sistem jaringan pengimbas terimbas dalam...

Download SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM …simposium.gtk.kemdikbud.go.id/karya/files/paud_1/AGUSJUNAEDI,S.P… · Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sapras Waka Humas Guru . 6

If you can't read please download the document

Upload: nguyennga

Post on 06-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

  • i

    SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS

    DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN

    PENDIDIKAN INKLUSI TAHUN 2016

    OLEH

    NAMA : AGUS JUNAEDI, S.Pd.

    NUPTK : 7151760662200013

    KABUPATEN : BANYUASIN

    PROPINSI : SUMATERA SELATAN

    PEMERINTAHAN KABUPATEN BANYUASIN

    DINAS PENDIDIKAN

    SATDIK NONFORMAL SANGGAR KEGIATAN BELAJAR JL. KH. Sulaiman Kelurahan Kedondong Raye, Pangkalan Balai

    Banyuasin 30753

  • ii

    SURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan dibawah ini :

    Nama : Agus Junaedi, S.Pd.

    NUPTK : 7151760662200013

    Jabatan : Pamong Belajar

    Unit Kerja : SPNF SKB Kabupaten Banyuasin

    menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa naskah simposium yang

    berjudul Sistem Jaringan Pengimbas Terimbas dalam Mengoptimalkan

    Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tahun 2016 disusun berdasarkan

    observasi literatur. Karya tulis ini belum pernah saya ajukan untuk lomba

    tingkat nasional. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam

    karya tulis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

    Banyuasin, 14 November 2016

    Pamong Belajar,

    AGUS JUNAEDI, S.Pd.

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya tulis ilmiah yang berjudul

    SISTEM JARINGAN PENGIMBAS - TERIMBAS DALAM

    MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

    TAHUN 2016

    DISUSUN OLEH :

    AGUS JUNAEDI, S.Pd.

    diajukan untuk melengkapi persyaratan Simposium GTK Kemdikbud

    Tahun 2016 dan dinyatakan telah mendapat pengesahan

    sebagai karya tulis.

    :

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

    rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan naskah simposium

    berjudul Sistem Jaringan Pengimbas Terimbas dalam Mengoptimalkan

    Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tahun 2016 dapat diselesaikan

    tepat waktunya.

    Karya Tulis ini diajukan sebagai peran serta Pamong Belajar untuk

    mengikuti simposium guru dan tenaga kependidikan tahun 2016. Semoga

    naskah yang telah diajukan diterima oleh berbagai pihak sehingga dapat

    mengoptimalkan pendidikan inkusi di seluruh sekolah yaitu PAUD/TK, SD,

    SMP dan SMA/SMK sederajat.

    Sistem Jaringan Pengimbas Terimbas dibutuhkan sebagai bentuk

    dukungan pengoptimalan pendidikan inklusi secara masif. Untuk itu, atas

    dukungan, kerjasama, dan bantuan yang diberikan, saya sampaikan

    terima kasih. Mudah-mudahan naskah yang saya susun ini dapat

    memberikan manfaat bagi anak berkebutuhan khusus, pedidik dan tenaga

    kependidikan serta pemangku kebijakan untuk merubah SLB menjadi

    sekolah inklusi.

    Banyuasin, 14 November 2016

    Penulis,

    AGUS JUNAEDI, S.Pd.

  • v

    DAFTAR ISI

    Halaman Sampul ... ........................................................................... i

    Surat Pernyataan ... ........................................................................... ii

    Lembar Pengesahan .......................................................................... iii

    Kata Pengantar ....... ........................................................................... iv

    Daftar Isi v

    Daftar Gambar ........ ........................................................................... vi

    I. PENGANTAR .... ........................................................................... 1

    II. MASALAH .......... ........................................................................... 2

    III. PEMBAHASAN DAN SOLUSI ........................................................ 3

    IV. . KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS .................................... 10

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 12

    Lampiran

  • vi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Contoh struktur organisasi sekolah inklusi ....................... 5

    Gambar 2. Contoh alur sekolah pengimbas-terimbas pendidikan inklusi.. 9

  • 1

    I. PENGANTAR

    Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan

    karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya

    tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi

    atau fisik. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK

    memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan

    dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra

    mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille

    dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak

    berkebutuhan biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB).

    (Dr. Mujito dkk, 2012 : 25-26).

    Dari definisi diatas telah jelas menyatakan bahwa kebutuhan

    anak ABK wajib difasilitasi dikarenakan kemampuan dan potensi

    anak bisa digali jika pendidik mampu memahami karakteristik dan

    hambatannya. Pendidik harus lebih kerja keras dalam memahami

    akan kecerdasan, sosial emosional, bahasa, seni dan nilai moral

    agama ABK mengingat hambatan yang dihadapi jauh berbeda

    dengan anak normal pada umumnya. Hambatan ini bisa disebabkan

    oleh ketidaksempurnaan fisik atau gangguan psikologis anak.

    Meninjau dari definisi diatas SLB merupakan solusi yang

    dibuat sebagai wadah lembaga pendidikan untuk mengembangkan

    potensi ABK, akan tetapi jumlah SLB saat ini masih jauh dari kata

    cukup yaitu hanya 1.962 lembaga atau 28.493 Rombel. (Statistik

    Sekolah Luar Biasa (SLB), 2015 : 1). Sedangkan jumlah anak

    berkebutuhan khusus di Indonesia diperkirakan kurang lebih 4,2 juta.

    Ketimpangan yang jauh ini maka pemerintah mulai tahun 2009

    dengan mengembangkan pendidikan yang berbasis pembauran

    (inklusif).

  • 2

    Dalam Permendiknas No 70 tahun 2009 pasal 1, yang

    dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah sistem

    penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada

    semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

    kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan

    atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara

    bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

    Definisi tersebut jelas bahwa ABK diharapkan bisa

    mendapatkan pelayanan pendidikan diluar SLB yaitu sekolah umum

    tanpa harus dikelompokkan pada satu tempat (segresi). Dengan

    demikian pelayanan pendidikan inklusi sangat perlu dioptimalkan

    mengingat selain ketimpangan jumlah ABK dengan SLB cukup besar

    maupun pelaksanaan pendidikan tanpa segresi. Berdasarkan uraian

    tersebut maka penulis mengangkat karya tulis dengan judul Sistem

    Jaringan Pengimbas Terimbas dalam Mengoptimalkan

    Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi Tahun 2016.

    II. MASALAH

    Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis menarik

    permasalahan, yaitu :

    1. tidak adanya sistem yang dibangun secara masif dalam

    pendidikan inklusi;

    2. belum adanya peran SLB pada pendidikan inklusi disekolah

    umum;

    3. belum tersosialisasi dengan baik kepada sekolah agar melakukan

    pendidikan inklusi; dan

    4. keberadaan SLB sebagai sekolah khusus ABK (segresi).

  • 3

    III. PEMBAHASAN DAN SOLUSI

    Pendidikan inklusi merupakan salah satu solusi dalam

    menyelesaikan permasalahan tentang hak setiap orang memperoleh

    pendidikan terutama ABK. Pendidikan inklusi ini hadir dikarenakan

    banyaknya keterbatasan sarana dan prasarana yang disediakan

    pemerintah dalam layanan pendidikan khusus (LPK). Hal ini cukup

    jelas terlihat dari ketimpangan yang cukup besar antara jumlah SLB

    dengan jumlah ABK.

    Ketimpangan ABK dan SLB bisa dilihat berdasarkan data

    Statistik Sekolah Luar Biasa (SLB) Tahun 2015/2016 jumlah SLB

    hanya 1.962 lembaga atau 28.493 Rombel. Sedangkan jumlah ABK

    di Indonesia diperkirakan kurang lebih 4,2 juta, berarti jika

    menggunakan standar ideal 36 orang/rombel, maka dibutuhkan

    117.000 rombel atau 9.700 lembaga SLB dengan jumlah 12

    rombel/sekolah. Berarti menjadi PR pemerintah untuk pemenuhan

    LPK untuk seluruh hak pendidikan ABK maka harus disediakan

    7.738 lembaga SLB lagi. Hal ini tentunya membutuhkan anggaran

    biaya yang cukup besar dalam pendirian satuan pendidikan.

    Perlu menjadi perhatian bagi pemerintah tentang pendidikan

    inklusi yaitu membaurkan ABK dengan anak lain tanpa diskriminasi,

    seperti tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

    20 Tahun 2003 Pasal 11 ayat 1 adalah Pemerintah dan Pemerintah

    Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin

    terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

    negara tanpa diskriminasi.

    Sebaiknya pemerintah lakukan dalam keterbatasan SLB dan

    cara menjalankan undang-undang tersebut yaitu memberdayakan

    terlebih dahulu peran SLB sebagai calon pendamping sekolah inklusi

  • 4

    pada sekolah umum melalui pendidikan inklusi. Pendidikan ini

    dilakukan karena jumlah sekolah di Indonesia bisa memfasilitasi

    semua ABK yang diperkirakan 4,2 juta jiwa tersebut. Jumlah

    lembaga pendidikan yaitu TK : 74.982 lembaga, SD : 148. 272

    lembaga, MI : 23.678 lembaga, SMP : 35.488 lembaga, MTs :

    16.283, SMA : 12.409 lembaga, MA : 96.704 lembaga, dan SMK :

    11.726 lembaga (Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    sampai tahun 2014, dikutip dan dipublikasikan oleh Statistik

    Indonesia tahun 2016).

    Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa besarnya lembaga

    pendidikan secara keseluruhan sebanyak 322.838 lembaga, hal ini

    perlu dioptimalkan jika ada sebuah sistem jaringan yang dibangun

    oleh pemerintah. Dalam hal ini penulis menawarkan sistem jaringan

    pengimbas terimbas dengan mengadopsi cara multi level

    marketing sebagai solusi pendidikan inklusi secara masif. Menurut

    Kamus Bahasa Online pengimbas berarti perolehan sesuatu sebagai

    akibat pengaruh sesuatu yang lain, maka yang menjadi sekolah

    pengimbas diperoleh dari pembinaan pihak yang dilatih pemerintah.

    Dari definisi akan sistem jaringan pengimbas terimbas maka

    ada 4 tahap kerja yang harus dilakukan dalam mengoptimalkan

    pendidikan inklusi tersebut yaitu tahap pelatihan (trainer), tahap

    pembinaan (contruction), tahap pengembangan (expantion) dan

    tahap peleburan (smelter).

    1. Tahap pelatihan (trainer)

    Tahap pelatihan merupakan langkah awal dalam proses

    sistem jaringan pengimbas terimbas. Tahap pelatihan ini

    dikhususkan untuk Kepala SLB yang disiapkan sebagai

    Pendamping Sekolah Inklusi. Materi yang diajarkan dalam tahap

  • 5

    pelatihan ini terutama pada merubah struktur organisasi

    disekolah (restruktusisasi organisasi) yaitu penambahan LPK

    pada bidang kurikulum.

    Materi tentang penyusunan proposal bantuan sekolah

    inklusi yaitu sarana belajar ABK juga tidak kalah pentingnya

    diajarkan, hal ini agar bantuan bisa tepat sasaran. Contoh

    bantuan buku atau panduan huruf braile untuk mendampingi ABK

    yang tunanetra, bantuan buku atau panduan bahasa isyarat

    untuk ABK yang tunarungu dan seterusnya.

    Selebihnya materi tentang pendidikan inklusi, pengenalan

    ABK, Kebijakan Ditjen dan lain-lain juga diberikan tergantung dari

    kebutuhan dan waktu pelaksanaan.

    STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH INKLUSI

    Gambar 1. Contoh struktur organisasi sekolah inklusi

    Kepala Sekolah Komite

    Kepala TU

    PGRI

    Kopri

    Tim Website

    Koordinator

    Laboratorium

    Kepala

    Perpustakaan

    Petugas Kebersihan

    Tim Pengembang

    Kurikulum

    Koordinator Mata

    Pelajaran

    Koordinator Layanan

    Pendidikan Khusus

    (LPK)

    Pembina OSIS

    Pembina Ektra

    Kurikuler

    Pembina Tata Tertib

    Waka Kurikulum Waka Kesiswaan Waka Sapras Waka Humas

    Guru

  • 6

    2. Tahap pembinaan (contruction)

    Tahap pembinaan dilakukan dengan 3 cara yaitu pemetaan

    sekolah inklusi pengimbas, pendidikan dan latihan (diklat) dan

    kunjungan sekolah inklusi pengimbas.

    Pemetaan sekolah inklusi pengimbas dipilih disetiap

    kecamatan, tentunya harus memperhatikan letak geografis,

    ketersediaan sarana dan prasana dan sumber daya manusianya.

    Kemudian sekolah inklusi pengimbas ini diberikan pembinaan

    melalui Diklat tentang Layanan Pendidikan Khusus di Sekolah Inklusi

    dikhususkan bagi wakasek kurikulum. Tujuan diklat diharapkan

    semua wakasek kurikulum mampu merumuskan kebutuhan

    pendidikan inklusi di lembaga sekolahnya masing-masing.

    Selanjutnya materi tentang guru pendamping khusus (GPK)

    sangat penting diajarkan dalam diklat, karena GPK memiliki tugas

    yaitu :

    1. mendampingi /menerjemahkan dalam proses pembelajaran,

    2. menyusun instrumen asesmen pendidikan khusus,

    3. memberikan bimbingan secara berkesinambungan untuk anak

    berkebutuhan khusus,

    4. memberikan konsultasi kepada orang tua yang memiliki siswa

    yang berkebutuhan khusus.

    Implementasi kehadiran GPK sangat penting dilaksanakan

    karena bisa membantu ABK dalam menerima pelajaran dari guru di

    kelas. Selain itu, hadirnya GPK sangat membantu dalam kegiatan

    belajar mengajar guru dan siswa lain dikelas tanpa terhambat

    dengan hadirnya ABK.

  • 7

    Cara terakhir dalam tahapan ini yaitu kunjungan ke sekolah

    pengimbas oleh pendamping sekolah inklusi. Tujuan kunjungan ini

    yaitu untuk membimbing (konseling) dalam proses pembentukkan

    LPK, seperti kurikulum berbasis LPK, program kerja sekolah inklusi

    pengimbas dan pembimbingan GPK. Pembinaan sekolah pengimbas

    tentunya melihat jumlah GPK yang disiapkan yang disesuaikan

    dengan jumlah kelas untuk ABK, misal SD Negeri 1 Sembawa

    sebagai sekolah pengimbas memiliki 3 ruang di kelas I, yaitu:

    1) Kelas I.A pelayanan untuk ABK tunanetra dan tunarungu; GPK

    tunanetra yaitu Adenarisuji, S.Pd. dan GPK tunarungu Mia

    Trianza, S.Pd.

    2) Kelas I.B pelayanan untuk ABK tunagrahita dan tunadaksa; GPK

    tunagrahita yaitu Dwi Maharani, S.Pd. SD dan GPK tunadaksa

    Ayu Andira, S.Pd.

    3) Kelas I.C pelayanan untuk ABK tunalaras dan cacat ganda; GPK

    tunalaras yaitu Harun Al Rasyid, S.Pd. SD dan GPK cacat ganda

    Emilda Sriwahyuningsih, S.Pd.

    3. Tahap pengembangan (expantion)

    Tahap pengembangan dilakukan setelah sekolah pengimbas

    sudah melaksanakan pendidikan inklusi secara baik. Tugas

    sekolah pengimbas menjadi contoh bagi sekolah terimbas sebagai

    pengembangan pendidikan inklusi secara masif. Perlu diperhatikan

    sekolah terimbas tidak harus memiliki LPK secara keseluruhan

    tetapi dua atau tiga LPK sudah cukup, misal SD Negeri 1 Sembawa

    ini memiliki sekolah terimbas yaitu SD Negeri 2 dengan LPK

    tunanetra dan tunarungu, SD Negeri 3 dengan LPK tunalaras dan

    downsindrom, SD Negeri 4 dengan LPK tunagrahita dan tuna

    daksa.

  • 8

    Cara yang dilakukan dalam tahap pengembangan ini sama

    seperti dalam tahap pembinaan, akan tetapi yang perlu menjadi

    penekanan dalam tahap pengembangan yaitu kunjungan ke

    sekolah pengimbas jauh lebih banyak diberikan langsung (praktek).

    Tujuan kegiatan ini agar sekolah terimbas bisa langsung

    mencontoh cara pelaksanaan LPK dalam pendidikan inklusi

    disekolah.

    4. Tahap peleburan (smelter)

    Tahap ini hanya bisa dilakukan oleh kebijakan pemerintah

    dan pemerintah daerah dalam mengubah SLB menjadi sekolah

    umum yaitu, TK/PAUD, SD atau SMP atau SMA inklusi

    percontohan. Jika ini tidak dilakukan maka pelaksanaan jaringan ini

    kurang sempurna dikarenakan pandangan masyarakat jika ABK

    hanya bisa menuntut di SLB saja. Untuk itu yang perlu menjadi

    perhatian pemerintah sebelum melebur SLB menjadi sekolah

    umum yaitu:

    1. Sekolah pengimbas dan terimbas menjalankan LPK dengan

    baik;

    2. Keberadaan sekolah-sekolah inklusi sudah tersosialisasi di

    masyarakat secara luas;

    3. Kesiapan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di SLB

    untuk menjalankan kurikulum sekolah umum.

  • 9

    SISTEM JARINGAN PENGIMBAS TERIMBAS DALAM MENGOPTIMALKAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI

    Gambar 2. Contoh alur sekolah pengimbas-terimbas dalam pendidikan inklusi

    TK Negeri 1 Sembawa

    Keterangan :

    LPK : Layanan Pendidikan Khusus

    DS : Down Sindrom

    Mencontoh

    Membina

    SD N 2 Mariana

    LPK Tunanetra

    LPK Tunarungu

    SD N 3 Mariana

    LPK Tunalaras

    LPK DS

    SD N 4 Mariana

    LPK Tunagrahita

    LPK Tunadaksa

    TK N 3 Sembawa

    LPK Tunalaras

    LPK DS

    TK N 2 Sembawa

    LPK Tunanetra

    LPK Tunarungu

    TK N 4 Sembawa

    LPK Tunagrahita

    LPK Tunadaksa

    Kepala SLB

    SD N 1: Mariana

    SMP N 2 Sungsang

    LPK Tunanetra

    LPK Tunarungu

    SMP N 3 Sungsang

    LPK Tunalaras

    LPK DS

    SMP N 4 Sungsang

    LPK Tunagrahita

    LPK Tunadaksa

    SMP N 1: Sungsang

    Pemerintah

    SLB menjadi

    TK/PAUD/SD/SMP/SMA

    /SMK Inklusi Percontohan

    Melatih

    Merubah

    1 Tahap Trainer

    2 Tahap Construction

    3 Tahap Expantion

    4 Tahap Smelter SMA N 2 BA III

    LPK Tunanetra

    LPK Tunarungu

    SMA N 3 BA III

    LPK Tunalaras

    LPK DS

    SMA N 4 BA III

    LPK Tunagrahita

    LPK Tunadaksa

    SMA N 1: BA III

    Sekolah Pengimbas

    Sekolah Terimbas

    Berjalan Baik

  • 10

    IV. KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS

    Pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang memberikan

    kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk

    mengikuti pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara

    bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Prinsip inklusi

    ini yaitu membaurkan ABK dengan anak normal tanpa

    dikelompokkan menjadi satu (segresi).

    Pendidikan inklusi merupakan solusi terbaik untuk mengatasi

    keterbatasan SLB yang ada saat ini yaitu 1.962 lembaga. Sedangkan

    jumlah ABK diperkirakan 4,2 juta jiwa harus membutuhkan 9.700

    lembaga SLB jika jumlah 12 rombel. Berarti masih 7.738 lembaga

    SLB lagi dan tentunya membutuhkan anggaran biaya yang cukup

    besar dalam pendirian satuan pendidikan tersebut.

    Sistem jaringan pengimbas terimbas dibangun dengan

    mengadopsi cara multi level marketing sebagai solusi pendidikan

    inklusi secara masif dengan pendekatan sekolah umum yaitu

    TK/PAUD, SD, SMP dan SMA/SMK. Ada 4 tahap kerja yang harus

    dilakukan dalam sistem jaringan ini agar bisa berjalan baik, yaitu:

    1. tahap pelatihan (trainer); Kepala SLB disiapkan sebagai

    Pendamping Sekolah Inklusi,

    2. pembinaan (contruction); pemetaan sekolah inklusi pengimbas,

    diklat dan kunjungan sekolah inklusi pengimbas,

    3. tahap pengembangan (expantion); sekolah terimbas mencontoh

    sekolah pengimbas.

    4. tahap peleburan (smelter); kebijakan pemerintah mengubah SLB

    menjadi sekolah umum.

  • 11

    Jika tahapan-tahapan ini dilaksanakan dengan baik maka

    harapan penulis, yaitu :

    1. Seluruh sekolah pengimbas dan terimbas bisa melaksanakan

    pendidikan inklusi,

    2. Ada kebijakan pemerintah tentang perubahan SLB agar menjadi

    sekolah inklusi percontohan seperti, TK/PAUD, SD atau SMP

    atau SMA/SMK, dan

    3. Seluruh ABK bisa dijumpai dan belajar disekolah-sekolah umum

    tanpa dikelompokkan pada satu tempat (segresi) yaitu SLB.

  • 12

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonimus. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

    2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sesneg RI.

    Anonimus. 2016. Statistik Sekolah Luar Biasa (SLB) 2015/2016. Jakarta :

    Kemdikbud

    http://health.detik.com/read/2013/07/17/184234/2306161/1301/jumlah-

    anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-diperkirakan-42-juta

    http://www.kajianteori.com/2015/12/pengertian-pendidikan-inklusi.html

    https://www.bps.go.id/linkTabelStatis

    http://kamusbahasaindonesia.org/imbas

    Mudjito, dkk. 2012. Pendidikan Inklusif. Jakarta : Baduose Media.

    http://health.detik.com/read/2013/07/17/184234/2306161/1301/jumlah-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-diperkirakan-42-jutahttp://health.detik.com/read/2013/07/17/184234/2306161/1301/jumlah-anak-berkebutuhan-khusus-di-indonesia-diperkirakan-42-jutahttp://www.kajianteori.com/2015/12/pengertian-pendidikan-inklusi.htmlhttps://www.bps.go.id/linkTabelStatishttp://kamusbahasaindonesia.org/imbas

  • 13

    LAMPIRAN

  • 14

  • 15

    KTP PENULIS

    NPWP PENULIS