pengaruh substitusi rumput laut terhadap kandungan serat
TRANSCRIPT
OPEN ACCES
Vol. 12 No. 1: 157-161 Mei 2019
Peer-Reviewed
AGRIKAN
Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)
URL: https: https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/
DOI: 10.29239/j.agrikan.12.1.157-161
Pengaruh Substitusi Rumput Laut terhadap kandungan serat Cookies Sagu
(Effect of Seaweed Substitution on Fiber Content of Sago Cookies)
Zasendy Rehena1 dan Lydia Maria Ivakdalam1
1Staf Pengajar Universitas Kristen Indonesia Maluku, Ambon-Indonesia.
Email : [email protected], [email protected]
Info Artikel:
Diterima : 28 Mei 2019
Disetujui : 13 Juli 2019
Dipublikasi : 13 Juli 2019
Artikel Penelitian
Keyword:
Seaweed, sago cookies, fiber
Korespondensi:
Lydia Maria Ivakdalam
Univ. Kristen Indonesia
Maluku
Ambon, Indonesia
Email: [email protected]
Copyright© Mei
2019 AGRIKAN
Abstrak. Rumput laut merupakan bahanpotensial pangansebagai sumber serat pangan dengan
kandungan yang cukup tinggi. yang memiliki kKandungan serat ytyang tinggi. Kandungan serat
yang tinggi bermanfaat bagi kesehatan dan dapat mencegah berbagai penyakit seperti kanker dan
radang usus besar, juga membantu pengobatan tukak lambung, radang usus besar, susah buang air
besar, dan gangguan pencernaan lainnya juga dan dapat digunakan sebagai dasar makanan
fungsional terapi yang dapat dipergunakan pada penderita obesitas, diabetes, hipertensi, dan
jantung koroner. Selain itu rumput laut adalah komoditas hasil perikanan yang sedang
ditingkatkan pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan banyak sekali manfaat yang dapat dihasilkan
dengan cara mengoptimalkan seluruh potensi rumput laut yang ada. Beberapa jenis rumput laut
yang bermanfaat bagi manusia adalah dari jenis rumput laut merah (Eucheuma cottonii) dan coklat
(Sargassum crassifolium). Rumput laut dapat digunakan sebagai bahan subtitusi dalam
pengembangan produk sumber serat pangan berupa kelompok produk makanan selingan/jajanan
seperti cookies. Cookies umumnya terbuat dari bahan baku tepung terigu namun dapat digantikan
dengan memanfaatkan tepung sagu yang kaya akan karbohidrat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh substitusi rumput laut terhadap kandungan serat dan mutu
organoleptik cookies sagu yang disubtitusi rumput laut. Hasil Penelitian menunjukan bahwa rata-
rata kandungan serat cookies sagu pada perlakuan jenis dan konsentrasi rumput laut berkisar
antara 1,18-4,99%. Ada pengaruh jenis dan konsentrasisubtitusi rumput laut terhadap kandungan
serat cookies sagu. Hasil uji organoleptik yang meliputi aspek warna, aroma, rasa dan kerenyahan
menunjukkan bahwa penerimaan masyarakat yang tertinggi pada perlakuan jenisEucheuma
cottonii dengan konsentrasi 30% dan terendah pada jenis Sargassum crassifolium dengan
konsentrasi 40%.Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar rumput laut dapat disubtitusi
pada bentuk makanan lain.
Abstract. Seaweed is a food that has a high fiber content. High fiber content is beneficial for health
and can prevent various diseases such as cancer and inflammation of the large intestine, treatment
of stomach ulcers, also used as a basis for functional food therapy that can be used in people with
obesity, diabetes, hypertension, and coronary heart disease. In addition, seaweed is a commodity of
fishery products whose utilization is being improved. This is because there are so many benefits that
can be generated by optimizing all the potential of existing seaweed. Some types of seaweed that are
beneficial to humans are from the types of red (Eucheuma cottonii) and brown seaweed (Sargassum
crassifolium). Seaweed can be used as a substitute in the development of fiber food source products
in the form of a group of snack / snack products such as cookies. Cookies are generally made from
raw flour but can be replaced by using sago flour which is rich in carbohydrates. The purpose of this
study was to determine the effect of substitution of seaweed on the fiber content of sago cookies. The
results showed that the average fiber content of sago cookies in the type treatment and seaweed
concentration ranged from 1.18-4.99%. There is an effect of substitution of seaweed on the fiber
content of sago cookies. Based on the results of this study it is recommended that seaweed can be
substituted in the form of other foods.
I. PENDAHULUAN
Serat merupakan komponen penting dalam
bahan pangan, terutama dalam menjaga kesehatan
dan keseimbangan fungsi sistem pencernaan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa serat pangan
memiliki nilai kesehatan yang penting, terutama
dalam mengurangi akumulasi kolesterol dalam
darah, memperbaiki penyerapan glukosa bagi
penderita diabetes, mencegah penyakit kanker
usus, dan membantu menurunkan berat badan
(Jones et al., 2005; Wisten&Messner, 2005). Saat ini,
konsumsi serat pangan di Indonesia masih
didominasi bahan asal tanaman darat karena
relatif murah dan mudah diperoleh.
Serat pangan sering dibedakan berdasarkan
kelarutannya dalam air, yaitu serat pangan yang
larut air (soluble dietary fiber) dan tidak larut air
(insoluble dietary fiber). Serat larut air adalah serat
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019)
158
pangan yang dapat larut dalam air dingin, hangat
atau panas serta dapat terendapkan dalam larutan
etanol. Serat pangan ini bersifat menyerap air
selama melewati saluran pencernaan dan
terfermentasi oleh bakteri bifidobakteria di usus
besar menghasilkan asam lemak rantai pendek,
seperti asam asetat, propionat,dan butirat dengan
proses yang dikenal dengan anticonstipating.
Asam lemak ini selanjutnya berperan dalam
memelihara pH usus tetap asam yang sesuai
dengan pH bakteri yang menguntungkan,
sekaligus kondisi pH yang tidak diinginkan oleh
bakteri-bakteri merugikan. Contoh serat larut
adalah pektin pada buah-buahan, glukan pada
sereal, dan gum pada kacang-kacangan, biji-bijian,
dan rumput laut (Dwiyitno, 2011).
Rumput laut atau alga (seaweed) telah
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia,
terutama masyarakat daerah pesisir dan pulau
pulau sejak ratusan tahunyang lalu. Pemanfaatan
rumput laut sebagai bahan pangan sudah
dimanfaatkan namun pemanfaatannya masih
terbatas sebagai sayur atau lauk. Anggadireja,
(2011) menyatakan bahwa rumput laut dapat
digunakan sebagai bahan subtitusi dalam
pengembangan produk sumber serat pangan
antara lain berupa kelompok produk makanan
selingan/jajanan, kelompok produk lauk-pauk,
dan kelompok produk sayur-sayuran. kandungan
polisakaridanya sebagai sumber serat pangan.
Kandungan serat yang bermanfaat untuk
mencegah kanker usus, membantu pengobatan
tukak lambung, radang usus besar. Rumput laut
dapat dijadikan sebagai bahan makanan
fungsional terapi yang berserat bagi penderita
obesitas, diabetes, hipertensi, jantung koroner
(Santi, 2012).
Komposisi utama dari rumput laut
Eucheuma cottonii yang dapat digunakan sebagai
bahan pangan adalah karbohidarat, yaitu 12,90%,
serat kasar 5,91%, dan kandungan proteinnya
berkisar 5,12-9,20%. Kandungan iodium berkisar
0,1-0,15% dari berat keringnya (Matanjunet al,
2008). Kandungan Vitamin A Eucheuma cottonii
adalah 59,39 SI/kg (Ariyaniet al, 2013). Secara
umum, rumput laut Sarggasum crassifolium belum
banyak diketahui dan dimanfaatkan, padahal dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa rumput
laut jenis ini mempunyai kandungan nutrisi yang
cukup tinggi. Kandungan karbohidrat Sarggasum
crasifolium adalah 19,06%, protein 5,53% dan serat
kasar 28,39%. Kandungan iodiumnya adalah 0,1-0,8
%dan vitamin A 489,55 SI/ 100 g berat kering
(Handayani et al, 2004)
Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan
Maluku (2007), Maluku memiliki potensi rumput
laut yang melimpah dan berkualitas dengan
produksi tertinggi pada Kabupaten Maluku
Tengah, akan tetapi tingkat konsumsi secara
langsung oleh masyarakat sebagai bahan pangan
masih rendah karena baunya yang kurang enak
(amis) dan kemampuannya membentuk gel saat
berada dalam air. Dengan demikian perlu
pengembangan teknologi pangan yang
memanfaatkan rumput laut untuk menghasilkan
produk olahan yang berkualitas cukup tinggi
terutama bagi jenis makanan yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Menurut
Astawan, et.al., (2004), bahwa mengingat demikian
pentingnya serat pangan, dalam upaya mencegah
meluasnya penyakit degeneratif akibat kurangnya
konsumsi serat pangan, maka perlu diupayakan
pemanfaatan rumput laut secara optimal salah
satunya adalah dapat diaplikasikan sebagai bahan
subtitusi pada cookies.
Cookies banyak digemari masyarakat
terutama bagi anak-anak sampai usia lanjut karena
teksturnya yang lunak dan aneka ragam rasanya
serta bentuknya, untuk menambah variasi dalam
pengolahan cookies, maka dapat dibuat produk
baru yaitu cookies yang berbahan dasar tepung
sagu dan disubstitusi rumput laut jenis Eucheuma
cottonii dan Sargassum crassifolium, hal ini
dikarenakan cookies merupakan makanan
selingan yang banyak digemari oleh berbagai usia,
sehingga diyakini substitusi rumput laut pada
cookies mempunyai daya terima yang baik dan
digemari oleh masyarakat karena kandungan
gizinya (Rehena&Ivakdalam, 2018). Produk
cookies umumnya dibuat dari bahan baku tepung
terigu yang sampai saat ini masih diimpor dan
jumlah ini cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Upaya untuk menggantikan pemakaian
terigu adalah dengan memanfaatkan tepung sagu
merupakan. Tepung sagu kaya dengan karbohidrat
(pati) yaitu 88,22% (Papilaya, 2009).
Pemanfaatan rumput laut diharapkan dapat
memberikan kontribusi nyata yaitu diperoleh
cookies sagu yang mengandung serat pangan yang
dapat dikonsumsi masyarakat untuk mencegah
berbagai jenis penyakit degeneratif. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh substitusi rumput laut
terhadap kandungan serat cookies sagu.
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019)
159
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah
jenis rumput laut yaitu Eucheuma cottonii dan
Sargassum crassifolium. Faktor kedua adalah
konsentrasi rumput laut yang terdiri atas empat 4
taraf, yaitu 10%, 20%, 30%, dan 40%. penelitian
eksperimen untuk menguji pengaruh subtitusi
rumput laut Eucheuma cottonii dan Sargassum
crassifolium terhadap kandungan serat cookies
sagu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.
Subjek penelitian ini adalah cookies yang terbuat
dari tepung sagu kering dan rumput laut. Tepung
sagu kering yang digunakan adalah tepung sagu
kering jenis Tuni. Rumput laut yang digunakan
adalah jenis Eucheuma cottonii dan Sargassum
crasifolium yang diambil langsung dari Kabupaten
Maluku Tengah.
2.1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pembuatan
cookies adalah timbangan, kom adonan
almunium, mixer, loyang almunium, cetakan, dan
oven. Alat untuk uji serat adalah corong Bucher,
Erlenmeyer, kertas saring, kotak timbangan. Bahan
yang diperlukan adalah NaOH, H2SO4, etanol, dan
air panas. Bahan baku untuk membuat cookies
dalam penelitian ini adalah rumput laut jenis
Eucheuma cottonii dan Sargassum crassifolium
yang diperoleh dari perairan Kabupaten Maluku
Tengah. Tepung sagu yang digunakan adalah
tepung sagu cap Nyong Ambon produksi Yayasan
Waiselaka Ambon, tepung terigu, kuning telur,
margarine, dan gula halus.
2.2. Pelaksanaan Penelitian
Rumput laut setelah dipanen, dicuci dengan
air tawar berkali-kali, ditiriskan dan dijemur
dibawah matahari menggunakan para-para
penjemuran hingga kering. Rumput kering
digiling dengan alat penggiling, kemudian diayak
dengan ayakan halus (100 mesh) untuk digunakan
sebagai bahan substitusi dalam pembuatan
cookies.
Formulasi cookies yang dibuat adalah
sebagai berikut: kuning telur 12 g, margarine 50 g,
dan gula halus 20 g. Tepung yang digunakan
adalah campuran tepung sagu dengan tepung
terigu dengan perbandingan tepung sagu 80% dan
tepung terigu 20%, dan digunakan sebanyak 100 g.
Semua bahan di campur menjadi adonan yang
kalis. Selanjutnya subtitusi bubuk Eucheuma
cottonii dan Sargassum crassifolium, masing-
masing dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan
40%. Adonan dicetak dan dipanggang (dioven)
dengan suhu 170o C selama 30 menit
(Rehena&Ivakdalam, 2018). Analisis kandungan
serat kasar cookies dilakukan dengan metode
Gravimetri (Sudarmadji et al, 1997)
2.3. Analisis Data
Data kandungan serat dianalisis secara
statistik menggunakan uji anova ganda dengan
kriteria signifikansi adalah 5%. Jika hasil
perhitungan dengan analisis varian menunjukkan
perbedaan yang singnifikan maka dilanjutkan
dengan uji Least Significant Difference (LSD)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kandungan serat cookies sagu yang disubstitusi
Eucheuma cottonii dan Sargassum crassifolium.
Data kandungan serat cookies sagu
berdasarkan perlakuan jenis dan konsentrasi
rumput laut yang berbeda-beda ditampilkan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Kandungan Serat Cookies Sagu
Berdasarkan Perlakuan Jenis dan
Konsentrasi Rumput Laut
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat rata-
rata kandungan serat cookies sagu pada perlakuan
jenis dan konsentrasi rumput laut berkisar antara
1,18-4,99%. Rata-rata kandungan serat cookies sagu
yang tertinggi pada perlakuan Sargassum
crassifolium 40% dan terendah pada Eucheuma
cottonii 10%. Dari Gambar 1 di atas terlihat adanya
peningkatan kandungan serat cookies sagu seiring
dengan substitusi rumput laut. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
rumput laut maka semakin tinggi pula kandungan
seratnya baik pada substitusi Eucheuma cottonii
1,18
1,792,17
3,123,3
3,944,23
4,99
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Kandungan
Serat (%)
Eucheuma
cottonii
Sargassum
crassifolium
10%
Konsentrasi Rumput Laut
20% 30% 40%
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019)
160
maupun Sargassum crassifolium. Rata-rata
peningkatan kandungan serat cookies sagu adalah
30,83%.
Berdasarkan analisa kadar serat di atas,
bahwa kadar serat menunjukkan ada kenaikan
tiap-tiap perlakuan substitusi rumput laut, hal ini
dikarenakan pada rumput laut mempunyai kadar
serat yang cukup tinggi. Menurut Kasim (2004)
bahwa kadar serat makanan dari rumput laut
67,5% yang terdiri dari 39,47% serat makanan yang
tak larut air dan 26,03% serat makanan yang larut
air. Hasil Penelitian Handayani dan Aminah (2011)
juga menunjukkan bahwa kadar serat cake rumput
laut meningkat seiring dengan substitusi rumput
(Eucheuma Cottonii) pada konsentrasi 40 %. Hasil
Penelitian Kesuma et al (2015) juga menunjukan
ada pengaruh substitusi rumput terhadap
kandungan serat pada biskuit yang dihasilkan.
2. Analisis Varians Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Rumput Laut terhadap
Kandungan Serat Cookies Sagu
Analisis Varians Pengaruh Jenis dan
Konsentrasi Rumput Laut terhadap Kandungan
Serat Cookies Sagu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Anova Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Rumput
Laut terhadap Kandungan Serat Cookies Sagu
Source Mean
Square F Sig
Corrected
Model 5,087 115,200 0,000
Intercept 229,525 5198,272 0,000
Jenis 3,271 74,077 0,000
Konsentrasi 10,744 243,340 0,000
Hasil Anova pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
jenis rumput laut berpengaruh terhadap
kandungan serat cookies sagu dengan nilai Sig=
0,000 < α 0.05. Hal ini juga terlihat dari nilai rerata
kandungan serat cookies sagu yang disubstitusi
jenis Eucheuma cottonii sebesar 2,72, dan
Sargassum crassifolium 3,46. Dawczynski et al
(2007) menyatakan bahwa kandungan serat pangan
dari rumput laut merah dan coklat bervariasi, yaitu
Eucheuma sp adalah 5,91% dan Sargassum sp
8,41%. Sementara, pada perlakuan konsentrasi
rumput laut (Tabel 1), menunjukkan bahwa
konsentrasi rumput laut juga berpengaruh
terhadap kandungan serat cookies sagu dengan
nilai Sig = 0,000 < α 0.05. Hal ini menunjukkan
bahwa substitusi rumput laut dengan konsentrasi
berbeda juga berpengaruh terhadap kandungan
serat cookies sagu. Hasil uji LSD pengaruh jenis
dan konsentrasi rumput laut terhadap kandungan
serat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji LSD Pengaruh jenis dan Konsentrasi
Rumput Laut terhadap Kandungan Serat
Cookies Sagu
Jenis dan Konsentrasi
Rumput laut
Kandungan
serat
Rerata (%)
Notasi
LSD
Eucheuma cottonii 10%
Sargassumcrassifolium 10%
Eucheuma cottonii 20%
Sargassum crassifolium 20%
Eucheuma cottonii 30%
Sargassum crassifolium 30%
Eucheuma cottonii 40%
Sargassum crassifolium 40%
1,18
1,79
2,17
3,12
3,33
3,94
4,23
4,99
a
b
b
c
c
d
d
e
Ket: Huruf yang berbeda berarti berbeda nyata pada α 0.05
Hasil uji LSD pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa kandungan serat pada perlakuan jenis dan
konsentrasi rumput laut memiliki notasi yang
berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan rata-rata kandungan
serat pada berbagai perlakuan jenis dan
konsentrasi rumput laut dengan taraf signifikansi
0,05. Dari hasil uji LSD juga menunjukkan bahwa
perlakuan substitusi Sargassum crassifolium 40%
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini
menunjukan bahwa substitusi jenis Sargassum
crassifolium dengan konsentrasi 40% memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap kandungan
serat cookies sagu. Suparmi dan Sahri (2010)
mengungkapkan bahwa substitusi tepung rumput
laut Sargassum sp juga dapat meningkatkan
kandungan serat Biskuit MP-ASI.
IV. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
disimpulkan bahwa 1)Ada pengaruh substitusi
rumput laut terhadap kandungan serat cookies
sagu, 2) substitusi jenis Sargassum crassifolium
dengan konsentrasi 40% memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap kandungan serat
cookies sagu. Berdasarkan hasil penelitian ini
disarankan perlu dikembangkan pemanfaatan
rumput laut juga dalam bentuk makanan lain
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 1 (Mei 2019)
161
REFERENSI
Anggadiredja JT, 2011.Rumput Laut, Penebar Swadaya, Jakarta
Ariyani, M., Fitriyono Ayustaningwarn, F., 2013. Pengaruh Penambahan Tepung Duri Ikan Lele Dumbo
(Clarias Gariepinus) Dan Bubur Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Terhadap Kadar Kalsium,
Kadar Serat Kasar Dan Kesukaan Kerupuk. Journal of Nutrition College, Volume 2, Nomor 1,
Tahun 2013
Astawan, M., S. Koswara., dan F. Herdiani. 2004. Pemanfaatan rumputlaut(Eucheuma cottonii)untuk
meningkatkankadar iodium dan serat pangan pada selaidan dodol. Jurnal Teknologi dan
IndustriPangan XV (1) : 61-69
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Maluku. 2007. Pengembangan Budidaya Rumput Laut Melalui
Klaster Gerbang Ekonomi Kerakyatan.
Dwiyitno, 2011. Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Pangan Potensial. Jurnal Squalen Vol. 6 No.1, Mei
2011.
Dawczynski. C. 2007. Amino acids, fatty acids, and dietary fibre in edible seaweed products. Food
Chemistry103(3):891-899 · December 2007
Handayani, T. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumput Laut Sargassum Crassifolium J. Agardh
Handayani, R., & Aminah,S. 2011. Variasi Substitusi Rumput Laut Terhadap Kadar Serat Dan Mutu
Organoleptik Cake Rumput Laut (Eucheuma Cottonii). Jurnal Pangan Dan Gizi Vol. 02 No. 03
Tahun 2011
Jones, P.J., Raeini-Sarjaz, M., Jenkins, D.J.A, Kendall, C.W.C., Vidgen, E., Trautwein, E.A, Lapsley, K.G.,
Marchie, A., Cunnane, S.C., and Connelly, P.W. 2005. Effects of a diet high in plant sterols,
vegetable proteins, and viscous fibers (Dietary Portfolio) on circulating sterol levels and red cell
fragility in hypercholesterolemic subjects. Lipids, 40 (2): 169–174.
Kesuma, C.P., Adi.A.C., Muniroh L, 2015. Pengaruh Substitusi Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dan
Jamur Tiram(Pleurotus Ostreatus) Terhadap Daya Terima Dan Kandungan Serat Pada Biskuit.
Media Gizi Indonesia,Vol. 10, No. 2 Juli–Desember 2015: Hlm. 146–15.
Matanjun, P., Mohamed, S., Mustapha, M & Kharidah. 2008.Nutrient content of tropical edible seaweeds,
Eucheuma cottonii, Caulerpa lentillifera and Sargassum polycystum.Journal of Applied
Phycology, 10.1007/s10811-008-9326-4.
Papilaya.E.C, 2009. Sagu untuk Pendidikan Anak Negeri. Bogor: IPB Press.
Wisten, A. and Messner, T. 2005. Fruit and fibre (Pajala porridge) in the prevention of constipation.
Scand. J. Caring Sci. 19: 71–76.
Rehena, Z &Ivakdalam.L.M, 2018. Pemanfaatan Eucheuma cottonii dan Sargassum crassifolium dalam
Cookies Sagu Untuk Meningkatkan Kadar Iodium Tikus (Rattus novergicus). JurnalAGRIKAN
Volume 11 Nomor 2, Oktober 2018.
Santi. 2012. Kandungan Gizi. Rumput Laut. Yogyakarta
Suparmi& Sahri. A. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumber Daya Rumput
Laut Dari Aspek Industri Dan Kesehatan. Jurnal Sultan Agung Vol XII No. 118 Juni –Agustus
2009.
Sudarmadji. S, Haryono.B, Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta. Penerbit: Liberty