makalah konsep komunikasi antar budaya

43
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA Komunikasi antarbudaya adalah salah satu konteks terbaru dalam komunikasi. Munculnya komunikasi antarbudaya ini disebabkan oleh perkembangan lingkungan internasional. Banyak perusahaan Amerika menjalin bisnis dalam pasar dunia. Banyak di antaranya yang menjadi perusahaan multinasional (memiliki pusat laba di negara lain). Faktor sosial lain yang menyebabkan tumbuhnya komunikasi antarbudaya adalah usaha pengembangan Amerika dalam merayakan perbedaan budaya di dalam negara tersebut, beberapa festival digelar di Chicago dan Boston dan dihadiri oleh orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda, mereka berusaha untuk menimbulkn kesadaran dan sensitivitas terhadap berbagai budaya. Teori komunikasi antarbudaya dikembangkan oleh seorang antropolog, Edward Hall - yang mengemukakan teori dari kedekatan dan jarak sosial – adalah seorang antropolog budaya yang sangat berpengaruh di bidang komunikasi. Dibuatnya pasukan perdamaian oleh John F. Kennedy pada awal 60an juga memimpin sebuah peningkatan minat dan kebutuhan untuk pengetahuan tentang bagaimana orang-orang dari berbagai budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Sejak awal pekerjaan Hall dan awal penelitian dari pasukan 1

Upload: lazirbef

Post on 26-Dec-2015

110 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

FIX

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Komunikasi antarbudaya adalah salah satu konteks terbaru dalam komunikasi.

Munculnya komunikasi antarbudaya ini disebabkan oleh perkembangan lingkungan

internasional. Banyak perusahaan Amerika menjalin bisnis dalam pasar dunia. Banyak di

antaranya yang menjadi perusahaan multinasional (memiliki pusat laba di negara lain).

Faktor sosial lain yang menyebabkan tumbuhnya komunikasi antarbudaya adalah usaha

pengembangan Amerika dalam merayakan perbedaan budaya di dalam negara tersebut,

beberapa festival digelar di Chicago dan Boston dan dihadiri oleh orang-orang dari latar

belakang budaya yang berbeda, mereka berusaha untuk menimbulkn kesadaran dan

sensitivitas terhadap berbagai budaya.

Teori komunikasi antarbudaya dikembangkan oleh seorang antropolog, Edward

Hall - yang mengemukakan teori dari kedekatan dan jarak sosial – adalah seorang

antropolog budaya yang sangat berpengaruh di bidang komunikasi. Dibuatnya pasukan

perdamaian oleh John F. Kennedy pada awal 60an juga memimpin sebuah peningkatan

minat dan kebutuhan untuk pengetahuan tentang bagaimana orang-orang dari berbagai

budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Sejak awal pekerjaan Hall dan awal

penelitian dari pasukan perdamaian, teori dari komunikasi antar budaya meluas menjadi

teori bahasa, media massa, dan konflik antar budaya.

Gudykunst membagi studi komunikasi antar budaya menjadi sembilan area

berbeda, beberapa di antaranya menjelaskan komunikasi antar budaya yang mengacu

kepada komunikasi antar individu atau kelompok dari budaya yang berbeda atau

subbudaya yang berbeda dari sistem budaya sosial yang sama. Penelitian komunikasi

antarbudaya bisa saja menjelaskan bagaimana orang Amerika dan orang Jepang

melakukan negosiasi bisnis. Komunikasi silang budaya membandingkan kebiasan

komunikasi antarbudaya dari kombinasi orang yang berbeda, jadi taktik negosiasi orang

Jepang dan Amerika akan dapat dibandingkan dan terlihat kontras dalam studi

komunikasi silang budaya.

Komunikasi internasional mengacu pada studi dari komunikasi media massa di

dalam budaya yang berbeda. Misalnya, penelitian komunikasi internasional bisa saja

1

Page 2: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

menjelaskan peran sosial dari televisi di India. Teori-teori perbandingan komunikasi

massa membandingkan sistem media dari budaya yang berbeda, misalnya India dengan

Inggris. Komunikasi dan hubungan internasional adalah sebuah area dari bidang yang

melibatkan studi dari komunikasi antarabangsa dengan pemimpin politik mereka.

Hubungan antara komunikasi dengan perubahan pilitik sekarang tidak hanya dipelajai

oleh ilmuan politik tetapi oleh sarjana komunikasi.

Perkembangan komunikasi merentangkan perbatasan antara komunikasi massa

dan komunikasi interpersonal. Ini adalah komunikasi dikaitkan dengan perubahan sosial,

seringkali dalam perubahan negara-negara. Dua jenis perubahan, internal dan eksternal,

mengarah pada perkembangan komunikasi (Fagen, 1966) dalam model eksternal,

perubahan sosioekonomi merubah media, gaya hidup, dan kesempatan bagi anggota dari

sebuah masyarakat. Kemudian, orang mulai melihat diri mereka dan tempat mereka di

dunia ini secara berbeda. Akhirnya perbedaan pandangan ini menngarah pada sikap yang

mempengaruhi sistem politik dari masyarakat. Model internal dimulai dengan pemilihan

strategi politik yang merubah pola komunikasi. Selanjutnya pola komunikasi mengarah

pada persepsi diri dan pandangan dunia, yang akhirnya mengarah pada perubahan dalam

sistem politik, meskipun tidak memerlukan perubahan yang direncakan oleh pihak yang

mengatur proses pergerakannya. Perkembangan komunikasi mengenali bahwa

komunikasi dapat digunakan untuk memfasilitasi perubahan sosial.

Konsep Kunci dalam Komunikasi Antar Budaya

Lambang Verbal

Komunikasi antarbudaya, sebuah studi dari komunikasi antara individu dan

kelompok dengan budaya yang berbeda, melibatkan beberapa area penting dari

eksplorasi. Sebagai anggota sebuah budaya tertentu, seseorang mempelajari pola tertentu

dari memahami dunia melalui sistem lambang seperti bahasa dan perilaku nonverbal.

Sementara seluruh anggota dari sebuah budaya dapat berbicara bahasa yang sama,

anggota dari budaya yang tidak dominan dapat mengembangkan lambang mereka sendiri.

Lambang-lambang ini mempersatukan mereka terhadap budaya dominan dan

memperkuat identitas mereka sebagai anggota dari subbudaya tersebut. Saat budaya

dominan mengadopsi lambang-lambang tersebut, mereka tidak lagi melayani maksud

2

Page 3: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

awal, jadi mereka mengubahnya. Sebagai contoh dari fenomena ini dapat dilihat dalam

perubahan seorang remaja gaul saat mereka diadopsi oleh orang dewasa.

Hipotesis Whorfrian

Yang terpenting dari bahasa dalam mempengaruhi sebuah budaya adalah poin

penting dari teori relativitas linguistik dari Edward Sapir (1958, 1964) dan muridnya

Benjamin Lee Whoff (1956). Hipotesis Whorfian menunjukkan bahwa bahasa

membentuk kebudayaan dan pola pikir individu. Sebagai contoh, di Inggris kita dapat

mengatakan “brother” atau “sister” ketika berbicara dengan saudara kandung. Kita tidak

perlu menspesifikasikan umur kecuali kalau kita ingin membedakan antara dua saudara

perempuan atau untuk menekankan umur hubungan, seperti “older sister”. Akan tetapi, di

Mandarin, Cina, tidak ada istilah umum untuk “brother,” “sister,” “uncle” atau “aunt.”

Mungkin disebabkan oleh yang lebih penting dari hubungan keluarga tertentu dalam

budaya cina. Satu-satunya kata yang belaku untuk kerabat yang menentukan hubungan

yang tepat seperti “big (kakak tertua) /older sister”, “small (lahir setelah kakak pertama

tetapi masih lebih tua dari yang mengatakan) older sister,” “younger brother” dan “uncle

on my mother’s side.”

Hipotesis Worfian mengindikasikan bahwa bahasa mempengaruhi cara

komunikator melihat dunia. Karena orang Cina harus membuat perbedaan hubungan

mental untuk berbicara bahasa Mandarin, mereka cenderung lebih peka terhadap

perbedaan-perbedaan dalam hubungan keluarga tertentu daripada komunikator yang

berbehasa Inggris.

Namun, karena orang Inggris memiliki banyak kata untuk warna daripada Cina,

Cina jadi lebih cenderung melihat nuansa warna dari komunikator Inggris.sebagai contoh,

pikirkan seluruh kata yang merupakan sinonim dari merah atau merupakan jenis-jenis

dari merah: pink, pale pink, salmon pink, dan lain-lain. Mandarin hanya memiliki satu

kata untuk merah, dengan tambahan sebutan untuk nuansa terang atau gelap.

Lambang Nonverbal

Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memulai interaksi nonverbal,

memperjelas hubungan, percakapan langsung, ekspresi untuk menunjukan emosi,

mengakhiri percakapan secara substansial dari budaya ke budaya. Contoh di bawah ini

3

Page 4: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

akan menjelaskan secara singkat beberapa area penting dari perbedaan komunikasi

nonverbal yang bervariasi dengan budaya yang berbeda.

Ekman dan Friesen (1969) mengatakan lima tipe gerakan tubuh adalah emblem,

ilustrator, mempengaruhi tampilan, adaptor, dan regulaor. Emblem adalah gerakan yang

memiliki tujuan atau arti yang sama dengan kata, dan dengan mudah terjadi

kesalahpahaman (Ekman & Friesen, 1969). Sebagai contoh, saat orang Amerika ingin

memanggil teman mereka, mereka melambaikan tangan (membuka dan menutup telapak

tangannya). Sebagai tambahan orang Amerika selalu menggenggam tangan mereka

diantara bahu dan pinggang ketika teman-teman memanggil, sementara orang Cina

memegang tangan mereka dengan lurus sehingga tangan mereka berada dibawah

pinggang.

Ilustrator – isyarat yang menyertai kata-kata untuk penekanan – juga bervariasi

dari busaya ke budaya. Jakobson (1972) mendiskusikan kesulitan tentara Rusia dan

Bulgaria selama perang di Turkey pada 1877-78 dalam menyampaikan gerakan yang

menandakan “iya”. Saat ilustrator digunakan sebagai emblem untuk menggantikan kata-

kata, tentara Bulgaria tidak akan pernah yakin apakah saat tentara Rusia menggelengkan

kepala berarti “iya” atau “tidak.”

Perubah penampilan – gerakan tubuh yang mengekspresikan emosi - mungkin

lebih mirip antara budaya dari jenis-jenis gerakan (Condon & Yosef, 1975), tetapi bahkan

perubahan penampilan bisa mengindikasikan arti yang berbeda. Tersenyum dapat

mengindikasikan bahwa orang Cina sedang mencoba menutupi malu. Morsbach (1982)

mencatat bahwa orang Jepang juga menggunakan senyum dan tertawa untuk menutupi

kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan.

Kategori lain dari perilaku nonverbal yang juga sering dikategorikan adalah

kontak mata. Di Amerika, orang yang menghindari kontak mata bisa diperkirakan malu

atau bahkan menghindar dan tidak dapat dipercaya. Orang Jepang, mengajarkan anak-

anak mereka untuk melihat atasan tidak pada mata karena memandang orang Jepang

langsung di mata kemungkinan menghasilkan efek membuat mereka sangat tegang,

karena kebudayaan tabu telah dilanggar (Morsbach, 1982).

Elemen nonverbal dari bahasa termasuk nada, stres, dan kualitas suara yang

menyediakan sumber tambahan dari perbedaan antar budaya. Sebuah bahasa adalah salah

4

Page 5: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

satu yang bergantung pada kombinasi nada, stres, dan pola suara untuk mengindikasikan

antar suara. Sebagai contoh, di Mandarin Cina, mai dengan nada tinggi berarti “membeli”

sedangkan mai dengan nada rendah berarti “menjual.” Bahasa nada seperti Mandarin,

Taiwan, dan Kanton berbicara dengan variasi vokal dibandingkan dengan bukan bahasa

nada seperti Inggris.

Aturan dan Peranan

Disamping lambang lisan dan tak lisan, kelompok anggota mempelajari

kelakuan yang dianggap tugas dan peraturan untuk menggunakan simbol-simbol

tersebut. Tugas seorang isteri atau suami di Amerika pastilah sekarang sangat-sangat

berbeda sekarang jika dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu ketika sebagian

besar wanita mengasuh anak di rumah dan sebagian besar pria menjadi satu-satunya

tulang punggung keluarga dalam sisi ekonomi. Budaya yang berbeda tentang bagaimana

para anggota diharapkan dapat memnuhi perannya untuk mencapai harapan yang

diinginkan.Beberapa kebudayaan dan tugas memperbolehkan kelonggaran dari pada yang

lainnya. Walaupun peran isteri telah berubah di Amerika Serikat, peran ibu harus tetap

sama dengan tiga puluh tahun yang lalu, menciptakan fenomena "Superwoman" atau

”Supermom," wanita berusaha untuk memenuhi kedua tersebut yaitu peran tradisional

ibu dan peran perempuan baru dalam bisnis maupun eksekutif. Ketik peran berganti atau

tidak jelas, hal ini menimblukan atau menciptakan stres bagi orang yang mencoba

mengadopsi peran ini.

Di dalam situasi komunikasi antar budaya, pribadi dari kebudayaan lain mungkin

akan berpikiran jelek karena mereka tidak tahu perilaku yang ada dan berbeda dengan

perilaku mereka.

Kebudayaan Konteks Rendah dan Tinggi

Peran dan peraturan untuk perilaku sosial sudah dapat dilihat di beberapa budaya

dibandingkan dengan yang lain. Edward Hall (1966) membuat kontribusi yang sangat

penting untuk komunikasi antar budaya ketika ia menghargai budaya konteks rendah dan

tinggi sebagai dasar dari pola komunikasi mereka. Di dalam komunikasi konteks tinggi,

kebanyakn informasi disampaikan melalui pesan yang dikodekan langsung fisik atau

mental dari peran, peraturan, dan nilai. Di dalam komunikasi konteks rendah, kebanyakan

informasi disampaikan melalui pesan secara eksplisit atau secara verbal. Kedua hal

5

Page 6: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

tersebut merupakan cara penyamapain pesan dari kebudayaan konteks rendah dan tinggi

di semua budaya, Hall mempercayai salah satu dari itu untuk mendominasi. Contohnya,

budaya Amerika adalah budaya konteks rendah: orang Amerika mengungkapkan konflik

atau pendapat secra terbuka. Bangsa oriental misalnya Cina dan Jepang cenderung

memiliki budaya konteks tinggi, di mana banyak interpretasi tergantung pada intuisi atau

akal sehat, pemahaman tentang apa yang dimaksud, bukan pada kata-kata tertentu yang

diucapkan (Ting Toomey, 1984). Di kebudayaan Cina dan Jepang, ketika ada yang tidak

setuju dengan sebuah keputusan, maka akan diam. Tidak sopan juga mengutarakan

ketidaksetujuan dengan terbuka. Dengan demikian di Cina diam merupakan ungkapan

dari ketidaksetujuan terhadap sesuatu, di Amerika, diam berarti setuju. Penafsiran seperti

ini pada dasarnya berbeda untuk perilaku yang sama (diam) menambahkan komplikasi ke

proses negosiasi antarbudaya (Womack. 1983)

Perbedaan-perbedaan Nilai

Perbedaan sumber nilai dari tingkat lesulitan dan ambiguitas dalam komunikasi

antar budaya. Kluckhohn dan Strodtbeck (1961) mengidentifikasi lima masalah yang

berbeda, di mana semua nilai-nilai masyarakat berkembang dan terpengaruh interaksi

sehari-hari. (1) Pertama adalah masalah pembagian antara yang baik dan buruk di dalam

kehidupan. Apakah manusia lebih banyak bersikap baik, buruk, atau percampuran dari

keduanya. (2) Masalah kedua adalah hubungan manusia dengan alam. Apakah manusia

hidup berdampingan dengan alam, bersinggungan dengan alam, atau hidup secara

harmonis di anatara keduanya. (3) Waktu adalah hal penting yang di dalam sikap

nonverbal, sebagaian budaya menruh waktu di tempat yang cukup tinggi di dalam tradisi

sementara yang lain mengasosiasikan perubahan dan masa depan dengan kemajuan .

Bisakah yang lain hidup di masa sekarang, memberikan sedikit perhatian untuk yang

sudah lalu dan untuk masa depan. (4) Masalah yang keempat adalah menjadi,melakukan,

dan cocok. Para penganut budaya yang bernilai “menjadi” percaya spontanitas dari

individu adalah aktifitas yang paling penting. Mereka yang menganut nilai “melakukan”

menekankan aktifitas di luar individu. Komunitas Amerika adalah contoh dari budaya

“melakukan”. Hal pertama yang akan Anda tanyakan kepada sesorang yang baru sekali

Anda temui dalam cocktail party adalah “Apa kabarmu?” Itu adalah tipe dari nilai budaya

“menjadi cocok”, tipe budaya ini menekankan kepada siapa atau perubahan atau

6

Page 7: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

pertumbuhan seseorang, bukan aktivitas yang dilakukan orang yang bersangkutan. (5)

Pertanyaan terakhir terkait dengan hubungan antara individu kepada masyarakat. Nilai-

nilai budaya individualistis mengandung nilai otonomi individu. Budaya yang

menekankan pada silsilah keluarga dan nenek moyang atau kelompok yang ajeg dari

waktu ke waktu, mereka mengatakan nilai keturunan atau silsilah. Nilai-nilai keturunan

budaya juga menghargai lebih dari individu, tetapi budaya berfokus pada kelompok-

kelompok , seperti ras atau etnis atau kelompok agama.

Etnosentrisme

Stereotipe. Karena orang dari kebudayaan khusus membagi kode etik nilai dan

verbal dan nonverbal . mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi etnosentris untuk

menilai kelompok lain berdasarkan kategori dan nilai yang mereka anut daripada terbuka

terhadap kebudayaan yang berbeda. Stereotipe adalah “ percaya pada kelompok

individual atau objek” ( Ruhy. 1976, p. 27 ) didasari oleh opini yang dikeluarkan

daripada informasi tentang sesuatu yang lebih spesifik. Stereotipe mengizinkan kita untuk

mengatur informasi yang tidak jelas lebih cepat: dengan menggunakan stereotipe kita

dapat merespon kepercayaan/profesor tanpa menjadi familiar terhadap setiap

kepercayaan/profesor tersebut. Dengan menggunakan stereotipe kita dapat bertindak

dengan dasar informasi yang sedikit: dalam hal ini kehendak orang tersebut.. Setelah kita

mengetahui setiap profesor dan bagaimana peraturan yang dia buat untuk berinteraksi

dengan muridnya dan untuk menyetujui tugas-tugas. Kita dapat membedakan tingkah

laku kita. Bahaya dari stereotipe adalah kita tidak akan pernah mendekati mereka untuk

mengetahui seseorang sebagai seorang induvidu. Dengan menyikapi anggota kelompok

mengikui ide yang kita percaya adalah”tipe dari kelompok tersebut. Kita tidak akan

pernah mengetahui bagaimana seseorang berbeda dengan anggota lainnya atau menyadari

bahwa stereotipe kita tidak tepat.

Prasangka. Jika kita menyangka. Kita menyangka setiap orang dengan stereotipe

sebelum mengetahui orang tersebut. Prasangka menghasilkan penyingkapan selektif,

persepsi, dan persepsi yang peka ( Ruhly, 1976 ). Penyingkapan secara selektif

maksudnya adalah kita menyingkap diri kita sendiri kepada pesan yang kita percaya.

Biasanya kita menghindari pesan yang kita sangka dan percaya bahwa “ tidak pantas

untuk didengar” jika Anda mempunyai perasaan yang kuat kepada salah satu kandidat

7

Page 8: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

politikus Anda tidak akan mendengarkan politikus lain ( kecuali Anda akan berpidato

untuk menjatuhkannya ), fenomena yang sama juga terjadi pada pemisah khusus antara

komunikasi antar budaya. Karena kita biasanya mempunyai perbedaan kebudayaan

dengan mereka yang berasal dari kebudayaan lain atau subkebudayaan dari orang yang

berasal dari kelompok sendiri. Kita biasanya akan menghindari memamerkan diri sendiri

untuk pesan yang baru dan berbeda. Dengan memutuskan diri kita dari informasi yang

baru kita memperkuat prasangka dan menghindari bahwa stereotipe merupakan hal yang

salah.

Perceptual Barriers. Perspektif yang selektif juga mempengerahui komunikasi

dengan orang lain dari kebudayaan yang berbeda. Karena kebudayaan sendiri

memberikan kita kategori mental dan karena stereotipe kita dan prasangka dapat

“mengeras” kategori tersebut dan membuat mereka kebal kepada informasi yang baru,

kita menerima informasi baru dalam keadaan cara pandang kita yang kuno dalam melihat

dunia. Kita dapat mengabaikan aspek positif dari pertemuan perbedaan kebudayaan dan

hanya memperhatikan hanya kepada informasi yang sesuai denga stereotipe/ prasangka

kita. Kita biasanya suka menggunakan pertahanan dari perspektif yang selektif jika kita

dijelaskan terhadap pesan yang berbeda dengan keinginan kita tidak ingin

mendengarkannya.

Kepekaan Persepsi merupakan perspeksi yang menghasilan saat seseorang

menjelaskan pesan yang disampaikan cukup sering dengan seting sebagai musuh. Pesan

yang pertama terdengar mengesalkan akan membuat kita semakin marah saat diucapkan

berkali-kali. Itulah,yang menyebabkan julukan untuk suatu ras terkadang menyakitkan

karena kepekaan perspeksi. Rich ( 1974 ) mengindifikasi lima tipe kategori dari

pernyataan negatif yang merintangi komunikasi budaya yang berbeda antara kelompok

ras di US. Dia menemukan anggota dari kelompok Chicano, Africa Amerika, dan Native

Amerika biasanya tersinggung oleh pernyataan ini. (1) pernyataan stereotipe tentang

kelompok ras. (2) pernyataan tentang refleksi dari kurangnya simpati kepada kelompk

minoritas yang mengkomplain tentang “Pembuktian” (3)pernyataan yang merendahkan.

(4) pernyataan tentang kondisi seperti “squaw” yang merupakan wanita yangberwarna,

dan(5) pernyataan yang mereflesikan hal-hal yang dilakukan anggota dari kelompok

8

Page 9: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

majoritas untuk melewati pemisah etnik, seperti “ Pamanku karena pernikahan menjadi

orang Chicano”.

Pelatihan Antar Budaya

Banyak teori yang mempelajari komunikasi antar budaya untuk membantu

seseorang melewati penghalang agar komunikasinya menjadi efektif. Dua keahlian atau

perilaku adalah hal yang penting di dalam komunikasi antar budaya: empati dan

kemampuan untuk keluar dari kebudayaan sendiri untuk menyadari perbedaan di dalam

situasi yang membingungkan (Ruhl, 1976). Empati adalah kemampuan untuk mengetahui

dan merasakan perasaan orang lain. Tipe pertama, pelatihan kebudayaan yang spesifik,

biasanya diberikan kepada seseorang yang akan tinggal atau bekerja di dalam

kebudayaan yang berbeda dari diri mereka. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk

memberikan pengetahuan tentang aturan umum, peranan, nilai, dan pola interpretatif

kepada orang-orang yang suka berpindah-pindah daerah.

Di lain pihak, pelatihan budaya secara umum meliputi kepekaan individu untuk

mengetahui aturan dan norma kebudayaan mereka sendiri dan mengidentifikasikan

kategori umum dari perbedaan asimilasi budaya seperti perbedaan dalam kode-kode

verbal ataupun nonverbal. Orang menjadi lebih baik di dalam komunikasi antar budaya

ketika mereka lebih fleksibel dalam menduga motif atau arti dari perilaku orang lain.

Mereka lebih peduli dengan kemungkinan yang berbeda interpretasi komunikasi.

BEBERAPA TEORI REPRENSENTATIF KOMUNIKASI

ANTARBUDAYA

Walaupun teori komunikasi yang mempelajari komunikasi antarbudaya masih

terbilang baru, tapi teori dari komunikasi antarbudaya sudah berkembang dengan pesat.

Ini sangat menarik untuk membuat tanda di beberapa teori pada bab-bab sebelumnya

yang telah diadaptasi untuk membantu masalah atau untuk menjelaskan sesuatu di dalam

komunikasi antarbudaya. Untuk mengingatkan di dalam bab ini akan dijelaskan lagi

mengenai teori yang telah dipilih untuk mengilustrasikan perbedaan di dalam teori yang

membangun antara hukum, aksi dari manusia, and sistem perspektif.

9

Page 10: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Hukum yang Mendekati dan Berlaku Untuk Komunikasi Antar Budaya

Teori Berger dan Calabrese (1975) Teori Pengurangan Ketidakpastian,

mengasumsikan interaksi, tujuan yang penting dari komunikasi adalah untuk mengurangi

ketidakpastian tentang teman bicara. Perilaku di dalam komunikasi pada permulaan

adalah mengenai hubungan interpersonal adalah hal utama untuk menemukan informasi

tentang yang orang lain dan memberikan informasi yang relefan tentang diri sendiri

dengan tujuan untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengkontrol hubungan. Teori ini

kelihantannya cocok untuk khusus menjelaskan tentang pertemuan pertama di dalam

komunikasi antar budaya.

Gudykunst dan Nishida (1984) memberikan alasan tentang teori ini, teori ini

sangatlah umum untuk menjelaskan komunikasi antara budaya dan antara orang yang

berbeda kebudayan. Beberapa hal yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya dan teori

berasal dari teori ini yang mendukung secara penuh atau sebagian dari penelitian. Dari

semuanya, penelitian menemukan perbedaan budaya yang menggunakan strategi

pengurangan ketidakpastian.

Beberapa teori dari teori ini merupakan ketidakpastian dan tori ini sangat baik

digunakan untuk interaksi awal, perubahan perilaku seseorang saat memulai suatu

hbungan (Gudykunst, 1985)

Gudykunst, Yang, dan Nishida (1985) mengembangkan penyelidikan sebelumnya

dalam dua cara: (1) Mereka mempelajari anggota dari tiga budaya (Amerika Serikat,

Jepang, dan Korea) dan (2) Membandingkan perilaku komunikasi kepada kenalan,

teman, dan teman berkencan. Para penulis merasa ini penting karena Teori Pengurangan

Ketidakpastian ini dikembangkan dari penelitian didasarkan pada peserta kulit putih

hanya dalam satu negara, Amerika Serikat. Mereka ingin tahu apakah akan berlaku untuk

teori budaya yang berbeda dan untuk lebih banyak jenis hubungan intim dari percakapan

dengan orang asing, sehingga mereka menguji model asing ini, dalam sebuah percobaan

yang melibatkan siswa dari tiga negara. Dengan menggunakan kuesioner, peserta

menggambarkan komunikasi mereka dengan baik seorang kenalan dan seorang teman

yang berjenis kelamin sama dan dengan pasangan kencan dari lawan jenis. Analisis

statistik menunjukkan bahwa Teori Pengurangan Ketidakpastian itu dikonfirmasi oleh

data untuk kenalan, teman, dan hubungan pacar dalam tiga budaya. Dengan demikian,

10

Page 11: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

percobaan menyediakan dukungan untuk memperluas model luar interaksi awal untuk

lebih banyak jenis hubungan intim.

Memperluas teori-teori dalam cara ini adalah salah satu metode penting bangunan

atas penelitian sebelumnya. Namun, Gudykunst dan rekan-rekannya mencatat bahwa

Teori Pengurangan Ketidakpastian tidak memungkinkan peneliti untuk memeriksa

perubahan-perubahan dalam hubungan komunikasi sebagai berkembang dari waktu ke

waktu, juga tidak mempertimbangkan konteks sosial yang lebih luas, misalnya

bagaimana relasional mitra yang terlibat dalam setiap komunikasi lain jaringan. Para

penulis merasa konteks sosial yang seharusnya sangat penting dalam konteks budaya

tinggi (Hall, 1966) seperti Korea dan Jepang, di mana konteks ini sangat penting dalam

memperkirakan perilaku orang lain. Individu-individu yang berbagi teman dan kenalan

(yakni, yang sangat terlibat dalam satu sama lain dan jaringan komunikasi sosial) dapat

lebih mampu meramalkan perilaku satu sama lain berdasarkan informasi seperti norma-

norma dan nilai-nilai yang diperoleh dari jaringan teman daripada pengetahuan langsung

tentang individu secara spesifik. Percobaan ini mengukuhkan Teori Pengurangan

Ketidakpastian, diperluas ke budaya baru dan relasional konteks dan saran modifikasi,

terutama untuk konteks budaya tinggi.

Gudykunst, Nishida, Koike, dan Shiino (1986) memutuskan untuk menyelidiki

secara lebih rinci peran bahasa dalam pengurangan ketidakpastian. Menggunakan peserta

dari universitas Jepang, para peneliti menyelidiki apakah bahasa yang percakapan terjadi

dipengaruhi metode untuk mengurangi ketidakpastian. Seperti Gudykunst dan Nishida

(1984), para peneliti meminta peserta untuk membayangkan bahwa mereka sedang

diperkenalkan kepada mahasiswa baru di universitas mereka (again. The “bogus

stranger” technique). Mahasiswa baru itu baik Jepang atau Amerika Utara dan pertemuan

itu akan berlangsung baik di Jepang atau bahasa Inggris. Seperti dalam percobaan oleh

Gudykunst, Yang, dan Nishida (1985), sedangkan hasilnya cenderung untuk

mengkonfirmasi teori, mereka juga menunjukkan bahwa Teori Pengurangan

Ketidakpastian mungkin harus diubah untuk konteks budaya tinggi di mana orang-orang

asing mengetahui latar belakang dan berbagi jaringan komunikasi serta secara langsung

berkomunikasi dengan orang asing, mungkin penting tentang cara tambahan untuk

mengurangi ketidakpastian.

11

Page 12: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Berdasarkan studi sebelumnya, Gudykunst, Nishida, Koike, dan Shiino (1986)

menyarankan lima hipotesis baru mengenai pengurangan ketidakpastian dalam pertemuan

antara orang-orang asing dari budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah. (1)

ketidakpastian berbeda dalam tinggi dan rendah konteks budaya. Ketidakpastian

pengurangan dalam konteks budaya tinggi melibatkan orang-orang asing memprediksi

apakah akan mengikuti norma-norma kelompok atau budaya. Dalam konteks budaya

rendah, pengurangan ketidakpastian memprediksi melibatkan perilaku individu. (2)

Anggota konteks budaya tinggi meramalkan berfokus pada kepatuhan terhadap norma-

norma ketika berbicara bahasa asli mereka: ketika berbicara dalam bahasa Inggris,

mereka mencoba untuk memprediksi perilaku individu, seperti konteks rendah pembicara

asli bahasa Inggris. (3) Mengetahui latar belakang seseorang atau mempunyai teman-

teman dapat mengurangi ketidakpastian bagi anggota atau konteks budaya tinggi. Oleh

karena itu, tidak memiliki kontak dengan jaringan komunikasi orang asing sebelum

interaksi awal meningkatkan ketidakpastian bagi budaya konteks tinggi, tetapi tidak

untuk budaya konteks rendah di mana norma-norma apalagi memberikan

informasi. Alasan yang sama digunakan untuk menjelaskan hubungan dicatat dalam dua

hipotesis yang mengikuti. (4) tidak mampu berempati dengan orang asing akan

meningkatkan ketidakpastian dalam konteks budaya tinggi, tapi tidak dalam konteks

budaya rendah. (5) Kurangnya pengetahuan tentang latar belakang orang asing akan

meningkatkan ketidakpastian dalam konteks budaya tinggi, tapi tidak dalam konteks

budaya rendah.

Gudykunst, Chua, dan Gray (1987) menyelidiki lebih lanjut efek dari perbedaan

budaya pada Teori Pengurangan Ketidakpastian dengan mempelajari orang-orang dari

berbagai latar belakang budaya. Salah satu aspek penting adalah tingkat ketidaksamaan

antara siswa latar belakang budaya, dan budaya dari negara-negara Amerika, dimana

mereka tinggal dan belajar. Responden menyelesaikan kuesioner tentang komunikasi

mereka dengan salah seorang teman atau kenalan dari Amerika Serikat. Semua kenalan

atau teman-teman itu berjenis kelamin sama sebagai mahasiswa. Hasilnya menunjukkan

bahwa ketidakmiripan budaya memiliki kurang berpengaruh pada hubungan komunikasi

sebagaimana dikembangkan. Temuan ini dikonfirmasi oleh penelitian sebelumnya

Gudykunst, Nishida, dan Chua (1986), yang disajikan di atas.

12

Page 13: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Gudykunst dan Hammer (1987) menyusun pengetahuan yang didapat dari

penelitian terhadap pengurangan ketidakpastian dalam situasi antar untuk membentuk

teori antar mereka beradaptasi. Mereka reformulasi dari teori ide menambah kecemasan

dengan konsep pengurangan ketidakpastian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana

orang-orang menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda. Teori ini terdiri dari 24

aksioma dan 50 teorema yang hanya dirangkum di sini. Misalkan seorang asing

memasuki budaya asing tuan rumah kepadanya.Orang asing akan merasa tidak aman

(pengalaman kecemasan) dan tidak yakin tentang cara berperilaku dalam pengaturan baru

(pengalaman ketidakpastian). Orang asing yang memiliki identifikasi lebih kuat dengan

budaya asli mereka sendiri dan yang mengharapkan untuk tinggal lebih permanen dalam

kebudayaan setempat akan mengalami lebih banyak kecemasan dari mereka yang lebih

lemah identifikasi budaya atau mereka yang merencanakan kunjungan sementara. Dalam

keadaan apa yang akan orang asing itu jatuh dalam kecemasan dan

ketidakpastian? Tindakan atau peristiwa apa yang mungkin membuat dia bahkan lebih

cemas dan tidak pasti?

Menurut teori dan penelitian sebelumnya, beberapa kondisi yang akan membuat

orang asing merasa lebih nyaman dan percaya diri. Jika orang-orang asing 'budaya asli

serupa dengan kebudayaan setempat, orang-orang asing akan membuat prediksi yang

lebih akurat dan mengurangi kecemasan lebih daripada jika budaya sangat

berbeda. Orang asing juga akan merasa lebih nyaman jika budaya asli toleran terhadap

berbagai perilaku (memiliki kecenderungan pluralis). Orang-orang asing akan dapat

menjelaskan dan memprediksi secara lebih akurat orang dengan budaya asli 'perilaku

ketika mereka: belajar tentang kebudayaan setempat, bentuk lebih akurat dan stereotip

positif, menggunakan strategi pengurangan ketidakpastian yang tepat, lebih baik kontak

dengan orang-orang dari kebudayaan setempat, yang tertarik pada dan bentuk hubungan

intim dengan tuan rumah, tanpa kata-kata mengungkapkan keinginan mereka untuk

afiliasi, meningkatkan jumlah jaringan komunikasi bersama dengan tuan rumah, dan

menjadi kompeten dalam bahasa tuan rumah. Jika orang-orang asing terus sikap

prasangka atau etnosentrisme terhadap kebudayaan setempat, atau mendeteksi sikap

seperti di tuan rumah, mereka akan mengalami lebih banyak kecemasan dan

ketidakpastian.

13

Page 14: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Gudykunts dan Hammer (1987) telah mengidentifikasi empat pola adaptasi antar

budaya berdasarkan aksioma dan teorema. Orang asing dengan kecemasan yang tinggi

dan ketidakpastian yang tinggi mungkin tidak disesuaikan dengan budaya tuan rumah,

sementara mereka yang rendah dan rendah kecemasan ketidakpastian telah beradaptasi

sepenuhnya. Orang asing yang menjaga diri mereka sendiri dan memiliki sedikit interaksi

dengan anggota kebudayaan setempat memperlihatkan pola kecemasan rendah tetapi

ketidakpastian tinggi.Mereka nyaman karena mereka bergaul dengan orang lain tentang

budaya asli mereka, tetapi mereka memiliki kesulitan menjelaskan dan memperkirakan

perilaku tuan rumah. Orang asing yang memiliki kecemasan tinggi tetapi rendah

ketidakpastian dapat memprediksi dengan baik tapi masih tidak nyaman ─ mungkin

karena mereka mengerti tapi tidak menyukai kebudayaan setempat. Gudykunst dan

Hammer percaya bahwa beberapa pola-pola adaptasi antar memperkuat teori mereka

dibandingkan dengan teori-teori yang hanya menyarankan sebuah kontinum mulai dari

rendah ke tinggi tingkat adaptasi.

Program penelitian dan rekan-rekannya Gudykunst menerapkan Teori

Pengurangan Ketidakpastian untuk antarkomunikasi menawarkan contoh yang sangat

baik dari bangunan teori. Pertama, studi yang dijelaskan di atas menggambarkan

bagaimana para sarjana dalam satu konteks mungkin meminjam atau mengadaptasi teori

yang menjanjikan untuk mempelajari konteks komunikasi yang berbeda. Penelitian yang

dilakukan oleh tim ini umumnya dikonfirmasi Teori Pengurangan Ketidakpastian tetapi

juga menyarankan beberapa perubahan untuk budaya konteks tinggi dan hubungan yang

lebih intim. Dengan demikian, Gudykunst dan rekan-rekannya telah memperluas Teori

Pengurangan Ketidakpastian tidak hanya di luar konteks aslinya, tetapi juga di luar

hubungan tahap awalnya bahwa teori menjelaskan. Hipotesis baru yang disarankan oleh

Gudykunst, Nishida, Koike, dan Shiino (1986) tak diragukan lagi akan diuji dalam

percobaan yang dilakukan lebih lanjut oleh tim ini komunikasi para sarjana.

Sebuah Aksi Manusia Pendekatan Teori Komunikasi Antarbudaya

Menggunakan Teori Pengelolaan terkoordinasi Arti diuraikan dalam Bab 3,

Barnett Perace dan murid-muridnya telah mengeksplorasi perbedaan dalam aturan

penafsiran yang digunakan oleh anggota kebudayaan yang berbeda. Wolfson dan Norden

14

Page 15: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

(1982) tertarik untuk mengeksplorasi "makna dan implikasi dari konflik interpersonal

dalam budaya Cina dan Amerika (p.1). Para peneliti menunjukkan antara keduanya Cina

dan siswa Amerika salah satu dari dua segmen dari sebuah film yang disajikan rutinitas

sehari-hari dan hubungan antara guru dan siswa di sekolah tinggi Amerika. Sebuah

segmen yang menunjukkan pertengkaran antara murid dan guru adalah "konflik tinggi"

episode. "Konflik-rendah" disajikan episode percakapan antara murid dan guru tentang

rencana perguruan tinggi. Peserta dalam menyelesaikan percobaan kuesioner tentang

tingkat konflik dalam film dan setuju atau tidak setuju dengan pernyataan seperti itu

sebagai, "Ini adalah sebuah percakapan tegang." Kemudian mereka diminta untuk

berpura-pura bahwa mereka adalah pelajar SMA ditampilkan dalam film. mereka menulis

apa yang akan mereka katakan selanjutnya, kemudian menyelesaikan kuesioner tentang

berapa banyak kebebasan mereka merasa mereka harus memilih jawaban. Sebagai

contoh, kontras pernyataan-pernyataan seperti, "Situasi yang saya temukan diri dalam

menuntut saya untuk menanggapi dengan pesan khusus ini," dan "Aku akan respon ini

dengan cara agar yang akan mempunyai pola percakapan seperti yang saya inginkan,"

itu dimasukkan dalam kuesioner.

Kuesioner tentang tanggapan kebebasan dimasukkan untuk mengukur kekuatan

konsep logis. Anda mungkin ingat dari bab 3 bahwa dua jenis peraturan, aturan definisi

dan aturan perilaku, sangat penting bagi Teori Pengelolaan Terkoordinasi Arti. Definisi

aturan mengatakan kepada orang bagaimana kata atau frase harus ditafsirkan. Kirim

aturan perilaku aktor apa yang harus mereka lakukan dalam suatu situasi

tertentu. Misalnya, jika peserta di THS percobaan memiliki aturan perilaku yang

mengatakan, "mahasiswa harus bersikap sopan kepada para guru," mungkin siswa

ditunjukkan pada kuesioner di atas bahwa siswa akan bertindak dengan cara tertentu

untuk "bersikap sopan." gaya logis mengacu pada kekuatan pengaruh yang menaing dan

aturan terhadap perilaku. Jadi, misalnya, jika siswa aturan tentang bersikap sopan kepada

guru yang relatif lemah kekuatan logis, siswa akan memiliki beberapa pilihan untuk

memilih dari dalam memilih perilaku yang sesuai. Jika aturan itu logis kuat gaya ( "Siswa

harus selalu bersikap sopan kepada guru apa pun yang terjadi"), siswa akan relatif sedikit

kebebasan dalam memutuskan bagaimana harus bersikap.

15

Page 16: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Analisis statistik menunjukkan perbedaan budaya yang kuat antara siswa Amerika

dan Cina, baik dalam persepsi konflik dan dalam kekuatan logis aturan perilaku

mereka. Cina (yang umumnya ekspresi menghindari konflik terbuka dan menunjukkan

rasa hormat kepada pihak berwenang, terutama guru) dianggap episode konflik lebih

harmonis, menyenangkan, dan ramah daripada orang Amerika itu. Kekuatan logis dalam

situasi itu juga lebih kuat daripada Amerika, tanggapan Cina memilih berdasarkan efek

diantisipasi guru sebuah percakapan ( "Aku akan menanggapi dengan cara ini untuk

mendapatkan pola percakapan pergi seperti yang saya inginkan," misalnya ). Mahasiswa

Cina merasa kurang bebas untuk memilih tanggapan.Temuan yang terkait adalah bahwa

mahasiswa Cina merasa mereka harus bertindak dengan cara tertentu terlepas dari

tindakan guru. Amerika, lebih dari Cina, merasa bahwa mereka harus mengelola

percakapan untuk meningkatkan citra diri mereka.

Dalam percobaan terkait, Wolfson dan Pearce (1983) meneliti perbedaan antara

Cina dan Amerika aturan untuk pengungkapan diri. Hipotesis mereka bahwa anggota

budaya Asia Timur Jauh berbeda dari Amerika dalam apa yang mereka anggap rahasia

atau informasi publik. Barnlund (1975) menemukan bahwa orang Amerika lebih

mungkin daripada Jepang mengungkapkan diri dalam berbagai konteks. Alexander,

Cronen, Kang, Tsou, dan Banks (1980) menemukan bahwa lebih mengandalkan Cina (tak

terucapkan) informasi demografis untuk mengenal orang lain, sedangkan orang Amerika

lebih mengandalkan verbal pertukaran informasi pribadi. (Pengamatan ini mirip dengan

perbedaan dalam pengurangan ketidakpastian tinggi dan konteks budaya rendah dicatat

oleh Gudykunst dan rekan-rekannya.) Wolfson dan Pearce (1983) ingin menjelajahi

perbedaan dalam persepsi Cina dan Amerika pengungkapan diri dan dalam

pengaruh pengungkapan diri pada komunikasi selanjutnya. Para peneliti telah peserta

membaca bagian-bagian dari percakapan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Rendah

percakapan pengungkapan sikap prihatin tentang musik: pengungkapan tinggi terlibat

percakapan siswa mengungkapkan keraguan tentang kecukupan seksual sebagai akibat

dari sebuah insiden yang terjadi pada musim semi. Seperti dalam percobaan yang

dijelaskan di atas mahasiswa peserta mengisi kuesioner menggambarkan bagaimana

mereka melihat percakapan, mendakwa apa yang akan mereka katakan sebagai tanggapan

terhadap keterbukaan diri, dan mengungkapkan bagaimana mereka merasa bebas untuk

16

Page 17: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

memilih apa yang harus dikatakan selanjutnya. Peserta Cina dianggap baik dialog sebagai

kurang harmonis daripada Amerika. Cina juga merasa lebih terkendala oleh kekuatan

logis aturan mereka dalam percakapan pengungkapan tinggi daripada Amerika.

Kedua eksperimen lagi dijelaskan di atas menunjukkan perbedaan antara tindakan

manusia dan undang-undang meliputi pendekatan untuk membangun teori

komunikasi. Ingat bahwa hukum meliputi eksperimen oleh Gudykunst dan rekan-

rekannya yang terlibat responden memilih strategi untuk berinteraksi dengan orang asing,

kenalan, atau teman. Dalam percobaan tindakan manusia, Wolfson dan rekan-rekannya

meminta peserta untuk menulis kata-kata yang sebenarnya akan mereka katakan dan

untuk menunjukkan bagaimana mereka merasa bebas untuk memilih respons mereka. Ini

upaya untuk menjajaki kekuatan logis dari aturan aturan yang teori unik: ia menyiratkan

bahwa, sementara pilihan terbatas, responden secara sadar menyadari keterbatasan

mereka. Dalam Teori Pengurangan Ketidakpastian percobaan yang dijelaskan di atas,

responden tidak diminta alasan untuk pilihan mereka, karena pilihan ini yang diduga akan

erat dibatasi oleh hukum-hukum sosial (norma-norma) yang mengatur situasi.Sementara

kedua undang-undang dan tindakan manusia peneliti yang mempelajari pola perilaku

dipengaruhi oleh aturan-aturan sosial atau hukum, penelitian hukum memperlakukan

hukum sebagai "diberikan" oleh masyarakat, sedangkan penelitian tindakan manusia

dirancang untuk mengeksplorasi persepsi individu aturan.

Suatu pendekatan sistem ke teori komunikasi antarbudaya

Suatu kontras yang tiba-tiba dapat dilihat di dalam sistem teori komunikasi

antarbudaya oleh Young Kim. Pekerjaan Kim memfokuskan kepada pola komunikasi

imigran Korea di Amerika Serikat. Melalui serangkaian studi, ia telah menginvestigasi

tipe-tipe yang berbeda dari jaringan komunikasi dan efek-efeknya dalam akulturasi.

Karena Kim merupakan salah satu dari peneliti awal yang menyelidiki hubungan antara

komunikasi dan akulturasi, usaha pertamanya adalah mendeskripsikan kebiasaan

komunikasi. Penelitian deskriptifnya yang ditampilkan dalam studi awalnya diperlukan

sebelum teori-teori dapat mulai memaparkan kebiasaan komunikasi yang terjadi selama

proses akulturasi.

17

Page 18: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Kim (1977a) menduga imigran yang berpartisipasi dalam jaringan-jaringan

kenegaraan akan lebih berakulturasi dibandingkan dengan imigran yang hanya terlibat di

dalam jaringan komunikasi imigran itu sendiri. Kim mengembangkan suatu model

komunikasi untuk menjelaskan akulturasi imigran. Sebuah diagram yang mewakili

modelnya adalah gambar di Figure 13.1. Model tersebut mengindikasikan akulturasi

antarbudaya sangat bergantung pada persepsi; Kim memperkirakan imigran yang

terakulturasi untuk mempunyai persepsi yang relatif lebih kompleks terhadap masyarakat

lokal. Empat faktor yang berguna untuk membuat persepsi yang kompleks: (1) berpotensi

untuk berinteraksi dengan anggota masyarakat lokal dan mengonsumsi medianya, (2)

kompeten di dalam berbahasa bahasa lokal (Bahasa Inggris), (3) motivasi atau keinginan

kuat untuk mempelajari tentang dan berpartisipasi dalam kebudayaan lokal, dan (4)

ketersediaan media massa (akses ke koran lokal, radio, dan televisi). Empat faktor ini

mempengaruhi variabel hasil – kompleksitas persepsi – melalui pengaruh dua variabel

mediasi atau intervensi. Variabel mediasi memodifikasi efek dari empat variabel kausal

<sebab-akibat> dalam kompleksitas persepsi. Dengan kata lain, model Figure 13.1 bisa

dikatakan demikian: potensi interaksi, kompetensi berbahasa Inggris, motivasi

berakulturasi, dan ketersediaan media massa menciptakan kompleksitas persepsi melalui

pengaruh dari komunikasi interpersonal dan konsumsi media massa.

Kim (1977a) mengetes model akulturasinya dengan cara melakukan survey

menggunakan surat kepada empat ratus keluarga Korea di Chicago. Survey tersebut

meliputi pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan seberapa banyak teman

Amerika yang dimiliki dan organisasi Amerika yang diikuti oleh imigran-imigran

tersebut, seberapa tingkat kesulitan yang dihadapi imigran dalam berbicara dan

memahami Bahasa Inggris, seberapa kuat keinginan mereka berteman dengan orang

Amerika dan mempelajari tentang peristiwa terkini di Amerika, seberapa banyak mereka

berhubungan dengan orang Amerika tiap harinya, dan media cetak dan elektronik yang

mereka akses. Analisis statistik digunakan untuk membandingkan model Kim dengan

hasil kuisioner. Tiga variabel kausal yang pertama terlihat pada model, (1) potensial

berinteraksi dengan anggota masyarakat lokal dan mengonsumsi media, (2) kompeten di

dalam berbahasa bahasa lokal (Bahasa Inggris), (3) motivasi atau keinginan kuat untuk

mempelajari tentang dan berpartisipasi dalam kebudayaan lokal, yang sangat terkait

18

Page 19: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

dengan kompleksitas persepsi (akulturasi). Hanya (4) ketersediaan media massa (akses ke

surat kabar, radio, dan televisi lokal) yang tidak berhubungan dengan akulturasi, mungkin

karena satu-satunya perbedaan di antara responden melibatkan akses ke media cetak.

Lebih dari 95% responden memiliki radio dan televisi. Di mana kedua variabel mediasi

(komunikasi interpersonal dan komunikasi massa) penting dalam akulturasi, pengaruh

komunikasi interpersonal kuat. Secara keseluruhan, hasil studi tersebut mendukung

model yang dibuat Kim. Dalam keadaan tertentu, penelitian ini mendukung pentingnya

komunikasi dalan proses akulturasi.

Dalam tindak lanjut pemeriksaan, Kim (1977) Kim mengeksplorasi sifat imigran

Korea dalam berkomunikasi antarpribadi dengan sesama orang Korea dan dengan orang

Amerika. Dengan menggunakan hasil survey yang dilaporkan di atas, Kim berusaha

melacak perkembangan akulturasi imigran dari waktu ke waktu dengan membandingkan

dengan berbagai kelompok orang yang telah berada di Amerika untuk periode yang

berbeda-beda. Ia menganalisa empat tipe hubungan antarpribadi: kenalan biasa, teman

biasa, teman akrab, dan keanggotaan dalam organisasi. Ia menemukan bahwa tingkat

“kenalan Amerika biasa” meningkat selama sembilan tahun pertama, kemudian mencapai

titik puncak. Pada sembilan tahun pertamanya di Amerika, para Korea rata-rata memiliki

11 kenalan Amerika. Saat para Korea telah tinggal di Amerika antara 7 sampai 9 tahun,

mereka rata-rata memiliki 124 kenalan Amerika. Pola pertemanan dengan orang Amerika

dan dengan sesama Korea berbeda. Untuk teman biasa dan teman akrab, angka teman

sesama Korea lebih tinggi daripada teman Amerika dan meningkat untuk 5 – 7 tahun

pertama. Pertemanan dengan orang Amerika mengikuti pola yang sama, kecuali para

imigran mempunyai lebih banyak teman Korea. Setelah 5-7 tahun, bagaimanapun,

banyaknya teman Amerika terus meningkat, ketika banyaknya teman biasa dan teman

akrab Korea mengalami penurunan. Para imigran lebih banyak berpartisipasi dalam

organisasi Korea dibandingkan dengan organisasi Amerika. Pola partisipasi mengikuti

pertemanan, baik dengan anggota organisasi Amerika maupun Korea, meningkat untuk

beberapa tahun pertama. Kemudian anggota organisasi Amerika terus meningkat,

sementara anggota organisasi Korea mengalami penurunan. Pengeksplorasian lebih

dalam dari komunikasi antarpribadi ini penting karena hal tersebut mengindikasikan

bahwa para orang Korea mempertahankan keanggotaan aktif baik dalam masyarakat

19

Page 20: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

lokal dan juga dalam komunitas etnis mereka. Hal tersebut juga menarik, melihat bahwa

teman-teman satu etnis lebih penting dalam membentuk sikap di beberapa tahun pertama

para imigran berada di masyarakat lokal. Seiring berjalannya waktu, teman-teman dari

kultur lokal menjadi yang lebih berpengaruh.

Informasi ekstensif yang telah ia kumpulkan melalui kuisonernya memimpin Young

Kim (1987) ke analisis lebih lanjut mengenai kecenderungan sikap imigran dan persepsi

terhadap masyarakat Amerika. Setelah analisis statistik tambahan dari hasil kuisioner,

Kim menemukan bahwa para imigran yang memiliki komunikasi antarpribadi lebih besar

di dalam komunitas etnis juga cenderung memiliki banyak komunikasi dengan orang

Amerika. Perilaku para imigran terhadap media massa mengikuti tren yang sama dengan

pembangunan hubungan antarpribadi yang disebutkan sebelumnya. Konsumsi terhadap

kedua media massa lokal dan etnis meningkat selama beberapa tahun pertama:

selanjutnya, penggunaan media massa Korea menurun, ketika penggunaan media massa

Amerika meningkat. Para imigran melihat perbedaan budaya antara Korea dan Amerika

Serikat menjadi yang terpenting pada saat awal mereka tinggal. Mereka yang tinggal

lebih lama di Amerika seperti lebih memahami kemiripan budaya. Sikap para imigran

terhadap Amerika Serikat mengikuti pola yang mirip: mereka menjadi lebih positif ketika

mereka menghabiskan waktu lebih lama di negara baru. Kesimpulan akhir dan paling

penting dari penelitian ini adalah kontak komunikasi antarpribadi lebih memainkan peran

penting dalam mempelajari tentang masyarakat lokal daripada yang dilakukan media

massa. Temuan ini juga dikatakan dalam pemaparan pertama penelitian ini.

Dalam penelitian selanjutnya, Kim (1987) menjelajahi jaringan antarpribadi pada

para imigran dengan lebih detail. Penelitian ini mencoba membangun teori tentang

hubungan antara komunikasi antarpribadi dan akulturasi berdasarkan temuan dari

penelitian yang dipaparkan sebelumnya. Kim mengeksplorasi properti jaringan

antarbudaya, yang sebagian di antaranya didiskusikan pada Bab 11. Keberagaman

jaringan merujuk kepada proporsi dari hubungan komunikasi yang diselenggarakan

dengan orang Amerika (penduduk yang heterogen untuk para Korea). Konsep jaringa lain

yang juga penting yaitu pertimbangan Kim mengenai kekuatan ikatan antara dua

individu, tingkat keintiman dari hubungan mereka. Jaringan komunikasi yang lebih

beragam dari imigran dan hubungan yang lebih kuat dengan orang Amerika, lebih seperti

20

Page 21: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

para imigran ingin berkomunikasi secara kompeten dalam budaya lokal. Orang yang

memiliki banyak kontak langsung dalam jaringan pusat cukup mempertimbangkan pada

jaringan. Seseorang yang kurang penting mungkin harus mengirim pesan melalui orang

lain untuk mencapai penerima utama. Sebagai contoh, mahasiswa biasanya tidak

mengekspresikan pendapat mereka secara langsung kepada manajer asrama, mereka

biasanya mengajukan pengaduan atau memberikan komentar melalui penasihat

penduduk. Kim disarankan yang berfokus pada masa depan sentralitas penelitian sejak

sentralitas dapat menunjukkan seberapa dekat masyarakat adat telah terintegrasi ke dalam

perawatan imigran. Kim juga menyarankan dua area eksplorasi tambahan yang

dibutuhkan untuk mengembangkan teorinya: (1) mempelajari jumlah dan jenis hubungan

komunikasi dengan lainnya, imigran bukan Korea; dan (2) mengamati perubahan dalam

kegiatan komunikasi dan efeknya pada persepsi imigran dari waktu ke waktu. Secara

keseluruhan, Kim menyimpulkan bahwa berpartisipasi dalam kegiatan komunikasi etnis

tidak memfasilitasi dan mungkin benar-benar menghambat akulturasi ke dalam budaya

lokal.

Kim (1987) juga memodifikasi model yang ia perkenalkan pertama kali pada 1977.

Model kedua ini tergambar pada Figure 13.2. Ketika moel tersebut cukup mirip dengan

model pertama, itu berbeda dalam memperkenalkan konsep kompetensi komunikasi

lokal. Figure 13.3 menggambarkan perluasan kompetensi komunikasi lokal yang

diperkenalkan Kim dalam penelitiannya. Di model yang terbaru, konsumsi media massa

sudah ditiadakan karena hal tersebut terbukti lebih tidak penting dibandingkan dengan

komunikasi antarpribadi dalam mempengaruhi persepsi imigran Korea. Komunikasi

antarpribadi sudah dianalisis untuk memasukkan kompetensi komunikasi dalam

kebudayaan setempat dan pengembangan relasional.

Faktor-faktor latar belakang (seperti usia dan kepribadian) sudah ditambahkan di

model asli. Model Figur 13.2 lebih memperhatikan faktor internal dan disajikan sebagai

model yang berjudul, “Faktor-faktor Latar Belakang Memfasilitasi Adaptasi” (1987, hlm.

200). Kim muncul untuk menggunakan adaptasi dan akulturasi dalam arti yang sama.

Model dalam Figure 13.1 dan 13.2 mengilustrasikan perkembangan teori baik dari niat

(pengembangan dan perluasan interal) dan perpanjangan (memperluas teori untuk

memasukkan domain yang lebih besar, lihat Bab 2). Tambahan dari kompetensi

21

Page 22: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

komunikasi lokal adalah sebuah contoh dari perpanjangan teori tersebut untuk menutupi

variabel yang tidak tersaji dalam model asli. Figure 13.3 menyajikan bukti yang lebih

jauh dari pengembangan yang disengaja dari teori tersebut. Itu menggambarkan

komponen-komponen yang membentuk kompetensi komunikasi dalam kebudayaan

setempat. Kim dapat menambah variabel-variabel yang termasuk dalam afektif, kognitif,

dan dimensi perilaku dalam bagian dengan membaca riset orang lain dan memikirkan

dengan cermat tentang proses adaptasi dan dalam bagian dengan menganalisis maksud

dari penelitiannya sendiri. Pada akhirnya, model komunikasi Kim mengenai adaptasi

silang budaya selesai (1988, hlm. 79). Model akhir menggabungkan internal, komunikasi,

dan faktor-faktor lingkungan yang hadir dalam model sebelumnya, disajikan pada Figure

13.4. Model Kim akulturasi imigran memberikan contoh yang baik tentang teori sistem

karena mencakup variabel dari semua level sistem budaya: psikologis internal dan

variabel linguistik, variabel jaringan komunikasi, dan variabel media massa. Model

tersebutadalah contoh yang baik dari teori pembangunan karena kita dapat menelusuri

revisi dan pembangunan melalui penelitian Kim yang telah dipublikasikan.

RINGKASAN

Bab ini menyajikan contoh-contoh dari teori pembangunan dalam satu konteks teori

komunikasi yang paling menarik dan paling cepat- komunikasi antarbudaya. Studi

antropologi memicu minat pada komunikasi antarbudaya. Perubahan pemerintahan,

politik, komunikasi, dan bisnis, untuk menyebutkan hanya beberapa, telah menciptakan

sebuah kebutuhan atau pemahaman yang lebih dalam mengenai proses dan kemampuan

komunikasi antarbudaya. Bidang komunikasi telah menanggapi kebutuhan ini dengan

pertumbuhan yang pesat penelitian dan teori pembangunan di daerah. Berbagai cabang

studi budaya dan komunikasi yang melibatkan telah diidentifikasi. Perbedaan antara

budaya dalam penggunaan kode verbal dan nonverbal, aturan, perilaku, dan peran dan

nilai-nilai sosial telah diteliti dalam beberapa detail. Selain itu, kontribusi penting dari

bidang-bidang lain seperti hipotesis Whorfian dan budaya konteks tinggi dan budaya

konteks rendah telah didiskusikan. Sarjana komunikasi antarbudaya telah berusaha ntuk

mengatasi masalah budaya daerah seperti etnosentrisme dan praduga baik melalui latihan

komunikasi budaya spesifik maupun budaya umum. Pada akhirnya, kami menyajikan

22

Page 23: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

contoh representatif dari teori pembangunan dalam konteks komunikasi antarbudaya dari

segi hukum, tindakan manusia, dan sistem perspektif. Teori Pengurangan Ketidakpastian,

yang dikembangkan dalam komunikasi antarpribadi, telah diterapkan pada konteks antar

budaya. Teori Pengelolaan Terkoordinasi dari Arti telah mengeksplorasi perbedaan dalam

aturan dan gaya dalam komunikasi interpretasi episode dalam kebudayaan yang berbeda.

Akhirnya, sistem Kim model akulturasi telah dicadangkan sebagai contoh teori kedua

bangunan dari waktu ke waktu dan perbedaan antara hukum, tindakan manusia, dan

pendekatan sistem.

23

Page 24: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

LAMPIRAN

Halaman 443Figure 13.1

Young Kim’s Acculturation model

Reprinted with permission from Kim, Y. Y. (1977). Communication patterns of foreign immigrants in the process of acculturation. Human Communication Research, 4, p. 70.

24

Interaction Potential

Perceptual Complexity

Mass Media Consumption

Mass MediaAvailability

Acculturation Motivation

EnglishCompetence

Interpersonal Communication

Page 25: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Halaman 445Figure 13.2

The Revised immigrant Acculturation Model

Reprinted with permission from Kim, Y. Y. (1987). Facilitating immigrant adaptation: The role of communication. In T. C. Albrecht and M. B. Adelman (Eds). Communicating social support (p. 200). Newbury Park, CA: Sage. Halaman 446

Figure 13.3Components of Communications Competence in Host Culture

Reprinted with permission from Kim, Y. Y. (1987). Facilitating immigrant adaptation: The role of communication. In T. C. Albrecht and M. B. Adelman (Eds). Communicating social support (p. 198). Newbury Park, CA: Sage.

25

Cognitive DimensionKnowledge of host languageKnowledge of nonverbal cuesKnowledge of cultural valuesOther cultural knowledge

Affective DimensionMotivational coorientationEmotional/aesthetic coorientationAttitude toward the host society

Behavioral DimensionAbility to speakAbility to listenAbility to follow interactional rulesAbility to manage relationship

Background Factors

Cultural, SimilarityPersonality TraitsAge, EducationEtc.

ImmigrantAdaptation

Host Communication Competence

Relational Development

Page 26: Makalah Konsep Komunikasi Antar Budaya

Figure 13.4A Communication Model of Cross-Cultural Adaptation

Note: IC-Interpersonal Communication, MC-Mass Communication

Reprinted with permission from Kim, Y. Y. (1988). Communication and cross-cultural adaptation (p.79). Philadelphia: Multilingual Matters.

26

Host Environmental ConditionsReceptivityConformity Pressure

Adaptive PredispostionCulture/Racial BackgroundOpen/Resilient PersonalityPreparedness for Change

Adaptation OutcomeFunctional FitnessPsychological HealthIntercultural IdentityPersonal Communication

Social Communication

Host IC

Host MC

HostCommunication

Competence

Host IC

Host MC