikan keunggulan 1-0 untuk

Turki. Tertinggal 1-0, Denmark semakin gencar melancarkan serangan ke pertahanan Turki

Page 11: portofolio

PAGE 10

namun rapatnya pertahanan Turki membuat serangan Denmark belum menemui hasil.

Selepas menit 20, tempo pertandingan sedikit menurun dengan lebih banyaknya bola

berputar di sektor tengah lapangan.

Tempo pertandingan kembali meningkat setelah Brian Olofssen mencetak gol balasan bagi

Denmark pada menit ke-38. Gol tersebut tercipta setelah sepak pojok yang dilakukan

Rasmus Strand gagal diamankan dengan baik oleh kiper Hasan Recep. Bola hasil intercept

Recep justru memantul ke arah Olofssen berada dan dengan sebuah sontekan pelan, winger

21 tahun tersebut mampu membobol gawang Turki yang sudah kosong.

Pada menit ke-42, sebuah umpan terukur yang dilepaskan Bo Skovgaard gagal diselesaikan

dengan baik oleh Daniel Cristensen dan hanya menghasilkan tendangan gawang bagi Turki.

Semenit kemudian, giliran Bo Skovgaard yang gagal menyelesaikan peluang bagi Denmark

setelah tendangannya terlalu lemah dan mampu diamankan oleh kiper Turki, Hasan Recep.

Malapetaka datang bagi Denmark setelah pada masa tambahan waktu babak pertama, bek

Javi Cristof menerima kartu merah langsung setelah menyikut penyerang Turki, Hasan

Omet. Tendangan bebas yang diambil sendiri oleh Omet kemudian berbuah gol dan

mengubah skor menjadi 2-1 untuk keunggulan Turki. Skor ini bertahan hingga babak

pertama usai.

Jalannya babak kedua

Memasuki babak kedua, inisiatif serangan dipegang oleh Turki yang unggul skor dan jumlah

pemain. Berkali-kali serangan Turki yang dikomandoi playmaker Atila Firat mampu

membongkar barisan pertahanan Denmark dan memaksa kiper Kasper Mortensen

melakukan penyelamatan-penyelamatan penting.

Pada menit ke-48, Renan Kazanci yang lolos dari jebakan offside berhasil melepaskan

tendangan lob namun tendangan penyerang muda Galatasaray tersebut mampu diblok

dengan baik oleh kiper Kasper Mortensen. Kemudian berturut-turut pada menit ke-51 dan

menit ke-55, Mortensen kembali melakukan penyelamatan gemilang setelah mampu

menepis tendangan jarak dekat Hasan Omet dan tendangan bebas Atila Firat.

Pada menit ke-62, Turki harus kehilangan salah seorang pemainnya setelah Ibrahim Zan

menerima kartu kuning kedua dari wasit Bernardo Cabbrini asal Italia akibat handsball.

Sama-sama bermain dengan 10 pemain, Denmark kembali percaya diri untuk menguasai

bola dan berhasil memanfaatkan moral tim Turki yang sedang goyah dengan mencetak dua

gol cepat yang tercipta dalam waktu dua menit lewat Izad Maliky pada menit ke-67 dan

pemain pengganti Thoby Jansen pada menit ke-68.

Kehilangan seorang pemain dan juga keunggulan, pelatih Turki, Bragim Dujkovic,

kemudian memasukkan dua pemain baru, Hasan Basacoglu dan Oktay Gonul, untuk

mempertebal lini tengah mereka.

Page 12: portofolio

PAGE 11

Memasuki lima belas menit terakhir pertandingan, Turki meningkatkan intensitas

penyerangannya secara drastis untuk membongkar wilayah pertahanan Denmark. Namun

barisan belakang Denmark masih mampu menghalau serangan demi serangan yang

dilancarkan Atila Firat dkk.

Momentum terbaik justru didapat oleh Denmark. Sebuah blunder yang dibuat oleh Salih

Korkmaz di menit ke-82 nyaris membuat peluang Turki tamat setelah kontrol bolanya

mampu direbut oleh Izad Maliky yang kemudian berlari ke arah gawang dan melakukan

tendangan keras. Beruntung kali ini Hasan Recep berhasil mementahkan peluang tersebut

dengan sangat baik.

Ketika pertandingan tinggal menyisakan empat menit waktu normal dan terus secara

konsisten menguasai bola, Turki akhirnya mampu menyamakan kedudukan lewat kapten

Nazim Vorsan, setelah tendangan kerasnya dari luar kotak penalti membuat Mortensen

tidak berkutik.

Berhasil menyamakan kedudukan, serangan Turki semakin intens dan hasilnya, pada menit

ke-89 Turki secara dramatis kembali unggul 4-3 lewat gol kedua Renan Kazanci. Berusaha

kembali menyamakan kedudukan, Denmark yang kemudian bermain terbuka justru harus

kembali kebobolan pada menit ke-2 injury time lewat tendangan Erhan Kalac setelah

penyerang keturunan Slovenia tersebut berhasil meneruskan umpan Atila Firat untuk

menutup rapat-rapat peluang Denmark memenangkan medali emas. Skor 5-3 bertahan

hingga peluit panjang dan Turki berhasil memenangkan medali emas olimpiade cabang

sepakbola untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Susunan pemain:

Turki: H. Recep; U. Ozan, S. Korkmaz, N. Vorsan (c), G. Toruz (H. Basacoglu ‘70); K. Kartal

(O. Gonul ‘70), H. Unes, I. Zan; A. Firat; R. Kazanci, H. Omet (E. Kalac ‘78). Pelatih: Bragim

Dujkovic.

Denmark: K. Mortensen; D. Bogard, A. Martinsen, J. Cristof, M. Strand (A. Andersen ‘73);

J. Poulsen (C. Jorgensen ‘45), R. Strand (c); B. Olofssen, B. Skovgaard (T. Jansen ‘45), I.

Maliky; D. Cristensen. Pelatih: Thomas-Peter Solberg.

(#) Hasil pertandingan, seluruh kejadian, dan seluruh nama pemain, wasit, serta pelatih

yang terdapat pada tulisan ini murni fiktif buatan penulis belaka.

Page 13: portofolio

PAGE 12

Tulisan 4

2 Dekade Britpop – Trilogi Singkat Sang Pengisi

Kekosongan Kekuasaan Musik

I

Tahun 1993, Nirvana meluncurkan album ketiganya berjudul "In Utero" dan semakin

menancapkan dominasinya di pentas musik dunia. Kejayaan hard rock/glam rock yang

dimotori oleh Guns N' Roses sudah berhasil dipukul KO sejak dua tahun sebelumnya oleh

trio asal Seattle tersebut. Wabah grunge sedang melanda di mana-mana: anak-anak muda

memanjangkan rambutnya, kemeja flanel dan jins dijual secara masif mulai dari ritel

pakaian kecil di jalanan Manila hingga gerai-gerai mode terkemuka di pusat kota New York,

dan lagu "Smells Like Teen Spirit" sudah bertransformasi menjadi folk anthem yang tak

berhenti diputar.

Namun memasuki tahun 1994, frontman Nirvana, Kurt Cobain, secara mengejutkan

ditemukan meninggal di kediamannya dalam usia yang masih sangat muda, 27 tahun. Dan

Nirvana, yang sedang berada dalam masa keemasannya, secara resmi bubar. Dunia

kehilangan seorang role model penting sekaligus ikon musik nomor satunya secara

mendadak.

Berita meninggalnya Kurt Cobain: akhir dari era grunge (The Seattle Times)

Page 14: portofolio

PAGE 13

Sementara itu, daratan Inggris sedang mengalami krisis identitas dalam bermusik pada

tahun-tahun tersebut. Skena madchester yang dipimpin oleh The Smiths dan The Stone

Roses, nyaris habis. Band-band dari skena post-punk dan new wave/electronic memang

pernah melahirkan nama-nama yang dihormati dalam sejarah musik,

seperti New Order, Joy Division, dan Depeche Mode, namun produktifitas para penerus

mereka mandek dan tentu akan sulit bersaing bila diletakkan dalam pasar komersil musik

global secara keseluruhan, dan juga masanya sudah lewat. Sementara Manic Street

Preachers tidak bisa dibilang jelek, namun tetap masih jauh dari kata istimewa. U2?

Mereka dari Irlandia.

U2? Mereka dari Irlandia (clashmusic.com)

Band-band baru yang bermunculan (dan diangkat) pun tertular virus grunge dari AS.

Tercatat nama-nama seperti Bush, Slowdive,dan Sleeper termasuk dalam kategori

ini. Sebagai negeri dengan ego yang tinggi untuk memiliki identitas dalam berbagai hal,

termasuk musik, Inggris (yang juga diiringi dengan kemampuan untuk menciptakannya

serta talenta-talenta yang tak pernah habis) tentu tidak layak berada dalam kondisi ini.

II

Page 15: portofolio

PAGE 14

Mundur ke tahun 1991, di tengah gencarnya gempuran musik dari Washington yang

konstan ditembakkan di jalanan London mulai dari glam rock hingga grunge, band lokal

bernama Suede berhasil mencuri porsi perhatian yang cukup setelah mereka

meluncurkan album self-titled dan kemudian dimuat di majalah Select dengan tajuk yang

melegenda: "Yanks Go Home! SUEDE" dengan memajang foto vokalis mereka, Brett

Anderson (sebagai catatan, the yanks adalah salah satu kosakata yang bermakna sama

dengan americans atau the sam's army) di halaman cover dengan porsi jumbo. Pergerakan

tersebut kemudian didukung dengan mulai munculnya nama Pulp dan Blur yang mulai

dikenal di kalangan anak muda Inggris. Jadilah band-band ini kemudian berhadapan

dengan Slowdive dkk. di kancah musik lokal Inggris dengan mengusung nama Britpop,

singkatan dari british pop, yang mengangkat tema seputar Britania beserta masalah-

masalah sosialnya.

Halaman depan majalah Select tahun 1991 (waituntilnextyear.wordpress.com)

Page 16: portofolio

PAGE 15

Pada tahun 1994, britpop berhasil menggapai masa keemasannya

setelah Blur meluncurkan album "Parklife" dan selang beberapa waktu saja, muncul sebuah

band baru dari kota Manchester bernama Oasis yang tampil menggebrak dengan album

debutnya, "Definitely Maybe", yang pada saat itu mencatatkan rekor pendapatan terbesar

untuk sebuah album musik di Inggris.

Singel demi singel yang diluncurkan oleh kedua band ini direspon sangat positif tidak hanya

oleh pasar Inggris, namun berkembang ke kancah global. Lagu-lagu seperti "Supersonic",

"Parklife", "Girls & Boys", "Live Forever", "Cigarettes & Alcohol", dan "Rock 'N Roll

Star" berhasil mendongkrak pamor britpop secara signifikan dan tak terbendung untuk

kemudian mengantarkan Oasis dan Blur 'berperang' di barisan terdepan untuk mengambil

tahta yang kosong sepeninggal Kurt Cobain dan Nirvana. Terakhir kali Inggris merasakan

perang sedemikian rupa adalah ketika The Beatles dan The Rolling Stones beradu musik

lebih dari tiga dekade sebelumnya.

Sampul majalah NME tahun 1994 (Wikipedia)

Page 17: portofolio

PAGE 16

III

Seiring dengan melejitnya kedua band tersebut, band-band Inggris lain yang mengangkat

tema serupa mulai keluar bermunculan dari sektor independen untuk kemudian

menembus pasar mayor. Tercatat nama-nama populer

seperti Pulp, Supergrass, Elastica, hingga The Verve menjadi sejajar dengan band-

band alternative dari negara lain seperti The Cranberries, Weezer, ataupun Red Hot Chili

Peppers.

Pulp, salah satu talenta terbaik milik skena britpop (Wikipedia)

Selepas 1994, britpop menjadi media darling nomor satu di seluruh dunia, dan pada akhirnya

(suka atau tidak suka, kenyataannya) menempatkan Oasis sebagai band terbesar dan

terpopuler di dunia. Imbasnya, britpop kemudian membesar secara skala, dari sekedar

segmentasi musik menjadi sebuah kultur yang terdiri dari 3 hal

utama: musik, fashion, dan gaya hidup.

Musik; britpop muncul dan besar pada waktu yang sangat tepat. Mereka mulai muncul

ketika masyarakat Inggris sedang stagnan dan mulai berada pada fase jenuh, merintis

eksistensi untuk kemudian menjadi besar ketika musik sedang mengalami kekosongan

kekuasaan dan dua gacoan mereka (Oasis dan Blur) sedang berada dalam performa terbaik

Page 18: portofolio

PAGE 17

dalam kariernya, didukung dengan hidupnya scene lokal yang menyambut positif

perkembangan tren britpop sehingga menghasilkan banyak nama-nama baru yang ikut

menguatkan eksistensi mereka.

Liam, jaket parka, dan rokok; satu paket lengkap, bahkan hingga sekarang (NME)

Fashion; sudah pasti dimana ada kenaikan suatu tren genre musik, maka akan diikuti

oleh fashion itemnya yang tiba-tiba laku keras, semakin keras, dan sangat keras hehe.

Seiring dengan diputarnya "Acquiesce" di radio-radio di Tokyo, maka akan jamak

ditemui anak-anak muda berjalan di trotoar sambil membakar rokok putih dan

mengenakan jaket parka ala Liam. Atau ketika radio lokal di Jakarta rutin memutar trek

"Country House", maka akan dapat ditemui pula remaja pria yang menggenakan kaos

oblong atau polo polos yang agak ketat dengan rambut medium cut sedikit acak-acakan ala

Albarn serta rombongan beberapa remaja lain berdandan lebih rapi dan

sedikit androgyny naik panggung di sebuah kafe membawakan lagu-lagu Suede. Sedap.

Segala macam yang berbau britpop dan berkaitan dengan Inggris dengan

berbagai aksesorisnya (bahkan dress sekalipun, asalkan bermotif union jack) diserap

sedemikian rupa secara masal sehingga melahirkan tren fashion baru bernama Cool

Britannia, yang bersama-sama dengan britpop melanggengkan tingginya pamor budaya

Inggris pada waktu itu, menjajah Tokyo hingga Buenos Aires.

Page 19: portofolio

PAGE 18

Cool Britannia...hmm (Vanity Fair)

Gaya hidup; kembali britpop mendapatkan waktu yang tepat dalam membentuk sebuah

gaya hidup yang mendukung konsep mereka. Rokok dan ganja, britpop turut andil

mempertahankan dua item ini yang (semakin) tenar sejak 'flower generation-nya Inggris'

berkuasa di 1980-an (sambil bernyanyi i wanna be adored...you adore me...). Lalu sepakbola,

kedekatan musisi Inggris dengan klub sepakbola favoritnya (karena memang rata-rata

mereka berasal dari kelas menengah ke bawah) memang menjadi sebuah keuntungan yang

menjadikan keduanya seolah lekat dan harus ditempatkan dalam satu paket yang sama.

Gallagher bersaudara terkenal fanatik pada Manchester City, Bonehead, Reni, dan Ian

Brown yang merupakan suporter Manchester United, atau Damon Albarn dengan kaos

Chelsea-nya, secara langsung berpengaruh terhadap pendukung klub tersebut ataupun fans

band terkait. Dengan melejitnya nama-nama di atas tadi bersama bandnya masing-masing,

maka nama sepakbola Inggris pun ikut terangkat karena keidentikan mereka tadi, di mata

publik internasional ataupun di media yang selama ini jadi momok buat mereka.

Sepakbola Inggris yang baru pulih dari 'masa kegelapan' yang diwarnai dengan stagnasi

kualitas liga, tragedi di Heysel dan Hillsborough, kemudian dibekukannya keikutsertaan

klub-klub Inggris dari kompetisi Eropa menjadikan sepakbola Inggris berada pada

fase introspeksi total dari 1980-an akhir hingga pada 1990-an awal. Ketika masa tersebut

berakhir, mereka mendapatkan momentum yang pas untuk mempercepat kembalinya

pamor mereka.

Page 20: portofolio

PAGE 19

Lebih jauh, kemenangan Tony Blair sebagai PM Inggris pada pemilu pasca berakhirnya era

Margareth Thatcher dibumbui banyak berita terkait kedekatannya dengan Noel Gallagher,

bahkan Noel menyampaikan dukungan terbukanya terhadap Blair lewat pidatonya pada

malam penghargaan Brit Awards 1996. Britpop resmi menyentuh lapisan terbawah hingga

teratas di tanah asalnya.

Bahkan politik dan britpop pun bersinggungan sedemikian rupa (Dailymail)

Situasi tersebut terus bertahan hingga meredup perlahan di tahun 1997-1998 dengan

menurunnya performa Blur, kembali retaknya hubungan antar personil di Oasis, mulai

hilangnya band-band lain yang sejenis dari tangga lagu lokal, serta kemunculan Robbie

Williams yang kemudian kembali diambil alih oleh Washington berturut-turut lewat

gelombang nu-metal, emo, dan pop punk. Britpop pun tenggelam, meskipun tidak mati.

Meskipun masa keemasannya tergolong singkat, namun britpop setidaknya ikut ambil

peran dalam menjaga serta menaikkan reputasi dan kehidupan skena musik

independen secara keseluruhan, terutama di daratan Inggris. Kesuksesan britpop yang

berangkat dari jalur musik independen, eksplorasi musik sederhana, kafe-kafe

lokal, gigs kecil, serta melibatkan kalangan kelas menengah membuatnya menjadi salah

satu panutan penting dalam perkembangan musik alternative. Ya, minimal hari ini kita bisa

mendengarkan lagu-lagu Coldplay, Keane, Two Doors Cinema Club, atau Arctic

Monkeys juga karena andil mereka.

Page 21: portofolio

PAGE 20

Tulisan 5

I Miss The Comfort in Being Sad...

It's so relieving

To know that you're leaving as soon as you get paid

It's so relaxing

To know that you're asking wherever you get your way

It's so soothing

To know that you'll sue me, this is starting to sound the same

Lirik di atas merupakan penggalan verse dari lagu "Frances Farmer Will Have Her Revenge

On Seattle" milik Nirvana. Ya, satu nama yang pasti kita semua ingat jika nama Nirvana

disebut jelas Kurt Cobain. Pria blonde ceking yang berperan besar dalam mempopulerkan

kemeja flanel, jins belel, dan sepatu sneakers ke dalam tren fashion yang masih jamak

ditemui hingga tahun 2016 ini.

Pria ini juga mempopulerkan penggunaan sound bising serta penuh noise yang kemudian

turut menginspirasi munculnya noise rock yang dibawa oleh Sonic Youth dkk. dan

kemudian merembet hingga sedikit-banyak mengambil peranan atas

kemunculan segmentasi baru seperti britpop dan shoegaze yang melanggengkan kejayaan

musik alternatif di era 1990-an.

Kurt dengan gitar akustiknya (musiclipse.com)

Page 22: portofolio

PAGE 21

Kurt sudah sangat umum dikenal sebagai nama yang ikonik dan komersialitas namanya,

juga nama bandnya, bahkan mungkin jauh lebih tinggi dibandingkan lagu-lagunya (check

out the hip hop guy who sang a swaggy-dr.pepper-based-mv called "Bad" on Youtube, i didn't

need to mention his name, he was very confident to wore Nirvana's shirt in his MV, wtf).

Nama Kurt sendiri sudah akrab di telinga saya dari kecil (tentu saja saya tidak tahu dia siapa

karena sungguh hebat sekali anak SD umur 8 tahun-an mendengar Nirvana dan

faham, meh), hingga menginjak umur 20-an sekarang. Buat saya, Kurt adalah interpretasi

dari keresahan, depresi, sikap masa bodoh, perenungan, dan kemarahan yang parabolik:

gabungan musik punk rock, ballad, rubrik penulis di kolom koran, dan beberapa puisi lama

dengan nuansa delusional.

Melalui Nirvana, Kurt menyampaikan pikirannya lewat lagu-lagunya yang berjumlah

kurang dari 50 saja tapi sangat kental aroma idealismenya: tentang bagaimana

meluapkan emosi diri secara konkrit dan meletup-letup.

Underneath the bridge

The tarp has sprung a leak

And the animals i've trapped

Have all become my pets

And i'm living off of grass

Dalam lagu "Something In The Way" tersebut, Kurt menceritakan betapa Kurt berusaha

menikmati kesepiannya seorang diri ketika dia diusir dari rumah oleh ibu kandungnya dan

kemudian menjadikan kolong jembatan Whiskah River sebagai 'rumahnya'. Cerita-

cerita masa lalu Kurt yang kelam memang mempengaruhi lirik-lirik yang diciptakan oleh

Kurt sehingga menjadi bermakna sangat dalam.

Selain lagu "Something In The Way" di atas, coba simak "Lithium" yang jamak digunakan

sebagai representasi resahnya perasaan cinta yang disimpan sendiri dan/atau belum

menemui 'kata sepakat' (Lithium sendiri merupakan nama obat bagi penyakit bipolar,

dimana penderitanya mengalami moodswing secara ekstrim) atau "Serve The Servants" yang

secara eksplisit menyampaikan penolakan Kurt terhadap perceraian kedua orangtuanya

yang menghancurkan masa kecilnya dan memuramkan hidupnya.

Dibandingkan dengan punk rock orisinil yang mengampanyekan perlawanan terhadap

tirani yang menyebabkan kehidupan sosial kacau balau, Nirvana membawa monolog-

monolog yang lebih egois: cerita masa kecil yang kelam, gejolak emosi tengah malam, dan

momen-momen kesendirian, pengasingan, pengusiran, hingga perasaan jatuh cinta yang

Page 23: portofolio

PAGE 22

menyebalkan dengan mengambil subyek pembicaraan langsung ke diri sendiri tanpa

metafor berlebihan untuk disampaikan secara gamblang: gusar namun lantang.

Hal ini kemudian dibungkus dengan musik mereka yang menonjolkan sound gitar yang

kotor serta didominasi oleh rhythm yang gelap dengan kord minim, vokal yang

menggumam di satu waktu lalu tiba-tiba teriak marah di waktu lainnya, serta ketukan-

ketukan punk rock yang cepat namun jauh dari kesan ceria. Oya, saya pribadi tidak begitu

menggemari musik grunge, bahkan cenderung tidak suka karena overall saya

lebih attached ke alternative, shoegaze, dan punk rock, tapi (mungkin juga karena

ketertarikan saya dengan punk rock dan terdapatnya unsur-unsur psikedelik nan gelap) saya

sangat menggemari karya-karya Nirvana.

I'm so lonely, but that's okay, i shaved my head and i'm not sad

And just maybe i'm to blame for all i've heard, but i'm not sure

I'm so excited, i can't wait to meet you there but i don't care

I'm so horny, but that's okay, my will is good

(Nirvana - Lithium)

Nada-nada yang merdu dan lirik yang indah nan dramatis bukan hal yang penting karena

memang tidak ada nada-nada yang merdu dalam rasa gusar, gelisah, dan marah. Dan hidup

ini bukan melulu tentang memforsir diri dan memperhatikan sekitar saja: kita butuh waktu

untuk diri kita sendiri. Kesedihan merupakan hal normal yang sama sekali tidak tabu untuk

diungkapkan. Dan kita butuh sarana untuk mengungkapkannya: teriak lepas dengan jujur.

Terima kasih Kurt telah menjembatani kesedihan-kesedihan yang telah terbebas selama ini,

tanpa rasa malu sedikitpun.

I miss the comfort in being sad...

I miss the comfort in being sad...

I miss the comfort in being sad...

(Nirvana - Frances Farmer Will Have Her Revenge On Seattle)

Page 24: portofolio

PAGE 23

Tulisan 6

Puisi-puisi

Ruas-ruas Gambar

Aku menggambarmu dengan simpul tali

Temali menjaring ingatanmu

Yang jatuh tak pernah jauh

Gincu, senyum palsu

Aku menggambarmu dengan kuas

Dan cat bekas, kubuat beruas-ruas

Hitam, biru, merah, hijau, kau emas

Resah remah membekas

Aku menggambarmu di atas meja

Selesai menggambar biar kubuang ke bawah meja

Muak bila terus memuja

Anggap saja beberapa hari ini aku menggambarmu, tanpa drama – prosa

Aku telan jutaan tawa

dan ratusan ribu alasan - hilang selera untuk menyusun frasa

Suasana merayap menggerogoti seroja

(2016)

Elegia

Kutahbiskan rinduku pada sebatang rokok ini

Biarkan terbakar

Biarkan asapnya menyatu dengan awan

Dan menjadi hujan yang turun di kotamu

(2015)

Page 25: portofolio

PAGE 24

Senja di Leningrad

Seorang gadis di balik jendela

Menatap senja di kotanya

Yang dirundung hujan

Bulan kelima hampir lewat

Ini deru masih menderu

Dan lantak masih melaju

Di Warsawa, kekasihku sedang berperang

Martir, kepada siapa kukirimkan doa?

Kalau Tuhan saja aku tak punya

(2015)

Lesbian

Lesbian itu –

Lelaki menunggu

Wanita menunggu

Dan jadilah puisi yang semu

(2015)

Kepada Gugusan Rindu Dalam Buku

Kepada gugusan rindu

Yang tersimpan di dalam buku

Aku rindu pada lantai yang dingin

Pada kertas-kertas yang berserakan

Pada bulan sabit yang terlihat dari lubang angin

Aku rindu, rindu pada hilir sungai

Pada kail dan batu kali

Pada ikan dan batang lidi

Aku rindu pada langit jingga

Pada jalan setapak dan awan yang memerah

Pada orang-orang yang pergi di kala senja

Page 26: portofolio

PAGE 25

Aku rindu pada malam yang gelap

Pada hujan yang menebal jendela

Pada rindu yang bertumpuk di atas meja

(2015)

Hujan turun di Jakarta

Senja ini

Hujan turun di Jakarta

Angin yang berhembus di sela gang

Mengantarkan ragaku menuju kamu, ode senjaku

Ketika paras biasa itu berlalu

Ragaku terangkul bisu

Oleh rintik hujan yang turun di Jakarta

Di antara air yang turun ini

Dan di bawah awan mendung ini

Terangkat lagi

Satu yang pernah mati

(2014)

;

Aku akan tersenyum

Persetan apakah kamu juga tersenyum

Aku akan selalu mencuri pandang

Teruslah kamu palingkan muka

Tatap anak mataku sebentar saja

Dan kembalilah berjalan semau kamu

Kamu sudah lama mencuri kekagumanku

Dan kamu sudah tahu itu

(2013)