pemerolehan bahasa pada anak hiperaktif yang sulit

12
223 PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT MEMUSATKAN PERHATIAN (ACQUISITION OF LANGUAGE IN HYPERACTIVE CHILDREN HARD FOCUS) Wati Kurniawati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta 13220 Ponsel: 081511795009 Pos-el: [email protected] Tanggal Naskah Masuk: 8 September 2017 Tanggal revisi akhir: 4 Desember 017 Abstract The writing aims at the language acquisition of hyperactive children in learning process in order to be more focused in doing activities, more confident, more interactive, and more communicative with other people normally. Drilling method is used in teaching hyperactive children of four year-old using visual media to give a concrete illustration of a thing so that the children can grasp messages, information and concept about the thing. Cognitive, affective, and psychomotor implementation is carried out onto the children to improve their language skill. Intervention plan is to establish behavioral change procedures, i.e. shaping, chaining, and maintaining behavior. Action plan is focused on how to overcome the inattention problem in hyperactive children. The findings are (1) the children are able to focus on an activity, (2) the children were confident and showed a positive relationship with others, and (3) the children are able to communicate and start verbal and nonverbal interaction with others. Within 6 months of therapy, the hyperactive children have already demonstrate the abilities in those three areas. The hyperactive children have a large vocabulary and are able to integrate various vocabularies though have not yet reached normal standard abilities. Keywords: language acquisition, acquisition, hyperactivity, shaping, chaining, maintaining behavior Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan bahasa dalam pembelajaran anak hiperaktif agar lebih fokus dalam kegiatan, percaya diri, dapat berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain secara normal. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran anak hiperaktif pada usia empat tahun adalah metode latihan keterampilan (dril) yang menggunakan media visual untuk memberikan gambaran konkrit tentang sesuatu sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi, dan pengertian tentang sesuatu tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa dilakukan penerapan kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak. Rencana intervensi adalah menetapkan prosedur perubahan perilaku, yaitu shaping, chaining, dan maintaining behavior. Rencana tindakan yang dibuat, difokuskan pada bagaimana mengatasi masalah inattention pada anak hiperaktif. Hasil temuan adalah (1) anak sudah fokus dalam kegiatan, (2) anak percaya diri dan menunjukkan hubungan yang positif dengan orang lain, dan (3) anak dapat berkomunikasi dan berinteraksi verbal dan nonverbal dengan orang lain. Dengan adanya terapi selama 6 bulan, kemampuan anak hiperaktif itu sudah memperlihatkan kemampuannya dalam ketiga hal tersebut. Anak hiperaktif tersebut memiliki

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

223

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT MEMUSATKAN PERHATIAN

(ACQUISITION OF LANGUAGE IN HYPERACTIVE CHILDREN HARD FOCUS)

Wati KurniawatiBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Jalan Daksinapati Barat IV Rawamangun, Jakarta 13220Ponsel: 081511795009

Pos-el: [email protected]

Tanggal Naskah Masuk: 8 September 2017Tanggal revisi akhir: 4 Desember 017

Abstract

The writing aims at the language acquisition of hyperactive children in learning process in order to be more focused in doing activities, more confident, more interactive, and more communicative with other people normally. Drilling method is used in teaching hyperactive children of four year-old using visual media to give a concrete illustration of a thing so that the children can grasp messages, information and concept about the thing. Cognitive, affective, and psychomotor implementation is carried out onto the children to improve their language skill. Intervention plan is to establish behavioral change procedures, i.e. shaping, chaining, and maintaining behavior. Action plan is focused on how to overcome the inattention problem in hyperactive children. The findings are (1) the children are able to focus on an activity, (2) the children were confident and showed a positive relationship with others, and (3) the children are able to communicate and start verbal and nonverbal interaction with others. Within 6 months of therapy, the hyperactive children have already demonstrate the abilities in those three areas. The hyperactive children have a large vocabulary and are able to integrate various vocabularies though have not yet reached normal standard abilities.

Keywords: language acquisition, acquisition, hyperactivity, shaping, chaining, maintaining behavior

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan bahasa dalam pembelajaran anak hiperaktif agar lebih fokus dalam kegiatan, percaya diri, dapat berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain secara normal. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pengajaran anak hiperaktif pada usia empat tahun adalah metode latihan keterampilan (dril) yang menggunakan media visual untuk memberikan gambaran konkrit tentang sesuatu sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi, dan pengertian tentang sesuatu tersebut. Untuk meningkatkan kemampuan bahasa dilakukan penerapan kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak. Rencana intervensi adalah menetapkan prosedur perubahan perilaku, yaitu shaping, chaining, dan maintaining behavior. Rencana tindakan yang dibuat, difokuskan pada bagaimana mengatasi masalah inattention pada anak hiperaktif. Hasil temuan adalah (1) anak sudah fokus dalam kegiatan, (2) anak percaya diri dan menunjukkan hubungan yang positif dengan orang lain, dan (3) anak dapat berkomunikasi dan berinteraksi verbal dan nonverbal dengan orang lain. Dengan adanya terapi selama 6 bulan, kemampuan anak hiperaktif itu sudah memperlihatkan kemampuannya dalam ketiga hal tersebut. Anak hiperaktif tersebut memiliki

Page 2: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

224

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233

kosakata yang banyak dan mampu mengintegrasikan berbagai kosakata dengan baik meskipun belum mencapai kemampuan normal.

Kata kunci: pemerolehan bahasa, hiperaktif, shaping, chaining, dan maintening behavior

1. Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Seorang anak memperoleh bahasa selama periode kritis. Periode kritis adalah waktu selama awal kehidupan seseorang ketika menerima bahasa secara maksimal. Seorang anak yang normal menguasai bahasa tidak melalui pelatihan formal, tetapi malalui pajanan (exposure) informal dan umpan balik (Tylor dan M. Martin Tylor, 1990:249). Selanjutnya, dikatakan bahwa seorang anak yang diekspos pada dua atau tiga bahasa pada saat periode kritis akan menguasai bahasa tersebut dengan cara yang sama dengan anak yang hanya diekspos satu bahasa.

Berkenaan dengan bahasa lisan, Steinberg (2001:323) mengemukakan bahwa beberapa jalur saraf yang dianggap terlibat dalam proses bahasa lisan, yakni sebagai berikut. Pertama, produksi ujaran (speech production) adalah struktur dasar dari ucapan atau bentuk lisan dikirim ke daerah wernicke untuk diinterpretasikan. Bentuk lisan itu diproses di daerah wernicke yang perlu ditanggapi secara verbal. Interpretasi itu dikirim ke daerah broca untuk proses pengujaran atau encoding. Setelah itu, daerah broca menyuruh motor korteks untuk meneruskan ke area motorik yang berdekatan, yang mengatur organ artikulasi. Motor korteks mempertimbangkan tiap bunyi yang harus diujarkan. Kedua, membaca nyaring (reading aloud) adalah bentuk tertulis pertama yang diterima oleh korteks visual di lobe osipital. Bentuk tertulis itu ditransmisikan melalui gyrus anguler yang mengoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital ke daerah wernicke karena dianggap berhubungan dengan representasi pendengaran. Selanjutnya, struktur ucapan dikirim ke daerah broca. Ketiga, pemahaman ujaran (speech comprehension) adalah sinyal tiba dikorteks pendengaran dari telinga dan dipindahkan ke daerah wernicke untuk ditafsirkan.

Berdasarkan proses pemerolehan bahasa pertama, satu atau lebih bahasa yang secara natural diperoleh anak dalam lingkungan keluarga, tanpa

melibatkan kegiatan aktif di kelas. Istilah bahasa pertama sering dikenal dengan mother tongue, yang berarti bahasa ibu, bahasa setempat, bahasa daerah, dan bahasa nasional. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikenal oleh anak dan terdorong baginya untuk berinteraksi dengan bahasa tersebut (Mukalel, 2003:13).

Field (2004:144–145) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa pada anak melalui lima tahap. Tahap pertama, pada usia 3 bulan anak mulai mendekut (cooing); tahap kedua, pada usia 6 bulan anak mulai dengan celotehan (bubbling); tahap ketiga, pada usia 1 tahun anak mulai mengeluarkan bunyi tahapan satu kata (one-word stage), tahap keempat, pada usia 1 tahun 6 bulan mulai dengan tahapan dua kata (two-word stage); pada tahap terakhir, pada usia 2 tahun 6 bulan ke atas mulai menggunakan rangkaian tiga kata atau lebih. Semua anak di dunia ini melalui tahapan yang sama. Yang membedakan antara anak satu dan yang lain adalah rata-rata kecepatan dalam perkembangan pemerolehannya.

Dardjowidjojo (2008:225) mengatakan bahwa istilah pemerolehan digunakan untuk padanan istilah bahasa Inggris acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini dibedakan dari belajar yang merupakan padanan dari istilah bahasa Inggris learning.

Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Bahasa ibu (mother tongue) disebut juga bahasa asli (native language) atau bahasa pertama (first language). Chomsky (1957) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu di seluruh dunia sama. Kesamaan proses pemerolehan bahasa tidak hanya disebabkan oleh persamaan unsur biologi dan neurologi bahasa, tetapi juga oleh adanya aspek mentalitas bahasa.

Langkah-langkah pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu cenderung diikuti untuk pemerolehan bahasa kedua. Hal ini menimbulkan kontroversi apakah pemerolehan bahasa pertama

Page 3: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

225

dan kedua itu melalui proses yang sama atau berbeda. Bahkan, ada ahli yang menganggap bahwa pemerolehan bahasa pertama identik dengan pemerolehan bahasa kedua sehingga muncul hipotesis L1=L2 (Arifuddin, 2010:114).

Pemerolehan bahasa ialah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu anak belajar bahasa ibunya. Istilah pemerolehan bahasa dipakai untuk padanan istilah dalam bahasa Inggris, yakni acquisition (Riyono dan Mardin Silalahi, 2014:22).

Berkaitan dengan pemerolehan bahasa pada anak-anak, perlu dibahas masa kanak-kanak. Masa yang berbahagia dan bermain adalah masa kanak-kanak. Kegiatan pada masa kanak-kanak tidak hanya bermain, tetapi kegiatan berkembang, berteman, dan belajar. Pada masa kanak-kanak seperti itu ada yang tidak mengalaminya. Anak yang masa kecilnya tidak bahagia, mereka tampak pendiam, pemalu, sulit belajar, dan sulit bergaul. Anak-anak yang berkelainan perilaku tersebut memiliki kelainan jiwa, kelainan emosi, autis, agresif, dan hiperaktif, kelainan perhatian, dan impulsif.

Maramis (1994) menyatakan bahwa anak hiperaktif kurang konsentrasi ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Sementara itu, Kusumawati (2010) menyatakan bahwa hasil penelitian tentang perilaku hiperaktif di kelas yang sering dilakukan tiga siswa kelas III SD Negeri Mranggen 05 adalah (a) sering mondar-mandir pada waktu kegiatan belajar-mengajar atau pada waktu disuruh mengerjakan tugas oleh guru, (b) melakukan gerakan fisik seperti tangan selalu memukul-mukul meja sehingga menimbulkan suara gaduh, (c) memain-mainkan pensil atau benda yang ada di depannya sehingga timbul suara berisik pada waktu kegiatan belajar-mengajar, (d) berlarian saat di dalam kelas, keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, (e) tidak dapat memfokuskan perhatian dalam jangka waktu yang lama, (f) mudah mengalami kejenuhan atau kebosanan dalam satu kegiatan, (g) sering keluar masuk kelas dengan berbagai alasan, dan (h) menggoyang-goyangkan kaki pada saat mengerjakan tugas dan pada saat jam pelajaran berlangsung.

Menurut Jamaris (2013:204), hiperaktif merupakan salah satu masalah kesehatan mental

berbasis neurologi yang banyak terjadi pada anak dengan atau tanpa masalah dalam kesulitan pemusatan perhatian. Selanjutnya, dikatakan ciri anak hiperaktif adalah sulit dalam memusatkan perhatian, bergerak seolah-olah tanpa henti, dan sukar bermain dengan tenang.

Anak hiperaktif dapat kembali seperti anak normal atau setidaknya dapat berkurang hiperaktifnya serta dapat berkomunikasi atau menjalin hubungan baik dengan orang-orang di lingkungannya. Prosesnya adalah dengan mendapatkan pendidikan, pengasuhan, dan penanganan secara khusus sejak dini atau dengan terapi. Terapi dilakukan secara intensif sehingga secara bertahap hiperaktivitasnya berkurang. Anak pun secara bertahap dapat membentuk huruf dan angka, berhitung sederhana, dan mengucapkan kata.

Rencana tindakan (action plan) yang dibuat, difokuskan pada bagaimana mengatasi masalah inattention pada anak hiperaktif. Sementara itu, evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran anak hiperaktif adalah evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan seketika pada saat proses kegiatan berlangsung dan evaluasi mingguan yang bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah atau orang tua di rumah.

1.2 MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut,

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pemerolehan bahasa dalam pembelajaran anak hiperaktif yang tidak fokus dalam kegiatan, tidak percaya diri, tidak menunjukkan hubungan positif dengan orang lain, dan tidak mampu berkomunikasi?

1.3 TujuanTujuan penelitian ini adalah pemerolehan

bahasa dalam pembelajaran anak hiperaktif agar lebih fokus dalam kegiatan, percaya diri, dapat berinteraksi, dan berkomunikasi dengan orang lain secara normal. Selain itu, anak dilatih agar fokus dalam suatu kegiatan, indikator: anak dapat fokus dalam rentang waktu 5—10 menit; meningkatkan kemampuan berkomunikasi, indikator: anak mampu mengucapkan kata-kata

Page 4: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

226

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233

yang dia maksud kepada orang lain; melatih anak untuk dapat berinteraksi dengan cara yang dapat dimengerti orang lain, indikator: anak memulai berkomunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan yang diharapkan.

1.4 Metode Metode pembelajaran yang digunakan

dalam pengajaran anak hiperaktif pada usia empat tahun ini adalah metode latihan keterampilan (dril) yang menggunakan media visual untuk memberikan gambaran konkrit tentang sesuatu sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang sesuatu tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan media visual mencakup identifikasi benda, mencocokkan (matching), identifikasi warna, identifikasi bentuk, identifikasi huruf, identifikasi angka dan identifikasi kata kerja. Pembelajaran ini bertujuan untuk membantu anak dalam generalisasi dan supaya anak menguasai berbagai konsep, seperti warna, ukuran, bentuk, arah, dan besaran.

Pemerolehan bahasa dalam penelitian ini dilakukan dengan penerapan kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak. Cara membelajarkannya adalah dengan mengambil satu gambar, meletakkan di atas meja di depan anak, dan beri perintah/instruksi sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam memberikan perintah/instruksi ini harus disampaikan dengan singkat, jelas dan konsisten, serta dengan suara lembut (cukup keras, tegas, dan bukan membentak) agar anak mudah memahami. Apabila dalam pembelajaran tahap pengenalan atau mengalami kesulitan, anak perlu diberikan bantuan/arahan. Jika setiap kali anak berhasil melakukan sesuatu dengan benar, berikan reinforce (hadiah/pujian/tepukan). Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Anak yang sudah mulai menguasai materi pelajaran/merespons dengan benar tidak perlu diberikan bantuan. Akan tetapi, anak yang sulit untuk diajarkan cukup diberi pujian atau hadiah untuk menarik minat mereka belajar.

2. Kerangka TeoriTeori behaviorisme dan kognitif dalam

kasus anak hiperaktif yang sulit memusatkan

perhatian mengacu pada pendapat Skinner (1957) tentang Operant Conditioning. Dalam teori behaviorisme dikatakan bahwa pemerolehan bahasa bersifat nurture, yakni pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. Menurut aliran ini, manusia dilahirkan dengan suatu tabula rasa, yaitu seperti kertas kosong tanpa apa pun. Kertas kosong ini kemudian diisi oleh alam sekitar kita, termasuk bahasanya. Jadi, pengetahuan apa pun yang diperoleh manusia semata-mata berasal dari lingkungannya.

Mukalel (2003:17) mengutip pandangan Skinner (1957) bahwa pemerolehan bahasa didasarkan pada pengondisian operan dan klasik. Klasifikasi perilaku respons operan berupa mand, tact, dan echoic. Istilah mand merupakan penamaan respons ketika anak diminta atau diperintah, seperti membuka pintu karena mendengar ketukan di pintu. Tanggapan anak yang benar diberi hadiah atau pujian. Istilah tact merupakan penamaan respons saat anak menamai beberapa objek atau kejadian di lingkungannya dan diperkuat dengan kegembiraan ibunya. Istilah echoic merupakan respons sebuah pengulangan yang ditiru oleh anak yang berasal dari ucapan orang dewasa, penguatan merupakan stimulasi diri. Respons ini lebih lanjut diperbaiki, dibentuk, dan dimodifikasi oleh ibu dan anggota keluarga lainnya melalui ucapan orang dewasa. Pemberian penguatan (rewarding) terhadap kebenaran respons akan membantu anak mengukuhkan dan mengembangkan respons verbal yang akurat.

Jamaris (2013:118) menyatakan bahwa Skinner (1904–1990) adalah seorang ahli psikologi perilaku terkenal dengan teori operant conditioning. Selanjutnya, dikatakan bahwa teori operant conditioning dilatarbelakangi bahwa makhluk hidup, yaitu manusia dan hewan selalu berada dalam proses operating (melakukan sesuatu) terhadap lingkungannya. Selama melakukan sesuatu terhadap lingkungannya, makhluk hidup menemukan stimulus khusus (reinforcing stimulus) atau stimulus pendorong. Stimulus ini dapat meningkatkan operant, yaitu perilaku yang terjadi beberapa saat setelah stimulus tampil. Oleh karena itu, operant conditioning berkaitan dengan perilaku yang diikuti oleh konsekuensi yang timbul dari perilaku yang ditampilkan.

Selanjutnya, Jamaris (2013:119)mengatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan reinforcing

Page 5: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

227

stimulus atau stimulus penguatan akan diulangi kembali pada masa yang akan datang. Pembentukan perilaku yang sesuai dengan apa yang diinginkan disebut dengan metode shaping. Selanjutnya, saat perilaku yang diinginkan ditampilkan, perlu dilakukan berbagai variasi penguatan atau reinforcement agar perilaku yang diinginkan terbentuk. Sebaliknya, diberi hukuman atau punishment saat seseorang tidak melakukan sesuai dengan yang diharapkan.

Piaget (1985) mengemukakan teori perkembangan kognitif. Tahap perkembangan kognitif terdiri atas empat tahap perkembangan. Keempat tahap perkembangan itu ialah fase sensormotor, fase praoperasional, fase operasional konkret, dan fase operasi formal. Jamaris (2013:27) menyatakan bahwa fase perkembangan kognitif ialah fase praoperasional (2–7 tahun). Pada akhir masa 2–7 tahun dalam kehidupan anak terjadi peningkatan kualitas kognitif yang disebut fase praoperasional. Fase tersebut merupakan fase kedua dalam perkembangan kognitif anak. Ciri utama fase ini berfikir simbolik, intuitif, egosentris, dan suka mendengarkan dongeng.

.

3. Hasil dan PembahasanRencana Tindakan (action plan) dalam

penelitian ini meliputi analisis kebutuhan (need analysis), asesmen awal, tenaga pengajar, tempat dan waktu, rencana intervensi, observasi dan pengamatan periodik, serta evaluasi keberhasilan. Analisis kebutuhan pada kasus anak hiperaktif pada usia empat tahun yang mengalami gangguan sulit memusatkan perhatian (inattention) perlu penanganan khusus. Kasus tersebut ditandai dengan tidak adanya eye contact (kontak mata), tidak mampu memahami tuturan saat berkomunikasi dengan

orang lain, sering kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi penuh, anak hanya mampu memusatkan perhatian pada suatu kegiatan dalam beberapa detik saja, kemudian anak sudah beralih melakukan kegiatan lain tanpa peduli dengan kegiatan sebelumnya.

Untuk itu, perlu ada penanganan khusus agar anak dapat lebih fokus dan tahan lama ketika anak melakukan suatu kegiatan. Adapun penanganan yang diperlukan adalah agar anak dapat lebih memusatkan perhatian dan mampu bertatap muka (eye contact) saat berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik pendekatan pengubahan perilaku (behavior modification) dengan ancangan behaviorisme dan kognitif. Dengan pendekatan itu diharapkan anak dapat lebih perhatian dan dapat berkomunikasi dengan orang lain secara normal.

Menurut Jamaris (2006), pada usia 3–4 tahun, anak telah memiliki kosakata sangat luas yang meliputi konsep-konsep: warna, bentuk, ukuran, kecantikan, peristiwa, perasaan, bau, rasa, teksture (kasar-halus), waktu, jarak, perbandingan suhu, dan kecepatan. Di samping itu, anak telah mampu mengintegrasikan berbagai kosakata dengan baik, seperti Kotak yang besar berwarna merah.

Asesmen awal dilakukan untuk mengetahui kondisi anak dari berbagai aspek yang berkaitan dengan pemahaman terhadap informasi yang didengar dan kemampuan mendengar, kemampuan berbicara, dan perilaku anak usia 4 tahun yang berada di ruang terapi (Jamaris, 2013:63–64). Penilaian awal dilakukan dalam bentuk dokumen Profil Hasil Asesmen Awal seperti berikut.

Profil Hasil Asesmen Awal Nama : Usia : Terapis : Pemahaman terhadap Informasi yang Didengar dan Kemampuan Mendengar A. Kemampuan melaksanakan perintah. Skor A _____ 1 2 3 4 B. Kemampuan mengikuti diskusi. B _____ 1 2 3 4 C. Kemampuan menyimpan informasi (mengingat). C _____ 1 2 3 4

Page 6: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

228

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233

D. Kemampuan memaknai kosakata. D _____ 1 2 3 4 Skor Total ______ Kemampuan Berbicara A. Kemampuan kosakata. Skor A ______ 1 2 3 4 B. Kemampuan mengingat kosakata. B ______ 1 2 3 4 C. Kemampuan merangkai kosakata. C ______ 1 2 3 4 D. Kemampuan merangkai kalimat. D ______ 1 2 3 4 Skor Total ______PerilakuA. Kemampuan pemusatan perhatian. Skor A ______ 1 2 3 4 B. Kemampuan menyesuaikan diri dalam situasi baru. B ______ 1 2 3 4 C. Kemampuan berinteraksi dengan orang lain. C ______ 1 2 3 4 D. Kemampuan menyelesaikan tugas. D ______ 1 2 3 4 Skor Total ______ Catatan: Skor 1 = sangat tidak baik, Skor 2 = tidak baik, Skor 3 = baik, dan Skor 4 = sangat baik

Berdasarkan asesmen tersebut, anak yang memiliki skor 2 atau di bawah 2 akan dimasukkan ke dalam program pemahaman terhadap informasi yang didengar dan kemampuan mendengar, kemampuan bicara, dan perilaku yang telah dirancang sebelumnya. Untuk anak yang memiliki skor 3 atau di atas 3, tidak perlu mengikuti kegiatan tersebut. Dalam kasus anak hiperaktif tersebut memiliki skor 2 sehingga perlu mengikuti program yang telah dirancang sebelumnya.

Tenaga pengajar yang diperlukan untuk menangani anak hiperaktif adalah terapis. Tempat modifikasi perilaku dilakukan di ruang terapi. Waktu pembelajaran setiap senin–jumat selama 6 minggu.

Rencana intervensi adalah menetapkan prosedur perubahan perilaku terdiri atas shaping dengan cara drill and practise, chaining, dan maintening behavior melalui reinforcement schedule (Jamaris, 2013:121). Tahap 1: Shapinga. Dilatih kefokusan anak dengan perlakuan

hangat dan sabar, tetapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat, coba

pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajak untuk duduk dan diam. Mintalah agar anak menatap mata Anda ketika bicara atau diajak berbicara. Berilah arahan dengan nada lembut. Setelah itu, anak diminta untuk mengidentifikasi benda dengan cara memilih benda yang disebutkan.

b. Konsistensi perlakuan jika anak telah betah untuk duduk lebih dari 1 menit, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik–titik yang mengenal bentuk angka atau huruf. Selanjutnya, anak diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Dapat pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan dan pengurangan. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10. Setelah itu, baru diperkenalkan konsep angka 0 dengan benar.

Tahap 2: Chaininga. Dibangkitkan kepercayaan diri anak

dengan teknik pengelolaan perilaku, yaitu penguat positif. Misalnya: memberikan

Page 7: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

229

pujian bila anak dapat merangkai huruf membentuk kata dengan tertib. Tujuannya untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.

b. Dikenali arah minatnya. Jika anak bergerak terus jangan panik, ikutkan saja dan catat baik-baik, ke mana sebenarnya tujuan keaktifan dari anak. Yang paling penting adalah mengenali bakat anak secara dini.

c. Diminta anak bicara. Anak hiperaktif cenderung susah berkomunikasi dan bersosialisasi. Oleh karena itu, bantulah anak dalam bersosialisasi agar ia mempelajari nilai–nilai apa saja yang diterima di kelompoknya.

Tahap 3: Maintening BehaviorDisediakan struktur kegiatan harian. Anak

disediakan daftar kegiatan harian yang berjalan dengan teratur menurut jadwal yang ditetapkan dan mengikuti serta melaksanakan kegiatan rutinnya itu. Kegiatan harian itu dilakukakan

anak dengan tertib, maka anak dihadiahi kata–kata pujian. Anak diberikan waktu untuk santai setelah bermain, terutama setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras. Periode sebelum tidur harus merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara televisi yang merangsang, permainan yang keras, dan jungkir balik.

Observasi dan pengamatan dilakukan selama 6 bulan. Pada tahap 1 anak mulai fokus dengan kegiatan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf. Selanjutnya, anak diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bisa pula mulai diberikan latihan berhitung dengan berbagai variasi penjumlahan dan pengurangan dalam waktu 2—5 menit. Pada tahap 2 anak mulai percaya diri. Pada tahap 3 anak mulai membiasakan diri dengan jadwal kegiatannya.

Berikut ini adalah silabus kegiatan selama intervensi.

a. Shaping Tujuan melatih kefokusan anak

Bulan pertama Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin—Jumat

Perkenalan umur , alamat, nama ayah dan ibu, kakak dan adik dengan melakukan kontak mata.

Gambar orang berkenalan

5 menit

Minggu II Senin—Jumat

Id e n t i f i k a s i benda

Anak dapat menunjukkan nama benda yang diminta

Gambar buah dan bentuk segitiga, lingkaran, segi empat.

5 menit

Minggu III Senin—Jumat

Mengenal ben-tuk huruf

Anak diminta menghubungkan titik-titik bentuk huruf

Gambar bentuk huruf dalam bentuk garis putus-putus.

5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

Mengenal ben-tuk angka

Anak diminta menghubungkan garis putus-putus bentuk angka

Gambar bentuk angka dalam bentuk garis putus-putus.

5 menit

Bulan Kedua Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin--Jumat

B e r h i t u n g sederhana

Anak diminta menghitung (1--10)

Gambar benda konkret, buah apel, jeruk, dan mangga

5 menit

Minggu II Senin—Jumat

B e r h i t u n g sederhana

Anak diminta menghitung dan menjumlahkan angka

Gambar bentuk segitiga, lingkaran, segi empat.

5 menit

Minggu III Senin—Jumat

B e r h i t u n g sederhana

Anak diminta menghitung dan mengurangkan angka

Bentuk konkret buah apel, jeruk, dan mangga

5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

B e r h i t u n g sederhana

Anak diminta menghitung, menjumlah, dan mengurangkan angka dengan bantuan benda nyata

Bentuk konkret segitiga, lingkaran, segi empat

5 menit

Page 8: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

230

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233

b. ChainingTujuan melatih percaya diri

Bulan Ketiga Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin—Jumat

Merangkai kata dengan dua huruf Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu II Senin—Jumat

Merangkai kata dengan tiga huruf Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu III Senin—Jumat

Merangkai kata dengan empat huruf

Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

Merangkai kata dengan lima huruf Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 60 menit

Bulan Keempat Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin—Jumat

Merangkai kata dengan enam huruf

Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu II Senin—Jumat

Merangkai kata dengan tujuh huruf

Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu III Senin—Jumat

Merangkai kata dengan delapan huruf

Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

Merangkai kata dengan Sembilan huruf

Anak diminta menyebut huruf yang dirangkai

Huruf 60 menit

c. MaintainingTujuan melatih komunikasi

Bulan Kelima Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata-kata

Kata 5 menit

Minggu II Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata-kata

Kata 5 menit

Minggu III Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata kerja

Kata kerja 5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata kerja

Kata kerja 5 menit

Bulan Keenam Materi Indikator Media Alokasi Waktu/Hari

Minggu I Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata benda

Kata benda 5 menit

Minggu II Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata benda

Kata benda 5 menit

Minggu III Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata benda dan kata kerja

Kata benda dan kata kerja

5 menit

Minggu IV Senin—Jumat

Mengucapkan kata-kata Anak diminta menyebut kata benda dan kata kerja

Kata benda dan kata kerja

5 menit

Evaluasi KeberhasilanBerikut adalah model asesmen perkembangan

kemampuan membangun kefokusan, percaya diri, dan berkomunikasi anak hiperaktif berusia 4

tahun. Perkembangan kemampuan anak tersebut dinilai berdasarkan skor berikut. Skor 1 = sangat tidak baik, Skor 2 = tidak baik, Skor 3 = baik, dan Skor 4 = sangat baik

Page 9: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

231

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan PertamaMinggu pertama

Senin–JumatMinggu KeduaSenin–Jumat

Minggu KetigaSenin–Jumat

Minggu KeempatSenin–Jumat

Fokus dengan kegiatan

Skor 1 (dalam waktu 1 menit)

Skor 1 (dalam waktu 1 menit)

Skor 2 (dalam waktu 2 menit)

Skor 2 (dalam waktu 2 menit)

Pada bulan pertama, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan sangat tidak baik. Sementara itu,

bulan pertama, minggu ketiga dan keempat, kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan tidak baik.

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan KeduaMinggu pertama

Senin-JumatMinggu Kedua

Senin-JumatMinggu Ketiga

Senin-JumatMinggu Keempat

Senin-Jumat Fokus dengan

kegiatanSkor2 (dalam waktu 2 menit)

Skor 2 (dalam waktu 2 menit)

Skor 3 (dalam waktu 3 menit)

Skor 3 (dalam waktu 3 menit)

Pada bulan kedua, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan tidak baik. Sementara itu, bulan kedua,

minggu ketiga dan keempat, kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan baik.

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan Ketiga

Minggu pertamaSenin-Jumat

Minggu KeduaSenin-Jumat

Minggu KetigaSenin-Jumat

Minggu KeempatSenin-Jumat

Percaya diri Skor 1 Skor 1 Skor 2 Skor 2

Pada bulan ketiga, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak untuk percaya diri sangat tidak baik. Sementara itu, bulan ketiga,

minggu ketiga dan keempat, kemampuan anak untuk percaya diri masih tidak baik.

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan KeempatMinggu pertama

Senin-JumatMinggu Kedua

Senin-JumatMinggu Ketiga

Senin-JumatMinggu Keeempat

Senin-Jumat Percaya diri Skor2 Skor 2 Skor 3 Skor 3

Pada bulan keempat, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak untuk percaya diri tidak baik. Sementara itu, bulan keempat,

minggu ketiga dan keempat, kemampuan anak untuk percaya diri baik.

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan KelimaMinggu pertama

Senin-JumatMinggu Kedua

Senin-JumatMinggu Ketiga

Senin-JumatMinggu Keempat

Senin-Jumat Berinisiatif

berinteraksi dan berkomunikasi

Skor 1 (dalam waktu 1 menit)

Skor 1 (dalam waktu 1 menit)

Skor 2 (dalam waktu 2 menit)

Skor 2 (dalam waktu 2 menit)

Pada bulan kelima, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak berinisiatif, berinteraksi, dan berkomunikasi sangat tidak baik. Sementara itu, bulan kelima, minggu

ketiga dan keempat, kemampuan anak untuk berinisiatif, berinteraksi, dan berkomunikasi masih tidak baik.

Perkembangan Kemampuan

Jadwal Kegiatan Bulan KeenamMinggu pertama

Senin-JumatMinggu Kedua

Senin-JumatMinggu Ketiga

Senin-JumatMinggu Keempat

Senin-Jumat Berinisiatif

berinteraksi dan berkomunikasi

Skor2 Skor 2 Skor 3 Skor 3

Page 10: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

232

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233

Pada bulan keenam, minggu pertama dan kedua, kemampuan anak berinisiatif, berinteraksi, dan berkomunikasi masih tidak baik. Sementara itu, bulan keenam, minggu ketiga dan keempat, kemampuan anak berinisiatif, berinteraksi, dan berkomunikasi sudah tampak baik.

Dengan demikian, kemampuan anak untuk fokus dengan kegiatan dalam waktu 3 menit sudah tampak baik walaupun belum mencapai kemampuan normal sangat baik. Kemampuan anak untuk percaya diri pun sudah tampak baik. Begitu pula, kemampuan anak berinisiatif, berinteraksi, dan berkomunikasi sudah tampak baik.

Pada tahap melatih kefokusan anak mulai dengan kegiatan cara memperkenalkan diri dengan menyebut nama (Adi; Ina), umur (4 tahun), alamat (Jalan Nuri Nomor 2), nama ayah (Iwan), nama ibu (Nuni), kakak (Ali), dan adik (Lia). Selanjutnya, anak dilatih mengidentifikasi benda (jeruk, apel, segitiga, lingkaran, segi empat). Anak dilatih menghubungkan titik-titik bentuk huruf ( a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z) dan bentuk angka (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10). Anak dilatih menghitung sederhana (1–10), kemudian menjumlahkan angka dan mengurangkan angka dengan bantuan benda.

Pada tahap melatih percaya diri anak diminta menyebut huruf yang dirangkai (2–9 huruf), misalnya kata aa, ua, air, pot, tas, meja, buku, bola, bunga, balon, gelas, pensil, sendok, lemari, sekolah, halaman, segitiga, televisi, matahari, dan pelabuhan. Sementara itu, pada tahap melatih komunikasi anak diminta mengucapkan kata benda dan kata kerja, misalnya, kata foto, susu, nasi, sayur, ikan, telur, daging, apel, mangga, melon, makan, minum, jalan, melihat, menulis, membaca, bermain, bekerja, dan berlari.

4. Penutup4.1 Simpulan

Hasil yang diharapkan setelah intervensi adalah (1) anak fokus dalam sebuah kegiatan, (2) anak sudah tampak percaya diri dan menunjukkan hubungan yang positif dengan orang lain, dan (3) anak mampu berkomunikasi dan memulai berinteraksi verbal dan nonverbal dengan orang lain. Dengan adanya terapi selama 6 bulan, kemampuan anak hiperaktif tersebut sudah memperlihatkan kemampuannya dalam ketiga hal tersebut meskipun belum mencapai kemampuan normal.

Pemerolehan bahasa anak hiperaktif berdasarkan latihan pada tahap pertama, yaitu perkenalan. Pada kegiatan ini anak dapat menyebut nama, umur, nama ayah, nama ibu, kakak, dan adik. Selanjutnya, anak dapat mengidentifikasi benda; anak mengenal bentuk huruf dan angka (1–10); berhitung sederhana, seperti penjumlahan dan pengurangan. Pada tahap kedua anak dapat menyebut huruf dan merangkai kata dengan 2–9 huruf . Pada tahap ketiga anak dapat mengucapkan kata-kata, seperti kata kerja dan kata benda. Dalam pemerolehan bahasa anak hiperaktif itu dapat ditunjukkan dengan kemampuannya berkomunikasi walaupun belum sempurna.

4.2 SaranUntuk membantu penyembuhan dan

secara bertahap hiperaktivitas seorang anak dapat berkurang, harus dilakukan terapi secara intensif. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara terapis dan orang tua dalam upaya untuk memantau perkembangan anak. Selain itu, diperlukan kesabaran dan penuh kasih sayang orang tua atau keluarga dengan tujuan dapat membiasakan anak berperilaku baik sehingga perilaku hiperaktifnya dapat dikendalikan.

Daftar Pustaka Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Press.Chomsky, Noam. 1957. Syntactic Structure. The Hague: Mouton.Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia. Dörnyei, Zoltan. 2008. The Psychology of the Language Learner: Individual Differences in Second

Language Acquisition. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.Field, John. 2004. Psycholinguistics The Key Concepts. London: Routledge.

Page 11: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

Wati Kurniawati: Pemerolehan Bahasa pada Anak Hiperaktif...

233

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Grasindo.

Jamari, Martini. 2013. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.Kusumawati, Eny. 2010. “Studi Kasus Perilaku Hiperaktif dan Faktor Penyebabnya pada Siswa Kelas

III SD Negeri Mranggen 05, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. https://digilib.uns.ac.id/...=/Studi-kasus-perilaku-hiperaktif-dan-fakt.... Diunduh tanggal 6 September 2017.

Maramis, WF.1994. Retardasi Mental dalam catatan Ilmu kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.

Mukalel, Joseph C. 2003. Psychology of Language Learning. New Delhi: Discovery Publishing Hause.

Piaget, Jean. 1985. The Equilibration of Cognitive Structures. Chicago: University of Chicago Press.Riyono, Ahdi dan Mardin Silalahi. 2014. “Pemerolehan Bahasa Pertama” Makalah Psikolinguistik dan

Pengajaran Bahasa. Jakarta: Program Doktor Pendidikan Bahasa, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Skinner, B.F. 1957. Verbal Behavior. New York: Appletom-Century-Crofts.Steinberg, Danny D. dkk. 2001. Psycholinguistic: Language, Mind, and World. Edisi Kedua. New

York: Routledge.Tylor, Insup dan M. Martin Tylor. 1990. Psycholinguistic Learning and Using Language. Englewood

Cliff: Prentice Hall, Inc.

Page 12: PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK HIPERAKTIF YANG SULIT

234

Metalingua, Vol. 15 No. 2, Desember 2017:223–233