manajemen portofolio

21
MANAJEMEN PORTOFOLIO RESUME Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pasar Modal & Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama Disusun Oleh : TEGUH PURNAMA NPM : 161502029 UNIVERSITAS WIDYATAMA FAKULTAS EKONOMI

Upload: teguh-purnama

Post on 07-Nov-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pasar Modal dan Manajemen Keuangan

TRANSCRIPT

MANAJEMEN PORTOFOLIO

RESUME

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahPasar Modal & Manajemen KeuanganFakultas Ekonomi Universitas Widyatama

Disusun Oleh :

TEGUH PURNAMANPM : 161502029

UNIVERSITAS WIDYATAMAFAKULTAS EKONOMIPROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI2015

MANAJEMEN PORTOFOLIO

1. Investor Individu vs Investor InstitusionalInvestor individu dan institusi berbeda dalam banyak hal, pertama, alokasi saham untuk investor individu tergantung umur, yaitu semakin muda semakin besar proporsi sahamnya. Sementara, untuk investor institusi, persentase dalam saham didasarkan pada tujuan investasi dan toleransi risiko, dan bukan pada umur institusinya. Semakin besar target yield yang ingin diperoleh, dengan konsekuensi risiko yang tentunya lebih tinggi, semakin besar alokasi untuk saham. Kedua, semua investor institusi perlu mempertanggungjawabkan pengelolaan dananya, minimal tiga bulan sekali. Investor individu tak memiliki kewajiban ini. Ketiga, adanya pertanggungjawaban ini membuat investor institusi sangat menghindari risiko. Mereka khawatir kinerja portofolionya di bawah target yang ditetapkan akibat volatilitas pasar. Sedangkan di mata investor individu, yang ditakutkan umumnya bukan fluktuasi harga tetapi kerugian alias loss averse.Keempat, karena mengelola dana publik, dana perusahaan atau dana nasabahnya, investor institusi wajib melakukan diversifikasi dalam puluhan saham likuid dari perusahaan bagus yaitu yang mempunyai nilai kapitalisasi pasar besar. Sebaliknya, investor individu lebih mengejar saham bagus. Saham bagus ini boleh dari perusahaan bagus atau dari perusahaan jelek dan boleh juga tidak likuid. Karenanya, rekomendasi saham untuk investor institusi dan investor individu dapat berbeda. Kelima, untuk investasi jangka panjang dengan nilai investasi yang berubah-ubah dari waktu ke waktu, kita mengenal beberapa istilah return untuk mengukur kinerja. Di antaranya, return tertimbang berdasarkan waktu (return aritmatika) dan return tertimbang berdasarkan uang (IRR). Penggunaan kedua ukuran return itu, return geometrik untuk evaluasi kinerja investor institusi. Sementara IRR untuk evaluasi kinerja investor individu. Ini karena investor institusi sering tak mempunyai kendali atas jumlah dana yang harus diinvestasikannya seperti investor individu. Keenam, behavioral finance mencatat investor individu percaya pada momentum bahwa saham berkinerja bagus akan mampu melanjutkan prestasinya. Sementara investor institusi berpandangan sebaliknya atau mengalami gamblers fallacy bahwa saham yang telah naik tinggi akan turun dan saham yang sangat tertekan akan berbalik arah. Ada dua pelajaran dari pemahaman pengelompokan investor saham. Pertama, investor individu lebih fleksibel dibandingkan investor institusi. Kedua, yang mengendalikan harga saham dan IHSG di BEI ternyata adalah institusi asing dengan dana triliun rupiah.

2. Sikap Investor Terhadap RisikoRisiko investasi semestinya ditelaah lebih dalam dan kemudian setiap investor mengambil sikap atas risiko tersebut. Setiap investor sebaiknya memahami terlebih dahulu profil risiko. Artinya, tahu kadar kemampuan diri untuk menanggung risiko. Dengan kata lain, jika risiko terburuk terjadi pada investasi yang dilakukan, hidup si investor tidak akan susah. Tidak akan menyesal berkepanjangan karena risiko tersebut sudah diperhitungkan dan memiliki kekuatan mental untuk menerimanya. Dalam hal ini termasuk seberapa besar dampak finansial yang bisa ditanggung. Atau berapa besar kesanggupan diri untuk menerima kerugian dari investasi yang dijalani.Sebagai misal, kalau Anda berinvestasi sebesar Rp 100 juta di saham, secara pribadi Anda masih mampu menanggung kerugian sebesar 25 persen. Ini berarti kalau nilai saham yang Anda beli mengalami penurunan sampai 25 persen, Anda mesti melakukan cut loss alias jual rugi atau menambah lagi investasi Anda di saham tersebut sehingga nilai potensi ruginya menjadi lebih kecil. Jadi, banyak pilihan dalam mengupayakan pengurangan nilai potensi kerugian, tergantung keyakinan Anda akan prospek saham tersebut. Memahami jenis risiko secara komprehensif. Risiko investasi pada dasarnya bisa dipilah menjadi berbagai jenis, seperti risiko perubahan tingkat bunga, risiko perubahan nilai tukar, risiko likuiditas, risiko hukum, dan lainnya. Perihal risiko suku bunga, misalnya, kita tahu bahwa di Indonesia ada yang disebut SBI rate, yakni tingkat bunga acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Tingkat bunga ini akan menjadi referensi bagi perbankan untuk menentukan tingkat bunga deposito dan juga tingkat bunga pinjaman. Kalau tingkat bunga naik atau diperkirakan akan meningkat, itu berarti di pasar keuangan, likuiditas akan mulai ketat. Itu juga merupakan sinyal bahwa ekonomi mulai panas.Di sisi lain, kenaikan tingkat bunga tersebut akan memberi pengaruh terhadap dunia usaha. Pinjaman dari perbankan akan semakin mahal harganya. Konsekuensinya, biaya produksi akan meningkat. Ini akan berdampak pada harga barang, dan atau di sisi lain, keuntungan perusahaan akan menurun. Demikian seterusnya, saling berkait, hingga pada gilirannya akan memberi imbas pada harga saham.Contoh yang lain adalah risiko perubahan nilai tukar, yaitu ketika dollar AS semakin mahal yang ditunjukkan oleh peningkatan nilai tukar dollar AS dibandingkan dengan rupiah. Misalnya, sebulan lalu, 1 dollar setara dengan Rp 9.400. Bulan ini, nilai tukar tersebut berubah menjadi, misalnya, 1 dollar AS sama dengan Rp 9.600. Ini berarti harga dollar AS semakin mahal. Apa sebab dan apa dampaknya? Banyak. Salah satu sebab, misalnya para penanam modal di Indonesia melepas investasi dan menukarnya dengan dollar AS sehingga dollar AS diburu dan harganya meningkat atau Indonesia banyak melakukan impor yang membutuhkan dollar AS dan juga banyak kalangan yang mesti membayar utang ke luar negeri yang membutuhkan dollar AS. Lalu, apa dampaknya? Secara ekonomi riil, kenaikan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah akan membuat harga barang impor semakin mahal sehingga pada gilirannya bisa memberi pengaruh terhadap harga barang di dalam negeri. Muaranya adalah inflasi.Ada baiknya risiko tersebut dipahami lalu dikaitkan dengan jenis investasi yang dipilih. Dengan cara seperti itu, pilihan investasi benar-benar didasarkan atas pengetahuan akan potensi keuntungan dan potensi risiko yang melekat di dalamnya. Jika Anda mampu melakukan itu, Anda sudah layak disebut sebagai investor rasional.

3. Kebijakan InvestasiKebijakan investasi adalah kebijakan yang terkait bagaimana perusahaan mengalokasikan dananya pada berbagai bentuk investasi. Manajemen keuangan membuat keputusan terkait penggunaan dana yang diperoleh perusahaan baik dari bank maupun pasar modal atau dari pihak lain yang ditanam pada aktiva tetap maupun aktiva lancar. Secara umum investasi bisa dalam bentuk investasi nyata (real assets) misalnya tanah, emas, mesin, bangunan dan lain-lain, serta dapat juga berupa investasi dalam aktiva keuangan (financial assets) seperti deposito maupun pembelian surat-surat berharga Murtini (2008). Menurut Hartono (2010) Investasi adalah penundaan konsumsisekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu, baik dalam bentuk aktiva nyata (seperti rumah, tanah, dan emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjual-belikan diantara investor (pemodal). Investasi juga sering diartikan sebagai suatu tindakan mengeluarkan dana pada periode saat ini yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada waktu-waktu yang akan datang. Menurut jangka waktunya investasi dibedakan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek (investasi lancar) dan investasi jangka panjang (pengeluaran modal).a. Investasi lancar, adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi jangka pendek dapat terlihat dalam aktiva lancar.b. Investasi jangka panjang (pengeluaran modal), adalah investasi selain investasi lancar yang dimaksudkan untuk dimiliki dan digunakan lebih dari satu tahun. Investasi jangka panjang atau pengeluaran modal dapat terlihat dari jenis-jenis aktiva tetap yang dimiliki perusahaan.Investasi dalam aktiva tetap dapat dibedakan berdasarkan tujuannya sebagaimana yang dinyatakan oleh Riyanto (1995) adalah sebagai berikut :a. Investasi penggantian, adalah investasi dalam aktiva tetap yang bertujuan untuk mengganti aktiva tetap yang sudah aus (wear-out) atau usang (obselete) agar produksi dapat tetap dilanjutkan.b. Investasi penambahan kapasitas, adalah investasi dalam aktiva tetap yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi seperti penambahan jumlah mesin, atau pembukaan pabrik baru.c. Investasi penambahan jenis produk baru, adalah investasi dalam aktiva tetap yang dilakukan untuk menghasilkan produk baru disamping tetap menghasilkan produk yang telah diproduksi pada saat ini.d. Investasi lain-lain, adalah investasi dalam aktiva tetap yang tidak termasuk kedalam ketiga kategori ini misalnya investasi untuk pemasangan alat pemanas (heater), alat pendingin (air conditioner), pemasangan sistem musik dimaksudkan untuk dapat meningkatkan moral para karyawan.Investasi jangka panjang atau pengeluaran modal digunakan sebagai proksi kebijakan investasi. Pengeluaran modal dihitung dengan mengurangi aktiva tetap pada tahun sekarang dengan aktiva tetap tahun sebelumnnya dibagi dengan aktiva tetap tahun sebelumnya (Uyara dan Tuasikal, 2003). Semakin besar pertumbuhan aktiva tetap suatu perusahaan semakin banyak investasi atau pengeluaran modal yang dilakukan. Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari :a. ReturnAlasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan return yang telah diperoleh investor dimasa lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return, investasi harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.b. RiskKorelasi langsung antara pengembalian dengan resiko, yaitu : semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang.c. The time factorJangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang bisa memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan resiko.Proses investasi adalah suatu rangkaian aktivitas yang menghasilkan di dalam pembelian aset nyata / surat berharga. Proses investasi berkisar tentang keputusan - keputusan investasi yang berhubungan untuk memaksimumkan kekayaan investor.Langkah - langkah dalam proses investasi :a. Pengetahuan tentang pengembalian dan resiko investasi.b. Mengetahui sikap investor terhadap resiko.Setiap investor harus mau menerima resiko investasi yang terkadang di dalam aset riil maupun surat berharga, dan dapat mengidentifikasi kombinasi pengembalian dan resiko yang dapat diterima. Dengan kata lain, sebelum menerima resiko investasi, investor harus berada pada posisi finansial yang logis, dan harus siap menggunakan alasan-alasan yang masuk akal untuk proses pembuatan keputusan.c. Pengetahuan dari setiap tipe surat berharga / aset yang tersedia untuk investasi, termasuk pengembalian yang diharapkan dan resiko yang berhubungan dengan tipe aset / surat berharga tersebut.d. Memilih beberapa surat berharga / aset yang dapat memberi suatu pengembalian dan resiko yang dapat diterima berdasarkan kebutuhan -kebutuhan dari investor tertentu.

4. Monitoring dan Penyesuaian PortofolioTerdapat tiga set perangkat pengukuran kinerja untuk membantu kita dalam mengevaluasi portofolio. Rasio Treynor, Sharpe, dan Jensen mengombinasikan risiko dan kinerja hasil menjadi satu nilai tunggal, namun masing-masing memiliki perbedaan.a. Pengukuran TreynorJack L. Treynor adalah orang pertama yang menyediakan pengukur komposit kinerja portofolio yang juga memperhitungkan risiko. Tujuan Treynor adalah menemukan ukuran kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor, tidak mempedulikan preferensi risiko personal. Ia menyarankan bahwa ada komponen risiko, yakni risiko yang dihasilkan dari fluktuasi di pasar dan risiko yang muncul dari fluktuasi sekuritas individual. Treynor memperkenalkan konsep garis pasar sekuritas, yang mendefinisikan hubungan antara hasil portofolio dan tingkat hasil pasar, dimana kemiringan garis mengukur volatilitas relatif antara portofolio dan pasar (yang diwakili dengan beta). Koefisien beta secara sederhana mengukur volatilitas saham, portofolio atau pasar itu sendiri. Semakin besar kemiringan garis, semakin baik tradeoff risiko-hasil. Pengukuran Treynor, juga dikenal sebagai imbalan kepada rasio volatilitas, dapat dengan mudah didefinisikan sebagai : Hasil Portofolio Tingkat Bebas-Risiko) / BetaPembilang mengidentifikasi premium risiko dan denominator berkaitan dengan risiko portofolio. Nilai yang dihasilkan menampilkan hasi portofolio per unit risiko. Untuk lebih memahami bagaimana cara bekerjanya, anggaplah hasil tahunan S&P 500 (portofolio pasar) adalah 10%, sedangkan rata-rata hasil tahunan Treasury bills (contoh baik tentang tingkat bebas risiko) adalah 5%. Kemudian asumsikan Anda mengevaluasi tiga portofolio manajer yang berbeda dengan hasil 10 tahun sebagai berikut:ManajerRata-rata Hasil TahunanBeta

Manajer A10 %0,90

Manajer B14 %1,03

Manajer C15 %1,20

Treynor masing-masing, sebagai berikut:T (pasar) = (0,10 - 0,05) / 1 = 0,056T (manager A) = (0,10 - 0,05) / 0,90 = 0,056T (manager B) = (0,14 - 0,05) / 1,03 = 0,087T (manager C) = (0,15 - 0,05) / 1,20 = 0,083Semakin tinggi ukuran Treynor, semakin baik portofolio. Ketika mempertimbangkan risiko yang diambil masing-masing manajer untuk memperoleh hasil mereka masing-masing, Manajer B menunjukkan hasil yang lebih baik. Dalam kasus ini, ketiga manajer itu berkinerja lebih baik daripada pasar agregat. Karena pengukuran ini hanya memperhitungkan risiko sistematik, maka diasumsikan bahwa investor sudah mempunyai portofolio yang terdiversifikasi dengan baik dan, oleh karena itu, risiko tidak sistematik (atau risio yang dapat didiversifikasi) tidaklah dipertimbangkan. Akibatnya, pengukuran kinerja ini sebaiknya hanya digunakan oleh investor yang memiliki portofolio yang terdiversifikasi.

b. Rasio SharpeRasio Sharpe hampir identik dengan pengukuran Treynor, kecuali bahwa pengukuran risiko adalah standar deviasi portofolio, bukan mempertimbangkan risiko sistematik, yang ditampilkan oleh beta. Pengukuran yang diperkenalkan oleh Bill Sharpe ini, terkait erat dengan pekerjaannya pada model penetapan harga aset modal (capital asset pricing model/CAPM) dan diperjelas dengan menggunakan risiko total untuk membandingkan portofolio terhadap garis pasar modal. Rasio Sharpe didefinisikan sebagai berikut:Hasil Portofolio Tingkat Bebas Risiko) / Standar DeviasiDengan menggunakan contoh Treynor di atas, dan asumsi bahwa S&P 500 mempunyai standar deviasi 18% selama periode 10 tahun : ManagerHasil TahunanDevisiasi Standar Portofolio

Manajer X14%0,11

Manajer Y17%0,20

Manajer Z19%0,27

S(market) = (0,10 - 0,5) / 0,18 = 0,278S(manajer X) = (0,14 - 0,05) / 0,11 = 0,818S(manajer Y) = (0,17 - 0,05) / 0,20 = 0,600S(manajer Z) = (0,19 - 0,05) / 0,27 = 0,519Portofolio terbaik tidak harus memiliki hasil yang tertinggi. Sebaliknya, portofolio dengan hasil risiko disesuaikan (risk-adjusted return) paling superior, atau dalam kasus ini dana yang dikelola oleh manajer X.Tidak seperti pengukuran Treynor, rasio Sharpe mengevaluasi portofolio manajer berdasarkan tingkat hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada denominatornya). Oleh karena itu, rasio Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio.

c. Pengukuran JensenPengukuran Jensen juga didasarkan pada CAPM. Dinamakan sesuai pembuatnya, Michael C. Jensen, pengukuran Jensen memperhitungkan kelebihan hasil (excess return) yang diperoleh sebuah portofolio melebihi hasil yang diharapkan. Pengukuran ini juga dikenal sebagai alpha. Rasio Jensen mengukur seberapa banyak tingkat hasil portofolio ditabalkan pada kemampuan manajer untuk mendapatkan hasil di atas rata-rata. Sebuah portofolio dengan kelebihan hasil yang positif akan mempunyai alpha yang positif, sedangkan portofolio yang secara konsisten memberikan kelebihan hasil yang negatif akan mempunyai alpha yang negatif. Formulanya dapat dijabarkan sebagai berikut :Jensen Alpha = Hasil Portofolio Hasil Portofolio AcuanDimana :Acuan Hasil (CAPM) = Tingkat Hasil Bebas Risiko + Beta (Hasil Pasar Tingkat Hasil Bebas Risiko)Dengan asumsi tingkat bebas risiko 5% dan hasil pasar 10%, berapa alpha untuk reksa dana berikut ini?ManajerRata-rata Hasil TahunanBeta

Manajer D11%0,90

Manajer E15%1,10

Manajer F15%1,20

Hasil yang diharapkan dari portofolio :ER(D) = 0,05 + 0,90 (0,10 - 0,05) = 0,0950 atau hasil 9,5%ER(E) = 0,05 + 1,10 (0,10 - 0,05) = 0,1050 atau hasil 10,50%ER(F) = 0,05 + 1,20 (0,10 - 0,05) = 0,1100 atau hasil 11%Menghitung alpha portofolio dengan mengurangi hasil yang diharapkan dari portofolio dari hasil aktualnya :Alpha D = 11% - 9,5% = 1,5%Alpha E = 15% - 10,5% = 4,5%Alpha F = 15% - 11% = 4,0%Manager E melakukan yang terbaik karena, meskipun manajer F mempunyai hasil tahunan yang sama, diharapkan bahwa manajer E akan memperoleh hasil yang lebih rendah karena beta portofolionya lebih rendah dibandingkan portofolio F.Tentu saja, masing-masing tingkat hasil dan risiko sekuritas (atau portofolio) akan bervariasi sesuai periode waktu. Pengukuran Jensen membutuhkan penggunaan tingkat hasil bebas risiko yang berbeda untuk masing-masing interval waktu yang dipertimbangkan. Oleh karena itu, katakanlah Anda ingin mengevaluasi kinerja fund manager untuk periode lima tahun menggunakan interval tahunan; Anda juga harus menelaah hasil tahunan reksa dana minus tingkat bebas risiko yang sama. Sebaliknya, Treynor dan rasio Sharpe menelaah rata-rata hasil untuk suatu periode total yang dipertimbangkan untuk semua variabel di dalam formula (portofolio, pasar dan aset bebas risiko). Kendati demikian, seperti pengukuran Treynor, variabel alpha pada Jensen memperhitungkan premium risiko dengan terminologi beta (sistematik, risiko tidak terdiversifikasi) dan oleh karena itu mengasumsikan bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik. Oleh karena itu, rasio ini akan memberikan hasil terbaik jika diaplikasikan dengan portofolio terdiversifikasi, seperti reksa dana.

5. Return Nominal vs Return RillReturn investasi yang positif tetapi lebih kecil daripada inflasi periodik akan mengakibatkan total kekayaan investor bertambah secara nominal, tetapi berkurang secara riil. Ilustrasinya, seorang investor yang hanya mendapatkan return sebesar 10% dalam satu tahun saat tingkat inflasi tahunan mencapai 12% akan mengalami penurunan kekayaan rill sebesar 2% (10%-12%), walaupun jumlah uangnya secara nominal meningkat sebesar 10%, katakan dari Rp.100 juta menjasdi Rp. 110 juta. Maksudnya adalah daya beli dari uang Rp.110 juta adalah 2% lebih rendah daripada daya beli Rp100 juta setahun sebelumnya.Secara umum, return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Agar daya beli tidak berkurang, return nominal sebuah investasi harus melebihi tingkat inflasi. Menghitung return untuk periode satu tahun tanpa setoran tambahan atau pengambilan uang relatif mudah, karena kita cukup mengurangi investasi akhir dengan investasi awal dan hasilnya dibagi dengan investasi awal. Penghitungan return menjadi tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari satu periode investasi, atau jika risiko diperhitungkan.

6. Return Aritmetik dan GeometrikAda dua ukuran return nominal berdasarkan waktu yaitu aritmetik dan geometrik. Untuk menjelaskan perbedaan diantara keduanya, sebagai contoh yaitu periode investasi hanya dua tahun dan tidak ada penambahan atau pengambilan uang investasi. Misalkan seseorang berinvestasi dalam saham pada awal 2005 sebesar Rp. 100 juta. Pada akhir 2005, investasinya menjadi Rp. 200 juta dan tetap sebesar Rp. 200 juta pada akhir 2006. Berapa return rata-rata tahunan yang diperolehnya? Menghitung return selama 2005 yaitu 100% (Rp100 juta menjadi Rp200 juta) dan return selama 2006 yaitu 0% (dari Rp200 juta menjadi tetap Rp200 juta). Secara aritmetik, return rata-rata tahunan menjadi 50% yaitu (100% + 0%)/2.Masalahnya, jika return 50% setahun, uang Rp. 100 juta mestinya menjadi Rp. 150 juta dalam satu tahun dan menjadi Rp. 225 juta setelah dua tahun dan bukan sebesar Rp. 200 juta seperti kasus tersebut. Ukuran lain adalah return geometrik yang merupakan akar n (n= jumlah periode) dari nilai akhir dibagi nilai awal dikurangi 1 atau V (nilai investasi akhir/nilai investasi awal) - 1. (note. tanda V adalah akar dari, tanda / adalah bagi) Dalam kasus diatas, return geometrik adalah V (Rp200 juta/Rp100 juta) - 1 = 41,42%Return geometrik akan sama dengan return aritmetrik jika dan hanya jika besar return untuk setiap periode, yaitu 2005 dan 2006 dalam contoh kita, adalah sama. Misalkan, dari Rp100 juta menjadi Rp200 juta dalam satu tahun dan Rp400 juta setahun kemudian. Dalam kasus 2 ini, return tahunan aritmetik dan geometrik adalah sama yaitu 100%. Dalam semua keadaan lainnya, return geometrik dapat dipastikan lebih rendah daripada return aritmetik sehingga return geometrik sering disebut sebagai ukuran return yang lebih konservatif. Semakin besar perbedaan return antar periode, semakin besar perbedaan return geometrik dan return aritmetik.