penentuan lokasi halte

16
PENENTUAN JUMLAH DAN LOKASI SHELTER BUSWAY RUTE I (BUNGURASIH BUNGKUL) DI KOTA SURABAYA OLEH BAGUS NAUFAL FITRONI 2513203202 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Upload: nophalbrandalz

Post on 15-Jan-2016

456 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

penentuan lokasi halte di kota surabaya

TRANSCRIPT

PENENTUAN JUMLAH DAN LOKASI SHELTER BUSWAY

RUTE I (BUNGURASIH BUNGKUL) DI KOTA SURABAYA

OLEH

BAGUS NAUFAL FITRONI 2513203202

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

ABSTRAK

Pemerintah Kota Surabaya diharapkan untuk menggunakan Busway sebagai salah satu moda transportasi yang diharapkan dapat meningkatkan daya tarik angkutan umum sehingga dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi sebagai usaha untuk mengurangi tingkat kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas. Untuk pengoperasian Busway diperlukan adanya fasilitas penunjang, salah satunya adalah halte. Penentuan lokasi dan jumlah halte memiliki peran yang penting dalam penggunaan moda Busway. Pembangunan halte yang tidak baik akan mengakibatkan bertambahnya permasalahan transportasi, sebab banyak masyarakat yang seharusnya menjadi target pengguna menjadi malas untuk menggunakan moda ini karena adanya kesulitan disaat akan memanfaatkan fasilitas yang ada.

Dalam penelitian ini, penentuan lokasi dan jumlah halte di sepanjang rute bungurasih – bungkul dilakukan dengan mengidentifikasi lokasi bangkitan yang mempunyai tingkat permintaan relatif tinggi dan kandidat lokasi halte. Lokasi halte terpilih ditentukan dengan menggunakan Model Set Covering Problem. Hasil perhitungan menyimpulkan bahwa terdapat 9 lokasi halte terpilih di sepanjang rute bungurasih bungkul. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis penentuan lokasi halte ketika pemerintah memiliki keterbatasan anggaran pembangunan halte.

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pemerintah Kota Surabaya berencana untuk menggunakan Busway sebagai salah satu moda transportasi di Surabaya. Penyediaan Busway ini dimaksudkan untuk mendukung penyediaan angkutan umum perkotaan sesuai dengan keinginan masyarakat yakni efisien, aman, nyaman, handal dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dengan pengoperasian Busway diharapkan dapat meningkatkan daya tarik angkutan umum sehingga dapat menekan penggunaan kendaraan pribadi sebagai usaha untuk mengurangi tingkat kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas (DLLAJR, 2007). Dalam pengoperasian Busway sebagai angkutan umum penumpang di Surabaya tentunya ditunjang dan didukung dengan adanya rute perjalanan. Rute perjalanan ini diharapkan mampu memenuhi tujuan, yaitu melayani kebutuhan masyarakat terhadap angkutan umum penumpang yang memiliki kelebihan dalam hal pelayanan dan fasilitas fisik yang memadai. Penggunaan Busway ini memiliki tujuan yakni mampu melayani kebutuhan masyarakat akan angkutan umum penumpang di sepanjang rute. Gambar dibawah merupakan rute perjalanan rute busway dari bungurasih bungkul dimana rute tersebut merupakan rute dengan traffic sangat tinggi per harinya dikarenakan menjadi jalan penghubung Antara dua kota yaitu Surabaya dan sidoarjo

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jumlah dan lokasi shelter busway rute I di Kota Surabaya sehingga dapat memberikan akses yang layak ke halte terdekat kepada semua penumpang dengan jumlah halte yang minimum tetapi dapat memenuhi semua titik permintaan di sepanjang rute (coverage area) dengan biaya pendirian halte yang minimum.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menentukan Kriteria Lokasi Halte

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam penentuan lokasi halte. Kriteria penentuan lokasi halte adalah sebagai berikut:

1. Potensi membangkitkan jumlah penumpang yang cukup tinggi. Kriteria ini merupakan salah satu dasar dalam menentukan lokasi halte. Halte ditempatkan pada lokasi yang mempunyai potensi membangkitkan penumpang yang cukup tinggi agar halte yang dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar secara optimal.

2. Jarak dari persimpangan jalan. Lokasi kandidat halte harus memiliki jarak tertentu dari persimpangan agar halte yang akan dibangun tidak memberikan beban tambahan terhadap ruas jalan. Sesuai dengan peraturan tentang tata letak halte terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan Darat tahun 1996, jarak halte dari persimpangan jalan minimal 50 meter. Sedangkan jarak dengan pergantian moda adalah 100 meter.

3. Jarak minimal halte dari gedung yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit dan tempat ibadah adalah 100 meter. Kriteria ini peraturan tentang tata letak halte terhadap ruang lalu lintas menurut Dirjen Perhubungan Darat tahun 1996. Penetapan kriteria ini dimaksudkan agar penempatan halte tidak mengganggu ketenangan pengguna rumah sakit dan tempat ibadah.

2.2 Jarak Tempuh yang Layak untuk Mencapai Halte

Jarak tempuh yang layak untuk mencapai halte menurut survey yang dilakukan Demetsky and Lin (1982) adalah sekitar 400 meter. Jarak 400 meter tersebut masih dapat diterima untuk berjalan kaki. Di Brisbane, Australia jarak tempuh standar adalah 400 meter. Jarak tersebut dianjurkan pemerintah untuk dapat melayani lokasi rumah, tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan, tempat wisata, dan lain-lain yang sesuai pelayanan halte (Queensland Government, 1997).

2.3 Penentuan Jumlah dan Lokasi Shelter dengan Model Set Covering Problem

Tahap selanjutnya adalah penentuan lokasi halte yang optimal. Tujuannya adalah dapat memenuhi titik permintaan dengan meminimalkan jumlah halte. Model penentuan lokasi yang digunakan adalah pengembangan dari model Set Covering Problem (SCP) yang dikembangkan oleh Toregas (1971). Set Covering Problem dalam penelitian ini bertujuan untuk meminimalkan jumlah shelter yang dibutuhkan, tetapi dapat memenuhi semua titik permintaan dan meminimumkan biaya pendirian halte. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Tujuan

Minimize Z=∑j

( x j+1h j

x j)+∑j

( f j x j )

Dimanah j= demand lokasi permintaanf j= biaya pendirian halte di lokasi terpilihFungsi tersebut bertujuan untuk meminimalkan jumlah halte yang akan didirikan dengan biaya

yang minimum. Suku 1h j

x j dimasukkan dalam model untuk menghindari alternate solusion

(memastikan akan terpilih kandidat halte dengan jumlah penumpang lebih banyak). Ketika hanya

menggunakan fungsi tujuan ∑j

(x j) (model SCP yang dikembangkan oleh Toregas), maka

terdapat beberapa solusi yang samasama optimal2. Fungsi Pembatas

A. ∑j

x j≥ 1

Batasan ini menetapkan bahwa setiap titik permintaan dapat dipenuhi oleh sekurangnya 1 halte. Tujuan batasan ini adalah untuk memenuhi servis area di setiap titik permintaan.

B. x j ϵ (0,1)

Fungsi pembatas menetapkan bahwa suatu keputusan untuk penempatan lokasi tersebut dipilih atau tidak sebagai pemenuhan titik-titik permintaan. Dimana, hj = jumlah demand atau permintaan pada kandidat halte j.

Batasan menetapkan bahwa setiap area dapat dilayani oleh sekurangnya 1 halte batasan bahwa halte dapat memenuhi titik permintaan jika jarak antara halte dengan titik permintaan tidak lebih dari 500 meter

2.4 Analisis Sensitivitas

Analisia ini bertujuan untuk menentukan lokasi halte yang akan dipilih jika terdapat pembatasan jumlah halte yang akan dibangun. Dalam analisis ini ditentukan jumlah halte yang akan dibatasi dalam pengujian yakni 5,10, dan 15. Dalam analisis sensitivitas digunakan model maximal covering. Model maximal covering dapat diformulasikan sebagai berikut :

1. Fungsi Tujuan

Maximize ∑iϵ 1

hi zi

Fungsi tujuan diatas untuk memaksimalkan total permintaan yang dapat dipenuhi.2. Fungsi Pembatas

a. ∑j∈N i

x j−zi ≥ 0∀ i∈ I

Fungsi pembatas diatas menetapkan bahwa pemenuhan permintaan pada titik i tidak terhitung, kecuali pada salah satu alternatif lokasi yang dapat memenuhi titik i.

b. ∑j∈ J

x j=p

Fungsi pembatas diatas menetapkan bahwa adanya pembatasan banyaknya fasilitas pada daerah penempatan.

c. x j∈ {0,1 }∀ j∈ J

d. z i∈ {0,1 }∀ i∈ I

Fungsi pembatas diatas menetapkan bahwa suatu keputusan untuk penempatan lokasi tersebut dipilih atau tidak sebagai pemenuhan titik-titik permintaan.Hi = demand atau permintaan pada titik ip = banyaknya fasilitas untuk penentuan lokasi

x j={1 jika halte dialokasikan pada titik j0 jika tidak

Untuk j = 1,2,3,…,n

z i={1 jika titik permintaani terlayani olehhalte j0 jikatidak

Untuk i = 1,2,3,…,m dengan j ∈∋¿

3. PEMBAHASAN

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka ditentukan lokasi yang menjadi kandidat shelter berjumlah 26 yang memenuhi kriteria. Data lokasi yang menjadi kandidat halte dapat dilihat pada tabel dibawah ini . Kandidat halte untuk selanjutnya dilambangkan dalam notasi j. j ={1,2,3,...,26}. Notasi 1 adalah kandidat Shelter 1. Sedangkan Notasi 2 adalah kandidat Shelter 2, dan seterusnya.

1 Bungurasih16 Ketintang Baru IV

2 Cito17 Kemala Bayangkari

3 Menanggal 118 Royal

4 Gayungan 119 RSI

5 Dishub LLAJ20 Jl Smea

6 SPBU21 Jl Pulo

7 Samsat22 Joyoboyo

8 Gayung Kebonsari Raya23 KBS

9 Taman Pelangi24 Masjid Alfalah

10 Dinkes25 Darmo depan Juwono

11 PT Monex Investindo26 Bungkul

12 Ubhara13 KFC 14 kodam V pangda Surabaya15 Margorejo

3.1 Pengkuran Jarak Antara Kandidat Halte dengan Permintaan yang Terpenuhi

Untuk mengetahui daerah yang dapat dipenuhi maka harus mengetahui jarak antara kandidat halte dengan titik permintaan. Perhitungan nilai jarak tempuh dilakukan dengan bantuan software Google Map. Berikut adalah jumlah demand dan jarak Antara halte dengan titik awal (bungurasih) guna menentukan fungsi tujuan dan fungsi pembatas. Penentuan demand berdasarkan kriteria lokasi tempat wisata, sekolah, perkantoran, Mal, perkampungan di sekitar halte semakin banyak memenuhi kriteria maka nilai demand semakin tinggi.

No Lokasi Shelter Jarak dari bungurasih (dalam m)

Demand

1 Bungurasih (X1) 0 19002 Cito (X2) 800 20003 Menanggal 1 (X3) 350 9004 Gayungan 1 (X4) 450 10005 Dishub LLAJ (X5) 180 8006 SPBU (X6) 300 15007 Samsat (X7) 210 19008 Gayung Kebonsari Raya

(X8)350 700

9 Taman Pelangi (X9) 350 250010 Dinkes (X10) 230 60011 PT Monex Investindo (X11) 350 50012 Ubhara (X12) 190 90013 KFC (X13) 260 170014 kodam V pangda surabaya

(X14)240 800

15 Margorejo (X15) 180 120016 Ketintang Baru IV (X16) 350 80017 Kemala Bayangkari (X17) 260 140018 Royal (X18) 190 230019 RSI (X19) 400 170020 Jl Smea (X20) 220 100021 Jl Pulo (X21) 500 90022 Joyoboyo (X22) 270 220023 KBS (X23) 300 300024 Masjid Alfalah (X24) 220 160025 Darmo depan Juwono (x25) 220 90026 Bungkul (X26) 180 2900

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh fungsi pembatas dan fungsi tujuan. Fungsi pembatas sesuai dengan tinjauan pustaka yaitu jarak tempuh standar lokasi dengan permintaan adalah 500m sehingga dihasilkan lokasi permintaan dan dapat memenuhi lokasi permintaan sesuai dengan tabel dibawah ini

NoLokasi

Permintaan Dapat memenuhi permintaan

1 Bungurasih Bungurasih

2 CitoCitoMenanggal 1

3 Menanggal 1CitoMenanggal 1Gayungan 1

4 Gayungan 1

Menanggal 1Gayungan 1Dishub LLAJSPBU

5 Dishub LLAJGayungan 1Dishub LLAJSPBU

6 SPBU

Gayungan 1Dishub LLAJSPBUSamsat

7 SamsatSPBUSamsatGayung Kebonsari Raya

8Gayung

Kebonsari

SamsatGayung Kebonsari RayaTaman Pelangi

9 Taman PelangiGayung Kebonsari RayaTaman PelangiDinkes

10 DinkesTaman PelangiDinkesMonex Investindo

11 Monex Investindo

DinkesMonex InvestindoUbharaKFC

12 Ubhara

Monex InvestindoUbharaKFCKodam V pangda Surabaya

13 KFC

Monex InvestindoUbharaKFCKodam V pangda SurabayaMargorejo

14 Kodam V Ubhara

KFCKodam V pangda SurabayaMargorejo

15 Margorejo

KFCKodam V pangda SurabayaMargorejoketintang baru IV

16 Ketintang baru

Margorejoketintang baru IVKemala BhayangkariRoyal

17Kemala

Bayangkari

ketintang baru IVKemala BhayangkariRoyal

18 Royal

ketintang baru IVKemala BhayangkariRoyalRSI

19 RSIRoyalRSIJl Smea

20 Jl SmeaRSIJl SmeaJl Pulo

21 Jl PuloJl SmeaJl PuloJoyoboyo

22 JoyoboyoJl PuloJoyoboyoKBS

23 KBS

JoyoboyoKBSMasjid AlfalahDarmo depan Jl Juwono

24 Masjid Alfalah

KBSMasjid AlfalahDarmo depan Jl JuwonoBungkul

25 darmo Juwono

KBSMasjid AlfalahDarmo depan Jl JuwonoBungkul

26 Bungkul Masjid Alfalah

Darmo depan Jl JuwonoBungkul

Sementara itu untuk biaya pembangunan halte diasumsikan sesuai dengan berapa lokasi yang bisa terpenuhi permintaan nya. Apabila halte tersebut semakin banyak memiliki lokasi yang dapat terpenuhi akan berakibat halte tersebut memiliki ukuran yang lebih besar dan akan mengakibatkan membutuhkan banyak biaya. Berikut adalah biaya pendirian halte di 26 lokasi.

No Lokasi Permintaan Jumlah Lokasi Permintaan Yang dapat Terpenuhi

Biaya Pendirian Halte (dalam jt)

1 Bungurasih 1 3000000002 Cito 2 3500000003 Menanggal 1 3 4000000004 Gayungan 1 4 4500000005 Dishub LLAJ 3 4000000006 SPBU 4 4500000007 Samsat 3 4000000008 Gayung Kebonsari Raya 3 4000000009 Taman Pelangi 3 400000000

10 Dinkes 3 40000000011 PT Monex Investindo 4 45000000012 Ubhara 4 45000000013 KFC 4 450000000

14kodam V pangda

Surabaya 4 45000000015 Margorejo 4 45000000016 Ketintang Baru IV 4 45000000017 Kemala Bayangkari 3 40000000018 Royal 4 45000000019 RSI 3 40000000020 Jl Smea 3 40000000021 Jl Pulo 3 40000000022 Joyoboyo 3 40000000023 KBS 4 45000000024 Masjid Alfalah 4 45000000025 Darmo depan Juwono 4 45000000026 Bungkul 3 400000000

3.2 PEMBENTUKAN MODEL

Berdasarkan penjelasan diatas akan ditentukan fungsi tujuan dan fungsi pembatas pada peniltian ini berdasarkan model mixed set covering problem.

Funsi Tujuan

MIN Z = (X1+0.00052X1+X2+0.0005X2+…+X25+0.000345X26)+(3000000X1+350000000X2+…+400000000X26)

Fungsi Batasan

1. BUNGURASIH X1=12. CITO X2+X3>=13. MENANGGAL 1 X2+X3+X4>=14. GAYUNGAN 1 X3+X4+X5+X6>=15. DISHUB LLAJ X4+X5+X6>=16. SPBU X4+X5+X6+X7>=17. SAMSAT X6+X7+X8>=18. GAYUNG KEBONSARI X7+X8+X9>=19. TAMAN PELANGI X8+X9+X10>=110. DINKES X9+X10+X11>=111. PT MONEX X10+X11+X12+X13>=112. UBHARA X11+X12+X13+X14>=113. KFC X11+X12+X13+X14+X15>=114. KODAM V X12+X13+X14+X15>=115. MARGOREJO X13+X14+X15+X16>=116. KETINTANG BARU X15+X16+X17+X18>=117. KEMALA BAYANGKARI X16+X17+X18>=118. ROYAL X16+X17+X18+X19>=119. RSI X18+X19+X20>=120. Jl SMEA X19+X20+X21>=121. PULO X20+X21+X22>=122. JOYOBOYO X21+X22+X23>=123. KBS X22+X23+X24+X25>=124. MASJID ALFALAH X23+X24+X25+X26>=125. DARMO JUWONO X23+X24+X25+X26>=126. BUNGKUL X24+X25+X26>=1

Dari hasil optimasi yang dilakukan dengan model matematis diatas, dengan menggunakan software lindo diperoleh hasil lokasi shelter busway rute I. Lokasi shelter busway yang terpilih untuk dibangun dapat dilihat pada dibawah ini

NoShelter yang dipilih untuk dibangun

1 Bungurasih (X1)2 Cito (X2)3 SPBU Gayungan (X6)4 Taman Pelangi (X9)5 KFC Ahmad Yani (X13)6 Kemala Bhayangkari (X17)7 RSI(X19)8 Joyoboyo (X22)9 Taman Bungkul (X26)

Berdasarkan lokasi halte yang terpilih akan dicari jarak antar halte yang terpilih. Dapat dilihat

bahwa ruter terpendek antar shelter adalah antarabungurasi dan cito sementara jarak shlter terpanjang

adalah royal – joyoboyo.

NoShelter yang dipilih untuk dibangun

Jarak antar shelter (dalam m)

1 Bungurasih (X1) 0

2 Cito (X2) 800 m

3 SPBU Gayungan (X6) 1280 m

4 Taman Pelangi (X9) 910 m

5 KFC Ahmad Yani (X13) 1030 m

6 Kemala Bhayangkari(X17) 1030 m

7 RSI (X19) 590 m

8 Joyoboyo (X22) 990 m

9 Taman Bungkul (X26) 920 m

3.3 Analisis Sensitivitas

Analisis ini bertujuan untuk menentukan lokasi halte yang akan dipilih ketika terdapat pembatasan jumlah halte yang akan dibangun. Hasil perhitungan dengan menggunakan Set Covering Problem (SCP) menunjukkan bahwa jumlah lokasi yang terpilih agar dapat memenuhi semua titik permintaan adalah berjumlah 8. Karena halte optimal berjumlah , maka pada analisis sensitivitas dicoba 3 alternatif lain untuk melihat lokasi yang terpilih. Alternatif tersebut adalah 5, 7 dan 10. Dan fungsti tujuan terkait biaya pendirian halte dihilangkan Cara menentukan lokasi yang terpilih pada masalah ini dengan menggunakan Max Covering Problem.

1. Lokasi halte yang dipilih ketika halte yang akan dibangun berjumlah 5

Ketika berdasarkan pertimbangan anggaran misal halte hanya dibangun di 5 titik maka titik-titik lokasi halte usulan yang dapat memaksimalkan jumlah penumpang yang terlayani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Shelter yang dipilih untuk dibangun

Jarak antar shelter (dalam m)

1 Bungurasih (X1) 02 SPBU Gayungan (X6) 20803 Royal (X18) 37404 Joyoboyo (X22) 13905 Masjid Alfalah (X24) 520

2. Lokasi halte yang dipilih ketika halte yang akan dibangun berjumlah 7

Ketika berdasarkan pertimbangan anggaran misal halte hanya dibangun di 7 titik maka titik-titik lokasi halte usulan yang dapat memaksimalkan jumlah penumpang yang terlayani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Shelter yang dipilih untuk Jarak antar shelter (dalam m)

dibangun1 Bungurasih (X1) 02 Gayungan I (X4) 16003 Gyung Kebonsari Raya(X8) 10404 KFC (X13) 13805 Royal (X18) 12206 Joyoboyo (X22) 13907 Masjid Alfalah(X24) 520

3. Lokasi halte yang dipilih ketika halte yang akan dibangun berjumlah 10

Ketika berdasarkan pertimbangan anggaran misal halte hanya dibangun di 10 titik maka titik-titik lokasi halte usulan yang dapat memaksimalkan jumlah penumpang yang terlayani dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

No Shelter yang dipilih untuk dibangun

Jarak antar shelter (dalam m)

1 Bungurasih (X1) 02 Cito (X2) 8003 Gayungan I (X4) 8004 Gayung Kebonsari Raya(X8) 10405 Ubhara (X11) 11206 Margorejo (X15) 6807 Ketintang Baru IV (X16) 3508 RSI (X19) 8509 Joyoboyo (X22) 990

10 Masjid Alfalah (X24) 520

4 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan penelitian ini, yaitu: Jumlah shelter busway untuk rute bungurasih bungkul yang akan dibangun berjumlah 9 lokasi shelter agar dapat melayani semua titik permintaan yang berjumlah 26 di sepanjang rute. Lokasi halte yang akan dibangun adalah Bungurasih, Cito, SPBU Gayungan, Taman Pelangi, KFC Ahmad Yani, Kemala Bayangkari, RSI , Joyoboyo, dan Taman Bungkul.

DAFTAR PUSTAKA

Melkote, Sanjay and Daskin, Mark S. 2001. Capacitated FacilityLocation/Network Design Problem. European Journal Of OperationalResearch. www.elsevier.com/locate/dsw

Murray, A.T. 1998. Public Transportation Access. Transportation Research D (3):319-328.

Hillier, Frederick S. and Gerald J. Lieberman. 1994. Introduction To Operations Research, Fifth Edition. New York : McGraw-Hill, Inc.

Rakhmat, M.I. 2003. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penumpang Dalam Pemilihan Lokasi Perhentian Bis Di Yogyakarta. Skripsi Sarjana-1, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada.

Sule, Dileep R. 2001. Logistics of Facility Location and Allocation. New York:Marcel Dekker, Inc.