akomodasi komunikasi antar budaya pada …

172
AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN ASAL SUMATRA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos) Disusun Oleh: MAUDI MARDIYATI NIM: 11170510000027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H / 2021 M

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA

PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN

ASAL SUMATRA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)

Disusun Oleh:

MAUDI MARDIYATI

NIM: 11170510000027

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 2: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA

PENYESUAIAN DIRI MAHASISWA PERANTAUAN

ASAL SUMATRA DI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi untuk

Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh:

Maudi Mardiyati

11170510000027

Pembimbing :

Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 1977051 320070 1 2018

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H / 2021 M

Page 3: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul “Akomodasi Komunikasi Antar Budaya Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta” telah diujikan dalam sidang munaqosah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada Kamis 29 Juli 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 29 Juli 2021

SIDANG MUNAQOSAH

Ketua Sekretaris

Dr. Armawati Arbi, M.Si Dr. H. Edi Amin, S.Ag, MA

NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010

Penguji I Penguji II

Burhanuddin, MA

NIP.196902052014111002

Dosen Pembimbing

Ade Rina Farida, M.Si

NIP. 1977051 320070 1 2018

Page 4: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Maudi Mardiyati

NIM : 11170510000027

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Akomodasi

Komunikasi Antar Budaya pada penyesuaian diri Mahasiswa

Perantauan asal Sumatra di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

adalah benar merupakan karya penulis dan tidak melakukan tindakan

plagiat dalam penyusunannya. Adapun pengutipan yang ada dalam

penyusunan karya ini telah penulis cantumkan sumber kutipannya dalam

skripsi. Penulis bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini

sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan semestinya.

Tangerang Selatan, 7 Juni 2021

Maudi Mardiyati

11170510000027

Page 5: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

i

ABSTRAK

Maudi Mardiyati

NIM: 11170510000027

Akomodasi Komunikasi Antar Budaya Pada Penyesuaian Diri

Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Perbedaan budaya bisa menjadi hambatan dalam berkomunikasi

dengan adanya kesalahan persepsi disetiap individu. Bagi orang-orang

yang baru keluar dari tempat nyamannya yaitu daerah asalnya, mereka

akan cukup sulit dalam menyesuaikan diri dilingkungan yang baru, hal

ini juga sering dialami mahasiswa UIN Jakarta asal Sumatra.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam penelitian ini

bermaksud menjawab sebuah pertanyaan yaitu Bagaimana Akomodasi

Komunikasi Yang Terjadi Pada Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan

Asal Sumatra Di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta? Seperti Apa Fase-Fase

Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada Penyesuaian Diri Mahasiswa

Perantauan Asal Sumatra Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang

menghasilkan data deskriptif dan tertulis, peneliti melakukan

wawancara, observasi, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Penelitian

ini menggunakan teori akomodasi komunikasi yang mencakup tiga

tahapan adaptasi yaitu konvergensi, divergensi, akomodasi berlebihan.

Peneliti juga menggunakan teori adaptasi budaya memiliki empat fase

yaitu Honeymoon, Frustation, Readjustment, Resolution.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Akomodasi

komunikasi terlihat para informan cenderung memilih konvergensi

sebagai tindakan yang mereka ambil, mereka lebih berusaha

menyesuaikan dirinya di tempat mereka merantau. Sedangkan pada teori

adaptasi budaya penyesuaian diri para informan sudah menerapkan fase-

fase Honeymoon, Frustation, Readjustment, Resolution. Dalam

adaptasinya setiap perantau memiliki hasil yang berbeda, baik dalam

proses adaptasi, maupun cara adapatasi yang dipilih.

Kata Kunci: KAB, Adaptasi, Akomudasi, Perantau, Sumatra

Page 6: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha

Penyayang. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan banyak nikmat, nikmat iman, nikmat Islam, dan

kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan untuk baginda Nabi Muhammad

SAW, semoga kita termasuk umat-NYA yang mendapatkan pertolongan

di hari kiamat.

Allhamdulillahi Rabbil’alamin, berkat usaha dan do’a demi

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Akomodasi Komunikasi

Antar Budaya Pada Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal

Sumatra Di U IN Syarif Hidayatullah Jakarta” dapat terselesaikan.

Penulis menyadari banyaknya bantuan, motivasi serta bimbingan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin berterimakasih kepada yang

terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA

sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi beserta jajaran Wakil Dekan.

3. Dr. Armawati Arbi M.Si. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin M.A. sebagai

Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, beserta

staff Tata Usaha dan Perpustakaan Utama Universitas Islam

Page 7: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

iii

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu selama

penulis melakukan studi.

4. Ade Rina Farida, M.Si. sebagai Dosen Pembimbing, yang

sudah dengan sabar membimbing penulis dan meluangkan

waktu, energi dan juga ilmu yang ibu berikan kepada saya

selama proses pengerjaan skripsi ini berlangsung.

5. Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberikan masukkan dan nasehat

dalam bimbingan akademik.

6. Seluruh dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif

Hidayathullah Jakarta yang tidak dapat penulis tuliskan satu per

satu, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang didapat

selama perkuliahan.

7. Orang tua penulis papa dan mama yang senantiasa mendukung

dan memberikan segala doa, kasih sayang, dan motivasi kepada

penulis.

8. Teman-teman UKM Bahasa-FLAT UIN Jakarta yang sudah

menemani perjalanan penulis selama 4 tahun menuntut ilmu di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Teruntuk teman-teman KPI 2017 yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu namanya yang sudah menjadi bagian dari

penulis semasa menuntut ilmu perguruan negeri.

10. Para responden yang sudah bersedia penulis wawancarai.

11. Teman-teman yang sudah sangat bersedia menjadi teman dekat

penulis yaitu Bazlin Fadilah, Nurlela, Nur Aliyah, Fakhrazade

Page 8: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

iv

Kafabihi atas dukungan sekaligus bersabar dalam menghadapi

sikap penulis selama perkuliahan berlangsung.

12. Teruntuk kak Agung Apriliani, Nurlela dan juga Rena Aprilia

yang telah mengingatkan dan memberikan masukan serta do’a

kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Demikian ucapan terimaksih yang dapat penulis

sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu mulai

dari awal penulisan hingga skripsi ini dapat terselesaikan,

semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis juga seluruh

pihak yang membaca Aamiin yarabbalalamin.

Jakarta, Juni 2021

(Maudi Mardiyati)

Page 9: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN .........................................................

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ..............

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ v

DAFTAR TABEL ........................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .............................................................. 9

D. Rumusan Masalah .................................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian .................................................................. 10

G. Kajian Terdahulu .................................................................... 11

H. Metodologi Penelitian ........................................................... 14

BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................. 23

A. Teori Akomodasi Komunikasi ............................................... 23

B. Komunikasi Antar Budaya ..................................................... 34

C. Adaptasi Budaya ..................................................................... 41

Page 10: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

vi

BAB III GAMBARAN UMUM .................................................. 45

A. Karakteristik Masyarakat Sumatra ......................................... 45

B. Data Jumlah Mahasiswa UIN Jakarta .................................... 55

C. Deskripsi Informan Penelitian ................................................ 55

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ....................... 63

A. Akomodasi Komunikasi Yang Terjadi Pada Penyesuain

Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra ........................... 65

B. Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada Penyesuain

Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra ........................... 76

BAB V PEMBAHASAN ............................................................. 93

A. Analisis Akomodasi Komunikasi Yang Terjadi Pada

Penyesuain Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra ........ 95

B. Analisis Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuain Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra ........ 100

BAB VI PENUTUP ...................................................................... 109

A. Simpulan ................................................................................. 109

B. Kritik & Saran ........................................................................ 110

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 112

LAMPIRAN ................................................................................. 118

Page 11: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Mahasiswa Terdaftar UIN Jakarta 2019/2020 ............... 6

Tabel 1.2 Kajian Terdahulu ........................................................... 10

Tabel 3.1 Data Jumlah Mahasiswa asal Sumatra 2020/2021 ........ 54

Tabel 3.2 Data Singkat Informan .................................................. 61

Tabel 3.3 Data Singkat Informan Pendukung ............................... 61

Page 12: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi bukanlah sekedar percakapan antar individu, atau

pertukaran informasi semata. Banyak hal yang bisa mempengaruhi

bagaimana komunikasi itu dapat dengan mulus terjadi atau tidak,

salah satunya adalah latar belakang budaya atau suku bangsa.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat

kompleks,abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan

prilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan

meliputi banyak kegiatan sosial manusia1

Dalam komunikasi, kebudayaan menjadi salah satu faktor

yang berpengaruh dalam kelanjutan suatu hubungan. Berinteraksi

atau berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan

merupakan pengalaman baru yang selalu kita hadapi, latar belakang

budaya yang dimiliki seseorang menjadi pengaruh yang besar

karena didalamnya terdapat sikap dan ciri-ciri khusus yang berbeda-

beda tergantung daerahnya masing-masing.

Sebagai contoh, orang sumatera jika berkomunikasi terkenal

keras dan tegas, berbeda dengan orang jawa atau sunda yang lunak

1 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h. 24.

Page 13: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

2

ketika berbicara. Ciri-ciri seperti itu yang kemudian menyebabkan

munculnya 'noise’ dalam komunikasi.

Proses adaptasi menjadi suatu kejadian alamiah yang pasti

dilalui oleh tiap individu dalam berinteraksi di lingkungnnya. Akan

tetapi, pada prakteknya seringkali tercipta perbedaan yang

signifikan dalam adaptasi yang terjadi sekalipun berasal dari daerah

yang sama. Sebagai contoh, dua orang mahasiswa baru asal

Sumatera yang mengalami culture shock di Jakarta, bukan tidak

mungkin salah satunya akan mengalami adaptasi yang akomodatif,

sedangkan yang lainnya menjadi resistant terhadap budaya Jakarta.

Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh dalam perkembangan komunikasi antar budaya.2 Pada

umumnya, perbedaan budaya dapat memengaruhi orang yang

berkomunikasi. Dengan kata lain, perbedaan yang ada dapat

mengakibatkan berbagai macam kesulitan atas solusi pada proses

komunikasi.3 Perbedaan budaya bisa menjadi hambatan dalam

berkomunikasi dengan adanya kesalahan persepsi disetiap individu.

Bagi orang-orang yang baru keluar dari tempat nyamannya yaitu

daerah asalnya, mereka akan cukup sulit dalam menyesuaikan diri

dilingkungan yang baru, jika tidak terbiasa dengan mudah

beradaptasi dilingkungan baru.

2 Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antar budaya: Satu Perspektif

Multidimensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.13. 3 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar manusia, (Jakarta: Profesional Books,

1997). h.7.

Page 14: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

3

Hal ini sering dialami bagi mahasiswa Sumatra yang

menempuh pendidikan di pulau Jawa, pulau Jawa menjadi pusat dari

perekonomian, pemerintahan, dan pendidikan, sehingga dapat

dengan mudah menarik minat remaja untuk menuntut ilmu di pulau

jawa. Transisi mahasiswa yang semula bertempat tinggal dengan

orang tua menghadapkan mahasiswa pada perubahan-perubahan

dan tuntutan-tuntutan baru.

Perubahan tersebut adalah lingkungan yang baru dan irama

kehidupan yang baru. Sementara tuntutan yang harus dihadapi

mahasiswa perantau adalah tuntutan dalam bidang kemandirian

tanggung jawab dan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya.

Keseluruhan proses hidup dan kehidupan mahasiswa akan selalu

diwarnai oleh hubungan dengan orang lain, di lingkungan kampus

yaitu teman dan dosen maupun masyarakat luas.

Selain itu, interaksi serta penyesuaian diri mahasiswa Sumatra

dengan budaya dan lingkungan baru sangat dibutuhkan untuk

mendapatkan kenyamanan dalam beradaptasi agar tidak

terjadi”noise”. Sebagai mahluk sosial, para mahasiswa selalu

membutuhkan pergaulan dalam hidupnya dengan orang lain,

pengakuan dan penerimaan terhadap dirinya dari orang lain akan

memberikan warna kehidupan yang sebenarnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh benandra masryah

sasdana, salah satu lulusan universitas sriwijawa. Ia mengemukakan

Gambaran Umum Gejala Culture Shock Mahasiswa Perantau, yaitu

meningkatnya pengalaman diri , mandiri, interaksi sosial,

Page 15: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

4

meningkatnya percaya diri , kangen rumah (homesick) , kesepian

dan tidur berlebih, motivasi, stres berlebih.4

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, Indonesia

memiliki sebanyak 1.340 suku dan 300 etnis. Lingkungan

Universitas sendiri memiliki peluang yang besar untuk terjadinya

komunikasi antarbudaya. Saat seseorang memilih universitas

sebagai salah satu tujuan untuk melanjutkan pendidikan, ada

beberapa hal yang dipertimbangkan seperti, akreditas universitas,

letak kota, biaya hidup, dan keamanan.5

Budaya dan lingkungan baru dapat menimbulkan gejala fisik

seperti stress, frustasi, serta susah beradaptasi dalam menerima

nilai-nilai sosial baru, yang tentunya hal ini akan memakan waktu

yang cukup lama. Pada umumnya penyesuaian diri sosial sangat

diperlukan oleh mahasiswa perantauan, karena mahasiswa

perantauan menghadapi perubahan di lingkungan baru yang berbeda

adat, norma, dan kebudayaan, sehingga penyesuaian diri yang baik

dibutuhkan.

Penelitian ini menjelaskan suatu proses adaptasi antarbudaya

dengan adanya bentuk akomodasi komunikasi. Akomodasi

komunikasi didefiniskan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan,

4 Benandra Masryah Sasdana, “Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antar

Budaya Terhadap Adabtasi Mahasiswa (Studi Terhadap Mahasiswa Perantau Di

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Angkatan 2015 - 2016)”

h. 7. 5 Artikel Pendidikan Generasi Millennial | IDN Times

Page 16: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

5

memodifikasi, atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya

tehadap orang lain.6

Setiap orang tentunya ingin mencapai komunikasi yang efektif

ketika berinteraksi dengan orang lain, begitu pula pada

mahasiswa yang berasal dari Sumatra ini sebagai mahasiswa yang

merantau di Ibu Kota, yang secara latar belakang memiliki budaya

yang berbeda dengan kehidupan sehari-hari masyarakat asli

Sumatra. Kemampuan perantau berinteraksi dengan lingkupan baru

tidak selalu lancar dikarenakan perbedaan dari mulai kepribadian

dan kebudayaan, membuat mahasiswa asal Sumatra harus

beradaptasi dengan lingkungan barunya tersebut.

Ketidak pastian mengenai bagaimana hidup secara mandiri,

kecemasan mengenai apakah mampu untuk dapat berbaur dengan

lingkungan baru, serta persepsi relasi antar pribadi yang dialami

mahasiswa asal Sumatra, menjadi permasalah yang di alami

mahasiswa asal Sumatra dalam berinteraksi di lingkungan baru.

Ketidakpastian, kecemasan, juga persepsi terhadap relasi antar

pribadi tersebut, mempengaruhi proses penyesuaian diri mahasiswa

rantau. Sehingga agar komunikasi berjalan efektif, memerlukan

adanya sebuah akomodasi komunikasi.

UIN Syarif Hidayatullah merupakan lembaga pendidikan

yang berbasis islami. Banyak mahasiswanya bukan hanya lulusan

dari MAN saja, tetapi banyak dari mereka yang berasal dari SMA

6 Richard West dan Lynn H. Turner , terj Maria Natalia dan Damayantu

Maer, Pengantar Teori Komunikasi (Jakarta, Salemba Humanika, 2008), h. 217.

Page 17: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

6

atau SMK. Bahkan sebagian dari mereka ada yang berasal dari

pesantren yang memiliki ijazah sederajat dengan SMA. Disamping

itu, latar belakang ekonomi juga berbeda-beda, dari menengah

kebawah sampai menengah keatas dengan variasi profesi yang

berbeda pula.

Mahasiswa Terdaftar UIN Jakarta periode 2019/2020

Tabel 1.17

No. Jenis Kelamin Mahasiswa Terdaftar

1 LAKI-LAKI 10406

2 PEREMPUAN 15814

Jumlah 26.220

Dari tabel di atas nampak jelas bahwa mahasiswa UIN Jakarta

berasal dari komunitas yang beragam. Keberagaman ini akan

memiliki implikasi yang beragam pula terhadap kadar kebudayaan

yang baru perantau rasakan dan kadar pengaruhnya terhadap

penyesuaian diri.

Banyaknya pemuda-pemudi yang minat untuk melanjutkan

pendidikan di kampus ini, Hal ini tentu menimbulkan atmosfir

7 Website PPDIKTI-Pangkalan Data Pendidikan Tinggi

(https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_pt/NEEwMTc4NTgtMDU5RS00NkY1LUI3Qz

EtMzY5NjUwMURGQTA0)

Page 18: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

7

pergaulan yang sangat berbeda dari sebelumnya, yang mungkin saja

menimbulkan sebuah masalah dalam proses pembauran masyarakat

lokal dengan perantau. Oleh karena itu, UIN Jakarta menjadi lokasi

penelitian yang sangat ideal untuk melihat bagaimana adaptasi

terjadi dalam komunikasi mahasiswanya.

Pada penelitian yang dilakukan penulis, penulis menemukan

bahwa sebagian besar dari para informan terlihat merasa cemas dan

takut tidak bisa menyesuaikan diri di tempat perantauannya yaitu

dilingkungan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adanya

perbedaan cara berbicara,interaksi sehari-hari, logat dan nada

berbicara, menjadi faktor penghambat utama para informan dalam

penyesuain dirinya dilingkungan kampus.

Adanya perbedaan di dunia ini tidak perlu dipertanyakan

mengapa manusia tidak sama dan serupa, termasuk juga budayanya.

Kemana pun kita pergi pasti menemukan perbedaan sehingga harus

diterima dengan lapang dada keberadaaanya. Perbedaan pada

dasarnya adalah desain Tuhan dengan maksud untuk saling

mengenal satu sama lain. Seperti dijelaskan dalam Surat Al- Hujurat

ayat 13 yang berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan

kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

Page 19: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

8

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia

diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi

Maha Mengenal.” (QS. Hujuraat, 49; 13)8

Ayat ini menjelaskan bahwa manusia perlu menjalin

hubungan dengan sesama manusia, walaupun memiliki perbedaan,

namun sudah sepatutnya manusia satu dengan manusia lainnya

saling menghargai, saling menjaga dan menghormati satu sama lain.

Demikian yang membuat Peneliti merasa perlu untuk

meniliti fenomena ini dalam kerangka komunikasi antarbudaya,

mengingat pentingnya pengetahuan komunikasi antar budaya dalam

hal yang lebih dalam bagi individu yang masuk disebuah lingkungan

baru. Dari latar belakang di atas peneliti menarik judul “Akomodasi

Komunikasi Antar Budaya Pada Penyesuaian Diri Mahasiswa

Perantauan Asal Sumatra Di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menemukan

identifikasi masalah yaitu banyaknya Mahasiswa perantauan yang

sulit untuk berkomunikasi dengan baik ketika mulai keluar dari zona

nyamannya atau lokasi tempat tinggalnya sehingga banyak pula

pengaruh yang didapatkan baik positif maupun negatif bagi

mahasiswa perantauan terkait budaya yang berbeda dari yang ia

pelajari saat kecil. Sehingga mengakibatkan pembentukan konsep

diri bagi para perantau melalui komunikasi yang terjalin.

8 Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan terjemahannya”, (Bandung: CV.

Penerbit Jummatul Ali, 2005). h. 229.

Page 20: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

9

C. Pembatasan Masalah

Agar batasan masalah lebih terarah, maka peneliti

memfokuskan penelitian pada “Mahasiswa perantauan asal Sumatra

di UIN Jakarta”. Pembatasan ini dilakukan agar penulis menjadi

fokus dan terarah dalam memproses pencarian data. Selain itu,

pembatasan masalah ini berguna untuk menghindari perluasan

pembahasan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Akomodasi Komunikasi Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Seperti Apa Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui Proses Akomodasi Komunikasi Terhadap

Penyesuaian Diri Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Melihat Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 21: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

10

F. Manfaat Penelitian

1. Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman mengenai bagaimana perbedaan budaya

mempengaruhi adaptasi individu lebih dari yang kita bayangkan.

Proses adaptasi bukan hanya proses penyelarasan nilai yang

dimiliki, tetapi lebih kepada pengakuan dan penerimaan nilai-

nilai asing yang dimiliki dan diterima. Adaptasi bukanlah suatu

proses yang mudah untuk dilakukan. Sehingga khalayak secara

umum serta kalangan akademisi khususnya mampu melihat

proses ini sebagai hal yang menentukan perkembangan hubungan

dalam komunikasi seseorang.

2. Signifikansi Akademis

Dengan adanya kajian dan penelitian ini, diharapkan bisa

diketahui ceruk-ceruk penting dalam komunikasi antar budaya

sehingga bisa dilakukan komunikasi yang baik. Lebih jauh, hasil

penelitian ini bisa menjadi bahan identifikasi gejala-gejala sosial

tentang komunikasi antar budaya yang berhubungan dengan pola

komunikasi, adaptasi dan komunikasi budaya.

Page 22: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

11

G. Kajian Terdahulu

No Nama

Pengarang

Judul &

Tahun Terbit Persamaan Perbedaan

1 Hajriadi

Culture Shock

Dalam

Komunikasi

Antar Budaya

(Studi

Deskritif

Kualitatif Pada

Ikatan Pelajar

Mahasiswa

Musi

Banyuasin Di

Yogyakarta)

2017

Penelitian ini

sama-sama

membahas,

proses

perubahan diri

serta

hambatan-

hambatan

yang timbul,

bagi

mahasiswa

yang

merantau,

Pada

penelitian

Hajriadi,

subjeknya

adalah

Mahasiswa

Musi

Banyuasin di

Yogyakarta.

Sedangkan

subjek yang

saya teliti

adalah

mahasiswa

rantau UIN

Jakarta yang

beraasal

Sumatra

Page 23: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

12

2 Radha

Avirasari

Abidin

Penyesuaian

Diri

Mahasiswa

Palembang

Pada Budaya

Solo

2017

Penelitian ini

sama-sama

membahas

penyesuaian

diri

mahasiswa

perantauan.

Perbedaan

terletak pada

subjek

penelitian

yang tidak

sama dan juga

penggunaan

teori yang

berbeda.

3 Bingah Esa

Nugraha

Perubahan

Perilaku

Konsumtif

Pada

Mahasiswa

Perantauan

(Studi Kasus

Mahasiswa

Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan

Sosial)

2019

Penelitian ini

sama-sama

menjelaskan

perubahan

yang terjadi

dan cara

mahasiswa

rantau

menyesuaikan

dirinya di

lingkupan

baru.

Penelitian

Bingah

berfokus pada

aspek dan

pengaruh

perilaku

konsumtif,

sedangkan

penelitian

saya

memfokuskan

pada strategi

komunikasi

antar budaya

Page 24: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

13

4 Benadra

Marsyah

Sasdana

Pengaruh

Efektivitas

Komunikasi

Antar Budaya

Terhadap

Adabtasi

Mahasiswa

(Studi

Terhadap

Mahasiswa

Perantau Di

Fakultas Ilmu

Sosial Dan

Ilmu Politik

Universitas

Sriwijaya

Angkatan 2015

- 2016)

2018

Penelitian ini

sama-sama

menggunakan

teori

Komunikasi

Antar Budaya

Penelitian

Benadra

menggunakan

pengumpulan

data dengan

perhitungan

statistik

(kuantitatif),

sedangkan

saya

menggunakan

kualitatif,

dengan

melakukan

wawancara

secara

langsung.

Page 25: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

14

H. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitiannya adalah analisis

deskriptif. Obyek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah

makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan

kebudayaan dari masyarakat bersangkutan untuk memperoleh

gambaran mengenai kategorisasi tertentu.9

Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif

analitik, yaitu mendeskripsikan data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar, dan bukan angka. Data yang berasal dari

naskah, wawancara, catatan lapangan, dokuman, dan sebagainya,

kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan

terhadap kenyataan atau realitas.10

Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan)

analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.11

9 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey,

(Jakarta: LP3ES, 1995), h. 220. 10 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1997), h. 66. 11 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.

2.

Page 26: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

15

Adapun alasan penggunaan metode ini adalah karena ia

lebih mampu mendekatkan peneliti dengan objek yang dikaji,

sebab peneliti langsung mengamati objek yang dikaji dengan kata

lain peneliti bertindak sebagai alat utama riset (human

instrument).12

Penyajian yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara

mendeskripsikan hasil sebuah penelitian tentang strategi

komunikasi antar budaya bagi mahasiswa perantauan asal

Sumatra di UIN Jakarta secara sistematis, faktual dan akurat

tentang fakta-fakta bagi perantau yang mereka alami saat

menyesuakan diri, baik hambatan-hambatannya maupun langkah

apa saja yang mereka gunakan dan pelajari saat menyocokkan

dirinya dilingkungan yang baru.

Pendeskripsian penelitian ini juga dilakukan bertujuan

untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi. Dengan

demikian, penulis memilih metode penelitian kualitatif sebagai

metode yang tepat untuk menganalisis.

2. Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma

konstruktivisme. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai

analisis sistematis socially meaningful action melalui

pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang

bersangkutan menciptakan dan mengelola dunia sosial mereka.13.

12 HB Sutopo. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan

Terapannya Dalam Penelitian. (Surakarta: UNS Press,2002). h. 35-36. 13 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik

Klasik. (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), h.

3.

Page 27: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

16

Lebih jauh, paradigma konstruktivisme ialah paradigma dimana

kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi

sosial, dan kebenaran suatu realitas sosial bersifat relatif.

Paradigma ini akan sesuai digunakan pada penelitian

strategi komunikasi antar budaya yang berpengaruh pada

mahasiswa perantauan, khususnya asal Sumatra di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sehingga permasalahan yang didapatkan

oleh subjek akan ditemukan menggunakan paradigma ini, yang

bisa menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa sosial atau budaya

yang didasarkan pada perspektif dan pengalaman subjek yang

diteliti, terhadap penyusuain dirinya pada lingkungan baru.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data

secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam

memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam

Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.14

Setelah penulis mengumpulkan data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis akan mengolah dan

mengalisa data dengan menggunakan teknik analisis data yang

dipopulerkan oleh Miles dan Huberman, diantaranya adalah15:

a. Pengumpulan Data

14 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009). h.

334. 15 Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas

Indonesia Press, 1992), h. 16.

Page 28: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

17

Data dikumpulkan berdasarkan teknik pengumpulan data yang

meliputi observasi dan wawancara mendalam.

b. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Peneliti akan menyeleksi atau memilih

data, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian

rupa hingga kesimpulan dan verifikasi.

c. Penyajian data

Dalam penyajian data ini, seluruh data yang berupa hasil

wawancara dan dokumentasi akan dianalisis sesuai dengan

teori yang telah dipaparkan sebelumnya. Dengan demikian

seorang peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan

menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah

terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang

dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin

berguna.

d. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan hal yang sangat penting

sebagai upaya untuk melakukan justifikasi temuan penelitian.

Justifikasi dilakukan dengan cara menarik hubungan dari latar

belakang masalah dan tujuan penelitian untuk mencari

jawaban hasil penelitian yang selanjutnya dianalisis. Dengan

demikian kesimpulan merupakan penegasan dari temuan

penelitian yang telah dianalisis.

Page 29: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

18

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif harus dilakukan sendiri oleh

peneliti dan tidak boleh diwakilkan.16 Dalam pengumpulan data,

penulis menggunakan data primer yaitu wawancara. Selain itu,

peneliti juga menggunakan data sekunder melalui reverensi buku

maupun artikel yang berkaitan tentang adaptasi dan penelitian

lapangan (field research). Untuk pengambilan data penelitian

lapangan digunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode

pertama yang dilakukan sebagai seorang peneliti. Teknik

Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda, serta

rekaman gambar 17 Hal yang akan diamati secara langsung

adalah proses penyesuaian diri bagi mahasiswa rantau asal

Sumatra yang memasuki wilayah baru.

b. Wawancara

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur yaitu

peneliti dapat menanyakan pertanyaan yang tidak ada didalam

daftar wawancara untuk lebih melengkapi informasi.

Wawancara dapat dilakukan pada waktu dan kondisi konteks

yang dianggap paling tepat. Wawancara akan dilakukan secara

bebas, tetapi tetap menggunakan pedoman wawancara agar

pertanyaan terarah.

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek

(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 11. 17 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2005), h. 83.

Page 30: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

19

c. Dokumentasi

Dokumen beragam bentuknya, dari yang tertulis sederhana

sampai yang lebih lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-

benda lain. Dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data

yaitu dengan cara melihat kembali literatur atau dokumen

serta foto-foto dokumentasi yang relevan dengan tema yang

diangkat dalam penelitian ini.

5. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai

April 2021. Lokasi penelitian di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta dan juga tempat tinggal mahasiswa/I rantau

asal Sumatra.

6. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh

keterangan.18 Adapun subjek dalam penelitian ini adalah

Mahasiswa perantauan asal Sumatra yang menempuh

pendidikan di UIN Jakarta. Sedangkan objek adalah bagian dari

subjek yang ditetili secara terperinci.19 Objek penelitian merinci

fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deksripsi dari

penelitian yang diangkat yaitu strategi komunikasi antar budaya

dalam penyesuaian diri mahasiswa asal Sumatra yang merantau.

Agar lebih spesifik dan mudah dalam pemilihan

informan, peneliti memberikan syarat khusus dalam pemilihan

informan dengan kriteria sebagai berikut:

18 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali,2003),

h.92. 19 Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali,2003),

h.93.

Page 31: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

20

1) Merupakan mahasiswa/i Universitas Syarif Hidayatullah,

Jakarta, dengan status mahasiswa aktif

2) Merupakan mahasiswa/i UIN Jakarta asal Sumatra

3) Aktif di organisasi dalam & luar kampus.

4) Mahasiswa/i SI regular.

I. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang

diuraikan dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika

penyusunan ke dalam enam bab. Di mana masing-masing bab dibagi

ke dalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

BAB I menjelaskan latar belakang masalah, batasan

masalah, dan rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan

pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II menjelaskan Teori Akomodasi Komunikasi :

Sejarah dan Pengertian Teori Akomodasi Komunikasi,

Asumsi Dasar, Tahap Beradaptasi, Kritik Teori. Juga

Teori komunikasi antar budaya yang terdiri dari: konsep

dasar komunikasi antar budaya, elemen-elemen dalam

komunikasi antar budaya, hambatan Komunikasi Antar

Budaya, & Adaptasi Budaya.

Page 32: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

21

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III menjelaskan karakteristik masyarakat Sumatra

pada masing-masing Provinsi, detail jumlah mahasiswa

perantauan asal Sumatra & juga menjelaskan Detail

profile Informan mahasiswa UIN Jakarta yang berasal

dari Sumatra.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN

BAB IV menjelaskan temuan-temuan hasil wawancara

terkait rumusan masalah I (Bagaimana Akomodasi

Komunikasi Yang Terjadi Pada Penyesuaian Diri

Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta?) dan rumusan masalah II (Seperti

Apa Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?)

BAB V PEMBAHASAN

BAB V menganalisis dan menjelaskan dari perspektif

peneliti dan hasil data-data yang sudah didapatkan,

dengan menyesuaikan rumusan masalah pada penelitian

ini, yaitu : Rumusan Masalah I (Bagaimana Akomodasi

Komunikasi Yang Terjadi Pada Penyesuaian Diri

Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta?) dan rumusan masalah II (Seperti

Apa Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Page 33: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

22

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di

Uin Syarif Hidayatullah Jakarta?)

BAB VI PENUTUP

BAB VI menjelaskan penutup dari penelitian ini yang

berisikan kesimpulan dan saran.

Page 34: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Akomodasi Komunikasi

1. Sejarah dan Pengertian Teori Akomodasi Komunikasi

Akomodasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku seseorang

dalam responnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya

dilakukan secara tidak sadar. Kita cenderung memiliki naskah

kognitif internal yang kita gunakan ketika kita berbicara dengan

orang lain.1 Teori ini dikemukakan oleh Howard Giles dan

koleganya, berkaitan dengan penyesuaian interpersonal dalam

interaksi komunikasi. Hal ini didasarkan pada observasi bahwa

komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu sama lain.

Teori akomodasi komunikasi berawal pada tahun 1973,

ketika Giles pertama kali memperkenalkan pemikiran mengenai

model ”mobilitas aksen” Yang didasarkan pada berbagai aksen

yang dapat didengar dalam situaisi wawancara. Salah satu

contohnya adalah ketika seseorang dengan latar berlakang

budaya yang berbeda sedang melakukan wawancara. Seorang

yang sedang diwawancara pastilah merasa sangat menghormati

orang dari institusi yang sedang mewawancarainya. Ketika

dalam situasi tersebut orang yang mewawancarai akan lebih

1 West Richard & Tunner Liynn H, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humnaika, 2007), h. 217.

Page 35: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

24

mendominasi situasi wawancara, sementara orang yang

diwawancarai akan mencoba mengikutiya. Maka pada situasi

tersebut orang yang sedang wawancara tersebut, mencoba

melakukan akomodasi komunikasi.

Teori Akomodasi Komunikasi banyak didasari dari

prinsip Teori Identitas Sosial. Ketika anggota dari kelompok

yang berbeda sedang bersama, mereka akan membandingkan

diri mereka. Jika perbandingannya positif, maka akan muncul

identitas sosial yang positif pula. Giles memperluas pemikiran

ini dengan mengatakan bahwa hal yang sama juga terjadi pada

gaya bicara (aksen, nada, kecepatan, pola interupsi) seseorang.

Akomodasi komunikasi dilakukan untuk menyesuaikan

sikap komunikasi, karena terkadang dalam kegiatan sehari-hari

saat kita berinteraksi atau berkomunikasi terdapat perbedaan

budaya yang muncul pada seseorang yaitu seperti aksen

kecepatan berbicara, norma keteraturan berbicara, intonasi suara

dan lainnya. Inti dari teori akomodasi ini adalah adaptasi.

Bagaimana seseorang menyesuaikan komunikasi mereka

dengan orang lain. Teori ini berpijak pada premis bahwa ketika

seseorang berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan,

pola vocal, dan atau tindak tanduk mereka untuk

mengakomodasi orang lain.2

2. Asumsi Dasar

Dengan mengingat bahwa akomodasi dipengaruhi oleh

2 West Richard & Tunner Liynn H, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humnaika, 2007), h. 217.

Page 36: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

25

beberapa keadaan personal, situasonal dan budaya, maka teori

ini terdapat beberapa asumsi berikut ini:3

a) Persamaan dan perbedaan berbicara dan berperilaku

terdapat di dalam semua percakapan.

Pengalaman-pengalaman dan latar belakang yang

bervariasi akan menentukan sejauh mana orang

mengakomodasikan orang lain. Semakin mirip perilaku

dan keyakinan kita, semakin membuat kita tertarik untuk

mengakomodasikan orang lain tersebut.

Sebuah contoh untuk mengilustrasikan asumsi ini,

seorang yang berasal dari Padang bertemu dengan teman

baru di kampus barunya yang berdarah jawa asli. Jelas

mereka berasal dari latar belakang yang berbeda dan

pengalaman hidup mereka berbeda pula.Dapat pula

dianggap mereka berasal dari latar belakang keluarga yang

berbeda dengan keyakinan dan nilai-nilai yang berbeda.

Tetapi mereka mempunyai kesamaan dalam hal hobi, yaitu

memancing.

b) Cara dimana kita memersepsikan tuturan dan perilaku

orang lain akan menentukan bagaimana kita

mengevaluasi sebuah percakapan.

Asumsi kedua menyatakan bagaimana kita

memandang cara berbicara dan berperilaku lawan bicara

akan menentukan bagaimana kita mengevaluasi

3 West Richard & Tunner Liynn H, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humnaika, 2007), h. 219.

Page 37: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

26

percakapan.4 Asumsi ini terletak pada persepsi dan

evaluasi.Orang pertama-tama akan mempersepsikan apa

yang terjadi di dalam percakapan sebelum mereka

memutuskan bagaimana mereka akan berperilaku dalam

percakapan. Kemudian saat mempersepsikan kata-kata dan

perilaku orang lain menyebabkan evaluasi kita terhadap

orang tersebut.

c) Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai

status sosial dan keanggotaan kelompok.

Asumsi ketiga menyatakan bahwa bahasa dan

perilaku seseorang memberikan informasi mengenai status

sosial dan asal kelompok memberikan pengertian

mengenai efek bahasa terhadap lawan bicara. Menurut

Giles dan John Wiemann mengemukakan bahwa dalam

situasi adanya dua bahasa, atau bahkan dua dialek dimana

masyarakat dari etnis mayoritas dan minoritas hidup

berdampingan, penggunaan bahasa yang akan digunakan

ditentukan oleh salah satu pihak.5

d) Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian

dan norma mengarahkan proses akomodasi.

Asumsi ini berfokus pada norma dan isu

mengenai kepantasan sosial. Maksudnya, akomodasi dapat

bervariasi dalam hal kepantasan sosial sehingga terdapat

4 A.M, Morissan. Periklanan komunikasi pemasaran terpadu, (Jakarta :

Penerbit Kencana,2010), h. 112. 5 A.M, Morissan. Periklanan komunikasi pemasaran terpadu, (Jakarta :

Penerbit Kencana,2010), h. 113.

Page 38: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

27

saat-saat ketika mengakomodasi tidaklah pantas. Dalam hal

ini, norma terbukti memiliki peran yang cukup penting

karena memberikan batasan dalam tingkatan yang

bervariasi terhadap perilaku akomodatif yang dipandang

sebagai hal yang diinginkan dalam sebuah komunikasi.

3. Tahap Beradaptasi

Teori akomodasi komunikasi menyatakan bahwa dalam

sebuah interaksi, seseorang memiliki pilihan. Mereka mungkin

menciptakan komunitas percakapan yang melibatkan

penggunaan bahasa atau sistem nonverbal yang sama, mereka

mungkin akan membedakan diri mereka dari orang lain, atau

mereka akan berusaha keras untuk beradaptasi. Pilihanpilihan

ini diberi label konvergensi, divergensi, dan akomodasi

berlebihan.

Dalam Teori Akomodasi Komunikasi, saat proses

komunikasi dan interaksi berlangsung satu sama lain, setiap

individu berhak memiliki pilihan bagaimana mereka

beradaptasi. Dimana strategi adapatasi atau akomodasi

komunikasi tersebut terdiri dari tiga pilihan yaitu konvergensi,

divergensi, dan akomodasi berlebihan.6

a) Konvergensi/Melebur Pandangan

Konvergensi adalah proses adaptasi gaya

komunikasi agar menjadi lebih mirip dengan gaya

6 Morrisan & Wardhany Andy Corry, Teori Komunikasi, (Jakarta: Ghalia

Indonesia , 2009), h. 135.

Page 39: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

28

komunikasi orang lain atau kelompok.7 Seseorang yang

melakukan komunikasi konvergensi mereka akan

tergantung kepada persepsi mereka mengenai tuturan

atau perilaku orang lain, maka dari itu orang yang

melakukan akomodasi konvergensi cenderung untuk

menutupi identitas kulturalnya. Proses konvergensi tidak

berlangsung dengan tiba-tiba, biasanya dilatarbelakangi

dengan persepsi individu mengenai tuturan atau perilaku

lawan bicaranya, apakah terdapat sesuatu yang sama atau

tidak.

Selain persepsi yang dihasilkan dari komunikasi

terhadap oranng lain, konvergensi pun didasarkan pada

ketertarikan. Biasanya, para komunikator ini saling

tertarik maka mereka akan melakukan konvergensi dalam

percakapan mereka. Ketertarikan dalam istilah yang luas

dan juga mencakup beberapa karakteristik seperti

charisma, kredibilitas dsb.

Menurut Giles dan Smith (1979) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi ketertarikan kita pada orang

lain; misal: kemungkinan adanya interaksi berikutnya

denga pendengar, kemampuan pembicara untuk

berkomunikasi, perbedaan status yang dimiliki masing-

masing komunikator. Apabila mereka memiliki

keyakinan, perilaku, kepribadian yang sama maka akan

7 Charles R. Berger, Michael E. Roloff dan David R. Roskos, , terj. Derta Sri

Widowatie, The Handbook of communication science, (Bandung: Nusa Media, 2014),

h.133.

Page 40: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

29

menyebabkan ketertarikan dan sangat memungkinkan

untuk terjadinya sebuah konvergensi.8

b) Divergensi/Hiduplah Perbedaan

Divergensi sangat berbeda dengan konvergensi.

Alih-alih menyamakan, Divergensi malah menunjukkan

tidak adanya usaha untuk menunjukkan persamaan antara

para pembicara. Divergensi tidak bisa diartikan sebagai

tanda adanya ketidaksepakatan, hanya saja orang-orang

memutuskan untuk mendisasosiasikan diri mereka

dengan berbagai macam alasan tertentu. Kasarnya, bisa

dikatakan sebagai suatu kesengajaan untuk membedakan

diri dengan lawan bicaranya dengan alasan tertentu.

Divergensi berbeda dengan kovergensi. Apabila

konvergensi adalah strategi bagaimana dia dapat

beradaptasi dengan orang lain. Divergensi adalah ketika

dimana tidak adanya usaha dari para pembicara untuk

menunjukan persamaan diantara mereka. Atau tidak ada

kekhawatiran apabila mereka tidak mengakomodasi satu

sama lain.

Tetapi, perlu adanya perhatian bahwa, divergensi

bukanlah dalam pengertian bahwa tidak adanya

kepedulian ataupun respons terhadap komunikator lain.

Melainkan, mereka memutuskan untuk mendisosiasikan

diri mereka terhadap komunikator lain dengan alasan-

8 Dr. Suheri, M. I Kom. 2019. "Akomodasi Komunikasi" Jurnal: Network

Media Vol: 2 No. 1, Hal 43

Page 41: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

30

alasan tertentu.

Beberapa alasan pun bervariasi, apabila dari

komunitas budaya maka mereka beralasan ingin

mempertahankan identitas sosial, kebanggaan budaya

ataupun keunikannya. Adapun yang kedua, mereka

melakukan divergensi karena alasan kekuasaan dan juga

perbedaan peranan dalam percakapan. Kemudian yang

terakhir ini adalah alasan yang jarang digunakan , ialah

apabila lawan bicara adalah orang yang tidak diinginkan

oleh komunikator. Karena dianggap ada sikap-sikap yang

tidak menyenangkan ataupun berpenampilan buruk.

Jadi, divergensi disini adalah strategi untuk

memberitahukan akan keberadaan mereka dan juga ingin

mempertahankannya, karena alasan tertentu. Tanpa

mengkhawatirkan akan akomodasi komunikasi antara

dua komunikator untuk memperbaiki percakapan.

c) Akomodasi Berlebihan

Pilihan terakhir adalah akomodasi berlebihan.

Akomodasi berlebihan adalah “label yang diberikan

kepada pembicara yang dianggap pendengar terlalu

berlebihan.9 Akomodasi berlebihan terjadi ketika

pembicara beradaptasi secara berlebih pada lawan

bicaranya yang dianggap terbatas dalam hal tertentu.

9 West, Richard dan Turner, Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi (Introducing Communication Theory: Analysis and Application), (Jakarta:

Salemba Humanika,2009), h. 227.

Page 42: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

31

Akomodasi berlebihan menimbulkan miskomunikasi.

Walaupun pembicara jelas-jelas berniat menunjukan rasa

hormat, pendengar mengaggapnya sebagai hal yang

tidak menyenangkan dan tidak menghargai dirinya.

Akomodasi berlebihan biasanya menyebabkan

pendengar untuk mempersepsikan diri mereka tidak

setara. Terdapat dampak yang serius dari akomodasi

berlebihan, termasuk kehilangan motivasi untuk

mempelajari bahasa lebih jauh, menghindari percakapan,

dan membentuk sikap negative terhadap pembicara dan

juga masyarakat. Jika salah satu tujuan komunikasi

adalah mencapai makna yang dimaksudkan, akomodasi

berlebihan merupakan penghalang utama bagi tujuan

tersebut.

Konvergensi adakalanya disukai dan mendapat

apresiasi atau sebaliknya. Orang cenderung memberikan

respon positif kepada orang lain yang berusaha mengikuti

atau menirunya, tetapi orang tidak menyukai terlalu

banyak konvergensi. Khususnya jika hal itu tidak sesuai

atau tidak pantas justru akan menimbulkan masalah.

Misal, ketika seseorang berbicara lambat tetapi keras

kepada seorang buta atau seorang perawat tang berbicara

dengan pasien berusia lanjut dengan meniru suara bayi

(semacam sindiran karena orangtua lanjut dianggap

seperti bayi).

Contoh lainnya, seorang etnis Batak yang pindah

menetap di Yogyakarta. Di Yogyakarta notabenenya

Page 43: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

32

mayoritas adalah etnis Jawa, saat berinteraksi dengan

etnis Jawa, etnis Batak berusaha untuk mengikuti bahasa

dan logat Jawa. Logat etnis Batak yang sangat khas,

terkadang dianggap bahan bercandaan, melecehkan dan

merendahkan etnis Jawa.

Orang akan cenderung menghargai konvergensi

yang dilakukan secara tepat, bermaksud baik dan sesuai

dengan situasi yang ada, namun orang tidak suka atau

bahkan tersinggung jika konvergensi itu tidak dilakukan

secara patut.10

4. Kritik Teori

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, teori ini berfokus

pada percakapan yang dilakukan dalam kehidupan dan pegaruh

yang dimiliki oleh komunikasi budaya terhadap percakapan

tersebut.Untuk memahami teori ini sebaga disiplin ilmu, teori ini

dievaluasi menggunakan kriteria heurisme dan kemungkinan

pengujian. Teori ini sangat kaya akan nilai heuristik.

Teori ini telah digunakan dalam beberapa kajian yang

berbeda. Seperti, dalam komunikasi massa, keluarga, dengan

kaum lansia, dalam pekerjaan, wawancara, bahkan dalam pesan

yag diterima dalam mesin penerima pesan telepon. Maka tak

diragukan bahwa teori ini heuristik dan memiliki nilai keilmuan

yang bertahan. Dari analisa yang dikemukakan diatas maka

fungsi teori Akomodasi Komunikasi dapat dikemukakan sebagai

berikut :

10 Morissan, Teori Komunikasi Organisasi, (Bogor: Ghalia Indonesia,2009),

H. 135.

Page 44: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

33

a) Fungsi Menjelaskan

Teori ini menjelaskan tentang kemampuan untuk

menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku

seseorang dalam responnya terhadap orang lain.

Akomodasi biasanya dilakukan secara tidak sadar. Kita

cenderung memiliki naskah kognitif internal yang kita

gunakan ketika kita berbicara dengan orang lain.

b) Fungsi Meramalkan

Teori ini meramalkan bahwa seseorang

menyesuaikan komunikasi mereka dengan orang lain.

Teori ini berpijak pada premis bahwa ketika seseorang

berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola

vocal, dan atau tindak tanduk mereka untuk

mengakomodasi orang lain.

c) Fungsi Memberikan

Pandangan Teori akomodasi komunikasi menurut

pandangan Howard Giles dan koleganya, berkaitan

dengan penyesuaian interpersonal dalam interaksi

komunikasi. Hal ini didasarkan pada observasi bahwa

komunikator sering kelihatan menirukan perilaku satu

sama lain

d) Fungsi Memberikan Strategi

Teori akomodasi komunikasi memberikan

strategi tentang konflik yang rasional meskipun

mengakui adanya konflik antara komunikator.Teori ini

telah mengabaikan kemungkinan sisi gelap dari

komunikasi.Misalnya, bagaimana ketika seseorang

Page 45: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

34

terlibat dalam konflik dengan orang yang tidak memiliki

akal sehat, maka teori ini tidak bisa digunakan.

B. Komunikasi Antar Budaya

1. Konsep Dasar Komunikasi Antar Budaya

Secara bahasa komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu

communico yang berarti membagi. Membagi dalam hal ini

adalah membagi dalam hal gagasan dan ide atau pikiran antara

satu orang dengan orang lain. Selain communico, komunikasi

juga berasal dari akar kata communis dalam bahasa Latin juga

berarti menyamakan, menjadikan sama, antara satu orang dengan

orang lain. 11

Menurut Andi Faisal Bakti, bahwa komunikasi itu

kuncinya adalah pemaknaan pada negosiasi karena dengan

adanya pemaknaan dan negosiasi ini dapat menyatukan ratusan

kelompok etnis, bahasa, dan budaya, serta belasan bekas kerajaan

yang dipisahkan dengan laut besar atau pegunungan sehingga

dapat berada pada satu bendera dan satu Negara.12

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan

ekspektasi, persepsi, tindakan dan penafsiran.13 Maksudnya

adalah ketika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita

11 Wilbur Schramm, the process and Effects of Mass Communication,

(University Of Illinois Press Urbana, 1995), h. 2. 12 Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in

Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global Development Program, h.

118. 13 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2003), h. 7.

Page 46: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

35

dan orang yang menjadi komunikan kita menafsirkan pesan yang

diterima baik berupa pesan verbal maupun non verbal dengan

standar penafsiran dari budayanya sendiri. Kita pun dalam

memaknai dan menyandikan tanda atau lambang yang kita

jadikan pesan menggunakan standar budaya yang kita punyai.

Pada dasarnya komunikasi antar budaya adalah komunikasi

biasa, yang menjadi perbedaannya adalah orang-orang yang

terlibat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam hal latar

belakang budayanya. Ada banyak pengertian yang diberikan

para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi antar

budaya, di antaranya adalah :

a) Menurut Aloweri, Andrea L. Rich dab Dennis M. Ogawa

sebagaimana dikutip oleh Armawati Arbi, komunikasi

antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang

berbeda kebudayaanya. Misalnya antara suku bangsa,

etnik, ras dan kelas sosial.14

b) Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss mendefinisikan

komunikasi antar budaya sebagai komunikasi antara

orang-orang yang berbdea budaya (baik dalam arti ras,

etnik atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).15

c) Samovar dalam buku "Intercultural communication: A

Reader" juga menyatakan bahwa komunikasi antar budaya

14 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 2003), h.

182. 15 Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss, Human Communication konteks-konteks

komunikasi antar budaya, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya buku ke-2, 2001), h.

182.

Page 47: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

36

(intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan

(message) yang harus dimengerti, dihasilkan oleh anggota

dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya

yang lain16

Dari beberapa definisi yang penulis kutipkan tadi.

Penulis berkesimpulan bahwa komunikasi antar budaya dapat

diartikan sebagai komunikasi yang terjadi di antara orang-

orang yang memilki latar belakang budaya yang berbeda. Jadi

untuk mengatakan bahwa dua orang berkomunikasi secara efektif

maka keduanya harus meraih makna yang relatif sama dari pesan

yang dikirim dan diterima (mereka menginterpretasikan pesan

secara sama). Sedangkan komunikasi yang tidak efektif dapat

terjadi karena berbagai alasan ketika kita berkomunikasi dengan

orang lain.

Komunikasi yang berjalan dengan baik menjadi suatu

tantangan dalam berlangsungnya KAB. Ketika makna dan

pemahaman sama sekali berbeda, maka pesan yang di sampaikan

bisa saja tidak sampai atau menjadi berbeda maksudnya. Fisher

berpendapat, untuk mengatakan bahwa makna dalam komunikasi

tidak pernah secara total sama untuk semua komunikator, adalah

dengan tidak mengatakan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang

tak mungkin atau bahkan sulit tapi karena komunikasi tidak

16 Samovar, Larry A. dan Richard Porter, Intercultural Communication. A

Reader. 7th ed, (New York: International Thomson Publ, 1994), h. 19

Page 48: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

37

sempurna.17 Jadi untuk mengatakan bahwa dua orang

berkomunikasi secara efektif maka keduanya harus meraih

makna yang relatif sama dari pesan yang dikirim dan diterima

(mereka menginterpretasikan pesan secara sama). Sedangkan

komunikasi yang tidak efektif dapat terjadi karena berbagai

alasan ketika kita berkomunikasi dengan orang lain.

2. Elemen-elemen dalam komunikasi antar budaya

Menurut Samovar & Porter terdapat tiga elemen penting

dalam komunikasi antar budaya, ketiga elemen tersebut yaitu:18

a) Persepsi

Persepsi adalah di mana individu menyeleksi,

mengevaluasi, dan merangkai stimuli dari luar diri

individu. Adapun persepsi kultural dipengaruhi oleh

kepercayaan, nilai dan system yang mengatur individu.

b) Proses verbal

Proses verbal mengarah kepada bagaimana kita

berbicara kepada orang lain melalui kata-kata dan juga

proses berfikir dalam diri (komunikasi interpersonal)

c) Proses Non-Verbal

Proses nonverbal mengarah pada pengguna tanda-

tanda nonverbal seperti bahasa tubuh, nada suara, ekpresi

dan jarak fisik ketika berkomunikasi. Tanda-tanda

komunikasi non-verbal berbeda maknanya sesuai dengan

17 Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2003). Communicating With Strangers.

(New York: McGraw-Hill, 2003). h 269-270. 18 Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, Communication Between

Culture. Belmont (California: Wadsworth, 1991), h. 96.

Page 49: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

38

budaya yang berbeda melatarbelakanginya.

3. Hambatan-hambatan Komunikasi Antar Budaya

Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai

communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi

penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif.19 Contoh

dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan

kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai

arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang

anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya

berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami

mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi

(communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.

LaRay M. Barna mengembangkan enam hambatan

komunikasi antarbudaya yang disebutnya sebagai The Six

Stumbling Blocks. Hambatan-hambatan tersebut antara lain

asumsi persamaan, perbedaan bahasa, misinterpretasi nonverbal,

stereotip dan prasangka, etnosentrisme dan kecemasan yang

tinggi :20

a) Andaian kesamaan

Kesalahpahaman dapat muncul karena kita sering

berpikir bahwa ada kesamaan di antara setiap manusia di

seluruh dunia yang dapat membuat proses berkomunikasi

19 Chaney, D. Life Style, Sebuah Pengantar Komprehensif, (Yogyakarta:

Jalasutra,2004), h. 11. 20 LaRay M. Barna, Stumbling Blocks in Intercultural Communication,

(http://archive.aacu.org/summerinstitutes/igea/documents/Allresources_000.pdf, 2 Juli

2018)

Page 50: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

39

menjadi mudah. Padahal kenyataannya, bentuk-bentuk

adaptasi terhadap kebutuhan baik biologis maupun sosial

serta nilainilai, kepercayaan, dan sikap di sekeliling kita

adalah sangat berbeda antara budaya satu dengan yang lain.

Oleh karena tidak adanya satu tolok ukur yang dapat

digunakan sebagai acuan untuk pemahaman tersebut, maka

sebaiknya setiap pertemuan antarbudaya kita perlakukan

secara khusus dengan cara mencari tahu perihal apa saja

yang berhubung kait dengan makna-makna persepsi dan

komunikasi yang dipegang oleh kelompok budaya yang kita

hadapi.

b) Perbedaan bahasa

Permasalahan dalam penggunaan bahasa adalah apabila

seseorang hanya memperhatikan satu makna saja dari satu

kata atau frasa yang ada pada bahasa baru, tanpa

mempedulikan konotasi atau konteksnya.

c) Kesalahan interpretasi nonverbal

Orang-orang dari budaya yang berbeda mendiami realitas

sensori yang berbeda pula. Mereka melihat, mendengar, dan

merasakan hanya pada apa yang dianggap bermakna bagi

mereka.

d) Stereotip dan Prasangka

Stereotip merupakan penghalang dalam komunikasi

sebab dapat mempengaruhi cara pandang yang objektif

terhadap suatu stimulus. Stereotip muncul karena ia telah

ditanamkan dengan kuat sebagai mitos atau kebenaran sejati

oleh kebudayaan seseorang dan terkadang merasionalkan

Page 51: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

40

prasangka.

Prasangka adalah suatu istilah yang memiliki banyak

makna. Namun dalam komunikasi antarbudaya, prasangka

mengacu pada sikap permusuhan yang ditujukan kepada

suatu kelompok lain yang berbeda budaya dengan dugaan

dasar bahwa kelompok tersebut memiliki ciri yang tidak

menyenangkan. Prasangka disebabkan karena kurangnya

dasar pengetahuan, pengalaman dan bukti terhadap orang

atau kelompok lain.21

e) Kecenderungan untuk menghakimi/menilai

Faktor penghalang lainnya untuk memahami orang-orang

yang berbeda budaya adalah kecenderungan untuk

menghakimi, untuk menerima, atau menolak pernyataan dan

tindakan dari orang atau kelompok lain, sebelum memahami

pikiran dan perasaan yang disampaikan oleh orang itu sesuai

sudut pandangnya.

f) Kecemasan tinggi

Untuk dapat disebutkan sebagai orang yang cakap atau

kompeten dalam berkomunikasi antarbudaya, seseorang

harus mampu mengatasi berbagai masalah yang ada,

termasuk rasa khawatir atau cemas ketika berinteraksi

dengan individu dari budaya yang berbeda.

Gegar budaya atau culture shock merupakan salah satu

contoh adanya kecemasan dalam komunikasi antar budaya.

Gegar budaya akan dialami oleh seseorang saat dirinya

21 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi Edisi Revisi, (Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi, 2004), h. 155-156.

Page 52: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

41

berada di lingkungan yang bukan lingkungan asalnya atau

berada di lingkungan budaya yang memiliki nilai budaya

yang berbeda dari lingkungan asalnya. Gegar budaya terjadi

karena munculnya kecemasan akan hilangnya tanda-tanda

yang dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Gegar

budaya juga terjadi jika diharuskan berkomunikasi dengan

orang dari kelompok budaya lain.22

Secara fisik, gegar budaya biasa ditandai dengan

munculnya depresi, pusing dan mual, emosi yang mudah

memuncak, memusuhi lingkungan baru, merasa kehilangan

pengaruh dan status dalam kelompok, dan masih banyak

lagi. Reaksi ini bermacam-macam dan bisa berbeda dari

masing-masing orang yang mengalami. Reaksi ini dapat

menghambat lancarnya proses komunikasi antarbudaya.

Walaupun secara garis besar gegar budaya memiliki

dampak negatif, tetapi ada dampak positif yang bisa dilihat.

Dengan mengalami gegar budaya, seseorang memiliki

kesempatan untuk mempelajari lingkungan budaya yang

baru dan mempelajari diri sendiri agar dapat beradaptasi

dengan baik.

4. Adaptasi Budaya

Ting-Toomey memaparkan secara gamblang bahwa suatu

proses adaptasi menghadirkan sebuah tantangan dan perubahan

bagi individu yang mengalami. Tantangan tersebut meliputi

22 Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R. McDaniel,

Intercultural Communication: A Reader, Thirteenth Edition, (Boston: Cengage

Learning, 2012), h. 88.

Page 53: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

42

adanya suatu perbedaan keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma-

norma antara daerah asal dengan budaya setempat (tempat baru),

kemudian terjadinya suatu kehilangan gambaran-gambaran

budaya asal serta simbol-simbol yang biasanya familiar

disaksikan menjadi hilang.23

Young Y.Kim, menguraikan dan menggambarkan langkah-

langkah dalam proses pengadaptasian sebuah budaya. Secara

umum ada empat fase. Berikut penjelasan singkat mengenai fase-

fase dalam proses pengadaptasian budaya:24

a) Fase Honeymoon

Fase ini dimana seseorang telah berada dilingkungan

baru, menyesuaikan diri dengan budaya baru dan

lingkungan. Tahap ini adalah tahap dimana seseorang masih

memiliki semangat dan rasa penasaran yang tinggi serta

menggebu-gebu dengan suasana baru yang akan dijalani.

Individu tersebut mungkin tetap akan merasa asing, kangen

rumah dan merasa sendiri namun masih terlena dengan

keramahan penduduk lokal terhadap orang asing.

b) Fase Frustation

Fase ini adalah tahap dimana rasa semangat dan

penasaran yang menggebu-gebu tersebut berubah menjadi

rasa frustasi, jengkel dan tidak mampu berbuat apa-apa

karena realita yang sebenarnya tidak sesuai dengan ekspetasi

23 Ting-Toomey, Stella. Communicating Across Culture. (New York : The

Guilford Publications, 1999), h. 233. 24 Ruben Brent D dan Lea P Stewart, Communication and Human Behavior,

(United States: Allyn and Bacon, 2006), h. 342.

Page 54: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

43

yang di miliki pada awal tahapan.

c) Fase Readjustment

Tahap ini adalah tahap penyesuaian kembali dimana

seseorang akan mulai untuk mengembangkan berbagai

macam cara untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang

ada. Seseorang mulai menyelesaikan krisis yang dialami di

fase frustation. Penyelesaian ini ditandai dengan proses

penyesuaian ulang dari seseorang untuk mencari cara, seperti

mempelajari bahasa, dan budaya setempat.

d) Fase Resolution

Fase yang terakhir dari proses adaptasi budaya berupa

jalan akhir yang diambil seseorang sebagai jalan keluar dari

ketidaknyamanan yang dirasakannya. Dalam tahap ini ada

beberapa hal yang dapat dijadikan pilihan oleh orang

tersebut, seperti:

i. Flight, yaitu ketika seseorang tidak tahan dengan

lingkungannya dan merasa tidak dapat melakukan

usaha untuk beradaptasi yang lebih dari apa yang telah

dia lakukan.

ii. Fight, yaitu orang yang masuk pada lingkungan dan

kebudayaan baru dan dia sebenarnya merasa tidak

nyaman, namun dia berusaha untuk tetap bertahan dan

berusaha menghadapi segala hal yang membuat dia

merasa tidak nyaman.

iii. Accomodation, yaitu tahapan dimana seseorang

mencoba untuk menikmati apa yang ada di

lingkungannya yang baru, awalnya mungkin orang

Page 55: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

44

tersebut merasa tidak nyaman, namun dia sadar bahwa

memasuki budaya baru memang akan menimbulkan

sedikit ketegangan, maka dia pun berusaha

berkompromi dengan keadaan, baik eksternal maupun

internal dirinya.

iv. Full participation, yaitu ketika seseorang sudah mulai

merasa nyaman dengan lingkungan dan budaya

barunya. Tidak ada lagi rasa khawatir, cemas,

ketidaknyamanan, dan bisa mengatasi rasa frustasi

yang dialami dahulu.

Ketika seseorang jauh dari rumah, jauh dari tempat yang

selama ini dianggap sebagai “rumah”, jauh dari lingkungan

tempat dia tumbuh besar, dan jauh dari kebiasaan- kebiasaan

yang selalu dia lakukan, orang tersebut mau tidak mau akan,

sadar atau tidak, akan mempelajari hal-hal yang baru untuk bisa

bertahan hidup. Ketika seseorang akan jauh dari zona nyamannya

untuk waktu yang lama, contohnya kuliah, maka akan terjadi

transfer-transfer nilai yang biasa kita sebut dengan adaptasi

budaya.25

Karena kita biasa sangat mudah dan langsung saja

beradaptasi dengan budaya kita sendiri, biasanya akan menjadi

sangat susah dan tertakan untuk menyesuaikan ulang dengan

kondisi yang lain. kondisi di sini juga bisa diartikan sebagai

situasi yang baru, misalnya baru menikah, bercerai dan lain-lain.

Begitu juga dengan penyesuaian budaya, juga sulit untuk

25 Ruben Brent D dan Lea P Stewart, Communication and Human Behavior.

(United States: Allyn and Bacon, 2006), h. 340.

Page 56: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

45

dilakukan. Adaptasi budaya juga di sebut sebagai proses jangka

panjang untuk melakukan penyelarasan dan akhirnya merasa

nyaman dengan lingkungan baru.

Page 57: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

46

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Pulau Sumatra

Pulau Sumatera biasa juga dikenal dengan sebutan pulau

Andalas. Dalam Bahasa Sansekerta, pulau Sumatera disebut

Suwarnadwipa yang berarti ‘Pulau Emas’. Memang tepat sekali

penamaan ini sebab Pulau Sumatera sangat kaya akan hasil alam.

Terletak di bagian barat gugusan Nusantara dengan posisi

koordinat 0°00 LU 102°00 BT. Pulau seluas 470.000 km² ini

merupakan pulau keenam terbesar di dunia.1

Mayoritas penduduk beragama Islam, Juga suku asli Pulau

Sumatera adalah Melayu. Suku Melayu memiliki keunikan

tersendiri dalam hal pernikahan, yaitu pengantin perempuan harus

‘dibeli’ oleh pengantin dan keluarga laki-laki. Besar nominalnya

tergantung pada tingkat pendidikan, strata sosial dan latar belakang

keluarga pihak perempuan.2

Pulau Sumatera terdiri atas 10 provinsi, diantaranya adalah:

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan ibukota

Banda Aceh, Provinsi Sumatera Utara dengan ibukota Medan,

Provinsi Sumatera Barat dengan ibukota Padang, Provinsi Riau

dengan ibukota Pekanbaru, Provinsi Kepulauan Riau dengan

1 Profil Pulau Sumatera. http://www.gosumatra.com/seputar-sumatera-

indonesia/ diakses pada 25 Desember 2015 pukul 21:40 WIB 2 Ibid

Page 58: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

47

ibukota Tanjung Pinang, Provinsi Jambi dengan ibukota Jambi,

Provinsi Sumatera Selatan dengan ibukota Palembang, Provinsi

Bangka Belitung dengan ibukota Pangkal Pinang, Provinsi

Bengkulu dengan ibukota Bengkulu, dan Provinsi Lampung

dengan ibukota Bandar Lampung. Kota Medan di Sumatera Utara

adalah kota terbesar di pulau Sumatera dengan luas 265,10 km².3

Dilihat dari banyaknya Provinsi di Pulau Sumatra, pastinya

karakteristik ataupun kebudayaannya tidak 100% sama, sehingga

setiap provinsi terkenal dengan cirikhas nya masing-masing, baik

itu diluar Sumatra, maupun di dalam Pulau Sumatra. Sehingga

muncullah beberapa cirikhas atau pandangan orang-orang terkait

karakter orang Sumatra di masing-masing Provinsi, yaitu sebagai

berikut :

1. Nanggroe Aceh Darussalam

Orang Aceh terkenal taat menjalankan agama dan

mempertahankan syariat agamanya. Orang Aceh menjunjung

tinggi kebebasan beragam ummat lainnya dan menghormati

pemeluk agama lainnya selama saling menghormati.

Selain sisi religius yang tinggi, masyarakat Aceh juga

dikenal sebagai etnis yang memiliki tingkat emosional (amarah)

yang meluap-luap. Orang Aceh walau tidak seluruhnya ya, pada

umumnya begitu sensitif dan Temperamen. Ada istilah siap

'membeli bila dijual.' Maksudnya, jika ada yang mencari ribut,

maka mereka siap meladeni. Bagi masyarakat Aceh Pidie dan

sekitarnya, karakter masyarakat Aceh dikenal sebagai sosok yang

3 Ibid

Page 59: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

48

perhitungan, khususnya jika menyangkut tentang 'uang'. Ini

dipengaruhi oleh jiwa dagang orang Aceh yang menjadikannya

mau tidak mau bersikap demikian agar memperoleh keuntungan

dari hasil dagangannya. Banyak kalangan yang menafsirkan

watak satu ini sebagai sifat 'hemat', namun tak jarang juga

diklaim sebagai sifat 'pelit'.4

Salah satu sifat unik orang Aceh yang tak kalah menarik

adalah jiwa perantaunya yang tinggi. Sebelum merantau biasanya

dibekali dengan tiga skill khusus, diantaranya pinter memasak,

atau pandai menjahit, serta berdagang. Bila memiliki salah satu

dari skill tersebut, maka orang tersebut dipercaya dapat bertahan

baik dimasa perantauaannya.

2. Sumatera Utara

Karakter orang Sumatera Utara adalah, mereka sangat

mendominasi. Ya, mereka sangat aktif dalam sebuah grup.

Mereka jarang mau mengalah ketika dalam obrolan atau diskusi.

Namun juga paling ringan tangan dibanding yang lain. Namun di

antara semua karakter ini, yang paling dikenal dari orang

Sumatera Utara adalah kebaikan mereka. Ya, mereka dikenal

sangat baik hati dan gampang menolong. Satu lagi, persaudaraan

orang-orang Medan juga sangat kuat terutama mereka yang

berada di perantauan.5

4https://www.fokusaceh.com/2020/06/5-sifat-umum-orang-aceh-yang-

paling.html Diakses pada 23 Juni 2020. 5https://www.google.com/amp/kissfmmedan.com/ciri-khas-orang-

medan/%3famp Diakses pada 4 Desember 2017

Page 60: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

49

Salah satu sifat orang Sumatra Utara terkenal dengan

wataknya yang keras sekuat baja. Bila ia sudah percaya terhadap

sesuatu, maka akan sulit digoda oleh siaapun itu. Sumatera Utara

juga terkenal dengan suku bataknya yang terkenal sebagai

pekerja keras, gigih dan ulet.

Orang Sumatera Utara memang terkenal dengan sifat

kerasnya. tidak peduli terhadap omongan orang lain. Tapi

sebenarnya itu hanyalah ciri khas dari Sumatera Utara itu sendiri

karena Sumatera Utara didominasi oleh Suku Batak dan Melayu,

di mana Batak memiliki sifat keras dan bervokal suara besar.

Kalau urusan logat dan intonasi, memang benar jika orang

Sumatera Utara berkarakteristik keras, tegas dan ceplas-ceplos.

Sehingga ketika kita melihat orang-orang Sumatera Utara

ngobrol satu sama lain terkesan mereka marah-marah, padahal

dari dulu kebiasaan mereka memang seperti itu.6

3. Sumatera Barat

Orang Sumatra barat atau sering dikenal Minang, tak

takut mendobrak zona nyamannya dan melakukan perubahan

untuk hidup yang lebih mapan. Karena itulah, mereka banyak

yang menjadi perantau, meski di kampung halamannya lebih

nyaman dan enak. Itulah sebabnya mereka tumbuh menjadi

pribadi yang berani mengambil risiko. Tentu saja dengan disertai

perhitungan yang matang.7

6 Ibid 7 Alhamdu. 2018. "Karakter Masyarakat Islam Melayu Palembang." Jurnal:

Psikologi Vol: 1 No. 1, hal 4

Page 61: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

50

Orang sumatera barat sangat peka terhadap “Malu”, harga

diri bagi mereka adalah segalanya. Saat merantau, apa pun

kesulitan yang dihadapi, bagaimanapun buruknya keadaan yang

di jalani, pantang mengadu ke kampung halaman, selama masih

bisa kaki melangkah, takkan pernah berbalik arah.

Di perantauan, orang padang sering dikatakan pelit oleh

orang-orang sekitar. Padahal mereka bukan pelit, cuma

perhitungan. Bagi mereka setiap uang yang dikeluarkan harus

jelas tujuan dan kegunaannya, selain karena hidup di perantauan

itu keras, mereka juga mengingat petuah ayah “kulimek sabalun

abih”, yang artinya, berhati-hatilah dalam mengeluarkan uang,

agar uang tidak habis untuk hal-hal yang tidak begitu penting.8

4. Riau

Orang Riau, dalam sehari-hari harus secara bersama-

sama mengiplementasikan budaya Melayu dalam kehidupan

sehari-hari. Orang riau terkenal dengan sifat pemalunya, UU.

Hamidy mengatakan "Orang melayu riau punya penampilan

pemalu, malu dipandang sebagai harga diri, kalau malu sudah

hilang hidup bisa seperti bidlnatang" bagi mereka sifat pemalu

menghasilkan tingkah laku yang terpelihara. Tingkah laku yang

terpelihara dimiliki orang riau menunjukkan bahwa orang itu

tidak mau berbuat semena-mena.9

8https://www.google.com/amp/s/www.kabarsumbar.com/berita/5-mitos-vs-

fakta-menarik-tentang-orang-minang/%3famp Diakses pada 14 Desember 2020 pukul

19. 36

9 UU. Hamidy, Orang melayu di riau, pekanbaru, 1995 hal 36

Page 62: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

51

Kebiasaan orang melayu riau menghindari pertengkaran,

mereka juga memiliki prinsip tidak boleh serakah, dan

menggunakan kekayaannya untuk kemakmuran bersama. Selain

itu orang riau memiliki pola hidup sederhana, dan tidak boros.

Prinsip orang Melayu Riau adalah hidup mandiri dan saling

membantu orang lain.

5. Jambi

Pengaruh budaya Melayu sangat terasa dalam budaya

Jambi. Hal ini disebabkan latar belakang sebagian besar suku asli

Jambi berasal dari suku bangsa Melayu. Mayoritas suku bangsa

Melayu menganut agama Islam. Oleh sebab itu, pengaruh budaya

Islam sangat terlihat pada kebudayaan suku-suku bangsa di

Jambi. Ada juga pengaruh agama-agama lain seperti Hindu dan

Buddha. Pemberian sesaji, membakar kemenyan, bentuk stupa

candi, dan berbagai bentuk upacara adat yang mempercayai

adanya dewa adalah bukti pengaruh tersebut. Khusus pada

masyarakat Kerinci, kebudayaannya dipengaruhi oleh budaya

Minangkabau.

Dari berbagai unsur inilah terbentuk kebudayaan Provinsi

Jambi yang khas dan unik. Kebudayaan ini bernilai seni tinggi.

Ada yang sudah terkenal sampai di luar Provinsi Jambi. Ada juga

yang masih tersimpan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena

itu, diperlukan kearifan tersendiri agar kebudayaan ini tidak

Page 63: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

52

hilang tergerus budaya asing yang belum tentu baik bagi

masyarakat Provinsi Jambi.10

6. Bengkulu.

Sifat orang bengkulu biasanya mau cepat dan ringkas.

Walaupun ada sistem yang mengatur harus prosedural,

bertingkat, maka orang itu akan berusaha melakukannya dengan

cepat dan ringkas. Meskipun dalam moment tertentu, ia akan

lamban dan bermalas-malasan dalam beraktivitas.

Penduduk asli daerah Bengkulu mudah menyesuaikan

diri dalam penggunaannya bahasa Indonesia. Di daerah

Bengkulu tidak mengenal kelas bahasa seperti di pulau Jawa.

Kehalusan bahasa diketahui pada irama bahasa dan penggunaan

kata-kata antara lain kata ganti diri. Hal buruknya orang bengkulu

biasa dikenal dengan pemalas, tapi pada kenyataannya orang

bengkulu bukan malas, mereka lebih cenderung mengambil

langkah yang lebih mudah dalam mengekpresikan diri.11

7. Sumatera Selatan

Jika pada umumnya orang akan langsung membuka diri,

lebih mudah akrab dan lebih terbuka menyambut kepada orang

yang baru-baru dikenalnya, berbeda dengan karakter yang

dimiliki orang Palembang. Ia cenderung membutuhkan proses

10https://www.senibudayaku.com/2018/05/mengenal-kebudayaan-daerah-

jambi.html?m=1# Diakses pada 12 Mei 2018

11 Drs. Hanafi dan M. lkram BA., Adat Istiadat Daerah Bengkulu, (Jakarta :

Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan, 1980), h. 45.

Page 64: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

53

dan selalu waspada serta berhati-hati terhadap orang baru.

Umumnya yang mereka lakukan pada hubungan awal adalah

memberikan kesan kaku. Hal ini mereka lakukan untuk

meningkatkan sifat waspada pada segala sesuatu hal buruk yang

kemungkinan terjadi. Orang Sumatera Selatan mempunyai jiwa

yang besar dan bersikap dewasa untuk menanggapi omongan

yang memicu konflik.12

Orang Sumatera Selatan juga, terdengar Galak dan Kasar

namun Berhati Tulus, Kata-katanya memang kadang terkesan

ketus dan terkesan sombong, namun percayalah itu hanya gaya

bahasanya saja yang sudah terbiasa dari lingkungannya.

Ngomongnya juga kencang, namun itu tidak menjukkan

kesombongan itu. Walaupun memiliki gaya Bahasa yang seperti

itu, namun sebenarnya mereka mempunyai hati yang sangat

tulus. Orang Palembang bahkan tak segan-segan untuk

melindungi siapa saja yang mendapat kejahatan dari orang lain.

Dan kamu akan tergila-gila karena dia akan siap melindungimu

dalam keadaan apa pun.13

8. Bangka Belitung

Pada umumnya orang-orang yang tinggal di Pulau

Bangka akan memiliki kendaraan sendiri, entah itu motor

ataupun mobil. tidak adanya angkutan umum yang bisa dinaiki

dengan mudah. Bangka belitung juga memiliki banyak tempat

12https://www.molzania.com/beberapa-ciri-khas-ini-hanya-dimiliki/

Diakses pada 15 Agustus 2017

13 Ibid

Page 65: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

54

yang cukup aman, terhindar dari pencurian, misalnya, jika ada

orang yang meninggalkan motor bersama helmnya, tanpa cemas

adanya kemalingan, itu menjadi hal lumrah disana. 14

Pada umumnya mereka ramah (seperti orang Indonesia

lainnya), dan mereka suka becanda ketika berbicara, terutama

sesama orang Bangka. Normalnya orang-orang di Bangka akan

berbicara dengan menggunakan bahasa Bangka dan juga bahasa

Khe untuk orang-orang chinese di sana. Bahasa Bangka itu

sebenarnya bahasanya merupakan campuran bahasa Indonesia

dengan sedikit bahasa Khe, tapi yang membuat unik adalah

intonasinya. Logat orang-orang Bangka ketika berbicara itu akan

sangat sulit dimengerti oleh orang Jakarta, kecuali kalau memang

mereka memelankan cara berbicaranya, atau berusaha

membuatnya jelas.15

9. Lampung

Keberanian yang pantang mundur sudah menjadi prinsip

hidup orang Lampung. Masyarakatnya mengenal paham “mak

nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador”, apapun

tantangannya akan dihadapi dengan berani pantang menyerah

dan mundur. Orang Lampung memiliki sifat yang khas,

keberanian mumpuni dan ketekunan yang tiada tanding. Hal itu

karena mereka dididik untuk memiliki cita-cita yang besar dan

pendirian yang teguh. Harga diri juga penting untuk

14https://www.google.com/amp/s/desmaster.wordpress.com/2015/08/03/yu

k-kita-ketahui-lebih-banyak-tentang-bangka/amp/ Diakses pada 03 Agustus 2015

15 Ibid

Page 66: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

55

dipertahankan, jika sudah memiliki keyakinan dan pendirian,

mereka akan memegangnya dengan teguh.16

Sangat sulit membujuknya, jika ingin melakukan sesuatu

yang bertentangan dengan keinginannya. Maka siap-siap dengan

debat alot yang ujung-ujungya kita yang mengalah. Namun,

mereka tidak akan melakukan itu jika tidak untuk kebaikanmu.

Lampung memiliki bahasa dan logat tersendiri, memang

saat ini tidak banyak yang menggunakannya. Sebagai gantinya,

penggunaan Bahasa Indonesia jauh lebih populer. penyebabnya

adalah Lampung banyak didatangi oleh perantau dari berbagai

daerah. Logat asli Lampung hampir mirip dengan Jakarta. Keras

dan bernada tinggi, jika kamu orang Jawa, pasti sering mengira

orang Lampung itu sedang marah-marah ketika ngobrol. Padahal,

menurutnya kata-kata yang terlontar itu biasa saja, nggak

bermaksud untuk marah.17

B. Data Jumlah Mahasiswa UIN Jakarta

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti pada tanggal

29 April 2021, di Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tercatat 12.960 mahasiswa aktif diluar Jabodetabek pada tahun

ajaran 2020/2021. Kemudian jumlah mahasiswa yang berasal dari

Pulau Sumatra, tercatat 2541 mahasiswa aktif UIN Syarif

16https://palangkanews.co.id/saat-digandeng-orang-lampung-pasti-kamu-

akan-merasakan-7-hal-ini/ Diakses pada 8 September 2020

17 Ibid

Page 67: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

56

Hidayatullah Jakarta tahun ajaran 2020/2021. Adapun data jumlah

mahasiswa Pulau Sumatra secara spesifik, yaitu sebagai berikut :18

Tabel 3.1

Data Jumlah Mahasiswa UIN Jakarta yang berasal dari masing-

masing Provinsi Sumatra pada tahun 2020/2021

NO PROVINSI JUMLAH

MAHASISWA

1 Nanggroe Aceh Darussalam 179

2 Sumatera Utara 491

3 Sumatera Barat 633

4 Riau 189

5 Kepulauan Riau 77

6 Jambi 169

7 Bengkulu 109

8 Sumatra Selatan 215

9 Bangka Belitung 85

10 Lampung 394

11 Jumlah 2541

C. Deskripsi Informan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan

cara mendatangi dan menanyai langsung kepada tiga informan yang

masih berada di Ciputat, kemudian peneliti juga mewawancarai

18 Data hasil survei langsung di Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan

Data UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 29 April 2021

Page 68: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

57

tujuh informan lainnya melalui video call googlemeet dan whatsapp,

mewawancarai mengenai hal-hal yang menjadi kepentingan dalam

penelitian. Dari pengumpulan data yang diperoleh penulis, informan

pada penelitian ini berjumlah 10 (sepuluh) orang mahasiswa aktif

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal dari Sumatra, terdiri

dari 2 (dua) orang semester 8 (delapan), 5 (lima) orang semester 6

(enam), dan 3 (tiga) orang semester 4 (empat).

Penelitian dilakukan melalui kegiatan wawancara yang

dimulai dari awal bulan Maret 2021 sampai awal bulan Juli 2021.

Penulis melakukan pendekatan terlebih dahulu pada para informan,

setelah itu penulis melakukan wawancara secara langsung dan

melalui video call pada informan. Wawancara dilakukan dengan

menggunakan alat bantu penelitian yaitu perekam suara handphone

untuk mempermudah penulis dalam pengelolahan data. Adapun

deksripsi singkat terkait informan, sebagi berikut :

1. Informan 1 - Nur Fithri Qomariah Rambe (Sumatera Utara)

Nur Fithri Qomariah Rambe atau biasa dipanggil Rambe

ini lahir pada tanggal 7 Januari 2001 sekrnang berusia 20 Tahin

dan merupakan Mahasiswi yang berasal dari Sumatera Utara

tepatnya di Padang Lawas, Hutaraja Tinggi, Sumatera Utara. Ia

merupakan Mahasiswi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di

Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora

yang sekarang berada di semester 4. Rambe juga aktif dalam

kegiatan berorganisasi, ia mengikuti kegiatan organisasi HMPS

BSA, HMI, dan juga BSA Mengajar. Orangtua nya sangat

mendukung dia untuk melanjutkan pendidikan di luar

Provinsinya dan juga UIN Jakarta merupakan universitas yang

Page 69: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

58

diinginkan orangtua rambe untuk anaknya melanjutkan

pendidikan tinggi.

2. Informan 2 - Meyla Rehulina Boru Sitepu (Bangka Belitung)

Gadis yang bernama lengkap Meyla Rehulina Boru

Sitepu ini merupakan gadis yang berasal dari Provinsi Bangka

Belitung, Tanjungpandan ini lahir pada tanggal 15 September

2001 di Tanjungpandan yang sekarang berusia 19 tahun.

Sekarang dia berada di Semester 4 jurusan Kesejahteraan Sosial

Fakultus Ilmu Dakwah dan ilmu Komunikasi, ia merupakan

anggota aktif di UKM LDK Fidikom.

Saat penulis bertanya apa saja yang membuatnya kurang

nyaman selama merantau, dia berkata kalau dia harus berhati-hati

dalam menjaga barang karna trauma pernah kejadian kemalingan

handphone di masjid UIN, ia mengatakan kalau di Bangka

Belitung jarang adanya kejadian kriminal, dan kebiasaan yang di

bangka akhirnya kebawa di Jakarta sehingga setelah kejadian

tersebut, dia merasa harus sangat berhati-hati. Peremouan ini

juga mengatakan kalau pada awalnya dia sering diejek oleh

teman-teman kelasnya karena lebih sering ngomong

menggunakan bahasa melayu.

3. Informan 3 - Ilham Anugrah (Sumatra Selatan)

Ilham Anugrah merupakan Mahasiswa yang berasal dari

Palembang, ia lahir pada tanggal 12 Mei 1999 di Pagar Alam.

Mahasiswa ini sekarang berada di semester 4 dan memilih

jurusan Fisika Fakultas Sains dan Teknologi sebagai ilmu yang

ingin dia perdalami. Mahasiswa ini juga merupakan anggota

tetap UKM Bahasa- FLAT UIN Jakarta. Pada awalnya iya selalu

Page 70: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

59

diingatkan dengan temannya di kampus tentang cara berbicara

dia, teman-teman nya selalu menganggap jika dia berbicara

terlihat marah-marah atau emosi sedangkan dia merasa tidak

marah-marah, karena dominan masyarakat di Palembang cara

berbicaranya memang terlihat tegas.

4. Informan 4 – Bismiyati (Sumatra Barat)

Bismiyati yang sering dipanggil dengan sebutan Bismi

ini, Lahir di Bekasi pada tanggal 21 Juni 2000, sekarang ia

menginjak usia 21 tahun dan masih berada di semester 6, Jurusan

Manajemen Pendidikan Fakultus Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Gadis ini merupakan orang Minang yang pernah tinggal di

Jakarta saat dia masih kecil, dia berfikir walaupun pernah hidup

kecilnnya di Jakarta kemudian pindah ke Padang saat usianya 10

tahun.

Baru kembali lagi ke Jakarta pada tahun 2018, dengan

tujuan melanjutkan pendidikan tingginya, ia tetap merasa bahwa

dirinya anak rantau karena ini merupakan, pertama kalinya dia

hidup tanpa orangtua dan juga dia ngerasa sudah berubah

lingkungan Jakarta dengan saat dia masih kecil. Pada awalnya dia

kesulitan dalam segi ekonomi sehingga dia harus bersusah payah

mencari beasiswa untuk mengatasi kendala ekonominya tersebut,

dan sekarang dia salah satu mahasiswi yang menerima Beasiswa

Generasi Baru Indonesia yang merupakan komunitas penerima

beasiswa Bank Indonesia.

5. Informan 5 - Mifta Dwi Kardo (Sumatra Selatan)

Mifta Dwi Kardo menjadi informan selanjutnya yang bisa

membantu penelitian penulis, pria ini sering dipanggil sama

Page 71: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

60

teman-teman nya mifta. Dia berasal dari Palembang tepatnya di

Terusan Kabupaten Musi Rawas Utara, ia sekarang berusia 20

tahun dan merupakan mahasiswa angkatan 18 di jurusan

Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan.

Pria ini lahir di Terusan Palembang pada tanggal 14

Maret 2001 dan aktif dalam berorganisasi di UKM Bahasa-FLAT

UIN Jakarta dan juga IMDAR. Pria ini bercerita bahwa ini jadi

pertama kalinya dia hidup di lingkungan baru atau diluar

Palembang, dia merasa cukup sulit menyesuaikan dirinya di

Jakarta maupun di kampus sehingga dia butuh 1 tahun untuk bisa

berabdasi dengan baik di Jakarta.

6. Informan 6 - Dwi aryani (Sumatra Barat)

Dwi aryani atau sering dipanggil Ani ini, lahir pada

tanggal 06 Juli 2000. Iya bertempat tinggal di Pekan Selasa, Pauh

Duo, Sumatera Barat. Perempuan ini merupakan mahasiswa aktif

semester 6 di jurusan Komunikasi Penyiran Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang sekarang berusia 1l21

tahun. Ia mengikuti Himpunan daerahnya yaitu KMM

(Komunitas Mahasiswa Minang di Ciputat). Saat di wawancarai,

ia bercerita kalau dia tidak terbiasa dan tidak suka sama temen-

temennya di kampus yang kalau ngomong itu kasar menurut dia,

tapi dianggap biasa sama temen-temen lainnya. Ia juga

mengungkapkan tidak terbiasa dengan pulang malam, kalau

ditempat tinggalnya tidak boleh ada Perempuan yang pulang

malam.

7. Informan 7 – Qothratinnada (Lampung)

Page 72: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

61

Informan selanjutnya bernama Qothratinnada atau biasa

dipanggil nada yang sekarang berusia 21 tahun, perempuan ini

berasal dari Lampung yang lahir pada tanggal 15 Januari 2000 di

Bandar Lampung. Ia sekarang masih aktif dalam perkuliahan dan

menduduki semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

tepatnya di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan angkatan 18. Nada meruoakan

mahasiswi asrama UIN Jakarta, ia memutuskan asrama karena

orangtuanya meminta dia untuk diasrama saja.

Pada awalnya dia sangat ngerasa cemas banget, dan

sering Homesick, juga belum bisa memanage uang dengan baik

di tempat dia yang baru, tapi seiring berjalannya waktu dia sudah

mulai terbiasa dan kadang terbawa dengan budaya yang ada di

lingkupannya merantau. Perembuan ini juga mengikuti

organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa

Inggris UIN Jakarta.

8. Informan 8 - Anisa Ulfadilla (Bengkulu)

Anisa Ulfadilla atau sering dikenal dengan sebutan saul,

lahir di Medan Jaya pada tanggal 26 Februari 1999. Ia merupakan

Mahasiswi yang berasal dari Sumatra tepatnya dari Bengkulu,

berusia 22 Tahun dan sekarang menduduki Semester 8 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia keterima di jurusan Komunikasi

Penyiran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Anisa

merupakan salah satu teman penulis yang aktif dalam

bersosialisasi, Anisa juga aktif dalam kegiatan organisasi, ia

mengikuti Komunitas Skateboard, Himamira dan Sanggar Tari

Seni pelangi selama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 73: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

62

9. Informan 9 - Hurul Asyifa (Nanggroe Aceh Darussalam)

Hurul Asyifa atau sering dipanggil syifa, terpilih oleh

penulis sebagai informan yang berasal dari Nanggroe Aceh

Darussalam. Perempuan ini lahir di Aceh besar pada tanggal 13

Mei 1999, ia sekarang berusia 21 Tahun dan merupakan

mahasiswa akhir yaitu semester 8 di jurusan pendidikan bahasa

inggris Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan angkatan 17.

Perempuan ini pertama kali merantau pada tahun 2017 dan pada

awalnya ia merasa malu saat berinteraksi dengan orang baru. Ia

juga aktif dalam kegiatan berorganisasi dengan mengikuti

organisasi PMII dan imapa.

10. Informan Pendukung – Sakbano (Lampung)

Sakbano adalah informan pendukung pada penelitian ini,

dimana bano merupakan ketua bidang infokom Himpunan

Mahasiswa Lampung 2020/2021. Bano juga merupakan salah

satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

mengambil jurusan PMI Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

yang berasal dari Provinsi Lampung. Pada penelitian ini Bano

menjawab pertanyaan penulis dengan sudut pandang sebagai

pengurus HML (Himpunan Mahasiswa Lampung)

Page 74: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

63

Tabel 3.2

Data singkat informan

NO. NAMA ASAL SEMESTER

1. Nur Fithri Q.R Medan 4

2. Meyla Rehulina B.S Bangka Belitung 4

3. Ilham Anugrah Palembang 4

4. Bismiyati Padang 6

5. Mifta Dwi Kardo Palembang 6

6. Dwi aryani Padang 6

7. Qothratinnada Lampung 6

8. Anisa Ulfadilla Bengkulu 8

9. Hurul Asyifa Aceh 8

Tabel 3.3

Data singkat informan Pendukung

NO. NAMA ASAL SEMESTER

1. Sakbano Lampung 6

Page 75: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

64

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Akomodasi Komunikasi Antar Budaya adalah judul dari

penelitian ini, penulis tertarik mengangkat judul ini dikarenakan

mengalami apa yang terjadi seperti apa yang dirasakan oleh beberapa

informan penelitian dalam menyikapi perbedaan dan kebiasaan di tempat

atau wilayah baru. Menyesuaikan diri di lingkungan baru adalah salah

satu hal yang mau tak mau harus kita lakukan demi kelangsungan hidup,

jika kita tidak bisa melakukannya maka berkomunikasi akan menjadi

sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin jika dalam berinteraksi kita tidak

menciptakan simbol atau makna yang sama dengan lawan bicara,

terutama jika kita memiliki latar belakang budaya yang berbeda.

Mahasiswa Sumatera sebelumnya memiliki faktor-faktor tertentu

yang mendorong mereka melakukan perantauan, di antaranya adalah

untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat meraih

cita-cita juga memiliki masa depan yang lebih cerah, hal ini membuat

mereka berusaha memilih kampus yang sesuai dengan minat mereka.

Seperti yang disampaikan oleh informan, sebagai berikut:

Informan 4 :

“UIN Jakarta itu kan kampus islam unggulan, yang bagus, terus favorit.

Secara kalau kampus bagus itu berarti punya fasilitas yang menunjang

perkuliahan itu bagus, soalnya pengen ngerasain juga gimanasih

fasilitas-fasilitas itu bisa digunain. Soalnya pas di MTS, sama MAN di

Page 76: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

65

kampung itu fasilitasnya itu gak ada, kayak kurang memadailah kak.”1

Informan 7 :

“Persepsinya diawal itu orang-orangnya itu kayaknya berintelek semua,

karena sempat liat juga di Google, cari-cari informasi banyak juga

lulusan yang udah berhasil gitu Kayak misalnya Ustadzah Oki Setiana

Dewi terus tuh Mama Dede, jadi persepsi awalnya itu kayak Universitas

yang Wah lah gitu karena udah mencetak orang-orang hebat.”2

Informan 8 :

‘Jurusannya sesuai yang saya minati, makanya saya memilih UIN.”3

Informan 9 :

“Aku 6 tahun sekalah Madrasah waktu itu aku berpikir aku masih

pengen kuliah yang mana lingkungannya itu masih islami, pas nyari

ternyata UIN Jakarta tuh menduduki peringkat pertama, kalau UIN ya

Universitas Islam terbaik di Indonesia.”4

Melakukan perantauan bukanlah suatu hal yang mudah

dikarenakan mahasiswa Sumatera diharuskan hidup mandiri tanpa ada

keluarga yang mendampingi, apalagi perantauan dilakukan ke luar pulau

1 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten 2 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet 3 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 4 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 77: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

66

yang jaraknya cukup jauh.

A. Akomodasi Komunikasi Yang Terjadi Pada Penyesuaian Diri

Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Akomodasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku seseorang

dalam responnya terhadap orang lain. Akomodasi biasanya

dilakukan secara tidak sadar.5 Akomodasi komunikasi dilakukan

untuk menyesuaikan sikap komunikasi, karena terkadang dalam

kegiatan sehari-hari saat kita berinteraksi atau berkomunikasi

terdapat perbedaan budaya yang muncul pada seseorang yaitu seperti

aksen kecepatan berbicara, norma keteraturan berbicara, intonasi

suara dan lainnya. Perbedaan tersebut relevan dengan apa yang

dialami oleh informan, sebagai berikut :

Informan 1 :

“Perbedaan yang pang paling menonjol adalah bahasa. Sehingga

gaya bahasa, intonasi bicara, bahasa slank atau dialek yang dipakai

itu sangat berbeda.”6

Informan 2 :

“Orang-orang disini ternyata kalau ngomong itu suka frontal, di

bangka rata-rata orangnya gak frontal kalau ngobrol, harus hati-

5 West Richard & Tunner Liynn H, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humnaika, 2007), h. 217. 6 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet

Page 78: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

67

hati banget kalau ngobrol biar gak ada yang tersinggung..”7

Informan 3 :

“Intonasi ya kak, soalnya temen-temen saya sering notice saya buat

kalau ngomong itu harus pelan-pelan jangan terlalu keras, padahal

saya ngomongnya ya biasa aja.”8

Informan 4 :

“Bismi cenderung ragu-ragu kalau mau berinteraksi takut salah

karna di lingkupan yang bedakan ya. Jadi suka mikir-mikir kalau

mau mulai obrolan duluan, ya lebih ke liat orangnya dulu aja sih

kak. Kalau menurut bismi tepat untuk disapa duluan bismi sapa.”9

Informan 5 :

“karena kurangnya info sih kak, kayak kalau kita mau ngomong

itukan biasanya ada topik percakapan dan biasanya biar enak

komunikasi harus saling tau terkait topik pembicaraannya kan. Nah

sedangkan orang-orang di UIN itu gak tau apa yang saya obrolin

mereka gak paham sama topik pembicaraan saya, saya juga kadang

gak paham sama percakapan mereka, akhirnya kalau ngobrol ya

7 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet 8 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet 9 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten

Page 79: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

68

saya sering ngangguk-ngangguk aja seolah-olah ngerti sama

percakapannya.”10

Informan 8 :

“Bahasa, tradisi, pola hidup dalam aktivitas keseharian, dan

kualitas pendidikan, serta bentuk interaksi sosialnya, ini kerasa

banget menurut aku perbedaannya.”11

Pengalaman terkait miss understanding nya kosakata yang memiliki

makna yang berbeda di pulau jawa ini juga pernah dialami oleh

informan 7&9 :

Informan 7 :

“Nada pernah ke fotocopyian terus nada udah ngasih uang,

ternyata masih ada kembaliannya nada bilang 'susuknya mana

bang’ abangnya kayak shock gitu, jadi kan budaya di Lampung gitu

susuk itu kan kembalian, tapi di daerah Jawa susuk itu maksudnya

ya ada ilmu hitam. nada juga nggak ngeh gitu jadi pas abangnya

kebingungan nada juga ikut kebingungan. Emang agak sulit

sebenarnya berkomunikasi banyak Miss understanding lah

10 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa asal

Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet 11 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp

Page 80: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

69

pokoknya banyak kata-kata yang agak gak sesuai sama kebiasaan

nada di Lampung.”12

Informan 9 :

“kalau di kelas tuh masih suka diejekin, karena aku panggilnya aku

atau enggak pakai nama itu tuh suka diejekin kayak dicie-ciein,

dianggapnya kalau disini pakai aku kamu tuh beberapa orang

nganggapnya nya buat seseorang yang spesial gitu, padahal di

tempat aku emang enggak gitu.”

“Sama ada satu kejadian kalo misalkan di Aceh kita nanya 'ini lucu

atau enggak?' artinya 'ini tuh aneh atau enggak', jadi teman aku

waktu itu yang orang sini pernah makai baju dan dia tuh nanya ke

aku ini lucu nggak sih karena aku mikirnya itu tuh aneh atau nggak,

jadinya aku jawabnya 'nggak lucu' jadi temen aku berkali-kali ganti

baju akhirnya aku nanya kenapa diganti terus, temen aku bilang

'kata kamu nggak lucu' terus aku bilang 'berarti bagus dong enggak

lucu, berarti enggak aneh' baru disitu kita ketawa dan Oh ternyata

emang salah paham, disini lucu itu dianggep bagus gitu bukan

aneh.”13

Dalam Teori Akomodasi Komunikasi, saat proses

komunikasi dan interaksi berlangsung satu sama lain, setiap individu

12 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet 13 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 81: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

70

berhak memiliki pilihan bagaimana mereka beradaptasi. Dimana

strategi adapatasi atau akomodasi komunikasi tersebut terdiri dari

tiga pilihan yaitu konvergensi, divergensi, dan akomodasi

berlebihan.14

d) Konvergensi

Konvergensi adalah proses adaptasi gaya komunikasi

agar menjadi lebih mirip dengan gaya komunikasi orang lain

atau kelompok.15 Sebagai contoh seorang etnis Batak yang

pindah merantau di Jakarta. Di Jakarta notabenenya mayoritas

adalah etnis Jawa, saat berinteraksi dengan etnis Jawa, etnis

Batak berusaha untuk mengikuti bahasa dan logat Jawa. Seperti

dari penuturan para informan yang mencoba menyesuaikan

dirinya di tempat mereka merantau dengan cara menyamakan diri

pada pergaulan tempat mereka merantau :

Informan 1 :

“Aku selalu berusaha menyesuaikan dengan lingkungan baru.

Seperti gaya bahasa, nada dan intonasi bicara, jadi karna

ditempat asalku mengggunakan Bahasa daerah, aku mencoba

belajar Bahasa Indonesia biar temanku di UIN mengerti yang

aku ucapkan. Sehingga ketika berinteraksi dan berkomunikasi

14 Morrisan & Wardhany Andy Corry, Teori Komunikasi, (Jakarta: Ghalia

Indonesia , 2009), h. 135. 15 Charles R. Berger, Michael E. Roloff dan David R. Roskos, , terj. Derta

Sri Widowatie, The Handbook of communication science, (Bandung: Nusa Media,

2014), h.133.

Page 82: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

71

dengan yang lainnya tidak merasa kesulitan lagi. ”16

Informan 5 :

“Awal-awal saya ngikut temen, tapi lama-lama saya nyadarin

diri saya sendiri supaya gak bergantung sama temen. Ya

memberanikan diri saya sendiri kak, dari segi mulai obrolan

duluan yang biasanya saya sulit buat memulai, nyesuain diri

sama lingkupan baru, saya belajar bahasa indonesia biar gak

ada salah-salah penyebutan, saya juga harus mahamin orang-

orang lainnya juga kalau mereka gak bisa seperti apa yang saya

mau, jadi ya mengerti lah kak..”17

Informan 7 :

“Yang paling nada rasain itu, kebawa kebiasaan pulang malem

yang dulunya nada risih kalau pulang malem, sekarang kalau

ada kegiatan organisasi yang di adain malem hari jadi ngikut gitu

kak, karna ngerasanya gak enak kalau pulang duluan, terus kalau

dari segi interaksi yang tadinya aku di Lampung gak terbiasa

ngomong Bahasa gaul kayak lu gue, karna ngeliat temen-temen

disini pake Bahasa gaul jadi aku mulai ngikutin.18

16 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet 17 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa

asal Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet 18 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet

Page 83: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

72

Informan 8 :

“Kitakan orang rantau, sebisa mungkin kita harus bisa

bersosialisasi atau beradaptasi, serta meminimalisir adanya

kesenjangan sosial di masyarakat, ranah pertemanan,

kehidupann kampus maupun organisasi agar hidup kita tidak

merasa tertekan, dan terganggu dalam rantauan kita saat ini.

Kalau saya pribadi ngerasa harus nyesuaian diri dari setiap

orang yang karakternya beda-beda, saya fikir saya gak boleh

egois gak mau nyesuaian sama kebiasaan temen-temen saya yang

di lingkungan tempat rantau.”19

Informan 9 :

“Kalau di Aceh tuh kurang sopan kalau berinteraksi santai sama

yang lebih tua, tapi kalau di sini tuh B aja gitu dan aku tuh bakal

mahamin itu nggak akan mempermasalahkan, malah aku kalau

ngomong sama senior sekarang lebih nyantai gak kaku kayak pas

di Aceh karna ngeliat temen-temen disini ngobrol sama senior

santay banget.”20

e) Divergensi

Divergensi adalah ketika dimana tidak adanya usaha dari

para pembicara untuk menunjukan persamaan diantara mereka.

Atau tidak ada kekhawatiran apabila mereka tidak

19 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 20 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 84: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

73

mengakomodasi satu sama lain. Beberapa alasan pun bervariasi,

apabila dari komunitas budaya maka mereka beralasan ingin

mempertahankan identitas sosial, kebanggaan budaya ataupun

keunikannya. Adapun yang kedua, mereka melakukan divergensi

karena alasan kekuasaan dan juga perbedaan peranan dalam

percakapan. Kemudian yang terakhir ini adalah alasan yang

jarang digunakan , ialah apabila lawan bicara adalah orang yang

tidak diinginkan oleh komunikator. Karena dianggap ada sikap-

sikap yang tidak menyenangkan ataupun berpenampilan buruk.

Hal ini didukung dengan argumen atau yang dialami para

informan penelitian :

Informan 4 :

“Walaupun di kampus rata-rata pada pake Bahasa gaul, bismi

tetep canggung buat ngikutinnya, ya jadi berusaha ngebedain diri

sendiri dengan gak ngikut ngomong Bahasa gaul, kalau temen-

temen bismi pake lo gue, dan karna bismi nggak terbiasa

ngomong lo gue jadinya lebih sering nyebut nama aja sama

kamu.”21

Informan 6 :

“Aku rasa, aku gak terbawa arus di lingkupan kampus ya kak, aku

masih nerapin kebiasaan aku di kampung. Kalau di kampuskan

pergaulannya bebas banget ada yang sering keluar malem,

21 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten

Page 85: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

74

terutama banyak banget temen-temen itu yang ngomong kasar

seolah-olah itu Bahasa gaul, nah hal itu gak terfikirkan sama aku

buat ngikutin kebiasaan-kebiassan mereka, aku bakal nyaman

sama kebiasaan yang aku terapin di kampung.”22

f) Akomodasi Berlebihan

Akomodasi berlebihan terjadi ketika pembicara

beradaptasi secara berlebih pada lawan bicaranya yang

dianggap terbatas dalam hal tertentu. Akomodasi berlebihan

menimbulkan miskomunikasi. Walaupun pembicara jelas-jelas

berniat menunjukan rasa hormat, pendengar mengaggapnya

sebagai hal yang tidak menyenangkan dan tidak menghargai

dirinya. Akomodasi berlebihan biasanya menyebabkan

pendengar untuk mempersepsikan diri mereka tidak setara.

Sebagai contoh, beberapa mahasiswa Sumatra ada yang

menggunakan Bahasa asli mereka atau intonasi berbicara dengan

porsi yang sangat berlebihan pada saat berkomunikasi dengan

mahasiswa lainnya. Mahasiswa yang memang berasal dari daerah

Pulau Jawa yang sama sekali tidak mengetahui Bahasa yang

dipakai hanya mampu menjawab seadanya, dengan mengira-

ngira apa yang sebenarnya dibicarakan oleh mahasiswa yang

berasal dari Sumatra tersebut.

Hal ini disebut berlebihan karena mahasiswa Sumatra

melihat respon ketidaktahuan oleh mahasiswa yang perasal dari

22 Wawancara bersama Dwi Aryani sebagai informan 6 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 26 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet

Page 86: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

75

pulau Jawa sedari awal,namun tetap saja meneruskan

pembicaraan menggunakan Bahasa yang dipakai mahasiswa

Sumatra tersebut. Seperti yang disampaikan oleh meyla yang

masih terbiasa memakai Bahasa daerahnya saat sedang

berkomunikasi dengan temannya :

Informan 2 :

“Karena di daerah berbicaranya Bahasa daerah jadi pas disini

aku berusaha belajar Bahasa Indonesia, terus meyla itu kalau

ngomong bahasa indonesia suka terbelit-belit kak, kadang-

kadang tuh gak sengaja nyampur bahasa indonesia sama bahasa

kampung, pernah sih kejadian beberapa kali, kayak temen pada

nanya maksudnya yang aku omongin itu apa, terus meyla itu suka

ngulang ngejelasinnya. Terlebih lagi temen-temen meyla pas

awal itu pada gak ngerti sama apa yang meyla omongin,

akhirnya mereka nanya “lu pake bahasa melayu ya? Bahasa

yang kayak upin ipin gitu”, jadi pas awal suka diejek gitu. Tapi

ya meyla iya iya aja ngeresponnya, dalem hati itu ngebatin mulu.

Nah itu jadi bikin meyla mikir, takutnya tuh orang-orang gak

bakal paham maksud meyla, jadi lebih sering banyak diemnnya

kan.”23

Begitu pula yang dialami oleh informan 3, iya terbiasa membawa

intonasi berbicaranya yang tegas ke ranah teman-temannya yang

berasal dari jawa, diapun berusaha menyesuaikan dirinya dengan

23 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet

Page 87: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

76

merendahkan intonasi bicaranya, tetapi tetap saja teman-

temannya menganggap dia berbicara terlalu kasar :

Informan 3 :

“Biasa saja sebenernya kak, cuman yang saya garis bawahi

orang-orang pada menganggap saya itu kalau ngomong sangat

ngegas dan temen-temen di UIN itu pasti selalu bilang kalau

ngomong jangan marah-marah. Soalnya kalau orang-orang di

daerah saya memang biasanya ngomongnya seperti itu nadanya

tegas, tapi ternyata orang di kampus berfikir saya kalau

ngomong suka marah-marah, padahal saya gak marah-marah.

Itu yang bener-bener saya rasain perbedaannya. Akhirnya ini

yang bikin saya selektif nyari temen disini. Saya ngerasa udah

menyesuaikan diri dengan semaksimal mungkin ngikutin

kemauannya temen-temen biar merekanya juga nyaman sama

saya, tapi tetep saja temen-temen itu menganggap saya kalau

ngomong suka ngegas dan kasar.”24

Terdapat dampak yang serius dari akomodasi berlebihan,

termasuk kehilangan motivasi untuk mempelajari bahasa lebih

jauh, menghindari percakapan, dan membentuk sikap negative

terhadap pembicara dan juga masyarakat.

Pada temuan ini peneliti juga menemui kesulitan Mahasiswa rantau

yang berasal dari Lampung yang dilihat dari sudut pandang pengurus

Himpunan Mahasiswa Lampung :

24 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet

Page 88: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

77

“interaksi sosialnya ada yang tipenya humoris yang mudah

akrab jadi 1 2 hari sudah bisa menyesuaikan, tapi yang sulit itu

tipe yang introvert butuh waktu sampai 2 3 bulan dan itu juga

diperkuat dengan adanya event atau agenda himpunan walaupun

proses yang cukup lama.25

B. Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada Penyesuaian

Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Adaptasi budaya proses jangka panjang yang dilakukan

oleh individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya

melalui pembelajaran dan pertukaran komunikatif hingga dirinya

merasa nyaman di lingkungan yang baru. Ketika seseorang jauh dari

rumah, jauh dari tempat yang selama ini dianggap sebagai “rumah”,

jauh dari lingkungan tempat dia tumbuh besar, dan jauh dari

kebiasaan- kebiasaan yang selalu dia lakukan, orang tersebut mau

tidak mau akan, sadar atau tidak, akan mempelajari hal-hal yang

baru untuk bisa bertahan hidup. Ketika seseorang akan jauh dari

zona nyamannya untuk waktu yang lama, contohnya kuliah, maka

akan terjadi transfer-transfer nilai yang biasa kita sebut dengan

adaptasi budaya.

Karena kita biasa sangat mudah dan langsung saja

beradaptasi dengan budaya kita sendiri, biasanya akan menjadi

sangat susah dan tertakan untuk menyesuaikan ulang dengan kondisi

yang lain. kondisi di sini juga bisa diartikan sebagai situasi yang

25 Wawancara bersama Sakbano sebagai Pengurus Himpunan Mahasiswa

Lampung, pada 13 Juli 2021 pukul 14.05 WIB di Sekret Himpunan Mahasiswa

Lampung.

Page 89: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

78

baru, misalnya baru menikah, bercerai dan lain-lain. Pada penelitian

ini penulis mengaitkan proses adaptasi seseorang melalui fase U-

curve Model atau U-curve Theory, Secara umum ada empat fase

yaitu Fase Honeymoon, Frustation, Readjustment, dan Resolution.

a) Honeymoon

Fase honeymoon merupakan fase dimana seseorang telah

berada dilingkungan baru, menyesuaikan diri dengan budaya

baru dan lingkungan. Tahap ini adalah tahap dimana seseorang

masih memiliki semangat dan rasa penasaran yang tinggi serta

menggebu-gebu dengan suasana baru yang akan dijalani. Pada

fase honeymoon ini, mahasiswa asal Sumatra masih terlena

dengan suasana baru, seperti merasa senang berada di kawasan

ibukota Jakarta, serta mahasiswa asal Sumatra sangat antusias

dengan segala aktifitas yang akan mereka jalani. Seperti yang

diungkapkan oleh para informan :

Informan 1 :

“Aku ngerasa senang, karna bisa ketemu sama orang-orang baru

yang notabenenya berasal dari wilayah yang berbeda-beda.”26

Informan 2

“Awalnya tuh persepsi aku, Universitas yang kental banget

keagamaannya, jadi aku rasa aku akan belajar banyak hal

26 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet

Page 90: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

79

terkait keagamaan, aku fikir pasti dari segi kedisiplinan,

pakaian, pelajaran akan sangat bagus.”27

Informan 3 :

“Lebih ngerasa senang gitu, bisa pergi dan keluar pulau yang

berbeda.”28

Informan 4 :

“Diawal bismi ngerasa seneng aja sih, ngerasanya ya bisa hidup

tanpa harus bergantung sama orangtua dari segi masak sendiri,

bersih-bersih sendiri, terus bisa nemuin kehidupan yang lebih

luas.”29

Informan 5 :

“setidaknya ngerasa seneng lebih semangat ngerantau daripada

di tempat saya, yang enaknya ya seperti itu tadi seneng bisa

keluar dari pulau, juga belajar hal-hal baru.”30

Informan 6 :

27 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet 28 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet 29 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten 30 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa asal

Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet

Page 91: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

80

“Pertama aku sempet deg-degkan, kayak mikir aduh gimana nih

hidup dilingkungan baru. Tapi karna keinginan aku sendiri buat

kuliah itu harus di Jakarta, jadi ya aku berfikir harus dibawa

nyaman hidup di tempat rantau.”

Informan 7 :

“Jadi kalau misalnya ditanya tentang presepsi itu yang pertama

deket sama kota sih jadi kayak 'oh di Jakarta, terus UIN Jakarta

wow nih kayaknya' terus ada rasa seneng jugakan karna bakal

hidup di Jakarta dan memang aku pengen ngerantau juga.”31

Informan 8 :

“Menarik, karena saya akan mempelajari hal-hal baru lagi di

lingkungan saat ini.”32

Informan 9 :

“Pastinya ada rasa cemas, khawatir, tapi juga exited karena ini

memang pilihan aku. Aku dari dulu emang selalu pengen nyari

ilmu tuh sejauh mungkin gitu kan, aku suka kata-kata Imam

Syafi'i ibaratnya kalau misalkan kamu mau bagus kamu harus

keluar dari tempat tinggalmu untuk mencari ilmu sejauh

mungkin”33

31 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet 32 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 33 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 92: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

81

b) Frustation

Fase ini adalah tahap dimana rasa semangat dan

penasaran yang menggebu-gebu tersebut berubah menjadi rasa

frustasi, cemas, jengkel dan bahkan permusuhan serta tidak

mampu berbuat apa-apa karena realita yang sebenarnya tidak

sesuai dengan ekspetasi yang di miliki pada awal tahapan. Pada

fase ini, mahasiswa asal Sumatra mengalami kejadian atau

pengalaman culture shock yang meliputi masalah perbedaan

sosial, budaya, bahasa, iklim, gaya hidup, sehingga merasa tidak

nyaman, trauma, marah, frustasi terhadap lingkungan baru.

Informan 1 :

“Penggunaan Bahasa gaul yang sedikit berlebihan di kampus.

Menurutku itu sedikit kasar seperti kata anjir, njir, di sana untuk

pertama kalinya aku mendengarnya. Jadi aku kaget tidak

terbiasa mendengar kata-kata kasar yang diucapkan teman

kampus.”34

Informan 2 :

“Awalnya kan aku fikir fokus banget ke agamaannya, bener-

bener ketat aturannya. Ternyata pas dateng lebih open minded

gitu orang-orangnya, terlebih dijurusan meyla. Juga masalah

berpakaian mahasiswa-mahasiswanya, meylakan jurusannya

kessos, aku fikir walaupun jurusan umum tetep gitu kak masih

34 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet

Page 93: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

82

islami banget, ternyata nggak seislami atau nggak setertutup

yang meyla kira.”35

Meyla juga bercerita bahwa ia memiliki pengalaman kemalingan

HP saat pertama kali menjadi mahasiswa baru, berbeda dengan

tempat tinggalnya yang jarang memiliki kasus kriminal :

“Aku kaget karna pernah dikampus kehilangan HP di masjid UIN

awalnya mikir dimasjid ya pasti gak bakalan ada maling selalu

berfikir positif thinking, pas kejadian persepsi aku kenapa jahat

banget ngambil barang orang. Soalnya kalau dikampung meyla

contohnya kalaupun kita markirin motor di tepi jalan gitu kalau

misalnya gak dikunci gak bakal dicuri aman banget, kayak

bener-bener jarang ada kasus kriminal lah gitu..”36

Informan 3 :

“Cara atau gaya perbedaan bicara itu faktor penghambat

banget kak, ya saya fikir saya kalau berbicara biasa saja tapi

lagi dan lagi temen itu selalu bilang saya itu kasar, saya juga

kalau mau menyampaikan sesuatu hal yang baik tapi mereka

menganggapnya saya tetap kasar karna mereka tidak terbiasa

dengan intonasi berbicara saya, hal ini yang bikin saya selama

35 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet 36 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet

Page 94: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

83

1 tahun lebih merasa tidak nyaman saat berkomunikasi dengan

teman-teman kampus”37

Informan 4 :

“Kalau ngalamin kesulitan dulu pas pertama kali, kalau

dikampung itu kesekolah pake motor dan pake rok ya jadi disana

kalau pake rok duduk di motornya nyamping gitu kak, cuman pas

disini ngeliat cewek-cewek yang pake rok tuh gak ada gitu duduk

yang nyamping jadi kayak gak enak aja pas awal-awal duduknya

gak nyamping pas diatas motor.“

“Kalau dari segi komunikasi, kan kalau dikampung itukan pake

bahasa daerah ya kalau ngomong, ada sih yang kasar ada yang

lembut juga. Tapi kalau disinikan ngomongnya lu gua gitukan,

jadi sampe sekarangpun aku masih kaget aja kalau orang sini

ngobrol pake lu gua ke kita, sedangkan kalau dikampung itu pake

nama. Pas di semester 1 2 sih kak bener-bener ngerasa susah

buat nyesuain diri, masih kaget aja pas ngeliat karakter temen

yang beda-beda banget”38

Informan 5 :

“Kurangnya wawasan terkait daerah rantau sih kak, jadi suka

bingung juga terkait transportasi umumnya, kadang gak

nyamannya itu kok ngerasa ribet banget gitu karna banyak jenis

37 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet 38 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten

Page 95: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

84

transportasi umum, ya jadi kadang-kadang cuman ngikut temen

aja, karena pas awal saya belum berani buat ngambil langkah

sendiri kak.”39

Informan 6 :

“Di Minang itu nggak biasa cewek keluar malam. Nah di kampus

kan biasa banget cewek keluar malam. Jadi pas ngasih tahu ke

temennya susah karna aku gak suka keluar malem. Kebebasan

bergaul kadang aku kurang nyaman, cewek cowok dempet

banget sentuh-sentuhan aku gak suka banget. Sama pengucapan

kata kasar kayak binatang, mengutuk orang tua, cara aku

ngatasinnya aku ngingetin, mungkin ada yang kalo aku deket aku

ingetin, kalau nggak deket ya udah aku abaikan.”40

Informan 7 :

“sempet temen-temen nada itu tersinggung sama intonasi nada

ngomong, kayak Lampung itu ngomongnya emang tinggi tapi

bukan bermaksud itu marah tapi yang dari Jawa suka

tersinggung.

“ngerasa culture nya itu juga beda banget di Lampung kita

ketemu sama orang yang enggak kita kenal gitu masih bisa saling

sapa, tapi kalau misalnya awal di lingkungan UIN Jakarta tuh

39 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa asal

Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet 40 Wawancara bersama Dwi Aryani sebagai informan 6 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 26 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet

Page 96: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

85

kayak ragu-ragu mau kenalan atau sapa orang yang gak

dikenal”41

Informan 8 :

“Saya mulai belajar untuk bebas berpendapat atau mau

bertindak itu memperhatikan lingkungan sosial dan dihadapkan

langsung kepada kehidupan bermasyarakat itu kan jadi disitu

aktivitas pola hidup pun berubah, di kampus juga ternyata

banyak banget perbedaan persepsi diluar yang saya kira, ini

yang kadang bikin saya harus berhati-hati berargumen.”42

Informan 9 :

“Meski kita sama-sama bisa bahasa Indonesia cuman beberapa

vocabulary nya tuh cukup berbeda gitu sih, jadi ya diawal aku

sering diejek aja karna kosakata yang aku sebutin salah tangkap

artinya sama temen di kampus, yang menurut aku itu biasa aja

tapi dianggap mereka itu aneh, contohnya kayak aku manggil

temen itu pake aku kamu menurut mereka penyebutan pake aku

kamu itu spesial, padahal di Aceh ya memang sehari-harinya

pake aku kamu.”43

Pembahasan ini juga didukung dengan argumen Pengurus

Himpunan Mahasiswa Lampung, yang melihat rata-rata

41 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet 42 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 43 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 97: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

86

mahasiswa Lampung kesulitan menyesuaikan dirinya karna iklim

cuaca yang berbeda, sehingga saat mahasiswa asal Lampung

datang ke kampus UIN untuk pertama kalinya langsung merasa

tidak enak badan.

“Kesulitan anggota HML yang saya lihat pertama itu dari

perbedaan cuaca, kurang beradaptasi mereka dengan iklim yang

berbeda jadi ada yang pertama dateng langsung sakit.”44

c) Readjustment

Fase readjustment adalah tahap penyesuaian kembali,

dimana seseorang akan mulai untuk mengembangkan berbagai

macam cara-cara untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang

ada. Seseorang mulai menyelesaikan krisis yang dialami di fase

frustation. Penyelesaian ini ditandai dengan proses penyesuaian

ulang dari seseorang untuk mencari cara, seperti mempelajari

bahasa, dan budaya setempat. Mahasiswa asal Sumatra mulai

melakukan adaptasi, dan cara penyelesaian masalah yang

informan lakukan juga berbeda-beda, tergantung pada masalah

yang dialami. :

Informan 1 :

“ Aku susah berinteraksi dengan orang baru, tapi jika sudah

mengenal lingkungannya dan kenal orangnya maka sifat asliku

akan timbul dengan sendirinya sehingga berkomunikasi seperti

44 Wawancara bersama Sakbano sebagai Pengurus Himpunan Mahasiswa

Lampung, pada 13 Juli 2021 pukul 14.05 WIB di Sekret Himpunan Mahasiswa

Lampung.

Page 98: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

87

biasa tanpa merasa ini lingkungan baru. Aku butuh proses lama

untuk menyesuaikan, tapi setelah aku bisa menyesuaikan diri

dengan teman maupun lingkungan sekitar aku akan mulai

merasa nyaman.”45

Informan 2 :

“Ngeliat dari sisi Latar belakang orangnya atau budaya

orangnya, meyla mikirnya dia seperti itu ngomongnya, cara

berbicaranya, sikapnya, karna mungkin budayanya dia memang

gitu dan meyla juga berusaha buat bilang ke diri sendiri biasa

aja jangan mudah kesinggung lagi. Harus bisa beradabtasi dan

ngenal karakter setiap temen-temen meyla..”46

Informan 3 :

“Aku harus tau siapa yang aku ajak bicara, apakah sesama

Sumatra, apa orang Jawa, orang Sunda atau orang Jakarta

sendiri. Saya selalu di notice sama orang-orang, mereka bilang

kalau saya itu ngomongnnya gak sopan. Jadi saya harus tau saya

berbicara sama orang yang berasal darimana, kalau misalnya

lawan bicara saya orang Jawa, saya akan belajar untuk

menyesuaikan cara berbicara saya dengan intonasi yang lebih

45 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet 46 Wawa ncara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet

Page 99: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

88

rendah, harus pelan dan jelas juga harus sopan, walaupun

mungkin bagi mereka tetap saja cara berbicara saya ngegas.”47

Informan 4 :

“Bismi itu lebih tipe pendiem dan pendengar. Jadi lebih sering

ngedenger apa yang temen bismi bilang dan nyesuain, misalnya

kayak cara ngomongnya dia oh ternyata gini. Aku juga mulai

nyesuain. Merekanya juga mencoba menyesuaikan dirinya ke

aku..“48

Informan 5 :

“Yah kemarin itu saya cari info, ya paling enaknya langsung ke

temen jadi saya tanya ketemen saya dulu kalau ngerasa bingung,

jadi solusi saya harus bisa bergaul sama temen yang bisa ngasih

informasi dan sabar ngejawab apa yang saya tanyain kak.”49

Informan 6 :

“Aku mengatasi perbedaan budaya dengan sabar, kalau emang

sesuatu harus disampaikan atau dikomunikasiin, yaudah aku

harus sabar dan harus tetap berinteraksi sama dia walaupun

lingkupan pergaulannya bebas, aku harus bertahan di situ

47 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet 48 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten 49 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa asal

Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet

Page 100: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

89

sampai urusannya selesai. misalnya ada perbedaan cara

berpakaian sehari-hari yang gak sesuai syariat islam atau gak

sesuai yang diterapin di kampus, yaudah mencoba memahami

aja dia mungkin tipe orang yang kurang nyaman memakai

pakaian syar’i. Mencoba memahami sabar, terus fokus pada

tujuan dari interaksi itu sendiri itu.”50

Informan 7 :

“misalnya di Lampung cara nada ngomongnya tuh emang tinggi

tapi bukan berarti marah cuman emang gayanya seperti itu, aku

mencoba untuk tidak meninggikan suara agar mahasiswa Jawa

ini tidak tersinggung dari perkataan nada. Sama cara nada

mengatasinya juga dengan mengenal karakter masing-masing

temen atau masyarakat disana kak, nadanya juga harus peka.”51

Informan 8 :

“kalo ada masalah atau hal yang dirasa saya tidak nyaman, saya

berfikir jangan menutup diri, dan memendam sendiri nanti bisa

frustrasi, dan sakit sendiri, saya harus tetap baik kepada

siapapun, meski orang lain jahat jangan dibalas jahat, tetap baik

aja tapi baiknya bukan berarti mau dibodohi, saya memastikan

50 Wawancara bersama Dwi Aryani sebagai informan 6 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 26 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet 51 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet

Page 101: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

90

untuk bisa bijak dalam berteman dan mengendalikan

keadaan.”52

Informan 9 :

“Karena is just a different, yang aku pelajari juga di kuliah,

kebetulan aku juga ada mata kuliah cross culture understanding

tentang komunikasi di mana perbedaan budaya, memang untuk

menyelesaikan perbedaan itu kita harus maklum. Mungkin

selama itu nggak ganggu aku, ya nggak apa-apa.”53

d) Resolution

Fase yang terakhir dari proses adaptasi budaya berupa

jalan akhir yang diambil seseorang sebagai jalan keluar dari

ketidaknyamanan yang dirasakannya. Dalam tahap ini ada

beberapa hal yang dapat dijadikan pilihan oleh para informan,

seperti Flight, Fight, Accomodation, Full participation. Dari 4

tahapan diatas, 4 informan memlih Accomodation dan 5

informan memilih Full participation:

v. Accomodation, tahapan dimana seseorang mencoba untuk

menikmati apa yang ada di lingkungannya yang baru, awalnya

mungkin orang tersebut merasa tidak nyaman, namun dia

sadar bahwa memasuki budaya baru memang akan

menimbulkan sedikit ketegangan, maka dia pun berusaha

52 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 53 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 102: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

91

berkompromi dengan keadaan, baik eksternal maupun internal

dirinya. Seperti penuturan beberapa informan berikut :

Informan 2 :

“awal-awal oh ternyata orang ini frontal banget,

ngomongnya tuh berisik banget, jadi ngerasa risih, kok orang

ini kenapa ya kayak gitu sikapnya. Tapi abis itu, akhirnya

kayak mulai mahamin diri sendiri dulu, baru mulai ngerti mau

paham karakter orang-orang di UIN, sebenernya masih

ngerasa risih, tapi aku coba ngerti kalau karakter mereka

seperti itu.”54

Informan 4 :

“Nyesuain sih bisa, paling aku udah bisa nyesuaian diri sama

kehidupan disini, yang tadinya di padang kalau duduk di

motor nyamping sekarang nggak, terus lebih berani buat

pergi-pergi sendiri, cuman kalau dari segi interaksi aku masih

ragu, cuman ya aku jadi belajar karakter orang berbeda-

beda. Pas di semester 1 2 bener-bener ngerasa susah buat

nyesuain, masih kaget ngeliat karakter temen yang beda

banget.”55

54 Wawancara bersama Meyla Rehulina Boru Sitepu sebagai informan 2

Mahasiswi asal Bangka Belitung, pada 20 April 2021 pukul 07.10 WIB via Google

Meet 55 Wawancara bersama Bismiyati sebagai informan 4 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 19 April 2021 pukul 15.49 WIB di Yayasan Cinta Yatim dan

Dhuafa , Jl. Inpres no.50 RT 002 Rw 009, Pisangan Barat, Kec. Ciputat timur, Banten

Page 103: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

92

Informan 5 :

“Saya ngerasa yang jadi penghambat itu kebiasan sehari-hari

saya yang berbeda, kalau di Palembang biasa mempererat

silaturahmi harus dilaksanakan, tapi di tempat rantau lu lu

gua gua. Perbedaan Bahasa juga, juga banyak yang saya gak

tau di lingkupan baru ini, jadi pas awal ngikut sama temen

aja, sama saya harus berhati-hati, dalam percakapan, saya

gak berani ceplas-ceplos takut ada yang tersinggung. Faktor

pendukungnya temen kak, ada temen saya yang ngebantu juga

buat beradaptasi di lingkungan kampus kak. ”56

Informan 6 :

“Aku suka yang biasa aja, gaul cuman masih dalam batas tau

sopan santun, tahu adab. Nah yang bikin menghambat Itu tuh

orang-orang yang melebihi batas menurut aku. Cuman ya

akunya juga belajar mengerti, kalau menurut aku memang

bener-bener dijauhi ya akan aku jauhi,tapi kalau masih batas

wajar aku maklumi.”

“terus aku membiasakan diri dengam hawa polusi sih paling,

soalnya kalau disini itu damai banyak hijau-hijau adem, kalau

di Jakarta yang menjulang tingginya bukan bukit, pohon tapi

gedung-gedung..”57

vi. Full participation, ketika seseorang sudah mulai merasa

56 Wawancara bersama Mifta Dwi Kardo sebagai informan 5 Mahasiswa asal

Palembang, pada 24 April 2021 pukul 11.23 WIB via Google Meet 57 Wawancara bersama Dwi Aryani sebagai informan 6 Mahasiswi asal

Sumatera Barat, pada 26 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet

Page 104: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

93

nyaman dengan lingkungan dan budaya barunya. Tidak ada

lagi rasa khawatir, cemas, ketidak nyamanan, dan bisa

mengatasi rasa frustasi yang dialami dahulu. Seperti penuturan

beberapa informan, sebagai berikut :

Informan 1 :

“Alhamdulillah hanya di awal saja aku merasa kurang

nyaman pas mulai merantau kurang lebih 1 bulan, karena aku

termasuk orang yang cepat menyesuaikan diri dalam

lingkungan yang baru. Sehingga, aku dapat memposisikan

diriku di mana aku berpijak.”58

Informan 3 :

“nggak ada perbedaan yang bener-bener mempengaruhi saya

kak, saya juga lancar dalama berbahasa Indonesia walaupin

bukan bahasa ibu. Cuman dari cara intonasi berbicara agak

saya turunin sedikit, di Sumatra orang ngomongnya keras

sedangkan di pulau Jawa cara berbicaranya lebih lembut.

Jadi kalau masih ada temen saya yang nganggap saya kasar

dalam berbicara sedangkan saya merasa sudah menurunkan

nada bicara, yasudah saya masa bodokan saja, sekarang sih

lebih ngerasa nyaman aja karna saya juga pilih-pilih kalau

mau berinteraksi dengan orang-orang.”59

Informan 7 :

58 Wawancara bersama Nur Fithri Qomariah Rambe sebagai informan 1

Mahasiswi asal Sumatera Utara, pada 25 April 2021 pukul 14.17 WIB via Google Meet 59 Wawancara bersama Ilham Anugrah sebagai informan 3 Mahasiswa asal

Palembang, pada 27 April 2021 pukul 08.51 WIB via Google Meet

Page 105: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

94

“dari segi interaksi yang tadinya aku di Lampung gak terbiasa

ngomong Bahasa gaul kayak lu gue, karna ngeliat temen-

temen disini pake Bahasa gaul jadi aku mulai ngikutin. Sama

juga kebiasaan yang dulu di Lampung takut nyebrang jalan,

sekarang jadi lebih berani buat nyebrang, karena diJakarta

orang-orang pada mau ngasih pejalan kaki buat nyebrang

kalau diLampung itu pengendaranya gak ada yang mau

ngalah, ngebut-ngebut.”60

Informan 8 :

“Kalau sulit menyesuaikan diri sih enggak terlalu, hanya saat

pertama kali ngampus saya cukup menperhatikan dan

menganalisis keadaan, karakter orang, dan rutinitas baru

yang akan saya hadapi di hari berikutnya, jadi saya tidak

begitu mengalami kesulitan.”61

Informan 9 :

“aku ngerasa orang di UIN itu lebih gampang berbaur, di

Aceh orang-orangnya lebih tertutup. Awal-awalnya aja sih

aku kalau berinteraksi itu kurang nyaman mungkin karna

faktor aku pemalu juga ya, tapi setelah beradabtasi ngerasa

interaksinya lebih mudah aja gitu..”62

60 Wawancara bersama Qothratinnada sebagai informan 7 Mahasiswi asal

Lampung, pada 25 April 2021 pukul 20.11 WIB via Google Meet 61 Wawancara bersama Anisa Ulfadilla sebagai informan 8 Mahasiswi asal

Bengkulu, pada 21 April 2021 pukul 10.01 WIB via WhatsApp 62 Wawancara bersama Hurul Asyifa sebagai informan 9 Mahasiswi asal

Nanggroe Aceh Darussalam, pada 23 April 2021 pukul 16.21 WIB di Saung Pojok

Jawara Ciputat

Page 106: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

95

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

deskriptif maka dalam penelitian akan diuraikan dan dianalisis secara

rinci sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori akomodasi komunikasi, dan adaptasi

budaya. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data dari observasi,

wawancara mendalam, dan dokumentasi. Pembahasan ini akan dianalisis

sesuai dengan fokus penelitian agar menjawab dari rumusan masalah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang sudah dilakukan dan

dianalisis penulis menemukan beberapa perilaku mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berasal dari pulau Sumatra dalam penyesuan

dirinya di tempat rantau sesuai dengan tahap-tahap akomodasi

komunikasi dan adaptasi budaya :

1. Mencoba melakukan penyesuaian diri ditempat rantau. Seperti

yang dilakukan oleh informan 1 Nur Fithri Qomariah Rambe,

informan 5 Mifta Dwi Kardo, informan 7 Qothratinnada,

informan 8 Anisa Ulfadilla, informan 9 Hurul Asyifa. Mereka

berusaha untuk menyamakan diri mereka dilingkungan baru

supaya bisa membuat diri mereka merasa nyaman.

2. Tidak adanya usaha dari para informan untuk menunjukan

persamaan atau mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang ada

dilingkungan perantauan. Seperti yang dilakukan oleh informan

4 Bismiyati dan informan 6 Dwi Aryani, yang merasa bahwa

Page 107: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

96

mereka tidak terbiasa dengan Bahasa gaul, sehingga lebih

cenderung membawa cara berbicara yang berasal dari daerahnya,

dibanding mengikuti kebiasaan temannya di kampus

menggunakan Bahasa gaul.

3. Adanya penyesuaian diri tapi mengalami kesalahan komunikasi

karna adanya perbedaan persepsi. Hal ini dialami oleh informan

2 Meyla Rehulina Boru Sitepu, yang mencoba untuk belajar

Bahasa Indonesia lebih lancar tetapi malah dibecandakan oleh

teman-temannya karena cara berbicaranya yang berbelit-belit dan

tidak dimengerti oleh temannya. Dan juga pernah dialami oleh

informan informan 3, iya terbiasa membawa intonasi

berbicaranya yang tegas ke ranah teman-temannya yang berasal

dari jawa, diapun berusaha menyesuaikan dirinya dengan

merendahkan intonasi bicaranya, tetapi tetap saja teman-

temannya menganggap dia berbicara terlalu kasar.

4. Merasa senang berada diwilayah baru yang mencoba keluar dari

zona nyamannya. Hal ini dirasakan oleh semua informan, mereka

merasa senang karna hidup diluar pulau Sumatra dan merasa

bangga menuntut ilmu diperguruan negeri UIN Jakarta yang

terkenal dengan keunggulannya pada Universitas keIslaman.

5. Mulai adanya rasa cemas, frustasi dan khawatir karna ekspektasi

tidak sesuai realita. Semua informan sepakat bahwa pada

awalnya mereka tidak sesenang seperti apa yang difikirkan,

beberapa informan merasa sulit menyesuaikan diri karna

perbedaan Bahasa dan intonasi bicara sehingga sering terjadi

kesalah pahaman. Informan lain pula merasa kurang nyaman

dengan pergaulan bebas yang ada dilingkungan kampus, dan

Page 108: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

97

merasa bahwa rata-rata mahasiswa/I UIN Jakarta tidak

seAgamais yang difikirkan.

6. Berusaha memahami dan mencoba terbiasa dengan rasa tidak

nyaman yang pernah dialami. Para informan mencoba

memahami perbedaan-perbedaan budaya yang sangat berbeda

antara tempat rantau dengan tempat asalnya.

A. Analisis Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Akomodasi komunikasi dilakukan untuk menyesuaikan

sikap komunikasi, karena terkadang dalam kegiatan sehari-hari saat

kita berinteraksi atau berkomunikasi terdapat perbedaan budaya yang

muncul pada seseorang yaitu seperti aksen kecepatan berbicara,

norma keteraturan berbicara, intonasi suara dan lainnya. Inti dari teori

akomodasi ini adalah adaptasi. Bagaimana seseorang menyesuaikan

komunikasi mereka dengan orang lain. Teori ini berpijak pada premis

bahwa ketika seseorang berinteraksi, mereka menyesuaikan

pembicaraan, pola vocal, atau tindak lanjut mereka untuk

mengakomodasi orang lain.1

Dalam Teori akomodasi komunikasi mempelajari

bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita

dengan perilaku komunikasi lawan bicara kita. Asumsi dasar dari

teori ini adalah bagaimana persamaan dan perbedaan berbicara dan

berperilaku terdapat di dalam semua percakapan, cara dimana kita

1 West Richard & Tunner Liynn H, Pengantar Teori Komunikasi, Analisis

dan Aplikasi, (Jakarta : Salemba Humnaika, 2007), h. 217.

Page 109: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

98

memersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan menentukan

bagaimana kita mengevaluasi sebuah percakapan, Bahasa dan

perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan

keanggotaan kelompok, dan Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat

kesesuaian dan norma mengarahkan proses akomodasi.

Dalam Teori Akomodasi Komunikasi, saat proses

komunikasi dan interaksi berlangsung satu sama lain, setiap individu

berhak memiliki pilihan bagaimana mereka beradaptasi.

Sebagaimana sudah penulis paparkan sebelumnya, Dimana strategi

adapatasi atau akomodasi komunikasi tersebut terdiri dari tiga pilihan

yaitu konvergensi, divergensi, dan akomodasi berlebihan : 2

1. Analisis pembahasan konvergensi

Konvergensi adalah proses adaptasi gaya komunikasi

agar menjadi lebih mirip dengan gaya komunikasi orang lain

atau kelompok.3 Hal ini seperti yang dilakukan oleh informan 1

Nur Fithri Qomariah Rambe, pada awalnya ia tidak terlalu

lancar berbahasa Indonesia dikarenakan di tempat asalnya yaitu

Sumatera Utara cenderung masyarakatnya menggunakan

Bahasa daerah, saat merantau ia berusaha menyesuaikan dirinya

dengan mempelajari Bahasa Indonesia dan juga mempelajari

intonasi dalam berbicara sehingga bisa lebih mudah

berkomunikasi. Begitu pula yang dilakukan informan 5 Mifta

2 Morrisan & Wardhany Andy Corry, Teori Komunikasi, (Jakarta: Ghalia

Indonesia , 2009), h. 135. 3 Charles R. Berger, Michael E. Roloff dan David R. Roskos, , terj. Derta Sri

Widowatie, The Handbook of communication science, (Bandung: Nusa Media, 2014),

h.133.

Page 110: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

99

Dwi Kardo mahasiswa asal Palembang, ia berusaha memahami

kebiasaan di wilayah kampus dan mencoba mempelajari Bahasa

Indonesia lebih dalam. Berbeda dengan informan 7

Qothratinnada mahasiswi asal Lampung pada awalnya dia tidak

nyaman pulang malam dan tidak terbiasa menggunakan Bahasa

gaul, dikarenakan lingkupan pertemanannya cenderung

menggunakan Bahasa gaul dan dia aktif keorganisasian yang

kumpul pada saat malam hari, mahasiswi ini akhirnya mencoba

untuk menyesuaikan kebiasaan tersebut dengan cara mengikuti

selama masih batas wajar. Pada informan 8 Anisa Ulfadilla

yang berasal dari Bengkulu dan informan 9 Hurul Asyifa

mahasiswi asal Aceh, mereka berpendapat bahwa mereka harus

memahami perbedaan tersebut dan tidak boleh egois untuk tidak

mau kenal karakter yang berbeda-beda di lingkupan kampus.

2. Analisis Pembahasan Divergensi

Divergensi merupakan suatu cara bagi para anggota

komunikasi budaya yang berbeda untuk mempertahankan

identitas sosial. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis

menemukan bahwa ada dari 9 informan penelitian ini, terdapat

2 darinya yang tidak terbawa arus mengikuti kebiasaan interaksi

teman-temannya, yaitu informan 4 Bismiyati dan informan 6

Dwi Aryani yang merupakan mahasiswi asal Sumatera Barat.

Semasa di daerah tempat tinggalnya mereka tidak terbiasa

berkomunikasi dengan teman-temannya menggunakan Bahasa

gaul, lebih menggunakan penggunaan kata formal. Sehingga

saat mereka merantau, mereka merasa tidak nyaman melihat

Page 111: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

100

teman-teman dikampusnya menggunakan Bahasa gaul seperti

lu gue atau penggunaan Bahasa kasar, atas dasar dari

ketidaknyamanan itu dan berusaha mempertahankan

kebiasaannya di daerahnya mereka tidak mencoba mengikuti

cara berbicara teman lainnya yang menggunakan Bahasa gaul.

3. Analisis pembahasan akomodasi berlebihan

Pilihan terakhir adalah akomodasi berlebihan.

Akomodasi berlebihan adalah “label yang diberikan kepada

pembicara yang dianggap pendengar terlalu berlebihan.4

Akomodasi berlebihan menimbulkan miskomunikasi.

Walaupun pembicara jelas-jelas berniat menunjukan rasa

hormat, pendengar mengaggapnya sebagai hal yang tidak

menyenangkan dan tidak menghargai dirinya. Pada penelitian

ini penulis menemukan 2 informan yang tergolong dalam tahap

akomodasi berlebihan, pada informan 2 Meyla Rehulina Boru

Sitepu mahasiswi asal Bangka Belitung ia mahasiswi yang

sehari-seharinya menggunakan Bahasa daerah saat sebelum

merantau, ia cukup sadar memberanikan diri mempelajari

Bahasa Indonesia lebih mendalam, tetapi karna dia masih

terbiasa mencampurkan Bahasa daerah dan Indonesia sehingga

dimata teman-temannya meyla berbicara berbelit-belit yang

membuat teman-temannya tidak paham apa yang ia bicarakan,

karena keterbiasaan tersebut ia sering direndahkan oleh teman-

4 West, Richard dan Turner, Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi (Introducing Communication Theory: Analysis and Application), (Jakarta:

Salemba Humanika,2009), h. 227.

Page 112: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

101

temannya dengan mengejek Bahasa daerahnya “Bahasa upin-

ipin” hal ini membuat meyla merasa tidak nyaman sehingga ia

lebih cenderung berdiam diri saat berada dikelas.

Lain pula dengan informan 3 Ilham Anugrah mahasiswa

asal Palembang yang selalu dianggap teman-temannya jika

berbicara selalu marah dan kasar, karena di Palembang

memang masyarakatnya berbicara dengan tegas membuat ilham

terbiasa berbicara dengan intonasi yang tinggi, ia menyadari

bahwa teman-temannya tidak nyaman dengan cara berbicara dia

dan mulai mencoba merendahkan intonasinya, tetapi tetap saja

teman-temannya menggap kalau ilham masih berbicara dengan

intonasi marah-marah, menurut ilham dia sudah sangat

berusaha untuk mengikuti mau dari teman-temannya,

dikarenakan teman-temannya masih menganggapnya berbicara

dengan intonasi marah-marah, membuat ilham saat ini lebih

selektif dalam memilih teman.

Berdasarkan 3 indikator tersebut terlihat 5 informan dari 9

informan memilihi konvergensi sebagai tindakan yang mereka

ambil, mereka lebih berusaha menyesuaikan dirinya di tempat

mereka merantau terutama lingkupan kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, meskipun beberapa dari mereka pada awalnya

merasa tidak nyaman berada dilingkupan baru dikarenakan

perbedaan budaya seperti cara berbicara, penggunaan Bahasa yang

berbeda, cara berinteraksi sehari-hari, tetap saja mereka berusaha

untuk memahami perbedaan tersebut dan mulai menerapkan di

kehidupan sehari-hari supaya komunikasi dengan mahasiswa

Page 113: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

102

lainnya berjalan dengan lancer, mereka berusaha memahami

perbedaan tersebut dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang

ada. Kemudian 2 diantaranya memilih divergensi, dimana mereka

tetap mempertahankan kebiasaan mereka menggunakan Bahasa

formal dibanding mengikuti penggunaan Bahasa gaul yang

diterapkan oleh teman-temannya. Pada 2 informan lainnya mereka

berusaha menyesuaikan diri dengan menyamakan pergaulan yang

ada di kampus, tetapi tetap saja temannya menganggap cara

komunikasi mereka sulit untuk dipahami hal ini disebut akomodasi

berlebihan.

B. Analisis Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang Terjadi Pada

Penyesuaian Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Ting-Toomey memaparkan secara gamblang bahwa suatu

proses adaptasi menghadirkan sebuah tantangan dan perubahan bagi

individu yang mengalami. Tantangan tersebut meliputi adanya suatu

perbedaan keyakinan inti, nilai-nilai, dan norma-norma antara

daerah asal dengan budaya setempat (tempat baru), kemudian

terjadinya suatu kehilangan gambaran-gambaran budaya asal serta

simbol-simbol yang biasanya familiar disaksikan menjadi hilang.5

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak dapat

terlepas dari berinteraksi dimana manusia adalah makluk sosial yang

tidak bisa hidup sendiri, dengan kata lain manusia membutuhkan

orang lain untuk berkomunikasi. Berbeda latar belakang budaya

5 Ting-Toomey, Stella. Communicating Across Culture. (New York : The

Guilford Publications, 1999), h. 233.

Page 114: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

103

itupun tidak menjadi suatu masalah untuk manusia berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain. Hal ini pun terjadi pada mahasiswa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal dari pulau Sumatra

yang mengalami perbedaan budaya antara tempat mereka tinggal

dan tempat merantau.

Pada penelitian ini penulis mengaitkan proses adaptasi

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berasal dari pulau

Sumatra melalui fase U-curve Model atau U-curve Theory, Secara

umum ada empat fase yaitu Fase Honeymoon, Frustation,

Readjustment, dan Resolution.6

1. Pembahasan fase Honeymoon

Fase honeymoon merupakan fase dimana seseorang telah

berada dilingkungan baru, menyesuaikan diri dengan budaya

baru dan lingkungan. Tahap ini adalah tahap dimana seseorang

masih memiliki semangat dan rasa penasaran yang tinggi serta

menggebu-gebu dengan suasana baru yang akan dijalani.

Seseorang menyesuaikan diri dengan budaya baru yang

menyenangkan karena penuh dengan orang-orang baru, serta

lingkungan dan situasi baru. Individu tersebut mungkin tetap

akan merasa asing, kangen rumah dan merasa sendiri namun

masih terlena dengan keramahan penduduk lokal terhadap orang

asing.

Pada fase ini dimana seluruh informan penelitian yaitu

mahasiswa yang berasal dari Pulau Sumatra telah berada

6 Hamad, Ibnu. Komunikasi dan Perilaku Manusia.(Depok : PT. Raja

Grafindo Persada, 2013). h.376

Page 115: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

104

dilingkungan baru, menyesuaikan diri dengan budaya baru dan

lingkungan yang ada di Jakarta tepatnya dilingkungan kampus

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa asal Sumatra saat

pertama kali sampai di lingkupan kampus merasa sangat senang,

dimana semua informan mengungkapkan bahwa mereka

merasakan perbedaan yang signifikan dengan daerah asalnya,

seperti cara berbicara teman-temannya yang menggunakan

Bahasa gaul, melihat lingkungan yang sangat ramai dari

masyarakat yang berbeda-beda asalnya, kemudian cara interaksi

saat mengobrol terlihat jelas sangat berbeda dan juga banyaknya

gedung-gedung serta perbedaan jenis transportasi umum yang

tidak ada di kampung halaman mereka.

Selain itu saat mahasiswa asal Sumatra merasa antusias,

optimis, serta rasa penasaran dan semangat yang tinggi terhadap

segala aktifitas yang akan mereka jalani di lingkungan baru,

sehingga hal itu membuat semua informan mulai membayangkan

dan merencanakan keseruan aktifitas baru di kampus,

mendapatkan teman baru, dan mengikuti segala sesuatu hal di

Jakarta dan juga Universitas yang dianggap keren dan menarik.

Pada fase honeymoon ini, mahasiswa asal Sumatra masih terlena

dengan suasana baru.

2. Pembahasan Fase Frustation

Pada Tahapan selanjutnya adalah fase frustration, fase ini lah

culture shock itu mulai terjadi, karena lingkungan baru mulai

berkembang. Fase ini adalah tahap dimana rasa semangat dan

penasaran yang menggebu-gebu tersebut berubah menjadi rasa

Page 116: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

105

frustasi, cemas, jengkel dan bahkan permusuhan serta tidak

mampu berbuat apa-apa karena realita yang sebenarnya tidak

sesuai dengan ekspetasi yang di miliki pada awal tahapan.

Mahasiswa asal Sumatra mengalami berbagai

pengalaman/ kejadian culture shock di fase ini. Kesembilan

informan memiliki pengalaman culture shock yang berbeda-

beda, Informan pertama mengalami masalah pada penggunaan

Bahasa kasar yang sering diucapkan teman-teman kampusnya

seperti penyebutan nama binatang, njir, itu merupakan

pengalaman pertamanya melihat banyak orang menggunakan

Bahasa kasar, hal ini membuatnya kaget dan mulai merasa risih

mendengar perkataan yang kasar.

Pada informan 2, ia mengungkapkan bahwa apa yang dia

fikirkan tentang mahasiswa UIN Jakarta seperti cara berpakaian

yang sesuai syariat islam, kemudian kampus yang sangat kental

keagamaannya, cara berbicara mahasiswanya lebih sopan,

ternyata tidak sesuai dengan realitanya, ia melihat mahasiswa

UIN lebih berpakaian bebas masih banyak perempuan yang

menggunakan jelana jins, dan banyak mahasiswa juga yang

bahkan tidak paham dengan pelajaran Agama. Dilain hal meyla

memiliki trauma saat ia masih menjadi mahasiswa baru, dimana

ia pernah kehilangan hp di masjid dan membuatnya lebih berhati-

hati, ia mengungkapkan bahwa kalau di Bangka Belitung jarang

adanya kasus criminal seperti kemalingan.

Kemudian informan 3, mengalami kesulitan dalam

berinteraksi karna gaya berbicaranya yang dianggap kasar oleh

teman kampusnya, hal ini menjadi faktor penghambat bagi ilham,

Page 117: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

106

disaat ilham ingin menyampaikan sesuatu hal yang baik tetap saja

teman-temannya menganggapnya ilham kasar dalam berbicara

karna temannya tidak terbiasa dengan intonasi berbicara ilham,

hal ini yang membuat ilham selama 1 tahun lebih merasa tidak

nyaman saat berkomunikasi dengan teman-teman kampusnya.

Informan ke 4 bismiyati, merasa bingung ketika melihat

perempuan yang ada di Jakarta kalau duduk diatas motor saat

menggunakan rok tidak menyamping, hal ini membuatnya

mengikuti cara duduk tersebut yang pada awalnya merasa sangat

risih. Kemudian dalam segi komunikasi hingga sekarang bismi

masih kaget saat melihat teman-temannya menggunakan lu gua

karna didaerah asalnya lebih cenderung menyebutkan nama.

Pada informan 5, ia masih kebingunan dan kesulitan

dalam mengenal transportasi umum yang ada di wilayah Jakarta,

mifta merasa aneh karna banyak jenis transportasi umum yang

ada di Jakarta dan kesulitan dalam memahami rute, hal ini

membuat mifta lebih sering bergantung pada temannya.

Informan 6, Ani mengungkapkan bahwa dia mengikuti

organisasi yang sering kumpul malam hari, hal ini membuat ani

merasa tidak nyaman saat pulang malam karena dikampung

halamannya sangat jarang perempuan diperbolehkan pulang

malam, ia kesulitan dalam meminta izin untuk pulang terlebih

dahulu karena merasa tidak enak dengan teman-temannya. Selain

itu, ani juga tidak Nyaman dengan pergaulan bebas mahasiswa

kampus antara perempuan dan laki-laki yang sangat mudah

berdempetan dan mereka merasa bukan masalah besar, ia juga

merasa risih dengan teman-temannya yang berbicara kasar.

Page 118: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

107

Informan 7, pernah mengalami miskomunikasi dengan

temannya karena perbedaan intonasi dalam berbicara, temannya

mengganggap kalau informan sedang marah sedangkan ia tidak

merasa marah-marah sehingga membuat temannya tersinggung.

Informan juga ragu-ragu saat ingin memulai tegur sapa dengan

orang yang belum ia kenal di lingkungan kampus karena

memiliki rasa takut salah dan takut ditanggapi sebagai orang

aneh.

Informan 8, mengungkapkan bahwa informan selalu

berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat pada mahasiswa

lainnya, dikarenakan ternyata banyak persepsi temannya yang

berbeda dengannya.

Informan 9, pada awalnya ia merasa tidak nyaman dengan

sikap teman-teman kelasnya yang mengejek informan karena

memakai aku kamu saat berbicara, informan mengatakan bahwa

temannya menganggap penggunaan aku kamu itu adalah hal

yang spesial padahal di Aceh rata-rata masyarakatnya memang

menggunakan aku kamu saat berbicara.

3. Pembahasan Fase Readjustment

Fase readjustment adalah tahap penyesuaian kembali, dimana

seseorang akan mulai untuk mengembangkan berbagai macam

cara-cara untuk bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada.

Seseorang mulai menyelesaikan krisis yang dialami di fase

frustation. Penyelesaian ini ditandai dengan proses penyesuaian

ulang dari seseorang untuk mencari cara, seperti mempelajari

Page 119: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

108

bahasa, dan budaya setempat. Mahasiswa asal Sumatra mulai

melakukan adaptasi, dan cara penyelesaian masalah yang

informan lakukan juga berbeda-beda, tergantung pada masalah

yang dialami.

Informan 1, cukup sulit dalam menyesuaikan diri dengan

cepat, tetapi ia mengatasi dengan cara membiasakan diri

walaupun butuh proses yang lama, setelah informan 1 bisa

menyesuaikan diri dengan teman maupun lingkungan sekitar,

informan 1 akan mulai merasa nyaman.

Informan 2, ia akan melihat dari sisi Latar belakang

budaya lawan bicaranya, dan setelah mengenal kebiasaan lawan

bicaranya dia akan berusaha memahami lawan bicaranya dan

membiasakan diri buat lebih berhati-hati dalam berbicara, juga

saat menaru barang-barang penting.

Informan 3 dan informan 7, memiliki kasus hal serupa

yaitu intonasi dalam berbicara yang dianggap kasar oleh teman

dikampungnya, informan 3 akan mencari lebih tahu suku dari

lawan bicaranya, jika itu orang jawa atau sunda dia akan

mencoba untuk menyamakan intonasi berbicaranya dengan

mereka sehingga lebih terlihat sopan, walaupun dimata lawan

bicaranya tetap berbicara dengan intonasi yang tinggi.

Sedangkan informan 7 akan mencari tahu terlebih dahulu

karakter lawan bicaranya, dan lebih terbuka dengan memahami

lawan berbicaranya.

Pada informan 4 5 6 dan 9, memiliki argumen yang sama

dalam mengatasi kesulitan penyesuaian diri mereka, informan

Page 120: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

109

mengatakan bahwa mereka juga harus menyesuaikan diri mereka

dengan mencari info yang lebih jelas terkait kebiasaan

masyarakat Ibukota dan kunci utama penyesuaian diri mereka

dengan sabar di saat melihat perbedaan atau permasalahan yang

membuat mereka merasa tidak nyaman seperti pergaulan bebas

atau perbedaan persepsi.

Kemudian informan 8 selalu mencoba terbuka dengan

teman-teman kampusnya, jika ia memiliki masalah informan

tidak ingin menutup diri dan harus sharing dengan teman-

temannya, sehingga informan 8 berfikir pasti mereka akan lebih

terbuka juga kepada dirinya.

4. Pembahasan Fase Resolution

Setelah mahasiswa asal Sumatra menjalani tiga tahapan

sebelumnya, akhirnya mahasiswa asal Sumatra berada di tahapan

terakhir, yaitu fase resolution. Fase yang terakhir dari proses

adaptasi budaya berupa jalan akhir yang diambil seseorang

sebagai jalan keluar dari ketidaknyamanan yang dirasakannya.

Selama fase ini mungkin akan muncul beberapa macam hasil.

Pertama, banyak orang memperoleh kembali level keseimbangan

dan kenyamanan, mengembangkan hubungan yang penuh makna

dan sebuah penghargaan bagi budaya baru. Dalam tahap ini ada

beberapa hal yang dapat dijadikan pilihan oleh orang tersebut,

diantaranya Full participation, Accomodation, Fight, dan Flight.

Pada fase ini mahasiswa asal Sumatra memutuskan dan

mengambil jalan akhir dari proses adaptasi yang dilakuan, yaitu

dimana 5 informan memilih Full participation dan 4 informan

Page 121: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

110

memilih Accomodation. Mahasiswa asal Sumatra yang

memutuskan pada pilihan full accommodation yaitu dimana

informan sudah merasa sangat nyaman dan tidak ada lagi

masalah yang dialami terhadap lingkungan maupun budaya baru.

Bahkan mahasiswa asal Sumatra merasa betah berada di Jakarta

dan sudah sepenuhnya bisa menerima keadaan apapun yang ada

di Jakarta maupun lingkupan kampus. Sedangkan mahasiswa

asal Sumatra yang memutuskan pada piihan accomodation yaitu

dimana informan belum sepenuhnya menerima linkungan baru

dan masih mengalami masalah seperti pergaulan bebas,

perbedaan persepsi, cara interaksi antar masyarakat yang sangat

berbeda di kampung halamannya, kemudian penyesuaian dengan

hawa polusi Jakarta yang berbeda degan kampong halaman

informan. Tapi disini informan dapat menemukan cara untuk

mengatasi masalah yang dialaminya. Informan sudah tahu dan

sudah menemukan cara untuk mengatasi permasalah-permasahan

yang ada, hal ini dilakukan guna untuk mencapai tujuan

menyelesaikan perkuliahan.

Page 122: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

111

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan

tentang Akomodasi Komunikasi Antar Budaya Pada Penyesuaian

Diri Mahasiswa Perantauan Asal Sumatra Di Uin Syarif Hidayatullah

Jakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan akomodasi komunikasi yang terjadi pada

penyesuaian diri mahasiswa perantauan asal Sumatra di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, para informan cenderung

memilih konvergensi sebagai tindakan yang mereka ambil,

mereka lebih berusaha menyesuaikan dirinya di tempat

mereka merantau terutama lingkupan kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, meskipun beberapa dari mereka pada

awalnya merasa tidak nyaman berada dilingkupan baru

dikarenakan perbedaan budaya seperti cara berbicara,

penggunaan Bahasa yang berbeda, cara berinteraksi sehari-

hari, tetap saja mereka berusaha untuk memahami perbedaan

tersebut dan mulai menerapkan di kehidupan sehari-hari

supaya komunikasi dengan mahasiswa lainnya berjalan

dengan lancar, mereka berusaha memahami perbedaan

tersebut dan tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada.

2. Pada Fase-Fase Adaptasi Budaya Yang dikemukakan oleh

Young K, penyesuaian diri para informan sudah menerapkan

fase-fase Honeymoon, Frustation, Readjustment, Resolution.

Page 123: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

112

Dimana pada fase Honeymoon para informan pada awalnya

memiliki harapan atau ekspektasi ketika akan melakukan

perantauan serta motif untuk berkuliah dan menggapai cita-

cita, setelah berada dilingkungan baru para infoman baru

menyadari banyaknya perbedaan antara kampung halaman

dan kota perantauan sehingga memicu terjadinya penyesuaian

terhadap hal-hal yang baru di perantauan hal ini berada di fase

Frustation. Untuk mengatasi rasa tidak nyamannya saat

berada dilingkungam baru, para informan memilih

bertoleransi dengan perbedaan budaya yang ada, dengan cara

mengenal terlebih dahulu karakter lawan bicaranya, berusaha

tidak tersinggung dengan perbedaan yang ada dan juga

mempelajari kosakata Bahasa Indonesia lebih mendalam

untuk menghindari kesalahan persepsi. Pada tahap Resolutian

terlihat sebagian besar para informan sudah merasa sangat

nyaman dan tidak ada lagi masalah yang dialami terhadap

lingkungan maupun budaya baru.

B. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan oleh penulis adalah:

1. Untuk setiap individu yang akan merantau, sebelumnya

diharapkan mempelajari lingkungan baru tempat tinggalnya

dengan mengenal kebiasaan dan karakteristik masyarakat tepat

merantau secara umum sehingga bisa menghindari rasa ketidak

nyamanan di lingkungan baru. Selain itu, diusahakan dapat

menerima dan bersikap terbuka terhadap perbedaan-perbedaan

yang ada, karena hal tersebut merupakan suatu identitas budaya.

Page 124: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

113

2. Komunikasi yang muncul adalah konvergensi. Konvergensi

sendiri merupakan bentuk akomodasi dimana individu berusaha

untuk menyamakan perilaku komunikasinya dengan lawan

bicaranya, yang membuat individu yang melakukan akomodasi

akan menanggalkan atribut kulturalnya selama proses

komunikasi untuk mengakomodasi lawan bicaranya. Berangkat

dari penelitian ini dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk

mengetahui identitas kultural mana yang akan dipilih oleh

individu setelah melakukan konvergensi di lingkungan kultural

yang berbeda dengannya. Informan yang dipilih sebaiknya

individu dari kultur yang memiliki kebanggaan kultural yang

kuat.

Page 125: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

114

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, TM. 2003 Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali

Arbi, Armawati. 2003. Dakwah dan Komunikasi. Jakarta: UIN Press.

Charles R. Berger, Michael E. Roloff & David R. Roskos, , terj. Derta

Sri Widowatie. 2014. The Handbook of communication science.

Bandung: Nusa Media.

Chaney, D. Life Style. 2004. Sebuah Pengantar Komprehensif.

Yogyakarta: Jalasutra.

Devito, Joseph A. 1997 Komunikasi Antar manusia. Jakarta: Profesional

Books.

Departemen Agama RI. 2005 “Al-Qur’an dan terjemahannya”.

Bandung: CV. Penerbit Jummatul Ali.

Drs. Hanafi & M. lkram BA. 1980. Adat Istiadat Daerah Bengkulu.

Jakarta : Proyek Penelitian Dan Pencatatan Kebudayaan Daerah

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. 2003. Communicating With Strangers.

New York: McGraw-Hill.

Hamad, Ibnu. 2013. Komunikasi dan Perilaku Manusia. Depok : PT.

Raja Grafindo Persada.

Page 126: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

115

Hidayat, Dedy N. 2003. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial

Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Indonesia.

Larry A. Samovar & Richard E. Porter. 1991. Communication Between

Culture. Belmont. California: Wadsworth.

Larry A. Samovar, Richard E. Porter & Edwin R. McDaniel. 2012.

Intercultural Communication: A Reader, Thirteenth Edition.

Boston: Cengage Learning.

Milles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas

Indonesia Press.

Morrisan & Wardhany Andy Corry. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy & Jalaludin Rahmat. 2005. Komunikasi Antar Budaya,

,Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Richard West & Lynn H. Turner , terj Maria Natalia dan Damayantu

Maer. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta, Salemba

Humanika.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Page 127: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

116

Ruben Brent D & Lea P Stewart. 2006. Communication and Human

Behavior. United States: Allyn and Bacon.

Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi Antar budaya: Satu Perspektif

Multidimensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Singarimbun ,Masri & Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey.

Jakarta: LP3ES.

Stewart. L. Tubbs-Sylvia Moss. 2001. Human Communication konteks-

konteks komunikasi antar budaya. Bandung: PT. Remaja Rosda

karya buku ke-2.

Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Samovar, Larry A. & Richard Porte. 1994. Intercultural Communication

A Reader. 7th ed. 1994. New York: International Thomson Publ.

Sunarto , Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi.

Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan

Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press.

Ting-Toomey, Stella. 1999. Communicating Across Culture. New York

: The Guilford Publications.

UU. Hamidy. 1995. Orang melayu di riau. Pekanbaru.

West Richard & Tunner Liynn H. 2007. Pengantar Teori Komunikasi,

Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Humnaika.

Page 128: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

117

West, Richard & Turner, Lynn H. 2009. Pengantar Teori Komunikasi:

Analisis dan Aplikasi (Introducing Communication Theory:

Analysis and Application). Jakarta: Salemba Humanika.

Jurnal

Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in

Indonesia: South Sulawesi Muslim Perception of a Global

Development Program.

Alhamdu. 2018. "Karakter Masyarakat Islam Melayu Palembang."

Jurnal: Psikologi Vol: 1 No. 1.

Dr. Suheri, M. I Kom. 2019. "Akomodasi Komunikasi" Jurnal: Network

Media Vol: 2 No. 1

Wilbur Schramm, the process and Effects of Mass Communication,

(University Of Illinois Press Urbana, 1995)

Skripsi

Benandra Masryah Sasdana, “Pengaruh Efektivitas Komunikasi Antar

Budaya Terhadap Adaptasi Mahasiswa (Studi Terhadap

Mahasiswa Perantau Di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya Angkatan 2015 - 2016)”

Website

Artikel Pendidikan Generasi Millennial | IDN Times

Page 129: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

118

Website PPDIKTI-Pangkalan Data Pendidikan Tinggi

(https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_pt/)

LaRay M. Barna, Stumbling Blocks in Intercultural Communication,

(http://archive.aacu.org/summerinstitutes/igea/documents/Allres

ources_000.pdf, 2 Juli 2018)

Profil Pulau Sumatera. http://www.gosumatra.com/seputar-sumatera-

indonesia/ diakses pada 25 Desember 2015.

Sifat Umum Orang Aceh. https://www.fokusaceh.com/2020/06/5-sifat-

umum-orang-aceh-yang-paling.html Diakses pada 23 Juni 2020.

Khas Orang Medan. https://www.google.com/amp/kissfmmedan.com/

ciri-khas-orang-medan/ Diakses pada 4 Desember 2017

Mitos vs fakta menarik orang minang. https://www.google.com/amp/

s/www.kabarsumbar.com/ berita/5-mitos- vs-fakta-menarik-

tentang-orang-minang/%3famp Diakses pada 14 Desember 2020

pukul 19. 36

Mengenal kebudayaan daerah jambi. https://www.senibudayaku.com/

2018/ 05/mengenal-kebudayaan-daerah-jambi.html?m=1#

Diakses pada 12 Mei 2018

Beberapa Ciri Khas ni Hanya Dimiliki Orang Palembang, https://

www.molzania.com/beberapa-ciri-khas-ini-hanya-dimiliki/

Diakses pada 15 Agustus 2017

Yuk Kita Ketahui Lebih Banyak Tentang Bangka. https://www.

google.com/amp/s/desmaster.wordpress.com/2015/08/03/yuk-

Page 130: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

119

kita-ketahui-lebih-banyak-tentang-bangka/amp/ Diakses pada 03

Agustus 2015

Saat digandeng orang Lampung pasti kamu akan merasakan 7 hal ini

https://palangkanews.co.id/ / Diakses pada 8 September 2020

Observasi

Data Jumlah Mahasiswa UIN Jakarta yang berasal dari masing-masing

Provinsi Sumatra pada tahun 2020/2021 Pusat Teknologi

Informasi dan Pangkalan Data UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada 29 April 2021

Page 131: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Lampiran-lampiran

Page 132: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 1 : Nur Fithri Qomariah Rambe

Asal : Sumatera Utara

Hari/Tanggal/Pukul : Minggu, 25 April 2021 / 14.17 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Aku ngerasa senang, karna bisa ketemu sama orang-orang baru

yang notabenenya berasal dari wilayah yang berbeda-beda.

2. Apakah ada kendala saat kamu pertama kali belajar di UIN?

Kendalanya berinteraksi dengan orang baru, karena untuk pertama

kalinya aku menimbah ilmu di luar pulau yang mana kehidupan di

provinsi satu dengan yang lainnya berbeda. Dari segi komunikasi,

bahasa, tingkah laku, gaya bicara apakah intonasi yang diucapkan

baik atau tidak dan sebagainya.

3. Menurut kamu, apakah kamu orang yang sulit atau mudah

dalan berinteraksi dgn orang lain?

Termasuk dalam kategori sulit, karena aku bukan tipe yang memulai

pembicaraan.

4. Perbedaan budaya apa saja yang kamu rasakan antara budaya

medan dan tempat kamu merantau ?

Perbedaan yang pang paling menonjol adalah bahasa. Sehingga

gaya bahasa, intonasi bicara, bahasa slank atau dialek yang dipakai

itu sangat berbeda.

5. Adakah hal-hal yang membuat kamu kurang nyaman saat

berinteraksi dengan mahasiswa di tempat baru?

Page 133: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Penggunaan Bahasa gaul yang sedikit berlebihan di kampus.

Menurutku itu sedikit kasar seperti kata anjir, njir, di sana untuk

pertama kalinya aku mendengarnya. Jadi aku kaget tidak terbiasa

mendengar kata-kata kasar yang diucapkan teman kampus.

6. Apakah pernah terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi

dengan mahasiswa lainnya? Apa saja?

Pernah, Contohnya, aku mengatakan kata ledek dengan kata ngejek.

Kali dengan banget "banyak kali sedangkan di sini banyak banget".

terus dengan baru "baru aku pergi lagi di sini trus aku pergi lagi"

dan masih banyak kata lainnya.

7. Menurut kamu apakah faktor penghambat yg kamu alami saat

berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Faktor penghambat, aku susah berinteraksi dengan orang baru, aku

akan sangat tertutup dengan mereka yang tidak aku kenal.

8. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dgn baik?

Aku selalu berusaha menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.

Seperti gaya bahasa, nada dan intonasi bicara, jadi karna ditempat

asalku mengggunakan Bahasa daerah, diawal aku mencoba belajar

Bahasa Indonesia biar teman-temanku di UIN mengerti apa yang

aku ucapkan. Sehingga ketika berinteraksi dan berkomunikasi

dengan yang lainnya tidak merasa kesulitan lagi.

Nur Fithri Qomariah Rambe

Page 134: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 2 : Meyla Rehulina Boru Sitepu

Asal : Bangka Belitung

Hari/Tanggal/Pukul : Selasa, 20 April 2021 / 07.10 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Kenapa memilih UIN Jakarta, sebagai tempat melanjutkan

pendidikan?

UIN itu pernah sosialisasi di SMA meyla, abis itu meyla cari-cari

info tentang jurusan-jurusan yang ada di UIN terus aku tertarik

sama Kessos sama di Jakarta juga ada saudara.

2. Apa peresepsi awal kamu tentang UIN Jakarta?

Persepsi aku, Universitas yang kental banget keagamaannya, jadi

aku rasa aku akan belajar banyak hal terkait keagamaan, aku fikir

pasti dari segi kedisiplinan, pakaian, pelajaran akan sangat bagus.

3. Terus pas waktu kamu udah masuk ke UIN nya, apa yang kamu

rasain? Apakah sesuai sama persepsi kamu?

Awalnya kan aku fikir fokus banget ke agamaannya, bener-bener

ketat aturannya. Ternyata pas dateng lebih open minded gitu orang-

orangnya, terlebih dijurusan meyla. Juga masalah berpakaian

mahasiswa-mahasiswanya, meylakan jurusannya kessos, aku fikir

walaupun jurusan umum tetep gitu kak masih islami banget,

ternyata nggak seislami atau nggak setertutup yang meyla kira.

Juga sebelum masuk UIN, aku udah mikir pengen masuk asramanya

dulu. Kalau dimahadkan ada banyak keagamaan, bahkan kita itu

diwajibin pake rok, pake baju panjang terus gak boleh pacaran. Jadi

meyla ngerasa, itu bisa ngebuat meyla tetep gak keikut arus.

Page 135: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

4. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Ada rasa kayak takut gak bisa berbaur, waktu itu juga kayak

kenalan sama yang lain pas awal gak susah cuman dari segi

bahasanya susah dimengerti, karna awal-awal meyla juga ngomong

bahasa indonesia kayak berbelit-belit gitu. Juga sering homesick,

karna meyla baru pertama kali merantau. Ada rasa takut gak bisa

ngurus diri sendiri, cuman kebantu sama kesibukan ngerjain tugas-

tugas kuliah dan meyla harus manage waktu kapan nyuci, kapan

bebenah, jadi fokusnya itu kesitu. Dulu pas awal-awal aja ngerasa

gak nyaman, ada rasa takut gitu.

5. Apakah kamu ada kendala pas waktu belajar di UIN?

Awalnya memang susah, meyla itu orangnya agak pendiem tapi

kalau orang-orang dijurusan itu pada frontal kalau ngomong, jadi

aku mikir orang-orangnya sedikit kasar, aku kayak kaget gitu. Tapi

karna terbiasa, udh ngerasa gak kaget lagi. Kalau dari segi

kekhawatiran pasti ada, walaupun asrama aku harus tetep ngatur

kebutuhan kayak uang bulanan yang harus bener-bener teliti.

6. Berarti kamu salah satu orang yang susah berinteraksi ya?

Iya kak, meyla gak bakal ngajak ngomong duluan, tapi kalau

temennya ngomong duluan baru meyla bakal respon.

7. Kalau dari segi ekonomi sendiri ada gak kesulitannya?

Paling cuman pas mempergunakan uangnya kayak harus bener-

bener manage dengan baik gitukan.

8. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang kamu lakukan

dengan mahasiswa lainnya?

Page 136: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Ada rasa canggung, malu, terus kayak ragu, soalnya meyla itu kalau

ngomong bahasa indonesia suka berbelit-belit gak sengaja nyampur

sama bahasa daerah, banyak yang gak ngert terus meyla itu suka

ngulang ngejelasinnya. Terlebih lagi temen-temen meyla pas awal

itu pada gak ngerti sama apa yang meyla omongin, akhirnya mereka

nanya lu pake bahasa melayu ya? Bahasa yang kayak upin ipin gitu,

jadi pas awal suka diejek gitu. Tapi ya meyla iya iya aja

ngeresponnya, dalem hati itu ngebatin mulu.

Temen-temen meyla kalau ngomong vocal banget jadi aku ngerasa

tertutup gitu diantara temen-temen lainnya. Jadi hampir satu

semester meyla canggung sama yang lain, dan lebih banyak

diemnya karna ragu pas pengen ngomong atau ngajak ngobrol

temen lainnya. Tapi akhirnya kayak temen-temen yang lainnya juga

mau berbaur sama meyla, mau deket dan mau memahami aku.

9. Perbedaan budaya apa saja yang kamu rasakan antara budaya

medan dan tempat kamu merantau ?

Dari segi keamanan itu paling jelas menurut meyla. Aku kaget karna

pernah dikampus kehilangan HP di masjid UIN awalnya mikir

dimasjid ya pasti gak bakalan ada maling selalu berfikir positif

thinking, pas kejadian persepsi aku kenapa jahat banget ngambil

barang orang. Soalnya kalau dikampung meyla contohnya kalaupun

kita markirin motor di tepi jalan gitu kalau misalnya gak dikunci

gak bakal dicuri aman banget, kayak bener-bener jarang ada kasus

kriminal lah gitu. Tapi sekarang karna belajar dari pengalaman ya

aku nya yang harus hati-hati banget biar gak keulang lagi.

Page 137: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

10. Emang rasa kurang nyamannya gimana mey? cara kamu

mengatasinya sendiri itu gimana?

Orang-orang disini ternyata kalau ngomong itu suka frontal, di

bangka rata-rata orangnya gak frontal kalau ngobrol, harus hati-

hati banget kalau ngobrol biar gak ada yang tersinggung. Pas awal-

awalnya aku ngerasa gak nyaman, ngerasanya setiap ngomong

bahasa melayu aku fikir aku diejek sama mereka, jadi dulu aku gak

berani ngeluarin pendapat, tapi pas lama kelamaan memang

ternyata cara ngelucunya mereka itu kayak gitu.

Cara aku mengatasinya ngeliat dari sisi Latar belakang orangnya

atau budaya orangnya, meyla mikirnya dia seperti itu ngomongnya,

cara berbicaranya, sikapnya, karna mungkin budayanya dia

memang gitu dan meyla juga berusaha buat bilang ke diri sendiri

biasa aja jangan mudah kesinggung lagi. Harus bisa beradaptasi

dan ngenal karakter setiap temen-temen meyla.

11. Apakah pernah terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi

dengan mahasiswa lainnya? Apa saja?

Lebih ke tidak mengertian sih kak, itu sering banget meyla alamin,

meyla itu kalau ngomong suka berbelit-belit karna bahasa

indonesia nya gak bagus, kalau lagi ngobrol nih terus meyla yang

ngomong, tiba-tiba aku ngerasanya kayak hening pada diem, terus

aku mikir ini temen-temen ngerti apa nyambung gak ya sama apa

yang aku sampein.

12. Menurut kamu apakah faktor penghambat dan pendukung yg

kamu alami saat berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Faktor penghambat sih pastinya bahasa ya kak, terus

lingkungannya juga beda jadi kayak lebih beragam gitukan

Page 138: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

pribadinya banyak karakter orang yang beda-beda banget, kalau di

kampung halaman aku rata-rata karakter orangnya sama gitu,

bukan maksudnya sama keseluruhan ya, tapi dalam lingkup

umumnya karakternya hampir sama jadi bisa saling mengerti. Terus

yang ketiga itu, dari dalam diri aku sendiri sih kak, awal-awalnya

akutuh suka insecure gitu merasa diri itu dari kota yang kecil gak

bakalan bisa berbaur sama orang-orang baru yang ditempat

rantau, tapi abis itu faktor pendukungnya itu, kayak temen-temen.

Soalnya kita kayak sering diskusi-diskusi gitu kan, jadi kayak bisa

ngedukung meyla lebih sosialisasi aktif gitu, terus juga kalau di UIN

kan banyak organisasikan, nah meyla juga ikut organisasi. Jadi

disitu ngasah skill sosial juga kak.

13. Cara kamu sendiri mengatasi perbedaan-perbedaan yang

terjadi supaya interaksinya berjalan dengan baik itu gimana?

Pertama itu meyla gak boleh baperan gak boleh over thinking,

kedua harus berinteraksi, ketiga meyla lebih belajar memahami

perbedaan budaya dan karakter. awal-awal oh ternyata orang ini

frontal banget, ngomongnya tuh berisik banget, jadi ngerasa risih,

kok orang ini kenapa ya kayak gitu sikapnya. Tapi abis itu, akhirnya

kayak mulai mahamin diri sendiri dulu, baru mulai ngerti mau

paham karakter orang-orang di UIN, sebenernya masih ngerasa

risih, tapi aku coba ngerti kalau karakter mereka seperti itu.

Meyla Rehulina Boru Sitepu

Page 139: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 3 : Ilham Anugrah

Asal : Palembang

Hari/Tanggal/Pukul : Selasa, 27 April 2021 / 08.51 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Apa persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta?

Aku fikir UIN Jakarta itu kayak pesantren, cara berpakaian

mahasiswa/i lebih islami ternyata nggak juga, apalagi di fakulas

saya FST pakaiannya sangat tidak mencerminkan mahasiswa UIN.

2. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Lebih ngerasa senang gitu, bisa pergi dan keluar pulau.

3. Menurut kamu, apakah kamu orang yang sulit atau mudah

dalan berinteraksi dgn orang lain?

Saya sebenernya sangat mudah ngobrol sama oranglain, tapi saya

orangnya agak selektif, pemilih, saya orangnya private person.

4. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang kamu lakukan

dengan mahasiswa lainnya?

Biasa saja sebenernya kak, cuman yang saya garis bawahi orang-

orang pada menganggap saya itu kalau ngomong sangat ngegas

dan temen-temen di UIN itu pasti selalu bilang kalau ngomong

jangan marah-marah. Soalnya kalau orang-orang di daerah saya

memang biasanya ngomongnya seperti itu nadanya tegas, tapi

ternyata orang di kampus berfikir saya kalau ngomong suka marah-

marah, padahal saya gak marah-marah. Itu yang bener-bener saya

rasain perbedaannya. Akhirnya ini yang bikin saya selektif nyari

temen disini. Saya ngerasa udah menyesuaikan diri dengan

Page 140: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

semaksimal mungkin ngikutin kemauannya temen-temen biar

merekanya juga nyaman sama saya, tapi tetep saja temen-temen itu

menganggap saya kalau ngomong suka ngegas dan kasar.

5. Diliat dari perbedaan budaya antara tempat tinggal kamu dan

tempat kamu merantau, apakah kamu pernah mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi?

Saya rasa sih nggak ada perbedaan yang bener-bener

mempengaruhi saya kak, saya juga lancar dalama berbahasa

Indonesia walaupin bukan bahasa ibu. Cuman dari cara intonasi

berbicara saya yang agak saya turunin sedikit, di Sumatra orang

ngomongnya keras sedangkan di pulau Jawa cara berbicaranya

lebih lembut. Jadi kalau masih ada temen saya yang nganggap saya

kasar dalam berbicara sedangkan saya merasa sudah menurunkan

nada bicara saya, yasudah saya masa bodokan saja, sekarang sih

lebih ngerasa nyaman aja karna saya juga pilih-pilih kalau mau

berinteraksi dengan orang-orang.

6. Apakah pernah terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi

dengan mahasiswa lainnya? Apa saja?

Intonasi ya kak, soalnya temen-temen saya sering notice saya buat

kalau ngomong itu harus pelan-pelan jangan terlalu keras, padahal

saya ngomongnya ya biasa aja.

7. Menurut kamu apakah faktor penghambat dan pendukung yg

kamu alami saat berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Cara atau gaya perbedaan bicara itu faktor penghambat banget

kak, ya saya fikir saya kalau berbicara biasa saja tapi lagi dan lagi

temen itu selalu bilang saya itu kasar, saya juga kalau mau

menyampaikan sesuatu hal yang baik tapi mereka menganggapnya

Page 141: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

saya tetap kasar karna mereka tidak terbiasa dengan intonasi

berbicara saya, hal ini yang bikin saya selama 1 tahun lebih merasa

tidak nyaman saat berkomunikasi dengan teman-teman kampus ,

faktor pendukungnya saya cukup lancar berbisa bahasa Indonesia.

8. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dgn baik?

Saya harus tau saya berbicara sama orang yang berasal darimana,

kalau misalnya lawan bicara saya orang Jawa, saya akan belajar

untuk menyesuaikan cara berbicara saya dengan intonasi yang

lebih rendah, harus pelan dan jelas juga harus sopan, walaupun

mungkin bagi mereka tetap saja cara berbicara saya ngegas.

Cuman kalau merekanya juga udah tau saya dari Sumatra, mereka

bakal memaklumkan kak terutama orang Jakarta. Yang belum bisa

memaklumi saya itu kebanyakan temen-temen saya yg orang Jawa,

jadi ya kerjaannya ngingetin saya terus tapi gak semua orang jawa

kak, pasti ada orang jawa juga yang memaklumi.

Ilham Anugrah

Page 142: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 4 : Bismiyati

Asal : Sumatera Barat

Hari/Tanggal/Pukul : Senin, 19 April 2021 / 15.49 WIB

Tempat : Yayasan Cinta Yatim dan Dhuafa, Pisangan

Barat, Kec. Ciputat timur, Banten

1. Kenapa kamu memilih UIN Jakarta untuk melanjutkan

pendidikan tinggi?

Karna katanya UIN Jakarta itu kampus islam unggulan, bagus,

terus favorit. Secara kalau kampus bagus itu berarti punya fasilitas

yang menunjang perkuliahan itu bagus, soalnya pengen ngerasain

juga gimanasih fasilitas-fasilitas itu bisa digunain. Pas di MTS,

sama MAN di kampung itu fasilitasnya kurang memadailah kak,

kayak laboratorium komputer gak ada.

2. Tapi setelah masuk ke UIN kamu ngerasa persepsi awal kamu

berubah apa nggak?

Ada yang berubah ternyata fasilitas yang ada itu gak semuanya

bagus atau bisa dipake, misalnya tempat duduk masih ada yang

patah-patah, terus kalau mau minjem tempat harus rebutan sama

organisasi lain, ribet gitu ngurusin peminjeman tempatnya.

3. Terus perasaan kamu saat berada dilingkungan baru gimana?

Diawal ngerasa seneng aja sih, ngerasanya ya bisa hidup tanpa

harus bergantung sama orangtua dari segi masak sendiri, bersih-

bersih sendiri, terus bisa nemuin kehidupan yang lebih luas. Tapi

juga ada perasaan kayak kurang percaya diri, kan punya temen

beda-beda, ada rasa takut kalau ngomong takut gak nyambung,

Page 143: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

takut gak hisa beradaptasi. Aku juga ada rasa cemas, karna takut

kedepannya gak berjalan dengan baik seperti apa yang aku fikirin.

4. Terus kamu ada kendala gak selama kuliah di UIN?

Dari segi ekonomi iya kak, dulu bener-bener harus manage uang

gitu jadi kalau mau beli ini itu mikir dulu gak berani buat beli

barang yang mahal karna ekonomi keluarga aku terbatas,

Alhamdulilah kalau sekarang udah dapet beasiswa.

5. Terus kalau menurut kamu, kamu orang yang sulit atau mudah

dalam berinteraksi?

Sejujurnya itu lebih kesulit, soalnya kalau ketemu orang baru aku

harus ngeliat suasana dan situasinya dulu, karna bismi cenderung

rahu-ragu kalau mau berinteraksi takut salah karna di lingkupan

yang bedakan ya. Kan orangnya bermacam-macam disini, aku

susah ngedeketinnya ragulah, jadi ya bakal berinteraksi atau

ngelanjutin pertemanan lebih klop kalau menurut bismi dia cocok

sama aku. Sering kejadian, suka gak nyambung gitu kalau ngobrol

sama yang gak sefrekuensi disini. Kalau di Padang aku ngerasa

sefrekuensi mau sama siapapun, ngertilah sama yang diomongin.

6. Kamu pernah ngalamin kesulitan gak, kalau ngeliat dari

perbedaan budaya di Padang sama disini?

Kalau ngalamin kesulitan dulu pas pertama kali, kalau dikampung

itu kesekolah pake motor dan pake rok duduk di motornya nyamping

gitu kak, cuman pas disini ngeliat perempuan yang pake rok tuh gak

ada gitu duduk yang nyamping jadi kayak gak enak aja pas awal-

awal duduknya gak nyamping pas diatas motor. sekarang malah

kebiasaanya duduknya udah gak nyamping lagi kalau pake androk.

Page 144: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Kalau dari segi komunikasi, dikampung itukan pake bahasa daerah

kalau ngomong, ada sih yang kasar ada yang lembut. Tapi kalau

disinikan ngomongnya lu gua, jadi sampe sekarangpun aku masih

kaget aja kalau orang sini ngobrol pake lu gua ke kita, sedangkan

kalau dikampung itu pake nama. Kayak asing kak, kesannya aneh di

fikiran aku apasih bismi itu gak bisa ngomong kayak gitu.

7. Menurut kamu apa saja yang beda antara Padang sama disini?

Kalau budaya, jelas bahasa kak beda jauh banget. Karna disinikan

banyak pendatang jugakan dan bahasanya pada beda-beda jadi

itutuh udah kayak nyampur banget beda-beda pengertian. Kalau

interaksi di sekitar, akunya yang kurang bersosialisasi kak disekitar

tempat tinggal aku yang disini.

8. Pernah ada rasa gak nyaman gak saat berinteraksi sama

mahasiswa atau masyarakat?

diawal aku ngerasa aneh karna banyak yang beda ternyata,

padahalkan kalau aku fikir sumatra bagian dari Indonesia jugakan,

tapi pas dateng ke provinsi lain beda banget kebiasaannya, ntah

dari segi bahasa atau karakter orangnya. Aku ngerasa temen-temen

bismi yang memang orang sini tuh, kalau ngomong semuanya pada

blak-blakan gitu kak, jadi dulu mikirnya orang sini tuh memang

semua karakternya blak-blakan kalau ngomong.

9. Pernah ada kejadian Kesalahpahaman gak sama temen kamu?

Pernah aku salah paham kalau chattan sama temen aku, kalau

ngetik iya itu a nya dipanjanginkan sama aku, terus temen aku

bilang kok bismi ngetiknya kayak gitu, dia mikirnya bismi itu marah

sama dia kayak teriak gitu kata dia, padahal nggak kayak gitu.

Page 145: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

10. Apa faktor penghambat dan pendukung saat berkomunikasi

dengan teman-teman yang beda kebiasaannya sama kamu?

Kalau faktor penghambat pasti dari segi bahasa, soalnya

berbedakan. Kalau penghambat lain itu, persepsi mereka itu kadang

beda gitukan apa yang kita sampein dan mereka tangkep kadang

suka beda. Terus kalau faktor pendukung, sama-sama saling

berkomunikasi aja sih kak.

11. Terus cara kamu mengatais perbedaan yang terjadi itu gimana?

Bismi itu lebih tipe pendiem dan pendengar. Jadi lebih sering

ngedenger apa yang temen bismi bilang dan nyesuain, misalnya

kayak cara ngomongnya dia oh ternyata gini. Aku juga mulai

nyesuain. Merekanya juga mencoba menyesuaikan dirinya ke aku.

12. Kalau sekarang kamu udah ngerasa bisa nyesuain diri kamu?

Nyesuain sih bisa, paling aku udah bisa nyesuaian diri sama

kehidupan disini, yang tadinya di padang kalau duduk di motor

nyamping sekarang nggak, terus lebih berani buat pergi-pergi

sendiri, cuman kalau dari segi interaksi aku masih ragu, cuman ya

aku jadi belajar karakter orang berbeda-beda. Pas di semester 1 2

bener-bener ngerasa susah buat nyesuain, masih kaget ngeliat

karakter temen yang beda banget. Soalnya kalau ditempat bismi tuh,

anak-anaknya ngomongnya pake bahasa halus padangkan, jadi pas

ngobrol nyambung, pas disini beda banget ada yang lembut kayak

orang jawa, ada yang blak-blakan banget, ada yang kasar.

Bismiyati

Page 146: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 5 : Mifta Dwi Kardo

Asal : Palembang

Hari/Tanggal/Pukul : Sabtu, 24 April 2021 / 11.23 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Kenapa memilih UIN Jakarta sebagai tempat menempuh

pendidikan tinggi?

Pertama, karna pengen keluar dari pulau Sumatra, pengen tau aja

rasanya hidup di luar pulau. Kedua, karna UIN Jakarta yang

keterima dari banyaknya pilihan kemarin.

2. Apa persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta?

Persepsi awal sih, kampusnya terkenal, untuk tingkat universitas

keislaman dan juga sempet denger-denger liberal dari kampus UIN,

terus setelah itu ngak terlalu ditindak lebih lanjut sama saya.

3. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Setidaknya ngerasa seneng lebih semangat ngerantau daripada di

tempat saya. Kurang enaknya sih, karna kekurangan info, saya dulu

bingung pas naik trans jakarta atau transportasi umum lainnya

kayak MRT, jadi saya sering kesasar. Kalau dari segi ekonomi,

kurang bisa memanage uang dengan baik sih saya, terus karna

ekonomi orangtua juga kurang mendukung jadi saya mau ikut-ikut

les susah. Orangtua itu sempet gak setuju, akhirnya di nyuruh

pindah aja ke Palembang kuliahnya,biar lebih murah gitu biaya

kuliahnya, tapi pas waktu itu saya kayak tetep ngepercayain

orangtua saya, sekaligus daftar beasiswa kak.

Page 147: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

4. Terus kalau dari segi penyesuaian diri kamu, perasaan kamu

sendiri bagaimana?

Kalau dari berinteraksi sama temen itu rumayan sulit. Pertama dari

cara berinteraksi, kalau kita mau ngomong itukan biasanya ada

topik percakapan dan biar enak komunikasi harus saling tau terkait

topik pembicaraannya kan. Nah sedangkan orang-orang di UIN itu

gak tau apa yang saya obrolin mereka gak paham sama topik

pembicaraan saya, saya juga kadang gak paham sama percakapan

mereka, akhirnya kalau ngobrol ya saya sering ngangguk-ngangguk

aja seolah-olah ngerti sama percakapannya, banyak yang mereka

gak ngerti juga apa yang saya omongin kalau pake bahasa melayu.

5. Kamu orang yang sulit atau mudah dalam berinteraksi?

Sayakan baru ngerasa bisa mulai berinteraksi dengan baik setelah

1 tahun beradaptasi., jadi saya kategori orang yang sulit

berinteraksi, karna butuh setahun buat diri saya nyesuaian diri.

Dulu itu cuman secukupnya aja kak, jadi ya kalau bener-bener

urgent yang harus banget saya tanyain baru saya berani buat

nanya, tapi selebihnya saya gak terlalu banyak ngobrol.

6. Terus perbedayaan budaya seperti apa yang kamu rasain

antara tempat kamu ngerantau sama Palembang?

Ngerasa 180% beda banget sama tempat tinggal saya. paling

berkesaan terkait kebersihan, pas kesini pertama kali masih ngekos

bareng temen, dan ternyata lokasi disini kotor banget , sampah

banyak. Terkait interaksi sama temen-temen juga disini agak beda.

Perbedaan kosakata juga, pernah pas di UIN saya mesen di warteg

tempe orek, kalau dipalembang disebutnya tempe aja, tapi di UIN

disebutnya orek, pas waktu itu bingung mbak wartegnya tempe apa

Page 148: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

yang saya maksud. Kemudian juga kalau di Jakarta kalau makan

gorengan yaudah makan gorengan, kalau di Palembang makan

gorengan harus sama cuka. Jadi pas makan gorengan saya ngerasa

kurang lengkap aja kalau gak ada cukanya. Sama cara pengucapan

waktu, kalau di Jakarta nyebutnya setengah 8, saya jawabnya tujuh

setengah, jadi bernah berdebat juga cuman gara-gara beda cara

pengucapan waktu. kalau di Palembang nyebut setengahnya setelah

angka, di Jakarta ternyata setengahnya duluan yang disebutin.

7. Ada gak hal-hal yang ngebuat kamu kurang nyaman selama

berada di lingkungan baru?

Ada beberapa hal yang saya kurang nyaman, kurangnya wawasan

terkait daerah rantau, jadi suka bingung juga terkait transportasi

umumnya, kadang gak nyamannya itu kok ngerasa ribet banget gitu

karna banyak jenis transportasi umum, ya jadi kadang-kadang

cuman ngikut temen aja, karena pas awal saya belum berani buat

ngambil langkah sendiri kak.

8. Pernah gak sih kamu ngalamin kesalahpahaman saat kamu

berinteraksi dengan temen kamu?

Pernah kak, pas waktu kenalan diorganisasi banyak yang ngenalin

dirinya pake nama palsu dan saya percaya aja, pas saya manggil

temen itu pake nama palsunya diketawain sama yang lainnya. Juga

kalau di Palembang itu sesama tetangga harus kenal satu sama lain,

ngobrol bareng. Di Ciputat itu nggak, buka pintu ya pas orang-

orangnya pada mau keluar aja, kurang interaksinya, jadi saya

rasanya ada orang tapi sepi, mungkin juga faktor disini banyak kos-

kossan ya kak dan rata-rata diisinya anak rantau juga. Terus saya

Page 149: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

juga ngeliat masyarakat disini kayak takut gitu mau nyapa duluan,

jadi kayak harus kita duluan yang nyapa baru mereka ngerespon.

9. Menurut kamu apakah faktor penghambat dan pendukung yg

kamu alami saat berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Saya ngerasa yang jadi penghambat itu kebiasan sehari-hari saya

yang berbeda, kalau di Palembang biasa mempererat silaturahmi

harus dilaksanakan, tapi di tempat rantau lu lu gua gua. Perbedaan

Bahasa juga, juga banyak yang saya gak tau di lingkupan baru ini,

jadi pas awal ngikut sama temen aja, sama saya harus berhati-hati,

dalam percakapan, saya gak berani ceplas-ceplos takut ada yang

tersinggung. Faktor pendukungnya temen kak, ada temen saya yang

ngebantu juga buat beradaptasi di lingkungan kampus kak.

10. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan-perbedaan yang

terjadi agar interaksi tetap berjalan dengan baik?

Awal-awal saya ngikut temen, tapi lama-lama saya nyadarin diri

saya sendiri supaya gak bergantung sama temen. Ya memberanikan

diri saya sendiri kak, dari segi mulai obrolan duluan yang biasanya

saya sulit buat memulai, nyesuain diri sama lingkupan baru, saya

belajar bahasa indonesia biar gak ada salah-salah penyebutan,

saya juga harus mahamin orang-orang lainnya juga kalau mereka

gak bisa seperti apa yang saya mau, jadi ya mengerti lah kak.

Mifta Dwi Kardo

Page 150: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 6 : Dwi Aryani

Asal : Sumatera Barat

Hari/Tanggal/Pukul : Senin, 26 April 2021 / 08.51 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Kemudian persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta, itu apa ni?

Ngerasanya sih rezeky dari Allah aja dikasihnya UIN Jakarta. Aku

mikir UIN kayak pesantren, anak-anaknya alim, sopan-sopan,

bahkan aku mikirnya cowok cewek dipisah gitu, ternyata nggak.

2. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Pertama aku sempet deg-degkan pasti ya, terus aku membiasakan

diri dengam hawa polusi sih paling, soalnya kalau disini itu damai

banyak hijau-hijau adem, kalau di Jakarta yang menjulang

tingginya bukan bukit, pohon tapi gedung-gedung.

3. Apakah kamu orang yang sulit atau mudah dalan berinteraksI?

Menurut aku, nggak sulit berinteraksi ya. Cuman aku mengamati

sejenak, gimana caranya aku biar bisa nyambung sama temen aku.

Tapi kalau dibilang mudah banget, nggak juga sih.

4. Diliat dari perbedaan budaya antara tempat tinggal kamu dan

tempat kamu merantau, kamu pernah ngalamin kesulitan?

Ngerasa cemas ditinggal ortu itu ada, aku coba ngebentuk karakter

sendiri supaya gak terdorong di kebebasan tersebut. Di Minang itu

nggak biasa cewek keluar malam. Nah di kampus kan biasa banget

cewek keluar malam. Jadi pas ngasih tahu ke temennya susah karna

aku gak suka keluar malem. Aku toleransi sama diri aku keluar

Page 151: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

malem cuman dengan alasan tertentu aja jadi dikomunikasiin ke

temennya, kalau keluar malam penting ya udah nggak apa-apa.

5. Perbedaan budaya apa antara Minang sama tempat rantau ?

Disini yang paling jelas banget nggak ada cewek pakai hotpants

keluar, pakaian mini Itu nggak ada, rata-rata perempuan tuh

berhijab. Kalau di Jakarta cara berpakaiannya bebas banget kan.

Kalau di sini masih kental banget peduli sama orang lain, peduli

sama orang lain nya tuh pengen tau urusan orang lain juga. Tapi

kalau di Jakarta kan udah kayak lu lu gua gua gitu ya. Sama belum

ada nikah di gedung jadi pasti nikah di tempat rumah perempuan

atau nggak sebalikya. Sama kalau disini pakai bahasa Minang terus

kalau di Jakarta kan umumnya bahasa Indonesia, rata-rata hampir

nggak ada ya pakai bahasa Betawi tapi pakai Bahasa Indonesia, di

sini kadang sekolah pun pakai bahasa Minang.

6. Adakah hal-hal yang membuat kamu kurang nyaman ketika

berinteraksi dengan lingkupan tempat kamu merantau?

Kebebasan bergaul kadang aku kurang nyaman, cewek cowok

dempet banget sentuh-sentuhan aku gak suka banget. Sama

pengucapan kata kasar kayak binatang, mengutuk orang tua, cara

aku ngatasinnya aku ngingetin, mungkin ada yang kalo aku deket

aku ingetin, kalau nggak deket ya udah aku abaikan.

7. Kamu ngerasa terbawa gak sama kebiasaan di sekitar kampus?

Aku gak terbawa arus di lingkupan kampus,masih nerapin

kebiasaan aku di kampung. Kalau di kampuskan pergaulannya

bebas ada yang sering keluar malem, terus banyak banget temen-

temen itu yang ngomong kasar seolah-olah itu Bahasa gaul, nah hal

Page 152: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

itu gak terfikirkan sama aku buat ngikutin kebiasaan mereka, aku

bakal nyaman sama kebiasaan yang aku terapin di kampung.

8. Apasih yang menjadi faktor penghambat dan pendukung kamu

saat berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya?

Faktor penghambatnya, gak nyaman ngedenger ucapan kasar jadi

kayak males gitu loh ngomong sama dia. Aku suka yang biasa aja,

gaul cuman masih dalam batas tau sopan santun, tahu adab. Nah

yang bikin menghambat Itu tuh orang-orang yang melebihi batas

menurut aku. Pendukungnya bahasa Indonesia, teman-teman

Minang aku lainnya kadang susah ngomong bahasa Indonesianya,

nah aku gampang dari lahir bahasa ibu aku bahasa Indonesia.

9. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Aku mengatasi perbedaan budaya dengan sabar, kalau emang

sesuatu harus disampaikan atau dikomunikasiin, yaudah aku harus

sabar dan harus tetap berinteraksi sama dia walaupun lingkupan

pergaulannya bebas, aku harus bertahan di situ sampai urusannya

selesai. misalnya ada perbedaan cara berpakaian sehari-hari yang

gak sesuai syariat islam atau gak sesuai yang diterapin di kampus,

yaudah mencoba memahami aja dia mungkin tipe orang yang

kurang nyaman memakai pakai

an syar’i. Mencoba memahami sabar, terus fokus pada tujuan dari

interaksi itu sendiri itu.

Dwi Aryani

Page 153: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 7 : Qothratinnada

Asal : Lampung

Hari/Tanggal/Pukul : Minggu, 25 April 2021 / 20.11 WIB

Tempat : via Google Meet

1. Persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta seperti apa nad?

Pertama deket sama kota, jadi kayak 'oh di Jakarta, terus UIN

Jakarta wow nih kayaknya' terus ada rasa seneng jugakan karna

bakal hidup di Jakarta. Persepsinya diawal itu orang-orangnya itu

kayaknya berintelek semua, karena sempat liat juga di Google, cari-

cari informasi banyak juga lulusan yang udah berhasil gitu Kayak

misalnya Ustadzah Oki Setiana Dewi terus tuh Mama Dede, jadi

persepsi awalnya itu kayak Universitas yang Wah lah gitu karena

udah mencetak orang-orang hebat.

2. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Jujur nggak enak banget karena ini juga pertama kalinya nada itu

merantau, kalau selama merantau ini kan nggak bisa setiap minggu

pulang bahkan setiap bulan juga nggak bisa. Jadi kalau misalnya

libur aja pulangnya dan libur juga belum tentu pulang, aku juga

ngerasa culture nya itu juga beda banget di Lampung kita ketemu

sama orang yang enggak kita kenal gitu masih bisa saling sapa, tapi

kalau misalnya awal di lingkungan UIN Jakarta tuh kayak ragu-

ragu mau kenalan atau sapa orang yang gak dikenal, 'Oh ternyata

gini ya gitu keluar dari zona nyaman' enaknya kita dapat

pengalaman baru karena kan nggak mungkin kita bisa cuman stuck

di situ-situ aja, jadi banyak pengalaman dan banyak channel baru

Page 154: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

3. Apakah ada kendala saat kamu pertama kali belajar di UIN?

Ada, pertama itu rasa kangen sama orang tua biasanya makan

makanan ibu, terus ini harus makan makanan warung. Harus ngirit-

ngirit, harus bisa mempiyoritaskan, mau beli makan misalnya

'makan nasi apa jajan ya' pasti kalau kita di rumah ngedahuluin

jajan soalnya kan di rumah udah ada makan dibuatin orangtua,

kalau misalnya di tempat rantau tuh mikir-mikir. Nada butuh

beradaptasi itu kurang lebih 1 semester, kendalanya tadi mudah

kangen sama orang tua, terus sama ekonomi karena nada belum

bisa kan ngatur uang, terus ya kebutuhan-kebutuhan kayak beli odol

beli sampo dan lain-lain bener-bener harus difikirin.

4. Apakah apakah kamu orang yang sulit atau mudah dalam

berinteraksi dengan orang lain?

Nada bisa dikategorikan orang yang mudah berinteraksi, Walaupun

itu baru pertama kali ketemu, cuman aku lihat-lihat dulu sambil

mempelajari psikologi orangnya, ngeliat orangnya jadi kalau

penglihatan aku orang tersebut susah diajak ngobrol duluan, aku

yang inisiatif ngajak ngobrol. Tergantung lawan bicaranya kayak

pas aku liat oranglain enak nih kayaknya diajak ngobrol, bener aja

gitu ketika emang diajak interaksi enak orangnya.

5. Bagaimana komunikasi dan interaksi yang kamu lakukan

dengan mahasiswa lainnya?

Saling tegur sapa, paling juga ngobrol sama temen yang menurut

nada deket, selebihnya kalau berinteraksi sama temen lainnya di

kampus itu tegur sapa aja kalau papasan di jalan, atau chattan.

Page 155: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

6. Diliat dari perbedaan budaya antara tempat tinggal kamu dan

tempat kamu merantau, apakah kamu pernah mengalami

kesulitan dalam berkomunikasi?

Iya tentu, benar-benar banyak perbedaan budaya, nada inget awal-

awal waktu maba kayak disuruh beli ini beli itu terus buat name tag,

nada kan ke fotocopyian terus nada udah ngasih uang, ternyata

masih ada kembaliannya nada bilang 'susuknya mana bang’

abangnya kayak shock gitu, jadi kan budaya di Lampung susuk itu

kembalian, tapi di daerah Jawa susuk itu maksudnya ya ada ilmu

hitam. Nah jadi di situlah sempat miskom, untung ada bapak-bapak

yang ngasih tau, bilang dek dari Sumatera ya dia nyuruh nada

bilangnya kembalian bukan susuk, nada juga nggak ngeh gitu jadi

pas abangnya kebingungan nada juga ikut kebingungan. Emang

agak sulit sebenarnya berkomunikasi banyak Miss understanding

banyak kata yang gak sesuai sama kebiasaan nada di Lampung.

7. Perbedaan budaya apa saja yg kamu rasakan antara budaya

Lampung dan tempat kamu merantau ?

Lebih ke pergaulan bebas nya, kalau di Lampung enggak terlalu

bebas masih ada aturan-aturan, gak boleh keluar maghrib kalau di

Jakartakan orang keluar maghrib kayak fine-fine aja, di Lampung

tuh biasanya jam 12 udah sepi banget, Jakarta masih rame banget

bahkan dilingkupan kampus aja kalau malem mobil motor masih

banyak yang berkeliaran. kedua bedanya itu dari bahasa, bahasa di

lingkupan kampus itu lebih sering pake bahasa gaul, disana

terbiasanya pake aku kamu atau anne ente. Sama ngerasa unik aja

disini kebanyakan kalau ngomong intonasi terakhirnya itu medok

betawi yang ditambahin k gitu, misalnya 'Eh lu mau ke mana yak'

Page 156: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

awalnya nada nganggepnya aneh gitu cara intonasinya orang-

orang sana, sama sih Lampung juga punya ciri khas kalau ngomong

tuh pasti ada 'geh geh' nya di akhir percakapan, terus nada

kebiasaan kan pake geh gitu, temen-temen nada pada gak ngerti

maksud geh itu apa, jadi mereka nganggepnya aneh juga.

8. Adakah hal-hal yang membuat kamu kurang nyaman ketika

berinteraksi dengan mahasiswa atau masyarakat di tempat

kamu merantau?

Kurang nyamannya, kalau organisasi kalau rapat di malam harikan

biasanya, terus nada kurang suka gitu kalau pulang malem, karna

kebiasaan di Lampung itu jarang perempuan keluar malem

sendirian, jadi biasanya kalau maghrib itu rata-rata udah gak

keluar lagi perempuan, walaupun masih ada tapi gak malem banget

gitu loh, kalau disanakan sampe jam 2 atau jam 3 malem pun masih

kumpul, itu gak nyaman banget soalnya nada juga kan anak HMJ

ya, jadi sering kumpulan malem. Cara nada ngatasinnya itu dengan

izin pulang duluan, tapi ada akibatnya juga, pasti ada aja yang

bilang kenapa pulang duluan nanti aja kali, kayak ngelarang-larang

gitu buat nada pulang duluan, dianggep aneh lah, jadi ya nada

awal-awalnya tetep kekeh buat balik duluan tapi lama kelamaan

kebawa juga karna ada rasa gak enak kalau pulang duluan.

9. Menurut kamu apakah faktor penghambat dan pendukung yg

kamu alami saat berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Faktor penghambatnya itu ketidaktahuan tentang budaya mereka

jadi sering miskomunikasi, sempet temen-temen nada itu

tersinggung sama intonasi nada ngomong, kayak Lampung itu

ngomongnya emang tinggi tapi bukan bermaksud itu marah tapi

Page 157: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

yang dari Jawa suka tersinggung. Pendukungnya harus adanya

pengetahuan tentang budaya dari masing-masing daerah antara

komunikasi mahasiswa Jawa sama siswa Lampung ataupun sama

mahasiswa rantau lainnya.

10. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dengan baik?

Dari segi pengetahuan ketika nada udah tahu nih oh suku Jawa ini

budayanya emang lembut gitu nggak bisa dikerasin, nah ketika nada

tahu Jawa ini nggak bisa dikerasin aku mencoba untuk menyamakan

mencoba untuk tidak meninggikan suara begitu mahasiswa Jawa ini

tidak tersinggung dari perkataan nada itu. Sama cara nada

mengatasinya juga dengan mengenal karakter masing-masing

temen atau masyarakat disana kak, nadanya juga harus peka.

11. Pernah ngerasa kalau diri kamu kebawa kebiasaan disini gak?

Kebawa kebiasaan pulang malem yang dulunya nada risih kalau

pulang malem, dari segi interaksi yang tadinya aku di Lampung gak

terbiasa ngomong Bahasa gaul kayak lu gue, karna ngeliat temen-

temen disini pake Bahasa gaul jadi aku mulai ngikutin. Sama juga

kebiasaan yang dulu di Lampung takut nyebrang jalan, sekarang

jadi lebih berani buat nyebrang, karena diJakarta orang-orang

pada mau ngasih pejalan kaki buat nyebrang kalau diLampung itu

pengendaranya gak ada yang mau ngalah, ngebut-ngebut .

Qothratinnada

Page 158: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 8 : Anisa Ulfadilla

Asal : Bengkulu

Hari/Tanggal/Pukul : Rabu, 21 April 2021 / 10.01 WIB

Tempat : via WhatsApp

1. Apa persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta?

Universitas islam, dan tidak beda jauh dengan pesantren saya dulu,

yang berbeda hanya saya harus beradaptasi sekelas dengan lelaki,

serta orang-orang baru lagi, kemudian harus terbiasa dengan

rutinitas baru yang cukup seru.

2. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda?

Menarik, karena saya akan mempelajari hal-hal baru lagi di

lingkungan saat ini.

3. Menurut kamu, apakah kamu orang yang sulit atau mudah

dalan berinteraksi dgn orang lain?

Kalau sulit menyesuaikan diri sih enggak terlalu, hanya saat

pertama kali ngampus saya cukup menperhatikan dan menganalisis

keadaan, karakter orang, dan rutinitas baru yang akan saya hadapi

di hari berikutnya, jadi saya tidak begitu mengalami kesulitan.

4. Perbedaan budaya apa saja yg kamu rasakan antara budaya

medan dan tempat kamu merantau ?

Bahasa, tradisi, pola hidup dalam aktivitas keseharian, dan kualitas

pendidikan, serta bentuk interaksi sosialnya. Kalau dari segi bahasa

seperti cara pembawaan logatnya berbeda terus juga nada

intonasinya pasti berbeda, bahasanya juga berbeda. Saya mulai

belajar untuk bebas berpendapat atau mau bertindak itu

Page 159: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

memperhatikan lingkungan sosial dan dihadapkan langsung kepada

kehidupan bermasyarakat itu kan jadi disitu aktivitas pola hidup

pun berubah gitu, di kampus juga ternyata banyak banget

perbedaan persepsi diluar yang saya kira, ini yang kadang bikin

saya harus berhati-hati dalam ngeluarin argumen. Nah lalu

selanjutnya dengan interaksi sosial tiangnya ya contoh di Jakarta

orangnya rada tidak ramah tapi sedangkan di Bengkulu orangnya

Ramah, tentang ramah dan tidak ramah nya ini menurut saya lebih

ke orang Jakarta itu lo lo gue gue ya.

5. Apa faktor penghambat dan pendukung yang kamu alami?

Penghambatnya itu perbedaan persepsi, sedangkan faktor

pendukungnya itu Toleransi

6. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dgn baik?

Kalau saya pribadi ngerasa harus nyesuaian diri dari setiap orang

yang karakternya beda-beda, saya fikir saya gak boleh egois gak

mau nyesuaian sama kebiasaan temen-temen saya yang di

lingkungan tempat rantau. Saya berfikir jangan menutup diri, dan

memendam sendiri nanti bisa frustrasi, dan sakit sendiri, saya harus

tetap baik kepada siapapun, saya memastikan untuk bisa bijak

dalam berteman dan mengendalikan keadaan.

Anisa Ulfadilla

Page 160: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 9 : Hurul Asyifa

Asal : Nanggroe Aceh Darussalam

Hari/Tanggal/Pukul : Jum’at, 23 April 2021 / 16.21 WIB

Tempat : Saung Pojok Jawara Ciputat

1. Kenapa memilih UIN Jakarta sebagai tempat melanjutkan

pendidikan tinggi?

Aku 6 tahun sekalah Madrasah waktu itu aku berpikir aku masih

pengen kuliah yang mana lingkungannya itu masih islami, pas nyari

ternyata UIN Jakarta tuh menduduki peringkat pertama, kalau UIN

ya Universitas Islam terbaik di Indonesia.

2. Apa persepsi awal kamu tentang UIN Jakarta?

Persepsi awal aku terhadap UIN pasti lingkungan Islami banget dan

aku kira bener-bener islami. Karenakan ditempat aku di aceh

jugakan ada UIN, jadi aku kira bakal sama lingkungannya.

Beberapa Eskul banyak yang masih nggak pakai kerudung pas ada

kegiatannya. Terus dari segi pakaian masih banyak yang memakai

pakaian yang menurut aku kurang mencerminkan anak UIN.

3. Bagaimana perasaanmu saat berada dilingkungan yg berbeda

Pastinya ada rasa cemas, khawatir gimana kalau misalkan aku

nggak bisa beradaptasi, gimana kalau misalkan teman-temannya

nggak cocok dan gimana kalau nanti sakit sedangkan posisi

keluarga ada di Aceh. Tapi juga exited karena ini memang pilihan

aku. Aku dari dulu emang selalu pengen nyari ilmu tuh sejauh

mungkin, ibaratnya kalau misalkan kamu mau bagus kamu harus

Page 161: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

keluar dari tempat tinggalmu untuk mencari ilmu sejauh mungkin.

Perasaan aku sendiri pas awal-awal itu tentu aja cemas gitu,

4. Apakah ada kendala saat kamu pertama kali belajar di UIN?

Ada, misalkan orang tua aku tuh cukup khawatir aku jauh di sana

makanya dari awal aku disuruh asrama dulu buat menyesuaikan

dan orang tua aku mungkin lebih percaya ya kalau asrama tu bisa

membuat aku lebih terjaga.

5. Kamu sulit atau mudah dalan berinteraksi dgn orang lain?

Sebenarnya aku tuh cukup pemalu terhadap orang baru tetapi aku

tuh nggak susah berinteraksi gitu Meski aku pemalu nih tapi tetap

berusaha untuk ngajakin ngobrol atau kenalan dengan orang baru.

6. Diliat dari perbedaan budaya Jakarta dan Aceh, apakah kamu

pernah mengalami kesulitan dalam berkomunikasi?

Pernah, contohnya antara senior ke junior, di tempat aku kalau

bercanda sama senior itu masih kaku banget, karena itu bakal

dianggap tidak sopan kalau terlalu open ke senior. Tapi gara-gara

itu juga ketika aku terapi di sini malah aku banyak yang bilang aku

tuh kaku banget sama senior. Sama ada satu kejadian kalo misalkan

di Aceh kita nanya 'ini lucu atau enggak?' artinya 'ini tuh aneh atau

enggak', jadi teman aku waktu itu yang orang sini pernah makai

baju dan dia tuh nanya ke aku ini lucu nggak sih karena aku

mikirnya itu tuh aneh atau nggak, jadinya aku jawabnya 'nggak

lucu' jadi temen aku berkali-kali ganti baju akhirnya aku nanya

kenapa diganti terus, temen aku bilang 'kata kamu nggak lucu' terus

aku bilang 'berarti bagus dong enggak lucu, berarti enggak aneh'

baru disitu kita ketawa dan Oh ternyata emang salah paham, disini

lucu itu dianggep bagus gitu bukan aneh.

Page 162: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

7. Perbedaan budaya apa saja yg kamu rasakan antara budaya

Aceh dan tempat kamu merantau ?

Pertama tadi sikap antara junior ke senior, terus kalau hari-hari

besar Islam di Aceh dibikin acara sampai kayak orang mau

nikahan, heboh aja. Missal 2 hari sebelum puasa, 2 hari sebelum

lebaran itu ada namanya hari meugang, menyambut Lebaran

dengan memasak daging dengan ukuran yang cukup banyak

dibagikan ke orang yang kurang mampu, acara yang besar banget

gitu dan benar-benar selalu dijalanin sih. Tapi kalau di tempat aku

ngerantau, aku gak nemuin kebiasaan kayak gitu, jadi ya kayak

biasa aja gak ada acara besar yang dilakukan masyarakat sinikan,

sekedar biasanya buka puasa bareng-bareng aja.

8. Adakah hal-hal yang membuat kamu kurang nyaman ketika

berinteraksi dengan mahasiswa lainnya?

Overall aku ngerasa orang di UIN itu lebih gampang berbaur,

enggak tertutup lebih open, di Aceh orang-orangnya lebih tertutup

atau kalau ketemu pertama kali masih malu-malu sama orang lain.

Awal-awalnya aja sih aku kalau berinteraksi itu kurang nyaman

mungkin karna faktor aku pemalu juga ya, tapi setelah beradaptasi

ngerasa interaksinya lebih mudah aja gitu.

9. Menurut kamu apakah faktor penghambat dan pendukung yg

kamu alami saat berkomunikasi dgn mahasiswa lainnya?

Pertama dari di awal banget dari yang kosakata yang kita punya

gitu, meski kita sama-sama bisa bahasa Indonesia cuman beberapa

vocabulary nya tuh cukup berbeda gitu, jadi ya diawal aku sering

diejek aja karna kosakata yang aku sebutin salah tangkap artinya

sama temen di kampus, yang menurut aku itu biasa aja tapi

Page 163: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

dianggap mereka itu aneh, contohnya kayak aku manggil temen itu

pake aku kamu menurut mereka penyebutan pake aku kamu itu

spesial, padahal di Aceh ya memang sehari-harinya pake aku kamu.

Pendukungnya aku pribadi aku salah satu orang yang sangat cepat

beradaptasi jadi aku langsung bisa ngikutin apa itu dalam segi

vocab yang tadi menghambat komunikasi aku atau hal lainnya.

10. Bagaimana cara kamu mengatasi perbedaan2 yang terjadi agar

interaksi tetap berjalan dgn baik?

Kalau memang ada perbedaan dan itu sulit dipahami aku pasti akan

bertanya dulu kalau emang perbedaannya itu memang beda aku

pasti bakal I'll be fine, ya pasti aku akan paham akan toleransi sama

itu sih. Misalkan contoh tentang komunikasi antara senior sama

junior atau orang tua yang lebih tua daripada kita, kan emang

budayanya yang beda banget di Aceh kalau dalam hal itu, kalau di

Aceh tuh kurang sopan kalau berinteraksi santai sama yang lebih

tua, tapi kalau di sini tuh B aja gitu dan aku tuh bakal mahamin itu

nggak akan mempermasalahkan. Karena is just a different, yang aku

pelajari juga di kuliah, kebetulan aku juga ada mata kuliah cross

culture understanding tentang komunikasi di mana perbedaan

budaya, memang untuk menyelesaikan perbedaan itu kita harus

maklum. Mungkin selama itu nggak ganggu aku, ya nggak apa-apa.

Hurul Asyifa

Page 164: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Informan 10 : Sakbano

Asal : Lampung

Hari/Tanggal/Pukul : Sabtu, 3 Juli 2021 / 14.05 WIB

Tempat : Himpunan Mahasiswa Lampung

1. Diliat dari kacamata kamu sebagai pengurus HML sendiri,

apasih yang menjadi perbedaan antara mahasiswa UIN yang

berasal dari Lampung dengan mahasiswa lainnya?

Yang pasti kalau kita berbicara dengan organisasi kedaerahan,

persamaannya membentuk kekeluargaan, menyampaikan budaya

dari daerahnya masing-masing ke tempat mereka menempuh

pendidikan tinggi, perbedaannya yang pasti budaya yang dibawa

seperti aktivitas sosial sehari-hari, cara pembicaraan yang berciri

khas, makanannya. Yang saya lihat perbedaan yang mencolok

kedekatan dalam hal kekeluargaan, ada juga sebenernya himpunan

daerah seperti kami. cuman yang saya lihat pasti setiap anak rantau

itu punya lebih dari 1 organisasi, nah tergatang jika ada masalah

di organisasi a mereka akan terbawa ke organisasi b. Nah bedanya

kalau di HML itu tetap menjalin silaturahmi, tetap ada keakraban.

Paling mencolok dalam bahasa yang berbeda antar daerahnya.

2. Untuk kamu sendiri pernah mengalami kesulitan tidak saat

pertama kali merantau kesini?

Kesulitannya kalau dari saya sendiri, ada rasa shock gitu karna

disini bener-bener ngak ada keluarga bener-bener sendiri, mau

keluar aja takut apalagi tempat yang jauh-jauh, takutnya kesasar.

Ada rasa cemas juga takut salah, tapi pas waktu itu kebantu sama

Page 165: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

HML karna kalau disini ada komunikais dari senior ke junior, jadi

seniornya membantu adik-adiknya menyesuaikan diri dengan cara

memberi beberapa informasi.

3. Lalu selama menjadi bagian anggota HML, kamu sebagai

pengurus pernah melihat anggota lainnya mengalami kesulitan

tidak dalam penyesuaian diri disini?

Kesulitan anggota HML yang saya lihat pertama itu dari perbedaan

cuaca, kurang beradaptasi mereka dengan iklim yang berbeda jadi

ada yang pertama dateng langsung sakit. Kedua interaksi sosialnya

ada yang tipenya humoris yang mudah akrab jadi 1 2 hari sudah bisa

menyesuaikan, tapi yang sulit itu tipe yang introvert butuh waktu

sampai 2 3 bulan dan itu juga diperkuat dengan adanya event atau

agenda himpunan walaupun proses yang cukup lama.

4. Apakah pernah anggota HML menjalin silaturahmi dengan

komunitas lainnya, misalnya menjalin acara atau berdiskusi

dengan komunitas lain?

Ada pas ulang tahun HML, pasti ngadain acara kerjasama dengan

himpunan daerah lainnya dengan cara mereka kita minta untuk

menyediakan penampilan atau sebagai tamu undangan.

5. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung kamu saat

merantau dan juga berinteraksi dengan orang-orang baru disini?

Faktor penghambat dari pengalaman saya terlihat logat berbicara

yang berbeda, jadi kalau di Lampungkan memang logatnya tinggi

nah selama kuliah saya ngerasa temen-temen itu kaget dengan logat

tinggi saya mereka menganggap saya marah-marah. Pendukungnya

sendiri dari senior-senior HML yang sering ngajak keluar misalnya

Page 166: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

diajak silaturahmi ke organisasi lain, main keluar tempat yang saya

tidak tahu.

6. Apa yang menjadi faktor penghambat dan pendukung anggota

HML lainnya ketika saat merantau?

Kemudian yang saya lihat dari anggota HML itu ada yang mereka

kalau mengalami kesulitan ada yang berterus terang menceritakan,

ada yang susah untuk menceritakannya. Nah bagaimana sebisa

mungkin kita ini bisa membantu kedua tipe itu, paling yang sulit untuk

menceritakan itu biasanya dia hanya menyamoaikan ke satu orang

contohnya dia sakit terus dia bilang ke teman angkatannya kalau dia

sakit, nanti teman-temannya akan menyampaikan ke senior dan dari

situ kita pedulikan dengan cara merawatnya memberikan bubur,

obat, kata-kata semangat. Kalau dari interaksi sosial faktor

pendukung anggota lainnya ya kuta adakan agenda atau acara

sehingga bisa sering kumpul-kumpul supaya lebih dekat, contoh

seminggu sekali bakal ada acara makan bareng. Kalau bukan dari

event itu sebisa mungkin seniornya yang mendekatkan ke adik-adik

barunya ini.

Sakbano

Page 167: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Lampiran 2

Page 168: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …
Page 169: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …
Page 170: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Lampiran 3

Wawancara Informan 1 (Fithri) Wawancara Informan 2 (Meyla)

Wawancara Informan 3 (Ilham) Wawancara Informan 2 (Bismi)

Page 171: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Wawancara Informan 5 (Mifta) Wawancara Informan 2 (Ani)

Wawancara Informan 7 (Nada) Wawancara Informan 8 (Anisa)

Page 172: AKOMODASI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PADA …

Wawancara Informan 9 (Syifa)

Wawancara pengurus HML (Bano)