efektivitas komunikasi antar budaya dalam …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN HARMONIS ANTAR SUKU DI
DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Satu (S.1) dalam Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
OLEH
SITTI NUR KHALISA NIM: 304171392
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI 2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
(22: الروم)
“22. Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)Nya ialah penciptaan langit
dan bumi, perbedaan bahasamu, dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.“ (Ar Rum: 22).
1
1Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Selatan: Wali Oasis
Terrace Rescident, 2010) 455
vi
ABSTRAK
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan misalnya suku bangsa, etnik, ras, kelas sosial dan seterusnya. Seiring berkembangnya zaman mengharuskan manusia untuk menghilangkan ego kelompok untuk suatu hubungan yang harmonis antar sesama manusia. Dalam hal ini keberagaman suku di desa Tangkit Baru menuntut masyarakatnya untuk tetap hidup dalam hubungan yang harmonis. Masyarakat desa Tangkit Baru melakukan berbagai usaha untuk dapat mempertahankan hubungan harmonis antar suku. Maka dari itu penulis memiliki tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan harmonis dan faktor apa saja yang mendukung komunikasi antar budaya dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antar suku serta pola komunikasi antar budaya seperti apa yang diterapkan masyarakat desa Tangkit Baru dalam mempertahankan hubungan harmonis antar suku.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan menggunakan teknik analisis data dengan mengambil sampel untuk mengetahui bentuk hubungan harmonis dan faktor pendukung apa saja yang mendukung komunikasi antar budaya dalam mempertahankan hubungan harmonis serta pola komunikasi untuk mempertahankannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: (a). Reduksi data, (b). Penyajian data, dan (c). Verifikasi. Dan metode pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat ditarik kesimpulan yaitu: Bentuk hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru adalah: Adanya interaksi sosial dan tingkat toleransi yang baik antar masyarakat suku mayoritas (suku Bugis) terhadap suku minoritas (suku Jawa) dan sebaliknya, Selanjutnya adalah faktor pendukung komunikasi antar budaya dalam menciptakan hubungan yang harmonis adalah adanya dukungan dari aparatur pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran saling bahu membahu membangun desa yang aman, damai dan tentram, saling membantu, adanya sikap saling menghargai, tenggang rasa dan toleransi, mematuhi peraturan hukum dan adat serta adanya persamaan prinsip dan ketertarikan terhadap budaya lain. Setelah nya pola komunikasi dalam mempertahankan hubungan harmonis tadi adalah dengan menciptakan persepsi yang baik antar satu sama lain, menjaga tali persaudaraan dan menjunjung tinggi kerukunan. Akhirnya komunikasi antar budaya yang efektif dapat menciptakan harmonisasi budaya. Kata Kunci : Komunikasi antar budaya, Hubungan Harmonis, Suku.
vii
PERSEMBAHAN
Bissmillahirrahmanirrohim Lillahil hamdu lillahi syukru
Alhamdulillah tiada hentinya saya mengucap syukur kepada Allah SWT atas segala karunianya. Tiada yang bisa saya lakukan tanpa nikmat yang senantiasa
dianugerahkan kepada saya. Sholawat berangkaikan salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW. Semoga senantiasa kita semua
mendapat rahmat serta hidayahnya diyaumul akhir nanti. Aamiin
Saya sangat bahagia setelah melewati berbagai rintangan dan skripsiku ini adalah sebuah persembahan sederhana dari yang selalu menjadi kebanggan
dalam keluarga.Terutama untuk pahlawanku wanita hebatku nenekku tercinta HJ.Indo Ako dan Ibuku tersayang Tendri Oji juga Ayahku Ambo Untung Dg. Pagella. Terimakasih atas segalanya, terimakasih atas buah kesabaran dan
kekuatan yang diberikan kepada saya.Dan skripsi ini juga persembahan untuk kakaku Siti Zainab juga adik kecilku Muhammad Ridho Febrian.Juga
kupersembahkan untuk keluargaku, semua teman baikku dan kekasihku yang selalu menjadi solusi atas permasalahan yang ada.
Untuk dosen pembimbing dan semua dosenku, untuk organisasiku dan untuk kampus tercinta Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Tanpa semuanya. Saya bukan orang yang kuat untuk terus berjuang. Terima Kasih.
viii
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada
kita semua. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan
kita nabi agung Muhammad SAW dan seterusnya kepada para sahabat, keluarga
dan seluruh umat nya.
Dengan dapat diselesaikannya skripsi dengan judul “Efektivitas
Komunikasi Antar Budaya Dalam Mempertahankan Hubungan Harmonis Antar
Suku di Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”.
Banyak melewati hambatan-hambatan yang selalu dapat teratasi dengan adanya
dukungan serta motivasi yang memberikan banyak pelajaran dan pengalaman
berharga. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Pd.I selaku dosen pembimbing 1 yang
telah memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dari awal sampai akhir
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Ariyandi batubara, S.Ud.,M.Ud selaku dosen pembimbing 2 yang
telah memberikan motivasi, bimbingan dan arahan dari awal sampai akhir
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Muhammad Junaidi. S.Ag. M.Si dan Bapak Ade Novia Maulana,
M.Sc Selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Zulqarnain. M.Ag selaku Dekan Fakultas Dakwah, Bapak Dr. DI
Ansusa Putra Lc. M.A.Hum selaku wakil dekan 1 bidang akademik, Bapak
Dr. Arfan Aziz selaku wakil dekan 2 bidang kerjasama dan bapak Dr.
Sahmin Batu Bara, M.HI sebagai wakil dekan 3 bidang kemahasiswaan
Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah
memfasilitasi akademik fakultas dakwah dengan baik sehingga dalam
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
NOTA DINAS ........................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .......................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Permasalahan.................................................................................... 5
C. Batasan Masalah............................................................................... 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6
E. Kerangka Teori................................................................................. 8
F. Metode Penelitian............................................................................. 14
G. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 20
H. Studi Relevan ................................................................................... 20
BAB II PROFIL DESA TANGKIT BARU
A. Aspek Historis desa Tangkit Baru.................................................... 23
B. Letak Geografis desa Tangkit Baru.................................................. 23
C. Aspek Demografis desa Tangkit Baru ............................................. 24
D. Visi dan Misi desa Tangkit Baru ..................................................... 28
xi
E. Potensi Pembangunan desa dan Struktur Organisasi
Pembangunan desa Tangkit Baru ..................................................... 29
BAB III HUBUNGAN HARMONIS ANTAR BUDAYA DI DESA
TANGKIT BARU
A. Perwujudan Hubungan Harmonis Antar Masyarakat desa Tangkit
Baru .................................................................................................. 35
B. Faktor Pendukung Komunikasi Antar budaya Untuk Mewujudkan
Hubungan Harmonis di Tengah Masyarakat desa Tangkit Baru ..... 38
C. Manfaat Hubungan Harmonis Antar Suku di desa Tangkit Baru .... 45
BABIV POLA DAN UPAYA MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN
HARMONIS DI DESA TANGKIT BARU MELALUI
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
A. Bentuk Pola Komunikasi Antar budaya di Desa Tangkit Baru........ 47
B. Usaha Masyarakat Dalam Mempertahankan Hubungan Harmonis
di desa Tangkit Baru ........................................................................ 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60
B. Implikasi Penelitian .......................................................................... 61
C. Kata Penutup ................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Struktur Personalia Pemerintahan desa Tangkit Baru ............................. 33
Tabel 1.2 : Struktur Perangkat Rukun Tetangga (RT) desa Tangkit Baru ................ 34
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI2
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
{t ط ا
{z ظ B ة
„ ع T ت
Gh غ Th ث
F ف J ج
Q ق {h ح
K ك Kh خ
L ل D د
M م Dh ذ
N ن R ر
H ه Z ز
W و S ش
, Sh ش
Y ي {s ص
}d ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
<i اى <a ب A ا
Aw ا و Á ا ى U ا
Ay ا ى <u ا و I ا
2Tim Penyusun, Buku III: Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN STS Jambi (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016). 149
xiv
C. Ta> Marbu>t}ah
Transliterasi untuk ta>marbu>t}ah ini ada tiga macam:
1. Ta> Marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka
transliterasinya adalah /h/.
Arab Indonesia
S}ala>h صلاة
Mira>h مراة
2. Ta> Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan
dammah, maka transliterasinya adalah /t/.
Arab Indonesia
Wiza>rat al-Tarbiyah وزارةالتربية
Mira>t al-zaman مراةالسمن
3. Ta Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah
/tan/tin/tun/.
Arab Indonesia
فجئة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses
interaksi antar individu. Nilai-nilai ini diakui, baik secara langsung maupun tidak,
seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan terkadang
sebuah nilai tersebut berlangsung didalam alam bawah sadar individu dan
diwariskan pada generasi berikutnya.3
Bangsa Indonesia terkenal akan keragaman budaya nya. Hal yang
dimaksud dengan keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada dimuka bumi.
Keragaman budaya disebut juga dengancultural diversity. Keragaman yang ada di
Indonesia keberadaannya tidak dapat dihapuskan lagi karena sudah menjadi ciri
khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain yang ada di
muka bumi ini.4
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang bergantung. Sehingga, tidak
bisa hidup secara mandiri dan pasti membutuhkan orang lain untuk mengatasi
kendala yang ada dalam kehidupannya sehingga manusia biasa disebut sebagai
makhluk sosial. Berbicara pada lingkup sosial, maka interaksi maupun
komunikasi yang dilakukan pun akan bersifat sosial. Komunikasi sosial
merupakan sebuah kegiatan yang bergerak pada ranah sosial sebagai indikasi yang
terlahir akibat terbentuknya sebuah interaksi sosial. Interaksi sosial. Homnas
(dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan Interaksi sebagai suatu kejadian ketika
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain
yang menjadi pasangannya.5
3Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta: Kencana, 2018). Cet. 3 . 15 4Nurul Akhmad, Ensiklopedia: Keragaman Budaya, (Semarang: ALPRIN, Edisi Digital
2019) . 2 5Ngalimun,Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Praktis, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Perss, 2017). 138-141
2
Dengan adanya keberagaman budaya di Indonesia menjadi sebuah
harmonisasi budaya yang dapat dilihat dari masyarakat saling toleransi terhadap
perbedaan kebudayaan bahkan pola pikir. Ras, suku, agama, latar belakang sosial,
pendidikan, warna kulit dan sebagainya merupakan realitas yang tidak dapat
dihindarkan. Sebagai makhluk sosial manusia tidak hanya melakukan interaksi
sebatas pada mereka yang memiliki kesamaan saja. Apalagi di era global saat ini
di mana mulai alat dari alat transportasi dan alat komunikasi dan informasi
menjembatani perbedaan geografis.6
Masyarakat desa Tangkit Baru merupakan masyarakat yang multi etnis,
daerah ini terletak di kabupaten Muaro Jambi dan tidak jauh dari pusat kota.
Meskipun demikian, desa Tangkit Baru dihuni oleh banyak suku dan kebudayaan
lain selain suku bugis dari kurang lebih 2.800 jiwa terdapat suku jawa sebanyak
5%, suku batak 2%, suku sunda 0,5%, suku minang 3% dan melayu sebanyak 5%.
Suku lain selain suku bugis yang terdapat di desa Tangkit Baru diperoleh dari
hubungan pernikahan antara masyarakat asli desa Tangkit Baru yang bersuku
bugis dengan suku lain , selain itu adalah suku lain yang menjadi pendatang dan
menetap di desa Tangkit Baru. Desa Tangkit Baru dikatergorikan sebagai desa
yang bersifat heterogen karena terdapat beragam kebudayaan yang berbeda.7
Ciri khas dari masyarakat ini ada ada tradisi dan budaya nya, selain itu
masyarakat desa Tangkit Baru dikenal ramah dan mampu berkomunikasi dengan
baik hal ini di latarbelakangi oleh tingkat pendidikan masyarakat desa Tangkit
Baru yang cukup tinggi. Meskipun demikian, masyarakat desa Tangkit Baru juga
tidak membedakan pendatang atau masyarakat selain suku bugis. Keharmonisan
yang terjadi didesa Tangkit Baru didukung dengan tingkat pemahaman tentang
toleransi yang baik. Bagi pendatang atau masyarakat selain suku bugis,
masyarakat desa Tangkit Baru telah menjadi satu kesatuan dengan mengikuti satu
kebudayaan yang sama, yaitu kebudayaan suku bugis. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan besar yang di adakan di desa Tangkit Baru yang menggunakan bahasa
6Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya:Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Kencana,
2012). 27 7Masyarakat desa Tangkit Baru, Siti Zainab, Wawancara, catatan lapangan, 10 Agustus
2020.
3
dan simbol-simbol kebudayaan suku bugis, meskipun terdapat pendatang yang
merupakan masyarakat bersuku jawa, melayu, batak, minang, sunda dan lain
sebagainya namun hal ini tidak menjadi perdebatan dan konflik antar suku.8
Desa Tangkit Baru yang di buka dan dibangun oleh Muhammad Said yang
lebih dikenal dengan nama Fuang Muhammad. Setelah beliau wafat pada tahun
1992 desa Tangkit Baru dikembangkan oleh beberapa anak dan sahabat beliau.
Berkat perjuangan dan kegigihan nya sampai saat ini Fuang Muhamad dijadikan
sebagai suri tauladan bagi masyarakat desa Tangkit Baru. Untuk mengenang jasa
dan perjuangan beliau , setiap satu tahun sekali masyarakat desa Tangkit Baru
memperingati hari wafat beliau yang sebut dengan acara Haul Fuang
Muhammad.9
Haul Fuang Muhammad dihadiri oleh seluruh masyarakat desa Tangkit
Baru tidak hanya masyarakat suku Bugis tetapi suku yang lain juga ikut serta
dalam acara tersebut, bahkan mereka ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan acara tersebut. Seperti memasang tenda, memasak
hidangan dan sebagainya. Hal dikarena masyarakat suku lain selain suku Bugis
yang tinggal di desa Tangkit Baru bisa merasakan hasil kegigihan dan perjuangan
beliau dalam membangun desa Tangkit Baru.10
Kebiasaan masyarakat desa Tangkit Baru yang masih kental akan
kebudayaan suku bugis seperti penggunaan bahasa sehari-hari dengan
menggunakan bahasa bugis, sehingga masyarakat lain selain suku bugis menjadi
terbiasa mendengarnya sehingga dapat mengerti dan memahami bahasa Bugis.
Dan tak jarang masyarakat lain selain suku Bugis yang ada di desa Tangkit Baru
bisa berbicara dengan fasih menggunakan bahasa Bugis.
Efektivitas komunikasi antar budaya yang terjadi dalam sebuah kelompok,
untuk mempertahankan tingkat hubungan dan saling membutuhkan satu sama lain
tidak jauh dari konsep sosial. Penguasaan bahasa atau keterampilan
berkomunikasi merupakan salah satu cara untuk mempermudah proses pengertian
dan resepiens. Selain penggunaan bahasa, hubungan antara satu dan lainnya,
8Observasi, 25 Mei 2019 9Observasi, 5 Oktober 2019 10Observasi, 5 Oktober 2019
4
sistem sosial dan sistem kebudayaan yang mencakup tingkah laku, adab dan
pandangan hidup yang diwarisi dari suatu kebudayaan tertentu juga merupakan
hal yang dapat mempengaruhi efektivitas dalam proses komunikasi. Masyarakat
tentu akan menghadapi dinamika sosial yang senantiasa mengalami perubahan
yang menandakan adanya kehidupan. Dapat disimpulkan bahwa kehidupan
manusia yang ideal adalah mampu menjalin hubungan yang harmonis dan
mempertahankannya.
Manusia telah diciptakan penuh dengan keberagaman dan kita diwajibkan
untuk menjalin hubungan baik antar sesama manusia, meskipun kita memiliki
beragam bahasa, warna kulit, jenis rambut dan pemikiran yang berbeda-beda. Hal
ini sejalan dengan firman Allah S.W.T:
: ( 31)الحجرت
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (al-Hujuraat: 13).11
Aktivitas yang dilakukan di desa Tangkit Baru kerap mencerminkan
adanya toleransi antar budaya, Komunikasi yang muncul juga mempengaruhi
tingkat hubungan antar masyarakat di desa Tangkit Baru. Untuk mempertahankan
suatu hubungan yang harmonis, masyarakat harus memiliki wadah yang dapat
membangun suasana yang baik. Namun hal ini belum mencukupi setiap
kebutuhan masyarakat desa dalam menjalin hubungan baik, masih banyak
kekurangan yang harus dipenuhi untuk keefektivitasan komunikasi yang timbul.
Bagaimana penerapan komunikasi antar budaya yang terjadi di desa Tangkit Baru
dapat menentukan harmonisasi budaya yang terjadi, melalui aktivitas komunikasi
11Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta Selatan: Wali Oasis
Terrace Rescident, 2010) 516
5
antar budaya dan ada beberapa faktor pendukung dan faktor penghambat
keharmonisan suatu hubungan antar suku di desa Tangkit Baru yang menjadi
salah satu tantangan yang harus dihadapi masyarakat desa Tangkit Baru untuk
dapat mempertahankan hubungan harmonis antar suku.
Melihat fenomena tentang komunikasi antar budaya yang terjadi di desa
Tangkit Baru menimbulkan efek yang baik. Sehingga menimbulkan hubungan
harmonis antar suku di desa Tangkit Baru. Namun tingkat pemahaman tentang
toleransi yang baik menjadi hal yang harus diperhatikan, karena hal ini menjadi
salah satu faktor untuk mempertahankan hubungan harmonis antar suku di desa
Tangkit Baru. Banyaknya kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial yang diadakan
di desa Tangkit Baru merupakan solusi untuk mempertahankan hubungan
harmonis. Aktivitas warga dibutuhkan dalam hal ini adalah untuk menjalin
silaturahmi antar suku dan saling memahami satu sama lain. Penulis memilih
desa Tangkit Baru sebagai obyek penelitian, agar mudah menemukan fenomena
terkait efektivitas komunikasi antar budaya dalam mempertahankan hubungan
harmonis antar suku, nantinya diharapkan akan diketahui bagaimana aktivitas
yang dilakukan warga desa Tangkit Baru melalui kegaitan-kegiatanya yang
membangun hubungan harmonis antar suku. Atas berdasarkan hasil grandtour
diatas maka peneliti tertarik untuk menyusun sebuah penelitian dalam bentuk
skripsi yang dengan judul :EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
DALAM MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN HARMONIS ANTAR
SUKU DI DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM
KABUPATEN MUARO JAMBI.
B. Permasalahan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pokok masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana efektivitas implementasi komunikasi antar
budaya di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro
Jambi. Untuk menjawab permasalahan pokok di atas maka disusunlah
permasalahan penelitian sebagai berikut :
6
1. Bagaimana bentuk hubungan harmonis masyarakat di desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi?
2. Bagaimana faktor pendukung komunikasi antar budaya dalam
menciptakan hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi?
3. Bagaimana pola komunikasi antar budaya dalam mempertahankan
hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini dijelaskan melalui dua kategori,
yaitu kategori tempat dan subyek. Pada kategori tempat penelitian ini dibatasi di
desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi RT01-RT
10 karena banyak sekali persentuhan budaya di dalamnya, maka peneliti memilih
desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi sebagai
tempat penelitian ini. Dan untuk kategori subyek peneliti membatasi yaitu
masyarakat bersuku Bugis dan masyarakat bersuku Jawa dalam hal ini mereka
yang telah berdomisili di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh
pemerintahan yang ada di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Segala sesuatu yang dikerjakan pasti memiliki tujuan tertentu yang
ingin dicapai, sama halnya dengan penelitian ini. Berdasarkan permasalahan di
atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan harmonis masyarakat di
desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
7
b. Untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung komunikasi antar budaya
dalam menciptakan hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru
Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
c. Untuk mengetahui pola komunikasi antar budaya dalam mempertahankan
hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai
Gelam Kabupaten Muaro Jambi.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Secara Teoritis
1) Peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi ilmuan atau peneliti dan
pengamat budaya sebagai suatu acuan untuk melakukan satu
penelitian dan perbandingan tentang komunikasi antar budaya.
2) Kalangan Akademisi
Penelitian ini bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa dan
seluruh kalangan akademisi sebagai suatu tinjuan atau referensi
untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan komunikasi
antar budaya.
b. Manfaat Secara Praktisi
1) Masyarakat Umum
Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat umum khususnya
warga desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten
Muaro Jambi agar lebih memahami bagaimana efektivitas dari
implementasi komunikasi antar budaya yang terjadi di desa Tangkit
Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi agar dapat
mempertahankan harmonisasi budaya dalam kehidupan
bermasyarakat antar suku yang berbeda.
2) Masyarakat Kampus
8
Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat dalam lingkup
kampus, yang mana didalamnya terdapat keberagaman budaya
dari setiap daerah yang berbeda namun dalam suatu kampus yang
sama. Penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi
pengimplementasian komunikasi antar budaya agar saling
menghargai satu sama lain dan tidak membawa ego budaya
masing-masing.
3) Peneliti/Penulis Pribadi
Penelitian ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana strata 1 dalam Ilmu Komunikasi dan Penyiaran
Islam.
E. Kerangka Teori
Menurut Bakker (1984:37) kebudayaan sebagai perkembangan dan nilai
meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal dan sosial, yang
disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat.12
1. Konsep Tentang Efektivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “efektif” berarti akibatnya,
pengaruhnya dan kesannya.13Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan atau sasaran(Etzioni,1964). Efektivitas ini sesungguhnya
merupakan suatu konsep yang lebih luas yang mencakup berbagai faktor di
dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan demikian, efektivitas tidak hanya
dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau
sikap individu.14
2. Konsep Tentang Budaya
12Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar(Bandung: PT Rafika Aditama, 2005) 25 13Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:
Balai Pustaka, 1990). 219 14Roymond H Simamora, Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan(Jakarta: EGC,
2008). 35
9
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal
budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep
alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok orang
dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya
menampakkan diri dari dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk
kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-
tindakan penyesuain diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-
orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu
pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.15
Objek-objek dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan budaya yang
lahir dari kebiasaan dan semua unsur dalam kehidupan manusia. Tanpa kita
sadari seluruh perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita tumbuh
dan mengenal lingkungan sosial yang tidak terlepas dari komunikasi.
3. Konsep Tentang Komunikasi Antar budaya
a. Definisi Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna
diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku
kita dan memberinya makna, komunikasi telah terjadi terlepas dari apakah
kita menyadari perilaku kita atau tidak dan menyengajanya atau tidak. Bila
kita memikirkan hal ini, kita harus menyadari bahwa tidak mungkin bagi
kita untuk tidak berperilaku.16Secara etimologis, komunikasi berasal dari
bahasa latin communication yang bersumber dari kata communis yang
berarti sama. Kata sama yang dimaksudkan adalah sama makna. Jadi dalam
pengertian ini, komunikasi berlangsung manakala orang-orang yang terlibat
15 Deddy Mulyana, Komunikasi Antarbudaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-
orang Berbeda Budaya(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). 18 16Deddy Mulyana, Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-
Orang Berbeda Budaya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006). 13
10
di dalamnya memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang tengah
dikomunikasikannya itu.17
Menurut Steven, komunikasi bisa terjadi kapan saja dan bisa terjadi
dilingkungan sekitar tanpa disadari komunikasi tidak bisa dipungkiri karena
merupakan kebutuhan manusia mutlak dan tidak dapat dihindari. Sebagai
contoh yang dikemukakan oleh Steven seperti pada peristiwa seorang yang
berlindung disuatu tempat saat diserang badai, atau kedipan mata sebagai
reaksi terhadap sinar lampu, hal ini merupakan peristiwa komunikasi.
Segala sesuatu yang direspon oleh manusia merupakan suatu bentuk
komunikasi.
b. Komunikasi Antar budaya
Dalam situasi yang demikian mempelajari persoalan-persoalan
komunikasi antar budaya jelas menjadi semakin penting. Karena, apabila
masing-masing pihak yang terlibat dalam komunikasi antar budaya (KAB)
tersebut mempunyai perbedaan dalam aspek-aspek tertentu, misalnya
ideologi, orientasi dan gaya hidup, serta masing-masing pihak tidak mau
memahami pihak lainnya maka berbagai problem akan terjadi.18
Menurut Deddy Mulyana, Dkk. Komunikasi antar budaya terjadi
apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima
pesannya adalah anggota suatu lainnya. Dalam keadaan demikian, kita
segera dihadapkan masalah yang ada dalam situasi di mana suatu pesan
disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Seperti telah kita lihat, budaya mempengaruhi orang yang berkomunikasi.
Budaya bertanggung jawab atas seluruh pembendaharaan perilaku
komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Konsekuensinya,
pembendaharaan-pembendaharaan yang dimiliki dua orang yang berbeda
budaya akan berbeda pula, yang dapat menimbulkan segala macam
kesulitan. Namun, melalui studi dan pemahaman atas komunikasi antar
17Zikri Fachrul Nurhadi, dkk, “Kajian Tentang Efektivitas Pesan Dalam Komunikasi”
Jurnal(Garut: Universitas Garut, 2017) 18Daryanto, Mulyo Rahardjo, Teori Komunikasi (Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2016). 198
11
budaya, kita dapat mengurangi atau hampir menghilangkan kesulitan-
kesulitan ini.19
Ada beberapa teori yang mengemukakan gagasan tentang
komunikasi antar budaya sebagai berikut:
1) Teori pertama, Dikemukakan oleh Samovar & Porter bahwa
komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya yang
tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain.
Lebih tepatnya, komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara
orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup
berbeda dal am satu komunikasi.20 Teori ini memfokuskan pada
proses interaksi sosial yang terjadi dalam suatu lingkup masyarakat
yang berbeda budaya. Interaksi dapat terjadi karena adanya proses
komunikasi
2) Teori Kedua, Dikemukakan Oleh Devito, bentuk-bentuk komunikasi
antar budaya meliputi bentuk-bentuk komunikasi lain, yaitu :
a) Komunikasi antar kelompok yang berbeda. Misalnya,
antara orang Katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang
Islam dengan Jahudi.
b) Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara
dokter dan pengacara, atau antara tunanetra dan tunarungu.
c) Komunikasi antara suatu subkultur dan kultur yang dominan.
Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks atau
antara kaum manula dan kaum muda.
d) Komunikasi antar jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria
dan wanita.
Komunikasi antar budaya diartikan sebagai komunikasi
antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang
kebudayaan. Secara khusus, fungsi komunikasi antar budaya adalah untuk
19Ibid., 20 20Ade Tuti Turistiati, Kompetensi Komunikasi Antarbudaya (Bogor: Kerjasama Penerbit
Wacana Media, 2019). 38
12
mengurangi ketidakpastian. Ketika kita memasuki wilayah (daerah) orang
lain kita dihadapkan dengan orang-orang yang sedikit atau banyak berbeda
dengan kita dari berbagai aspek (sosial, budaya, ekonomi, status dan lain-
lain). Pada waktu itu pula kita dihadapkan dengan ketidakpastian atau
ambiguitas dalam komunikasi. Untuk mengurangi ketidakpastian
seseorang melakukan predisi sehingga komunikasi bisa berjalan efektif
(Devito, 1997:408).21
3) Teori Ketiga, dikemukakan oleh Edwart T. Hall bahwa hubungan
yang ia buat antara budaya dan komunikasi dalam bukunya yang
terkenal The Silent Language bermula merupakan inti budaya.22
Komunikasi antar budaya terlahir dari inti dari budaya pada dasarnya
yang diikuti berbagai propaganda dan perbedaan pendapat antar
beberapa budaya yang berbeda, namun dengan adanya komunikasi
antar budaya hal ini dapat menjadikan budaya yang berbeda dapat
saling memahami satu sama lain.
4. Pola dan Unsur Komunikasi
a. Pola-Pola Komunikasi
Menurut Nabella (2013: 5) istilah pola komunikasi biasa disebut
sebagai model, yaitu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang
berhubungan satu sama lain untuk memberikan pelajaran kepada
masyarakat. Menurut Effemdy (1998) Pola komunikasi adalah proses yang
dirancang untuk mewakili kenyataan keterpautannya unsur-unsur yang di
cakup beserta keberlangsungannya, guna memudahkan pemikiran secara
sistematik dan logis. Beberapa macam pola komunikasi :
a. Pola komunikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun
tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini
komunikan hanya bertindak sebagai pendengar.
21Ngalimun, Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Praktif (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2017). 114-117 22Ibid. 37
13
b. Pola komunikasi dua arah atau timbale balik (two way traffic
communication) yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling
tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka, komunikator pada
tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya
berganti fungsi.
c. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam
suatu kelompok yang lebih banyak dimana komunikator dan
komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialog. Berdasarkan
pola komunikasi tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pola
komunikasi merupakan suatu rangkaian sistem dari berbagai
komponen yang berhubungan satu sama lain yang memiliki tujuan
memberikan pelajaran kepada masyarakat agar dapat ditunjukkan
atau terlihat oleh orang lain.23
b. Unsur-Unsur Komunikasi
Aristoteles, ahli filsafat yunani kuno dalam bukunya Rhetorica
menyebut bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang
mendukung, yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan
siapa yang mendengarkan.24
Delapan unsur komunikasi dalam konteks komunikasi sengaja.
Pertama adalah sumber (source). Suatu sumber adalah orang yang
mempunyai suatu kebutuhan untuk berkomunikasi. Hasil dari perilaku
menyandi adalah suatu pesan (massage). Suatu pesan terdiri dari
lambang-lambang verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan
dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Meskipun
encoding merupakan suatu kegiatan internal yang menghasilkan suatu
pesan, pesannya itu sendiri bersifat eksternal bagi sumber. Unsur
komunikasi keempat adalah (channel) yang menjadi penghubung
23Putri Handayani, Komunikasi Antar Budaya dan Dampak Bagi Kehidupan Masyarakat
di Pekon Marang Kabupaten Pesisir Barat, Skripsi (Bandar Lampung: Universitas Lampung, 2019).
24Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998). 23
14
antara sumber dan penerima. Unsur kelima adalah penerima (receiver).
Penerima adalah orang yang menerima pesan dan sebagai akibatnya
menjadi terhubungkan dengan sumber pesan.
Mengubah energy eksternal menjadi pengalaman yang bermakna
adalah unsur yang keenam, yang disebut penyandian balik (decoding).
Decoding adalah proses internal penerima dan pemberian makna
kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan dan pikiran sumber.
Unsur ketujuh alah respons penerima (receiver respons). Ini
menyangkut apa yang penerima lakukan setelah ia menerima pesan.
Respons ini bisa beraneka ragam, mulai dari tingkat minimum hingga
tingkat maksimum.
Unsur terakhir adalah umpan balik (feedback). Umpan balik adalah
informasi yang tersedia bagi sumber yang memungkinkan menilai
keefektifan komunikasi yang dilakukan untuk mengadakan
penyesuaian-penyesuaian atau perbaikan-perbaikan dalam komunikasi
selanjutnya. Meskipun umpan balik dan respons bukan hal yang sama,
keduanya jelas sangat berkaitan. Respons adalah apa yang penerima
putuskan atau lakukan setelah ia menerima pesan, sedangkan umpan
balik adalah informasi tentang keefektifan komunikasi. Keduanya
berhubungan oleh karena respons penerima merupakan sumber umpan
balik yang normal. 25
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini memiliki paradigma penelitian kualitatif yang
berbentuk studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian
yang sering digunakan dalam ilmu sosial.26 Namun penekanannya adalah pada
25Ibid. 14-16 26Samsu, Metode Penelitian Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif Kuantitatif Mixed
Methods serta Reserch & Development, (Jambi : PUSAKA, 2017). 63-64
15
aspek komunikasi antar budaya, oleh sebab itu teori yang dibangun adalah teori
komunikasi antar budaya.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualilatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses
hippotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai
dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecendrungan, non
perhitungan numeric, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi,
bola salju dan story.
Munculnya penelitian kualitatif sebagai reaksi dari tradisi yang terkait
dengan positivisme dan postpositivisme yang berupaya melalukan kajian
budaya dan interpretative.27 Sebuah efektivitas dalam komunikasi antar
budaya untuk dapat mempertahankan hubungan harmonis antar suku yang
terjadi di sebuah desa tentunya dapat dilihat dari kajian budaya sebagai
landasan dan upaya untuk menjelaskan realitas.
Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah dalam
pendekatan kualitatif dapat menggunakan 3 peralatan yaitu wawancara,
observasi dan dokumentasi yang sangat tepat untuk melihat efektivitas
komunikasi antar budaya dalam mempertahankan hubungan harmonis antar
suku di desa Tangkit Baru. Metode ini juga memberi peluang bagi peneliti
untuk memperoleh jawaban yang ringkas dan mendalam dari informan dan
sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
3. Setting dan Subjek Penelitian
Setting penelitian atau lokasi penelitian ini desa Tangkit Baru,
kecamatan Sungai Gelam kabupaten Muaro Jambi provinsi Jambi yang
merupakan tempat kelahiran peneliti sehingga peneliti mudah menemukan data
di dalamnya mengenai komunikasi antar budaya.
27Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta Timur : Kelompok
Intrans Publishing, 2015). 35
16
Subjek pada penelitian ini diantaranya adalah masyarakat desa Tangkit
Baru, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan aparat pemerintah desa
Tangkit Baru. Karena subjek ini dipercaya lebih memahami secara historis
sosiologis apa yang terjadi di desa Tangkit Baru.
4. Sumber dan Jenis Data
a. Sumber Data
Data dalam penelitian kualitatif tentu saja bersumber dari peristiwa
dokumentasi dan manusia serta data-data mengenai aktivitas dan budaya di
Desa Tangkit Baru.
Sumber-sumber data dalam penelitian ini diantaranya adalah data
dari manusia berbentuk perkataan dan perbuatan yang diperoleh dengan
wawancara dan bercerita. Sumber data dari peristiwa dengan ikut serta
dalam aktivias dilapangan sehingga peneliti dapat menganalisa proses
komunikasi yang terjadi seperti gestur, mimik wajah dan suasana
dilapangan. Sedangkan sumber data dokumentasi akan menjadi rujukan
atau bukti dari masalah yang akan diteliti berbentuk foto kegiatan, foto
peristiwa komunikasi antar budaya, video percakapan dan lain sebagainya.
b. Jenis Data
Jenis data merupakan pengelompokan data yang akan digunakan
dalam penelitian kualitatif diantaranya adalah data primer atau data utama
dan data sekunder atau data pendukung.
1) Data Primer
Data ini diperoleh dari hasil observasi ,wawancara dan
dokumentasi dilapangan sesuai dengan masalah. Yaitu data tentang
Efektivitas komunikasi antar budaya dalam mempertahankan
hubungan harmonis antar suku di Desa Tangkit Baru.
2) Data Sekunder
17
Data ini bersifat mendukung data primer yang diperoleh baik
berupa: Buku sejarah desa Tangkit Baru, data desa dan termasuk
buku-buku teori tentang komunikasi antar budaya.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi (Pengamatan)
Menurut Sugiyono observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.
Menurut Sutrisno Hadi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai prosesbiologis dan psikhologis
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.28
Observasi digunakan peneliti untuk mengamati secara langsung
efektivitas komunikasi antar budaya di Desa Tangkit Baru.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi yang dilakukan oleh
dua pihak atau lebih, untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan
berdasarkan data yang akan diteliti.
Pada proses komunikasi interaksional ini peneliti akan membuat
format pertanyaan yang disusun berdasarkan data yang dibutuhkan, untuk
dapat menemukan informasi mengenai komunikasi antar budaya dalam
mempertahankan hubungan harmonis antar suku di Desa Tangkit Baru.
c. Dokumentasi
Menurut Albio Anggito dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen –
dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Seperti otobiografi, surat pribadi, catatan harian, memorial, kliping,
dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman/rakyat, foto tape, mikrofilm,
disk, compact disk dan lain sebagainya.29
28Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2013). 145 29Albio Anggito, dkk, Metode Penelitian Kualitatif ( Jawa Barat : Cv Jejak, 2019). 153
18
Dokumentasi digunakan penulis untuk melakukan beberapa
dokumentasi dalam mengumpulkan data untuk mengetahui efektivitas
komunikasi antar budaya dalam mempertahankan hubungan harmonis antar
suku di Desa Tangkit Baru.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah upaya untuk menguraikan suatu masalah
menjadi sesuatu yang lebih jelas dan dapat dicerna dengan mudah maknanya.
Apabila data tersebut dianggap kurang masih maka akan di teliti kembali
dilapangan.
a. Reduksi Data(Data Reduction)
Menurut Hengki Wijaya reduksi data adalah proses ketat yang
dilakukan oleh peneliti untuk mereduksi data-data untuk menghasilkan
data-data yang dimiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang dapat
digambarkan dan diverifikasikan serta disimpulkan.30
Pada penelitian ini data yang direduksi adalah data tentang
keberagaman suku di desa Tangkit Baru dan cara berkomunikasinya
terhadap suku lain.
b. Penyajian data (Display Data)
Proses penyajian data ini dilakukan setelah data sudah melewati
proses reduksi, proses selanjutnya adalah penyajian data (data display)
sehingga data dapat tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah untuk dapat dipahami. Untuk menyajikan data secara baik, dapat
berbentuk Matriks, Grafik, Jaringan, Bagan, Uraian Singkat, dan lain-lain.31
Dalam penelitian ini banyak mengumpulkan data tentang pola
komunikasi antar masyarakat berbeda etnis, namun yang dibutuhkan hanya
mencakup bagaimana mereka menciptakan dan mempertahankan hubungan
30Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi (Sulawesi Selatan,
Sekolah Tinggi Tehologia Jaffary, 2018 ). 57 31Connie Chairunnisa, Metode Penelitian Ilmiah : Aplikasi Dalam Pendidikan dan Sosial
(Jakarta, Mitra Wacana Media, 2017). 188
19
harmonis antar suku. Maka data tersebut melalui proses penyajian data
untuk mendapatkan data yang mudah dipahami dan mudah diolah.
c. Verifikasi(Conclusion Drawing)
Sebagai langkah ketiga, menurut Miles dan Huberman (2007:19)
dalam Connie Chairunnisa adalah penarikan kesimpulan verifikasi. Pada
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pengumpulan data yang berikutnya. Bilamana pada tahap awal kesimpulan
sudah di dukung dengan bukti-bukti yang Validdan konsisten, sehingga
pada saat peneliti kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang ditarik adalah kredibel.32
Setelah memahami data yang didapatkan tentang pola komunikasi
antar budaya maka untuk mengolah dan membuat kesimpulan dan data
yang valid maka data tersebut melalui tahap verifikasi untuk membuktikan
seberapa valid data tersebut, hal ini juga didukung dengan wawancara,
dokumentasi (foto) dan dokumen-dokumen desa.
7. Pemeriksaan Keabsahan Data
Agar dapat memperoleh data yang akurat dan dapat dipercaya, maka
peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan cara:
a. Perpanjangan Waktu Di Lapangan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan
peneliti di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya
mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin
mengurangi keabsahan data.33
Dalam proses pengumpulan data terdapat banyak hal yang tidak sesuai
dengan prediksi. Hal ini menimbulkan keinginan untuk menambah
data dan menambah jadwal penelitian di lapangan, hal ini dikarenakan
32Ibid., 191 33Tim Penyusun, Buku III: Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin IAIN STS Jambi (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016). 66
20
keingintahuan atas informasi yang belum diketahui untuk itu peneliti
harus mampu membuat keputusan untuk menghentikan kegiatan
pengumpulan data di lapangan. Peneliti akan tinggal di lapangan untuk
sementara waktu selama proses perpanjangan keikutsertaan sampai
mersa jenuh dan cukup dengan data yang di dapatkan.
b. Diskusi dengan Teman Sejawat
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan
melakukan diskusi dengan teman sejawat, guna memastikan bahwa data
yangditerima benar-benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari
peneliti atau informan.34
Berdiskusi merupakan kegiatan saling bertukar fikiran satu sama lain,
tanpa disadari beberapa pembahasan dapat menimbulkan pemahaman
baru bagi setiap orang. Berdiskusi dengan teman sejawat dapat
memberikan informasi sekaligus mendefinisikan keadaan yang
sesungguhnya.
c. Trianggulasi
Menurut Lexy J. Moleong triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan
pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik
pengecekan yang sering digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.35
Triangulasi dilakukan untuk pengecekan ulang sumber-sumber
data. Pengecekan data ini dapat dilakukan dengan cara:
1) Membandingkan data hasil pengamatan yang diperoleh melalui
observasi dengan data yang diperoleh melalui wawancara.
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan
isi dokumen.
34Ibid., 68 35Lexi J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja rosdakarya,
2010). Edisi Revisi 330
21
4) Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi
atau keadaan penelitian dengan yang dikatakan sepanjang waktu.36
G. Studi Relevan
Untuk meminimalisir terjadinya pengulangan dan plagiat serta berdasarkan
penelitian terkhususnya mengenai Efektivitas Komunikasi Antar budaya Dalam
Mempertahankan Hubungan Harmonis Antar Suku, Ada beberapa penelitian yang
membahas tentang komunikasi antar budaya, yaitu:
Skripsi dari Bella Ardila mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi pada tahun 2039. “Implementasi Komunikasi Antra
Budaya(Studi Kelurahan Cempaka Putih Kecamtan Jelutung, Kota Jambi”.
Permasalah yang dikaji adalah penerapan komunikasi antar budaya dan
dampaknya. Adapun persamaan dari penelitian Bella Ardila adalah pada objek
materi yang sama-sama mengangkat isu komunikasi antar budaya, sama-sama
meneliti tentang bagaimana penerapan komunikasi antar budaya di suatu daerah
yang heterogen. Perbedaan penelitian Bella Ardila yang mengkaji bentuk-bentuk
dan proses komunikasi antar budaya secara spesifik, sedangkan pada penelitian ini
tidak mengkaji bentuk-bentuk dan proses komunikasi antar budaya secara spesifik
tetapi hanya menekankan pada aktivitas komunikasi antar budaya yang memiliki
beberapa faktor dan dapat menimbulakan efek.
Skripsi dari Mira Maulidia mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram
pada tahun 2037.“Strategi Komunikasi Antar budaya Masyarakat Multi Etnis
Dalam Membangun Harmonisasi” Permasalahan yang dikaji adalah strategi
komunikasi antar budaya dalam membangun harmonisasi. Adapun persamaan
penelitian Mira Maulida persamaannya adalah pada konsep komunikasi antar
budaya di suatu daerah yang heterogen dapat membangun hubungan yang
harmonis. Perbedaan pada penelitian Mira Maulida adalah pada permasalahan
yang dikaji yaitu strategi, dimana penelitian ini tidak meneliti strategi komunikasi
antar budaya tetapi efektivitasnya.
36Ibid., 331
22
Skripsi Putri Handayani mahasiswa Universitas Lampung pada tahun
2039.“Komunikasi Antar budaya dan Dampaknya Bagi Kehidupan Masyarakat
Di Pekon Marang Kabupaten Pesisir Barat” Permasalahan yang dikaji adalah
tentang dampak komunikasi antar budaya. Adapun persamaan penelitian Putri
Handayani sama-sama meneliti efek atau dampak yang ditimbulakn komunikasi
antar budaya bagi masyarakat disuatu daerah. Perbedaan pada penelitian Putri
Handayani adalah pada objek penelitian di mana penelitian ini dibatasi oleh
beberapa objek saja.
Skripsi Mey Candra Susanto mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
pada tahun 2032 “Komunikasi Antar budaya Pada Masyarakat Pendatang
Dengan Masyarakat Lokal di Lamongan” Permasalahan yang dikaji adalah
tentang hambatan komunikasi antar budaya. Adapun persamaan penelitian Mey
Candra sama-sama meneliti bagaimana hubungan komunikasi antar budaya bagi
masyarakat pendatang dengan masyarakat lokal di suatu daerah. Perbedaan pada
penelitian Mey Candra adalah lebih spesifik pada hambatan komunikasi antar
budaya, sedangkan penelitian ini meneliti hambatan dan pendukung.
Tesis Mochamad Rozak mahasiswa pascasarjana Universitas Islam Negeri
Wali Songo Semarang pada tahun 2038 “Pola Komunikasi Antar budaya Antara
Masyarakat Syiah Nuruts Tsaqolain dan Masyarakat Sunni Semarang”. Adapun
persamaan penelitian Mochamad Rozak sama-sama meneliti tentang pola yang
terjadi pada komunikasi antar budaya di suatu daerah. Perbedaan pada penelitian
Mochamad Rozak adalah dibatasi hanya dua objek yaitu antara masyarakatSyiah
Nuruts Tsaqolain dan masyarakaat Sunni Semarang, sedangkan dalam penelitian
ini meneliti tentang suku yang ada di suatu daerah. Diantara banyak perbedaan
dengan penelitian lainnya perbedaan pada keseluruhan adalah pada waktu dan
tempat penelitian.
23
BAB II
PROFIL DESA TANGKIT BARU
A. Aspek Historis desa Tangkit Baru
Pada zaman sebelum kemerdekaan, keseluruhan wilayah Tangkit Baru
yang terdiri dari hutan, rawa dan danau (konon disebut Danau Putih Kuku)
merupakan bagian dari wilayah dusun Sei. Terap. Desa Tangkit Baru awalnya
disebut dengan Talang Tangkit, tokoh masyarakat Talang Tangkit mengusulkan
pemekaran agar Talang Tangkit dinaikkan statusnya menjadi kampung. Tapi
usulan tersebut belum dapat diterima, barulah setelah 3 tahun kemudian yaitu
pada tahun 1957 tokoh masyarakat mengadakan sidang pleno dan dapat
diputuskan Talang Tangkit menjadi kampung Tangkit.
Setelah berkembangnya kampung Tangkit ini pada tahun 1963,
sekelompok suku bugis dari Tembilahan Riau diketuai oleh H. Saing pindah
menetap di kampung Tangkit kemudian disusul oleh sekelompok suku banjar dari
Kalimantan di pimpin oleh H. Junaid.
Setelah pemberlakuan UU No. 5 Tahun 1979 Tentang desa, kampung
Tangkit pun berubah nama menjadi desa Tangkit. Lima tahun kemudian desa
Tangkit dimekarkan pula menjadi dua desa. Yaitu desa Tangkit Baru. Areal izin
sebanyak 10 batang parit di desa Tangkit Baru di pimpin langsung oleh sesepuh
yang bernama Puang Muhammad untuk pertama kali dan saat ini di pimpin oleh
Bapak Drs. Andi Zainal Abidin yang merupakan putra keenam dari Puang
Muhammad.37
B. Letak Geografis desa Tangkit Baru
Desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
merupakan desa dengan luas wilayah 1.811,2 Ha, jika di lihat dari sebelah utara
berbatasan dengan desa Solok/Kasang Lopak Alai, jika di lihat dari sebelah
selatan berbatasan dengan desa Tangkit, dan jika di lihat dari sebelah timur
37Andi Zainal Abidin, Mengenal Syekh Muhammad Said Puang Muhammad: Profil Pembangunan Desa Pengantar Biografi Tokoh Pendiri Desa Tangkit Baru, (Tangkit Baru: 2018 ). 112
24
berbatasan dengan desa Sungai Terap. Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 625 KK
dan jumlah penduduk sebanyak 2.796 Jiwa yang terbagi dalam laki-laki sebanyak
1.403 jiwa dan perempuan sebanyak 1.393 jiwa.
Keadaan musim di desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi yakni musim hujan dan kemarau, karena keadaan iklim
curah hujan yang tidak terlalu tinggi dan kelembapan yang juga tidak terlalu
rendah. Hal ini disebabkan oleh perubahan cuaca yang tidak menentu dan tidak
jauh berbeda dengan keadaan iklim di Provinsi Jambi.
C. Aspek Demografis desa Tangkit Baru
1. Penduduk dan Mata Pencaharian Pokok
Jumlah Kepala Keluarga sebanyak 625 KK terbagi dalam umur dan
jenis kelamin belum terdapat data terbaru. Sedangkan mata pencaharian pokok
dijelaskan melalui data berikut:
a. Petani = 541 Orang
b. Buruh Tani = 22 Orang
c. Pegawai Negeri Sipil = 20 Orang
d. Pedagang Barang Kelontong = 54 Orang
e. POLRI = 4 Orang
f. Guru Swasta = 15 Orang
g. Tukang Kayu = 7 Orang
h. Wiraswasta = 261 Orang
i. Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap = 203 Orang
j. Belum Bekerja = 353 Orang
k. Pelajar = 570 Orang
l. Ibu Rumah Tangga = 659 Orang
m. Sopir = 4 Orang
n. Karyawan Honorer = 83 Orang38
2. Tingkat Pendidikan
38 Dokumen Desa Tahun 2019
25
a. Tamat SD/Sederajat = 37 Orang
b. Tamat SMP/Sederajat = 39 Orang
c. Tamat SMA/Sederajat = 48 Orang
d. Tamat Akademi/D1-D3 = 10 Orang
e. Tamat Sarjana S1 = 8 Orang
f. Sarjana Tamat S2 = 1 Orang
g. Tidak Lulus dan Tidak Sekolah = 20 Orang39
3. Agama dan Kepercayaan
a. Islam = 2.796 Orang
b. Kristen = 0 Orang
c. Katholik = 0 Orang
d. Hindu = 0 Orang
e. Budha = 0 Orang
f. Konghucu = 0 Orang
g. Kepercayaan Kepada Tuhan YME = 0 Orang40
4. Etnis
a. Batak = 3 Orang
b. Minang = 9 Orang
c. Jawa = 31 Orang
d. Bugis = 1.397 Orang41
5. Adat Istiadat
a. Musyawarah Adat = 1 kali
b. Sanksi Adat = 1 Kali
c. Upacara Adat Perkawinan = 1 Kali
d. Upacara Adat Kematian = 0 Kali
e. Upacara Adat Kelahiran = 0 Kali
39Dokumen Desa Tahun 2019 40Dokumen Desa Tahun 2019 41Dokumen Desa Tahun 2019
26
f. Upacara Adat alam bercocok tanam = 0 Kali
g. Upacara Adat bidang perikanan /laut = 0 Kali
h. Upacara Adat bidang kehutanan = 0 Kali
i. Upacara Adat dalam Pengelolaan sumber daya alam = 0 Kali
j. Upacara Adat dalam Pembangunan rumah = 0 Kali
k. Upacara Adat dalam penyelesaian masalah/konflik = 0 Kali42
6. Sarana dan Prasarana
a. Prasarana Perbidatan
1) Masjid = 1 Buah
2) Surau/Mushola = 4 Buah
b. Prasarana Olahraga
1) Lapangan sepak bola = 1 Buah
2) Lapangan bulu tangkis = 6 Buah
3) Meja pingpong = 4 Buah
4) Lapangan voli = 1 Buah
c. Sarana dan Prasarana Kesehatan
1) Poliklinik/balai pengobatan = 1 Unit
2) Posyandu = 2 Unit
3) Rumah bersalin = 1 Unit
4) Rumah Kesehatan ibu dan anak = 1 Unit
5) Dukun bersalin terlatih = 2 Orang
6) Bidan = 2 Orang
7) Perawat = 7 Orang
8) Sarana Kesehatan Lainnya = 3 Orang
d. Sarana dan Prasarana Pendidikan
1) Gedung SMA/Sederajat = 1 Buah
2) Gedung SMP/Sederajat = 4 Buah
3) Gedung SD/Sederajat = 4 Buah
4) Gedung TK = 2 Buah
42Dokumen Desa Tahun 2019
27
5) Lembaga Pendidikan Agama = 2 Buah
6) Perpustakaan desa/kelurahan = 1 Buah
7) Sarana dan Prasarana Pendidikan Lainnya = 2 Buah
e. Prasarana Energi dan Penerangan
1) Listrik PLN = 700 Unit
2) Diesel Umum = 0 Unit
3) Genset Pribadi = 10 Unit
4) Lampu minyak tanah/jarak/kelapa = 0 Keluarga
5) Kayu bakar = 27 Keluarga
6) Batu bara = 0 Keluarga
7) Tanpa penerangan = 0 Keluarga
f. Prasarana Komunikasi dan Informasi
1) Sinyal Telepon Seluler/Handphone = Ada - 51
2) TV = Ada-6431
3) Koran/majalah/buletin = Tidak Ada
g. Sarana dan Prasarana Kebersihan
1) Tempat Pembuangan Sementara (TPS) = 0 Lokasi
2) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) = 0 Lokasi
3) Alat penghancur sampah = Tidak Ada
4) Gerobak sampah = 0 Unit
5) Tong sampah = 4 Unit
6) Truck pengangkut sampah = 0 Unit
7) Satgas kebersihan = 0 Kelompok
8) Anggota satgas kebersihan = 0 Orang
9) Pemulung = 0 Orang
10) Pengelolaan sampah = Tidak Ada
11) Pengelolaan sampah lingkungan/RT = Swadaya
12) Pengelolaan sampah lainnya = Tidak Ada43
43Dokumen Desa Tahun 2019
28
D. Visi dan Misi desa Tangkit Baru
Pemerintah desa Tangkit Baru periode 2016-2022 mengemban tugas
mulia, diberi mandat dan amanah oleh masyarakat untuk memprogramkan dan
melaksanakan pembangunan dalam rangka mensejahterakan masyarakat desa ini.
Sebagai pemegang mandat, seyogyanya mengoptimalkan ikhtiar dan upaya kerja
nyata dalam geliat pembangunan. Dengan memanfaatkan segenap potensi
diharapkan efesiensi dan keterbatasan dana tidak menjadi alasan untuk pesimis
dan “maccalello” yang dapat menyebabkan geliat pembangunan mengendor dan
kehilangan arah dan spiritnya.
Disinilah perlunya membangun visi misi sebagai pedoman dan
transparansi, sekaligus sasaran dan tujuan pembangunan. Khususnya untuk satu
periode tertentu. Dan juga sebagai tolak ukur kinerja untuk dapat dievaluasi dan
diperbaiki.
Adapun visi desa Tangkit Baru periode 2016-2022 adalah:
“Terwujudnya Desa Tangkit Baru yang Indah, Damai, Aman, Maju, Mandiri,
Sejahtera dan Berbudi Pekerti Tahun 2022” disingkat menjadi “terwujudnya desa
Idaman Sejati Tahun 2022”. Dan terdapat 7 misi untuk melengkapi visi.
1) Membangun komunikasi intensif dengan para pemegang amanah di desa
(Stakeholder).
2) Meningkatkan tata kelola pemerintah yang trasnparan dan akuntable yang
berorientasi pada pelayanan publk mudah, murah, cepat dan bertangung
jawab.
3) Meningkatkan pembinaan SDM yang terampil, berdedikasi dan partisipatif
melalui upaya meningkatkan pelatihan kepada aparat desa dan warga.
4) Meningkatkan kesadaran keberagaman masyarakat dengan prioritas
pengalaman keagamaan yang moderat, santun dan berbudi pekerti.
5) Merancang pembangunan yang komprehensip, terencana, estetis,
sustainable dan ramah lingkungan dengan bertumpuh pada kekuatan
kemandirian.
29
6) Memantapkan stabilitas desa yang kondusif,aman dan nyaman sehingga
terbuka peluang yang sama bagi setiap warga untuk berekspresi
mengaktualisasi diri khususnya generasi muda.
7) Membuka aksebilitas masyarakat dengan meningkatkan pembangunan
infra struktur umum, jaringan jalan dan sumber daya.44
E. Potensi Pembangunan Desa dan Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
Tangkit Baru
1. Potensi Pembangunan Desa Tangkit Baru
a. Potensi kelembagaan
1) OP Desa
2) BPD
3) LPM
4) PKK
5) Lembaga Adat
6) Karang Taruna
7) TP5D
8) Majelis Talim
9) Puskesdes & Posyandu
10) Organisasi Pegawai Syara
11) Kamtib/Linmas
12) PokTan/Pokmas
13) Lembaga Pendidikan
14) Paguyuban Budaya
15) Rukun Tetangga
b. Potensi sumber daya
1) Tenaga terpelajar (sarjana/akademisi)
2) Ternaga terdidik (Birokrat/tenaga administrasi)
3) Tenaga terampil (Tehnisi/tukang)
44Andi Zainal Abidin, Tangkit Baru Membangun Geliat Tanpa Henti Menuju Tahun
2022, (Tangkit Baru: 2017). Cet.1 10-11
30
4) KPD/KPMD
5) Potensi swadaya masyarakat
6) Potensi alam
c. Potensi sumber dana
1) APBDes (PAD, ADD,DD. BHPRD, BAN KEU)
2) Swadaya masyarakat
d. Potensi Sarana dan Prasarana
1) Bangunan milik pemerintah desa
2) Bangunan pendidikan SD, SMP
3) Bangun pra sekolah, PAUD, TK, dan TPA
4) Pesantren (MI, MTS, MA)
5) Sanggar kaligrafi
6) Sanggar kreatifitas remaja
7) Rumah/gedung tasbih
8) Rumah ibadah (Langgar dan Masjid).
e. Potensi Maskot Desa
Daya tarik wisata tugu ikonik mascot desa (tugu nanas, varietas unggul
nasional).
f. Potensi Produk Unggulan
1) Pertanian nanas
2) Industri rumah tangga, olahan nanas dan ikan (UKM)
3) Pengembangan budidayaikan air tawar (Ikan kolam)
g. Potensi Pengembangan
1) Desa wisata agro (agro wisata)
2) Pemancingan
3) Study budaya dan seni
31
4) Potensi lainnya.
2. Struktur Organisasi
a. Bagan Stok Pemerintah Desa
b. BPD Periode 2014-2020
1) Ketua : B. Nurdin
2) Wakil Ketua : Baderuddin. LW
3) Sekretaris: Andi Anwar, S.Pd
4) Anggota: Drs. Andi Padjung
5) Anggota: M. Sulaiman
6) Anggota: Bs. Patolai, S.Pt, MP
7) Anggota: Andi Qahir
BPD Kepala Desa
Sekretaris
Kaur Kaur Kaur
Staf Staf
Kewilayahan
Kadus Kadus
Kadus
Tehnisi Operasional
Kasi Kasi
Kasi
Staf
32
c. The Faunding Father Desa Tangkit Baru
1) Puang Muhammad (Top Leader)
2) Abd. Gaffar MR (Co Leader)
3) M. Sanusi Jafar (Co Leader)
33
TABEL 1.1
STRUKTUR PERSONALIA PEMERINTAH
DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN
MUARO JAMBI
PERIODE 2016-2022
KEPALA DESA
DRS. ANDI ZANAL ABIDIN
SEKRETARIS DESA
ABD. RAHMAN
KETUA UMUM/TU
M. JAPAR, S.Kom
KAUR KEUANGAN
M. ISHAK, S.Ag
KAUR PERENCANAAN
AMALUDDIN
STAFF TU
HENDRA K, S.Kom
STAFF PERENCANAAN
M IHSAM
KASI PEMERINTAHAN
SIRAJUDDIN, A.Md
KETUA UMUM/TU
M. JAPAR, S.KOM
KETUA UMUM/TU
M. JAPAR, S.KOM
KADUS SEPAKAT MAKMUR
FATAJANGI
KADUS WARGA BAHAGIA
KHAIRUDDIN
KADUS SELAMAT JAYA
ANDI ZULKIFLI
34
TABEL 1.2
STRUKTUR PERANGKAT RUKUN TETANGGA (RT)
DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN
MUARO JAMBI
KEPALA DESA
DRS. ANDI ZANAL ABIDIN
RT 01
ALI SUKRI
RT 02
ABD RAZAK
RT 03
JALALUDDIN
RT 04
ISHAK
RT 06
ANWAR
RT 05
M. NASIR
RT 07
BAHARUDDIN
RT 08
SUARDI
RT 12
SUKARDI
RT 11
EKA SAPUTRA
RT 10
M. ADAM
RT 09
M. SUAIB
35
BAB III
HUBUNGAN HARMONIS ANTAR BUDAYA DI DESA TANGKIT BARU
A. Perwujudan Hubungan Harmonis Antar Masyarakat di desa Tangkit
Baru
Hubungan harmonis antar masyarakat yang berbeda suku merupakan
bentuk nyata efektifnya suatu komunikasi antar budaya yang terjadi. Perwujudan
hubungan harmonis juga meliputi unsur kebudayaan seperti sistem kepercayaan,
sistem pengetahuan, sistem perekonomian, sistem kesenian, sistem komunikasi,
sistem organisasi sosial dan setererusnya.
Dalam menghadapi perbedaan budaya yang meliputi perbedaan bahasa,
norma, kebiasaan, pola pikir dan perbedaan lainnya merupakan suatu tantangan
bagi pendatang di suatu daerah. Namun untuk mewujudkan hubungan yang baik
antar masyarakat, komunikasi merupakan hal yang paling penting dan tidak dapat
dipungkiri. Komunikasi yang baik dapat meminimalisir terjadinya konflik antar
individu maupun kelompok. Dan komunikasi yang efektif sangat tepat untuk
memperbaiki dan menjalin hubungan yang harmonis antar masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan hubungan harmonis antar masyarakat yang
berbeda kebudayaan di desa Tangkit Baru masyarakat saling menjaga komunikasi
yang baik, meningkatkan silaturahmi dan saling menghormati. Hal ini dapat
mengurangi konflik dan adanya ketidak nyamanan antar masyarakat yang tinggal
dalam suatu daerah namun berbeda kebudayaan.
Hal yang dilakukan masyarakat desa Tangkit Baru mampu menciptakan
hubungan haromonis dan toleransi yang baik. Hal ini dilihat dari ikatan
persaudaraan dan kepekaan terhadap satu sama lain yang terjalin, ketika salah satu
masyarakat suku Jawa mengadakan acara pernikahan dan masyarakat suku Bugis
yang menduduki posisi mayoritas ini, tidak segan dan tidak pernah membedakan
kontibusinya terhadap suku Jawa. Ikut membantu dari awal acara sampai akhir
dan tentunya dengan senang hati ikut memeriahkan.
Harmonisasi masyarakat yang berbeda suku di desa Tangkit Baru
membuktikan bahwa tingkatan kesadaran dan toleransi, sikap saling menghormati
36
dan menghargai antar sesama masyarakat, suku Bugis yang merupakan mayoritas
dilihati tidak terdapat batasan antara suku lain selain suku Bugis. Bahkan banyak
dari kebudayaan suku Bugis yang di ikuti oleh masyarakat selain suku Bugis.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat difahami bahwa
dalam pengaplikasiannya, komunikasi antar budaya yang dilakukan masyarakat
desa Tangkit Baru dikemas dalam bentuk kegiatan sosial seperti gotong royong,
ronda dan sebagainya, juga dalam kegiatan keagamaan seperti pengajian.45
1. Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sosial masyarakat desa Tangkit Baru,
masyarakatnya tidak membuat sautu perbuatan yang menyudutkan suku lain
dengan merespon dan menjalin hubungan dengan siapa saja tanpa
membedakan suku, ras, bangsa dan agama. Masyarakat desa Tangkit Baru
yang dihuni masyarakat mayoritas suku Bugis ini menjunjung tinggi hidup
“Fada Idi” yang berarti “Kita Sama” dalam artian masyarakat suku Bugis,
suku Jawa dan suku lainnya merupakan satu kesatuan hal yang sama, sama-
sama bagian dari desa Tangkit Baru dan semuanya bersaudara.
Hal tersebut dibuktikan dengan masyarakat suku Bugis dalam
berkomunikasi dalam bentuk sapaan terhadap masyarakat suku Jawa dengan
menyesuaikan atau tidak meninggalkan kebudayaan suku Jawa dengan sedikit
mengikuti bahasanya dan sebaliknya suku Jawa terhadap suku Bugis. Dimana
kedua unsur ini saling memberi dan menerima pesan dan umpan balik secara
langsung atau tatap muka. Temuan ini diperkuat saat seorang informan suku
Jawa memberikan pesan secara langsung kepada peneliti yang bersuku
Bugis.46
Kedua suku yang ada di desa Tangkit Baru melaksanakan dua fungsi
yang sama yaitu sebagai komunikan dan komunikator. Pola komunikasi yang
terjalin setiap hari adalah adanya komunikasi dua arah dan komunikasi multi
arah yang menghasilkan suatu proses komunikasi dengan menimbulkan efek
yang baik, saling menguntungkan. Umpan balik dalam proses komunikasi
45Observasi tanggal 23 Oktober 2020 46Observasi tanggal 30 Oktober 2020
37
yang terjadi merupakan hal yang paling penting untuk mengukur sebuah
keberhasilan komunikasi. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi sertiap
hari dan terus menerus sehingga menghasilakn persepsi yang sama diantara
masyarakat desa Tangkit Baru.47
2. Toleransi
Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik sesama manusia. Masyarakat dalam menjalani
kehidupan sosial, seorang individu akan dihadapi dengan kelompok.
Kelompok yang berbeda kepercayaan, kebudayaan dan seterusnya. Namun
untuk menjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan banyak menemui
hambatan-hambatan yang terjadi antar kelompok masyarakat yang berkaitan
dengan agama dan kebudayaan. Dalam rangka mempertahankan hubungan
harmonis antar suku, masyarakat desa Tangkit Baru menjunjung tinggi
kerukunan antar masyarakat dalam lingkup desa Tangkit Baru. Hal ini
sejalandengan firman Allah S.W.T:
Artinya: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat. Karena itubarangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah
berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan
putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.[162
Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari
Allah s.w.t.48
47Kepala Dusun Warga Bahagia, Khairuddin, wawancara, catatan lapangan, 20 November
2020 48Kementrian Agama RI,Al-Qur'an dan Terjemahannya (Jakarta Selatan: Wali Oasis
Terrace Rescident, 2010) 14
38
Dalam mewujudkan hubungan harmonis toleransi merupakan hal yang
paling mendasari, dibuktikan dengan masyarakat suku Bugis yang
menghargai keberadaan suku Jawa dengan tidak mengharuskan masyarakat
suku Jawa untuk mengikuti kebudayaan suku Bugis di desa Tangkit Baru.
Hasil analisa peneliti tentang toleransi antara masyarakat suku Bugis
dan masyarakat suku Jawa di desa Tangkit Baru terjalin dengan baik sehingga
dapat mewujudkan hubungan yang harmonis antar masyarakat. Sebagaimana
di katakan oleh Anwar selaku Ketua RT 06 desa Tangkit Baru.
[T]ingkat toleransi kita sebagai orang Bugis terhadap mereka orang Jawa pokoknya bagaimana kita sesama Bugis begitu jugalah kita ke orang Jawa tidak membeda-bedakan. Kebanyakan orang Bugis disini berkeluarga orang Jawa atau menikah dengan orang Jawa dan sebaliknya. Sama saja tidak ada istilah membedakan, perasaan mereka orang Jawa tidak bisa kita jelaskan karena disini kita merasa semua bersaudara dan tidak ada yang dibedakan.49
Dari pemaparan bapak Anwar terhadap tingkat toleransi masyarakat desa
Tangkit Baru, dapat disimpulkan bahwa masyarakat suku Bugis memiliki tingkat
toleransi yang tinggi, karena tidak mengenal istilah membedakan sesesorang
berdasarkan sukunya. Selain itu masyarakat suku Bugis juga menjunjung tinggi
persaudaraan dan terbuka untuk siapapun meskipun berbeda budaya demi
mewujudkan hubungan yang harmonis.
Hal ini diakui oleh Tumiyah (Suku Jawa) RT 03, yang telah 6 Tahun
Menetap di desa Tangkit Baru.
[T]ingkat toleransinya bagus tidak mengharuskan saya mengikuti budaya Bugis, persatuannya kita mengikuti persatuan di sini karena kita hidup di lingkungan orang kita harus ikuti juga lingkungan di sini. Kegiatan Haul Fuang, Tasbih kita ikut dan membantu memasak untuk kegiatan di sini.50
B. Faktor Pendukung Komunikasi Antar budaya Untuk Mewujudkan
Hubungan Harmonis di Tengah Masyarakat desa Tangkit Baru
49Ketua RT 06, Anwar, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 50Masyarakat desa Tangkit Baru, Tumiyah, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020
39
Hubungan harmonis merupakan suatu hubungan yang dijalin dengan
penuh kasih sayang dan sikap saling mengerti satu sama lain, untuk mencapai
sebuah kerukunan antar masyarakat yang hidup dalam satu desa. Langkah untuk
mencapai keharmonisan salah satunya adalah saling terbuka, menerima dan
menghargai sesama.
Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila telah berhasil menimbulkan
efek. Yang berarti meningkatnya kesamaan arti pesan yang dikirim dan yang
diterima. Dalam mewujudkan efektivitas suatu komunikasi maka akan ada faktor
pendukung yang mendorong kelancaran dan kesuksesan proses komunikasi
tersebut.51
Proses komunikasi yang terjadi antar masyarakat suku Bugis dan
masyarakat suku Jawa yang ada di desa Tangkit Baru, penulis menemui beberapa
faktor pendukung yang menimbulakan komunikasi menjadi efektif dan faktor
pendukung ini juga berperan dalam perwujudan hubungan harmonis antar
masyarakat di desa Tangkit Baru. Adapun faktor pendukung komunikasi antar
budaya untuk mewujudkan hubungan harmonis di tengah masyarakat desa
Tangkit Baru, dijelaskan sebagai berikut :
1. Dukungan dari pihak aparat desa dan masyarakat desa Tangkit Baru
dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk saling bahu membahu
membangun desa yang aman, damai dan tentram. Dengan membentuk suatu
wadah atau kegiatan yang bersifat memudahkan masyarakat untuk saling
mengenal dan memahami satu sama lain. Beberapa wadah atau kegiatan yang
ada di desa Tangkit Baru ini adalah sebagai berikut:
1. Musyawarah
Musyawarah merupakan wadah untuk berkumpul mempererat tali
silaturahim antar masyarakat, masalah yang besar akan dapat terpecahkan
dengan adanya musyawarah untuk mencapai tujuan yang baik. Masyarakat
desa Tangkit Baru meyakini bahwa jalan terbaik dalam pengambilan
keputusan terhadap masalah yang terjadi adalah musyawarah. Tanpa ada
51Ketua RT 08, Suardi, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020
40
pihak yang merasa dirugikan karena ketidak sesuaian antar masyarakat akan
menjadi konflik apabila tidak dilakukan dengan cara musyawarah untuk
menyepakati sesuatu. Selain itu musyawarah juga merupakan wadah untuk
menyampaikan pendapat untuk kepentingan bersama. Musyawarah di desa
Tangkit Baru dilaksanakan setiap keperluan dengan dihadiri oleh tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat untuk memimpin jalannya musyawarah
dengan tertib dan bekerjasam tanpa memandang perbedaan suku di dalamnya.
2. Ronda
Ronda adalah suatu bentuk kegiatan berjaga pada malam hari yang
dilakukan di pos ronda oleh setiap perwakilan kepala keluarga. Untuk
menjaga keamanan dan kenyamanan di kawasan desa Tangkit Baru
kegiatan ini rutin dilakukan setiap malam secara bergiliran oleh masing-
masing kepala keluarga yang bekerjasama dengan bagian keamanan dan
pemuda untuk mengutamakan keamanan, kenyamanan dan ketenangan
masyarakat desa Tangkit Baru.
3. Gotong Royong
Kegiatan gotong royong di desa Tangkit Baru dilakukan seminggu
sekali pada hari jumat dan hari yang tak terduga disekitar kawasan desa
Tangkit Baru. Setiap RT memiliki wilayah dan tugas masing-masing. Baik
masyarakat suku Bugis maupun suku Jawa bekerjama dengan saling bahu
membahu menebas dan membersihkan kawasan fasilitas umum desa
Tangkit Baru demi menciptakan kenyamanan dan juga dapat menciptakan
kerukunan.52
4. Buru Babi
Kegiatan ini dilakukan jika kebun atau kawasan salah satu
masyarakat yang tidak diurus baik perkebunan milik masyarakat suku
Bugis maupun masyarakat suku Jawa, maka kelompok masyarakat akan
mengadakan penangkapan babi dengan menjala dan menombak babi
52Observasi tanggal 20 November 2020
41
tersebut secara sukarela dan bekerjasama dengan keahliannya masing-
masing. Misalnya beberapa masyarakat ahli dalam bidang menombak,
menembak, menjala dan menggiring anjing pemburu.53
5. Pengajian
Kegiatan keagamaan merupakan salah satu wadah yang paling
banyak ditemui disetiap daerah dan di dalamnya masyarakat desa Tangkit
Baru selalu menjalankan kegiatan tersebut. Dengan mengikuti pengajian
tersebut masyarakat bisa saling mengenal satu sama lain. Baik masyarakat
suku Bugis maupun masyarakat suku Jawa sama-sama memiliki kebiasaan
yang sama dan keduanya saling mengunjungi dan bersilaturahim.
6. Kelompok Tani
Kelompok tani merupakan perkumpulan petani nanas yang ada
desa Tangkit Baru yang bertujuan untuk bekerjasama dalam pengelolaan
dan perindustrian buah nanas. Dengan adanya kelompok tani ini
masyarakat bisa saling membantu dalam memenuhi kebutuhan nanas
sebagai mata pencaharian masyarakat suku Bugis dan masyarakt suku
Jawa desa Tangkit Baru.
2. Saling membantu satu sama lain antar masyarakat desa Tangkit Baru
adalah saling memberi bantuan tanpa memandang perbedaan suku. Karena
sejak awal didirikannya desa Tangkit Baru semua masyarakat saling bahu
membahu, membagikan makanan bagi masyarakat yang mengalami
kelaparan, memperhatikan kesejahteraan masyarakat dengan mencari tahu
apa saja kesulitan yang dialami satu sama lain dan siap memberi bantuan
tanpa membedakan antara suku Bugis yang mayoritras dan suku Jawa
yang minoritras. Hal ini sejalan dengan pepatah Bugis "Mali siparappe,
Rebba sifatokkong, Malelu sipakainge. Pada idi' Pada elo, Sipatuo
sipatokkong" yang memiliki arti jika hanyut saling mengaitkan
(menolong), jika tumbang saling menegakkan, jika lupa saling
mengingatkan. Seia sekata, saling membantu dan saling memajukan.
53Anggota Karang Taruna Atma Yudha, Muhammad Jamal Habibi, wawancara, catatan
lapangan, 1 November 2020
42
Sebagaimana dikatakan oleh Andi Baso Bakri sebagai Tokoh Masyarakat
desa Tangkit Baru.
[A]da Masyarakat suku Jawa yang sudah lama menetap di desa Tangkit baru, sejak dahulu pemimpin desa tidak pernah memandang beda sukunya. Misalnya ada beras, kami mencarinya dan memberikan beras tersrebut. Apakah keadaan mereka yang ketika pindah di desa Tangkit Baru mengalami kesulitan ekonomi, dan tidak makan sama sekali maka berikan bantuan beras, antar kerumahnya. Itulah kehebatan pemimpin dan pendiri desa Tangkit Baru yang sampai saat ini kita teruskan dan kita contoh. Walaupun ada kesalahpahaman itu merupakan hal yang biasa tetapi jangan sampai beradu fisik.54
Rasa kekeluargaan di desa Tangkit Baru dirasakan oleh Salah satu
masyarakat suku Jawa, Suhartin (Suku Jawa\Tegal) RT 05 yang telah 40
Tahun Menetap di desa Tangkit Baru.
[D]isini semua keluarga, tidak ada hal yang membuat saya akan meninggalkan desa Tangkit Baru. Fuang-fuang dan masyarakat selalu mengistimewakan saya. Mantap dan berkah saya tinggal di sini dulu waktu saya tinggal dan masuk ke sini sepetak tanahpun saya tidak punya, hanya seperti kandang bebek dan pernah mengalami kebakaran dan semuanya habis. Alhamdulillah berkah bisa membesarkan anak di sini. Orang di sini semua baik dan membantu saya di masa-masa sulit.55
3. Adanya sikap saling menghargai, tenggang rasa dan tingkat toleransi yang
tinggi merupakan sikap yang khas di miliki masyarakat suku Bugis di desa
Tangkit Baru dengan istilah “Siri ifecce” yang artinya memegang malu
dalam artiaan malu untuk membuat masalah, malu untuk membuat
hubungan yang tidak baik dengan orang lain. Sehingga apa yang dilakukan
masyarakat desa Tangkit Baru adalah suatu bentuk bagaimana sesama
manusia saling memiliki rasa malu antara satu sama lain. Minimnya konflik
antar masyarakat di desa Tangkit Baru menggambarkan terjalinya hubungan
yang harmonis antar sesama masyarakat. Tanpa menghilangkan budaya
masing-masing masyarakat suku Bugis dan suku Jawa ini saling menghargai
54Tokoh Masyarakat, Andi Baso Bakri, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 55Masyarakat, Suhartin, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020
43
adanya perbedaan cara pandang dan kebiasaan dan tidak saling memaksa
untuk menjadi satu akan tetapi mewujudkan keharmonisan dalam
keberagaman budaya.56
4. Adanya ketertarikan terhadap kebudayaan suku Bugis, rasa ingin tahu
karena suku Bugis memiliki banyak adat istiadat yang tanpa disadari suku
Bugis sangat menghargai tamu dan perbeda serta selalu ingin tahu sesuatu di
luar sukunya. Meskipun masyarakat suku Bugis tidak pernah memaksakan
akan tetapi masyarakat non suku Bugis yang memiliki ketertarikan
tersendiri terhadap budaya Bugis dan sebaliknya.57 Hal ini juga dikatakan
oleh Khairuddin sebagai kepala Dusun Warga Bahagia.
[S]aya tinggal di sini sudah 35 Tahun tetapi saya kalah dalam memahami bahasa dan kebudayan suku Bugis dengan orang Jawa yang sudah lebih lama tinggal di sini. Bahkan orang Jawa sudah tidak kelihatan suku Jawa karena sudah terlalu lama tinggal di desa Tangkit Baru. Jika berkumpul dengan orang-orang Bugis kemudian ada satu orang Jawa kami tidak menggunakan bahasa Bugis, dan terkadang orang Jawa yang menggunakan bahasa Bugis dan mereka yang tertarik mempelajari budaya Bugis. Begitupun kita pasti tertarik dengan seperti apa budaya dan sering kali mengucapkan dan menggunakan bahasa mereka.58
Ketertarikan terhadap budaya Bugis di desa Tangkit Baru
dirasakan oleh Salah satu masyarakat suku Jawa, Nira Anggraini (Suku
Jawa Tengah) RT 03 yang telah 9 Tahun Menetap di desa Tangkit Baru.
[S]aya sudah bisa memahami bahasa bugis namun hanya beberapa tetapi saya kalah dengan anak saya yang masih kecil justru sudah fasih dan lancar berbahasa Bugis. Seringkali anak saya mengajari dan memberitahu saya tentang bahasa Bugis. Selain bahasa, yang saya rasakan dan berkesan selama menetap di desa Tangkit Baru adalah ketika ada acara pernikahan, di sini jika ada acara sangat berbeda dengan di luar, di sini acaranya sangat mewah dan saya baru mengertahui hal tersebut. Di sini lebih banyak makanan dan di luar sangat simple. Kalau di sini saya baru mengetahui jika ada acara menggunakan adat “Makkappara” dulu saya tidak tahu sama
56Observasi Tanggal 21 November 2020 57Observasi tanggal 16 November 2020 58Kepala Dusun Warga Bahagia, Khairuddin, wawancara, catatan lapangan, 20
November 2020
44
sekali.Setelah disini saya baru tahu banyak adat yang unik. Jika ada acara kita bisa makan terus karena budaya Bugis banyak makanan. Kekeluargaanya sangat terasa dan hubungan dengan orang-orang di sini sangat baik, saya tidak pernah merasa harus mengikuti bahasa Bugis tetapi saya tetap bisa bergabung dengan mereka kapanpun.59
5. Mematuhi peraturan, adat istiadat dan hukum yang berlaku di desa
Tangkit Baru, seseorang yang mudah berselisih paham adalah orang
yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku. Jika ada perselisihan
semuanya bisa diselesaikan secara hukum dan adat tidak dengan
konflik antar suku.
6. Adanya kesamaan prinsip budaya dengan agama, masyarakat desa
Tangkit Baru yang mayoritas suku Bugis ini sangat fanatik dengan
Agama dan “Maha Guru/Andre Guru” atau para guru. Apa yang
telah disepakati bersama adalah prinsip yang mereka pegang teguh.
Baik secara adat bugis maupun agama yang dianut. Budaya suku
Bugis yang menghargai tamu ini sesuai dengan dalam ajaran agama
Islam bahwa kita harus saling menghargai sesama manusia.60
Unsur komunikasi yang terjadi di desa Tangkit Baru anatara suku
Bugis dan suku Jawa ini adalah adanya umpan balik (Feedback).Adanya
respon merupakan adanya kesesuain pemahaman. Dimana masyarakat
desa Tangkit Baru selalu menggunakan alternatif bahasa Indonesia untuk
tetap melangsungkan proses komunikasi. Meskipun masih ada sebagian
masyarakat desa Tangkit Baru yang tidak faham dengan bahasa Indonesia,
namun hal ini masih dapat diatasi dengan komunikasi verbal atau dengan
menggunakan isyarat. Hal ini bukanlah konflik atau masalah karena
masyarakat desa Tangkit Baru sejak dulu telah menerapkan komunikasi
antar budaya.61
Meskipun antara masyarakat suku Bugis dan masyarakat suku Jawa
memiliki perbedaan dalam faham keagamaan namun antara masyarakat
59Masyarakat, Nira Anggaraini, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 60Observasi Tanggal 2 November 2020 61Observasi Tanggal 21 November 2020
45
suku Bugis dan masyarakat suku Jawa tidak saling memberi respon yang
buruk, tidak saling mencurigai dan tidak saling menekankan bahwa
kelompoknyalah yang paling benar. Adanya kesesuaian pemahan inilah
yang mendorong persepsi yang baik antar keduanya, sehingga hubungan
antar tetap harmonis.
C. Manfaat Hubungan Harmonis Antar Suku di Desa Tangkit Baru
Hubungan harmonis antar masyarakat di desa Tangkit Baru yang berbeda
kebudayaan merupakan salah satu wujud keberhasilan pola komunikasi antar
budaya yang terjadi. Interaksi sosial yang baik adalah suatu jalan menuju
keharmonisan, dan hubungan yang harmonis memiliki dampak yang positif bagi
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.
Desa Tangkit Baru yang dihuni mayoritas suku Bugis dan minoritas suku
Jawa ini merasakan berbagai manfaat hubungan harmonis antar keduanya
diantaranya :
1. Kenyamanan dan ketentraman dalam hidup bermasyarakat, merupakan
salah satu impian masyarakat desa Tangkit Baru. dalam menjalin
hubungan dengan orang lain tentu memiliki tujuan yang baik. Desa yang
nyaman, aman dan tentram merupakan tujuan pembangunan desa Tangkit
Baru. Nyaman dengan tetangga dan lingkungan desa, merupakan manfaat
dari komunikasi yang terjalin dengan baik antar kedua pihak, hal ini
dirasakan salah satu masyarakat desa Tangkit Baru suku Bugis, Indo
Ebeng RT 08 4 Tahun Menetap di desa Tangkit Baru.
[D]ulu sebelum saya memilih untuk pindah dan menetap di desa Tangkit Baru, rasanya berat sekali meninggalkan kebun dan barang-barang saya di daerah ilir. Karena saudara dan anak saya sudah lama menetap di desa Tangkit Baru saya segera memutuskan untuk pindah dan menetap di sini, Tangkit Baru sejak dahulu memang impian saya, memiliki rumah di sini dan menetap bersama saudara yang lain. Selain di sini nyaman, ekonomi mudah dan akses ke kota sangat dekat desa Tangkit Baru sangat aman tidak ada kejadian yang meresahkan masyarakat seperti di ilir, di sini orang-orangnya baik dan taat agama
46
hati saya menjadi damai dan semenjak saya pindah di sini saya lebih bahagia dan senang 62
2. Meminimalisir konflik antar masyarakat, ketika hubungan baik telah
terjalin, maka rasa kekeluargaan pun akan melekat dalam diri setiap
manusia. Masyarakat desa Tangkit Baru daapat mempertahankan
hubungan harmonis dengan menjunjung tinggi kerukunan dan supremasi
hukum yang telah disepakati. Dengan adanya tenggang rasa maka untuk
menimbulkan perselisihan antar keduanya merupakan hal yang masih bisa
diatasi. Hal ini dirasakan oleh salah satu masyarakat desa Tangkit Baru
suku Bugis, Junaidi RT 08 4 Tahun Menetap di desa Tangkit Baru.
[S]aya memang tipe yang tidak banyak berbicara, tetapi saat saya
memutuskan untuk pindah di desa Tangkit Baru saya langsung bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, karena orang di sini
terbuka dan ramah-ramah. Beberapa hari saya langsung memiliki
teman akrab. Bahkan tidak segan mengajak saya jalan-jalan.
Selama di sini saya belum pernah berkelahi dengan siapapun
karena anak muda di sini juga tidak ada yang aneh-aneh.63
62Masyarakat,Indo Ebeng, wawancara, catatan lapangan, 29 Desember 2020 63Masyarakat,Junaidi, wawancara, catatan lapangan, 29 Desember 2020
47
BAB IV
POLA DAN UPAYA MEMPERTAHAKAN HUBUNGAN HARMONIS DI
DESA TANGKIT BARU MELALUI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
A. Bentuk Pola Komunikasi Antar budaya di Desa Tangkit Baru
Pola komunikasi bertujuan untuk mewakili keberlangsungan proses
komunikasi. Diantara pola komunikasi dan pola budaya saling mempengaruhi
proses komunikasi seseorang, hal ini disebabkan keduanya saling berhubungan.
Adanya proses komunikasi antar budaya di tengah-tengah masyarakat tanpa
disadari akan menunjukkan pola dan model komunikasinya masing-masing sesuai
dengan budayanya.
Berdasarkan analisis peneliti terhadap masyarakat suku Bugis dan suku
Jawa dengan kebudayaan dan pola komunikasi yang berbeda tetapi dapat
membangun interaksi dan hubungan yang baik. Hal ini dilatar belakangi oleh
prinsip yang dijunjung tinggi sejak desa Tangkit Baru didirikan oleh pemimpin
yang disebut Fuang ini masih diterapkan.64
Prinsip tersebut adalah kerukunan antar suku dan umat beragama, antara
mayarakat suku Bugis dengan siapa saja demi menjadikan desa Tangkit Baru yang
aman, damai dan tentram. Hal ini membuahkan hasil dengan tetap harmonisnya
hubungan masyarakat di desa Tangkit Baru yang dihuni oleh suku yang mayoritas
(suku Bugis) dan minoritas (suku Jawa). Tidak terdapat masalah dan konflik
merupakan bentuk kesesuain pola komunikasi dan pola budaya antar kelompok
yang berbeda kebudayaan. Keduanya masih dapat menjalin komunikasi antar
budaya yang efektif meskipujn memiliki perbedaan-perbedaan yang dapat
menimbulkan ketidak sesuaian, dan semuanya dapat teratasi dengan pola
komunikasi antar budaya yang baik.
Dalam interaksi sosial masyarakat suku Bugis dan suku Jawa di desa
Tangkit Baru ada beberapa bentuk pola komunikasi antar budaya yang dijalankan
diantaranya sebagai berikut :
1. Pola Komunikasi Antar Pribadi
64Observasi Tanggal 28 Oktober 2020
47
48
Pola komunikasi antar pribadi terjadi apabila seorang individu
melakukan interaksi dengan individu lainnya. Hal ini dapat ditemui di
forum atau kegiatan-kegiatan sosial yang ada di desa Tangkit Baru. Dalam
kegiatan ini seorang individu dengan individu lainnya dapat bertugas idea
tau gagasan.
Sebagaimana dikatakan seorang masyarakat suku Bugis, Bapak
Tang yang sudah menganggap masyarakat suku Jawa yang tinggal di desa
Tangkit Baru adalah saudara, sehingga komunikasi yang terjalin akan tetap
baik.
[T]idak ada ketidak cocokan antara saya dan masyarakat Jawa karena saya orang yang bisa dikatakan cuek akan konflik dan perdebatan, semua bagi saya adalah saudara dan semata-mata untuk hidup rukun dan tentram, kami terbuka dengan siapapun itu. Meskipun dia suku Jawa dan saya suku Bugis bahkan saya sengaja mencari orang yang berbeda suku dengan saya agar lebih banyak teman.65
Komunikasi antar pribadi juga terjadi jika anggota masyarakat
suku Jawa mendapat undagan acara pernikahan, acara selamatan, acara
syukuran dan lain sebagainya dari masyarakat suku Bugis. Saat
menghadiri acara tersebut mereka bisa saling berinteraksi dengan saling
membantu dan memeriahkan undangan acara tersebut. Selain saling
membantu mereka juga bercerita dan bertukar pengalaman tentang budaya
mereka.
Hal ini diceritakan oleh salah satu informan suku Jawa bernama
Siti Rufiah, RT 03, yang sudah 12 Tahun menetap di desa Tangkit Baru.
[S]emua orang sama saja hanya adatnya yang berbeda, kita adaptasi dahulu di sini, memahami lingkungannya, kegitan sosial dan undangan acara pernikahan ikut bantu-bantu juga dan disitulah kita bisa kenal dengan orang, bagaimana karakternya. Dan tahu ternyata di sini orang-orangnya seperti ini. Selama 12 tahun nyaman dan dapat tetangga bagus juga, dan yang terpenting saling pengertian.66
65Masyarakat desa Tangkit Baru, Tang, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020 66Masyarakat desa Tangkit Baru, Siti Rufiah, wawancara, catatan lapangan, 20 November
2020
49
Komunikasi antar pribadi juga terjadi ketika masyarakat suku
Bugis dan masyarakat suku Jawa berada dalam kegiatan keagamaan. Di
desa Tangkit Baru selain aktif melaksanakan sholat berjmaah di masjid,
memperingati hari-hari besar Islam, masyarakat desa Tangkit Baru ini juga
merupakan penganut tarekat, di_ mana dalam kegiatan keagamaanya
mampu mempengaruhi dan merukunkan apapun suku dan kebudayaan
yang ada di desa Tangkit Baru.67
Hal ini dirasakan oleh Ketua Lembaga Adat desa Tangkit Baru
suku Bugis, H Baso Intang.
[K]arena orang Bugis itu kuat dengan yang namanya religius yang cenderung fanatik dalam beragama dan menghargai gurunya bahkan ini adalah perekat yang dimiliki suku Bugis. Jika orang Jawa mau belajar tentang tarekat kita maka kita tidak pernah memadang apa sukunya tetapi jika benar-benar serius kita akan sama-sama member pemahaman bagaimana beribadah untuk mencapai Ridho Allah ingin masuk surga dengan menguatkan sisi religius.68
Meskipun tarekat ini bukan hanya masyarakat suku Bugis yang
mengetahui. Tetapi degan adanya kegiatan keagamaan yang bersifat
sebagai wadah untuk berkumpul antar sesama masyarakat desa Tangkit
Baru, keduanya dapat saling bertukar budaya dan pengalaman beribadah
tanpa disadari proses komunikasi antar pribadi telah terjadi melalui
obrolan dalam kegiatan keagamaan. Munculnya rasa ingin tahu satu sama
lain dari keduanya. Masyarakat suku Bugis tidak memparmasalahkan
adanya perbedaan suku dalam beragama.
Hal ini dirasakan oleh salah satu masyarakat suku Jawa, Ibu
Sugiartin RT 05, yang sudah menetap selama 25 tahun didesa Tangkit
Baru.
67Observasi tanggal 29 Oktober 2020 68Ketua Lembaga Adat desa Tangkit Baru, H Baso Intang, wawancara, catatan lapangan,
21 November 2020
50
[S]aya tinggal dan menetap di sini karena ada “Andre Guru” dan sekaligus mengikuti ajarannya. Dimana kita berpijak di situlah langit dijunjung.69
Pola komunikasi antar budaya yang terjadi juga melalui tahapan
yaitu tahapan interaksi di mana keduanya saling berkomunikasi melalui
rasa keingin tahuan, tahap transaksional di mana keduanya telah dapat
memberikan respon dan terakhir adalah tahapan yang dinamis sehingga
rasa sekedar keingintahuan berubah menjadi semangat dan dorongan, hal
ini yang menyebakan keduanya mudah meyesuaikan diri dengan
keadaan.70
Komunikasi antar pribadi juga didukung oleh sikap saling terbuka
dalam hidup bermasyarakat, baik sesama masyarakat suku Bugis maupun
terhadap masyarakat suku Jawa. Masyarakat suku Bugis tidak membawa
ego budayanya ketika sedang berkumpul atau berada dalam satu
perkumpulan yang dihadiri juga oleh masyarakat suku Jawa dengan
menggunakan bahasa Indonesia saat mengobrol.71
Sikap saling terbuka ini dirasakan oleh salah satu masyarakat des
Tangkit Baru suku Jawa Tengah, Ibu Wida Ningsih RT 05, yang telah
menetap 8 Tahun di desa Tangkit Baru.
[A]walnya saya heran keseharian di sini, saya heran karena banyak perbedaan. Yang paling membingungkan saat saya mulai tinggal di sini adalah bahasa suku Bugis yang menyerempet dan sangat sulit di mengerti, awal mula saya tinggal di sini hanya berkomunikasi dengan isyarat-isyarat karena tidak bisa bahasa Bugis. Meskipun saya kesulitan memahami bahasanya akan tetapi mereka terbuka dan tidak membeda-bedakan serta tidak menyudutkan saya. Saya juga tetap membawa prinsip suku Jawa di sini dan saling mengimbangi satu sama lain dan mengalah.72
69Masyarakat desa Tangkit Baru, Sugiarti, wawancara, catatan lapangan, 20 November
2020 70Observasi tanggal 21 November 2020 71Kepala Dusun Warga Bahagia, Khairuddin, wawancara, catatan lapangan, 20 November
2020 72Masyarakat desa Tangkit Baru, Wida Ningsih, wawancara, catatan lapangan, 21
November 2020
51
Sikap keterbukaan dalam berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk
mewujudkan hubungan yang baik antar komunikan dan komunikator yang
berbeda kebudayaan (bahasa), karena untuk mengetahui dan memahami
satu sama lain harus adanya keterbukaan tentang bahasa.
Sikap empati juga sangat dibutuhkan dalam proses komunikasi
yang efektif, karena dengan adanya empati komunikan dan komunikator
dapat merasakan sesuatu yang dirasakan satu sama lain. Dalam hal ini
masyarakat suku Bugis dan masyarakat suku Jawa telah memiliki rasa
empati. Hal ini dilihat dari sifat mereka yang ringan tangan memberikan
bantuan kepada tetangga baik itu sesama suku Bugis maupun suku Bugis
terhadap suku Jawa dan sebaliknya.
Sikap empati ini dirasakan oleh salah satu masyarakat desa Tangkit
Baru, suku Jawa Tengah, Ibu Sudarmi RT 05, yang telah menetap 25
Tahun di desa Tangkit Baru.
[K]ita harus saling membutuhkan, tidak harus kita mengurung diri di rumah dan harus berbaur. Orang juga seperti itu saling membutuhkan. Jika ada kesusahan kita tidak merasakan sendiri, kesulitan tidak menjadi sulit jika saling membantu. Tetangga di sini pun kadang menawarkan bantuan jika kita terlihat membutuhkan sesuatu, bahkan tanpa kita minta dan terkadang kami saling bertanya “ada cabemu, ada garammu?” jika tidak ada
kita saling memberikan saling membantu. Terkadang juga jika suami saya sakit pasti datang untuk menjenguk, menanyakan apakah saya kesulitan keuangan. Jadi kita memang harus saling memburuhkan satu sama lain.73
Selain itu masyarakat desa Tangkit Baru juga saling bahu
membahu dalam kesulitan bertetangga, baik itu membantu mengurus
pemakaman salah satu warga yang meninggal, meskipun masyarakat suku
Jawa yang minoritas dan masyaraktat suku Bugis yang mayoritas tetapi
kesedihan masyarakat desa Tangkit Baru adalah kesedihan dan duka
mereka dapat merasakan satu sama lain. Dan banyak sekali bentuk empati
73Masyarakat desa Tangkit Baru, Sudarmi, wawancara, catatan lapangan, 21 November
2020
52
lainnya yang menggambarkan hubungan harmonis antar masyarakat yang
berbeda suku di desa Tangkit Baru.74
Selain sikap saling terbuka dan empati, dukungan antara
masyarakat suku Bugis dan masyarakat suku Jawa desa Tangkit Baru
berjalan dengan baik dalam hal yang positif. Hal ini dapat dilihat dari
masyarakat suku Jawa yang selalu hadir dan berpartisipasi di setiap
kegiatan dan acara-acara masyarakat suku Bugis dan sebaliknya
masyarakat suku Bugis terhadap masyarakat suku Jawa,.
Hal ini di jelaskan oleh salah satu masyarakat desa Tangkit Baru
yang bersuku Jawa, Ibu Wati RT 03, yang telah 10 tahun menetap di desa
Tangkit Baru.
[J]ika ada acara di Tangkit Baru saya juga ikut-ikutan saja membantu dan datang kesana, karena kita kan bertetangga dan harus berbaur juga. Meskipun kita suku Jawa tapi tidak perlu sungkan.75 Hal ini juga diakui oleh salah satu masyarakat desa Tangkit Baru yang
bersuku Bugis, Ibu Sompakati RT 08.
[O]rang Jawa yang tinggal di Tangkit Baru banyak, jadi mereka bukan lagi orang baru bahkan mereka sudah seperti orang sini. Kalau saya buat acara yang datang bukan hanya orang bersuku Bugis tetapi semuanya sama saja tidak mesti harus sesamaBugis kalau kita ingin bersilaturahmi.76
2. Pola Komunikasi Antar Kelompok
Komunikasi kelompok yang terjadi antara masyarakat suku Bugis dan
masyarakat suku Jawa dapat ditemui pada kegiatan keagamaan dan kegiatan
yang bersifat sosial. Karena salaha satu bentuk perwujudan hubungan harmonis
antar suku di desa Tangkit Baru adalah adanya kegiatan tersebut sebagai wadah
untuk keduanya berkumpul dan saling berinteraksi
Dalam bidang keagamaan masayarakat suku Bugis di desa Tangkit
Baru memiliki banyak kegiatan, dan hal ini tidak di miliki masyarakat suku
Jawa, yang terjadi di desa Tangkit Baru adalah masyarakat suku Bugis yang
74Observsai tangggaln 13 November 2020 75Masyarakat desa Tangkit Baru, Wati, wawancara, catatan lapangan, 20 November 76Masyarakat desa Tangkit Baru, Sompakati, wawancara, catatan lapangan, 7 November
2020
53
mayoritas mampu mempengaruhi dan mendorong masyarakat suku Jawa yan
minoritas pendatang dengan pemahaman yang baik untuk mengikuti kegaiatan
keagamaan yang menjadi tradisi dan ciri khas masyarakat suku Bugis.
Peneliti pernah menemui masyarakat suku Jawa mengikuti kegiatan
“Haul Fuang Muhammad” yang merupakan pendiri desa Tangkit Baru
sekaligus maha guru suku Bugis yang ada di desa Tangkit Baru.
Hal ini juga diakui oleh masyarakat suku Jawa desa Tangkit Baru,
Ibu Tumiyah RT 03, yang telah 6 tahun menetap di desa Tangkit Baru.
[K]ita ikut saja adat di sini, di acara jika diundang kami datang untuk membantu, bahkan kegiatan “Haul Fuang Muhammad” saya
membantu masyarakat suku Bugis untuk memasak makanan.77
Demikian juga dengan beberapa kegiatan keagamaan lainnya seperti
pengajian, mauled nabi, isra miraj dan seterusnya tentu berbeda cara
pelaksanaannya oleh setiap kelompok. Namun hal ini tidak menjadi perdebatan
dan konflik antar kelompok, masyarakat suku Bugis tidak pernah memaksakan
kehendak mereka dalam hal keyakinan dan ritual-ritual tertentu, tetapi mereka
mengikuti apa yang biasa diamalkan dengan meyakinkan masyarakat suku
Jawa untuk ikut tanpa ada unsur paksaan.
Selain kegiatan keagamaan, kegiatan sosial antara masyarakat suku
Bugis dengan masyarakat suku Jawa di desa Tangkit Baru tidak ada rentan atau
pengelompokkan pembeda suku. Keduanya saling terlibat dan aktif dalam
perannya sebagai masyarakat desa Tangkit Baru tanpa membawa ego budaya
bahwa suku Bugis adalah mayoritas sedangkan suku Jawa adalah minoritas.
Acara-acara seperti gotong royong, ronda,buru babi, kurban, dan seterusnya
selalu berjalan bersama-sama sehingga dapat mempertahankan hubungan
harmonis antar suku.
B. Usaha Masyarakat Dalam Mempertahankan Hubungan Harmonis di
Desa Tangkit Baru
77Masyarakat desa Tangkit Baru, Tumiyah, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020
54
Usaha adalah suatu bentuk kerja keras dalam mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Dalam hal ini masyarakat desa Tangkit Baru membutuhkan usaha untuk
dapat mempertahakan hubungan harmonis yang telah terjalin antara masyarakat
yang berbeda kebudayaan. Adanya perbedaan suku dapat membawa ketidak
pahaman tentang bahasa, adat istiadat dan seterusnya, apabila hal ini tidak
didukung oleh tingkat toleransi dan rasa saling menghargai maka akan timbul
ketidak harmonisan antar keduanya. Namun yang terjadi di desa Tangkit Baru
masyarakat mampu menjalin hubungan yang harmonis, meskipun terdapat banyak
ketidak pahaman.
Dalam penelitian ini usaha yang dilakukan adalah menjaga silaturahmi
dalam konteks apapun, menjadikan perbedaan sebagai satu kesatuan dan adanya
penerimaan. Menjaga hubungan dengan semua pihak menjadi salah satu hal yang
harus dilakukan masyarakat, hal ini sangat penting untuk keberlangsungan hidup
bermasyarakat baik dilingkungan eksternal maupun lingkungan internal. Melalui
kegiatan-kegiatan dapat menimbulkan kedekatan dan kepercayaan satu sama lain.
Dengan begitu maka akan tercipta hubungan yang harmonis antar suku.
Tidak ada hal yang bisa menghilangkan hubungan harmonis jika kita
selalu menyesuaikan adat di suatu daerah, dan berbaur dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan sosial, tradisi yang ada. Hubungan antar suku dan budaya bisa
terjalin, dan upaya yang bisa dilakukan selain kegiatan sosial untuk saling
mengenal seperti mengikuti yasinan dan sebagainya.78
Diantara usaha yang dapat mempertahankan hubungan harmonis antar
masyarakat di desa Tangkit Baru, sebagaimana yang penulis amati adalah sebagai
berikut :
1. Menjaga Silaturahmi
Silaturahmi merupakan tradisi atau kegiatan berkunjung ke sanak
saudara, kerabat, atau sahabat dengan tujuan agar hubungan kekeluargaan,
kekerabatan dan persahabatan tetap terjaga. Masyarakat desa Tangkit Baru
terkenal dengan tradisi “Massiara” yang artinya berkunjung, Massiara ini
78Kepala Dusun Sepakat Makmur, Fatajangi, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020
55
tidak hanya dilakukan antar sesama masyarakat suku Bugis akan tetapi dengan
adanya rasa kekeluargaan dan ketertarikan antara masyarakat suku Bugis
dengan masyarakat suku Jawa kegiatan ini terjalin antar keduanya dan tidak
membedakan kepada siapa harus menjalin silaturahmi yang baik. Hal ini dapat
dilihat dari masyarakat suku Jawa yang selalu ikut berkunjung kerumah
masyarakat suku Bugis seperti pada halnya masyarakat sesame suku bugis.
Hal ini di akui oleh salah satu masyarakat suku Jawa desa Tangkit
Baru, Ibu Suhartin Rt 05, yang telah 40 Tahun menetap di desa Tangkit Baru.
[S]aya selalu ikut massiara di rumah fuang. Bahkan mereka selalu mengajak saya dan mengistimewakan saya meskipun saya bukan keluarga mereka. Di sini juga saya sering main kerumah tetangga dan selalu datang jika diundang di acara-acara orang Bugis. Bahkan ada yang mengatakan kenapa saya rajin sekali dating keacara mereka, karena saya suka dan menganggap orang di sini adalah keluarga maka saya tetap ikut tanpa merasa dibedakan.79
Hal ini juga dirasakan oleh salah satu masyarakat suku Jawa desa
Tangkit Baru, Ustadz Abil Maulida Ibrahim Rt 04, yang telah 8 Tahun menetap
dan menjadi pimpinan pondok pesantren Raudhatul Muhajjirin di desa Tangkit
Baru.
[S]aya kira pokok yang paling mendasar adalah silaturahmi dalam konteks apapun tidak boleh putus dan perbedaan kita bingkai dalam corak warna, sesuatu bisa dikatakan indah karena ada corak warna.Walaa Yahzaluna muchtarifin segala sesuatu pasti akan bebeda-beda. Pemahan kita tentang Al-Quran dan Hadits saja pasti berbeda. 8 tahun adalah jawaban mengapa sampai saat ini saya masih nyaman hidup di desa Tangkit Baru.80
Menjaga silaturahmi juga menjadi usaha salah satu masyarakat suku
Bugis desa Tangkit Baru, Ibu Ravita RT 02.
[Y]ang pasti untuk mempertahankan suatu hubungan adalah jalin silaturahim, meskipun kita jauh tetapi silaturahim harus jalan terus. Jika putus antar keluarga kakak beradik atau keluarga dekat saja
79Masyarakat desa Tangkit Baru, Suhartin, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020 80Pimpinan pondok pesantren RM desa Tangkit Baru, Ustadz Habil Maulida Ibrahim,
wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020
56
bisa menimbulkan hubungan yang tidak baik dan renggang, terlebih apabila putus silaturahmi dengan orang lain.81
Menjaga silaturahmi dalam kehidupan bermasyarakat adalah usaha
yang telah dijalankan masyarakat desa Tangkit Baru dan telah menjadi
kebiasaan. Dengan menjaga silaturahmi masyarakat desa Tangkit Baru dapat
saling mengenal, saling memahami dan meninmbulkan kerukunan antar
masyarakat suku Bugis dan masyarakat suku Jawa.
2. Membuat Persatuan
Persatuan dalam hal ini adalah menjadikan keberagaman, perbedaan
pola pikir, dan kebudayaan menjadi satu adat istiadat yang senantiasa dipatuhi
masyarakat suku Bugis dan masyarakat suku Jawa desa Tangkit Baru. Dengan
adanya persatuan juga menjadi salah satu alasan mengapa sampai saat ini
perbedaan itu tidak menjadi masalah. Hanya saya dalam membuat persatuan
memerlukan pertimbangan yang menghasilkan sebuah persatuan yang berkesan
tidak memihak pada satu suku tetapi untuk kepentingan dan kebaikan bersama.
Hal ini dijelaskan oleh salah satu masyarakat suku Jawa desa Tangkit
Baru, Ibu Tumiyah Rt 03, yang telah 6 Tahun menetap di desa Tangkit Baru.
[P]ersatuannnya kita mengikuti persatuan di sini, karena kita hidup di lingkungan orang maka kita harus mengikuti lingkungan di sini. Kalau kita hanya mengikuti mana yang baik. Dan hal itu semua didukung dengan kegiatan-kegiatannya seperti yasinan, gotong royong, kerja bakti. Tujuan masyarakat di sini semuanya baik.82
3. Menjunjung Tinggi Kerukunan
Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari berbagai suku, namun
walaupun memiliki banyak perbedaan suku Bugi dan suku Jawa yang ada di
desa Tangkit Baru sampai saat ini tetap hidup berdampingan dalam hubungan
yang harmonis. Karena suatu keyakinan yang sampai saat ini masih dijunjung
yaitu kerukunan antar sesama dengan saling menghargai. Bukan hanya di desa
81Masyarakat desa Tangkit Baru, Ravita, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020 82Masyarakat desa Tangkit Baru, Suhartin, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020
57
Tangkit Baru akan tetapi kerukunan antar suku merupakan warisan nenek
moyang yang sejak dahulu harus terus dilestarikan. Masyarakat bersatu untuk
membangun suatu daerah dengan tidak membeda-bedakan dan tidak membawa
kepentingan tetapi semata-mata hanya untuk membangun suatu kerukunan
antar sesama manusia.
Hal ini dijelaskan oleh salah satu tokoh masyarakat Bugis desa Tangkit
Baru, Bapak Andi Baso Bakri Rt 05.
[K]erukunan itulah yang sejak dahulu diajarkan fuang sampai saat ini tidak memandang mau itu suku Jawa atau suku lainnya. Yang terpenting adalah mereka mau mengikuti adat kita, dan tidak berbuat criminal atau kerusuhan yang meresahkan warga. Jika ada yang bebuat kerusakan di desa Tangkit Baru Fuang tidak pernah pandang bulu, baik itu anaknya, saudaranya jika memang bersalah maka akan diusir dari desa Tangkit Baru.83
Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat suku Jawa desa Tangkit
Baru, Ernwati RT 05. Yang telah menetap selama 6 tahun di desa Tangkit
Baru.
[S]aya berasal dari sabak dan sudah terbiasa beradaptasi dengan masyarakat suku Bugis, yang saya rasakan di sini juga sama tetap rukun antara masyarakat suku Jawa dan Masyarakat suku Bugis dan hubungannya tetap harmonis sejak awal sampai sekarang. Saya menyesuaikan diri awalnya juga dengan berinteraksi dengan teman-teman pondok pesantren desa Tangkit Baru yang mayoritas suku Bugis sampai akhirnya saya memilih untuk menetap dan mengajar di sini.84
4. Sepakat Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum
Setiap suku pasti memiliki adat dan peraturan sendiri, akan tetapi dalam
persatuan atau dalam lingkup suatu daerah pasti ada adat yang disepakati, dan adat
itu tentunya tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah. Dengan mematuhi
hukum, seseorang ketika berfikir ketika akan membuat suatu keributan dan
perselisihan antar sesama. Semua masalah dan konflik yang terjadi tidak akan
83Tokoh Masyarakat desa Tangkit Baru, Andi Baso Bakri, wawancara, catatan lapangan,
20 November 2020 84Masyarakat desa Tangkit Baru, Ernawati, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020
58
membawa ego budaya masing-masingakan tetapi menyerahkan seluas-luasnya
kepada hukum yang belaku, sehingga tidak ada perbedaan antar suku Bugis dan
suku Jawa di desa Tangkit Baru.
Hal ini juga dijelaskan oleh ketua lembaga adat desa Tangkit Baru, H Baso Intang.
[I]tu dia sebenarnya karena kita menghindari konflik karena kita memang selalu ikut “ulil amti mingkum“ artinya selalu kita mengacuh pada aturan pemerintah. biasanya orang yang sering berselisih adalah orang yang tidak paham tentang peraturan pemerintah, yang namanya aturan pemerintah, misalnya perselisihan batas kita selalu menyelesaikan dengan hukum pemerintah meskipun kita memiliki adat, tetapi tidak untuk digunakan sebagai hukum kita sendiri tetapi kita selaraskan dengan peraturan pemerintah. Jikapun ada perselisihan kita tidak pernah mengarahkan antar suku.85
5. Selau Ramah Terhadap Semua Orang
Komunikasi yang efektif adalah ketika keduanya mampu memberikan
efek yang baik. Dan memiliki sifat mudah bergaul dan mudah beradaptasi
adalah kunci dalam hidup bermasyarakat. Jika kita tidak perduli terhadap
hubungan dengan seseorang maka kita tidak akan bisa hidup berdampingan
dengan orang lain, karena sejatinya setiap manusia saling membutuhkan.
Perasan sungkan untuk saling menegur dan meyapa satu sama lain akan
muncul ketika salah satu kelompok masyarakat tidak memunculakn sifat baik
pada saat awal bertemu. Baik sesama suku Bugis maupun suku Jawa yang
awalnya tidak saling mengenal, salah satunya memiliki sifat yang murah
senyum, mampu berkomunikasi dengan baik.Maka hal ini yang dapat
membangun hubungan yang harmonis antar keduanya, meskipun awalnya tidak
saling mengenal atau bahkan memiliki persepsi tersendiri untuk seseorang
yang baru ditemui.
Hal ini dirasakan oleh salah satu masyarakat suku Jawa di desa Tangkit
Baru, Bapak Hermanto RT 03, yang telah menetap selama 6 Tahun di desa
Tangkit Baru.
85Ketua Lembaga Adat desa Tangkit Baru, H Baso Intang, wawancara, catatan lapangan,
21 November 2020
59
[O]rang di sini semuanya ramah maka dari itu saya juga harus bersikap ramah terhadap semua orang. Apalagi kita pendatang baru, untuk dapat menyesuaikan diri adalah dengan mengenal orang-orang dan lingkungannya.86
86Masyarakat desa Tangkit Baru, Hermanto, wawancara, catatan lapangan, 16 November
2020
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Efektivitas Komunikasi Antar budaya
Dalam Mempertahankan Hubungan Harmonis Antar Suku di Desa Tangkit
Baru maka dapat disimpulakan bahwa :
1. Bentuk Hubungan Harmonis Antar Masyarakat di desa
Tangkit Baru untuk dapat mewujudkan hubungan harmonis antar
masyarakat yang berbeda kebudayaan adalah dengan mewujudkan
interaksi sosial dan toleransi yang baik terhadap perbedaan suku.
Untuk dapat saling mengenal maka diperlukan interaksi antar
keduanya. Hal ini merupakan fenomena yang terjadi sertiap hari dan
terus menerus sehingga menghasilkan persepsi yang sama diantara
masyarakat desa Tangkit Baru. Dan tingkat toleransi masyarakat desa
Tangkit Baru, dapat disimpulkan bahwa masyarakat suku Bugis
memiliki tingkat toleransi yang tinggi, karena tidak mengenal istilah
membedakan sesesorang berdasarkan sukunya. Selain itu masyarakat
suku Bugis juga menjunjung tinggi persaudaraan dan terbuka untuk
siapapun meskipun berbeda budaya demi mewujudkan hubungan yang
harmonis.
2. Dalam mewujudkan efektivitas suatu komunikasi maka akan ada
faktor pendukung yang mendorong kelancaran dan kesuksesan proses
komunikasi tersebut. Beberapa faktror pendukung terwujudnya
hubungan harmonis antar suku di desa yaitu adanya dukungan dari
pihak aparatur pemerintahan desa Tangkit Baru dan kesadaran
masyarakat itu sendiri,untuk saling bahu membahu membangun desa
yang aman, damai dan tentram. Dengan membentuk suatu wadah atau
kegiatan yang bersifat memudahkan masyarakat untuk saling
mengenal dan memahami satu sama lain.
61
Saling menghargai, tenggang rasa dan tingkat toleransi yang tinggi
dan adanya ketertariak terhadap perbedaan budaya, adanya persamaan
prinsip antar budaya suku Bugis dan budaya Suku Jawa di desa
Tangkit Baru.
3. Pola komunikasi yang terjalin setiap hari adalah adanya komunikasi
dua arah dan komunikasi multi arah yang menghasilkan suatu proses
komunikasi dengan menimbulkan efek yang baik, saling
menguntungkan.Dalam interaksi sosial masyarakat suku Bugis dan
suku Jawa di desa Tangkit Baru ada beberapa bentuk pola komunikasi
antar budaya yang dijalankan diantaranya komunikasi antar pribadi
dan komunikasi antar kelompok.
B. Implikasi Penelitian
Dengan adanya implikasi yang bertujuan untuk dapat mengetahui
bentuk hubungan harmonis antar masyarkat desa Tangkit Baru hal ini
penting untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung komunikasi antar
budaya dalam menciptakan hubungan harmonis antar suku dan kemudian
bagaimana pola komunikasi antar budaya untuk dapat mempertahankan
hubungan harmonis antar suku di desa Tangkit Baru. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa:
1. Untuk masyarakat desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam
Kabupaten Muaro Jambi. Tulisan ini merupakan saran dan
masukan bagi masyarakat desa Tangkit Baru untuk tetap menjaga
hubungan harmonis yang sudah terjalin, dengan tetap menjaga
silaturahmi, saling menghargai perbedaan dan berkomunikasi
dengan baik agar tidak terjadi konflik yang dapat menghancurkan
keharmonisan antar sesama masayarakat yang berbeda kebudayaan
di desa Tangkit Baru.
2. Untuk UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Agar senantiasa
memberikan pelayanan yang baik, meningkatkan kapasitas dan
kinerja dengan menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan
62
baik demi tercapainya visi dan misi UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi menuju kampus yang maju dari ketertinggalan.
3. Untuk Fakultas Dakwah UIN Sultah Thaha Saifuddin Jambi juga
dapat meningkatkan kinerja dan pelayanan dengan baik,
bekerjasama demi kemajuan dan kepentingan bersama.
4. Untuk prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam agar dapat lebih
meningkatkan sosialisasi dan perkembangan prodi untuk membuka
ketidak tahuan masyarakat terhadap bidang komunikasi dan
penyiaran.
Penelitian ini tidak sepenuhnya meneliti tentang keharmonisan
masyarakat desa Tangkit Baru dalam pola komunikasi antar budaya karena
hanya melibatkan sebagian suku dan masyarakat di desaTangkit Baru. Dan
untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meninjau beberapa aspek
yang tidak terdapat dalam penelitian ini dengan menggunakan teori yang
tepat.
C. Kata Penutup
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, atas segala petunjuk dan
karuninaya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Dengan semaksimal mungkin meskipun masih terdapat berbagai macam
kekurangan yang menjadi kelemahan dalam proses belajar. Demi
kesempurnaan tulisan selanjutnya maka penulis berharap dengan rendah hati
masukan yang membangun dari semua pihak.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai amal
ibadah, selanjutnya penulis tutup dengan mengucapkan terima kasih atas
semua pihak yang telibat semoga apa yang kita kerjakan mendapatkan balasan
yang menjadi tabungan amal.
DAFTAR PUSTAKA
A. Al- Qur'an
Departemen Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya (Jakarta Selatan: Wali Oasis Terrace Rescident, 2010)
B. Buku
Akhmad, Nurul, Ensiklopedia:Keberagaman Budaya. Semarang: ALPRIN, 2019. Abidin, Andi Zainal ., Mengenal Syekh Muhammad Said Puang
Muhammad: Profil Pembangunan Desa Pengantar Biografi Tokoh Pendiri Desa Tangkit Baru, Tangkit Baru: 2018.
Abidin, Andi Zainal., Tangkit Baru Membangun Geliat Tanpa Henti
Menuju Tahun 2022,(Tangkit Baru: 2017.
AnggitoAlbio, dkk., Metode Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: Cv Jejak, 2019. Chairunnisa,Connie., Metode Penelitian Ilmiah : Aplikasi Dalam Pendidikan dan
Sosial. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2017. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998. Daryanto, Rahardjo Mulyo, Teori Komunikasi. Yogyakarta: Penerbit Gava Media,
2016 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC, 2008. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia(Jakarta:
Balai Pustaka, 1990)219 Mulyana, Deddy., Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi Dengan
Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010. Nasrullah, Rulli., Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Kencana, 2018. Nasrullah, Rulli., Komunikasi Antar Budaya : Di Era Budaya Siber. Jakarta:
Kencana, 2012.
Ngalimun, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Praktis, Yogyakarta: PT Pustaka
Baru Press, 2017. Pujileksono, Sugeng, Metode penelitian Komunikasi. Jakarta Timur: Kelompok Intrans Publishing, 2015. Samsu., Metode Penelitian Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif Kuantitatif
Mixed Methods serta Reserch & Development. Jambi: Pusaka, 2017. Simamora, Reymond H., Buku Ajar: Pendidikan Dalam Keperawatan, Jakarta:
EGC, 2008. Soelaeman, Munandar., Ilmu Budaya Dasar, Bandung: PT Rafika Aditama, 2005 Sugiyono., Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2013. Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Ushuluddin Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2016. Turistiati, Ade Tuti, Kompetensi Komunikasi Antar budaya. Bogor: Kerjasama
Penerbit Wacana Media, 2019. Wijaya, Hengki., Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teologi. Sulawesi
Selatan: Sekolah Tinggi Tehologia Jaffary, 2018. C. Jurnal
Halimaherra Tengah. (2017). https://journal.unsrat.ac.id, (diunduh 30 Juni 2020). Riska Dwi Novianti, Dkk. Komunikasi Antar Pribadi Dalam Menciptakan
Harmonisasi (Suami dan Istri) Keluarga di Desa Sagea Kabupaten. Zikri Fachrul Nurhadi. Kajian Tentang Efektivitas Pesan Dalam Komunikasi.
Garut (2017).https://journal.uniga.ac.id, (diunduh 30 Juni 2020). D. Internet
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga Bahasa Depdiknas. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Putri Handayani. Komunikasi Antar Budaya Dan Dampak Bagi Kehidupan
Masyarakat di Pekon Marang Kabupaten Pesisir Barat. Bandar Lampung (2019). digilib.unila.ac.id,(diunduh 30 Juni 2020).
E. Wawancara
Anggota Karang Taruna Atma Yudha, Muhammad Jamal Habibi, wawancara, catatan lapangan, 1 November 2020 Kepala Dusun Sepakat Makmur, Fatajangi, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020 Kepala Dusun Warga Bahagia, Khairuddin, wawancara, catatan lapangan, 20
November 2020
Ketua Lembaga Adat desa Tangkit Baru, H Baso Intang, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020 Ketua RT 06, Anwar, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 Ketua RT 08, Suardi, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Siti Zainab, wawancara, catatan lapangan,10 Agustus 2020 Masyarakat, Nira Anggaraini, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Tang, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020
Masyarakat desa Tangkit Baru, Siti Rufiah, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Wida Ningsih, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Sudarmi, wawancara, catatan lapangan, 21 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Wati, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Sompakati, wawancara, catatan lapangan, 7 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Tumiyah, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Suhartin, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020
Masyarakat desa Tangkit Baru, Ravita, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Ernawati, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Sugiarti, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020
Masyarakat desa Tangkit Baru, Hermanto, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020
Masyarakat desa Tangkit Baru, Indo Ebeng, wawancara, catatan lapangan, 29 Desember 2020 Masyarakat desa Tangkit Baru, Junaidi, wawancara, catatan lapangan, 29 Desember 2020 Pimpinan Pondok pesantren RM desa Tangkit Baru, Ustadz Habil Maulida Ibrahim, wawancara, catatan lapangan, 16 November 2020 Tokoh Masyarakat, Andi Baso Bakri, wawancara, catatan lapangan, 20 November 2020
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD)
Skripsi
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM
MEMPERTAHANKAN HUBUNGAN HARMONIS ANTAR SUKU DI
DESA TANGKIT BARU KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN
MUARO JAMBI
NO JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1. - Letak Geografis
desa Tangkit Baru
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Setting
- Dokumentasi Geografis
- Kepala Desa
2. - Sejarah desa
Tangkit Baru
- Wawancara
- Dokumentasi
- Kepala Kantor Desa
- Dokumen Sejarah desa
Tangkit Baru
3. - Visi dan Misi desa
Tangkit Baru
- Dokumentasi -Dokumen Visi dan Misi
desa Tangkit Baru
4. - Struktur Organisasi
dan Kepengurusan
desa Tangkit Baru
- Dokumentasi - Bagan Struktur
Organisasi dan Nama-
Nama Pemgurus desa
Tangkit Baru
5 - Sarana dan
Prasarana desa
Tangkit Baru
- Observasi
- Dokumentasi
- Wawancara
- Keadaan Sarana dan
Prasarana
- Dokumen Sarana dan
Prasarana
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit
Baru
6 Hubungan Harmonis
Antar budaya
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Dokumen Hubungan
Harmonis Antar budaya
7 Faktor Pendukung
Hubungan Harmonis
Antar Suku
-Observasi
-Wawancara
- Dokumetasi
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit
Baru
8 Pola Komunikasi
Antar budaya
Sebagai Upaya
Mempertahankan
Hubungan Harmonis
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit
Baru
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. Letak Geografis desa Tangkit Baru - Keadaan Letak Geografis desa
Tangkit Baru
2. Sarana dan Prasarana - Sarana dan Prasarana yang Ada
di desa Tangkit Baru
- Ketersediaan dan Kelengkapan
di desa Tangkit Baru
3. Faktor Pendukung Hubungan
Harmonis Antar Suku
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit Baru
4. Pola Komunikasi Antar budaya
Sebagai Upaya Mempertahankan
Hubungan Harmonis
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit Baru
B. Panduang Dokumentasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. Historis dan Geografis desa Tangkit
Baru
- Data dan Dokumentasi
Tentang Historis dan
Geografis
2. Sejarah desa Tangkit Baru - Data dan Dokumentasi
Tentang Sejarah Desa
3. Visi, Misi desa Tangkit Baru - Data dan Dokumentasi
Tentang Visi dan Misi
4. Struktur Organisasi dan
kepengurusan desa Tangkit Baru
- Bagan Struktur Organisasi dan
Kepengurusan desa Tangkit
Baru
5. Sarana dan Prasarana desa Tangkit
Baru
- Keadaan Sarana dan Prasarana
- Dokumen Sarana dan
Prasarana
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit Baru
6. Hubungan Harmonis Antar budaya - Dokumen Hubungan
Harmonis Antar budaya
7. Faktor Pendukung Hubungan
Harmonis Antar Suku
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangkit Baru
C. Panduan Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi
Wawancara
1. Letak Geofrafis desa Tangkit Baru - Kepala Kantor Desa
a. Bagaimana Letak
Geografis desa Tangkit
Baru ?
2. Sejarah desa Tanglkit Baru - Kepala Kantor Desa
a. Bagaimana Sejarah desa
Tangkit Baru
3. Sarana dan Prasarana desa Tangkit
Baru
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat desa Tangki Baru
a. Bagaimana Sarana dan
Prasarana yang Ada di desa
Tangkit Baru.
4. Hubungan Harmonis Antar budaya - Kepala Kantor Desa
- Masyarakat Desa Tangkit Baru
a. Apa Saja Bentuk
Hubungan Harmonis Antar
budaya di desa Tangkit
Baru ?
b. Bagaimana Mewujudkan
Hubungan Harmonis ?
5. Faktor Pendukung Hubungan
Harmonis Antar Suku
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat Desa Tangkit Baru
a. Apa Saja Hal yang
Mendukung Hubungan
Harmonis ?
b. Apa Saja Wadah Yang
Menjadi Faktor Pendukung ?
6. Pola Komunikasi Antar budaya
Sebagai Upaya Mempertahankan
Hubungan Harmonis
- Kepala Kantor Desa
- Masyarakat Desa Tangkit Baru
a. Bagaimana Bentuk Pola
Komunikasi Antar budaya
di desa Tangkit Baru ?
b. Bagaimana Usaha
Masyarakat Dalam
Mempertahankan
Hubungan Harmonis ?
DAFTAR INFROMAN
No Nama RT SUKU PEKERJAAN
1. H Baso Intang 04 Bugis Pengusaha
2. Andi Baso Bakri 05 Bugis Tani
3. Fatajangi 03 Bugis Kadus. Sepakat
Makmur/Tani
4. Khairuddin 05 Bugis Kadus. Warga
Bahagia/Tani
5. Anwar 06 Bugis Tani
6. Suardi 08 Bugis Wiraswasta
7. M Jamal Habibi 08 Bugis Wiraswasta
8. Siti Zainab 08 Bugis IRT
9. Ravita 02 Bugis Guru
10. Tang 05 Bugis Tani
11. Sompakati 08 Bugis Karyawan Swasta
12. Hermanto 03 Jawa Karyawan Swasta
13. Habil Maulida Ibrahim 05 Jawa Tengah Guru
14. Ernawati 05 Jawa Guru
15. Suhartin 05 Jawa /Tegal IRT
16. Siti Rupiah 03 Jawa Tengah IRT
17. Nira Anggraini 03 Jawa Tengah IRT
18. Wati 03 Jawa IRT
19. Sugiarti 05 Jawa /Tegal IRT
20. Sudarmi 05 Jawa Timur IRT
21. Wida Ningsih 05 Jawa Tengah IRT
22. Tumiyah 03 Jawa IRT
23. Indo Ebeng 08 Bugis IRT
DOKUMENTASI FOTO
Kantor desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
Penulis Wawancara dengan Bapak H Baso Intang selaku Ketua Lembaga Adat
desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Khairuddin selaku Kepala Dusun Warga
Bahagia desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Fatajangi selaku Kepala Dusun Sepakat
Makmur desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Andi Baso Bakri selaku Tokoh Masyarakat
desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Anwar selaku Ketua RT 06 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Suharti (Suku Jawa) Warga RT 05 Adat desa
Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Wati (Suku Jawa) RT 03 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Sugiarti (Suku Jawa) RT 05 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Siti Rupiah (Suku Jawa) RT 03 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Hermanto (Suku Jawa) RT 03 desa Tangkit
Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Tumiyah (Suku Jawa) RT 03 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Bapak Tang RT 05 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ernawati (Suku Jawa) RT 05 desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ibu Ravita RT 05 desa Tangkit Baru selaku Guru
Pondok Pesantren Raudhatul Muhajjirin desa Tangkit Baru
Penulis Wawancara dengan Ustadz Habil Maulida Ibrahim (Suku Jawa) RT 05
desa Tangkit Baru selaku Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Muhajjirin desa
Tangkit Baru
Jadwal Penelitian
Kegiatan Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal
2 Konsultasi dg Ka. Jur/Prodi dan lainnya utk fokus penelitian
3 Revisi Draf Proposal
4 Proses Seminar Proposal
5 Revisi Draf Proposal setelah Seminar
6 Konsultasi dengan Pembimbing
7 Koleksi data
8 Analisa dan Penulisan Draf Awal Skripsi
9 Draf Awal dibaca Pembimbing
10 Revisi Draf Awal
11 Draf dua dibaca pembimbing
12 Revisi Draf Dua
13 Draf Dua Revisi Dibaca Pembimbing
14 Penulisan Draf Akhir
15 Draf Akhir Dibaca Pembimbing
16 Ujian Munaqashah
17 Revisi Skripsi Setelah Ujian Munaqashah
18 Mengikuti Wisuda
CURICULUM VITAE
A. Informasi Diri Nama : Sitti Nur Khalisa Tempat & Tanggal Lahir : Jambi, 24 Juli 1999 Pekerjaan : Mahasiswi Alamat : Jl. Syekh Muh Said II RT 08 desa Tangkit Baru Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi
B. Pendidikan S1 UIN STS Jambi : 2017-Sekarang SMK N 2 Kota Jambi : 2014-2017 SMP N 20 Kota Jambi : 2011-2014 SDN 120 Tangkit Baru : 2008-2011
C. Karya Tulis : - D. Penghargaan Akademis : - E. Riwayat Organisasi :
1. Komandan UKK KSR PMI Perguruan Tinggi UIN STS Jambi Tahun 2019/2020
2. RU 1 Gadis Kampus UIN STS Jambi Tahun 2019 3. Bendahara GenBI Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia
Provinsi Jambi Komisariat UIN STS JambiTahun 2019 4. Pemimpin Lagu (Drijen) Paduan Suara UIN STS Jambi 2019-2021