mesjid agung palembang dan komunikasi syiar islam bagi ... · pdf filevolume. 2, no. 3, juni...

12
Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 19790899X Isnawijayani; 19 - 30 19 Mesjid Agung Palembang dan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat Oleh: Isnawijayani Abstract This research aims to know the relationship between Palembang great mosque and Islam propagation communication for community. The hypothesis is the function of Palembang great mosque (x) and Islam communication (y). The population of research is 55 board members of Palembang great mosque. The research uses full sampling technique. The result shows that 99 % Palembang great mosque has strong relationship to Islam propagation communication for community. The determination coefficient is 0,98, it means that Islam propagation communication is 98 determined by function of great mosque as place of worship. We can say that the function of great mosque as place of worship is influenced by 98 % Islam propagation communication and 2 % other factors such as personal communication done by the board. Keywords : Mosque, place of worship, Islam propagation communication Pendahuluan Antara abad ke-7 sampai abad ke-10 kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah dalam rangka penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan Internasional. Kedatangan orang-orang Muslim ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang untuk usaha pelayaran dan berniaga. Keterlibatan orang-orang Islam dalam politik baru terlihat pada abad ke-9 M. Ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi -Tsung (878- 889). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh, sebagian lainnya lari ke Kedah dan Palembang yang berada dalam wilayah Kerajaan Sriwijaya dan mereka membuat perkampungan Muslim. Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang Muslim di wilayah kekuasaannya karena kepentingan ekonomi. Kehadiran pedagang-pedagang Muslim di wilayah kekuasaan Sriwijaya ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan penduduk setempat, karena ajaran-ajaran Islam yang dibawa dan diajarkan oleh pedagang asing mudah menyatu dan dapat diterima masyarakat setempat disebabkan ajaran ini tampil sangat terbuka dan penuh toleransi serta mengajak pengikutnya berpikir dan berbuat rasional. Secara tidak langsung Agama Islam mulai berkembang, baik karena terjadinya hubungan perniagaan juga ada yang melalui hubungan perkawinan. Akibatnya terjadi akulturasi dan transformasi budaya yang cukup signifikan antara Islam dan budaya setempat, seperti adat istiadat, sikap, perilaku dan pola hubungan masyarakat. Berdasarkan hasil Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan pada tanggal 29 Nopember 1984 yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia Tingkat I Sumatera Selatan di Palembang.(Hanfiah: 1985), disimpulkan sbb: sumber-sumber sejarah Doktor Ilmu Komunikasi; Dosen PNSD Kopertis Wilayah II DPK di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNBARA

Upload: vuque

Post on 04-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

19

Mesjid Agung Palembang dan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat

Oleh: Isnawijayani

Abstract

This research aims to know the relationship between Palembang great mosque and Islam propagation communication for community. The hypothesis is the function of Palembang great mosque (x) and Islam communication (y). The population of research is 55 board members of Palembang great mosque. The research uses full sampling technique. The result shows that 99 % Palembang great mosque has strong relationship to Islam propagation communication for community. The determination coefficient is 0,98, it means that Islam propagation communication is 98 determined by function of great mosque as place of worship. We can say that the function of great mosque as place of worship is influenced by 98 % Islam propagation communication and 2 % other factors such as personal communication done by the board.

Keywords : Mosque, place of worship, Islam propagation communication

Pendahuluan

Antara abad ke-7 sampai abad ke-10 kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke

daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah dalam rangka penguasaan Selat Malaka yang

merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan Internasional. Kedatangan orang-orang

Muslim ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena

mereka datang memang untuk usaha pelayaran dan berniaga. Keterlibatan orang-orang Islam

dalam politik baru terlihat pada abad ke-9 M. Ketika mereka terlibat dalam pemberontakan

petani-petani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-

889).

Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh, sebagian lainnya lari

ke Kedah dan Palembang yang berada dalam wilayah Kerajaan Sriwijaya dan mereka

membuat perkampungan Muslim. Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi

orang-orang Muslim di wilayah kekuasaannya karena kepentingan ekonomi.

Kehadiran pedagang-pedagang Muslim di wilayah kekuasaan Sriwijaya ini sangat

berpengaruh terhadap kehidupan penduduk setempat, karena ajaran-ajaran Islam yang dibawa

dan diajarkan oleh pedagang asing mudah menyatu dan dapat diterima masyarakat setempat

disebabkan ajaran ini tampil sangat terbuka dan penuh toleransi serta mengajak pengikutnya

berpikir dan berbuat rasional. Secara tidak langsung Agama Islam mulai berkembang, baik

karena terjadinya hubungan perniagaan juga ada yang melalui hubungan perkawinan.

Akibatnya terjadi akulturasi dan transformasi budaya yang cukup signifikan antara Islam dan

budaya setempat, seperti adat istiadat, sikap, perilaku dan pola hubungan masyarakat.

Berdasarkan hasil Seminar Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan pada

tanggal 29 Nopember 1984 yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia Tingkat I

Sumatera Selatan di Palembang.(Hanfiah: 1985), disimpulkan sbb: sumber-sumber sejarah

Doktor Ilmu Komunikasi; Dosen PNSD Kopertis Wilayah II DPK di Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNBARA

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

20

sepanjang yang dapat diketahui, masuknya Islam ke Sumatera Selatan, khususnya Palembang

diperkirakan terjadi sekitar abad pertama tahun Hijriyah atau abad ke-8 M, dengan jalan damai

melalui pelayaran dan perdagangan. Para pedagang yang membawa agama Islam ini diterima

dengan baik sebagai salah satu kelompok pedagang Muslim di lingkungan kerajaan Sriwijaya.

Kelompok pedagang muslim ini selain berdagang, melakukan pula jubungan dengan

kelompok masyarakat lainnya sehingga secara berangsur-angsur dan sesuai dengan kondisi

setempat pada masa itu tumbuhlah agama ini secara lambat laun sepanjang abad ke-7 hingga

abad ke-14 M.

Pertumbuhan Agama Islm di Sumatera Selatan khususnya Palembang sejalan dengan

pertumbuhan mesjid sebagai tempat ibadah. Lahirnya bangunan-bangunan mesjid sepanjang

sejarah perkembangannya adalah sesuai dengan sejarah perkembangan Islam di Indonesia

serta tidak lepas dari pengaruh perkembangan kebudayaan “semasa” yang

melatarbelakanginya. Begitu juga yang terjadi di Palembang, Mesjid yang terkenal sejak

kerajaan Sriwijaya, yaitu Mesjid Agung Palembang. Makna dan fungsi mesjid sebagai

bangunan yang telah menyatu dengan perkembangan Islam di Indonesia tersebut dapat dibaca

dari bentuk serta corak yang ditampilkan bangunan mesjid itu.

Dalam perkembangan selanjutnya, apa yang ada di Mesjid Agung harus dijaga dan

dipelihara untuk kepentingn umat. Untuk itulah dibentuk Yayasan Mesjid Agung Palembang.

Yayasan ini berdiri pada 7 Maret 1952 dan dikukuhkan secara hukum pada 21 Oktober 1985.

Kemudian, Mesjid Agung bukan hanya sekedar tempat ibadah, tetapi menjadi pusat ilmu,

pusat seni, dan pusat informasi Islam, bahkan menjadi pusat-pusat kegiatan lainnya yang

berkaitan dengan Agama Islam.

Mesjid ini bukan hanya dikunjungi jemaah dari Sumatera Selatan, tetapi dari seluruh

Indonesia. Biasanya mereka datang sambil berwisata mengunjungi tempat-tempat bersejarah,

pariwisata, dan juga wisata kuliner. Di Mesjid Agung, banyak kegiatan yang diberikan sejak

pengurus terbentuk. Dan jika seseorang berkunjung melihat keindahan Mesjid ini, sekaligus

mendapatkan pengetahuan tentang ke Islaman. Inilah keuntungan mengunjungi Mesjid Agung.

Untuk itulah penulis tertarik mengkaji Mesjid Agung Palembang dan Komunikasi Syiar Islam

Bagi Masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Fungsi Mesjid Agung

Palembang dengan Komunikasi Syiar Islam bagi Masyarakat

Tinjauan Pustaka

Mesjid (Sajadah, Yasjudu artinya adalah tempat sujud atau menyembah). Dalam arti

“sempit”: mesjid adalah suatu bangunan, gedung atau suatu lingkungan yang berpagar

sekelilingnya didirikan secara khusus sebagai tempat beribadah kepada Allah SWT,

khususnya untuk mengerjakan sholat. Dalam arti “luas”: menurut hadist Buchari dikatakan

“Seluruh jagat telah dijadikan bagiku mesjid” sedang hadist Muslim mengatakan “di mana

saja engkau berada jika waktu sholat tiba, sholatlah, karena di situpun mesjid.”

Ketika Nabi Muhammad SAW menginjakkan kakinya di kota Madinah dalam rangka

hijrah dari kota Makkah Al Mukarramah pada tahun pertama hijriah (622 M), Beliau langsung

membangun sebuah mesjid. Dari momentum inilah dapat diketahui betapa pentingnya fungsi

sebuah mesjid. Mesjid pertama yang didirikan Rasulullah di kota Madinah itu dikenal dengan

Mesjid Quba. Kaum muhajirin, golongan mukmin pertama secara gotong-royong atas

pengarahan nabi Muhammad SAW mendirikan mesjid tersebut dengan bahan dari pelepah-

pelepah daun kurma serta batu-batu yang ada digurun pasir tersbut.

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

21

Mesjid sebagai lambang Islam, merupakan barometer dari kondisi dan kesadaran umat

Islam pada suatu tempat dan waktu. Secara harfiah mesjid bermakna sebagai tempat sujud,

tempat sholat. Mesjid berasal dari kata Arab “mesjidu”. Dalam dua hadist Nabi Muhammad

SAW menyebutkan tempat sujud itu bukan semata-mata di mesjid.

Selain tempat bersujud, sholat, keberadaan mesjid berfungsi sangat luas. Namun ada dua

fungsi utama keberadaan mesjid yakni sebagai sarana penghubung secara vertikal

(hablumminallah) dan sebagai sarana hubungan komunikasi secara horizontal

(hablumminannas). Keduanya menunjukkan kedua mesjid berfugsi sebagai tempat ibadah

(Bangun Lubis, 2003:27). Adapun fungsinya secara luas sebagai berikut :

1. Mesjid adalah tempat umat muslim berkumpul dan bersilahturahmi baik pada waktu sholat

maupun sebagai pusat kegiatan upacara keagamaan (centre for divine service);

2. Nabi sering menerima wahyu di mesjid dan menerangkan hukum-hukum Islam, selain

bidang agama juga bidang sekuler menurut Islam juga diajarkan;

3. Mesjid menjadi tempat mengumumkan hal-hal penting dalam kehidupan rakyat;

4. Biasanya disebelah utara mesjid dibangun ruangan Suffa untuk tempat tinggal bagi mereka

yang ingin belajar secara mendalam tentang Islam;

5. Semasa Nabi hidup, segala persoalan mengenai Ad dien termasuk masalah-masalah hukum

dapat ditanya atau dimintakan pemecahnnya pada Nabi sendiri. Mesjid sebagai pusat

pendidikan (education centre);

6. Dimesjid disimpan pula kas negara atau kas masyarakat muslim guna membiayai

kesejahteraan sosial kaum muslim;

7. Mesjid juga dapat dipergunakan sebagai tempat menerima utusan-utusan negara lain,

tempat markas besar tentara muslim dan tempat merawat orang-orang yang terluka. Disini,

mesjid sebagai institusi negara (state institution), dan;

8. Selain itu juga sebagai tempat menyelesaikan persalisihan, tempat upacara pernikahan,

tempat jenazah disembahyangkan dan tempat menginap para musafir.

Dengan demikian mesjid sebagai lembaga pertama dan utama bagi umat Islam serta

pusat kehidupan masyarakat muslim, sekaligus mesjid sebagai pusat ibadah dan kebudayaan

Islam. Makna dan fungsi mesjid memang sangat luas. Tidak saja sebagai tempat peribadatan

yang menyangkut masalah-masalah ukhrowi, tetapi juga mesjid dapat dijadikan umat Islam

sebagai tempat membahas masalah-masalah duniawi. Tempat bertemu, bersosialisasi dan

berkomunikasi.

Sedangkan komunikasi berarti proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada

orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik secara

lisan maupun tidak langsung melalui media. Jadi tujuannya adalah memberi tahu (information)

atau mengubah sikap (attitude), memunculkan pendapat (opinion), atau merubah perilaku

(behavior), sehingga komunikasi tujuannya bersifat informatif dan persuasif (Effendi, 2002).

Rogers dan Kincaid (1982) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana

partisipan membuat berbagai informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling

pengertian.

Sementara Barlund dalam Devito (1989) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah

suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, pengolahan pesan yang terjadi dalam

diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Pesan yang

disampaikan dalam komunikasi dapat berupa apapun termasuk di dalamnya syiar Islam. Syiar

Islam artinya kemuliaan, kebesaran apa-apa yang terkandung dalam ajaran Islam. Islam

adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman pada Kitab Suci Al-

Qur’an , yang diturunkan ke dunia melalui Wahyu Allah SWT (Depdiknas, 1993:388).

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

22

Metodologi

Kajian ini dilakukan pada Agustus 2008, menggunakan metode deskritif analitis

korelasional. Penelitian ini mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner

sebagai alat pengumpulan data pokok(Singarimbun, 1989:3). Dalam penelitian tersebut

populasinya adalah seluruh pengurus Mesjid Agung Palembang yang berjumlah 55 orang.

Paradigma hubungan antar variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Operasional Variabel

Hipotesisnya adalah Ada hubungan antara Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan

dengan komunikasi syiar Islam bagi masyarakat.

Variabel Bebas (X), Dalam penelitian ini Mesjid Agung Palembang dan Variabel Terikat

(Y) : Komunikasi Syiar Islam. Operasionalisasi variabel bebas dan variabel terikat (tidak

bebas) tersebut di atas dituangkan dalam tabel berikut :

Tabel

Operasional Variabel Terhadap Indikator

No Variabel Dimensi Indikator

1. X = V.bebas Mesjid Agung

Palembang

Tempat

Peribadatan

Mengatur dan Melayani

Peribadatan

2. Y= V. terikat

Komunikasi Syiar Islam

Bagi Masyarakat.

Komunikasi

Syiar Islam

Dakwah dan Kaderisasi. Irma

Fordawa

Jadi didasarkan pada ukuran-ukuran variabel di atas dapat digambarkan menurut

diagram jalur sebagai berikut :

PXY

Gambar Konstelasi Model Penelitian

Di mana :

X : Variabel Fungsi Mesjid Agung Palembang

Y : Variabel Komunikasi Pendidikan Syiar Islam bagi Masyarakat

PXY : Parameter struktural yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel X

terhadap Y

: Faktor lain yang tidak di ukur di luar X

Indikator-indikator dari variabel X dan Y tersebut di atas dijabarkan ke dalam bentuk

kuesioner (daftar pertanyaan). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan Pengurus

Yayasan Mesjid Agung Palembang, berjumlah 55 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel.

X Y

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

23

Kerangka sampel ini cukup valid menurut pendapat Champion dan AA. K. Bailay yang

menyatakan bahwa analisis statistik di perlukan paling sedikit 30 sampai dengan 100

responden. Oleh karena itu teknik pengambilan sample yang digunakan adalah sample penuh.

Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan skala interval untuk semua variabel yaitu mempunyai satu ciri

tambahan pada skala ordinal : urutan data mempunyai jarak yang sama (Rakhmat, 1985:22).

Jarak yang sama penelitian ini yaitu terletak pada jarak yang sama masing-masing atribut

(nilai variabel penelitian. Adapun jenjang yang digunakan dalam penelitian ini penulis

menggunakan nilai interval dengan 3 jenjang.

Berdasarkan hipotesis konseptual, maka alat analisis yang dipergunakan adalah dengan

uji statistik koefisien korelasi Product Moment (Hadi, 1992:273) dengan rumus sebagai

berikut :

R yx = Σ xy

√( Σ x2)(Σ y

2)

Kemudian untuk menentukan tingkat korelasi antara X dengan Y digunakan tabel

interprestasi koefisien korelasi dari pendapat Guilford (dalam Rakhmat, 1985:22): yaitu :

1. Kurang dari 0,20 hubungan rendah sekali, lemah sekali;

2. 0,20 – 0,40 hubungan rendah tetapi pasti;

3. 0,40 – 0,70 hubungan yang cukup berarti;

4. 0,70 – 0,90 hubungan yang tinggi, kuat, dan;

5. lebih dari 0,90 hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali dapat diandalkan .

Kemudian dilihat signifikasi hubungan antara X dengan Y.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu selama 3 bulan. Dalam penelitian ini

semua angket yang diedarkan dapat dikumpulkan secara lengkap. Setelah diperiksa, seluruh

angket yang berjumlah 55 ini dianggap valid dan layak untuk dinalisis. Hasil rekapitulasi skor

masing-masing variable dihitung dengan persentase per item dan analisis hubungan Product

Moment. Dalam pengamatan selintas didapatkan bahwa semua responden adalah pengurus

Mesjid Agung Palembang yang mengetahui seluk beluk tentang Mesjid Agung tersebut.

Jumlah pertanyaan dalam angket ada 30 buah pertanyaan yang bersifat tertutup. Angket

No. 1-15 berisi tentang latar Mesjid Agung Palembang sebagai tempat peribadatan. Sedangkan

angket No. 16-30 berisi tentang pertanyaan Komunikasi Syiar Islam Bagi Masyarakat.

Fungsi Mesjid sebagai Tempat Peribadatan

Selama dalam pengamatan, pengurus Mesjid Agung Palembang bersama-sama mengatur

keberadaan Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan dan memberikan Komunikasi Syiar

Islam Bagi Masyarakat dalam bentuk Mengatur dan Melayani Peribadatan. Ditanyakan kepada

responden apakah Bidang Peribadatan mengatur dan melayani para jemaah yang akan

melaksanakan sholat. Ternyata 50 orang (90%) mengatakan bahwa Bidang Peribadatan

mengatur dan melayani para jemaah yang akan melaksanakan Shalat Rawatib, Jum’at,

Tarawih, dan sholat sunat lainnya. Hanya 2 orang (3,6%) yang mengatakan kadang-kadang,

dan 3 orang (5,4%) yang menyatakan tidak.

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

24

Dalam memfungsikan dirinya sebagai tempat peribadatan, Pengurus Yayasan Mesjid

Agung 45 orang (82%) mengatakan selalu memperingati Tahun-Tahun Baru Islam. Hanya 10

orang responden (18%) yang menyatakan kadang-kadang dan tidak. Oleh karena itu agar

masyarakat termotivasi untuk datang ke Mesjid Agung sebagai tempat peribadatan, 40 orang

responden (72%) mengatakan selalu mengadakan silaturhmi Remaja Mesjid se Kota

Palembang. 10 responden (18%) mengatakan kadang-kadang dan 5 orang (9%) yang

mengatakan tidak.

Sebagai tempat peribadatan, diperlukan kedisiplinan dan keteraturan bagi para jemaah

untuk melaksanakan sholat. Oleh karena itu 40 responden (82%) mengatakan dilakukan

pembuatan garis shaf. Responden lainnya 9 orang (16%) mengatakan kadang-kadang dan 6

orang (12%) mengatakan tidak. Dan ternyata untuk memasyarakatkan Mesjid Agung sebagai

tempat peribadatan, 53 responden (96%) mengatakan di Mesjid ini dilaksanakan Tablig Akbar

Hari Jadi Mesjid Agung Palembang.

Selanjutnya dari 55 responden, 48 orang (87%) mengatakan bahwa di Mesjid Agung

diadakan Haflah Al-Quran. 45 responden (82%). Ada 45 orang (82%) yang mengatakan di

Mesjid Agung juga diadakan Mujawaddah Syarofal Anam (Perayaan-Perayaan dengan

Budaya Islam seperti terbangan dan berzanji). Lalu 45 orang (82%) juga yang mengatakan di

Mesjid Agung selalu mengadakan Pesantren Ramadan. Di samping diadakan peringatan

tahun-tahun baru Islam, 45 responden (82%) mengatakan bahwa di Mesjid Agung diadakan

juga peringatan Hari-Hari Besar Islam. Dan 47 responden (85%) mengatakan bahwa di

Mesjid Agung selalu diadakan Lomba Ratib Hadad.

Dalam angket nomor 11 hingga nomor 15 yang disebarkan, ternyata responden cukup

mengetahui dan memahami apa-apa yang dilaksanakan di Mesjid Agung. Pernah dilakukan

penertiban Jadwal Sholat menurut 50 responden (90%). Kegiatan kajian Imam Syafei

dilakukan di Mesjid Agung menurut 45 orang (82%) responden.

Agar di Bulan Ramadhan, kegiatan di bulan suci berjalan baik, maka sebelumnya sudah

dilakukan Rapat Amaliah Ramadhan. Hal ini bertujuan agar para jemaah yang menjalankan

peribadatan di bulan suci mendapat pelayanan yang prima. Hal ini diungkapkan 45 orang

(82%) responden. Rencana Pembinaan Orang tua anak yatimpun diberikan di Mesjid Agung.

Kegiatan ini dilakukan agar dalam mendidikan anak yatim, diarahkan pada pendidikan yang

selalu ingat untuk beribadat kepada Penciptanya. hal ini dikatakan 48 orang (87%) responden.

Pengurus yayasan Mesjid juga melakukan inventarisasi dan tes calon ulama untuk ikut Ma’had

Aly (sekolah tinggi/lembaga pesantren tinggi). Informasi seperti ini diungkapkan oleh 50

orang (90%) responden.

Hasil kajian ini sesuai dengan apa yang dikatakan Gajahnata (2000:233) bahwa sebagai

Pengurus Mesjid dalam mengelola mesjid harus memiliki motivasi yang tinggi dari Hadist

Nabi. Bukan hanya perlu memiliki kesadaran dan pengertian yang penuh terhadap tugas-tugas

yang telah menjadi tanggungjawabnya juga perlu ditambahkan dengan motivasi keimanan

yang tinggi sebagai prakondisi untuk menjadi pengurus Mesjid. Mesjid Agung yang sudah

menjadi milik semua umat di Palembang, Indonesia, bahkan dunia menjadi semakin besar

eksistensinya.

Gajahnata (2000) juga menyebutkan, bahwa makin besar jangkauan pembinaan umat

yang diasuh oleh mesjid itu hendaknya makin beraneka ragam kegiatan dapat diadakan. Titik

berat program kegiatan tetaplah peribadatan dalam arti seluas-luasnya. Dari kegiatan

Pengajian Al-Qur’anul Karim sampai kepada ceramah dan diskusi-diskusi ilmiah. Pendapat ini

telah dilakukan oleh Pengurus Mesjid Agung Palembang.

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

25

Bahasan lain mengatakan mengapa Mesjid sebagai tempat peribadatan sangat

diperlukan dalam era komunikasi seperti ini. Menurut Muis dalam Komunikasi Islami

(2001:300) Dalam berbagai macam perubahan sosial sebenarnya agama harus tampil untuk

membantu manusia memahami banyak kejadian baru yang sering sukar dijangkau oleh akal

manusia. Mesjidlah tempatnya untuk memecahkan masalah dalam kegiatan-kegiatan yang

diberikan pengurus kepada masyarakat.

Komunikasi Syiar Islam

Komunikasi Syiar Islam atau Komunikasi Islam yang lebih fokus pada Al-Qur’an dan

Hadist Nabi Muhammad SAW (Muis, 2001). Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber

tuntunan kehidupan manusia menjadikan wajib untuk dibaca oleh umatnya. Namun dalam

mempelajari dan membacanya diperlukan proses yang panjang. Tentu saja Komuniasi Syiar

Islam mempunyai implikasi-implikasi tertentu terhadap makna proses komunikasi, model

komunikasi, media, etika dn kebijakan media. Oleh karena itu komunikasi syiar Islam proses

penyampaian pesan antara manusia yang didasarkan pada ajaran Islam dalam bentuk Dakwah

dan Kaderisasi.

Dakwah menyampaikan dan mengajarkan Islam kepada umat manusia dan

merealisasikannya di tengah-tengah kehidupan. Pada hakekatnya dakwah Islam merupakan

aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman

dibidang kemasyarakatan. Semua dilaksanakan untuk mempengruhi cara merasa, berfikir,

bersikap dan bertindak pada tataran realita, individual, sosio kultural dalam rangka

mewujudkan ajaran Islam di semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu

(Palopi, 2001:40-41). Berkaitan dengan hal ini, Komunikasi Pendidikan Syiar Islam di Mesjid

Agung menurut 52 orang (94%) responden mengatakan selalu, 2 orang (4%) mengatakan

kadang-kadang, dan 1 orang (2%) responden mengatakan tidak, diadakan Pendidikan Al-

Qur’an bagi masyarakat. Artinya 98% responden mengatakan bahwa di Mesjid Agung selalu

dan kadang-kadang diadakan pendidikan Al-Qur’an.

Komunikasi Syiar Islam juga diberikan di Mesjid Agung. Dalam bentuk Zikir Syarofah

Anam 12-an (Puji-pujian kepada Allah dengan berlagu/seni). Kegiatan ini dilakukan agar

dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, diarahkan pada pendidikan yang selalu ingat

kepada Penciptanya. Hal ini dikatakan 50 orang (91%) responden, selalu dan kadang-kadang

di Mesjid Agung dilakukan Zikir Syarofah 12-an bersama masyarakat yang berisi puji-pujian

kepada Allah diiringi musik terbangan.

Dalam mempelajari syiar agama Islam, di Mesjid Agung juga dilakukan Pendidikan

Kitab Kuning yaitu kajian buku kuno kitab Agama Islam yang berisi sejarah kebudayaan

Islam. Ciri dari seseorang mempelajari Islam dengan baik adalah faham Kitab Kuning. Hal ini

selalu dilakukan menurut 45 orang (82%) responden. Dalam menunjang pendidikan syiar

Agama Islam dan memudahkan membaca buku-buku kuno serta buku-buku lainnya, di Mesjid

Agung diberikan Pendidikan Bahasa Arab bagi masyarakat. Menurut 53 orang (96%)

responden Bidang Pendidikan Mesjid Agung selalu memberikan pendidikan Bahasa Arab bagi

masyarakat.

Semua kegiatan yang dilakukan di Mesjid Agung, tentu saja tidak akan berjalan secara

otomatis, jika tidak diatur dan dimanajemen dengan baik. Untuk itulah Bidang Pendidikan

menurut 40 orang (78%) responden selalu memberikan Pendidikan Administrasi Perkantoran

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

26

dan Keuangan kepada Pengurus Yayasan Mesjid dan kepada masyarakat. Dalam mengikuti

perkembangan teknologi komunikasi yaitu dalam menggunakan komputer yaitu sarana atau

alat yang digunakan dalam memudahkan mengirim dan menerima pesan (berkomunikasi).

Selanjutnya orang sering juga menyebut dengan teknologi informasi. Bahkan untuk lebih

memudahkan kadang-kadang orang menyebutnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK). Tidak lain adalah pemahaman dan penggunaan komputer. Sejumlah 50 orang (98%)

responden selalu dan kadang-kadang mengatakan, Bidang Pendidikan memberikan pendidikan

komputer bagi Pengurus Yayasan Mesjid dan masyarakat. Bidang pendidikan memberikan

pendidikan berzikir, tahlil, dan berjanji yang berisi puji-pujian akan kebesaran Allah. Hal ini

dilakukan sebagai salah satu cara komunikasi pendidikan syiar Islam yang diberikan mesjid

kepada masyarakat. Ada 45 orang (82%) responden yang mengatakan di Mesjid Agung selalu

melakukan kegiatan ini.

Mendidik anak mulai dari kandungan, setelah lahir ia akan tumbuh berkembang dan

memasuki usia taman kanak-kanak. Pada masa inilah perlu ditanamkan pendidikan dasar

tentang moral dan etika. Untuk itulah sebanyak 45 orang (82%) responden selalu memberikan

Pendidikan Guru TK bagi masyarakat yang berkeinginan. Komunikasi Syiar Islam juga

diberikan dalam bentuk Pendidikan dan Latihan Imam dan Khatib. Dalam kegitan ini

bertujuan untuk penyelenggaraan Sholat dan do’a yang terorganisir dan terarah, sehingga

tidak menyalahi aturan-aturan yang berlaku. Sebanyak 40 orang (72%) responden bersama

masyarakat mendapat pendidikan dan Pelatihan Imam dan Khatib bekerjasama dengan

Departemen Agama.

Orang hidup di dunia pada akhirnya akan dipanggil oleh Allah SWT, untuk

mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukannya semasa hidup. Pada saat dipanggil

inilah, seseorang dikatakn meninggal dunia dan menjadi jenazah. Tak satu gerak apapun yang

dapat dilakukan, terhadap dirinyapun tak dapat dilakukannya. Menjadi kewajiban bagi orang

yang masih hidup untuk menguru jenazah hingga dimakamkan. Tidak semua orang yang

hidupun mengetahui dan faham cara mengurus jenazah. Ternyata menurut 43 orang (78%) di

Mesjid Agung selalu menyelenggarakan pelatihan cara memandikan jenazah, menyolatkan

jenazah, dan memakamkan jenazah bagi masyarakat.

Hidup di dunia ada yang dipimpin dan yang memimpin. Begitu juga dalam hal

menjalankan sholat lima waktu. Kapan agar umat Islam memulai sholat pada waktunya. Hal

ini ditandai dengan adzan yang dikumandangkan oleh seorang Muazim. Lalu dalam Sholat

ada Maasyirol yang mendampingi Imam dalam bersholat, dan diakhir Sholat ada Mubaligh

yang berdakwah mensyiarkan Agama Islam. Untuk menunjang hal ini 45 orang (82%)

responden mengatakan Bidang Pendidikan Mesjid Agung memberikan Pendidikan mu’azim,

maasyirol dan mubaligh bagi masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang wajib melaksanakan komunikasi pendidikan

syiar Islam, dan diharapkan menjadi seorang pemimpin dimanapun dalam kelompoknya.

Untuk itu agar dapat menjadi pemimpin menurut syariat Islam, maka dalam kajian ini

sejumlah 45 orang (82%) responden mengatakan di Mesjid Agung memberikan Pelatihan

Kepemimpinan Islam bagi masyarakat.

Sebelum menjadi tua, semua manusia dilahirkan dibesarkan dan menjadi remaja dan

dewasa. Pada saat inilah perlu diberikan pendidikan dan pemahaman tentang Agama dan

hidup dengan syariat Islam. Ternyata di Mesjid Agung juga memberikan kaderisasi

pendidikan bagi generasi muda. Menurut 45 orang (82%) responden mengatakan di Mesjid

Agung memberikan Pendidikan Generasi Muda Islam bagi masyarakat. Hal ini bertujuan agar

generasi muda yang kreatif dan inovatif tidak salah langkah.

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

27

Di samping memberikan Komunikasi Pendidikan Syariat Islam yang terdiri dari

pemahaman, pendidikan, dan pelatihan. Ternyata dunia Islam tidak lupa harus memiliki rasa

keindahan dan kesenian. Sejumlah 40 0rang (72%) responden membenarkan bahwa di Mesjid

Agung juga memberikan Pelatihan Kesenian Islam bagi masyarakat. Kesenian Islam memiliki

aturan dan keindhan tersendiri yang dapat ditampilkan di depan umum. Ada keterbatasan-

keterbatasan yang harus dijaga, tetepi tidak mengurangi kreativitas dalam berseni. Menurut

Quraisy Shihab (Yahya, 2004:161) seni adalah keindahan yang merupakan ekspresi ruh dan

budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keselarasan, keserasian,

keharmonisan, dan ketepatan yang mempesona batin manusia. Seni lahir dari sisi terdalam

manusia, berupa rasa dan imajinasi yang terekspresi dalam ketrampilan bakat yang indah.

Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah yang dianugrahkan Allah kepada

hamba-hambanya.

Tidak semua orang dapat bertanya dan datang ke Mesjid Agung untuk berkonsultasi

tentang Komunikasi Pendidikan Syiar Agama Islam. Komunikasi tidak harus bertatap muka,

tapi juga dapat menggunakan media massa. Di Palembang ini ada 24 Radio Siaran Swasta, 1

stasiun RRI Cabang Madya Palembang, 2 televisi swasta dan satu TVRI Sumsel. Semua

media ini dapat menyiarkan Syiar Islam sebagai pendidikan, sosialisasi, dan pemahaman

tentang Islam. Komunikasi massa pada umumnya, mempunyai fungsi (Effendy, 1986:82)

dalam masyarakat sebagai :

a. Menyiarkan informasi (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

Dari ketiga fungsi tersebut, yang mana yang akan diutamakan, sangatlah tergantung

kepada jenis media massanya. Fungsi utama surat kabar, sebagai media massa adalah untuk

menyiarkan informasi. Karena khalayak berlangganan atau membeli surat kabar karena

mereka memerlukan informasi, memerlukan berita, mengenai berbagai peristiwa. Ingin

mengetahui apakah yang sedang dikerjakan oleh orang lain, apakah yang sedang dipikirkan

oleh orang lain dan ingin pula mengetahui apakah yang dikatakan orang, tentang suatu

peristiwa. Menurut 40 orang (72%) responden Pengurus Yayasan Mesjid Agung Palembang

memberikan konsultasi Agama lewat RRI bagi masyarakat. Kegiatan ini diharapkan pesan-

pesan yang disampaikan dapat diterima oleh seluruh masyarakat Palembang dan Sumatera

Selatan.

Hasil rata-rata persentase (80,6%) jawaban Mesjid Agung Sebagai Tempat Peribadatan

berfungsi dengan baik masuk dalam kriteria baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa

Komunikasi Syiar Islam dilakukan dengan baik.

PERHITUNGAN KORELASI UNTUK MELIHAT HUBUNGAN

Rumus Product Moment (Soegiyono, 1998) adalah :

Σ xy

ryx = --------------------

√( Σ x2)(Σ y

2)

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

28

Keterangan :

r = Nilai korelasi

X = Nilai Variabel bebas = 314,1

Y = Nilai Variabel Terikat= 309,25

Σ = Lambang jumlah

Jika nilai itu dimaksukkan dalam rumus, menjadi

97109 97109 97109

ryx = -------------------- = --------------- = ----------- = 0.99

(98658)( 95637) 9435355146 97136

Nilai 0,99 masuk dalam kategori hubungan sangat tinggi; kuat sekali dan dapat dipercayai.

Setelah itu dilakukan uji signifikan korelasi product moment, dengan langsung merujuk

pada tabel r product moment (dalam lampiran). Dari tabel dapat dilihat bahwa untuk n = 55,

taraf kesalahan 5%, maka harga r tabel = 0.266 Ketentuan, bila r hitung lebih kecil daripada

tabel, maka pernyataan tidak ada hubungan diterima dan ada hubungan ditolak. Sebaliknya

jika r hitung lebih besar daripada tabel, maka ada hubungan yang diterima. Ternyata r hitung

(0.99) lebih besar daripada r tabel (0.266). Dengan demikian koefesien korelasi 0.99 itu

sifgnifikan.

Analisis korelasi dilanjutkan dengan menghitung koefesien determinasi dengan cara

mengkuadratkan koefesien yang dipengaruhi. Jadi determinasi untuk peningkatan tiras

suratkabar adalah 0.992

= 0.98. Hal ini berarti varians yang terjadi pada Komunikasi

Pendidikan Syiar Islam adalah 98% ditentukan oleh Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat

Peribadatan. Pengertian ini diartikan bahwa Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat Peribadatan

berakibat pada Komunikasi Pendidikan Syiar Islam sama dengan 98%, dan sisanya 2%

dipengaruhi faktor lain, seperti komunikasi-komunikasi personal yang dilakukan pihak

pengurus yayasan.

Setelah dilakukan analisis per-item, dari setiap jawaban yang diberikan dan persentase

jawaban, serta korelasi Product Moment, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima, dimana

Fungsi Mesjid Agung Palembang Sebagai Tempat Peribadatan 98% berhubungan erat dengan

Komunikasi Syiar Islam bagi masyarakat.

Simpulan dan Saran

Simpulan

1. Mesjid Agung berfungsi dengan baik sebagai Tempat Peribadatan dan melakukan

komuniasi syiar Islam dengan baik. Komunikasi Syiar Islam dalam dakwah dan kaderisasi

dilakukan dalam bentuk, ceramah, kajian, seni, kepemimpinan, lomba, teknologi dan lain-

lain.

2. Setelah dilakukan analisis per item, dari setiap jawaban yang diberikan dan persentase

jawaban, serta korelasi Product Moment, maka dapat disimpulkan hipotesis diterima, di

mana Fungsi Mesjid Agung Sebagai Tempat Peribadatan 98% berhubungan erat dengan

Komunikasi Syiar Islam bagi masyarakat.

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

29

Saran

Untuk meningkatkan Fungsi Mesjid Agung sebagai Tempat Peribadatan dalam Komunikasi

Syiar Islam bagi masyarakat, paling tidak mempertahankan fungsi yang sudah ada, maka :

1. Perlu selalu diberikan pendidikan dan pelatihan manajemen bagi pengurus Yayasan Mesjid

Agung, agar masyarakat lebih bangga dan percaya kepada kepengurusan yang ada;

2. Memasyarakatkan dengan menggunakan media massa atau media khusus bahwa di Mesjid

Agung dapat dipergunakan sebagai pusat kegiatan umat Islam di Sumatera Selatan.

Misalnya sebagai balai pernikahan;

3. Memperbanyak frekuensi dakwah melalui media massa cetak dan elektronik. Mesjid

Agung dapat memberdayakan radio swasta dan televisi lokal yang ada di Palembang,

bahkan di Sumatera Selatan;

4. Mengajak masyarakat lebih dekat dan mau berkunjung ke Mesjid Agung agar banyak

pendidikan syiar Islam yang didapatkan, dan;

5. Pemerintah mempromosikan Mesjid Agung sebagai pusat kegiatan ke Islaman dan Wisata

Ibadah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. 1987. Islam dan Masyarakat – Pantulan Sejarah Indonesia. Jakarta: LP3S

Arifin, H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Akib, RM. 1930. Sejarah Melayu Palembang: Bandung: Druuk Ekonomi

Arni, Muhammad. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Gajahnata. 2000. Pendidikan Bernuansa Qur’ani. Palembang: Universitas Sriwijaya

Gorden, William I. 1978. Communication: Personal and Public, California: Sherman Oks CA

Alfred.

Hadi, Sutrisno. 1992. Prosedur Penelitian. Bandung: Alfabeta

Hall, Edward T. 1959. The Silent Language. New York: Doubleday

Lubis, Bangun. 2003. Mesjid Agung Palembang. Palembang: Pemprov Sumsel.

Mulyana, Dedy. 2000. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda Karya

Muis, Abdul. 2001. Komunikasi Islam. Bandung: Remadja Rosdakarya

Volume. 2, No. 3, Juni 2009 ISSN: 1979– 0899X

Isnawijayani; 19 - 30

30

Rakhmat, Djalaluddin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung Remadja Rosdakarya

Singarimun, Masri. 1989. Metodologi Penelitian Masyarakat. Yogyakarta: UGM Press

Sugiono. 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta

Sumber Lain :

Kitab Suci Al Qur’an Dan Al Hadist

Palupi, Opi. 2001. Dakwah Islamiyah; dalam Wardah Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan,

No 4/Th2/Desember 2001. Palembang: Fakultas Dakwah IAIN Raden Patah

Yahya, Wildan. 2004. Strategi Dakwah dalam Pengembangan Seni dan Peradaban, dalam

Mediator, Jurnal Vol.5. No1. hal. 161. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi UNISBA

Wellan, JWJ. 1939. Bijdrage tot de Geschiedenis van de Mesjid Lama te Palembang. Culturrel

Indie, Vol 1, Hal. 305-314)