metode pembelajaran pendidikan agama...

92
METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : RANTINI NIM: 053111213 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Upload: tranhanh

Post on 06-Feb-2018

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

METODE PEMBELAJARANPENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAGI ANAK TUNAGRAHITADI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN)

SEMARANG

SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar SarjanaDalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :

RANTININIM: 053111213

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2010

Page 2: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

ii

Page 3: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

iii

Page 4: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

iv

MOTTO

ãA$yJ ø9$#tbq ãZt6 ø9$#urèp uZƒ ΗÍo 4q uŠysø9$#$u‹ ÷R‘‰9$#(àM» uŠÉ)» t7 ø9$#uràM» ysÎ=» ¢Á9$#îŽö•yzy‰ZÏãy7În/ u‘$\/#uq rO

îŽö•yz urWx tBr&ÇÍÏÈ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalanyang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik

untuk menjadi harapan”.1

(QS. Al-Kahfi: 46)

Depag RI, Mushaf al-Qur an Terjemah, (Jakarta; Pena Pundi Aksara, 2002), hlm.146

Page 5: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

v

PERSEMBAHAN

KARYA SEDERHANA INI PENULIS PERSEMBAHKAN

KEPADA:

Kedua orangtuaku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang

dan pengorbanannya

Para guru PLB (Pendidikan Luar Biasa) yang telah mengajarkan

makna kehidupan kepada siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Ikhwah KAMMI Komisariat Walisongo, QOLBUN SALIM, FSMI,

dan FLP yang memberikan kontribusi untuk Dakwah Islam

Page 6: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

vi

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 10 Juni 2010

Deklarator

RANTININIM. 053111213

Page 7: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

vii

ABSTRAKSI

Rantini (053111213). Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagianak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN ) Semarang. Skripsi.Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN WalisongoSemarang, 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah metode yangdigunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita. (2) bagaimanakahpenerapan metode pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) bagi anaktunagrahita.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian kualitatifdengan menghadirkan format fakta-fakta faktual dan sifat populasi tertentu secarasistematis. Data-data penelitian ini menggunakan metode observasi, interview,dan dokumentasi. Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan metodedeskriptif analisis yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadianatau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual dalam suatu obyek padasaat penelitian dilaksanakan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalampembelajaran PAI bagi anak tunagrahita adalah metode ceramah, demonstrasi,diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan latihan/drill. Penerapan masing-masing metode pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita dilaksanakan dengancara diulang-ulang, baik mengulang penjelasan materi maupun mengulang teknikyang diajarkan. Siswa sering berbicara sendiri, oleh karena itu guru harus aktifberkomunikasi dengan siswa. Metode pembelajaran PAI digunakan dengan caraberselang-seling untuk menghindari kebosanan siswa dalam pembelajaran.Interaksi yang dijalin antara siswa dan guru cukup baik. Dengan demikian, prosespembelajaranpun berjalan dengan baik pula.

Hasil penelitian ini diharapkan proses pembelajaran PAI bagi siswatunagrahita tidak hanya menggunakan metode konvensional saja, tetapi jugamenggunakan inkonvensional, misalnya dengan menggunakan media visualseperti VCD untuk menunjukkan kepada siswa tata cara shalat dan wudhu.

Page 8: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

viii

KATA PENGANTAR

ÉO ó¡ Î0«!$#Ç`» uH÷q§•9$#ÉOŠÏm§•9$#

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat

serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat, dan para pengikut yang telah berjuang menunjukkan jalan kebenaran

kepada seluruh umat manusia.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini adalah berkat bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. H. Abdul Djamil, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Syamsul Ma'arif, M. Ag, selaku Wali Studi yang mempunyai peran besar

membimbing penulis selama menuntut ilmu di IAIN Walisongo Semarang.

4. Drs. Ahmad Sudja'i, M.Ag dan Ahwan Fanani, M.Ag yang telah bersedia

meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran dalam memberikan bimbingan dan

pengarahan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen pengajar Fakultas Tarbiyah yang telah membekali para mahasiswa ilmu

pengetahuan.

6. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan

pelayanan dengan baik.

7. Kedua orangtuaku tercinta, ananda ucapkan terimakasih atas do'a dan

pengorbanannya. Semoga Allah membalas segala jerih payah dan kebaikan

bapak dan ibu kepada ananda.

8. Drs. Ciptono, selaku kepala SLBN Semarang, Umar S.HI selaku guru PAI dan

Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, Aris Wibowo, S.Pd selaku guru SLBN

Page 9: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

ix

Semarang, Kuntjoro Hadi W, S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

terimakasih telah memberikan izin dan mengarahkan penulis selama penelitian

di SLBN Semarang.

9. Ikhwah Jaisyul Harokah, ukti Rina, ukhti Ulya, ukhti Anis, ukhti Septa, ukhti

Rizka, ukhti Rus, ukhti Toti, ukhti Laila, ukhti Rofiq, ukhti Indah, akh Ari,

akh Agus, akh Fahmi, akh Musta'in, akh Fauzan, akh Fauzan, akh Dibyo, dan

akh Kholis…syukron telah mengajarkan penulis arti pengorbanan,

persaudaraan, dan mendorong penulis supaya menjadi orang yang senantiasa

memperbaiki diri.

10. Ikhwah KAMMI Komisariat Walisongo: Al-Faruq ('03), Smart of Generation

Club (SGC '04), Jaisyul Harokah (05), Revolution of Islam (ROIS '06), Darul

Mukhoribin ('07), Jauharul Bilad ('08), Ruhul Jihad ('09). Semoga Allah

memudahkan dan melindungi antum dalam menggapai Ridho-Nya. Amiin.

11. Ikwah Qolbun Salim di asrama: al-Kautsar, al-Izzah, al-Qudwah, Isybillah, as-

Syaja'ah, al-Husna, al-Firdaus, ar-Rayyan, dan Darussalam, semoga dapat

mewujudkan Baiti Jannati. Amiin.

12. Ikhwah FLP (Forum Lingkar Pena) khususnya Zona Ngaliyan, semoga dapat

menggoreskan pena mulia untuk dakwah Islam.

13. Ustadz dan Ustadzah TPQ Baitussalam, Bu Latifah, bu Fifah, Bu Yuli, Bu

Tolhah, Bu Taslim, Bu Sattar, Bu Wid, Bu Sarwo, dan Pak Gholan,

terimakasih telah mengajarkan penulis arti kesabaran dan kesungguhan.

Parasantri Baitussalam semoga menjadi anak yang sholikh dan sholikhah,

berguuna bagi agama dan masyarakat.

14. Saudaraku di Green House, mbak Jay, mbak Sholihah, mbak Dewi, mbak

Aya, dik Sari, dik Iif, dan dik Anis. Terimakasih telah menerima kekurangan

yang penulis miliki dan telah memberikan dukungan kepada penulis selama

penyusunan skripsi. Semoga persaudaraan yang kita jalin Barokah. Amiin.

15. Para Sahabatku PAI B angkatan 2005, Alyah, mbak ida, mbak Fitri, ulis, eitik,

Sundari, Umas, Nasekha, dan para sahabat yang tidak bisa penulis sebutkan

satu persatu, terimakasih atas nasihat dan dukungannya selama penulis kuliah

Page 10: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

x

di IAIN Walisongo Semarang. Semoga kita semua dapat mewujudkan cita-cita

yang diharapkan. Amiin.

16. Tim PPL Nurul Islami: Iin aina, Mbak Nisa', Atin, Mukhlisin, Nasuka, Nur

Hadi, Naji'ullah, dan Subhan. Tim KKN Kaliputih 2009: Afri, Mbak Dewi,

Hani', Bp. Mahmudi, Bp. Ali Masyhar, Bu Ngesti, dan Bu Wati. Crew DPU

DT (Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid) dan Mahakarya DPU DT Periode

2008/2009 (Ukhti Rina, ukhti Rizka, Ukhti Sari, ukhti Nining, ukhti Titis, akh

Wahid, akh Samaji, dan akh Taufiq. Terimakasih telah membantu penulis

dalam menjalankan amanah, semoga kita dapat memanfaatkan ilmu yang telah

kita dapat dengan baik.

17. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala kebaikan saudara-saudaraku semua mendapat balasan yang

lebih baik dari Allah SWT. Amiiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari

semua pihak agar skripsi ini lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua terutama dapat memberikan kontribusi yang positif dalam mengajar siswa

ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dan lingkup pendidikan umum. Amiiin.

Semarang, 10 Juni 2010Penulis,

RANTININIM.053111213

Page 11: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii

PENGESAHAN PENGUJI ....................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi

DEKLARASI ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 4

D. Penegasan Istilah ............................................................. 4

E. Kajian Pustaka ................................................................. 6

F. Metode Penelitian ............................................................ 7

G. Sistematika Penulisan ...................................................... 9

BAB II METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI) BAGI ANAKTUNA GRAHITA

A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita .................................... 11

1. Pengertian .................................................................. 12

2. Karakteristik Anak Tunagrahita .................................. 14

3. Faktor Penyebab Tunagrahita ..................................... 16

4. Klasifikasi Anak Tunagrahita ..................................... 16

Page 12: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xii

5. Pendidikan bagi Anak Tunagrahita ............................. 18

B. Kajian Tentang Metode Pembelajaran PAI Bagi Anak

Tunagrahita ...................................................................... 22

1. Pengertian Metode Pembelajaran bagi Anak Tunagrahita 22

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita 23

3. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita ........ 27

4. Metode Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita ..... 33

BAB III PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN PAI BAGI

ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA

NEGERI (SLBN) SEMARANG

A. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang ........ 38

1. Selayang Pandang SLBN Semarang ........................... 38

2. Layanan Pendidikan SLBN Semarang ........................ 39

3. Visi dan Misi SLBN Semarang ................................. 39

4. Struktur Organisasi SLBN Semarang ......................... 40

5. Data Guru dan Karyawan ........................................... 42

6. Data Siswa SMP LB (Sekolah Menengah Luar Biasa)

Bagian C .................................................................... 42

7. Sarana dan Prasarana SLBN Semarang ...................... 44

8. Kurikulum .................................................................. 44

B. Metode Pembelajaran PAI Bagi Anak Tunagrahita di

Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang ................. 45

1. Demontrasi ................................................................. 46

2. Diskusi ....................................................................... 47

3. Tanya Jawab .............................................................. 48

4. Ceramah ..................................................................... 49

5. Pemberian Tugas ........................................................ 50

6. Metode Drill atau Latihan .......................................... 51

Page 13: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xiii

BAB IV ANALISIS PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK

TUNAGRAHITA DI SLBN SEMARANG

A. Kurikulum PAI bagi Anak Tunagrahita ............................ 55

B. Proses Penerapan Metode Pembelajaran PAI bagi Anak

Tunagrahita ...................................................................... 57

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ...................................................................... 66

B. Saran ................................................................................ 67

C. Penutup ............................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Model pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus ................... 33

2. Tabel 2 Struktur Organisasi SLB Negeri Semarang ............................. 41

3. Tabel 3 Data Siswa SMPLB SLBN Semarang………………………… 43

Page 15: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Bapak Umar, S.HI mengajar siswa tunagraita SMPLB

2. Bapak Umar, S.HI mengajari siswa tunagrahita dalam membaca dan

menulis

3. siswa tunagrahita SMPLB menulis di papan tulis

4. Hasil tulisan siswa tunagrahita SMPLB di papan tulis

5. Siswa tunagrahita SMPLB mengikuti pembelajaran

6. Wawancara penulis dengan Bapak Umar, S.HI

Page 16: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kurikulum PAI SMP LB-C SLB Negeri Semarang

2. Standar Isi SMPLB-C SLB Negeri Semarang

3. Silabus PAI SMPLB-C SLB Negeri Semarang

4. Data Guru dan Karyawan SMPLB-C SLB Negeri Semarang

5. Sarana dan Prasarana SLBN Semarang

6. Tata Tertib Siswa SLB Negeri Semarang

7. Tata Tertib Guru SLB Negeri Semarang

8. Denah SLB Negeri Semarang

9. Surat Riset dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

10. SK Riset dari SLB Negeri Semarang

11. Penunjukan Pembimbing Skripsi

12. SK Kegiatan KO Kurikuler

13. Transkip Keterangan KO Kurikuler

14. Surat Keterangan Bebas Kuliah

15. Piagam PASSKA 2005 IAIN Walisongo Semarang

16. Piagam PASSKA 2005 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang

17. Piagam KKN

18. Daftar Riwayat Hidup

Page 17: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

38

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

suatu ilmu. Pendidikan juga mempermudah seseorang menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitar. Selain sebagai kebutuhan, pendidikan

diselenggarakan dalam rangka menjalankan amanat pasal 31 ayat 1 yang

berbunyi “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”.2

Pada pasal di atas, ditegaskan bahwa pengajaran diberikan kepada

setiap warga negara. Pengajaran yang diberikan selain ilmu umum juga ilmu

agama. Ilmu pengetahuan umum misalnya science, ilmu moral, ilmu ecsact,

dan lain-lain. Ilmu pengetahuan umum diajarkan kepada anak supaya

memiliki pengetahuan tentang lingkungan sekitarnya. Ilmu agama diberikan

supaya anak memiliki akhlak mulia dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keyakinan,

pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah

SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara juga untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang

yang lebih tinggi.3 Tujuan pendidikan ini ditujukan kepada semua manusia,

tidak memandang orang tersebut normal maupun abnormal. Hal ini sesuai

dengan firman Allah dalam QS An-Nuur ayat 61.

}§øŠ©9 ’n? tã 4‘yJ ôã F{ $# Ól t• ym Ÿwur ’n? tã Æl t• ôã F{ $# Ól t• ym Ÿwur ’n? tã ÇÙƒ Ì• yJ ø9$# Ól t• ym Ÿwur

#’n? tã öN à6 Å¡ àÿRr& b r& (#q è=ä. ù' s? .Ï... (61)

2Tim Srikandi, UUD 45 dan Amandenmennya, (Surabaya: Tim Srikandi, 2010), hlm.39.3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.22.

Page 18: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

39

39

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orangpincang,tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimusendiri, makan (bersama-sama mereka)......4.

Atas dasar pandangan tersebut maka semua orang, baik normal

maupun tidak normal mempunyai hak yang sama dalam memperoleh

pendidikan. Bagi orang yang tidak normal, karena kelainan dan

kekurangannya maka mereka memerlukan bantuan yang lebih banyak dalam

menjalani kehidupan khususnya di bidang pendidikan. Sehingga mereka dapat

menunaikan kewajiban terhadap Allah SWT, masyarakat, dan dirinya sendiri.

Istilah berkelainan dalam percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai

sesuatu yang menyimpang dari rata-rata pada umumnya. Penyimpangan

tersebut mempunyai nilai lebih atau kurang.

Pendidikan bagi anak berkelainan atau luar biasa merupakan bagian

dari ilmu Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau sering disebut ortopedagogik.5

Pendidikan luar biasa (PLB) bukan merupakan pendidikan yang secara

keseluruhan berbeda dari pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang

diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa dari anak

lain pada umumnya, hendaknya dipandang untuk keperluan pembelajaran

(instruction). Hal ini berarti bahwa pemisahan anak luar biasa dari anak lain

pada umumnya hendaklah dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan

efisiensi pencapaian tujuan belajar yang terprogram, terkontrol, dan terukur

atau yang secara ringkas disebut tujuan instruksional khusus (Instructional

objectives).

Penelitian ini akan membahas tentang anak yang mempunyai kelainan

mental rendah atau tunagrahita. Klasifikasi tunagrahita ada tiga macam, yaitu

ringan, sedang, dan berat. Fokus penelitian ini adalah anak tunagrahita ringan.

Pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam

Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

4 Depag RI, Mushaf al-Qur an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), hlm 139.5 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar , (Jakarta: Rineka

Cipta, 2003), cet.2, hlm.19.

Page 19: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

40

40

32 di sebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

sosial ”.6 Ketetapan dalam undang-undang tersebut sangat berarti bagi anak

berkelainan, karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan

perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada

anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pembelajaran.

Seorang pendidik yang berkecimpung dalam dunia pembelajaran,

supaya proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien maka

penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai metode

penyampaian yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pendidik juga harus

memperhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Para pendidik harus

pandai memilih dan menggunakan metode yang akan digunakan.

Anak yang menyandang tunagrahita (terbelakang mental) tentu

memerlukan metode yang tepat agar materi pelajaran dapat diterima dengan

baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode dan penerapan

pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita. Oleh karena itu penulis mengangkat

judul penelitian “METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM (PAI) BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR

BIASA NEGERI (SLBN) SEMARANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut.

1. Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam (PAI) bagi anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN)

Semarang?

6 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara,2006), hlm.1.

Page 20: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

41

41

2. Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI) bagi anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN)

Semarang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita di

SLBN Semarang.

2. Penerapan metode pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita di SLBN

Semarang.

Sedangkan manfaat penelitian antara lain :

1. Dapat memberikan kontribusi dibidang pendidikan pada umumnya dan

pendidikan untuk siswa tunagrahita pada khususnya tentang pemberian

metode yang tepat dalam proses pembelajaran PAI.

2. Dapat memberikan pertimbangan bagi guru SLB, khususnya yang

mengajar siswa tunagrahita agar dapat menerapkan metode pembelajaran

yang tepat sehingga mata pelajaran dapat diterima oleh siswa dengan baik.

D. Penegasan Istilah

Agar mempermudah pemahaman terhadap skripsi tentang “Metode

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi Anak Tunagrahita di

Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN ) Semarang”, maka terlebih dahulu akan

dijelaskan istilah yang terdapat dalam judul skripsi, sehingga dapat

menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikannya.

1. Metode Pembelajaran PAI

Para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut :

a. Hasan Langgulung, mendefinisikan bahwa metode adalah cara ataujalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

b. Ab. al–Rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalahcara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

Page 21: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

42

42

c. Al-Ahrasy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang kitaikuti untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentangsegala macam metode dalam berbagai pelajaran.7

Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang

baru. Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.8

Sedangkan Gagne mendefinisikan instruction is a set of event that effect

learners in such as a way that learning is facilitated.9 Jadi metode

pembelajaran adalah suatu cara yang dirancang untuk membantu siswa

dalam mempelajari suatu kemampuan atau nilai untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Menurut Achmadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang

lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan

subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam.10

Ramayulis berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah

upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak

mulia, mengamalkan ajaran Islam, dan sumber utamanya kitab suci al-

Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman.11

Jadi metode pembelajaran PAI adalah suatu cara yang dirancang

untuk membantu siswa dalam mempelajari suatu kemampuan atau nilai

agar dapat mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa,

berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam, dan sumber utamanya kitab

7 Ramayulis, Op.Cit., hlm.3.8 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: IKAPI, 2003), hlm.61-62.9Wina Sanjana, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia), hlm 274.10 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.29.11 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2001), hlm.21

Page 22: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

43

43

suci al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

latihan, serta penggunaan pengalaman untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Anak Tunagrahita

Pemakaian kata "anak" dalam skripsi adalah siswa yang belajar di

suatu lembaga pendidikan. Dalam penelitian ini, pemakaian kata "anak"

dan "siswa" adalah sama maknanya, yaitu siswa yang belajar dalam suatu

lembaga pendidikan.

Sutjihati Somantri, mendefinisikan anak tunagrahita adalah anak

yang mempunyai kemampuan dibawah rata-rata.12 Nur’aeni

mendefinisikan anak tunagrahita adalah seseorang yang memiliki

kemampuan intelektual/IQ dan keterampilan penyesuaian dibawah rata-

rata teman seusianya.13 Bagian C adalah penyebutan untuk kelompok anak

terbelakang mental.14 Anak tunagrahita yang dimaksud adalah siswa

SLBN Semarang yang menyandang tunagrahita ringan atau anak

tunagrahita mampu didik.

3. Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang

Sekolah Luar Biasa adalah sekolah yang mengajar anak-anak

berkelainan, mulai dari tunarungu, tunanetra, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, dan autis. Yang diteliti oleh penulis adalah anak-anak yang

menyandang tunagrahita. di SLBN Semarang yang terletak di Jl. Elang

Raya no. 2 Ketileng Semarang. Untuk selanjutnya Sekolah Luar Biasa

akan ditulis dengan SLB.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini diperoleh dari buku pedoman yang berisi bahan

kajian yang relevan dengan permasalahan yang penulis teliti saat ini.

Penelusuran pustaka dimaksudkan untuk mempertajam metodologi,

12 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Aditama, 2008),hlm.102.

13 Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi anak Bermasalah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm105.

14 Sapariadi,et.al., Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta: BalaiPustaka, 1982), hlm.46.

Page 23: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

44

44

memperkuat kajian teoritis dan memperoleh informasi terkait dengan

penelitian yang dilakukan.15 Berikut ini dipaparkan beberapa buku yang

dipakai sebagai buku panduan yang relevan dengan skripsi penulis.

1. Bandi Delphie, "Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus", Bandung:

Refika Aditama, 2006. Berisi tentang karakteristik ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus), yang didalamnya adalah anak tunagrahita. Buku

ini juga membahas tentang perspektif psikopedagogi anak tunagrahita

dengan upaya iontervensi dalam pendidikan. Dalam psikopedagodis anak

tunagrahita, interaksi anak terhadap lingkungannya dihadapkan pada tiga

dimensi utama, yaitu kemampuan, lingkungan, dan kebutuhan. Buku ini

juga membahas mengenai model IEP (Individualized Educational

Program) sebagai model pembelajaran individual bagi anak tunagrahita

dengan memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.16

2. Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.

Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Buku ini membahas tentang seluk beluk

anak berkelainan, mulai dari tuna netra, tunarung, tunagrahita, tunadaksa,

dan tuna laras. Dalam buku ini, pembahasan tentang anak tunagrahita

adalah pengertian, klasifikasi, etiologi, dampak ketunagrahitaan,

kemampuan berbahasa, dan hambatan kognitif anak tunagrahita.17

3. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,

2005. Buku ini membahas tentang metode-metode pembelajaran PAI:

ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, demonstrasi, eksperimen,

sosiodrama, kerja kelompok, pemecahan masalah, dan simulasi. Masing-

masing metode disertai langkah-langkah penerapannya dalam proses

pembelajaran serta kelebihan dan kelemahannya.18

15 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.105.16 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung: Refika Aditama,

2006), hlm. 141-15817 Mohammad Efendi, Op.Cit, hlm. 87-110.18 Ramayulis, Op.Cit, hlm.45-77.

Page 24: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

45

45

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan untuk menemukan, mengembangkan

atau mengkaji suatu pengetahuan. Oleh Karena itu penelitian harus di

laksanakan secara sistematis dan rasional.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu penelitian

kualitatif yang berusaha memberikan dengan sistematis format fakta-fakta

aktual dan sifat populasi tertentu.19 Penelitian ini untuk memperoleh fakta-

fakta atau peristiwa yang terjadi khususnya metode pembelajaran PAI

yang digunakan dalam pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita tingkat

SMPLB C di SLBN Semarang sekaligus penerapannya.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLBN Semarang yang berlokasi di

Jl. Elang Raya No.2 Ketileng Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan

pada tanggal 16 Februari-2 April 2010.

3. Fokus Penelitian

Spradley menyatakan bahwa A focused refer to a single a

cultural domain or a view related domains .20 Maksudnya adalah fokus

itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan

situasi sosial (lapangan). Fokus penelitian ini adalah metode pembelajaran

PAI dan penerapannya yang siswanya adalah penyandang tunagrahita

ringan tingkat SMPLB.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan, KBM, dan

dokumentasi. Informan dalam penelitian ini adalah guru PAI dan wakil

kepala kurikulum. Sumber data dari KBM adalah digunakan untuk

mengetahui metode pembelajaran PAI dan penerapannya bagi siswa

tunagrahita. Sumber data dari dokumentasi untuk mendapatkan data

19 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.1.20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, di kutip dari Spradley,

(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 208-209.

Page 25: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

46

46

tentang visi misi SLBN Semarang, data siswa tunagrahita, data guru,

kurikulum, dan sarana prasarana yang tersedia di SLBN Semarang.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.21 Dalam penelitian

kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Peneliti

sebagai instrumen meliputi pemahaman tentang metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan tentang anak tunagrahita, dan pemahaman

terhadap metode pembelajaran PAI.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Dalam proses pengumpulan data, salah satu metode yang

digunakan adalah observasi. Observasi adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara

langsung ataupun tidak langsung.22 Kegiatan observasi ini penulis

gunakan untuk memperoleh metode pembelajaran PAI bagi anak

tunagrahita dan penerapannya. Penulis melakukan pengamatan secara

langsung ke lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dari terwawancara.23 Wawancara ini

dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran PAI bagi anak

tunagrahita dan penerapannya, kurikulum yang digunakan dan prinsip-

prinsip pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita ringan. Wawancara

dilakukan dengan stake holder SLBN Semarang yang meliputi kepala

21 Ibid, hlm.34.22 Mohamad Ali, Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi (Bandung: Angkasa, 1987),

hlm. 9123 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta), ed., VI, hlm.155.,

Page 26: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

47

47

sekolah, guru PAI SMPLB, wakil kepala kurikulum, dan wakil kepala

kesiswaan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam

mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat-surat

pengumuman, pernyataan tertulis tentang kebijakan tertentu, dan

bahan-bahan tertulis lainnya.24 Metode ini digunakan untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan SLBN Semarang, seperti

struktur organisasi, data guru dan karyawan, data siswa, kurikulum,

dan lain sebagainya.

7. Validasi Data

Validasi data kualitatif menunjukkan sejauh mana tingkat

interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang

sesuai antara partisipan dengan peneliti.25 Validasi data dalam penelitian

ini menggunakan strategi multi metode, dengan memadukan beberapa

teknik penelitian pengumpulan data seperti wawancara, observasi, studi

dokumentasi, dan sumber (kepala sekolah, guru PAI, siswa, dan Waka

Kurikulum) dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi).

8. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Dalam hal ini, penulis menggunakan analisis data kualitatif, yang

mana data dianalisis dengan metode deskriptif analisis, yaitu dengan

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi saat

sekarang atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual

sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

24 Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2006), hlm. 225.

25 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2007), hlm. 99.

Page 27: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

48

48

BAB II

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI) BAGI ANAK TUNAGRAHITA

A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita

1. Pengertian

Sebelum menuju pembahasan tentang tunagrahita, akan dijelaskan

terlebih dahulu tentang anak berkelainan. Istilah berkelainan, dalam

percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai sesuatu yang menyimpang

dari rata-rata umumnya. Penyimpangan tersebut mempunyai nilai lebih

atau kurang, baik dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku

sosialnya.

Anak yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik,

meliputi kelainan indera penglihatan (tunanetra), indera pendengaran

(tunarungu), kelainan kemampuan bicara (tunawicara), dan kelainan fungsi

anggota tubuh (tunadaksa). Kelainan dalam aspek mental meliputi

tunagrahita dan anak jenius. Anak yang memiliki kelainan dalam aspek

sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan

perilakunya terhadap lingkungan sekitarnya. Anak yang termasuk dalam

kelompok ini dikenal dengan sebutan tuna laras.26

Penelitian ini akan membahas siswa tunagrahita ringan. Penyebab

terjadinya kelainan pada seseorang sangat beragam jenisnya, namun secara

umum dilihat dari masa terjadinya kelainan itu sendiri dapat

diklasifikasikan menjadi: sebelum kelahiran (prenatal), pada saat

kelahiran, (neonatal), dan setelah kelahiran (postnatal).

a. PrenatalPrenatal yaitu masa dimana anak masih berada dalam

kandungan yang diketahui telah memiliki ketunaan (kelainan).Kelainan yang terjadi pada masa prenatal berdasarkanperiodisasinya dapat terjadi pada periode embrio, periode janin

26 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: BumiAksara, 2008), hlm.3.

Page 28: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

49

49

muda, dan periode janin aktini (arkanda,1984). Periode embriodimulai sejak saat pembuahan sampai kandungan berumur 3bulan, periode janin muda berlangsung antara 3-6 bulan, danperiode janin aktini berlangsung antara 6-9 bulan.

Faktor lain yang mempengaruhi kelainan anak padamasa prenatal ini antara lain penyakit kronis, diabetes, anemia,kanker, kurang gizi, obat-obatan, dan bahan kimia lain yangberinteraksi dengan ibu anak semasa hamil.

b. NeonatalNeonatal yaitu masa dimana kelainan itu terjadi pada

saat bayi dilahirkan. Ada beberapa sebab kelainan saat anakdilahirkan, antara lain anak lahir sebelum waktunya(prematurity), lahir dengan bantuan alat (tap verlossing), posisibayi tidak normal, atau karena kesehatan bayi yangbersangkutan.

c. PostnatalPostnatal yaitu masa dimana kelainan itu terjadi setelah

bayi dilahirkan, atau saat anak dalam masa perkembangan. Adabeberapa sebab kelainan setelah anak dilahirkan, antara laininfeksi, luka, bahan kimia, dan lain-lain.27

Mental dan kecerdasan bagi manusia sangat penting. Dengan bekal

mental/kecerdasan yang memadai, dinamika hidup menjadi lebih indah

dan harmonis, sebab melalui kecerdasan mental, manusia dapat

merencanakan atau memikirkan hal-hal yang bermanfaat dan

menyenangkan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Selama

manusia beraktifitas, ia akan melibatkan mental sebagai pengendali

motoriknya. Gangguan mental terdapat pada seseorang, berarti ia telah

kehilangan sebagian besar kemampuan untuk mengabstraksi peristiwa

yang ada di lingkungannya secara akurat. Tingkat intelegensi orang

tersebut berada dibawah rata-rata dan disebut dengan anak tunagrahita.

Dalam kepustakaan bahasa asing, tunagrahita disebut dengan

istilah mental retardation, mental deficiency, mental defective dan lain-

lain. Dalam bahasa Indonesia, istilah tunagrahita disebut juga terbelakang

mental atau hendaya perkembangan.

27 Ibid, hlm.12-13

Page 29: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

50

50

Pengertian tunagrahita menurut beberapa ahli antara lain :

a. Bandi Delphie mendefinisikan anak dengan hendaya perkembangan

(tunagrahita) adalah anak yang memiliki problema belajar yang

disebabkan adanya hambatan perkembangan inteligensi, mental,

emosi, sosial, dan fisik.28

b. Mohammad Effendy mendefinisikan tunagrahita adalah seseorang

yang memiliki kecerdasan mental dibawah normal.

c. Bratanata, mendefinisikan tunagrahita adalah seseorang memiliki

kecerdasan sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk

meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan

spesifik, termasuk dalam program pendidikan.

d. AAMD (The American Association on Mental Deficiency)

mendefinisikan tunagrahita adalah seseorang yang memiliki

kecerdasan dibawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian

sosial dalam setiap fase perkembangannya.29

e. Nur’aeni, mendefinisikan tunagrahita adalah mereka yang memiliki

kemampuan intelektual dibawah rata-rata teman seusianya.30

f. Sutjihati Somantri, berpendapat bahwa tunagrahita adalah istilah yang

digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan

intelektual dibawah rata-rata.31

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tunagrahita adalah

seseorang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata,

sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan dari

orang lain dan layanan khusus.

Penafsiran yang salah seringkali terjadi di masyarakat awam bahwa

keadaan kelainan mental tunagrahita dianggap seperti suatu penyakit

sehingga dengan memasukkan ke lembaga pendidikan atau perawatan

28 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Tunagrahita (Bandung: Refika Aditama, 2006),hlm. 2.

29 Mohammad Efendi, op.cit., hlm.88-89.30 Nur’aeni, Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah (Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 105.31 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama), hlm. 102.

Page 30: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

51

51

khusus, anak tunagrahita tidak ada hubungannya dengan penyakit atau

sama dengan penyakit.

Rendahnya kapabilitas mental pada anak tunagrahita akan

berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menjalankan fungsi-fungsi

sosial. keterbatasan daya fikir yang dimiliki anak tunagrahita membuat

mereka kesulitan menjalani aktifitas sehari-hari dengan kemampuannya

sendiri. Mereka membutuhkan dukungan yang lebih dari orang tua dan

lingkungannya agar bisa hidup mandiri. Oleh karena itu, anak tunagrahita

membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan

mereka.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita

Tunagrahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana

perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak

mencapai tahap perkembangan yang optimal. Karakteristik anak

tunagrahita menurut Sutjihati Somantri adalah:

a. Keterbatasan Inteligensi

Inteligensi merupakan kemampuan untuk mempelajari

informasi dan ketrampilan-ketrampilan menyesuaikan diri dengan

masalah-masalah dan situasi-situasi kehidupan baru, belajar dari

pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara

kritis, menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan-

kesulitan, dan kemampuan untuk merencanakan masa depan. Anak

tunagrahita memiliki kekurangan dalam hal tersebut. Kapasitas belajar

anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak seperti menulis,

berhitung, dan membaca juga sangat terbatas.

b. Keterbatasan Sosial

Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita

juga memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dan bergaul di

masyarakat. Oleh karena itu mereka memerlukan bantuan dari orang

lain untuk membantu mereka berinteraksi dengan lingkungan.

Page 31: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

52

52

Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang lebih

muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak

mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga

mereka harus selalu dibimbing dan diawasi. Mereka juga mudah

dipengaruhi dan cenderung melakukan sesuatu tanpa memikirkan

akibatnya.

c. Keterbatasan Fungsi Mental

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk

menyelesaikan reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Mereka

memperlihatkan reaksi terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin

dan secara konsisten dialaminya dari hari ke hari. Anak tunagrahita

tidak dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu

yang lama.32

Anak tunagrahita juga memiliki keterbatasan dalam penguasaan

bahasa. Mereka bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi

pusat pengolahan (perbendaharaan kata) yang kurang berfungsi

sebagaimana mestinya. Karena alasan itu mereka membutuhkan kata-kata

konkret yang sering didengarnya. Persamaan dan perbedaan harus

ditujukan secara berulang-ulang. Latihan-latihan sederhana seperti

mengajarkan konsep besar dan kecil, keras dan lemah, perlu menggunakan

pendekatan yang konkrit. Selain itu mereka juga kurang mampu untuk

mempertimbangkan sesuatu, membedakan yang baik dan yang buruk.

Nur’aeni berpendapat bahwa karakteristik anak tunagrahita antara

lain:

a. Perkembangan senantiasa tertinggal dibanding teman sebayanya

b. Tidak mampu mengubah cara hidupnya, ia cenderung rutin. Jika terjadi

hal baru di lingkungannya, ia menjadi bingung dan risau.

c. Perhatiannya tidak dapat bertahan lama, amat singkat.

d. Kemampuan berbahasa dan berkomunikasinya terbatas, umumnya

anak gagap.

32 Ibid, hlm. 106

Page 32: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

53

53

e. Sering tidak mampu menolong diri sendiri.

f. Motif belajarnya rendah sekali.

g. Irama perkembangannya tidak rapi, suatu saat meningkat tinggi, tapi

saat yang lain menurun drastis.

h. Tidak peduli pada lingkungan.33

3. Faktor Penyebab Tunagrahita

Faktor penyebab tunagrahita dilihat dari sisi pertumbuhan dan

perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenport, dapat

dirinci sebagai berikut:

a. Kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma.

b. Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan plasma.

c. Dikaitkan dengan implantasi

d. Timbul dalam embrio

e. Timbul dari luka saat kelahiran

f. Timbul dalam janin

4. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Para Psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita

mengarah kepada indeks mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat

pada angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 di kategorikan idiot, IQ

25-50 dikategorikan imbesil, IQ 50-75 dikategorikan debil.

Bagi seorang pedagog, dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita

didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak.

Dari penilaian tersebut, dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita

mampu didik (debil), anak tunagrahita mampu latih (imbecil), dan anak

tunagrahita mampu rawat (idiot).

a. Anak tunagrahita mampu didik (debil)

Debil adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti

program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang

33 Nur’aeni., op.cit., hlm.108.

Page 33: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

54

54

dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak

maksimal.

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita

mampu didik antara lain :

1) Membaca, menulis, berhitung.

2) Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.

3) Ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian

hari

Jadi, debil tergolong anak tunagrahita yang dapat dididik dalam

bidang-bidang akademis, sosial dan pekerjaan walaupun hasilnya tidak

maksimal.

b. Anak tunagrahita mampu latih (Imbecil)

Imbesil adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan

sedemikian rendahnya sehingga tidak bisa mengikuti program yang

diperuntukkan bagi anak debil.

Kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang dapat di

berdayakan antara lain :

1) Belajar mengurus diri sendiri, misalnya makan, minum,

berpakaian, tidur, dan lain-lain.

2) Belajar menyesuaikan diri dilingkungan rumah dan sekitarnya.

3) Mempelajari kegunaan ekonomi di rumah, di bengkel kerja, atau di

lembaga khusus.34

Anak imbecil disebut juga anak tunagrahita ringan, mereka

adalah penyandang down syndrome, disebut mongoloid. Ciri-cirinya

kepala kecil, mata sipit seperti orang Mongolia, gendut, pendek,

hidung pesek. Penyebabnya karena keturunan, kerusakan otak, infeksi.

Infeksi dapat terjadi pada ibu hamil, seperti rubela, herpes, sipilis.

Infeksi yang menimbulkan kerusakan otak anak dapat juga timbul

34 Efendi, op.cit., hlm.90-106.

Page 34: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

55

55

akibat bayi yang baru lahir itu adalah meningitis, ecephalitis,

hydrocephalus, microcephalus.35

c. Anak tunagrahita mampu rawat (Idiot)

Idiot adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat

rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi.

Patton berpendapat bahwa anak tunagrahita mampu rawat adalah anak

tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang

hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain

(totally dependent).36

5. Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita

Syekh Musthofa al-Ghulayani, dalam kitabnya Idhatun Nasyi in

mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

:

”Pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia pada jiwaanak dan menyiraminya dengan bimbingan dan nasihat, sehinggamenjadi memiliki kepribadian kemudian buahnya menjadikeutamaan dan kebaikan serta senang terhadap segala tindakanuntuk manfaat tanah air”37

Pendidikan Agama Islam dilaksanakan supaya peserta didik

memiliki akhlak mulia dan kehadirannya dapat memberi manfaat terhadap

lingkungan sekitarnya. Hal ini tidak mustahil jika diterapkan kepada anak

tunagrahita, walaupun kemampuan intelektualnya terbatas.

Ruang lingkup materi PAI juga sama dengan siswa normal, yaitu:

1) al-Qur'an dan Hadits

2) Aqidah

3) Akhlak

35 Nur’aeni, op.cit., hlm. 10736 Mohammad Efendi, op.cit hlm. 90-9137 Syekh Musthofa al-Ghulayani, Idhatun Nasyi in, (Beirut: al-Maktabah al’Ashriyah,

1953), hlm.185

Page 35: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

56

56

4) Fiqih

5) Tarikh dan Kebudayaan Islam.38

Ruang lingkup materi PAI untuk siswa tunagrahita sama dengan

siswa normal, akan tetapi kedalaman materinya berbeda. Misalnya dalam

standar kompetensi, siswa normal dapat menjelaskan bacaan nun mati atau

tanwin, maka standar kompetensi bagi siswa tunagrahita disederhanakan

dengan siswa dapat menerapkan bacaan nun mati atau tanwin. Jadi

penekanannya adalah siswa dapat menerapkan materi pelajaran.

Kemampuan berfikir siswa yang sangat terbatas, membuat siswa sulit

menjelaskan informasi yang telah diperolehnya.

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan ditetapkan

dalam undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional pasal 32 disebutkan bahwa: ”Pendidikan khusus menerapkan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.39

Ketetapan dalam Undang-undang tersebut bagi anak berkelainan (tidak

terkecuali anak tunagrahita), sangat berarti karena memberi landasan yang

kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama

sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal

pendidikan.

Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak

tunagrahita untuk memperoleh pendidikan, berarti memperkecil

kesenjangan pendidikan anak normal dengan anak tunagrahita. Selain itu,

agar keberadaan anak tunagrahita di komunitas anak normal tidak semakin

terpuruk.

Oleh karena itu, pendidikan bagi anak tunagrahita pada khususnya

dan anak berkelainan pada umumnya harus diselenggarakan.

Penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkelainan diklasifikasikan

38 Kurikulum PAI SMPLB-C, (Semarang: SLB Negeri Semarang), hlm. 639 Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan pemerintah RI,

tentang Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), hlm. 21.

Page 36: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

57

57

berdasarkan bentuk kelainan yang dimiliki. Klasifikasi pendidikan bagi

anak berkelainan adalah sebagai berikut:

a. SLB A untuk kelompok anak tunanetra

b. SLB B untuk kelompok anak tunarungu

c. SLB C untuk kelompok anak tunagrahita

d. SLB D untuk kelompok anak tunadaksa

e. SLB E untuk kelompok anak tunalaras

f. SLB F untuk kelompok anak dengan kemampuan di atas rata-

rata/superior

g. SLB G untuk kelompok anak tunaganda .40

Landasan yang mendasari perlunya pendidikan bagi anak

tunagrahita, yaitu landasan religius, landasan yuridis, dan landasan

paedagogis.

a. Landasan Religius

1. Kodrat Manusia

Secara kodrati manusia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a) Manusia dilahirkan dalam keadaan yang lemah

b) Tiada manusia yang sempurna

c) Manusia sebagai makhluk individu

2. Kewajiban Sebagai Umat Beragama

Setiap umat beragama, apapun agama yang dianut,

berkewajiban untuk saling tolong menolong dan berbuat kebaikan

terhadap sesama manusia. Dalam surat An-Nuur ayat 61 Allah

berfirman:

}§øŠ©9’n? tã4‘yJ ôã F{ $#Ól t• ymŸwur’n? tãÆl t•ôã F{ $#Ól t• ymŸwur’n? tãÇÙƒ Ì• yJ ø9$#

Ól t• ymŸwur#’n? tãöN à6 Å¡ àÿRr&b r&(#q è=ä. ù' s?...

“Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orangpincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimusendiri, makan (bersama-sama mereka).......”.41

40 Mohammad Efendi, op.cit., hlm 31.

Page 37: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

58

58

Atas dasar pandangan tersebut, maka anak tunagrahita

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk mendapatkan

sesuatu yang diperlukan. Pendidikan sangat diperlukan anak

tunagrahita. Pendidikan harus memberikan bantuan lebih banyak

bagi mereka mengingat hambatan dan kekurangan mereka miliki.

Hal ini dilakukan supaya mereka dapat mengembangkan potensi

pribadinya secara optimal sehingga mereka dapat menunaikan

kewajiban terhadap Allah SWT, masyarakat dan kepada dirinya

sendiri.

b. Landasan Yuridis

Landasan yuridis adalah landasan yang berdasarkan hukum dan

perundang-undangan yang berlaku. Landasan yuridis Pendidikan

agama di Indonesia terdapat dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003

tentang Sisdiknas pasal 30 ayat 1 berbunyi ”Pendidikan keagamaan di

selenggarakan oleh pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari

pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.42

Dalam PP RI NO.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 7 ayat 1 berbunyi : ”Kelompok mata pelajaran agama

dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/

Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/ MAK atau bentuk lain

yang sederajat dapat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan”.43

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan anak didik di dalam dan

diluar sekolah. Hambatan dan gangguan secara teknik edukatif anak

berkelainan memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus, karena

41 Depag RI, Mushaf al-Qur an Terjemah, (Jakarta; Pena Pundi Aksara, 2002), hlm. 359.42 Direktorat Jendral Pendidikan Islam, op.cit, hlm 2143 Standar Nasional Pendidikan, PPRI NO 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan

Nasional, (Jakarta: LekDis, 2005), hlm 16

Page 38: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

59

59

sekolah-sekolah umum tidak dapat memberikan pendidikan yang

efektif bagi mereka. Faktor pendidikan memegang peranan penting

pada anak tunagrahita untuk mengembangkan potensi dan bakat yang

mereka miliki. Pendidikan agama Islam harus di ajarkan kepada anak

tunagrahita. 44

B. Kajian Tentang Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Anak Tunagrahita

1. Pengertian Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi

Anak Tunagrahita.

Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan

pendidikan. Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang

baru. Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan pembelajaran adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta

didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber

belajar.45 Jadi metode pembelajaran adalah suatu cara yang dirancang

untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan atau nilai

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati,

mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama dari

sumber utamanya al-Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan,

pembelajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Anak tunagrahita

adalah anak yang mempunyai kecerdasan intelektual dibawah rata-rata.

Jadi metode pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita adalah suatu cara

menyajikan bahan pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) kepada

peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata

44 Sapariadi, dkk, Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan (Jakarta: BalaiPustaka, 1982), hlm. 25-26.

45 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna pembelajaran, (Bandung: IKAPI, 2003), hlm.61-62.

Page 39: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

60

60

supaya mengimani dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi

manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

2. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita

Siswa tunagrahita mempunyai permasalahan yang majemuk dan

komplek dalam proses pembelajaran. Pembelajaran PAI hendaknya

menyesuaikan dengan karakteristik dan spesifikasi kemampuan siswa.

Penyesuaian tersebut baik dari segi mental, sosial, fisik, intelegensi

kemampuan motorik dan psikososialnya. Adapun prinsip-prinsip

pembelajaran bagi siswa tunagrahita dibagi menjadi prinsip-prinsip umum

dan prinsip-prinsip khusus.

a. Prinsip-Prinsip Umum

1) Prinsip Kasih Sayang.

Setiap proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan

dasar kasih sayang, sifat kasih sayang merupakan prinsip dasar.

Prinsip kasih sayang ini diartikan sebagai pemberian perhatian

secara tulus-ikhlas oleh guru kepada para siswanya, yaitu

menyangkut kesediaan pendidik untuk berbahasa lemah lembut,

berperangai sabar dan tidak mudah marah, suka memaafkan, rela

berkorban, bertindak sportif, memberi contoh prilaku yang positif,

ramah, supel terhadap para siswanya.

Pemberian kasih sayang kepada siswa tunagrahita

merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian siswa dalam

proses pembelajaran. Dengan sikap tersebut diharapkan siswa

tertarik dan memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru, sehingga

akan menumbuhkan rasa percaya diri. Misalnya ketika siswa yang

memiliki perilaku malas, cengeng, usil, suka mengganggu teman,

kurang percaya diri, sulit bersosialisasi, mudah putus asa dan lain-

lain, maka tindakan guru adalah dengan memberikan perhatian dan

kasih sayang. Guru hendaknya memberikan permainan edukatif

yang bisa menghentikan perilaku negatif tersebut.

Page 40: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

61

61

2) Prinsip Keperagaan

Peragaan adalah penggunaan alat peraga untuk membantu

memudahkan penyerapan informasi dari suatu komunikasi timbal-

balik. Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya terdapat unsur

komunikasi timbal-balik antara guru dengan siswa.

Siswa tunagrahita akan lebih mudah tertarik perhatiannya,

apabila dalam proses pembelajaran menggunakan berbagai media,

alat dan metode. Dengan prinsip keperagaan akan memudahkan

siswa dalam menyampaikan materi pelajaran dan membantu

memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran tersebut.

Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran hendaknya guru lebih

banyak menggunakan alat peraga yang disesuaikan dengan kondisi

dan karakteristik siswa tunagrahita. Misalnya ketika siswa belajar

praktek sholat, maka guru harus menyediakan alat peraga misalnya

VCD tentang sholat. Kemudian pendidik memperagakan satu

demi satu, mulai bacaan maupun gerakannya. Siswa juga harus

ditanamkan kebiasaan sholat sejak dini, yaitu mengajak dan

membiasakan sholat berjamaah di sekolahnya. Guru tidak hanya

mengajar di kelas saja, tetapi juga ada tindakan langsung untuk

membiasakan sholat di sekolah dan di rumah bersama orang tuanya

mustahil peserta didik tunagrahita akan memiliki kemampuan dan

kebiasaan untuk sholat dengan baik.

3) Prinsip Pelayanan Individual

Pelayanan individual adalah pemberian bantuan, bimbingan

dan pengarahan kepada seorang siswa, secara perseorangan sesuai

dengan kemampuannya dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pendekatan individual ini lebih tepat diterapkan untuk menangani

siswa tuna grahita dari pada pendekatan klasikal.

Pembelajaran bagi siswa tunagrahita menggunakan prinsip

pelayanan individual karena siswa tunagrahita sangat heterogen;

Page 41: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

62

62

memiliki keunikan dalam cara belajar, tempo belajar, stabilitas

emosi, perkembangan sensori-motorik dan lain-lain.

4) Prinsip Kesiapan

Prinsip kesiapan adalah ketika guru akan melaksanakan

proses pembelajaran harus memperhatikan tahap kematangan,

perkembangan dan pertumbuhan siswa. Setiap siswa mengalami

masa kematangan, perkembangan dan pertumbuhan berbeda-beda.

Hal ini yang memungkinkan siswa dapat mengerjakan atau siap

menerima materi pelajaran.

Kematangan psikis dan fisik sangat diperlukan oleh siswa

saat akan belajar. Misalnya, supaya siswa dapat belajar membaca

al-Qur’an dengan baik, maka harus sudah mempunyai kemampuan

mengenal huruf hijaiyyah, membaca dan melafalkan huruf

hijaiyyah serta menulis huruf hijaiyah.

5) Prinsip Habilitasi dan Rehabilitasi

Usaha habilitasi adalah usaha agar siswa tunagrahita

menyadari bahwa mereka masih memiliki kemampuan atau potensi

yang dapat dikembangkan. Usaha tersebut juga menyangkut

bagaimana cara memupuk dan mengembangkan kemampuan yang

mereka miliki. Siswa tunagrahita masih memiliki kemampuan,

tetapi terbatas dan bahkan ada yang sangat terbatas. Karena itu

diperlukan usaha untuk mengaktualisasikan kemampuan yang

terbatas tersebut dengan berbagai cara supaya dapat

mengembangkan rasa percaya diri dan memiliki harga diri. Guru

memberikan tugas kepada siswa tunagrahita sesuai dengan

kemampuan siswa.

Usaha rehabilitasi pada siswa tuna grahita menuntut

keterlibatan beberapa ahli, misalnya siswa, dokter spesialis, pekerja

sosial, psikiater, ahli terapi bicara dll. Penanganan rehabilitasi

harus dilakukan secara bertahap, sistematis, berkelanjutan, serta

berjangka dan dikoordinasikan dalam bentuk tim atau kelompok

Page 42: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

63

63

kerja. Dengan demikian pendidik agama Islam dalam

melaksanakan rehabilitasinya hendaknya berpegang pada prinsip

rehabilitasi, yaitu menjalin kerja sama yang harmonis dengan para

ahli.

6) Prinsip Penanaman dan Penyempurnaan Sikap.

Sikap dan penampilan seseorang dalam pergaulan sangat

menentukan. Kesan pertama mengenai seseorang didapat dari

penampilannya. Ada seseorang yang cepat dikenal dan diterima

dalam pergaulan, dan ada pula yang sebaliknya. Siswa tunagrahita

dikenal sebagai pribadi yang mengalami kesulitan mengenal

konsep diri, maka pelajaran bina diri merupakan kebutuhan khusus

yang harus diajarkan kepada siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita

sering menunjukkan sikap fisik kurang sempurna, sulit konsentrasi

atau khusyu’ dalam sholat, badan bungkuk kedepan, jalan

terhuyung-huyung dengan tumit agak diangkat dan suka melamun.

Oleh karena itu, guru harus sabar membetulkan dan membenahi

jika ada sikap dan perbuatan yang salah atau tidak tepat tersebut.

b. Prinsip-Prinsip Khusus

Problema mendasar bagi siswa tunagrahita ringan adalah

memiliki Intelegensi dibawah rata-rata. Oleh sebab itu guru

hendaknya selalu memperhatikan prinsip-prinsip khusus agar materi

PAI lebih fungsional, aplikatif dan bermanfaat bagi siswa.

Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Menyederhanakan materi bila terdapat materi yang sulit diterima

oleh siswa.

2) Menghindari penyampaian materi PAI secara abstrak, teoritis dan

verbal.

3) Penyampaian materi PAI secara kontekstual, praktis, mudah,

visual, bertahap, berkesinambungan dan berulang-ulang, agar

siswa dapat menerima dan memahami.

Page 43: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

64

64

4) Mengoptimalkan potensi afektif dan psikomotor dari pada

kognitifnya.

5) Menggunakan media dan metode yang sesuai dengan kebutuhan

siswa.46

3. Model Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita

IEP (Individualized Educational Program) atau program

pembelajaran individual adalah program pembelajaran yang dibuat oleh

guru kelas dengan memperhatikan "keberadaan" dan "kebutuhan" setiap

peserta didik. Faktor keberhasilan dalam menanamkan pemahaman siswa

salah satunya adalah ketrampilan yang dimiliki oleh guru dalam

menyajikan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang mampu memanfaatkan kemampuan, minat, dan

kesiapan menerima pelajaran dari setiap peserta didik. Pembelajaran

semacam ini lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan siswa.

Model IEP atau Program pembelajaran individual bukanlah model

pembelajaran yang ditujukan kepada seorang saja, melainkan ditujukan

kepada sekelompok siswa atau kelas, namun dengan mengakui dan

melayani perbedaan-perbedaan siswa sehingga potensi masing-masing

siswa dapat dikembangkan secara optimal.47

Model pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan yang

dilakukan oleh pendidik selama pembelajaran berlangsung. Model dapat di

pahami sebagai:

1) Suatu tipe atau desain

2) Suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk membantu suatu

proses visualisasi sesuatu yang tidak dapat dengan langsung di amati

3) Suatu sistem asumsi-asumsi dan data-data yang dipakai untuk

menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa.48

46 Kurikulum PAI SMPLB-C, (Semarang: SLB Negeri Semarang), hlm. 2-647 Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),

hlm.30-31.48 Syaiful Sagala, op.,cit., hlm.175-176

Page 44: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

65

65

Model pembelajaran individual (IEP) memfokuskan pada proses

dimana individu membangun dan mengorganisasikan dirinya secara

realitas bersifat unik. Secara singkat pembelajaran ini menekankan pada

pengembangan pribadi, yaitu upaya membantu siswa untuk

mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan

membantu mereka untuk dapat memandang dirinya sebagai pribadi yang

mampu/berguna.49

Model pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita dirancang

berdasarkan kebutuhan nyata siswa agar dapat mengembangkan ranah

pendidikan sebagai sasaran pembelajaran. Tujuannya berupa pencapaian

siswa terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu yang sesuai

dengan ajaran agama Islam.

Clifford T. Morgan berpendapat bahwa learning may be defined as

any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of

experience or practice (pembelajaran diartikan sebagai perubahan tingkah

laku yang relatif permanen yang diukur dari hasil pengalaman atau

ketrampilan)50. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram

dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pendidikan Agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik dalam

mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak

mulia, mengamalkan ajaran agama dari sumber utamanya al-Qur’an dan

al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman. Anak tunagrahita adalah anak yang mempunyai

kecerdasan intelektual dibawah rata-rata. Jadi model pembelajaran PAI

bagi anak tunagrahita adalah suatu kegiatan pembelajaran untuk membuat

siswa tunagrahita belajar secara aktif sehingga dapat memahami dan

mengamalkan ajaran agama Islam sesuai dengan al-Qur'an dan al-Hadits.

49 Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yangKreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 3, hlm.17-18.

50 Clifford T. Morgan, Instroduction to Psychology, (Tokyo: Mc Graw-HillbookCompany), hlm.62.

Page 45: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

66

66

Pembelajaran menaruh perhatian pada upaya untuk meningkatkan

pemahaman dan memperbaiki proses pengajaran. Upaya memperbaiki

proses pembelajaran tersebut diperlukan berbagai model pembelajaran

yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang

dimaksud disini adalah tujuan pembelajaran, kendala dan karakteristik

bidang studi, dan karakteristik siswa.

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil

pembelajaran. Kendala bidang studi adalah keterbatasan sumber-sumber

seperti waktu, media, biaya, dan lain-lain. Karakteristik bidang studi

adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat memberikan landasan

dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran. Sedangkan karakteristik

siswa adalah aspek-aspek yang dimiliki siswa seperti bakat, motivasi, dan

hasil belajar yang telah dimiliki siswa.51

IEP atau program pembelajaran individual meliputi enam elemen,

yaitu: elicitors, behaviors, reinforces, entering behavior, terminal

objective, dan enroute. Keenam elemen tersebut sangat berperan dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai berikut:

1) Elicitors (E), yakni peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan

atau menyebabkan perilaku. Elicitors dapat terjadi melalui:

a) Peralatan pembelajaran (bentuk permainan edukatif, gambar-

gambar),

b) Bentuk-bentuk arahan, permintaan, demonstrasi atau petunjuk

tertentu.

c) Dapat melalui orang dengan perilaku seperti senyuman sebagai

tanda persetujuan, kerutan di dahi tanda tidak setuju.

Elemen elitor dalam pembelajaran PAI misalnya guru

menyediakan gambar alam ketika menjelaskan materi tentang bukti

ke-Esaan Allah. Dalam mengajari siswa wudhu dan shalat, guru bisa

51 Hamzah B.Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.4,hlm. 19-20.

Page 46: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

67

67

menggunakan metode demonstrasi supaya siswa dapat mengetahui

secara langsung praktek wudhu dan shalat.

2) Behaviors atau perilaku (B), merupakan kegiatan peserta didik

terhadap sesuatu yang dapat ia lakukan, antara lain: berjalan, berlari,

berbicara, membaca, dan lain-lain.

Siswa tidak hanya diajari membaca huruf alphabet saja, tetapi

juga diajari membaca huruf Arab agar kedepannya mereka bisa

membaca al-Qur'an. Siswa yang bisa membaca al-Qur'an akan lebih

mudah menjadikan al-Qur'an sebagai pedoman hidup dari siswa yang

tidak bisa membaca al-Qur'an.

3) A Reinforces atau penguatan (R) adalah suatu kejadian atau peristiwa

yang muncul sebagai akibat dari perilaku dan dapat menguatkan

perilaku tertentu yang dianggap baik.

4) Entering Behaviors atau kesiapan menerima pelajaran. Sebelum guru

memulai kegiatan pembelajaran, sangat esensial bila guru kelas

mengetahui kesiapan peserta didik. Kesiapan tersebut berupa kesiapan

peserta didik untuk melakukan tugas-tugas kegiatan akademik dan

kegiatan belajar berkaitan dengan perilaku-perilaku yang sesuai situasi

pembelajaran khusus.

5) Terminal Objective. Program pembelajaran seharusnya dapat

menghasilkan perubahan sebagai hasil akhir atau keluaran. Tujuan

diselenggarakannya Pendidikan Agama Islam adalah menghasilkan

siswa yang mampu mengenal, memahami, menghayati, mengimani,

bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama dari sumber

utamanya al-Qur’an dan al-Hadits.

6) Enroute Objective, merupakan langkah dari entering behaviors menuju

ke terminal objective.

Model pembelajaran bagi anak tunagrahita yang merupakan bagian

dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) meliputi beberapa komponen

yang harus diperhatikan:

Page 47: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

68

68

a. Rasionalitas

Layanan pendidikan dan pembelajaran di Indonesia, khususnya

sekolah luar biasa atau sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif

seyogyanya sejalan dan tidak terlepas dari prinsip-prinsip umum dan

prinsip-prinsip khusus. Layanan pendidikan bagi ABK memberikan

hak anak guna mendapatkan kesempatan atau opportunity right, hak

sebagai makhluk Tuhan yang perlu mendapatkan kesejahteraan sosial

atau human right.

b. Visi dan Misi

Bertitik tolak dari hasil pengamatan dan harapan kebutuhan di

lapangan, maka model pembelajaran ABK mengarah kepada visi dan

misi sebagai sumber pengertian bagi perumusan tujuan dan sasaran

yang harus ditetapkan. Visi pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) adalah membantu setiap peserta didik berkebutuhan

khusus untuk dapat memiliki sikap dan wawasan serta akhlak tinggi,

menjunjung hak asasi manusia, saling pengertian, dan berwawasan

global. Misi pembelajaran bagi ABK adalah suatu upaya guru dalam

memberikan layanan pendidikan agar setiap peserta didik menjadi

individu yang mandiri, beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi luhur, terampil, dan mampu berperan sosial.52

c. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan KTSP

Tujuan pembelajaran berdasarkan KTSP antara lain sebagai

berikut:

a. Pendidikan dasar yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan

SMP/MTs/SMPLB/ Paket B bertujuan meletakkan dasar

kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut.

b. Pendidikan menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C

52 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Bandung:Refika Aditama,2006), hlm.155-156

Page 48: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

69

69

bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut.53

d. Pendukung Sistem Model Pembelajaran

Komponen pendukung sistem adalah kegiatan-kegiatan

manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan

meningkatkan program pembelajaran. Kegiatan-kegiatannya diarahkan

pada hal-hal berikut:

1) Pengembangan dan manajemen program. Manajemen program

dilakukan upaya-upaya perencanaan, pelaksanaan, penilaian,

analisis, dan tindak lanjut.

2) Pengembangan staf pengajar. Dalam pengembangan ini tertuju

pada penguasaan guru terhadap aspek-aspek kompetensi yang

meliputi pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan

minat.

3) Pemanfaatan sumber daya masyarakat dan penataan terhadap

kebijakan teknis.

e. Komponen Dasar Model Pembelajaran

Berdasarkan pada visi dan misi, kebutuhan peserta didik dan

tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran, maka isi layanan

pembelajaran dikelompokkan kedalam bagian-bagian sebagai berikut:

1) Masukan, terdiri atas:

a) Masukan mentah berupa: elicitors, behaviors, reinforcers,

b) Masukan instrumen berupa: program, guru kelas dan sarana.

c) Masukan lingkungan berupa: norma, tujuan, lingkungan dan

tuntutan.

2) Proses terdiri atas Program Pembelajaran individual, pelaksanaan

intervensi, refleksi hasil pembelajaran, dan KTSP

3) Keluaran berupa perubahan kompetensi setiap peserta didik yang

53 E.Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: RemajaRosdakarya, 2006), hlm. 178-179.

Page 49: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

70

70

mempunyai kesulitan atau hambatan perkembangan diri.

Tabel 1 Model Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus

4. Metode Pembelajaran PAI Bagi Anak Tunagrahita

Untuk mendorong keberhasilan proses belajar mengajar, guru

harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat. Perlu di sadari,

bahwa tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua

MASUKAN MENTAHEnam elemen konseptual modeyang menghasilkan kebutuhan dankarakteristik spesifik siswa.

MASUKANINSTRUMENTASI

Program Guru Kelas

Sarana Tanggapan

MASUKAN LINGKUNGAN

Norma Tujuan

Tuntutan Lingkungan

PROSES

ProgramPembelajaran

Individual

PelaksanaanIntervensi

KurikulumTingkatSatuan

Pendidikan

Refleksi hasilKegiatanBelajar

Mengajar

KELUARAN

KOMPETENSIPESERTA

DIDIK

BALIKAN

Monitoring &Evaluasi

Page 50: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

71

71

tujuan dalam semua kondisi.54 Oleh karena itu, dalam memilih metode

pembelajaran, harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang kecerdasan,

kematangan pribadi, dan perbedaan individu lainnya.

b. Tujuan yang hendak dicapai

c. Situasi yang mencakup hal yang umum, seperti situasi kelas dan

lingkungan.

d. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang

digunakan

e. Kemampuan pengajar yang mencakup kemampuan fisik dan keahlian.

f. Sifat bahan pengajaran.55

Metode pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita adalah:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui

penuturan secara lisan atau penjelasan secara langsung kepada

sekelompok siswa. oleh guru terhadap kelas. Dengan kata lain dapat

pula diartikan, bahwa metode ceramah atau lecturing adalah suatu cara

penyajian atau penyampaian informasi melalui penerangan dan

penuturan secara lisan oleh guru terhadap peserta didiknya.

Metode ceramah banyak dipakai, karena mudah dilaksanakan.

Nabi Muhammad dalam memberikan pelajaran terhadap umatnya

banyak mempergunakan metode ceramah disamping metode yang lain.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ialah suatu cara mengajar dimana seorang

guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang pelajaran

yang telah di ajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil

memperhatikan proses berpikir diantara murid-murid.

54 Hamzah B. Uno, op.cit, hlm.655 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2003), hlm.33-34.

Page 51: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

72

72

Guru mengharapkan jawaban yang tepat dan berdasarkan fakta.

Dalam tanya jawab, pertanyaan ada kalanya dari pihak murid (dalam

hal ini guru atau murid yang menjawab). Apabila murid-murid tidak

menjawabnya barulah guru memberikan jawabannya.

Metode Pemberian Tugas Belajar Dan Resitasi

Metode pemberian tugas dan resitasi adalah suatu cara mengajar

dimana seorang guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-

murid, sedangkan hasil tersebut di periksa oleh guru dan murid

mempertanggungjawabkannya.

Pertanggung jawab itu dapat dilaksanakan dengan cara:

1) Dengan menjawab test yang di berikan guru

2) Dengan menyampaikan ke depan secara lisan

3) Dengan cara tertulis

Dalam metode ini, kita menemukan tiga istilah penting:

c. Tugas

Tugas adalah suatu pekerjaan yang harus dilakukan baik tugas

datangnya dari orang lain maupun dari dalam diri kita sendiri. Di

sekolah biasanya itu datang dari pihak guru atau kepala sekolah. Tugas

ini biasanya bersifat edukatif dan bukan bersifat atau berunsur

pekerjaan.

d. Belajar

Menurut S. Nasution ada beberapa batasan istilah belajar :

1) Belajar adalah perubahan dalam sistem urat syaraf

2) Belajar adalah penambahan pengetahuan

3) Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan

pengertian

Perubahan tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh apa yang di

miliki seseorang itu, seperti: sifat, pengalaman, pengetahuan,

keterampilan, keadaan jasmaniah, dan lain sebagainya, dan juga

dipengaruhi pula oleh lingkungan. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh

Page 52: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

73

73

motif bahan yang di pelajari dengan mempergunakan alat-alat, waktu,

cara belajar dan sebagainya.

e. Resitasi

Resitasi adalah penyajian kembali sesuatu yang sudah di miliki,

diketahui atau dipelajari. Metode ini sering di sebut metode pekerjaan

rumah.

Prinsip yang mendasari metode ini ada dalam al-Qur’an. Allah

memberikan suatu tugas yang berat terhadap Nabi Muhammad

sebelum Nabi melaksanakan tugas ke-Rasulannya. Tugas yang di

instruksikan itu ialah berupa sifat-sifat kepemimpinan yang harus di

miliki.

Allah memberikan tugas lima macam, antara lain:

1) Taat beragama (membesarkan Tuhan)

2) Giat dan rajin berda’wah

3) Membersihkan diri dan jiwa

4) Percaya pada diri sendiri dan tidak mengharapkan sesuatu pada

orang lain

5) Tabah dan ulet dalam melaksanakan tugas.56

f. Metode Demonstrasi

Istilah demonstrasi dalam pengajaran dipakai untuk

menggambarkan suatu cara mengajar yang pada umumnya penjelasan

verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan barang

atau benda. Kerja fisik itu telah dilakukan atau peralatan itu telah

dicoba lebih dahulu sebelum didemonstrasikan. Orang yang

mendemonstrasikan (guru, peserta didik atau orang luar)

mempertunjukkan sambil menjelaskan tentang sesuatu yang di

demonstrasikan.

56 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),hlm.133-134

Page 53: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

74

74

Dalam mengajarkan praktek-praktek agama, Nabi Muhammad

sebagai pendidik agung banyak mempergunakan metode ini, seperti

mengajarkan cara berwudhu, shalat, haji, dan sebagainya. Seluruh

cara-cara ini di praktikan oleh Nabi ketika menerangkan sesuatu hal

kepada umatnya.

g. Mengajar Beregu (Team Teaching)

Team teaching ialah suatu sistem mengajar yang dilakukan

oleh dua orang atau lebih dalam mengajar sejumlah peserta didik yang

mempunyai perbedaan minat, kemampuan atau tingkat kelas.57

h. Metode Drill (Latihan)

Metode drill (latihan) dimaksudkan untuk memperoleh

ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari,

karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan

dapat di sempurnakan..

i. Metode Karya Wisata

Metode karyawisata adalah metode pengajaran yang dilakukan

dengan mengajak para siswa keluar kelas untuk mengunjungi suatu

tempat yang ada kaitannya dengan pokok bahasan. Sebelum keluar,

guru memberitahu aspek-aspek yang harus diperhatikan siswa.58

57 Ramayulis, Metode Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,2005), hlm. 245-285

58 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), hlm.53-55

Page 54: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

75

75

BAB III

PELAKSANAAN METODE PEMBELAJARAN PAI BAGI

ANAK TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI

(SLBN) SEMARANG

A. Profil Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Semarang

SLBN Semarang adalah pusat Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa

Tengah mulai dari TKLB sampai SMALB. Sebagai pusat SLB Jawa Tengah,

SLBN semarang melayani pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK), tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita ringan (C) atau sedang

(C1), tuna daksa, tuna laras, dan autis. Fokus penelitian ini adalah metode

pembelajaran PAI bagi siswa tuna grahita ringan (C) tingkat SMPLB.

1. Selayang Pandang SLBN Semarang

Dalam upaya peningkatan pelayanan pendidikan bagi Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK), Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui

Dinas P dan K mendirikan 1 (satu) SLB Negeri yang berlokasi di Jl. Elang

Raya No.2 Semarang. Pendirian sekolah ini berdasarkan Surat Keputusan

Gubernur Jawa Tengah No.420.8/72/2004, dan mulai beroperasi tahun

pelajaran 2004-2005.

Berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah No.6 tahun 2005

tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Luar Biasa

Negeri Semarang menjadi satuan kerja unit Pendidikan Luar Biasa Jawa

Tengah. SLB Negeri Semarang ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan Luar

Biasa Depdiknas sebagai SLB Center di Jawa Tengah untuk mendidik

anak tunanetra, tunarungu, tuna wicara, tunagrahita, tunadaksa, dan autis

dari TKLB sampai SMALB. SLB Negeri Semarang juga sebagai Lab

School Balai Pengembangan Pendidikan Khusus Jawa Tengah dan

menjadi pusat pelatihan para alumni SMALB dan para siswa drop out

SDLB, SMPLB, maupun SMALB untuk dididik dalam bidang

ketrampilan.

Page 55: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

76

76

Sebagai Sekolah Center SLB di Jawa Tengah, SLB Negeri

Semarang dalam pengajaran menggunakan system Full Day School

yaitu penerapan pembelajaran dari pukul 07.30 s/d 16.00 WIB.

Diadakannya sistem Full Day School agar para siswa terbiasa berlatih

mandiri dibawah bimbingan para guru yang profesional dan berdedikasi

tinggi. Sistem full day school dapat meningkatkan potensi siswa dalam

pembelajaran.

2. Layanan Pendidikan SLBN Semarang

Layanan Pendidikan yang terdapat di SLBN Semarang antara lain:

a. Assessment dan intervensi dini (usia balita)

b. Pendidikan tingkat play group, TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB

c. Bimbingan belajar siswa yang berkesulitan belajar

d. Layanan terapi pendidikan luar biasa, antara lain Fisio Terapi, Speech

terapy, Terapi perilaku, konsultasi psikologi, dan Okupasi Terapy

e. Bengkel kerja/Sheltered Workshop meliputi: boga, pertukangan,

otomotif, tata kecantikan, tata busana, pertanian, dan perikanan.

f. ICT/Warnet

g. Bimbingan belajar: membaca, menulis, bahasa Inggris, matematika,

IPA, IPS.

h. Full Day School

3. Visi dan Misi SLBN Semarang

Untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai, visi dan misi

SLBN Semarang adalah:

Visi SLBN Semarang: ”Terwujudnya pelayanan anak

berkebutuhan khusus yang berbudi luhur, terampil, dan mandiri”. Tujuan

diselenggarakannya pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah

mewujudkan peserta didik yang terampil dan mandiri. Kemandirian dan

ketrampilan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus akan lebih

memudahkan mereka menyesuaikan diri di masyarakat.

Misi SLBN Semarang: ”Memberikan pelayanan yang prima dan

memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak berkebutuhan khusus

Page 56: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

77

77

secara maksimal, agar mampu hidup mandiri dan berguna bagi

masyarakat”. Anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan seperti

anak normal lainnya. Oleh karena itu pendidikan yang diberikan kepada

mereka harus dilaksanakan secara maksimal. Sehingga mereka bisa hidup

mandiri dan dapat memanfaatkan potensinya dalam menjalani

kehidupan.59

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah seluruh petugas yang berkecimpung

dalam pengelolaan dan pengembangan program pendidikan dan

pengajaran. SLBN Semarang mempunyai struktur organisasi dengan

koordinatornya adalah kepala sekolah yang dibantu oleh para wakil kepala

sekolah. Masing-masing bagian ketunaan dikoordinatori oleh tim ahli

dalam bidangnya. Misalnya bagian tunagrahita koodinatornya adalah guru

alumni PLB tunagrahita. Struktur organisasi SLBN Semarang adalah:

59 Brosur SLBN Semarang pada tanggal 16 Februari 2010

Page 57: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

78

78

TABEL 2STRUKTUR ORGANISASISLB NEGERI SEMARANG

KEPALA SEKOLAHDrs. CIPTONO

Waka KURIKULUMKUNTJORO HADI, SP.d

Waka BENGKElARI MURSITA NURAHA

Waka KESISWAANUMAR, SHI

Waka HUMASARIS WIBOWO, S.Pd

Waka SARPRASEKO SULISTYANTO, S.E

Koordinator ‘ B’ARENA PERISTIWANI, S.Pd

Koordinator ‘C’DWI HARYANTI, S.Pd

Koordinator ‘ Pengebangan’HIMAWAN .T, S.Pd

Koordinator TU

Koordinator ‘A’SITI RAHMAWATI, S.Pd

Koordinator ‘ C1’YANA EKAWATY, S.Pd

Koordinator ‘ Autis’RICHA SRI M, S.Pd

S I S W A

Komite Sekolah

G U R U

41

Page 58: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

79

79

5. Data Guru Dan Karyawan

SLBN Semarang dikelola dan diasuh oleh guru dan karyawan yang

mempunyai kompetensi dalam bidang PLB (Pendidikan Luar Biasa).

Pendidik SLBN Semarang, selain para sarjana PLB (Pendidikan Luar

Biasa), Sarjana MIPA (Matematika dan IPA), dan sarjana agama. Di

SLBN Semarang juga diajarkan tentang ketrampilan, pendidik ketrampilan

antara lain guru dari jurusan tata boga, tata busana, seni tari, seni musik,

elektro, dan akuntansi. Guru dan karyawan yang ada di SLBN Semarang

mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga siswa yang

merupakan bagian dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat

menerima pendidikan secara efektif dan efisien. Data guru dan karyawan

SLBN Semarang dapat dilihat di lampiran.60

6. Data Siswa (SMPLB)

Fokus penelitian penulis adalah metode pembelajaran PAI bagi

anak tunagrahita bagian C (Tunagrahita ringan) tingkat SMPLB yang

beragama Islam. Jumlah siswa tunagrahita ringan tingkat SMPLB ada 21

siswa, 8 siswa kelas VII, 7 siswa kelas VIII, dan 8 siswa kelas IX.

Pembelajaran siswa tunagrahita ringan mulai dari kelas VII, kelas VIII,

dan kelas IX tingkat SMPLB dijadikan satu kelas. Hal ini dilakukan

karena terbatasnya gedung sekolah dan guru pengajar. Data siswa SMPLB

tunagrahita ringan adalah sebagai berikut:

60 Dokumen SLBN Semarang pada tanggal 19 Maret 2010

Page 59: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

80

80

TABEL 3

DATA SISWA SMPLBN SEMARANG

Kelas Nama L/P TTL Alamat AgamaVII

VIII

IX

Andre ArdiyanLasella Sinta WanastutiAgung DesyantoroDamar Septadi WWinanto MahardikaTegas Bayutirta WijayaZahra KusumawatiJelita Taurina HutabaratGuntur Prima Ade PDewi Michiko BudiyanaM. Bahrn AmiqKalistus Pinow AnantyaLidia Nuri KtistiyaniKamila Imka RahimaRengga Eko IrwantoReno amanullah NSubhi Nur FadhilahCatur Novi AryaniKamila Sari HermantoAgus Puji Rahmat

LPLLLLPPLPLLPPLLLPPL

Semarang, 18-09-1996Semarang, 15-07-1994Semarang, 17-12-1994Yogyakarta, 17-09-1995Semarang, 09-05-1993Semarang, 22-04-1995Solo, 21-10-1995Semarang, 10-05-1995Manukwari, 07—05-1994Semarang, 08-12-1991Demak, 23-01-1994Semarang, 14-10-1994Semarang, 27-01-1993Semarang, 10-01-1993Kendal, 28-03-1994Semarang, 13-03-1995Semarang, 19-11-1992Semarang15-11-1991Semarang, 03-06-1994Tegal, 13-08-1992

Jl. Taman Cani Mas II/224Jl. Sawung Galing Sltn 28 ABumi wanamukti B3/14Jl. Bukit Kemuning VI/506Jl. Kumudasworo Selatan VJl. Lembayung III/108Bulu Seteran 3 B No.328Perum Graha WahidBandung Rejo 259Argo Timur IV/655DemakJl. Mahisa Selatan IV/54Halmahera Buntu 7Taman Kukilomukti 200Jl. Banteng III/8 Rt 6/4Jl. Pucang Permai IV No. 54Jl. Wismasari Raya No.2Jl. TM Sekar Jagat No. 4 MranggenTambak Aji Ngaliyan

KristenIslamIslamKristenIslamKatolikIslamKristenIslamIslamIslamKristenKristenKristenKristenIslamIslamIslamKatolikIslam

43

Page 60: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

1

7. Sarana dan Prasarana SLBN Semarang

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang

mendukung kegiatan belajar mengajar. Salah satu keberhasilan belajar

siswa adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan sesuai

dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu, sekolah harus mengupayakan

sarana dan prasarana agar proses belajar mengajar dapat berjalan efektif

dan efisien.

Ketunaan yang dimiliki siswa membutuhkan sarana yang khusus

dibandingkan siswa umum. SLBN Semarang sudah menyediakan sarana

dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan siswa mulai dari siswa tuna

netra, tuna wicara, tuna rungu, tuna grahita, tuna daksa, dan autis. Sarana

dan prasarana yang ada di SLBN Semarang sudah cukup lengkap.

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran mencerminkan kondisi

pembelajaran yang baik. Sehingga kebutuhan siswa akan pendidikan bisa

tercukupi. Peranan guru dalam memanfaatkan sarana dan prasarana antara

lain

a. Memelihara dan mengatur prasarana untuk menciptakan suasana yang

menggembirakan.

b. Memelihara dan mengatur sasaran pembelajaran yang berorientasi

pada keberhasilan belajar siswa.

c. Mengorganisasikan belajar siswa sesuai dengan sarana dan prasarana

yang dimiliki secara tepat guna.61 Data sarana dan prasarana dapat

dilihat pada lampiran.

8. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan di SLBN Semarang adalah KTSP.

KTSP adalah kurikulum yang disusun, dilaksanakan, dan dikembangkan

oleh satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya.

Bagi satuan pendidikan yang belum siap mengembangkan kurikulum,

dapat menggunakan model kurikulum yang dikembangkan oleh BSNP.

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) adalah badan mandiri dan

61 Dokumen SLBN Semarang pada tanggal 24 Maret 2010

Page 61: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

2

independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan

mengevaluasi Standar Nasional Pendidikan.

“Kurikulum dari BSNP untuk para siswa berkebutuhan khususkurang sesuai dengan realita keadaan siswa, karena kurikulumyang diberikan hampir sama dengan kurikulum untuk siswanormal. Sehingga siswa sulit mengikuti kurikulum tersebut.Kurikulum yang dibutuhkan siswa hendaknya disesuaikan dengankemampuan siswa. Langkah SLBN Semarang dalam menanganihal ini dengan mengubah (menurunkan) Kompetensi Dasar (KD)dari kurikulum yang berasal dari BSNP. Misalnya KD dari BSNPadalah menjelaskan hukum bacaan "Al" Qamariyah, makaditurunkan menjadi menerapkan hukum bacaan "Al" Qamariyah.Jadi, penekanannya adalah siswa dapat menerapakan hukumbacaan "Al" Qamariyah bukan siswa dapat menjelaskan hukumbacaan "Al" Qamariyah. “ Penerapan bacaan “Al” Qamariyah lebihmudah dilakukan siswa daripada menjelaskan bacaan “Al”Qamariyah. 62

Kurikulum yang dibutuhkan oleh siswa tunagrahita meliputi cara

berkomunikasi, cara bersosialisasi, keterampilan gerak, kematangan diri

dan tanggung jawab sosial. Kurikulum PAI bagi siswa tunagrahita ringan

dari BSNP dan kurikulum yang dikembangkan oleh SLBN Semarang

dapat dilihat di lampiran.

B. Metode Pembelajaran PAI bagi Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa

Negeri (SLBN) Semarang

Penggunaan metode dalam pendidikan tidak terfokus pada satu metode

saja, hal ini akan membuat suasana belajar menjadi membosankan dan siswa

menjadi kurang aktif. Metode pembelajaran PAI yang diterapkan di SLBN

Semarang adalah ceramah, demonstrasi, tanya jawab, pemberian tugas, dan

latihan/drill. Guru harus fokus memperhatikan siswa ketika menyampaikan

materi pelajaran.

62 Hasil wawancara dengan Bapak Kuntjoro Hadi, S.Pd selaku Wakil Kepala Kurikulumpada tanggal 24 Maret 2010 di Ruang Wakil Kepala Sekolah.

Page 62: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

3

“ Kemampuan intelektual siswa yang rendah menyebabkan siswakurang cepat menangkap materi pelajaran yang diberikan. Oleh karenaitu, materi yang disampaikan senantiasa diulang-ulang supaya merekamemahami materi dan bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum menggunakan metode, guru harus memahamikarakteristik, kondisi, dan kemampuan siswa. Hal ini memudahkanguru dalam memilih metode yang akan digunakan.”63

Metode pembelajaran PAI bagi anak tuna grahita yaitu:

1. Demonstrasi

Metode demonstrasi digunakan untuk menunjukkan pelajaran yang

membutuhkan gerakan dengan suatu proses dengan prosedur yang benar.

Metode demonstrasi digunakan dalam pelajaran fiqih. Pelajaran fiqih

tingkat SMPLB adalah praktek wudhu dan shalat. Siswa diberikan materi

wudhu dan shalat terlebih dahulu sebelum praktek, agar siswa memahami

teorinya.

Pelaksanaan metode demonstrasi bagi anak tunagrahita ringan

dimulai dengan penjelasan materi dari guru. Guru memberikan landasan

teori tentang materi yang didemonstrasikan. Mengingat intelegensi siswa

dibawah rata-rata, maka guru memberikan penjelasan kepada siswa

dengan pelan dan mengulang kata yang menjadi poin penting materi.

Dalam menyampaikan materi, guru tidak hanya transfer of

knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian, siswa tidak

hanya paham dan dapat melaksanakan suatu ilmu, tetapi juga memahami

makna ilmu yang diberikan. Walaupun mereka lemah mental, pendidikan

tentang kewajiban beribadah kepada Allah tetap harus diberikan.

Pemahaman siswa tentang kewajiban beribadah kepada Allah, akan

memberikan mereka sandaran saat mengalami kesulitan menjalani

kehidupan.

Langkah guru agar siswa lebih memahami pelajaran dengan

melempar pertanyaan terkait dengan materi. Jawaban yang diberikan siswa

63 Hasil Wawancara Dengan Bapak Umar, S.HI, selaku Guru PAI SLBN Semarang pada 24Maret 2010 di ruang Wakil Kepala Kesiswaan

Page 63: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

4

ada yang benar dan ada yang melenceng dari yang seharusnya. Hal ini

wajar, karena daya tangkap masing-masing siswa berbeda-beda.

Guru memulai demonstrasi setelah materi yang diberikan sudah

diterima siswa dengan baik. Proses pembelajaran dilaksanakan di mushola

sekolah, jadi siswa lebih santai mengikuti pelajaran. Posisi duduk siswa

seperti shaf shalat, siswa putra di shaf depan, dan siswa putri dibelakang.

Suasana santai yang dihadirkan guru membuat siswa tidak bosan sehingga

aktif mengikuti pelajaran.

Pelaksanaan praktek shalat diampu oleh dua orang guru. Guru yang

satu mengarahkan tata caranya dan guru yang lain membenarkan gerakan.

Beberapa siswa yang tidak bisa menirukan gerakan shalat, mereka dibantu

oleh guru dengan menggerakkan anggota tubuh mereka. Misalnya saat

gerakan takbir, siswa yang tidak bisa menirukan gerakan dibantu oleh guru

dengan menggerakkan tangan siswa dalam posisi takbir. Guru sangat sabar

dalam mengarahkan siswa, walaupun mereka sering lupa urutan gerakan

shalat. Hafalan bacaan shalat siswa sudah cukup baik, surat-surat pendek

yang dihafalkan siswa adalah surat an-Nas, al-Falaq, al-Ikhlash, al-Lahab,

An-Nashr. Setelah demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran

dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa supaya melaksanakan

shalat lima waktu dengan tertib.64

2. Diskusi

Metode diskusi digunakan untuk mengetahui pendapat siswa

tentang suatu masalah yang memerlukan pemecahan. Selain itu, metode

diskusi juga dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran yang sudah diberikan.

Pelaksanaan metode diskusi bagi siswa tunagrahita ringan, guru

menempatkan siswa satu kelas sebagai satu tim, jadi tidak dibagi kedalam

beberapa kelompok. Keterbelakangan mental yang dimiliki siswa,

membuat mereka tidak bisa mengkonsep suatu masalah dengan baik.

Sehingga guru tidak memberi tugas siswa sebagai moderator, penulis, dan

64 Hasil Observasi Tanggal 24 Februari 2010

Page 64: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

5

pelapor hasil diskusi seperti konsep diskusi yang diterapkan kepada siswa

normal. Siswa berperan sebagai peserta dan guru berperan sebagai

pemimpin diskusi.

Diskusi yang diterapkan untuk siswa normal dilakukan dengan

guru memberikan suatu kasus kepada siswa, kemudian memberi

kesempatan siswa untuk berpendapat tentang pemecahan masalahnya.

Sedangkan diskusi yang diterapkan untuk siswa tunagrahita dilaksanakan

dengan guru memberi pertanyaan dan meminta siswa untuk menjawabnya.

Siswa tunagrahita tidak dapat memecahkan suatu masalah yang

membutuhkan analisis yang tajam, oleh karena itu pertanyaan dari guru

seputar kehidupan sehari-hari siswa dan seputar materi pelajaran.

Pertanyaan dari guru ditujukan kepada semua siswa di kelas. Jika

tidak ada yang menjawab, maka guru memanggil salah satu nama siswa

dan meminta siswa tersebut untuk menjawabnya. Setelah itu guru meminta

siswa yang lain untuk menanggapi jawaban temannya. Para siswa antusias

menanggapi pertanyaan dari guru, tetapi mereka kurang peduli dengan

kebenaran jawaban yang diberikan.

Beberapa siswa sudah bisa menanggapi pendapat siswa lain.

Dengan demikian siswa termotivasi untuk berfikir dan belajar menanggapi

pendapat orang lain. Metode diskusi bagi siswa tunagrahita juga

membantu mereka memperlancar komunikasi, karena pada umumnya

komunikasi siswa tunagrahita kurang lancar.

Materi yang menggunakan metode diskusi adalah materi akhlak.

Permasalahan yang didiskusikan mengenai kehidupan sehari-hari siswa.

Misalnya mendiskusikan tentang ciri-ciri orang munafik, pergaulan siswa,

cara berbakti kepada orang tua, bagaimana menghormati guru, santun

kepada orang lain, dan lain sebagainya.

3. Tanya Jawab

Metode tanya jawab dilaksanakan dengan guru mengajukan

beberapa pertanyaan kepada siswa tentang pelajaran yang telah diajarkan.

Page 65: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

6

Metode tanya jawab hanya dapat memberi gambaran kasar dan untuk

mengingatkan kembali sesuatu yang telah dipelajari siswa.

Metode tanya jawab bagi siswa tunagrahita digunakan pada semua

materi pelajaran. Pelaksanaannya dilakukan saat pelajaran dimulai, saat

pelajaran berlangsung, dan ketika pelajaran selesai. Tanya jawab yang

dilaksanakan saat pelajaran dimulai agar siswa mengingat pelajaran

sebelumnya. Siswa tunagrahita sangat lemah dalam mengingat sesuatu

oleh karena itu materi yang disampaikan kepada mereka senantiasa

diulang-ulang sampai mereka paham. Saat pembelajaran berlangsung,

tanya jawab berfungsi untuk mengetahui pemahaman siswa dan

memancing konsentrasi siswa terhadap pelajaran. Begitu pula dengan

siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, maka dinasihati dan diberi

pertanyaan agar lebih memperhatikan pertanyaan dari guru. Metode Tanya

jawab yang dilaksanakan saat pelajaran selesai untuk mengetahui

pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan.

Pertanyaan dari guru sangat sederhana dan tidak membutuhkan

jawaban yang harus menjelaskan atau menganalisis sesuatu secara

mendalam. Misalnya, "sebutkan nama-nama 10 malaikat Allah!".

Walaupun terkadang guru memberikan pertanyaan yang meminta

penjelasan dari mereka, pertanyaan yang diajukan seputar kegiatan sehari-

hari yang mereka lakukan.

Guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

sesuatu yang tidak mereka pahami. Masalah yang ditanyakan siswa

mengenai benar atau salah perbuatan yang mereka lakukan. Guru

menjawab pertanyaan siswa dengan sabar dan menggunakan bahasa yang

dipahami oleh mereka.65

4. Ceramah

Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan semua materi

pelajaran. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa yang

sederhana agar bahan pelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan

65 Hasil observasi pada tanggal 19 Maret 2010

Page 66: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

7

mudah oleh siswa. Kata-kata yang diucapkan oleh guru senantiasa

diulang-ulang agar siswa lebih memahami maksud yang disampaikan

guru. Metode ini mengandalkan kepiawaian guru dalam berkomunikasi

dan mengkondisikan siswa agar tetap fokus terhadap pelajaran.

Pelaksanaan metode ceramah bagi siswa tunagrahita, guru terlebih

dahulu menjelaskan tujuan materi yang akan disampaikan. Penjelasan

tujuan materi ini agar siswa mengetahui kegiatannya dalam belajar. Tujuan

tersebut juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Metode ceramah bagi siswa tunagrahita digunakan untuk

menyampaikan semua materi pelajaran. Walaupun suatu materi

menggunakan metode demonstrasi, tetap diawali dengan ceramah dari

guru.

Guru sangat memahami kondisi siswa, oleh karena itu materi

disampaikan dengan jelas dan pelan agar siswa lebih paham maksud yang

disampaikan. Apabila terdapat poin penting dari materi, materi tersebut

disampaikan dengan cara mengulang kalimat dan menanyakan kepada

siswa apakah sudah paham materi yang disampaikan guru.

Guru menulis kata atau kalimat yang perlu mendapat penjelasan di

papan tulis. Hal ini membantu siswa dalam belajar membaca dan menulis.

Metode ceramah sering digunakan oleh guru, karena metode ini mudah

untuk dilakukan. Selain itu, metode ini dapat merangsang peserta didik

untuk belajar mandiri.66

5. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran

dimana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan

belajar. Tugas diberikan kepada siswa untuk memperdalam bahan

pelajaran dan merangsang siswa untuk aktif belajar.

Pemberian tugas kepada siswa tunagrahita supaya mereka tidak

hanya menerima ilmu saja tetapi juga ilmu tersebut dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Guru memberikan tugas yang berhubungan

66 Hasil observasi pada tanggal 26 Maret 2010

Page 67: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

8

dengan kehidupan mereka, misalnya memberi tugas siswa untuk

melaksanakan shalat lima waktu secara rutin, menjaga diri dalam

pergaulan, dan lain-lain. Tugas ini untuk memperdalam dan memperluas

wawasan siswa terhadap apa yang telah mereka pelajari.

Pemberian tugas kepada siswa tunagrahita merupakan PR

(Pekerjaan Rumah) bagi mereka. Mereka tidak diberi tugas seperti

merangkum bahan pelajaran, menjawab pertanyaan secara tertulis seperti

yang diberikan kepada siswa normal. Tugas yang diberikan kepada siswa

normal sulit dilaksanakan oleh siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita ringan

tidak bisa menghadapi suatu tugas yang membutuhkan pemahaman yang

mendalam. Oleh karena itu, guru memberikan tugas kepada mereka

seputar kehidupan sehari-hari siswa.

Siswa melaksanakan tugas dengan cukup baik, hal ini diketahui

guru dari hasil laporan siswa terhadap tugas yang telah mereka laksanakan.

Guru memberi pujian kepada siswa yang telah melaksanakan tugas dengan

baik. Hal ini dapat membangkitkan motivasi belajar mereka dan

memberikan rasa bangga terhadap dirinya sendiri bahwa ternyata dia bisa

melaksanakan tugas dari guru.

6. Metode Drill atau Latihan

Penerapan metode drill atau latihan kepada siswa tunagrahita

ringan digunakan untuk mengajari siswa membaca dan menulis. Dalam

membaca, siswa tidak diberikan buku bacaan secara langsung. Siswa

tunagrahita ringan tingkat SMPLB sudah bisa membaca dengan cukup

lancar. namun mereka belum lancar dalam menulis. Teknis mengajari

siswa menulis alphabet dan huruf Arab ada tiga, yaitu:

1. Guru menuliskan satu kalimat di papan tulis, kemudian para siswa

diminta menyalin tulisan tersebut di buku masing-masing. Sebagian

besar siswa masih menyalin perkataannya, mereka belum bisa

membaca satu kalimat sempurna yang akan mereka salin pada buku

tanpa melihat tulisan yang ada di papan tulis lagi.

Page 68: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

9

2. Guru menulis satu baris kalimat pada buku masing-masing siswa.

Kalimat tersebut berisi mata pelajaran yang sedang dipelajarinya.

Siswa menirukan tulisan dibawah baris yang di tulis guru. Siswa lebih

cepat dalam menyalin tulisan yang ditulis pada buku mereka daripada

harus menyalin tulisan yang ada di papan tulis.

3. Guru meminta siswa untuk menulis kalimat supaya ditulis di papan

tulis atau di buku siswa. Siswa kurang berani untuk tampil di depan

kelas, oleh karena itu guru meminta kepada siswa yang ingin menjadi

sukarelawan untuk menulis kalimat ditulis di papan tulis. Ada

beberapa siswa yang enggan maju kedepan kelas, guru selalu memberi

motivasi kepada siswa supaya siswa lebih berani dan percaya diri

tampil di depan orang banyak. Hal ini juga membantu siswa

menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Dalam mengajari siswa membaca dan menulis huruf Arab, guru

memakai buku Iqro’. Ada dua siswa yang sudah bisa membaca huruf Arab

yang dirangkai dan hal ini dapat memotivasi teman yang lain untuk selalu

meningkatkan kualitas belajarnya. Dalam mengajari siswa menulis huruf

Arab, teknisnya sama dengan mengajari siswa menulis huruf alfabet.67

Guru PAI yang mengajar siswa tunagrahita ringan harus

memahami kemampuan siswa. Gurupun mengajari siswa dalam membaca

sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan demikian, guru dapat

meningkatkan kemampuan siswa dan mengetahui perkembangan

kemampuan membacanya. Daya fikir anak sangat lemah, sehingga

informasi yang diberikan kepada sulit untuk mereka tangkap.

Pelaksanaan pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita ringan

menggunakan metode konvensional, yaitu demonstrasi, diskusi, tanya

jawab, ceramah, pemberian tugas, dan latihan/drill. Dalam menerapkan

metode, guru memperhatikan kondisi siswa yang lemah dalam berfikir.

Penerapan Metode pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita ringan

di SLBN Semarang digunakan dengan cara berselang-seling sesuai dengan

67 Hasil observasi tanggal 2 April 2010 di Ruang Kelas SMPLB

Page 69: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

10

kemampuan siswa dan materi yang diajarkan. Penggunaan metode di

sesuaikan dengan kemampuan siswa dan materi pelajaran. Dengan

demikian, akan menciptakan suasana belajar yang tidak monoton dan

membosankan. Dibawah ini akan dijelaskan tentang proses penerapan

metode pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita ringan di SLBN

Semarang.

Dalam mengawali pelajaran, guru mengucapkan salam dan

meminta siswa membaca surat al-Faatihah bersama-sama. Guru

menanyakan pelajaran sebelumnya untuk mengembalikan pemahaman

siswa terhadap materi yang telah diterimanya. Dengan demikian, guru

telah menerapkan metode tanya jawab pada awal pelajaran. Setelah tanya

jawab, guru mulai menyampaikan materi dengan pelan, jelas dan diulang-

ulang pelajaran baru sampai mereka paham. Dalam menyampaikan materi,

guru telah menggunakan metode ceramah. Pada saat penyampaian materi

berlangsung, guru menayakan sesuatu yang baru saja disampaikannya.

Pertanyaan ditujukan kepada siswa yang kurang memperhatikan pelajaran

dan kepada semua siswa.

Materi pelajaran yang memerlukan praktek dari guru, digunakan

metode demonstrasi. Pelaksanan demonstrasi juga diawali dengan ceramah

dari guru untuk menjelaskan materi yang didemonstrasikan. Gurupun

memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan sesuatu yang belum

mereka pahami.

Komunikasi siswa tunagrahita pada umumnya kurang lancar, oleh

karena itu guru menggunakan metode diskusi. Guru melaksanakan metode

diskusi dengan menanyakan pendapat siswa tentang sesuatu hal yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pada akhir pelajaran,

guru memberi tugas kepada siswa terkait materi yang diajarkan. Tugas

diberikan secara lisan, misalnya memberi tugas siswa untuk melaksanakan

shalat lima waktu, berbuat baik kepada orang lain, dan lain sebagainya.

Page 70: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

11

Proses kegiatan belajar mengajar (KBM) mata pelajaran PAI kelas

VII, VIII, dan IX dijadikan satu ruang dan dalam waktu yang bersamaan.

Hal ini dilakukan karena keterbatasan guru PAI dan penga

Para siswa tunagrahita ringan bersemangat mengikuti kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan keadaan sekolah yang sudah

dikondisikan sedemikian rupa untuk membuat nyaman mereka belajar di

sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki SLB Negeri Semarang juga

cukup lengkap. Hubungan siswa dan guru juga sangat akrab sehingga

membantu siswa dalam meningkatkan semangat belajar.

Page 71: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

12

BAB IV

ANALISIS PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK

TUNAGRAHITA DI SLBN SEMARANG

A. Kurikulum PAI Bagi Anak Tunagrahita

Kurikulum yang digunakan di SLBN Semarang adalah KTSP.

Kurikulum dari BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) untuk para siswa

berkebutuhan khusus kurang sesuai dengan realita keadaan siswa. Kurikulum

tersebut sangat sulit dilaksanakan oleh siswa berkebutuhan khusus, karena

kurikulum yang diberikan seperti kurikulum untuk siswa normal. Kurikulum

yang dibutuhkan siswa hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Kurikulum yang dibutuhkan oleh siswa tunagrahita khususnya, harus meliputi

cara berkomunikasi, cara bersosialisasi, keterampilan gerak, kematangan diri

dan tanggung jawab sosial.

Langkah SLBN Semarang dalam menurunkan KD (Kompetensi Dasar)

dari BSNP berpedoman pada prinsip khusus pembelajaran bagi siswa

tunagrahita. Prinsip tersebut adalah menyederhanakan materi bila terdapat

materi yang sulit diterima oleh siswa.

KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan

pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial

budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 tahun 2005 dan panduan penyusunan

kurikulum yang dibuat oleh BSNP, setiap satuan pendidikan diharapkan dapat

mengembangkan kurikulum yang diimplementasikan pada satuan pendidikan

masing-masing. Bagi satuan pendidikan yang belum siap mengembangkan

kurikulum, dapat menggunakan model kurikulum yang dikembangkan oleh

BSNP.

Jika SLBN Semarang ingin mengembangkan kurikulum yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, maka harus

Page 72: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

13

memperhatikan Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 36:

a. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar

Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi

daerah, dan peserta didik.

c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan

oleh sekolah dan berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar

isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP.68

68 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Sebuah Panduan Praktis, (Bandung:RemajaR

Page 73: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

14

BAB II

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI) BAGI ANAK TUNAGRAHITA

A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita

1. Pengertian

Sebelum menuju pembahasan tentang tunagrahita, akan dijelaskan

terlebih dahulu tentang anak berkelainan. Istilah berkelainan, dalam

percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai sesuatu yang menyimpang

dari rata-rata umumnya. Penyimpangan tersebut mempunyai nilai lebih

atau kurang, baik dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku

sosialnya.

Anak yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik,

meliputi kelainan indera penglihatan (tunanetra), indera pendengaran

(tunarungu), kelainan kemampuan bicara (tunawicara), dan kelainan fungsi

anggota tubuh (tunadaksa). Kelainan dalam aspek mental meliputi

tunagrahita dan anak jenius. Anak yang memiliki kelainan dalam aspek

sosial adalah anak yang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan

perilakunya terhadap lingkungan sekitarnya. Anak yang termasuk dalam

kelompok ini dikenal dengan sebutan tuna laras.1

Penelitian ini akan membahas siswa tunagrahita ringan. Penyebab

terjadinya kelainan pada seseorang sangat beragam jenisnya, namun secara

umum dilihat dari masa terjadinya kelainan itu sendiri dapat

diklasifikasikan menjadi: sebelum kelahiran (prenatal), pada saat

kelahiran, (neonatal), dan setelah kelahiran (postnatal).

a. PrenatalPrenatal yaitu masa dimana anak masih berada dalam

kandungan yang diketahui telah memiliki ketunaan (kelainan).Kelainan yang terjadi pada masa prenatal berdasarkanperiodisasinya dapat terjadi pada periode embrio, periode janin

1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: BumiAksara, 2008), h lm.3.

Page 74: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

15

Dalam proses pengembangan kurikulum, agar dapat berfungsi sebagai

pedoman, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. SLBN Semarang

harus memperhatikan prinsip-prinsip dibawah ini:

a. Prinsip Relevansi

Kurikulum disusun untuk membekali siswa baik dalam bidang

pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang sesuai dengan tuntutan

dan harapan masyarakat.

b. Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Prinsip fleksibilitas

mempunyai dua sisi. Pertama, fleksibel bagi guru, artinya kurikulum harus

memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program

pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi

siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan

program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

c. Prinsip Kontinuitas

Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling

keterkaitan dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai

jenjang dan jenis program pendidikan. Prinsip ini sangat penting bukan

hanya untuk menjaga agar tidak terjadi pengulangan-pengulangan materi

pelajaran, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai

materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.

d. Efektifitas

Prinsip efektifitas berkenaan rencana dalam suatu kurikulum dapat

dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Ada dua

sisi efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektifitas

berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas

mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektifitas

kegiatan siswa dalam kegiatan belajar.

e. Efisiensi

osdakarya, 2007), hlm.11-12.

Page 75: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

16

Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga,

waktu, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.

Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efektifitas yang tinggi apabila

dengan sarana, biaya yang minimal, dan waktu yang terbatas dapat

memperoleh hasil yang maksimal.69

B. Proses Penerapan Metode Pembelajaran PAI Bagi Anak Tunagrahita

Metode pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita ringan tingkat

SMPLB adalah demonstrasi, diskusi, ceramah, dan tanya jawab, pemberian

tugas, dan latihan/drill. Penerapan metode ini dibutuhkan kesabaran dan

ketekunan dari guru. Guru senantiasa mengulang-ulang suatu instruksi kepada

siswa karena rendahnya tingkat masing-masing intelegensi mereka.

Sebelum menggunakan metode, guru harus mengetahui karakteristik,

kondisi, dan kemampuan siswa. Hal ini memudahkan guru dalam memilih

metode yang akan digunakan. Pemahaman terhadap karakteristik, kondisi, dan

kemampuan siswa juga akan mewujudkan interaksi edukatif dan keakraban

antara siswa dengan guru. Pemahaman terhadap karakteristik siswa senada

dengan pendapat Linda Campbell yang menyatakan bahwa guru harus

memahami masing-masing anak didik dari kondisi fisik sampai psikis agar

mampu melaksanakan tugas belajar dengan sebaik-baiknya.70

Proses penerapan metode pembelajaran PAI dapat dilihat pada

pelaksanaan metode mengajar yang digunakan. Pelaksanaan demonstrasi yang

dilaksanakan dalam pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita ringan dimulai

dengan mengemukakan materi pokok terlebih dahulu, untuk mengukur

pemahaman siswa, guru melempar pertanyaan. Guru mengatur tempat duduk

siswa supaya semua siswa dapat melihat gerakan guru saat melakukan

demonstrasi. Keakraban yang terjalin antara guru dan siswa, membuat siswa

tidak segan bertanya tentang hal yang tidak mereka ketahui. Setelah

69 Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Predana Media Group, 2009), hlm. 39-42

70 Sugiyono, Proses Belajar Mengajar, hlm.47

Page 76: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

17

demonstrasi selesai, guru memberi tugas siswa agar melaksanakan shalat lima

waktu dengan tertib.

Metode demonstrasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran PAI

kepada siswa tunagrahita sesuai dengan prosedur demonstrasi yang

dikemukakan oleh Wina Sanjaya. Beliau berpendapat bahwa, sebelum

demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat

memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

2. Kemukakan apa yang harus dicapai oleh siswa.

3. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa

untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan, sehingga

mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

4. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang

menegangkan.

5. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran diakhiri

dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan

pelaksanaan dan proses pencapaian tujuan pembelajaran.71

Metode diskusi yang diterapkan untuk siswa tunagrahita ringan,

dengan guru memberi pertanyaan dan meminta siswa untuk menjawabnya.

Siswa tunagrahita tidak dapat memecahkan suatu masalah yang membutuhkan

analisis yang tajam, oleh karena itu pertanyaan dari guru hanya seputar

kehidupan sehari-hari siswa. Pelaksanaan metode diskusi bagi siswa

tunagrahita lebih mengarah pada konsep metode tanya jawab. Walaupun para

siswa memiliki keterbelakangan mental, namun mereka bisa diarahkan untuk

melaksanakan diskusi dengan langkah sederhana dan bias dilaksanakan oleh

siswa.

Langkah-langkah pelaksanaan diskusi bagi siswa tunagrahita ringan

menggunakan jenis diskusi kelas. Diskusi kelas atau disebut juga diskusi

kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh

71 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2007), cet.3, hlm 154

Page 77: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

18

anggota kelas sebagai peserta diskusi. Jadi siswa tidak dibagi kedalam

beberapa kelompok. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi guru dalam

memberikan pengarahan kepada siswa. Jika pelaksanaan metode diskusi

menggunakan diskusi kelompok, siswa akan gaduh dan peluang untuk

berbicara dengan temannya semakin besar karena siswa saling berhadapan.

Langkah-langkah pelaksanaan diskusi bagi siswa tunagrahita adalah:

1. Langkah persiapan

a. Guru merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut

misalnya penambahan wawasan siswa tentang suatu persoalan,

meningkatkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan, dan

lain-lain. Tujuan suatu permasalahan yang akan didiskusikan harus

jelas agar pelaksanaan diskusi dapat terarah dan bermanfaat bagi

siswa.

b. Menetapkan masalah yang akan dibahas. Masalah bisa ditentukan dari

isi materi pembelajaran atau masalah-masalah yang terjadi di

lingkungan masyarakat yang dihubungkan dengan pelajaran PAI.

Permasalahan diskusi bagi siswa tunagrahita ringan bukan masalah

yang membutuhkan analisis yang tajam, melainkan masalah seputar

kehidupan sehari-hari mereka atau pelajaran yang telah mereka

peroleh. misalnya cara berbakti kepada orangtua, menjaga pergaulan

dengan teman, dan lain-lain.

c. Guru menunjuk salah satu siswa yang sudah bisa menulis sebagai

penulis. Penulis bertugas mencatat pendapat para siswa. Siswa tidak

diberi tugas sebagai moderator, karena mereka tidak bisa mengkonsep

suatu tugas dengan baik. Guru bertindak selaku moderator dan

pemimpin diskusi.

2. Pelaksanaan Diskusi

a. Guru memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya

menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan.

Page 78: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

19

b. Memberikan suatu permasalahan, misalnya guru meminta siswa untuk

memberikan pendapat mengenai cara yang bisa dilakukan siswa dalam

berbakti kepada orang tua.

c. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi

untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.

d. Guru selalu memotivasi siswa agar memberikan pendapatnya

3. Penutup diskusi

Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan metode

diskusi hendaklah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Penulis diskusi melaporkan hasil diskusi (pendapat para siswa).

b. Guru memberikan penjelasan terkait masalah yang didiskusikan.

c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang sesuatu yang belum

mereka ketahui.

Keterbelakangan mental yang dimiliki siswa bukan berarti mereka

tidak bisa diarahkan untuk melakukan hal yang ada diluar kebiasaan mereka.

Guru hendaknya membimbing siswa dengan sabar dan memperhatikan

kemampuan mereka. Dalam mengarahkan siswa, guru tidak memaksa siswa

untuk bisa melakukan sesuatu diluar kemampuan mereka.

Metode diskusi yang dilaksanakan untuk siswa tunagrahita ringan

mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam memberikan

ide-ide.

b. Dapat melatih siswa untuk membiasakan diri bertukar fikiran dalam

mengatasi setiap permasalahan.

c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan.

Disamping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat

orang lain.72

Pelaksanaan metode diskusi dilakukan saat pelajaran dimulai, saat

pelajaran berlangsung, dan ketika pelajaran selesai. Tanya jawab yang

dilaksanakan saat pelajaran dimulai agar siswa mengingat pelajaran

72 Ibid, hlm. 168.

Page 79: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

20

sebelumnya. Siswa tunagrahita sangat lemah dalam mengingat sesuatu oleh

karena itu materi yang disampaikan kepada mereka senantiasa diulang-ulang

sampai mereka paham. Saat pembelajaran berlangsung, tanya jawab berfungsi

untuk mengetahui pemahaman siswa dan memancing konsentrasi siswa

terhadap pelajaran. Begitu pula dengan siswa yang kurang memperhatikan

pelajaran, maka dinasihati dan diberi pertanyaan agar lebih memperhatikan.

Metode Tanya jawab yang dilaksanakan saat pelajaran selesai untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

Metode tanya jawab yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang

disampaikan oleh Ramayulis, yaitu metode tanya jawab digunakan untuk:

a. Menyimpulkan pelajaran yang telah lalu. Setelah guru menguraikan suatu

persoalan, kemudian guru mengajukan suatu pertanyaan.

b. Melanjutkan pelajaran yang telah lalu. Dengan mengulang pelajaran yang

sudah diberikan dalam bentuk pertanyaan, guru akan dapat menarik

perhatian kepada pelajaran baru.

c. Menarik murid-murid untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman.

d. Memimpin pengamatan atau pemikiran murid. Ketika murid menghadapi

suatu persoalan maka pemikiran murid dapat dibimbing dengan

mengajukan pertanyaan. Saat murid tidak memperhatikan guru, diberi

pertanyaan mendadak agar perhatian murid kembali kepada guru dan

mendengarkan penjelasan guru.

e. Menyelingi pembicaraan untuk merangsang perhatian murid dalam belajar

sehingga dengan jalan demikian dapat meningkatkan semangat murid.73

Metode ceramah yang diterapkan bagi siswa tunagrahita, guru

terlebih dahulu menjelaskan tujuan materi yang akan disampaikan. Penjelasan

tujuan materi ini agar siswa mengetahui kegiatannya dalam belajar. Tujuan

tersebut juga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Guru sangat memahami kondisi siswa, oleh karena itu materi

disampaikan dengan jelas, pelan, dan penjelasan guru senantiasa diulang-

73 Ramayulis, Metodoogi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001),hlm.140-141.

Page 80: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

21

ulang agar siswa lebih memahami maksud yang disampaikan guru. Metode ini

mengandalkan kepiawaian guru dalam berkomunikasi dan mengkondisikan

siswa agar tetap fokus terhadap pelajaran.

Apabila terdapat poin penting dari materi, maka materi tersebut

disampaikan dengan cara mengulang kalimat dan menanyakan kepada siswa

apakah sudah paham materi yang disampaikan guru. Guru menulis kata atau

kalimat yang perlu mendapat penjelasan di papan tulis. Hal ini membantu

siswa dalam belajar membaca dan menulis.

Penerapan metode ceramah bagi siswa tunagrahita ringan diawali

dengan guru menyampaikan materi dengan jelas, pelan dan diulang-ulang agar

siswa lebih paham materi yang disampaikan. Gurupun juga memberi

kesempatan siswa untuk menanyakan hal yang belum mereka ketahui. Media

yang digunakan guru adalah papan tulis dan alat tulis.

Dalam menggunakan metode ceramah, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan:

a. Dalam menerangkan pelajaran hendaknya digunakan kata-kata yang

sederhana, jelas, dan mudah dipahami oleh para siswa.

b. Gunakan alat visualisasi, seperti penggunaan papan tulis atau media

lainnya yang tersedia untuk menjelaskan pokok bahasan yang

disampaikan.

c. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan agar lebih jelas. Hal ini

dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan daya

tangkapnya.

d. Perinci bahan yang disampaikan, dengan menghubungkan materi dengan

contoh-contoh yang konkrit.

e. Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.

Misalnya dengan menanyakan materi yang baru saja disampaikan kepada

siswa.

Untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan guru, guru hendaknya memberikan pertanyaan tidak hanya secara

lisan tetapi juga secara tertulis. Selain dapat mengetahui pemahaman siswa,

Page 81: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

22

pertanyaan secara tertulis juga bisa meningkatkan kecakapan siswa dalam

menulis.

Secara umum, penerapan metode ceramah yang dilaksanakan untuk

siswa tunagrahita ringan di SLBN Semarang dengan jelas, pelan, dan di ulang-

ulang.Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri

atas day mengamat, menanggap, dan mengigat. Dengan mengadakan

pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang.74 Gurupun juga

memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal yang belum mereka

ketahui. Media yang digunakan guru adalah papan tulis dan perlengkapannya.

Pemberian tugas kepada siswa tunagrahita supaya mereka tidak

hanya menerima ilmu saja tetapi juga ilmu tersebut dilaksanakan dalam

kehidupan sehari-hari. Guru memberikan tugas yang berhubungan dengan

kehidupan mereka, misalnya memberi tugas siswa untuk melaksanakan shalat

lima waktu secara rutin, menjaga diri dalam pergaulan, dan lain-lain. Tugas ini

untuk memperdalam dan memperluas wawasan siswa terhadap apa yang telah

mereka pelajari.

Pemberian tugas kepada siswa tunagrahita merupakan PR (Pekerjaan

Rumah) bagi mereka. Mereka tidak diberi tugas seperti merangkum bahan

pelajaran maupun menyalin suatu surat dalam al-Qur'an seperti yang diberikan

kepada siswa normal. Tugas yang diberikan kepada siswa normal sulit

dilaksanakan oleh siswa tunagrahita. Siswa tunagrahita ringan tidak bisa

menghadapi suatu tugas yang membutuhkan pemahaman yang mendalam.

Tugas yang diberikan kepada siswa tunagrahita sudah disesuaikan

dengan kemampuan mereka yang hanya bisa melaksanakan tugas yang

sederhana. Dalam memberikan tugas, guru juga menanyakan kepada siswa

tentang tugas yang sudah diberikan. Jadi, tugas yang diberikan kepada siswa

tidak hanya perintah dari guru saja melainkan guru harus memantau

perkembangan siswa dan mengajarkan siswa arti tanggung jawab.

Manfaat pemberian tugas yang diberikan kepada siswa antara lain:

74 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.46.

Page 82: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

23

a. Siswa belajar mengambil inisiatif sendiri dalam segala tugas yang

diberikan.

b. Dapat mempertebal rasa tanggung jawab, karena tugas yang dikerjakan

dipertanggungjawabkan dihadapan guru.

c. Dapat memperdalam pengertian dan kecakapan siswa.

Hal-hal yang hendaknya dilakukan guru agar pemberian tugas yang

diberikan dapat bermanfaat untuk siswa dan melatih siswa bertanggung jawab

antara lain:

a. Setiap tugas yang diberikan harus dikontrol

b. Siswa yang mengalami kegagalan harus dibimbing

c. Hargailah setiap tugas yang dikerjakan murid

d. Berikan dorongan bagi siswa untuk melaksanakan tugas dengan baik.75

Penerapan metode drill atau latihan kepada siswa tunagrahita ringan

digunakan untuk mengajari siswa membaca dan menulis. Dalam membaca,

siswa tidak diberikan buku bacaan secara langsung. Walaupun siswa sudah

tingkat SMPLB, masih ada yang belum bisa membaca dengan lancar.

Sehingga guru masih membimbing siswa dalam belajar membaca dan

menulis.

Guru menggunakan media papan tulis untuk mengajari siswa membaca

dan menulis. Teknis pengajarannya dengan menulis kalimat di papan tulis dan

menuntun siswa membaca dengan cara mengeja tulisan. Mengajari siswa

menulispun juga demikian, guru menulis di papan tulis atau di buku tulis

siswa, dan meminta siswa menyalin tulisan tersebut pada buku masing-

masing. Teknis seperti ini cukup efektif, karena memudahkan siswa agar bisa

membaca.

Teknis yang digunakan guru dalam mengajari siswa membaca dan

menulis membuat siswa mudah bosan. Siswa akan mudah menerima

pelajaran dan tidak mudah bosan jika metode pembelajaran yang digunakan

guru tidak monoton. Guru bisa melaksanakan prinsip keperagaan

pembelajaran PAI. Prinsip keperagaan tersebut dengan menggunakan alat

75 Ramayulis, op.cit, hlm.165-167

Page 83: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

24

peraga untuk membantu siswa dalam menyerap informasi yang diberikan oleh

guru.

Alat peraga tersebut misalnya menggunakan kartu huruf untuk

membantu siswa membaca. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan

media kartu huruf, antara lain siswa belajar merangkai huruf, meningkatkan

kecepatan berfikir siswa, dan mempermudah siswa dalam belajar membaca.

Selain itu, guru hendaknya menyediakan buku bacaan untuk siswa, dengan

demikian siswa belajar membaca buku cetak. Buku cetak ini bisa juga

digunakan untuk mengajari siswa menulis. Dengan menggunakan buku cetak

yang berisi suatu cerita, siswa dapat belajar memahami suatu bacaan dan

belajar menjawab pertanyaan dalam buku cerita.

Pemberian materi PAI bagi siswa tunagrahita di SLBN Semarang

berpedoman pada prinsip khusus pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita.

Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Menyederhanakan materi bila terdapat materi yang sulit diterima oleh

siswa.

2) Menghindari penyampaian materi PAI secara abstrak, teoritis dan verbal.

3) Penyampaian materi PAI secara kontekstual, praktis, mudah, visual,

bertahap, berkesinambungan dan berulang-ulang, agar siswa dapat

menerima dan memahami.

4) Menggunakan media dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Page 84: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

25

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan di SLBN Semarang, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita

ringan di SLBN Semarang adalah metode konvensional, yaitu metode

yang lazim dipakai oleh guru. Metode ini sering disebut metode

tradisional. Metode tersebut adalah metode ceramah, demonstrasi, diskusi,

tanya jawab, pemberian tugas, dan latihan/drill.

2. Penerapan masing-masing metode pembelajaran PAI bagi siswa

tunagrahita dilaksanakan dengan cara diulang-ulang, baik mengulang

penjelasan materi maupun mengulang teknik yang diajarkan. Siswa sering

berbicara sendiri, oleh karena itu guru harus aktif berkomunikasi dengan

siswa. Metode pembelajaran PAI digunakan dengan cara berselang-seling

untuk menghindari kebosanan siswa dalam meembelajaran. Metode

ceramah adalah metode yang paling sering digunakan. Walaupun

menggunakan metode ceramah, guru menyelingi materi dengan metode

tanya jawab dan metode yang lain. Interaksi yang dijalin antara siswa dan

guru cukup baik. Dengan demikian, proses pembelajaranpun berjalan

dengan baik pula.

B. SARAN-SARAN

Dalam rangka memberikan sumbangan dari hasil penelitian dan ide-ide

berkenaan dengan metode pembelajaran PAI bagi siswa tunagrahita, penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Saran bagi guru mata pelajaran PAI:

a) Metode ceramah, guru bisa menggunakan alat peraga misalnya

menghadirkan gambar untuk menjelaskan materi yang disampaikan.

66

Page 85: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

26

Hal ini bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar. dengan

menggunakan media gambar, dapat mengurangi kebosanan siswa

dalam mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

b) Pelaksanaan metode pemberian tugas, hendaknya guru memberi tugas

(PR) yang berupa pertanyaan secara tertulis. Dengan demikian, bisa

meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.

c) Guru menyediakan buku pelajaran untuk dijadikan panduan belajar

siswa. Siswa juga bisa belajar membaca dan menulis. Selain itu, buku

tersebut bisa digunakan guru untuk memberi tugas kepada siswa, jadi

siswa belajar menjawab pertanyaan dari buku cetak.

2. Saran untuk siswa

d) Siswa diharapkan bisa membaca dan menulis dengan lancar agar

menghadapi arus globalisasi yang berkembang dengan pesat.

Walaupun siswa mempunyai keterbelakangan mental, tidak mustahil

bagi mereka untuk mengetahui informasi dan teknologi yang sedang

berkembang.

e) Siswa diharapkan bisa membaca dan menulis al-Qur'an, karena sudah

menjadi kewajiban umat Islam untuk mampu membaca kitab sucinya

sendiri.

C. PENUTUP

Ucapan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti

menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala

kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran-saran yang konstruktif

demi kemanfaatan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, bagi pembaca, bagi

Sekolah Luar Biasa (SLB), bagi siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus),

dan dapat memberikan sumbangan yang positif untuk kemajuan pendidikan.

Semoga kita senantiasa memperoleh perlindungan dari Allah SWT dan

aktivitas yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain. Aamiin.

Page 86: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

27

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar , Jakarta:

Rineka Cipta, 2003

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Ali, Mohamad, Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung:

Angkasa,1987

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, ed., VI,

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Delphie, Bandi, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika

Aditama, 2006

____________, Pembelajaran anak tunagrahita, Bandung: Refika Aditama, 2006

Depag RI, Mushaf al-Qur an Terjemah, Jakarta; Pena Pundi Aksara, 2002

Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan pemerintah

RI, tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI,2006

Efendi, Mohammad, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi

Aksara, 2006

Kurikulum PAI SMPLB-C, .Semarang: SLB Negeri Semarang.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Morgan, Clifford T., Instroduction to Psychology, Tokyo: Mc Graw-Hillbook

Company.

Page 87: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

28

Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2006.

___________., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2006

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi anak Bermasalah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005

________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2001

Sagala, Syaiful, konsep dan makna pembelajaran, Bandung: IKAPI, 2003

Sanjana, Wina, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapariadi,et.al., Mengapa Anak Berkelaian Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1982.

Sarwono, Jonathan, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006.

Somantri, Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa Bandung: Refika Aditama, 2008

Standar Nasional Pendidikan, PPRI NO 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Pendidikan Nasional, Jakarta: LekDis, 2005

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2008.

al-Ghulayani, Musthofa, Syekh, Idhatun Nasyi in, Beirut: al-Maktabah

al’Ashriyah, 1953

Page 88: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

29

Tafsir, Ahmad Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003.

Tim Srikandi, UUD 45 dan Amandenmennya, Surabaya: Tim Srikandi, 2010,.

Uno, Hamzah B . Perencanaan pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

_____________., Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Usman, Moch. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Page 89: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

30

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar , Jakarta:

Rineka Cipta, 2003

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Ali, Mohamad, Penelitian Pendidikan, Prosedur dan Strategi, Bandung:

Angkasa,1987

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, ed., VI,

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Delphie, Bandi, Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, Bandung: Refika

Aditama, 2006

____________, Pembelajaran anak tunagrahita, Bandung: Refika Aditama, 2006

Depag RI, Mushaf al-Qur an Terjemah, Jakarta; Pena Pundi Aksara, 2002

Mudjiono, Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Direktorat Jendral Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan pemerintah

RI, tentang Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI,2006

Efendi, Mohammad, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, Jakarta: Bumi

Aksara, 2006

Kurikulum PAI SMPLB-C, .Semarang: SLB Negeri Semarang.

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Morgan, Clifford T., Instroduction to Psychology, Tokyo: Mc Graw-Hillbook

Company.

Page 90: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

31

Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2006.

___________., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Remaja

Rosdakarya, 2006

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2007.

Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi anak Bermasalah, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005

________, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2001

Sagala, Syaiful, konsep dan makna pembelajaran, Bandung: IKAPI, 2003

Sanjana, Wina, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapariadi,et.al., Mengapa Anak Berkelaian Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1982.

Sarwono, Jonathan, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2006.

Somantri, Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa Bandung: Refika Aditama, 2008

Standar Nasional Pendidikan, PPRI NO 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Pendidikan Nasional, Jakarta: LekDis, 2005

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2008.

al-Ghulayani, Musthofa, Syekh, Idhatun Nasyi in, Beirut: al-Maktabah

al’Ashriyah, 1953

Page 91: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

32

Tafsir, Ahmad Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2003.

Tim Srikandi, UUD 45 dan Amandenmennya, Surabaya: Tim Srikandi, 2010,.

Uno, Hamzah B . Perencanaan pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

_____________., Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. 3.

Usman, Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2002.

Usman, Moch. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2009.

Page 92: METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/94/jtptiain-gdl... · Waka. Kesiswaan SLBN Semarang, ... S.Pd selaku Waka. Kurikulum. Penulis ucapkan

33